Anda di halaman 1dari 9

PEMODELAN KUALITAS AIR PERAIRAN JENEPONTO

STUDI/KASUS SEBARAN AIR PENDINGIN PLTU JENEPONTO, DESA


PUNAGAYA KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO
Oleh :
Bahrul Ulum[1] Muh. Alimuddin Hamzah[1] Sakka[1]
[1]
Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin
bahrululum1808@gmail.com

SARI BACAAN

Sebaran panas merupakan proses difusi yang terjadi akibat perbedaan gradien temperatur.
Setiap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dibangun di dekat pantai/perairan supaya
memperoleh air dalam volume yang cukup besar untuk digunakan sebagai bahan utama
dalam mendinginkan kondensor. Seperti yang dilakukan PLTU Jeneponto, air pendingin
ini dialirkan kembali nantinya ke perairan asalnya dalam keadaan suhu yang berbeda.
Olehnya itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hidrodinamika di sekitar
perairan PLTU Jeneponto dan pola sebaran panas air pendingin PLTU pada fase pasang
purnama (spring tide) dan pada fase pasang perbani (neap tide). Metode yang digunakan
adalah pendekatan model matematis hidrodinamika dan simulasi transport panas dalam
2D. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa arus bergerak ke arah utara pada kondisi
pasang dan ke arah selatan pada kondisi surut dengan kecepatan maksimum 0.2 m/s.
Sedangkan sebaran panas air pendingin untuk setiap skenario 320C, 370C, dan 400C,
keluaran panas dari outlet lebih besar terjadi pada kondisi surut terendah fase pasang
purnama (spring tide) ke arah barat laut dengan jarak sejauh 220 m, 360m, dan 380 m .

Kata kunci : Jeneponto, Sebaran panas dan PLTU

ABSTRACT

Heat distribution is diffusion process that occurs due to the difference of temperature
gradient. Every steam power plant is built near the shore in order to obtain water in large
volume as main material in cooling the condenser. It is similar to PLTU in Jeneponto, the
cooling water is redistributed to its source with different temperature condition. Aims of
this study are to know hydrodynamics pattern around steam power plant and heat
distribution pattern of cooling water in spring tide phase and neap tide phase. Methods
used in this study were mathematical model of hydrodynamics and heat transport
simulation in 2D. The result of mathematical modeling showed current tends to the North
on tide condition and to the South on low tide condition with maximum velocity 0.2 m/s.
Furthermore, heat distribution of cooling water for each scenario 32 0C, 37 0C and 40 0C
respectively. The heat output of the outlet showed greater was occurred at lowest tide of
spring tide phase with distance 220 m, 360 m and 380 m to the Northwest.

Keywords: heat distribution; Jeneponto; and stream power plant

PENDAHULUAN beberapa dekade terakhir. Untuk


memenuhi kebutuhan energi listrik
Sektor energi khususnya subsektor tersebut, sejumlah pembangkit listrik
ketenagalistrikan merupakan salah satu dibangun. Jenis pembangkit yang
penggerak utama pembangunan dibangun umumnya adalah pembangkit
perekonomian di semua negara termasuk listrik termal[1]. Pada wilayah Sulawesi-
Indonesia. Di Indonesia, kebutuhan akan Selatan terdapat pembangkit listrik
energi listrik terus meningkat pada tenaga uap (PLTU) Jeneponto
1
berkapasitas 2x125 MW yang dibangun temperatur bergerak dari temperatur
diatas lahan seluas kurang lebih 100 tinggi ke temperatur rendah[5]. Studi
hektar oleh PT Bosowa Energi untuk yang menjelaskan karakteristik
memenuhi kebutuhan energi listrik oseanografi dan kualitas air laut di
masyarakat Sulawesi Selatan[2]. lokasi pembangkit listrik, seperti kondisi
dinamika transport sebaran panas yang
Pengoperasian suatu instalasi merupakan acuan dalam pemantauan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) setelah berjalannya pembangkit listrik
umumnya menggunakan air laut sebagai sangat diperlukan untuk mengetahui
pendingin. Air laut yang telah digunakan pola arah transport sebaran panas dari
sebagai pendingin ini dibuang kembali hasil pendingin pembangkit listrik.
ke laut dengan temperatur yang berbeda,
namun untuk menurunkan temperatur Untuk mengetahui persebaran air
sebelum dibuang kembali ke laut, air pendingin hasil buangan digunakan
pendingin terlebih dahulu dialirkan pendekatan model matematis
melalui suatu kanal pendingin (cooling hidrodinamika dan simulasi transport
chanel). Air pendingin yang masuk panas[6]. Suhu air sangat menentukan
kembali ke laut tetap memiliki kulitas air karena perubahan suhu
temperatur di atas temperatur ambien air berpengaruh terhadap proses fisika,
laut[3]. Jika limbah panas yang dibuang kimia dan biologi badan air[7]. Pada
menuju laut tidak sesuai dengan suhu penelitian yang dilakukan oleh
normal laut, maka kehidupan biota laut Hasriyani (2014) telah membuat
sekitar pembuangan limbah panas akan simulasi prediksi sebaran panas rencana
terganggu[4]. Hanya ikan, krustasea dan pembangunan PLTU tahap II unit 3 dan
moluska yang dapat bertahan terhadap 4 dengan peningkatan suhu sebesar
temperatur yang tinggi dan dapat hidup 2.40C-3.80C ke perairan Punagaya dari
dalam lingkungan yang panas. suhu ambient 320C[8]. Olehnya itu
Temperatur maksimum yang dapat penelitian ini dilakukan dalam rangka
ditoleransi oleh ikan adalah 38,10C, memodelkan sebaran air pendingin dari
krustasea 37,9 0C dan moluska 36,70C[3]. kanal pembuangan PLTU Jeneponto ke
perairan sekitarnya pada saat sekarang
Persebaran panas merupakan proses sudah beroperasi dengan membuat
difusi, dimana persebaran yang terjadi skenario sebaran berdasarkan besarnya
disebabkan oleh adanya faktor suhu air pendingin yang keluar dari
perbedaan gradient temperatur, sehingga outlet pembuangan.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap megawatt diperlukan sebanyak 45-55
m3/detik. Air pendingin yang bersuhu
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) relatif tinggi, dengan volume yang
adalah suatu pusat pembangkit listrik besar, dan secara terus menerus dibuang
yang menggunakan tenaga uap sebagai ke perairan akan mempengaruhi naiknya
penggerak utama turbin, guna suhu perairan dari kondisi mula-mula
menghasilkan tenaga listrik. PLTU (suhu ambient)[4]. Berdasarkan peraturan
mempunyai produk sampingan berupa menteri Negara lingkungan hidup nomor
air panas yang suhunya lebih tinggi dari 8 tahun 2009 tentang baku mutu air
suhu air sebelum dipakai untuk limbah bagi usaha dan / atau kegiatan
pendingin. Besarnya kebutuhan air pembangkit listrik tenaga termal, suhu
pendingin bergantung pada kapasitas maksimum sumber pendingin (air
maksimum dari unit-unit PLTU, pada bahang) adalah 40 0C dan salinitas pada
umumnya penggunaan air pendingin radius 30 m dari lokasi pembuangan air
pada beban penuh untuk setiap limbah ke laut, kadar salinitas air limbah

2
sudah harus sama dengan kadar salinitas Integrasi persamaan- persamaan
alami[9]. kontinuitas dan momentum untuk
Skema pembangkit listrik tenaga uap mencari persamaan 2DH, dipakai
dengan bahan bakar batubara anggapan dan penyederhanaan sebagai
ditunjukkan pada Gambar 1 berikut : berikut ini[12] :
1. Nilai rata-rata kedalaman dianggap
cukup representatif untuk mewakili
nilai-nilai besaran yang berubah
sepanjang kedalaman aliran
2. Kecepatan dan percepatan arah
vertikal dianggap sangat kecil,
sehingga diabaikan
3. Berlaku distribusi tekanan
hidrostatik diseluruh kedalaman
Gambar 1 Skema Pembangkit Listrik 4. Kemiringan dasar kedua arah
Tenaga Uap[10] horizontal kecil
Dengan penyederhanaan tersebut,
Dampak Limbah Air Panas Terhadap persamaan kontinuitas dan momentum
Biota Laut untuk model 2DH adalah sebagai
berikut[13]:
Perubahan suhu secara tidak alamiah
Persamaan Kontinuitas
berdampak tidak langsung terhadap
biota dimana daya dukung habitatnya (1)
menjadi hilang. Sebagai contoh pada Persamaan Momentum
habitat terumbu karang, dengan Pada sumbu x :
berubahnya suhu maka tingkat kelarutan
oksigen dan kalsium karbonat (calcite
atau aragonite) di air akan berubah. [ ]
Lebih jauh lagi akan berpengaruh
terhadap kelarutan kontaminasi logam [ ] (2)
(metal) dan bahan beracun lainnya yang
Pada sumbu y :
berasimilasi dengan proses fisiologi
biota. Limbah air panas dari instalasi
pembangkit listrik biasanya dibuang
secara langsung ke laut sehingga – [ ]
meningkatkan suhu air dan
menimbulkan pencemaran termal. [ ] (3)
Kenaikan suhu 10 derajat dapat Dimana :
mempercepat aktivitas metabolisme h (x,y,t) : kedalaman air bervarisasi
biota air menjadi dua kali dari biasanya. terhadap waktu (m)
Karena masing-masing jenis biota air
memiliki kecepatan metabolik yang (x,y,t) : elevasi muka air laut (m)
berbeda, maka biota air hanya dapat u (x,y,t) :kecepatan rata-rata terhadap
hidup pada rentangan suhu tertentu yang kedalaman pada sumbu x ( m/s)
berbeda-beda untuk setiap kelompok v (x,y,t):kecepatan rata-rata terhadap
biota[11]. kedalaman pada sumbu y ( m/s)
g : percepatan gravitasi ⁄
Kontinuitas dan Momentum (2DH) : densitas air laut
(kg/ )

2
: referensi densitas air perairan, arus yang dominan
(kg/ ) dibangkitkan oleh pasang surut. Untuk
: tekanan permukaan sebaran suhu persamaan yang
digunakan dalam pemodelan adalah
: tegangan permukaan persamaan transport panas 2D berikut :
arah sumbu x ̅ ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅
: tegangan permukaan
arah sumbu y (5)
: tegangan dasar arah
sumbu x Dimana :
: tegangan dasar arah h : Kedalaman air total (m)
sumbu y ̅ :Suhu rata-rata terhadap kedalaman
: tegangan geser arah (0C)
sumbu x : Suhu pada sumber/source (0C)
: tegangan normal arah S : Magnitude of discharge dalam hal
y terhadap sumbu x ini debit kanal (m3/s)
:tegangan geser arah u (x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap
sumbu y kedalaman pada sumbu x ( m/s)
v (x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap
Persamaan Transport kedalaman pada sumbu y ( m/s)
Distribusi kualitas air yang merupakan : Difusi horizontal suhu
substansi dalam bentuk larutan dan
partikel dapat diketahui dengan Untuk proses peluruhan/decay pada
pendekatan modul transport. Beberapa modul transport panas digunakan
pendekatan model dinamik yang persamaan berikut:
digunakan untuk menggambarkan
kualitas perairan mengacu pada F = 0.2388/( .Cp.h).[(4.6 0.09(Tref +
pengembangan model 2-D berdasarkan Tr) + 4.06w)
persamaan momentum dan persamaan exp (0.033 (Tref + Tr))](5) (6)
kontinuitas dengan mempertimbankan Dimana :
kedalaman dimana h = η + d adalah[13] Tref : Referensi suhu (0C)
:
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
Tr : Peningkatan suhu (0C)
(4) . : densitas air (kg/m3)
Dimana : Cp : Panas spesifik (cal/kg 0C)
h : Kedalaman air total (m) W : Kecepatan angina (m/s)
(x,y,t) : elevasi muka air laut (m)
METODOLOGI PENELITIAN
d : Kedalaman Air (m)
S : Magnitude of discharge Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
dalam hal ini debit kanal (m3/s) Juli 2017 yang meliputi studi literatur,
U(x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap survei awal lokasi penelitian,
kedalaman pada sumbu x ( m/s) pengumpulan data sekunder,
V(x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap pengambilan data lapangan (data kondisi
kedalaman pada sumbu y ( m/s) fisik), pengolahan data, analisa data,
Transpor suatu komponen diperairan pemodelan sebaran parameter pencemar
tergantung pada arus, dimana pada air (suhu) dan penyusunan laporan hasil
penelitian
3
. 4. YSI Pro 2030 sebagai alat untuk
mengukur suhu air laut.
Sedangkan bahan/data yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Data citra perairan Jeneponto
2. Data Batimetri
3. Data Pasang surut
4. Data Suhu

Adapun titik koordinat stasiun


pengambilan sampel suhu ditunjukkan
pada Gambar. 4 berikut :

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Daerah penelitian secara administrasi


berada pada koordinat 5°37’16.095” LS
dan 119°32’41.827” BT. Secara khusus
lokasi penelitian adalah wilayah
pembuangan air limbah / air pendingin
PLTU Jeneponto, Desa Punagaya,
Kecamatan Bangkala, Kabupaten
Jeneponto yang mendapatkan pengaruh
pasang surut air laut. Gambar 3. Titik Pengambilan Suhu
Perairan
Alat dan Bahan/Data Dari titik sampel suhu diatas diperoleh
data suhu selama 2 hari pengambilan
Alat yang digunakan sebagai sarana data dengan waktu pengambilan data
pencapaian tujuan penelitian adalah suhu yang berbeda, yakni pada pagi,
1. Satu unit komputer dilengkapi siang dan menjelang malam. Dari data
dengan perangkat lunak (software) lapangan nantinya akan dibandingkan
seperti : dengan hasil model untuk melihat
 Software Google Earth untuk kesesuaian data sebaran panas pada
menentukan batas wilayah perairan Punagaya.
penelitian ;
 Software Arc GIS 10.3 untuk
mengolah data batimetri dan HASIL DAN PEMBAHASAN
garis pantai;
 Software MIKE by DHI 2012 Pemodelan sebaran suhu air pendingin
untuk memprediksi data pasang PLTU dari kanal ke laut merupakan
surut, memodelkan simulasi bahan kajian untuk mengamati
arus laut dan sebaran air panas perubahan temperatur air laut akibat
hasil pendingin PLTU; kegiatan operasional Pembangkit Listrik
2. Perahu motor sebagai alat Tenaga Uap (PLTU). Oleh karena itu
transportasi untuk mengambil data pembuatan model berdasarkan skenario
koordinat stasiun dan kondisik fisik buangan suhu air panas dengan kondisi
perairan (suhu); pasang surut air laut dilakukan untuk
3. GPS (Global Positioning Ssystem) melihat sejauh mana sebaran suhu air
sebagai alat penentu titik pengambilan panas pada badan air laut. Simulasi
sampel; model sebaran suhu air pendingin pada
4
badan air laut ini dilakukan dengan waktu data lapangan, maka data prediksi
menggunakan Software MIKE by DHI digeser +8 jam untuk mendapatkan pola
2012 dengan modul hidrodinamika (HD) yang sesuai/mendekati. Hasil verifikasi
yang berfungsi untuk memodelkan arah pasang surut ditunjukkan pada gambar 5
dan kecepatan arus yang selanjutnya beriukt.
menggunakan modul transport (MT)
berfungsi untuk memodelkan sebaran
suhu air panas hasil pendingin PLTU
yang dialirkan ke laut.

Dalam pemodelan ini, digunakan data


pasang sururt sebagai parameter
pembangkit arus, dengan kata lain data
pasang surut merupakan data awal Gambar 4. Hasil Verifikasi Data
dalam pembuatan model hidrodinamika Pasang Surut
sebelum masuk dalam pembuatan model
transport panas. Maka dari itu data Dari data pasang surut lapangan dan
pasang surut yang diperoleh dari prediksi/model dilakukan validasi data
prediksi global tide dilakukan verifikasi dengan cara uji korelasi, hasil uji
dan validasi data dengan hasil korelasi pasang surut diperoleh nilai
pengukuran lapangan. koefisien korelasi sebesar 0.848.
Koefisien korelasi merupakan suatu nilai
yang digunakan untuk mengukur tingkat
Verifikasi Data Pasang Surut kedekatan hubungan antara dua variabel.
Koefisien korelasi bernilai +1 berarti
Pasang surut merupakan proses naik dua variabel berkorelasi sempurna (data
turunnya muka laut secara periodik, lapangan dengan data prediksi pasang
karena gaya tarik benda-benda angkasa, surut) atau dapat dikatakan bahwa dua
terutama bulan dan matahari.[22] Pasang variabel tersebut identik. Nilai positif
surut merupakan salah satu parameter (+) menunjukkan hubungan dua variabel
yang dapat digunakan untuk melakukan berbanding lurus. Nilai R yang
validasi model. mendekati +1 tersebut menunjukkan
bahwa data lapangan dan hasil prediksi
Verifikasi pasang surut dilakukan untuk pasang surut berkorelasi tinggi dengan
mengetahui apakah model yang nilai 0.848 sehingga dapat dikatakan
dibangun sesuai atau tidak dengan bahwa data prediksi pasang surut yang
kondisi di lapangan. Verifiaksi data akan kita gunakan dari global tide untuk
pasang surut pada model ini di plotkan wilayah penelitian valid.
dengan data hasil prediksi MIKE 21
dengan titik koordinat, time step dan
time interval yang sama. Fluktuasi muka
air laut dari hasil model dan hasil
pengukuran di lapangan terdapat sedikit
perbedaan, namun pola naik turun muka
air laut sudah mendekati sama. Hal
mendasar yang terjadi antara data pasut
prediksi dengan data pasut pengukuran
lapangan adalah adanya pergeseran
waktu. Dimana data pasut prediksi lebih
lambat dari data hasil pengukuran Gambar 5. Grafik Korelasi Data Pasang
lapangan, sehingga untuk menyesuaikan Surut

5
Hasil Simulasi Pola Arus dan Sebaran
Panas

Arus merupakan fenomena naik


turunnya massa air laut yang dapat
dibangkitkan oleh berbagai gaya baik
secara eksternal maupun internal.
Pergerakan massa air atau arus ini
merupakan media yang mampu
memindahkan bahang dari sumbernya
ke tempat lain[22]. Hasil simulasi pola
arus bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang pola arus di perairan
Jeneponto dan sekitar lokasi Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto.

Hasil pemodelan arus pasang surut Gambar 6. Pola Arus Sekitar Wilayah
dimodelkan dengan rentang waktu setiap PLTU Pada Kondisi
10 menit selama satu bulan dan
perubahan dari model tersebut di (a. Menuju Surut, b. Surut Terendah, c.
visualisasikan dengan vektor arah arus Menuju Pasang, d. Pasang Tinggi)
pasang surut, Sehingga mudah untuk
Berdasarkan hasil simulasi pada gambar
dilakukan pengamatan dan analisis
7 menunjukkan bahwa arus bergerak
terhadap hasil simulasi model arus
dari arah utara ke arah selatan pada saat
pasang surut pada domain model. Pola
kondisi surut sedangkan pada kondisi
arus disimulasikan berdasarkan skenario
pasang, arah arus bergerak sebaliknya
kondisi ekstrim pasang surut (kondisi
yaitu dari arah selatan ke arah utara.
menuju surut, surut terendah, menuju
Arah arus pasang biasanya bertolak
pasang dan pasang teringgi,).
belakang dengan arah arus surut[8]. Pada
Pada sebaran suhu air pendingin PLTU kondisi surut terendah menunjukkan
simulasi model dilakukan pada dua fase, bahwa terjadi turbulensi arus yang besar
yaitu fase pasang purnama (spring tide) di depan wilayah outlet pembuangan air
dan fase pasang perbani (neap tide) dan pendingin PLTU, hal ini dipengaruhi
berdasarkan skeanrio keluaran panas oleh massa air yang keluar dari outlet
yang telah dibuat yakni 320C, 370C, cukup besar keperairan yaitu 11.66 m3/s.
400C. Pada model sebaran suhu
Hasil Model Sebaran Panas Pada
menampilkan perbedaan gradien warna
Pasang Purnama (spring tide)
yang menunjukkan perubahan suhu pada
saat keluar dari outlet pembuangan
menuju ke arah lepas pantai dikarenakan
adanya proses difusi yang terjadi.

6
(a. Menuju Surut, b. Surut Terendah, c.
Menuju Pasang, d. Pasang Tinggi)

Kesimpulan

1. Dari hasil pemodelan hidrodinamika


perairan Jeneponto diketahui bahwa
pola arus bergerak ke arah selatan
pada kondisi surut dan sebaliknya
ketika pasang arus bergerak ke arah
Gambar 7. Pola Sebaran Panas Pada utara dengan kecepatan arus sebesar
Suhu 320C, 370C,dan 400C 0.01 m/s – 0.2 m/s pada perairan
dekat PLTU.
(a. Menuju Surut, b. Surut Terendah, c.
Menuju Pasang, d. Pasang Tinggi) 2. Dari hasil pemodelan sebaran panas
Hasil Model Sebaran Panas Pada diperoleh perbedaan jarak sebaran,
dimana pada saat pasang purnama
Pasang Perbani (neap tide) (spring tide) kondisi surut terendah
pada skenario suhu 320C, jarak
sebaran sejauh 220 m dari outlet
menuju barat laut sedangkan pada
skenario 370C dan 400C jarak sebaran
sejauh 360 m dan 380 m, sedangkan
pada kondisi pasang tinggi jarak
sebaran yang menuju ke arah barat
laut hanya sejauh 140 m, 210 m, dan
213 m untuk setiap skenario. Pada
saat pasang perbani (neap tide)
ketika kondisi surut terendah jarak
sebaran ke arah barat laut dengan
skenario 320C, 370C, dan 400C sejauh
217m, 363m, dan 375m, sedangkan
pada saat kondisi pasang tertinggi
jarak sebaran sejauh 138 m, 203 m,
dan 206m.

Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut terkait


Gambar 8. Pola Sebaran Panas Pada pencemaran air dengan parameter kimia
Suhu 320C, 370C,dan 400C dan biologi perairan sekitar wilayah
PLTU.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Susila I.M., Faridha., dkk. 2011. Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota
Perairan Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya. Ketenagalistrikan Dan
Energi Terbarukan. Vol. 10 No. 1, 35 – 50. ISSN 1978 – 2365.

2. Tetty., Baso A., dan Syamsuddin R. 2014. Dampak Sosial Ekonomi Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Punagaya Terhadap Budidaya Rumput Laut Di Kabupaten
Jeneponto.

3. Cahyana C. 2011. Model Sebaran Panas Air Kanal Pendingin Instalasi Pembangkit
Listrik Ke Badan Air Laut. (Tesis). Universitas Indonesia : Jakarta

4. Fudlailah P., Mukhtasor., dan Zikra M. 2012. Pemodelan Penyebaran Limbah Panas
di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Outfall PLTU Paiton).

5. Wibowo N.T., Sugianto D.N., dan Indrayanti E. 2012. Studi Model Persebaran Panas
Pada Perairan Dalam Rencana Pembangunan PLTU Karanggeneng Roban, Batang.
Journal Of Oceanography : Volume 1, Nomor 1, 102-110.

6. Susiati H., dan Mellawati J. 2012. Simulasi Sebaran Panas Di Perairan Teluk
Menggiris, Lokasi Tapak PLTN Banka Barat. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir :
Vol. 14 No. 2

7. Efendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. PT.Kanisius. 257 Hal.

8. Hafid,H. 2014. Prediksi Sebaran Suhu Air Panas PLTU dan Pengaruhnya Terhadap
Ekosistem Perairan (Studi Kasus : Rencana Pembangunan PLTU Jeneponto Tahap II
unit 3 dan 4 di Desa Punagaya, Kec.Bangkala, Kab.Jeneponto) (Tesis). Universitas
Hasanudddin

9. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08


TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL

10. Ontario Power Generation.2010, How it works electricity generation, kanada

11. Mukhtasor. (2007). Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

12. Istiarto.2011. CFD di Bidang Hidraulika Saluran Terbuka, JTS FT UGM.


Yogyakarta

13. Mike by DHI.2012. Mike 21 & Mike 3 Flow Model FM, Hydrodynamic and
Transport Modul, Scientific Documentation, DHI Software

Anda mungkin juga menyukai