Anda di halaman 1dari 10

TUGAS EKONOMI PERENCANAAN WILAYAH

REGIONAL BUSINESS CLUSTER ANALYSIS

Dosen Pengampu : Fithriyah, SE, MPA, Ph.D.

Disusun oleh:

Budianto Oky Prasetya NIM : 042014453018


Pakih Dian Fitriastuti NIM : 042014453028

Program Studi S2 – Magister Ilmu Ekonomi


Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Airlangga
(MIE – FEB – UNAIR)
Surabaya, Semester Genap 2020 – 2021
Analisis Clustering dalam Bisnis Regional

1. Konsep Dasar Clustering


Clustering atau klasterisasi adalah metode pengelompokan data. Menurut Tan,
2006 clustering adalah sebuah proses untuk mengelompokan data ke dalam
beberapa cluster atau kelompok sehingga data dalam satu cluster memiliki tingkat
kemiripan yang maksimum dan data antar cluster memiliki kemiripan yang minimum.
Clustering merupakan metode segmentasi data yang sangat berguna dalam prediksi dan
analisa masalah bisnis tertentu. Misalnya Segmentasi pasar, marketing dan pemetaan
zonasi wilayah. Identifikasi obyek dalam bidang berbagai bidang seperti computer vision
dan image processing.
Hasil clustering yang baik akan menghasilkan tingkat kesamaan yang tinggi
dalam satu kelas dan tingkat kesamaan yang rendah antar kelas. Kesamaan yang
dimaksud merupakan pengukuran secara numeric terhadap dua buah objek. Nilai
kesamaan antar kedua objek akan semakin tinggi jika kedua objek yang dibandingkan
memiliki kemiripan yang tinggi. Begitu juga dengan sebaliknya. Kualitas
hasil clustering sangat bergantung pada metode yang dipakai. Dalam clustering dikenal
empat tipe data. Keempat tipe data pada tersebut ialah: variabel berskala interval,
variabel biner, variabel nominal, ordinal, dan rasio, variabel dengan tipe lainnya.
Menurut Han dan Kamber, 2012, syarat sekaligus tantangan yang harus dipenuhi oleh
suatu algoritma clustering adalah: Skalabilitas, Kemampuan analisa beragam bentuk
data, Menemukan cluster dengan bentuk yang tidak terduga, Kemampuan untuk dapat
menangani noise, Sensitifitas terhadap perubahan input, Mampu
melakukan clustering untuk data dimensi tinggi, dan Interpresasi dan kegunaan.
Metode clustering secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu hierarchical
clustering dan partitional clustering. Pada hierarchical clustering data dikelompokkan
melalui suatu bagan yang berupa hirarki, dimana terdapat penggabungan dua grup yang
terdekat disetiap iterasinya ataupun pembagian dari seluruh set data kedalam cluster.
Partitional clustering yaitu data dikelompokkan ke dalam sejumlah cluster tanpa adanya

2
struktur hirarki antara satu dengan yang lainnya. Pada metode partitional clustering
setiap cluster memiliki titik pusat cluster (centroid) dan secara umum metode ini
memiliki fungsi tujuan yaitu meminimumkan jarak (dissimilarity) dari seluruh data ke
pusat cluster masing-masing. Contoh metode partitional clustering: K-Means, Fuzzy
K-means dan Mixture Modelling.

Klaster Bisnis Regional


Klaster bisnis regional adalah kelompok industri yang bersaing dan berkolaborasi
di suatu wilayah yang terhubung ke dalam hubungan horizontal dan vertikal yang
melibatkan hubungan pembeli-pemasok yang kuat, dan mengandalkan formulasi bersama
dari lembaga ekonomi khusus, sehingga komponennya (sektor atau industri) biasanya
secara geografis terkonsentrasi di wilayah fungsional tertentu.
Berikut ini adalah beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur dan menilai klaster:
• Input-Output Analysis digunakan untuk mengidentifikasi hubungan perdagangan
antara berbagai pelaku dalam suatu perekonomian. Ini digunakan untuk
menggambarkan hubungan pembeli-pemasok di dalam dan di antara klister.
• Graph Analysis, yang ditemukan dalam teori grafik, mirip dengan analisis input-
output dan mengidentifikasi kelompok dan hubungan jaringan lainnya antara
perusahaan atau kelompok industri.
• Location Quotient adalah bagian pekerjaan yang dimiliki satu sektor industri di
suatu wilayah sebanding dengan bagian sektor dari semua pekerjaan di negara atau
wilayah secara keseluruhan.
• Revealed Comparative Advantage mengukur pangsa ekspor suatu kawasan dari
setiap sektor dalam kaitannya dengan ekspor semua sektor manufaktur, dan
dibandingkan dengan rata-rata di negara tersebut
• Mayoritas penelitian terkait klaster terhadap klaster regional / sistem produksi sering
menggunakan pendekatan studi kasus atau pendekatan pendapat ahli. Pendekatan
ini sering diterapkan menggunakan Pendekatan Diamond Porter.
Salah satu masalah utama yang dapat menghambat analisis klaster adalah
kurangnya data kuantitatif regional yang tersedia. Langkah-langkah yang bisa dilakukan

3
antara lain: memperluas area penilaian hingga mencakup area sekitarnya, mencari koneksi
ke klaster di area yang berdekatan, mempertimbangkan kesamaan yang kurang jelas dan
kebutuhan yang lebih umum, mempertimbangkan mikro-klaster yang mewakili
kompetensi lokal yang unik, mengubah fokus dari kesamaan proses produksi menjadi
kesamaan yang terkait dengan pengetahuan, inovasi atau kewirausahaan.
Proses pemilihan klaster adalah salah satu yang paling kontroversial aspek yang
dihadapi praktisi pembangunan. Ada dua rute utama untuk pemilihan klaster:
1. Top Down, pendekatan di mana daftar klaster berada disusun atas dasar analisis
klaster. Pendekatan ini menghadapi masalah dalam membenarkan mengapa klaster
tertentu dimasukkan dan klaster lain dikecualikan.
2. Bottom-up', pendekatan yang melihat inisiatif diambil oleh pelaku dalam sektor itu
sendiri. Pendekatan bottom-up umumnya mendapat manfaat dari kecenderungan yang
ada untuk melakukan tindakan bersama dan bekerja sama. Jenis pendekatan ini
melibatkan proses seleksi diri sendiri.

Studi Kasus : Provinsi Jawa Timur


Usaha pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan tidak terlepas pada
pembangunan sektor pertanian, sebagai wujud usaha peningkatan kesejahteraan rakyat yang
masih sebagian besar berusaha di sektor pertanian. Sektor Pertanian Jawa Timur terutama
subsector tanaman pangan Provinsi Jawa Timur memberikan sumbangan besar bagi
pemenuhan kebutuhan pangan nasional. berdasarkan angka sementara BPS tahun 2020,
produksi padi di Jatim merupakan yang tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia yang
mencapai kontribusi nasional sebesar 18,17%. Namun dalam perjalanannya kontribusi sector
pertanian dalam menopang perekonomian Jawa Timur semakin tahun semakin menurun dari
12,84 persen ditahun 2017, menurun 11,90 persen di tahun 2018, dan 11,43 persen di tahun
2019. Sehingga perhatian lebih akan sector pertanian akan menjadi penting.

4
Cluster Pertanian Tanaman Pangan (Padi) Tahun 2018

Berdasarkan analisis cluster


hirarki melalui dua variable yaitu
luas panen dan produksi maka di
Jawa Timur terbagi menjadi
empat cluster produsen padi,
dimana cluster pertama adalah
wilayah dengan produksi padi
yang disebut juga wilayah
sentra/produsen utama yaitu
Kabupaten Banyuwangi dan
Kabupaten Tuban. Cluster kedua
adalah wilayah potensial yaitu
Kabupaten Bojonegoro,
Kabupaten Ngawi, dan
Kabupaten Lamongan. Cluster
ketiga merupakan wilayah dengan
produksi padi sedang namun juga
potensial yaitu Kabupaten Blitar,
Kabupaten Kediri,
Kab.Tulungagung, Kab. Sidoarjo,
Kab.Bangkalan, Kabupaten Sumenep, Kab. Sampang, Kab. Situbondo, Kab. Probolinggo,
Kab. Jombang, Kab. Madiun, Kab. Ponorogo, Kab. Nganjuk, Kab. Lumajang, Kab. Gresik,
Kab. Malang, Kab. Bondowoso, Kab. Mojokerto. Kab. Magetan, dan Kab. Pasuruan.
Sedangkan wilayah dengan potensi produksi padi rendah (cluster keempat) didominasi
dengan wilayah kota yaitu kota Mojokerto, Kota Nlitar, Kota Probolinggo, Kota Batu, Kota
Malang, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Surabaya dan Kota Pasuruan.

5
Cluster Pertanian Tanaman Pangan (Jagung) Tahun 2017
Komoditas jagung di Jawa
Timur hanya dihasilkan oleh 35
kabupaten/kota. Kota Pasuruan,
Mojokerto, dan Madiun tahun
2017 tidak memproduksi jagung
di wilayahnya. Seperti pada
analisis cluster padi sebelumnya
melalui dua variable yaitu luas
panen dan produksi maka di
Jawa Timur terbagi menjadi
empat cluster produsen jagung,
dimana cluster pertama adalah
wilayah dengan produksi jagung
yang disebut juga wilayah
sentra/produsen utama yaitu
Kabupaten Sumenep. Cluster
kedua adalah wilayah potensial
yaitu Kabupaten Kabupaten
Tuban, Kab. Lamongan dan
Kab. Jember. Cluster ketiga merupakan wilayah dengan potensi produksi jagung sedang
yaitu Kabupaten Pamekasan, kab. Sampang, Kab, Bangkalan, Kab. Bondowoso, kab, Ngawi,
Kab. Mojokerto, Kab. Gresik, kab. Lumajang, Kab. Nganjuk, Kab. Banyuwangi, Kab.
Ponorogo, Kab. Probolinggo, Kab. Kediri, Kab. Blitar, Kab. Bojonegoro, Kab. Jombang,
Kab. Situbondo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang, dan Kab. Tulungagung. Sedangkan wilayah
dengan potensi produksi padi rendah (cluster keempat) didominasi dengan wilayah kota yaitu
kota Batu, Kota Malang, Kota Surabaya, kota Kediri, kota Blitar, Kota probolinggo, Kab.
Sidoarjo, Kab. Trenggalek, Kab. Madiun, Kab. Pacitan, dan Kab. Magetan.

6
Review Jurnal
ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DI JAWA TIMUR

Niken Pratiwi1, Dwi Budi Santosa2, Khusnul Ashar3

1. Pendahuluan
Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma pembangunan multidimensi
yang mempertimbangkan kepentingan generasi yang akan datang selain pemenuhan
kebutuhan saat ini. Keterkaitan antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan diwujudkan
dalam ukuran keadilan, kenyamanan dan kelestarian. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis implementasi pembangunan berkelanjutan di Jawa Timur berdasarkan
variabel-variabel ekonomi, sosial dan lingkungan serta mengetahui faktor yang paling
berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan berkelanjutan menggunakan analisis
kuadran berdasarkan Tipologi Klassen dan analisis cluster.
Ditinjau dari aspek ekonomi, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selalu lebih
tinggi rata-rata sebesar 7.75% dari pertumbuhan ekonomi nasional selama tahun 2011-
2015. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Jawa Timur
berjalan dengan baik, namun tingkat kemiskinannya juga berada di atas rata-rata nasional.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak serta merta
berpengaruh pada kesejahteraan penduduk apabila ditinjau dari variable kemiskinan.
Aspek lingkungan menunjukkan kondisi Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Jawa Timur
masih berada di bawah rata-rata nasional berdasarkan data empat tahun terakhir. Kondisi
tersebut mengindikasikan perlu adanya perbaikan kualitas lingkungan di Jawa Timur.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif menggunakan analisis
kuadran dalam mengidentifikasi distribusi pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita,
sedangkan analisis cluster digunakan untuk mengetahui pembagian wilayah berdasarkan
kesamaan karakteristik variable dalam hubungannya dengan aspek-aspek dalam

7
pembangunan berkelanjutan. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2011 dan
tahun 2015 untuk menggambarkan dinamika karakteristik hasil pembangunan selama lima
tahun.
Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa Timur, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan Badan
Perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Timur. Analisis cluster digunakan untuk
mengelompokkan objek berdasarkan homogenitas internal (dalam cluster) dan
heterogenitas eksternal (antar cluster). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2011 dan 2015 yang
dipilih berdasarkan Indikator Pembangunan Berkelanjutan, penelitian-penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah
provinsi Jawa Timur dan pertimbangan tentang ketersediaan data selama kurun waktu
yang digunakan dalam penelitian. Analisis cluster dilakukan pada variabel aspek ekonomi
yang meliputi indeks gini, tingkat kemiskinan, kontribusi sektor primer, dan persentase
tenaga kerja pada sektor primer; aspek sosial yang meliputi angka harapan hidup, angka
melek huruf, kepadatan penduduk dan tingkat kriminalitas; dan aspek lingkungan yang
meliputi kadar CO, persentase luas hutan dan persentase luas lahan kritis.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil pengelompokan wilayah berdasarkan analisis kuadran menggunakan variabel identitas


pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita pada tahun 2011 dan 2015. Analisis kuadran
dan analisis cluster menunjukkan kabupaten/kota yang berbeda sebagai anggota kelompok
wilayahnya.

8
Tabel 1. tersebut menunjukkan nilai rata-rata masing-masing variable dalam cluster,
tampak pula bahwa pada masing- masing aspek terdapat beberapa variabel yang
menunjukkan perbedaan antar cluster yang relatif besar. Kemudian Tabel 2. menunjukkan
daerah kabupaten/kota yang menjadi anggota pada masing-masing cluster. Secara umum
tidak terdapat banyak perbedaan antara anggota cluster pada tahun 2011 dan tahun 2015,
hanya tiga wilayah yang mengalami pergeseran (shifting) yaitu Kabupaten Sidoarjo,
Mojokerto dan Bojonegoro.

Gambar 2. menunjukkan perbandingan nilai tiap variabel dibandingkan dengan rata-


rata Jawa Timur yang dinyatakan dalam persen. Pada aspek ekonomi tampak bahwa
kemiskinan dan dua variabel sektor primer menunjukkan terdapat perbedaan yang cukup jauh
antara wi- layah maju dengan wilayah potensial dan wilayah tertinggal. Variabel kepadatan
penduduk dan tingkat kriminalitas menunjukkan perbedaan yang relatif sangat jauh antara
wilayah maju dengan wilayah potensial dan wilayah tertinggal. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa tingkat kenyamanan dan keamanan di wilayah maju relatif rendah.

9
Kesimpulan
• Clustering merupakan proses partisi satu set objek data ke dalam himpunan bagian yang
disebut dengan cluster. Objek yang di dalam cluster memiliki kemiripan karakteristik
antar satu sama lainnya dan berbeda dengan cluster yang lain
• Dengan menggunakan metode clustering, analisis potensi seperti pada studi kasus dan
review jurnal dapat tergambar dengan baik meskipun menggunakan beberapa variable.

Saran
Melalui studi kasus dan review jurnal, metode clustering dapat membantu pemangku
kebijakan dalam Perlu dilakukan percepatan pembangunan wilayah tertinggal di Jawa Timur
untuk memenuhi rasa keadilan dalam peningkatan pembangunan berkelanjutan sehingga
diharapkan ketimpangan antar wilayah akan berkurang.

Daftar Pustaka

Svetikas, Kostas Zymantas. (2014). Strategic Planning for Regional Development: An


Itroductory textbook.Vilnius : Mykolas Romeris University
Pratiwi, Niken, dkk. (2018). Analisis Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Di Jawa
Timur. JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018 ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851.
Universitas Brawijaya, Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai