SARI BACAAN
Sebaran panas merupakan proses difusi yang terjadi akibat perbedaan gradien temperatur.
Setiap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dibangun di dekat pantai/perairan supaya
memperoleh air dalam volume yang cukup besar untuk digunakan sebagai bahan utama
dalam mendinginkan kondensor. Seperti yang dilakukan PLTU Jeneponto, air pendingin
ini dialirkan kembali nantinya ke perairan asalnya dalam keadaan suhu yang berbeda.
Olehnya itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hidrodinamika di sekitar
perairan PLTU Jeneponto dan pola sebaran panas air pendingin PLTU pada fase pasang
purnama (spring tide) dan pada fase pasang perbani (neap tide). Metode yang digunakan
adalah pendekatan model matematis hidrodinamika dan simulasi transport panas dalam
2D. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa arus bergerak ke arah utara pada kondisi
pasang dan ke arah selatan pada kondisi surut dengan kecepatan maksimum 0.2 m/s.
Sedangkan sebaran panas air pendingin untuk setiap skenario 320C, 370C, dan 400C,
keluaran panas dari outlet lebih besar terjadi pada kondisi surut terendah fase pasang
purnama (spring tide) ke arah barat laut dengan jarak sejauh 220 m, 360m, dan 380 m .
ABSTRACT
Heat distribution is diffusion process that occurs due to the difference of temperature
gradient. Every steam power plant is built near the shore in order to obtain water in large
volume as main material in cooling the condenser. It is similar to PLTU in Jeneponto, the
cooling water is redistributed to its source with different temperature condition. Aims of
this study are to know hydrodynamics pattern around steam power plant and heat
distribution pattern of cooling water in spring tide phase and neap tide phase. Methods
used in this study were mathematical model of hydrodynamics and heat transport
simulation in 2D. The result of mathematical modeling showed current tends to the North
on tide condition and to the South on low tide condition with maximum velocity 0.2 m/s.
Furthermore, heat distribution of cooling water for each scenario 32 0C, 37 0C and 40 0C
respectively. The heat output of the outlet showed greater was occurred at lowest tide of
spring tide phase with distance 220 m, 360 m and 380 m to the Northwest.
2
sudah harus sama dengan kadar salinitas Integrasi persamaan- persamaan
alami[9]. kontinuitas dan momentum untuk
Skema pembangkit listrik tenaga uap mencari persamaan 2DH, dipakai
dengan bahan bakar batubara anggapan dan penyederhanaan sebagai
ditunjukkan pada Gambar 1 berikut : berikut ini[12] :
1. Nilai rata-rata kedalaman dianggap
cukup representatif untuk mewakili
nilai-nilai besaran yang berubah
sepanjang kedalaman aliran
2. Kecepatan dan percepatan arah
vertikal dianggap sangat kecil,
sehingga diabaikan
3. Berlaku distribusi tekanan
hidrostatik diseluruh kedalaman
Gambar 1 Skema Pembangkit Listrik 4. Kemiringan dasar kedua arah
Tenaga Uap[10] horizontal kecil
Dengan penyederhanaan tersebut,
Dampak Limbah Air Panas Terhadap persamaan kontinuitas dan momentum
Biota Laut untuk model 2DH adalah sebagai
berikut[13]:
Perubahan suhu secara tidak alamiah
Persamaan Kontinuitas
berdampak tidak langsung terhadap
biota dimana daya dukung habitatnya (1)
menjadi hilang. Sebagai contoh pada Persamaan Momentum
habitat terumbu karang, dengan Pada sumbu x :
berubahnya suhu maka tingkat kelarutan
oksigen dan kalsium karbonat (calcite
atau aragonite) di air akan berubah. [ ]
Lebih jauh lagi akan berpengaruh
terhadap kelarutan kontaminasi logam [ ] (2)
(metal) dan bahan beracun lainnya yang
Pada sumbu y :
berasimilasi dengan proses fisiologi
biota. Limbah air panas dari instalasi
pembangkit listrik biasanya dibuang
secara langsung ke laut sehingga – [ ]
meningkatkan suhu air dan
menimbulkan pencemaran termal. [ ] (3)
Kenaikan suhu 10 derajat dapat Dimana :
mempercepat aktivitas metabolisme h (x,y,t) : kedalaman air bervarisasi
biota air menjadi dua kali dari biasanya. terhadap waktu (m)
Karena masing-masing jenis biota air
memiliki kecepatan metabolik yang (x,y,t) : elevasi muka air laut (m)
berbeda, maka biota air hanya dapat u (x,y,t) :kecepatan rata-rata terhadap
hidup pada rentangan suhu tertentu yang kedalaman pada sumbu x ( m/s)
berbeda-beda untuk setiap kelompok v (x,y,t):kecepatan rata-rata terhadap
biota[11]. kedalaman pada sumbu y ( m/s)
g : percepatan gravitasi ⁄
Kontinuitas dan Momentum (2DH) : densitas air laut
(kg/ )
2
: referensi densitas air perairan, arus yang dominan
(kg/ ) dibangkitkan oleh pasang surut. Untuk
: tekanan permukaan sebaran suhu persamaan yang
digunakan dalam pemodelan adalah
: tegangan permukaan persamaan transport panas 2D berikut :
arah sumbu x ̅ ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅
: tegangan permukaan
arah sumbu y (5)
: tegangan dasar arah
sumbu x Dimana :
: tegangan dasar arah h : Kedalaman air total (m)
sumbu y ̅ :Suhu rata-rata terhadap kedalaman
: tegangan geser arah (0C)
sumbu x : Suhu pada sumber/source (0C)
: tegangan normal arah S : Magnitude of discharge dalam hal
y terhadap sumbu x ini debit kanal (m3/s)
:tegangan geser arah u (x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap
sumbu y kedalaman pada sumbu x ( m/s)
v (x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap
Persamaan Transport kedalaman pada sumbu y ( m/s)
Distribusi kualitas air yang merupakan : Difusi horizontal suhu
substansi dalam bentuk larutan dan
partikel dapat diketahui dengan Untuk proses peluruhan/decay pada
pendekatan modul transport. Beberapa modul transport panas digunakan
pendekatan model dinamik yang persamaan berikut:
digunakan untuk menggambarkan
kualitas perairan mengacu pada F = 0.2388/( .Cp.h).[(4.6 0.09(Tref +
pengembangan model 2-D berdasarkan Tr) + 4.06w)
persamaan momentum dan persamaan exp (0.033 (Tref + Tr))](5) (6)
kontinuitas dengan mempertimbankan Dimana :
kedalaman dimana h = η + d adalah[13] Tref : Referensi suhu (0C)
:
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
Tr : Peningkatan suhu (0C)
(4) . : densitas air (kg/m3)
Dimana : Cp : Panas spesifik (cal/kg 0C)
h : Kedalaman air total (m) W : Kecepatan angina (m/s)
(x,y,t) : elevasi muka air laut (m)
METODOLOGI PENELITIAN
d : Kedalaman Air (m)
S : Magnitude of discharge Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
dalam hal ini debit kanal (m3/s) Juli 2017 yang meliputi studi literatur,
U(x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap survei awal lokasi penelitian,
kedalaman pada sumbu x ( m/s) pengumpulan data sekunder,
V(x,y,t): kecepatan rata-rata terhadap pengambilan data lapangan (data kondisi
kedalaman pada sumbu y ( m/s) fisik), pengolahan data, analisa data,
Transpor suatu komponen diperairan pemodelan sebaran parameter pencemar
tergantung pada arus, dimana pada air (suhu) dan penyusunan laporan hasil
penelitian
3
. 4. YSI Pro 2030 sebagai alat untuk
mengukur suhu air laut.
Sedangkan bahan/data yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Data citra perairan Jeneponto
2. Data Batimetri
3. Data Pasang surut
4. Data Suhu
5
Hasil Simulasi Pola Arus dan Sebaran
Panas
Hasil pemodelan arus pasang surut Gambar 6. Pola Arus Sekitar Wilayah
dimodelkan dengan rentang waktu setiap PLTU Pada Kondisi
10 menit selama satu bulan dan
perubahan dari model tersebut di (a. Menuju Surut, b. Surut Terendah, c.
visualisasikan dengan vektor arah arus Menuju Pasang, d. Pasang Tinggi)
pasang surut, Sehingga mudah untuk
Berdasarkan hasil simulasi pada gambar
dilakukan pengamatan dan analisis
7 menunjukkan bahwa arus bergerak
terhadap hasil simulasi model arus
dari arah utara ke arah selatan pada saat
pasang surut pada domain model. Pola
kondisi surut sedangkan pada kondisi
arus disimulasikan berdasarkan skenario
pasang, arah arus bergerak sebaliknya
kondisi ekstrim pasang surut (kondisi
yaitu dari arah selatan ke arah utara.
menuju surut, surut terendah, menuju
Arah arus pasang biasanya bertolak
pasang dan pasang teringgi,).
belakang dengan arah arus surut[8]. Pada
Pada sebaran suhu air pendingin PLTU kondisi surut terendah menunjukkan
simulasi model dilakukan pada dua fase, bahwa terjadi turbulensi arus yang besar
yaitu fase pasang purnama (spring tide) di depan wilayah outlet pembuangan air
dan fase pasang perbani (neap tide) dan pendingin PLTU, hal ini dipengaruhi
berdasarkan skeanrio keluaran panas oleh massa air yang keluar dari outlet
yang telah dibuat yakni 320C, 370C, cukup besar keperairan yaitu 11.66 m3/s.
400C. Pada model sebaran suhu
Hasil Model Sebaran Panas Pada
menampilkan perbedaan gradien warna
Pasang Purnama (spring tide)
yang menunjukkan perubahan suhu pada
saat keluar dari outlet pembuangan
menuju ke arah lepas pantai dikarenakan
adanya proses difusi yang terjadi.
6
(a. Menuju Surut, b. Surut Terendah, c.
Menuju Pasang, d. Pasang Tinggi)
Kesimpulan
Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Susila I.M., Faridha., dkk. 2011. Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota
Perairan Di Sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya. Ketenagalistrikan Dan
Energi Terbarukan. Vol. 10 No. 1, 35 – 50. ISSN 1978 – 2365.
2. Tetty., Baso A., dan Syamsuddin R. 2014. Dampak Sosial Ekonomi Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Punagaya Terhadap Budidaya Rumput Laut Di Kabupaten
Jeneponto.
3. Cahyana C. 2011. Model Sebaran Panas Air Kanal Pendingin Instalasi Pembangkit
Listrik Ke Badan Air Laut. (Tesis). Universitas Indonesia : Jakarta
4. Fudlailah P., Mukhtasor., dan Zikra M. 2012. Pemodelan Penyebaran Limbah Panas
di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Outfall PLTU Paiton).
5. Wibowo N.T., Sugianto D.N., dan Indrayanti E. 2012. Studi Model Persebaran Panas
Pada Perairan Dalam Rencana Pembangunan PLTU Karanggeneng Roban, Batang.
Journal Of Oceanography : Volume 1, Nomor 1, 102-110.
6. Susiati H., dan Mellawati J. 2012. Simulasi Sebaran Panas Di Perairan Teluk
Menggiris, Lokasi Tapak PLTN Banka Barat. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir :
Vol. 14 No. 2
7. Efendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. PT.Kanisius. 257 Hal.
8. Hafid,H. 2014. Prediksi Sebaran Suhu Air Panas PLTU dan Pengaruhnya Terhadap
Ekosistem Perairan (Studi Kasus : Rencana Pembangunan PLTU Jeneponto Tahap II
unit 3 dan 4 di Desa Punagaya, Kec.Bangkala, Kab.Jeneponto) (Tesis). Universitas
Hasanudddin
11. Mukhtasor. (2007). Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
13. Mike by DHI.2012. Mike 21 & Mike 3 Flow Model FM, Hydrodynamic and
Transport Modul, Scientific Documentation, DHI Software