Anda di halaman 1dari 9

Respon Biomekanis Periodonsium Terhadap

Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan


Oleh : FX Ady Soesetijo

Pendahuluan
Fungsi gigi tiruan umumnya adalah untuk memperbaiki dan/atau mengembalikan
pengunyahan, pengucapan, dan estetika. Sedangkan tujuan utama perawatan gigi geligi
dengan gigi tiruan khususnya gigi tiruan jembatan (GTJ) adalah untuk memelihara dan
mempertahankan integritas sistem mastikasi agar dapat berfungsi dengan baik. Untuk
mencapai tujuan tersebut harus dipertimbangan faktor gigi penyangga dan jaringan
pendukungnya (periodonsium).
Periodonsium atau jaringan periodontal terdiri dari komponen gingiva; tulang alveolar;
ligamen periodontal; dan sementum. Pemahaman karakter dari masing-masing
komponen/struktur periodonsium sangatlah diperlukan untuk menunjang keberhasilan
restorasi GTJ. Bagaimanapun, GTJ bukanlah restorasi yang statis melainkan restorasi yang
senantiasa mendapatkan beban mekanis. Oleh karena itu pertimbangan biomekanis perlu
diperhatikan agar kesehatan periodonsium tetap terjaga.

1
Periodonsium

1. Gingiva

2. Cementum

3. Perodontal
Ligament

4. Alveolar bone

Gambar 1. Periodonsium

Periodonsium adalah jaringan yang terdapat di sekitar gigi tempat gigi tertanam dan
membentuk lengkungan rahang dengan baik (Depkes RI, 1999). Sedangkan menurut
Poltekkes, 2010 jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung
gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya.
Jaringan periodontal terdiri dari :
 a. Gingiva
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang paling luar. Gingiva seringkali
dipakai sebagai indikator bila jaringan periodontal terkena penyakit, hal ini disebabkan

2
karena kebanyakan penyakit periodontal dimulai dari gingiva, kadang-kadang gingiva juga
dapat menggambarkan keadaan tulang alveolar yang berada dibawahnya.
Gambar 2. Gingiva

Marginal gingiva merupakan bagian tepi gingiva yang menyelimuti bagian koronal
(mahkota) gigi pada daerah servikal. Batas marginal gingiva dengan attached gingiva
ditandai dengan adanya cerukan dangkal yang disebut free gingival groove. Marginal gingiva
umumnya memiliki lebar 1mm, membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva.
Marginal gingiva dapat dipisahkan dengan permukaan gigi dengan menggunakan probe
periodontal. Marginal gingiva berbatasan dengan gingiva cekat (attached gingiva) oleh suatu
indentasi (lekukan) yang dinamakan alur gusi bebas (free gingival groove). 
Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini terikat kuat
dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luarnya terus memanjang ke
mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut disebut
mucogingival junction.
Interdental gingival terletak pada daerah embrassure, dimana terdapat ruang interproksimal
dibawah tempat berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal atau
berbentuk seperti lembah. Gingiva interdental merupakan bagian gingiva yang mengisi
daerah interdental, umumnya berbentuk konkaf, menghubungkan papilla fasial dan papilla
lingual/palatinal. Bila gigi – geligi berkontak, struktur ini akan menyesuaikan terhadap
bentuk gigi – geligi di apikal daerah kontak. Bila gigi – gigi yang berdekatan tidak saling
berkontak, tidak ada terlihat bentukan konkaf / “col” dan gingival interdental kelihatan
berbentuk datar atau konveks. Epithelium col biasanya sangat tipis, tidak mengalami
keratinisasi dan terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya merefleksikan posisinya
yang terlindung. Pertukaran sel – sel epithelial sama seperti pada daerah gingiva lainnya.
Regio interdental berperan sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang
paling persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah inilah
biasanya timbul lesi awal pada gingivitis.

b. Tulang Alveolar
Tulang alveolar adalah bagian tulang rahang yang menyangga gigi sehingga membentuk
prosesus alveolaris, dan berkembang seiring dengan erupsinya gigi dan akan mengalami
resorpsi ketika gigi tanggal.

3
Prosesus alveolar terbagi menjadi dua yaitu tulang alveolar sebenarnya (alveolar proper
bone) dan tulang alveolar pendukung (alveolar supporting bone). Tulang alveolar sebenarnya
adalah tulang yang membatasi alveolus atau soket tulang yang berisi akar gigi. Tulang
alveolar sebenarnya adalah bagian dari jaringan periradikular, terdiri dari bundel tulang di
tepi alveoli dan tulang yang berlamela ke arah pusat prosesus alveolar. Gambaran radiografik
dari tulang alveolar sebenarnya dinamakan lamina dura. Sedangkan tulang alveolar
pendukung adalah tulang yang mengelilingi tulang alveolar sebenarnya dan merupakan
penyokong dari soket. Tulang alveolar pendukung terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu keping
kortikal eksternal dan tulang spons (tulang kanselus).
Keping kortikal eksternal dibentuk oleh tulang Havers dan lamela tulang kompak yang
terdapat di dalam dan luar lempeng pada prosesus alveolaris. Keping kortikal ini lebih tipis di
maksila dibandingkan dengan mandibula. Dan lebih tebal di bagian molar serta premolar
pada regio mandibula. Keping kortikal eksternal berjalan miring ke arah koronal untuk
bergabung dengan tulang alveolar sebenarnya dan membentuk dinding alveolar dengan
ketebalan sekitar 0,1 – 0,4 mm.
Tulang spons adalah tulang yang mengisi ruang antara tulang kompak dan tulang alveolar
sebenarnya. Septum interdental terdiri dari tulang spons yang mendukung tulang dan
menutupi bagian dalam dari tulang kompak.

Gambar 3. Tulang Alveolar

4
c. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi ruangan antara
permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi bagian koronal dan turut serta
mendukung gingival. Ligamen periodontal merupakan struktur jaringan penyangga gigi yang
mengelilingi akar gigi dan melekatnya ke tulang alveolar. Ligamen ini melanjutkan diri
dengan jaringan ikat gingiva dan berhubungan dengan sumsum melalui kanalis vaskuler yang
ada pada bone proper.
Pembuluh darah ligamen periodontal memberikan dua fungsi penting: fungsi nutritif bagi
sel-sel ligamen periodontal; dan fungsi protektif. Anastomosis arteri-vena dan struktur
menyerupai gromeruli antara arteri dan vena dijumpai pada vaskulatur periodontal dan
mengatur tekanan darah dan tekanan jaringan; disamping itu memberikan mekanisme
hidrolik untuk menyokong gigi waktu berfungsi.
Saraf alveolar yang dimulai pada saraf trigeminal, menginervasi ligamen peridontal dan
dibagi dalam saraf peridontal mendaki (ascending) atau saraf gigi, saraf interalveola dan saraf
intraradikular. Saraf ligamen periodontal, seperti pada jaringan konektif lainnya, mengikuti
distribusi arteri. Cabang –cabang alveolar menginervasi daerah apikal, cabang interalveolar
menginervasi ligamen peridontal lateral, dan cabang-cabang saraf interadikular menginervasi
ligamen periodontal furkasi gigi posterior.
Saraf berakhir sebagai serabut dengan diameter kecil atau besar. Serabut berdiameter
kecil, baik yang bermielin atapun yang tidak bermielin, berakhir sebagai ujung bebas pada
ruang interstisial dan berhubungan dengan rasa sakit. Serabut berdiameter besar bermielin,
berakhir sebagai ujung khusus berupa tombol atau kumparan dekat serabut utama ligamen
peridontal, dan merupakan mekanoseptor yang berhubungan dengan sentuhan, tekanan dan
propriosepsi.
Saraf simpatik mengikuti pembuluh darah arterial dalam ligamen periodontal. Saraf-saraf
itu berhubungan dengan kontrol vasomotor aliran darah di dalam arteri dan kapiler.
Ujung saraf ligamen peridontal memungkinkan seseorang merasakan sakit, sentuhan,
tekanan, propriosepsi. Propiosepsi, yang memberikan informasi pada gerakan dan posisi
dalam ruang, memungkinkan seseorang merasakan kekuatan yang diberikan pada gigi-gigi,
gerakan gigi dan tempat benda asing pada atau diantara permukaan gigi. Rasa propioseptif ini
dapat menggerakkan mekanisme refleks protektif yang membuka rahang bawah untuk
mencegah injuri pada gigi atau ligamen periodontal bila seseorang menggigit suatu benda
keras. Propiosepsi memungkinkan lokalisasi daerah inflamasi pada ligamen periodontal.

5
Reaksi inflamasi semacam itu pada ligamen peridontal dapat diketahui dengan ujian perkusi
dan palpasi.
Sel-sel aktif ligamen periodontal adalah fibroblas, osteoblas, dan sementoblas. Fibroblas
adalah sel-sel membentuk kumparan dengan nuklei oval dan prosesus sitoplasmik yang
panjang. Biasanya sejajar dengan serabut kolagen, dengan prosesusnya terbungkus di sekitar
bundel serabut. Fibroblas mensintesis kolagen dan matriks dan terlibat dalam degradasi
kolagen untuk pengubahan bentuknya. Hasilnya adalah suatu pengubahan bentuk serabut
utama yang konstan dan pemeliharaan suatu ligamen periodontal yang sehat. Karena fungsi
yang penting ini, maka fibroblas merupakn sel-sel ligamen periodontal yang paling penting.
Fungsi ligamentum periodontal adalah : 1) Fungsi fisikal, yaitu sebagai penghantar
tekanan oklusal ke tulang alveolar, mencekatkan gigi ke tulang alveolar mempertahankan
hubungan jaringan gingival ke gigi dan menahan tekanan oklusal pada gigi untuk melindungi
pembuluh darah, saraf dan tekanan mekanis; 2) Fungsi formatif, berperan dalam
pembentukan dan resorpsi dari struktur jaringan pendukung gigi; serta 3) Fungsi nutrisi dan
sensori, yaitu untuk memasok nutrien ke sementum, tulang alveolar dan gingiva melalui
pembuluh darah oleh ligamen periodontal. Persyarafan ligamen periodontal memiliki
sensitivitas yang dapat mendeteksi dan melokalisir tekanan eksternal terhadap gigi.
Elemen penting dari ligamen periodontal adalah serat – serat periodontal, yang
mengandung kolagen serta tersusun dalam suatu ikatan dan memiliki alur menyerupai
gelombang yang dapat terlihat jelas melalui potongan melintang. Bagian ujung-ujung pangkal
dari serat periodontal tertanam di dalam sementum dan tulang alveolar yang biasa disebut
sebagai serat sharpey’s.
Bagian utama dari ikatan serat mengandung serat-serat tunggal dan membentuk jaringan
anastomose antar akar gigi dan tulang alveolar. Setelah tertanam didalam dinding tulang
ataupun didalam akar gigi, serat Sharpey’s akan mengalami kalsifikasi.
Kolagen adalah protein yang tersusun oleh berbagai asam amino, terutama glisin, prolin,
hidroksilin, dan hidroksiprolin. Kolagen dihasilakn oleh fibroblas, khondrobls, osteoblas,
maupun sel-sel lainnya. Semua kolagen tersebut dapat dibedakan berdasarkan kompsisi
kimiawi, distribusi, fungsi maupun morfologi. Susunan molekuler serat kolagen
memungkinkan serat memiiki daya regang yang lebih besar dibandingkan jaringan lainnya
karena kolagen memberikan daya fleksibilitas dan kekutan pada jaringan .
Serat – serat utama ligamen periodontal terbagi dalam 6 kelompok yaitu:
1. Serat Transeptal. Merupakan serat – serat transisi antara serat – serat gingiva dan serat
utama ligament periodontal. Serat – serat transeptal meluas ke arah interproksimal

6
melewati puncak tulang alveolar dan tertanam di dalam sementum dari gigi
sebelahnya. Serat ini dapat mengalami rekrontruksi kembali bahkan setelah terjadi
kerusakan tulang alveolar akibat suatu penyakit periodontal. Serat ini dianggap sebagai
serat gingiva karena tidak memiliki perlekatan dgn tulang.
2. Serat Alveolar Crest. Serat ini  berjalan melintang dari sementum yang tepat di bawah
epitel junctional ke puncak alveolar. Fungsi mereka adalah untuk mengimbangi dorong
koronal dari serat lebih apikal, sehingga membantu untuk mempertahankan gigi dalam
soket dan menahan gerakan gigi lateral.
3. Serat Horisontal. Serat ini meluas pada sudut kanan menuju sumbu panjang gigi dari
sementum ke tulang alveolar.
4. Serat Oblique. Serat ini merupakan kelompok serat terbanyak didalam ligament
periodontal, serat ini meluas dari sementum pada bagian koronal kemudian berjalan
secara melintang kearah tulang. Serat ini cukup kuat menahan tekanan kunyah vertical
dan merubah tekanan tersebut dalam bentuk regangan pada tulang alveolar.
5. Serat Apikalis. Serat apikalis menyebar dari sementum kearah tulang hanya pada
bagian apical dari soket gigi. Serat ini tidak akan terbentuk apabila pembentukan akar
gigi belum sempurna.
6. Serat Interradikuler. Serat interradikular berjalan dari sementum ke bagian furkasi gigi
pada gigi geligi berakar ganda. Ikatan – ikatan serat tersebut mengalami interdigitasi
pada bagian yang tepat atau menyebar diantara ikatan serat – serat lainnya yang
tersusun secara teratur. Sementara itu serat – serat kolagen yang tidak tersusun
sempurna umumnya ditemukan didalam jaringan penyambung yang mengandung
pembuluh darah, limfe dan saraf-saraf. Serat utama akan diperbaiki oleh sel – sel
ligamen periodontal untuk menyesuaikan kebutuhan fisiologis dan juga sebagai respon
terhadap berbagai rangsangan. Serat kolagen yang kecil dengan serat serat kolagen
utama berjalan ke berbagai arah dan membentuk pleksus yang disebut
sebagai indifferent fiber plexus/pleksus serat – serat bebas.

7
Gambar 4. Serabut Periodontal

Ada tiga teori mekanisme respon ligamen periodontal terhadap beban kunyah, yaitu teori
peregangan; teori sistem viskoelastik; dan teori tiksotropik.Teori peregangan dijelaskan
sebagai berikut, pada waktu gaya kunyah mengenai mahkota gigi, serat-serat utama yang
sebelumnya berjalan bergelombang akan meregang menjadi lebih panjang dan lebih lurus.
Selanjutnya gaya disalurkan kepada tulang alveolar sehingga tulang mengalami deformasi
elastik. Apabila sudah mencapai batas kemampuan tulang alveolar, maka gaya akan
diteruskan kepada tulang basal. Teori sistem viskoelastik menjelaskan viskoelastisitas
adalah sifat bahan yang bersifat viscous dan elastis ketika mengalami perubahan bentuk.
Bahan viscous dapat melindungi pergeseran dan peregangan sejalan dengan waktu pada saat
dikenai tekanan. Bahan elastik akan segera meregang apabila ditarik dan segera kembali ke
bentuk semula saat tekanan dihilangkan. Bahan viskoelastik mempunyai unsur-unsur dari
kedua sifat ini dan ketegangan yang terjadi bergantung pada waktu.
Eksperimen yang meneliti perilaku terjadinya quasi-linear viscoelastic (QLV) pada gigi
premolar kadaver menunjukkan adanya perbedaan tingkat peregangan sepanjang akar gigi.
Sifat viskoelastik suatu bahan terjadi pada saat dikenai gaya kunyah sesaat, dan perilakunya
juga ditentukan oleh memori sebelumnya. Penelitian in vitro pada spesimen ligamen
periodontal menunjukkan terjadinya kurva tekanan-peregangan siklik. Model viskoelastik
ligamen periodontal mampu menahan peregangan dalam berbagai arah dan efeknya
tergantung pada waktu dan sifat alami jaringan, terutama serat-serat kolagen serta
mikrostruktur yang akan memodifikasi saat terjadinya beban. Sedangkan teori tiksotropik,
teori ini berdasarkan pada adanya respon fisiologis ligamen periodontal yang secara biologis
berubah viskositasnya. Biologi ligamen periodontal belum difahami seluruhnya, dan
terjadinya suatu respon dinamis jaringan terhadap beban yang dapat dijelaskan dengan
adanya perubahan viskositas pada matrik jaringan kolagen.
d. Sementum
Sementum merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang tipis dan menutupi
permukaan akar gigi. Sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang berkembang
menjadi sementoblas. Sementum ini akan berbatasan dengan dentin dan email, maupun
ligament periodontal, strukturnya mempunyai banyak persamaan dengan struktur tulang.

8
Sementum merupakan jaringan mesenchymal yang tidak mengandung pembuluh darah/saraf
dan mengalami kalsifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis. Selain melapisi akar
gigi, sementum juga berperanan didalam mengikatkan gigi ke tulang alveolar, yaitu dengan
adanya serat utama ligementum periodontal yang tertanam didalam sementum (serat
sharpey). Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya dengan enamel dan makin
menebal kearah apex gigi. Berdasarkan morphologinya sementum dibagi menjadi dua tipe
yaitu  sementum. Asesuler (sementum primer) dan sementum seluler (sementum sekunder).
 Sementum aseluler adalah sementum yang pertama kali terbentuk, menutup kurang
lebih sepertiga servikal atau hingga setengah panjang akar, dan tidak mengandung sel-sel.
Sementum ini dibentuk sebelum gigi mencapai bidang oklusal, ketebalannya berkisar antara
30 – 230 µm. Disini serat Sharpey merupakan struktur utamanya, yang peran utamanya
mendukung gigi.
Sementum seluler terbentuk setelah gigi mencapai bidang oklusal, bentuknya kurang
teratur (ireguler) dan mengandung sel-sel (sementosit) pada rongga-rongga yang terpisah-
pisah (lakuna-lakuna) yang berhubungan satu sama lain melalui anastomosis kanalikuli.
Dibanding dengan sementum aseluler, sementum seluler kurang terkalsifikasi dan hanya
sedikit mengandung serat Sharpey.
 

Anda mungkin juga menyukai