SOAL ANALISA - Riski Apriliani (19.2200.069)
SOAL ANALISA - Riski Apriliani (19.2200.069)
Dilihat dari niat terjadinya pembunuhan, yaitu ada atau tidaknya rencana
untuk melakukan pembunuhan, ada dua pendapat. Ulama Malikiyyah
membaginya menjadi dua macam pembunuhan, yaitu pembunuhan sengaja
dan pembunuhan tidak sengaja.
Pembunuhan sengaja menurut mereka adalah suatu perbuatan dengan
maksud menganiaya dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang yang
dianiaya, baik penganiayaan itu dimaksudkan untuk membunuh ataupun
tidak. Sedangkan yang dimaksud dengan pembunuhan kesalahan adalah
suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian yang tidak disertai niat
penganiayaan. Pendapat yang demikian dipegang oleh mazhab Malik.
Pembunuhan sengaja Yaitu suatu pembunuhan dimana perbuatan yang
mengakibatkan hilangya nyawa itu disertai dengan niata untuk membunuh
korban. Dalam ajaran islam, pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja
terhadap orang yang dilindungi jiwanya, disamping dianggap sebagai suatu
jarimah, juga merupakan dosa paling besar (akbarul kaba’ir)
UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
3. Jika mereka gagal melakukan pencurian karena dipergoki orang lain, maka
bagaimana ancaman pidana tiap-tiap pelaku sesuai hukum pidana Islam
Jawab :
hukuman pengasingan (pembuangan) yang ditetapkan bagi pelaku hirabah
apabila ia hanya menakut-nakuti orang, tetapi tidak mengambil harta dan
tidak membunuh.Karena itu, ia harus diasingkan sehingga menjadikannya
tidak dikenal oleh masyarakat. Adapun jenis hukuman yang termasuk ke
dalam jarimah ta’zir antara lain adalah hukuman penjara, skors atau
pemecatan, ganti kerugian, pukulan,teguran dengan kata-kata, dan jenis-
jenis hukuman lain yang dipandang sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan oleh pelaku pelanggaran tersebut. Dalam hukum Islam jenis
hukuman yang berkaitan dengan hukuman ta’zir diserahkan sepenuhnya
kepada qadhi (hakim) kepada kesepakatan manusia.
meminta Wawan melakukan pencucian uang dan Wawn tahu bahwa harta tersebut
hasil korupsi
Pertanyaan
4. Jelaskan bagaimana hukuman Ratu dan Wawan berdasarkan Fiqh Jinayah!
Jawab :
Adapun sanksi moral bagi pelaku korupsi adalah jenazahnya tidak dishalatkan, terutama
bagi para pemuka agama ataupun tokoh masyarakat yang di akui ditengah masyarakat. Hal
ini sebagaimana yang telah pernah dilakukan Nabi terhadaap salah seorang sahabat yang
melakukan korupsi pada waktu perang khaibar meskipun hanya dalam jumlah yang relatif
kecil yaitu dua dirham. Adapun sanksi dunia bagi para pelaku korupsi tidak ada disebutkann
secara jelas di dalam nash, sebagaimana hukum potong tangan bagi pencuri. Meskipun
demikian bagi pelaku korupsi bukan berarti terbebas sama sekali dari kejahatan yang telah
dilakukannya, pelaku korupsi harus dikenakan ta’zir, yang bertujuan untuk memberikan
pelajaran kepada pelaku tindak kejahatan agar tidak mengulangi lagi kejahatan yang pernah
dilakukan
Kejahatan seperti ini jelas sesuatu yang dilarang dalam syariat Islam. Untuk selanjutnya
diserahkan kepada kebijaksanaan hakim untuk memutuskan apa jenis hukuman yang
pantas. Hukuman ini tentu saja harus dilandasi oleh akal sehat, keyakinan dan rasa keadilan
hakim yang didasarkan pada keadilan masyarakat untuk menentukan jenishukuman yang
pantas bagi pelaku korupsi. Jenis hukumannya disebut dengan ‘uqubah mukhayyarah
(hukuman pilihan). Untuk tindak pidana korupsi jelas merupakan suatu maksiat yang mana
tidak terdapat hukuman yang tegas dalam al-Quran ataupun sunnah Nabi, maka dari itu
untuk pelaku tindak pidana korupsi hukuman yang layak bagi pelaku adalah hukum ta’zir.