Anda di halaman 1dari 16

25/05/2021

Perkembangan SNI Gempa dan Bahan


Bangunan dan Pengaruhnya pada
Kehandalan Bangunan Gedung Akibat
Gempa Sulawesi Barat

Prof. Iswandi Imran

Working Group on Earthquake Resistant Infrastructure


National Center for Earthquake Studies

SNI untuk Perencanaan Bangunan Tahan Gempa

Ketentuan untuk Kuat Lateral Perlu dan Tingkat Kinerja


 Gaya gempa desain (berdasarkan hazard risk)
 Kategori desain seismik (KDS)  sesuai hazard risk
 Tingkat kinerja untuk level hazard risk yang dipilih (divariasikan sesuai tingkat
kepentingan/keutamaan fungsi infrastruktur)
 Sistem struktur yang diijinkan sesuai KDS (beserta parameter desain)

Hal-hal tersebut diatur dalam SNI Gempa (SNI 1726)


 Acuan : ASCE 7

Ketentuan Desain dan Detailing Elemen untuk Daktilitas Struktur


 Persyaratan detailing untuk berbagai sistem struktur sesuai KDS
 Persyaratan material konstruksi sesuai KDS

Hal-hal terkait aspek desain dan detailing diatur dalam SNI Beton (SNI 2847) dan SNI Baja
(SNI 7860)
 Acuan: ACI 318 dan AISC Seismic Provision

1
25/05/2021

PARAMETER DESAIN UTAMA

Parameter desain utama yang harus didefinisikan


dalam perencanaan bangunan tahan gempa
berdasarkan SNI 1726 adalah:

- Spektrum respons desain  demand dari eksternal


(peta gempa)

- Kategori desain seismik (KDS)  demand pada str


(daktilitas dll)

SNI Terkini untuk Perencanaan Bangunan


Tahan Gempa
SNI 2847:2019
SNI 1726:2019

Seismic Loading Code Code for R/C Design and Detailing


for Building and Non-Building Str.

2
25/05/2021

Strategi Desain terhadap Beban Gempa

• Demand beban lateral pada bangunan akibat


respons spektra (percepatan gempa) rencana
di Indonesia pada umumnya tinggi  jauh
lebih besar dibandingkan dengan pengaruh
beban lateral lainnya, seperti angin.

• Bila demand tersebut tidak direduksi, hal ini


akan berakibat pada massive dan besarnya
elemen-elemen struktur bangunan pemikul
beban gempa.

• Beberapa metoda untuk mereduksi demand


beban lateral tersebut diakomodasi dalam SNI
1726.

Strategy untuk Mereduksi Beban


Gempa Desain
• Isolate the structures from strong ground
motions  using base isolation (SNI Pasal 12)
• Utilizing special seismic dampers as the energy
dissipation device (SNI Pasal 13)
• Permit inelastic behavior under strong
earthquake  structural damages but no
collapse (SNI Pasal 7)

3
25/05/2021

Reduksi Gempa Melalui Perilaku Inelastik

Kapasitas Disipasi Energi Global

Gaya
Kebutuhan gaya elastis Fe Elastis
maksimum Kebutuhan perpindahan
elastis maksimum
Gaya pada saat kondisi
leleh
Non-linear
Reduksi gempa didefinisikan Kebutuhan
dalam bentuk parameter R : perpindahan
Fy non-linear
Fn maksimum
Fe
Fn =
R
uy ue um Perpindahan
R = 1,5 hingga 8

Metoda Konvensional  Perilaku Inelastik

Rusak

Contoh Kerusakan yang Dapat Terjadi

Agar bangunan tidak runtuh  perlu


daktilitas
Seismic Input

Sistem Konvensional

4
25/05/2021

Design Objective to Achieve Seismic Resistant

• Protect the public safety by minimizing the chance for


structural collapse:

• Needs integrity and continuity


• Needs redundancy
• Needs ductility
• Needs to define and maintain strength
hierarchy

• Limit damages/losses on investment by controlling drift


and providing adequate strength

Evolusi Indonesian Seismic Loading dan


Concrete Detailing Code
Seismic Loading Code Concrete Design Code (Detailing)
Period
Code Title Reference Note Code Title Reference Note
Peraturan
Peraturan Bangunan Beton
1965 not published PBI 1955
Tahan Gempa 1965 Bertulang
Indonesia 1955
ACI 318-
Peraturan 70,
Peraturan Muatan
1 PMI 1970 Bangunan Tahan PB1 1971 PB1 1971 Unified
Indonesia 1970 (N.I-18)
Gempa 1965 B.S. Code
1970
Peraturan Pembebanan ACI 318-
PBI 1981
1981 70,
Peraturan Perencanaan PB1 1971 PB1 1971 Unified
PPTGIUG 1983 Tahan Gempa Indonesia B.S. Code
Untuk Gedung 1983 1970

Tata Cara Perencanaan New Zealand Code Buku Pedoman


Pembebanan Indonesia 1980 and Perencanaan
2
untuk Gedung 1983 Indonesian untuk Struktur
Earthquake Study SKBI- Beton
Pedoman Perencanaan 2.3.53.1987/ Bertulang Biasa
SKBI 1.3.53.1987 Pembebanan untuk NZ CODE
SNI-1734-1989- dan Struktur
Rumah dan Gedung F Tembok
Tata Cara Perencanaan Bertulang
SNI 1727-1989 Pembebanan untuk untuk Gedung
Rumah dan Gedung 1983

5
25/05/2021

Evolusi Indonesian Seismic Loading dan


Concrete Detailing Code
Peraturan Pembebanan
PBI 1981
1981
Tata cara
Peraturan Perencanaan
penghitungan
PPTGIUG 1983 Tahan Gempa Indonesia SK SNI T-15-
struktur beton
Untuk Gedung 1983 1991-03
untuk bangunan
Tata Cara Perencanaan gedung
Pembebanan Indonesia New Zealand Code Combination
3 untuk Gedung 1983 1980 and Indonesian of NZ and
Earthquake Study ACI 318M-83
Pedoman Perencanaan
SKBI 1.3.53.1987 Pembebanan untuk Rumah Tata cara
dan Gedung penghitungan
SNI 03-2847-
struktur beton
Tata Cara Perencanaan 1992
untuk bangunan
SNI 1727-1989 Pembebanan untuk Rumah gedung
dan Gedung
NEHRP1997. Part 1 - Tata cara
Tata Perencanaan Provision; Part 2: perhitungan
RSNI 03-2847-
4 SNI 03-1726-2002 Ketahanan Gempa untuk commentary; FEMA struktur beton ACI 1999
2002
Rumah dan Gedung 1998, UBC1997. Ed. untuk bangunan
Vol 2 gedung
NEHRP1997. Part 1 - Tata cara
Tata cara perencanaan Provision; Part 2: perhitungan
“SNI 03-1726- RSNI 03-2847-
5 ketahanan gempa untuk commentary; FEMA struktur beton ACI 1999
2003” 2002
bangunan gedung 1998, UBC1997. Ed. untuk bangunan
Vol 2 gedung
Tata cara perencanaan Persyaratan
ketahanan gempa untuk beton struktural
6 SNI 1726-2012 ASCE/SEI 7-10 SNI 2847-2013 ACI 318M-11
struktur bangunan gedung untuk bangunan
dan non gedung gedung

Saat ini SNI 1726-2019 dan SNI 2847-2019

Contoh Perbedaan diantara Beberapa


Versi Code Gempa Indonesia
• Seismic loading (in terms of PGA and Spectral Values),
zoning and soil type categories (amplification)
• Elastic or inelastic spectra
• Structural system (ductility) vs KDS
• Seismic loading combination
• Importance category
• Procedure for seismic analysis Affect:
- Size of structural elements
• Story drift limits - Performance
• Structural time period limits
• Crack properties of structural elements
• Scaling of dynamic base shear
• Irregularity
• Persyaratan Detailing dan lain-lain

6
25/05/2021

Evolusi Seismic Hazard Maps of Indonesia


Indonesian Conrete Design Code 1966 Indonesian Loading Code 1970

Indonesian Earthquake Design Code 1983 Indonesian Earthquake Building Code SNI 1726-2002

Indonesian Seismic Hazard Maps 2010 New National Seismic Hazard Maps 2017

Seismic Design Values of Indonesia

PGA for Maximum Considered Earthquake (MCER)


(Site Class BC  2% PE in 50 years)

SNI 1726:2019

14

7
25/05/2021

Seismic Hazard Maps of Indonesia 2017

Hazard Maps 2010: 81 active fault lines

Hazard Maps 2017: 295 active fault lines

Website to Obtain Design Response Spectra

rsapuskim2019.litbang.pu.go.id

8
25/05/2021

Perbandingan dengan Elastic Response


Spektra Desain di Sulbar

Respon Spektra - SE
Respon Spektra - SD 1,2
1,2
1
1
SNI 1726-2019 DBE SNI 1726-2019 DBE
0,8 0,8
SNI 1726-2012 DBE SNI 1726-2012 DBE

Sa (g)
Sa (g)

0,6 0,6
SNI 1726-2002 DBE SNI 1726-2002 DBE
0,4 0,4

0,2
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 0
T (s) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
T (s)

Catatan:
- Berdasarkan SNI 2002  Mamuju masuk zona gempa rendah
- Berdasarkan SNI 2012/2019  Mamuju masuk zona gempa tinggi
- Persyaratan seismic detailing zona gempa tinggi >>>> dibandingkan dengan
yang berlaku pada zona gempa rendah

Pengaruh Peningkatan Seismic Hazard


terhadap Desain Struktur Baru
1. Dimensi struktur akan berubah, karena dipengaruhi oleh:
a. Koefisien gempa (rasio geser dasar terhadap berat)
b. Pembatasan perioda (ratio mass terhadap stiffness)
c. Pembatasan drifts

2. Penulangan (termasuk detailing) akan dipengaruhi tingkat


kebutuhan daktilitas
 antisipasi “the un-expected”

9
25/05/2021

Kategori Desain Seismik (KDS)

KDS: A
B Resiko gempa meningkat

C dan akibatnya
Persyaratan desain dan detailing
D
gempa pada struktur juga
E meningkat

Ketentuan Detailing untuk KDS D, E, F

10
25/05/2021

Beberap Persyaratan Sistem Str. pada KDS D


(Resiko Gempa Tinggi)

• Harus memiliki daktilitas yang memadai  tidak


semua sistem struktur boleh digunakan

• Ketinggian untuk beberapa sistem struktur dibatasi


50 meter
• Hanya ada dua sistem struktur yang diijinkan SNI
dengan ketinggian melebihi 50 m, yaitu: sistem
rangka penahan momen khusus dan sistem ganda
khusus.

Sebagai antisipasi “the unexpected”

Ketentuan Detailing untuk KDS D, E, F

Khusus

11
25/05/2021

Persyaratan Material Baja Tulangan

Persyaratan material baja tulangan untuk SRPMK dan


SDSK (Pasal 20.2.2.5): SNI 2052:2017

Persyaratan Baja Tulangan untuk Struktur Tahan


Gempa

12
25/05/2021

Analisis Kerusakan Bangunan


Berdasarkan kerusakan yang terjadi akibat gempa
Sulbar yll, ada beberapa hal yang dapat disampaikan:
• Kekuatan beberapa elemen struktur telah terlewati 
demand gempa > kapasitas  aspek kekuatan
• Drift yang terjadi berlebihan  kerusakan significant
pada elemen non structural  aspek kekakuan
• Kapasitas kolom lebih rendah dari kapasitas balok
yang merangka di join yang sama  aspek detailing
• Seismic detailing yang terpasang tidak didesain untuk
mengakomodasi kondisi demand yang lebih besar dari
kapasitas (termasuk kurangnya celah dilatasi).

Celah Dilatasi & Tangga

13
25/05/2021

Permasalahan Seismic Detailing

Catatan:
- Menggunakan sengkang tulangan polos
- Tanpa tulangan cross-ties pengekang
- Spasi sengkang ditumpuan > 100 mm
- Spasi sengkang dilapangan > 150 mm

Ketentuan Baru untuk Detailing Kolom

14
25/05/2021

Permasalahan Seismic Detailing

Catatan:
- Menggunakan sengkang tulangan
polos
- Tanpa tulangan cross-ties pengekang
khususnya di tumpuan
- Spasi sengkang ditumpuan > 125 mm
- Spasi sengkang dilapangan ok.

Potensi Kerentanan pada Bangunan


Eksisting di Sulbar

• Kapasitas bangunan eksisting, khususnya yang


didesain dengan SNI 2002 atau sebelumnya, jauh
lebih rendah dibandingkan dengan demand
berdasarkan SNI 2012/2019

• Seismic detailing yang terpasang kemungkinan


besar tidak memadai untuk zona gempa tinggi
(yang khususnya diperuntukkan untuk
mengantisipasi “the unexpected”)

15
25/05/2021

Strategi Jangka Panjang untuk Mitigasi


Risiko pada Bangunan Eksisting
Untuk penggunaan jangka panjang, seluruh
bangunan di wilayah terdampak (termasuk yang
hanya mengalami rusak ringan) seharusnya di
assess/evaluasi serta diretrofit agar dapat
menahan kejadian gempa besar yang mungkin
terjadi  ASCE 41-17

Perlu disusun peta kerentanan/risiko bangunan


(khususnya bangunan hunian) di wilayah Sulbar

Perancangan bangunan baru agar dilakukan secara


konsisten dengan mengacu pada SNI Gempa dan
SNI Detailing terkini.

Terimakasih

16

Anda mungkin juga menyukai