Regional Business Cluster Analysis - Budianto Oky Dan Pakih Dian F
Regional Business Cluster Analysis - Budianto Oky Dan Pakih Dian F
Disusun oleh:
2
struktur hirarki antara satu dengan yang lainnya. Pada metode partitional clustering
setiap cluster memiliki titik pusat cluster (centroid) dan secara umum metode ini
memiliki fungsi tujuan yaitu meminimumkan jarak (dissimilarity) dari seluruh data ke
pusat cluster masing-masing. Contoh metode partitional clustering: K-Means, Fuzzy
K-means dan Mixture Modelling.
3
antara lain: memperluas area penilaian hingga mencakup area sekitarnya, mencari koneksi
ke klaster di area yang berdekatan, mempertimbangkan kesamaan yang kurang jelas dan
kebutuhan yang lebih umum, mempertimbangkan mikro-klaster yang mewakili
kompetensi lokal yang unik, mengubah fokus dari kesamaan proses produksi menjadi
kesamaan yang terkait dengan pengetahuan, inovasi atau kewirausahaan.
Proses pemilihan klaster adalah salah satu yang paling kontroversial aspek yang
dihadapi praktisi pembangunan. Ada dua rute utama untuk pemilihan klaster:
1. Top Down, pendekatan di mana daftar klaster berada disusun atas dasar analisis
klaster. Pendekatan ini menghadapi masalah dalam membenarkan mengapa klaster
tertentu dimasukkan dan klaster lain dikecualikan.
2. Bottom-up', pendekatan yang melihat inisiatif diambil oleh pelaku dalam sektor itu
sendiri. Pendekatan bottom-up umumnya mendapat manfaat dari kecenderungan yang
ada untuk melakukan tindakan bersama dan bekerja sama. Jenis pendekatan ini
melibatkan proses seleksi diri sendiri.
4
Cluster Pertanian Tanaman Pangan (Padi) Tahun 2018
5
Cluster Pertanian Tanaman Pangan (Jagung) Tahun 2017
Komoditas jagung di Jawa
Timur hanya dihasilkan oleh 35
kabupaten/kota. Kota Pasuruan,
Mojokerto, dan Madiun tahun
2017 tidak memproduksi jagung
di wilayahnya. Seperti pada
analisis cluster padi sebelumnya
melalui dua variable yaitu luas
panen dan produksi maka di
Jawa Timur terbagi menjadi
empat cluster produsen jagung,
dimana cluster pertama adalah
wilayah dengan produksi jagung
yang disebut juga wilayah
sentra/produsen utama yaitu
Kabupaten Sumenep. Cluster
kedua adalah wilayah potensial
yaitu Kabupaten Kabupaten
Tuban, Kab. Lamongan dan
Kab. Jember. Cluster ketiga merupakan wilayah dengan potensi produksi jagung sedang
yaitu Kabupaten Pamekasan, kab. Sampang, Kab, Bangkalan, Kab. Bondowoso, kab, Ngawi,
Kab. Mojokerto, Kab. Gresik, kab. Lumajang, Kab. Nganjuk, Kab. Banyuwangi, Kab.
Ponorogo, Kab. Probolinggo, Kab. Kediri, Kab. Blitar, Kab. Bojonegoro, Kab. Jombang,
Kab. Situbondo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang, dan Kab. Tulungagung. Sedangkan wilayah
dengan potensi produksi padi rendah (cluster keempat) didominasi dengan wilayah kota yaitu
kota Batu, Kota Malang, Kota Surabaya, kota Kediri, kota Blitar, Kota probolinggo, Kab.
Sidoarjo, Kab. Trenggalek, Kab. Madiun, Kab. Pacitan, dan Kab. Magetan.
6
Review Jurnal
ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DI JAWA TIMUR
1. Pendahuluan
Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma pembangunan multidimensi
yang mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang selain pemenuhan
kebutuhan saat ini. Keterkaitan antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan diwujudkan
dalam ukuran keadilan, kenyamanan dan kelestarian. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis implementasi pembangunan berkelanjutan di Jawa Timur berdasarkan
variabel-variabel ekonomi, sosial dan lingkungan serta mengetahui faktor yang paling
berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan berkelanjutan menggunakan analisis
kuadran berdasarkan Tipologi Klassen dan analisis cluster.
Ditinjau dari aspek ekonomi, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selalu lebih
tinggi rata-rata sebesar 7.75% dari pertumbuhan ekonomi nasional selama tahun 2011-
2015. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Jawa Timur
berjalan dengan baik, namun tingkat kemiskinannya juga berada di atas rata-rata nasional.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak serta merta
berpengaruh pada kesejahteraan penduduk apabila ditinjau dari variable kemiskinan.
Aspek lingkungan menunjukkan kondisi Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Jawa Timur
masih berada di bawah rata-rata nasional berdasarkan data empat tahun terakhir. Kondisi
tersebut mengindikasikan perlu adanya perbaikan kualitas lingkungan di Jawa Timur.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif menggunakan analisis
kuadran dalam mengidentifikasi distribusi pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita,
sedangkan analisis cluster digunakan untuk mengetahui pembagian wilayah berdasarkan
kesamaan karakteristik variable dalam hubungannya dengan aspek-aspek dalam
7
pembangunan berkelanjutan. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2011 dan
tahun 2015 untuk menggambarkan dinamika karakteristik hasil pembangunan selama lima
tahun.
Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan Badan
Perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Timur. Analisis cluster digunakan untuk
mengelompokkan objek berdasarkan homogenitas internal (dalam cluster) dan
heterogenitas eksternal (antar cluster). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2011 dan 2015 yang
dipilih berdasarkan Indikator Pembangunan Berkelanjutan, penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah
provinsi Jawa Timur dan pertimbangan tentang ketersediaan data selama kurun waktu
yang digunakan dalam penelitian. Analisis cluster dilakukan pada variabel aspek ekonomi
yang meliputi indeks gini, tingkat kemiskinan, kontribusi sektor primer, dan persentase
tenaga kerja pada sektor primer; aspek sosial yang meliputi angka harapan hidup, angka
melek huruf, kepadatan penduduk dan tingkat kriminalitas; dan aspek lingkungan yang
meliputi kadar CO, persentase luas hutan dan persentase luas lahan kritis.
8
Tabel 1. tersebut menunjukkan nilai rata-rata masing-masing variable dalam cluster,
tampak pula bahwa pada masing- masing aspek terdapat beberapa variabel yang
menunjukkan perbedaan antar cluster yang relatif besar. Kemudian Tabel 2. menunjukkan
daerah kabupaten/kota yang menjadi anggota pada masing-masing cluster. Secara umum
tidak terdapat banyak perbedaan antara anggota cluster pada tahun 2011 dan tahun 2015,
hanya tiga wilayah yang mengalami pergeseran (shifting) yaitu Kabupaten Sidoarjo,
Mojokerto dan Bojonegoro.
9
Kesimpulan
• Clustering merupakan proses partisi satu set objek data ke dalam himpunan bagian yang
disebut dengan cluster. Objek yang di dalam cluster memiliki kemiripan karakteristik
antar satu sama lainnya dan berbeda dengan cluster yang lain
• Dengan menggunakan metode clustering, analisis potensi seperti pada studi kasus dan
review jurnal dapat tergambar dengan baik meskipun menggunakan beberapa variable.
Saran
Melalui studi kasus dan review jurnal, metode clustering dapat membantu pemangku
kebijakan dalam Perlu dilakukan percepatan pembangunan wilayah tertinggal di Jawa Timur
untuk memenuhi rasa keadilan dalam peningkatan pembangunan berkelanjutan sehingga
diharapkan ketimpangan antar wilayah akan berkurang.
Daftar Pustaka
10