KULIAH BIOKIMIA
KARBOHIDRAT
2) Disakarida
Disakarida mengandung dua unit monosakarida yang terikat satu
sama lain melalui ikatan asetal, yang juga bisa disebut ikatan glikosidik
karena terjadi dalam kasus khusus struktur karbohidrat, terbentuk antara
gugus hidroksil dari satu unit monosakarida dan gugus hidroksil dari
monosakarida kedua, dengan penghapusan satu molekul air (Gropper
and Smith, 2012).
Struktur Maltosa, Laktosa, dan Sukrosa.
Sumber: Gropper, S. and Smith, J., 2012. Advanced Nutrition And Human
Metabolism. 6th ed. Wadsworth, Ohio, USA: Cengage Learning.
3) Oligosakarida
Rafinosa (trisakarida), statiosa (tetrasakarida), dan verbaskosa
(pentasakarida) terdiri dari glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Biasanya
ditemukan dalam kacang-kacangan, kacang polong, dan biji-bijian.
Enzim pencernaan manusia tidak menghidrolisisnya, tetapi bakteri di
dalam usus bisa mencerna mereka, dimana hal inilah yang mendasari
perut kembung yang terjadi setelah makan makanan tersebut (Gropper
and Smith, 2012).
4) Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida
yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan
enzim-enzim tertentu.
a) Pati
Polisakarida yang paling umum dicerna pada tumbuhan
adalah pati, yang berbentuk amilosa dan amilopektin dimana
keduanya polimer dari D-glukosa. Molekul amilosa adalah linier,
rantai tidak bercabang di mana residu glukosa terikat hanya
melalui ikatan glikosidik α (1-4). Sedangkan amilopektin adalah
polimer rantai bercabang, dengan titik cabang terjadi melalui
ikatan α (1-6) (Gropper and Smith, 2012).
b) Glikogen
Bentuk utama dari simpanan karbohidrat dalam jaringan
hewan adalah glikogen, yang terlokalisasi terutama di hati dan
otot rangka. Glikogen bahkan lebih bercabang daripada
amilopektin (Gropper and Smith, 2012).
c) Selulosa
Selulosa adalah komponen utama dinding sel pada
tumbuhan dan homopolisakarida glukosa. Manusia tidak memiliki
enzim β-glukosidase yang bisa mencerna selulosa. Maka hal itu
didefinisikan sebagai serat makanan dan tidak dianggap sebagai
sumber energi bagi tubuh manusia (Gropper and Smith, 2012).
Struktur dari Selulosa.
2. Fungsi Karbohidrat
a. Sumber Energi
Fungsi utama karbohidrat ialah menjadi pemasok energi bagi tubuh.
Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi banyak orang di dunia,
hal ini dikarenakan mudahnya untuk didapat dan harganya relatif murah.
Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori untuk memenuhi kebutuhan
tubuh (Almatsier, 2004).
c. Penghemat protein
Pada tubuh manusia apabila kebutuhan karbohidrat tidak dapat
terpenuhi dengan baik maka tubuh akan menggunakan protein sebagai
bahan pengganti untuk memenuhi kebutuhan energi. Hal ini menyebabkan
hilangnya fungsi protein sebagai zat pembangun (Almatsier, 2004).
Sumber: Seager, S., and Slabaugh, M., (2014). Chemistry for Today: General,
Organic, and Biochemistry. 8th ed. Belmont, CA: Cengage Learning.
3. Mengalami reaksi oksidasi. Semua monosakarida dan beberapa
disakarida merupakan gula pereduksi. Karena gula pereduksi
memiliki aldehid atau keton bebas yang mengandung gugus ―OH di
dalamnya (Seager and Slabaugh, 2014);
Sumber: Seager, S., and Slabaugh, M., (2014). Chemistry for Today: General,
Organic, and Biochemistry. 8th ed. Belmont, CA: Cengage Learning.
Sumber: Seager, S., and Slabaugh, M., (2014). Chemistry for Today: General,
Organic, and Biochemistry. 8th ed. Belmont, CA: Cengage Learning.
Kelompok
Komponen Utama Sumber Bahan Makanan
Karbohidrat
Monosakarida Glukosa Madu, sirup maple, buah beri
Fruktosa Madu, sirup maple, buah beri,
produk roti, sirup jagung tinggi
fruktosa,
sweetened beverages
Disakarida Sukrosa Gula tebu/gula meja, gula bit, buah
beri,
ubi jalar, sayur dan buah-buahan
Laktosa Susu dan produk olahannya (dadih,
keju, yogurt)
Oligosakarida Raffinosa, statiosa, Kacang polong, kacang-kacangan lain,
verbaskosa biji-bijian
Frukto-oligosakarida Gandum, gandum hitam, asparagus,
bawang merah, bawang putih, ASI
Polisakarida Pati Serealia (gandum, beras, jagung,
sorgum, barley), umbi
(kentang, singkong)
a. Katabolisme Glukosa
Respirasi seluler memiliki empat tahapan, yaitu:
● Glikolisis
Glikolisis merupakan serangkaian reaksi dimana sebuah molekul
glukosa teroksidasi dan menghasilkan dua molekul asam piruvat. Selain
itu reaksi tersebut juga menghasilkan dua molekul ATP dan dua NADH
ditambah H+ yang berisi energi (Tortora, 2016).
● Pembentukan Asetil Koenzim A
Mempersiapkan asam piruvat untuk masuk ke dalam siklus krebs.
Langkah ini juga menghasilkan 2 NADH + H + yang berisi energi dan 2
karbon dioksida (Tortora, 2016).
● Siklus Krebs
Asetil Koenzim A teroksidasi dan menghasilkan 4 CO2, 2 ATP, 6
NADH + H+, dan 2 FADH2 (Tortora, 2016).
● Rantai Transpor Elektron
Reaksi ini mengoksidasi NADH + H+ dan FADH2, lalu mentransfer
elektron mereka melalui berbagai carrier elektron (Tortora, 2016).
Proses Katabolisme Glukosa
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. Hoboken,
NJ: J. Wiley
Glikolisis
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. Hoboken,
NJ: J. Wiley
Proses Glikolisis
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. Hoboken,
NJ: J. Wiley
b) Asam Piruvat
Apa yang terjadi selanjutnya pada asam piruvat bergantung dengan
keadaan oksigen. Jika hanya terdapat sedikit oksigen (kondisi anaerobik)
maka asam piruvat diubah menjadi asam laktat:
Siklus Krebs
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. Hoboken,
NJ: J. Wiley
Pelepasan CO2 terjadi saat asam piruvat diubah menjadi asetil koA
dan dua kali saat dekarboksilasi pada siklus krebs. Karena tiap glukosa
membentuk dua molekul asam piruvat, maka tiap glukosa yang
mengalami katabolisme melalui jalur ini menghasilkan enam molekul
CO2. Molekul CO2 itu mengalami difusi keluar dari mitokondria,
melewati sitosol dan membran plasma, masuk ke darah dan dibawa ke
paru-paru yang nantinya akan dihembuskan ke luar.
Chemiosmosis
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed.
Hoboken, NJ: J. Wiley
Beberapa tipe molekul dan atom yang berfungsi sebagai carrier elektron:
b. Anabolisme Glukosa
Glukosa dapat dibentuk melalui beberapa reaksi anabolik. Pertama ada
sintesis glikogen. Selain itu juga ada pembentukan molekul glukosa dari
protein dan lipid (Tortora, 2016).
● Glikogenesis
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. Hoboken,
NJ: J. Wiley
● Glikogenolisis
Ketika tubuh membutuhkan ATP, glikogen di hepatosit dipecah
menjadi glukosa dan dilepaskan ke dalam darah untuk dikirim ke sel. Di
sel glukosa tersebut akan melalui proses respirasi seluler. Glikogenolisis
adalah proses pemecahan glikogen menjadi glukosa.
Glikogenolisis dimulai dengan memisahkan molekul glukosa dari
cabang molekul glikogen melalui fosforilasi untuk membentuk glukosa
1-fosfat. Enzim fosforilase yang mengkatalis reaksi ini diaktifkan oleh
glukagon dari sel alpha pankreas dan epinefrin dari medula adrenal.
Glukosa 1-fosfat lalu diubah menjadi glukosa 6-fosfat dan akhirnya
menjadi glukosa. Lalu glukosa meninggalkan hepatosit melalui glucose
transporters (GluT) pada plasma membran. Fosfatase merupakan enzim
yang mengubah glukosa 6-fosfat menjadi glukosa. Enzim tersebut tidak
terdapat pada otot rangka, sehingga hanya hati yang dapat melepaskan
glukosa turunan glikogen ke dalam darah. Pada sel otot rangka, glikogen
diubah menjadi glukosa 1-fosfat lalu melewati proses glikolisis dan
siklus krebs. Tetapi asam laktat yang diproduksi oleh glikolisis pada sel
otot dapat diubah menjadi glukosa di hati. Dari proses ini glikogen otot
secara tidak langsung dapat menjadi sumber glukosa darah (Tortora,
2016).
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. Hoboken,
NJ: J. Wiley
● Glukoneogenesis
Ketika hati kehabisan glikogen tetapi tidak ada asupan makanan
yang masuk, maka tubuh akan meng katabolisme trigliserida (lemak) dan
protein. Bagian gliserol dari trigliserida, asam laktat, dan beberapa asam
amino dapat diubah menjadi glukosa di hati. Proses terbentuknya glukosa
dari sumber non karbohidrat disebut dengan glukoneogenesis. Sekitar
60% jenis asam amino dapat digunakan dalam glukoneogenesis. Asam
laktat dan asam amino seperti alanin, sistein, glisin, serin, dan treonin
diubah menjadi asam piruvat, lalu akan disintesis menjadi glukosa atau
masuk ke dalam siklus krebs. Gliserol dapat diubah menjadi gliseraldehid
3-fosfat, yang dapat membentuk asam piruvat atau digunakan untuk
sintesis glukosa (Tortora, 2016).
Glukoneogenesis
Sumber: Tortora, G. J. 2016. Principles of anatomy and physiology. 15th ed. Hoboken,
NJ: J. Wiley
5. Jenis dan cara kerja enzim serta hormon yang berperan dalam
metabolisme karbohidraet.
a. Enzim
Secara umum nama enzim terdiri dari istilah yang mengidentifikasi
jenis reaksi yang dikatalisis diikuti oleh akhiran -ase.
Karakteristik enzim meliputi :
● Mempercepat reaksi dengan memperkecil energi aktivasi
● Tersusun atas protein (apoenzim), yang diaktifkan oleh
gugus prostetik atau aktivator
2) Glikogenesis
3) Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan maka
glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai
sumber energi. Proses ini digunakan glikogenolisis.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis akan
tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan
glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim
fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis
rangkaian 1 4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1- fosfat.
Residu glikolisis terminal pada rantai paling luar molekul
glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4
buah residu glukosa yang tersisa pada sisi cabang 1 6.
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan
unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga
membuat titik cabang 1 6 terpanjang. Hidrolisis ikatan 1
6 memerlukan enzim pemutus cabang (debranching
enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut,
maka kerja enzim fosforilasi selanjutnya dapat berlangsung.
Sumber : Marks,D.B, Marks, A.L dan Smith, C.M, Biokimia Kedokteran Dasar,
2012.
Gambar 2.11 Perubahan dari fosfoenolpiruvat ke piruvat di luar mitokondria
dan dari piruvat ke fosfoenol piruvat dengan melibatkan mitokondria.
7) Pengaturan Glukoneogenesis
Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan
menggunakan glukosa melalui glikolisis, maka harus ada sistem
pengaturan yang mencegah agar kedua lintasan ini bekerja serentak.
Sistem pengatur juga harus menjamin bahwa aktivitas metabolik hati
sesuai dengan status gizi tubuh, yaitu pembentukan glukosa selama puasa
dan menggunakan puasa pada saat glukosa banyak. Aktivitas
glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara
perubahan jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi
(Colby,1998).
Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak
dimobilisasi dari cadangan jaringan adiposa dan aktivitas β-oksidasi dalam
hati meningkat. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar asam amino,
terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain
glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin dan asetil-KoA
semuanya memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke
glukoneogenesis dan mencegah penggunaanya oleh siklus asam sitrat.
Asetil KoA secara alosterik mengaktifkan piruvat karboksilase dan
menghambat piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa
piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu, menjamin bahwa piruvat akan
diubah menjadi oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat oleh asam lemak
dan alanin, menjadi penghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk
menjadi piruvat (Colby,1998).
Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa 1,6-
bifosfatase diperantarai oleh senyawa fruktosa 2,6-bifosfat. Pembentukan
dan pemecahan senyawa pengatur ini dikatakan fruktosa 2,6-bifosfat
sejajar dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya
meningkat bila glukosa banyak dan berkurang bila glukosa sedikit.
Fruktosa 3,6-bifosfat secara alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan
menghambat fruktosa 1,6-bifosfatase. Jadi, bila glukosa banyak, glikolisis
aktif dan glukoneogenesis dihambat. Bila kadar glukosa turun,
peningkatan glukagon mengakibatkan penurunan konsentrasi fruktosa 2,6-
bifosfat dan penghambatan yang sederajat pada glikolisis dan pengaktifan
glukoneogenesis (Colby,1998).
8) Siklus Cori
Lokalisasi enzim-enzim tertentu hanya dalam sel-sel tertentu
berarti bahwa beberapa organ tergantung pada yang lain untuk melengkapi
metabolisme substrat tertentu. Selama karbohidrat diperhitungkan, hati dan
otot rangka menjalankan suatu kerjasama metabolisme tertentu. Otot
rangka memperoleh ATP selama berlatih, hampir semuanya dari glikolisis.
Sebagai hasilnya, produk akhir latat memasuki darah. Latat ini kemudian
dihilangkan dari darah oleh hati terutama melalui isozim M4 laktat
dehidrogenase yang mengkatalisis konversi cepat laktat menjadi piruvat.
Bila hati biasanya dalam keadaan berenergi tinggi, maka mayoritas piruvat
ini diubah oleh jalur glukoneogenesis menjadi glukosa 6-fosfat. Senyawa
ini bisa dihidrolisis menjadi glukosa dengan enzim glukosa-6-fosfatase
yang kemudian dapat memasuki darah, dimana glukosa ditranspor menuju
otot rangka. Dalam otot rangka, glukosa diubah menjadi glukosa 6-fosfat
dengan enzim heksokinase lalu memasuki glikolisis. Proses ini disebut
siklus Cori (Ngili,2009).
b. Hormon
a) Kadar glukosa
b. Simpanan Karbohidrat
Glikogen adalah bentuk penyimpanan karbohidrat pada mamalia. Pada
manusia, mayoritas glikogen disimpan di otot rangka (∼500 g) dan hati
(∼100 g). Glikogen disimpan secara intraseluler akan segera tersedia untuk
memproduksi energi, dan laju produksi energi jauh melebihi fluks glukosa
ke otot rangka. Maka dari itu, glikogen otot mungkin penting untuk
kelangsungan hidup selama keadaan darurat akut sebagai substrat untuk
reaksi "fight or flight", sedangkan lemak yang terakumulasi penting untuk
kelangsungan hidup di waktu kelaparan (Jensen et al., 2011).
Kandungan glikogen lebih tinggi pada subjek yang dilatih ketahanan
dibandingkan dengan yang tidak terlatih, dan banyaknya glikogen
meningkat pada otot setelah latihan ketahanan (Burgomaster et al., 2005).
Sebaliknya, jika asupan karbohidrat manusia itu dalam jumlah tinggi dan
berkepanjangan tidak akan meningkatkan kandungan glikogen pada otot
rangka, dan kelebihan karbohidrat yang dikonsumsi diubah menjadi lipid
(Jensen, 2009). Oleh karena itu, kandungan glikogen di otot rangka pada
orang obesitas dan diabetes tipe 2 sebanding dengan subjek kurus atau
mungkin berkurang (He and Kelley, 2004). Karena olahraga meningkatkan
kapasitas penyimpanan glikogen dalam otot rangka, kemungkinan
ketidakaktifan akan mengurangi kapasitas penyimpanan.
Sumber: Seager, S., and Slabaugh, M., (2014). Chemistry for Today: General, Organic,
and Biochemistry. 8th ed. Belmont, CA: Cengage Learning.
1. Callista (13): Bentuk Karbohidrat Apa yang Paling Mudah Diserap oleh
Tubuh?
Bentuk karbohidrat yang paling mudah diserap oleh tubuh ialah
karbohidrat simpleks, seperti glukosa, fruktosa, laktosa, dll. Dimana karbohidrat
simpleks sendiri terdiri dari gula tunggal (monosakarida) dan gula ganda
(disakarida) yang strukturnya lebih sederhana dibanding dengan oligosakarida
dan polisakarida.
Karbohidrat simpleks ini dengan mudah dicerna dan digunakan sebagai
energi, menyebabkan peningkatan cepat gula darah dan sekresi insulin dari
pankreas. Maka dari itu biasanya kita akan lebih mudah merasa lapar kembali
ketika mengonsumsi karbohidrat simpleks dibanding dengan karbohidrat
kompleks (Holesh, et al., 2020).
- Sumber: Holesh, J. E., Aslam, S., and Martin, A., 2020. Physiology,
Carbohydrate. USA: StatPearls Publishing LLC.
2. Jika pada proses glikolisis ada reaksi yang tidak reversibel, bagaimana dengan
pada reaksi glukoneogenesis?
Pada dasarnya proses glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari
senyawa-senyawa non karbohidrat, misal asam laktat dan beberapa asam amino.
Walaupun proses glukoneogenesis mirip dengan glikolisis karena sama-sama
adalah proses reaksi sintesis glukosa. Namun glikolisis bukan kebalikan dari
glukoneogenesis, karena ada 3 tahap dalam reaksi glikolisis yang tidak
reversibel, sehingga diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya. Dengan
adanya 3 tahap reaksi tersebut maka proses proses glukoneogenesis berlangsung
melalui tahap reaksi lain (yang tidak sama dengan glikolisis).
- Sumber: Colby, D. S., 1998. Ringakasan Biokimia Harper. Jakarta:
Penerbit EGC.
3. Apakah lactose intolerance bisa diberikan treatment tertentu agar menjadi
normal? Bagaimana pada kasus lactose intolerance yang diturunkan dari
orang tuanya?
Pada bayi dan anak-anak umumnya kandungan enzim laktose dalam tubuh
relatif tinggi. tetapi setelah dewasa , sebagian indiividu mengalami penurunan
enzim laktase sehingga tidak tahan mengonsumsi susu. Oleh karenanya terdapat
anjuran untuk mempraktikkan minum susu dari masa anak-anak guna tubuh
terus memproduksi enzim laktase secara cukup (Fikawati, dkk. 2020).
Sejauh ini dari apa yang saya baca, intoleransi laktosa ini belum ada
pengobatannya, hanya saja dapat mengendalikan gejala dan faktor pemicunya.
Buat penderita ini bukan berarti benar-benar tidak dapat mengonsumsi produk
susu, hanya saja jumlahnya dibatasi. Alternatif lain ialah mengkonsusi produk
susu yang difermentasi karena memiliki laktosa yang rendah sehingga mudah
untuk dicerna tubuh penderita. (Saputra, 2019).
Untuk penderita juga dapat menyuntikkan atau memasukkan enzim laktose
yang berupa obat tablet atau tetes obat yang dapat membantu tubuh dalam
mencerna produk susu. Namun efek dan reaksi tubuh berbeda-beda, tidak semua
dapat terbantu akan hal ini. Untuk yang keturunan kan khususnya bagi bayi bisa
mengonsumsi produk rendah laktosa sejenis susu, seperti susu kedelai dll
(Fikawati, dkk. 2020).
- Sumber:
1) Fikawati, S. Syafiq, A. Karima, K, 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Depok:
Rajawali Pers.
2) Saputra, G. D., 2019. INTOLERANSI LAKTOSA: VARIASI
PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN TATALAKSANA. Lampung:
Fakultas Kedokteran UNILA.