Anda di halaman 1dari 2

Nama: LEONARD NDOEN

NIM: 030967411
UPBJJ Kupang

Putusan sela adalah merupakan suatu putusan yang belum menyinggung mengenai pokok
perkara yang terdapat didalam suatu dakwaan. Dalam hal ini berkaitan dengan suatu peristiwa
yang apabila terdakwa atau penasihat hukum mengajukan suatu keberatan bahwa pengadilan
tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan
harus dibatalkan. Dalam hukum acara pidana perihal mengenai putusan sela ini dapat
disimpulkan dari Pasal 156 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
 
Upaya-upaya hukum dalam hukum acara pidana dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Upaya Hukum Biasa, yang terdiri dari:
- Pemeriksaan tingkat banding pada Pengadilan Tinggi;
- Pemeriksaan tingkat kasasi pada Mahkamah Agung.
2. Upaya Hukum Luar Biasa, yang terdiri dari:
- Pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan umum, dimana  permohonannya diajukan oleh
Jaksa Agung karena jabatannya;
- Peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
 
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka kedudukan putusan sela berada pada
pengadilan tingkat pertama, dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri.
 
Berdasarkan Pasal 1 butir 32 KUHAP, terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.  Sementara suatu putusan
sela terjadi pada saat diajukan oleh seorang terdakwa atau penasihat hukumnya.  Dalam hal ini
seorang terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang
pengadilan (Pasal 1 butir 14 KUHAP).  Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
suatu putusan sela terjadi pada saat seseorang masih dalam status menjadi seorang terdakwa
bukan seorang terpidana.
 
Apabila seseorang telah menjadi terpidana, maka yang dapat dilakukannya untuk mengajukan
keberatan adalah melalui upaya-upaya hukum yang telah diatur dalam KUHAP.
 
Jadi kesimpulannya kewenangan dari putusan sela yang diputus oleh majelis hakim apabila
hakim menyatakan suatu putusan sela yang pada pokoknya menyatakan menerima keberatan
terdakwa atau penasihat hukumnya atas salah satu materi mengenai pengadilan tidak
berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus
dibatalkan, maka dakwaan tersebut tidak akan diperiksa lebih lanjut.  Sebaliknya apabila Hakim
menyatakan menolak keberatan terdakwa atau penasihat hukumnya atas salah satu materi
sebagaimana dimaksud diatas, maka dakwaan tersebut akan dilanjutkan.[1]. Putusan
Pengadilan Negeri yang dapat dibanding adalah hanya putusan akhir. Sedangkan yang bukan
putusan akhir, seperti putusan sela hanya dapat dimintakan banding bersama-sama dengan
putusan akhir. Oleh karena itu, terhadap putusan sela yang dijatuhkan terhadap eksepsi
kompetensi, tidak dapat diajukan banding secara tersendiri.

Sumber :
Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP);
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl2772/putusan-sela;
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5163c0ff6c8b3/upaya-hukum-atas-putusan-
sela-pengadilan-negeri.

[1] Mulyadi S.H., LL.M.


[2] M. Yahya Harahap, S.H. 2005. Hukum Acara Perdata. Sinar Grafika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai