Anda di halaman 1dari 12

Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

SENYAWA PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN (POPs): PENGERTIAN,

JENIS, KARAKTERISTIK, DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

Ita Wulandari1* & Dede Falahudin1


1
Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
*
Alamat email: ita.wulandari@lipi.go.id

ABSTRACT
Persistent organic pollutants (POPs) have been identified as representing a serious
threat to the marine environment and received formal attention by nations worldwide including
Indonesia as one of the signatories and ratified countries for the Stockholm Convention. Due
to their emerging issues, the study of POPs at all aspects is needed. Therefore, this paper
attempts to review characteristics and toxicological properties of POPs, the current status of
POPs National Implementation Plans (NIPs) in Indonesia, and propose future directions of
POPs study in Indonesia from basic research such as monitoring of POPs distribution in
Indonesian seas to applied research for example study of POPs alternative compounds.
Keywords: POPs, Stockholm Convention, regulation, NIPs, Indonesia.

PENDAHULUAN Permasalahan muncul karena produk


sintesis yang di awal produksinya sangat
Semakin meningkatnya ilmu
berguna namun akibat dari penggunaannya
pengetahuan dan teknologi mendorong
yang tidak ramah lingkungan menimbulkan
perubahan sektor penggerak ekonomi dari
efek samping berupa bahan beracun dan
carbohydrate-based economy ke arah
berbahaya bagi manusia (Bartrons et al.,
petrochemical-based economy (Bronson et
2016). Contohnya penggunaan insektisida
al., 2011; Morris, 2006). Penggunaan
DDT dalam membasmi nyamuk malaria
tanaman sebagai bahan baku primer dalam
yang dinilai efektif mengurangi wabah
dunia industri dinilai kurang efektif dan
(Elyazar et al., 2011). Namun senyawa ini
efisien terutama dalam penggunaannya
berbahaya bagi manusia karena memiliki
yang membutuhkan banyak biomassa
sifat yang persisten di lingkungan sehingga
(Morris, 2006; Poliakoff & Licence, 2007).
sulit terdegradasi (Thompson et al., 2019).
Sedangkan petrokimia terdiri atas
Kelompok senyawa ini kemudian dikenal
komponen hidrogen dan karbon dinilai
sebagai persistent organic pollutants
memiliki keunggulan dalam efisiensi dan
(POPs) (Ávila & García, 2015).
aplikasi pada masa revolusi industri
Struktur senyawa kimia golongan
(Bartrons et al., 2016). Bahan bakar fosil
POPs sangat kompleks yaitu terdiri dari
selain digunakan sebagai bahan bakar dan
ikatan karbon, hidrogen, dan mengandung
pelumas, juga diaplikasikan dalam industri
unsur non logam lainnya. Sifatnya yang
bahan peledak, pestisida, plastik, cat,
persisten dan bioakumulatif menyebabkan
farmasi, kosmetik, tekstil, karet, aspal, dan
sebagainya (Morris, 2006). senyawa POPs dapat terdistribusi secara
global (Fiedler et al., 2019). Selain itu,

1
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

ketika terpapar manusia, senyawa POPs et al., 2018), Cina (Han & Currell, 2016),
yang beracun dapat menimbulkan masalah dan Norwegia (Johanson et al., 2020).
kesehatan seperti kanker, cacat lahir, Dibandingkan dengan penelitian di negara-
kerusakan sistem imun, system reproduksi, negara penandatangan konvensi stockholm
kematian dan penurunan daya ingat lainnya, penelitian di Indonesia mengenai
(UNEP, 2002; van der Gon et al., 2007). POPs masih terbatas.
Oleh karena itu, senyawa POPs perlu terus Oleh karena itu, ulasan ini akan
dimonitoring dan diwaspadai mengingat mencoba untuk memberikan informasi
dampaknya yang sangat besar terhadap secara komprehensif terkait dengan
kesehatan lingkungan dan manusia. senyawa POPs seperti: jenis, karakteristik
Senyawa POPs pertama kali dan aspek toksikologi dasar senyawa POPs,
diusulkan oleh United Nations on perkembangan penelitian dan aspek legal
Environmental Programme (UNEP) pada penanganannya di Indonesia, dan yang
bulan Februari 1997 dalam Sidang World terakhir terkait dengan saran dan
Health Organization (WHO) dan diatur rekomendasi penelitian yang dapat
pada bulan Mei 1997. Selanjutnya, pada dilakukan di Indonesia terkait dengan
bulan Juni 1998, Komisi Antar-Pemerintah senyawa POPs.
memutuskan pengaturan mengenai
senyawa POPs ditingkatkan menjadi JENIS, KARAKTERISTIK, DAN
sebuah konvensi. Maka, pada tanggal 23 ASPEK TOKSIKOLOGI SENYAWA
Mei 2001 diadakan Konvensi Stockholm POPs
dengan rangka melindungi kesehatan Jumlah total senyawa POPs hasil
manusia dan lingkungan hidup dari bahan Konvensi Stockholm dari tahun 2001
POPs dengan cara melarang, mengurangi, sampai 2019 ada sekitar 28 senyawa yang
membatasi produksi dan penggunaannya, terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
serta mengelola timbunan bahan POPs kelompok pestisida, kelompok bahan kimia
yang berwawasan lingkungan (UNEP, industri, dan kelompok produk sampingan
2002). Sebanyak 151 negara termasuk (Tabel 1). Pengelompokan senyawa POPs
Indonesia, telah menandatangani tersebut berdasarkan beberapa kriteria
Stockholm Convention on Persistent mengacu pada sifat-sifat dasarnya
Organic Pollutants (Konvensi Stockholm (Matthies et al., 2016). Adapun kriterianya
tentang Bahan Pencemar Organik yang adalah mudah menguap pada tekanan uap
Persisten). Konvensi Stockholm mulai <1000 Pa, memiliki waktu paruh yang lama
berlaku (entry into force) pada tanggal 17 seperti di udara >2 hari, di air >2 bulan, di
Mei 2004. tanah dan di sedimen >6 bulan, memiliki
Penelitian mengenai POPs telah nilai koefisien oktanol-water (Kow) minimal
banyak dilakukan di beberapa negara 5 sehingga akan terkonsentrasi dalam
penandatangan Konvensi Stockholm. jaringan organism, dan berdampak buruk
Kontaminasi senyawa POPs di lingkungan terhadap kesehatan makhluk hidup dan
telah diteliti di Indonesia (Falahudin, 2012; lingkungan (Fiedler et al., 2019).
Ilyas et al., 2011), Selandia Baru (Coakley

2
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

Tabel 1. Jenis senyawa POPs hasil Konvensi Stockholm tahun 2001, 2009, 2013, 2015, 2017, dan 2019.
Tahun
No Kelompok Nama Senyawa
konvensi
1 Pestisida Dichlorodiphenyltrichloroethane (DDT), Aldrin, Endrin,
2001
Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, Toxaphene
Chlordecone, Alpha hexachlorocyclohexane (α-HCH), Beta-
2009
Hexachlorocyclohexane (β-HCH)
2011 Endosulfan
2015 Pentachlorophenol
2019 Dicofol
2 Bahan kimia 2001 Polychlorinated Biphenyl (PCB)
industri
Hexabromobiphenyl (HBB), Hexa-, Hepta-, Tetra- dan Penta-
2009 bromodiphenyl Ether (PBDE), Pentachlorobenzene (PeCBz),
Perfluorooctane Sulfonic Acid (PFOS)
2013 Hexabromocyclododecane (HBCD)
Decabromodiphenyl ether, Short Chain chlorinated paraffins
2017
(SCCPs)
Perfluorooctanoic acid (PFOA), its salts and PFOA-related
2019
compounds
3 Produk Polychlorinated Biphenyl (PCB), Polychlorinated Dibenzo-
sampingan para–Dioxins (PCDD), Polychlorinated Dibenzofurans
2009
(PCDF), Hexachlorobenzene (HCB), Pentachlorobenzene
(PeCB)
Alpha Hexachlorocyclohexane (α-HCH), Beta-
2011
Hexachlorocyclohexane (β-HCH)
Hexachlorobutadiene (HCBD), Polychlorinated naphthalenes
2015
(PCNs)

Kelompok pestisida yang termasuk kematian populasi hewan uji dalam jangka
dalam senyawa POPs adalah jenis pestisida waktu tertentu. Sebagai contoh, DDT
organoklorin (OCP) yang mengandung memiliki nilai LD50 yaitu 113–450 mg/kg
unsur klorin. Penggunaan golongan BB (Walker et al., 2012), aldrin, dieldrin,
pestisida POPs ini secara umum untuk metoksiklor dan toxaphene dengan LD50
membasmi serangga mulai dari nyamuk, 40–60 mg/kg BB, lindane dengan LD50
semut dan rayap yang mengganggu yaitu 56–250 mg/kg BB dan Chloredecone
produktifitas tanaman teh, buah dan sayur dengan LD50 yaitu 190–200 mg/kg BB
(O’Sullivan & Sandau, 2013; Song et al., (Newhouse et al., 2009).
2019). Efektifitas golongan pestisida Selanjutnya adalah kelompok bahan
organoklorin ini dalam membasmi hama kimia industri yang umumnya digunakan
dapat dilihat dari dosis letal (LD50) nya. sebagai katalis ataupun prekursor dalam
LD50 dinyatakan dalam milligram berat pembuatan senyawa lainnya. Sebagaimana
bahan uji per kilogram berat badan (BB) yang tertera dalam Tabel 1, kelompok ini
hewan uji yang menghasilkan 50% respon terdiri dari PBDE, HBB, PFOS dan SCCP

3
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

(Abbasi et al., 2019; Chen et al., 2011; bahan kimia industri, dan produk
Longpré et al., 2020; van Mourik et al., sampingannnya tidak sesuai objek sasaran,
2016). Berdasarkan penggunaannya, ada misalnya karena terpapar, diduga mampu
beberapa senyawa dikelompok ini yang di meningkatkan kadar radikal bebas. Seperti
pakai untuk bahan tahan panas dan umumnya senyawa POPs, sifat hidrofobik
insulator panas pada peralatan elektonik pestisida menembus dan mudah
ataupun bangunan seperti PBDE, HBB, dan terakumulasi dalam lipid dan membran sel
HBCD (Abbasi et al., 2019); (Chen et al., sehingga viabilitasnya mulai tergannggu
2011). Adapun senyawa lainnya, seperti (Allen et al., 2013). Kemudian dalam
PFOS biasanya digunakan sebagai kondisi akut, sebagai contoh paparan DDT
surfaktan dalam industri pelat logam dalam sel tubuh, dapat menimbulkan
(Longpré et al., 2020), SCCP digunakan perubahan pada sistem metabolisme
dalam produk industri logam, pelumas, termasuk di dalamnya pembengkakan,
bahan aditif plasticizer, bahan anti bakar, peningkatan kadar radikal bebas kemudian
bahan tambahan cat, sealants dan karet mengarah pada tumbuhnya sel endotel
(van Mourik et al., 2016). fibroblast and vaskular (Thompson et al.,
Adapun untuk kelompok bahan kimia 2019). Parkinson dan alzheimer adalah
sampingan, senyawa POPs tersebut penyakit sistem saraf yang ditimbulkan
merupakan hasil sampingan dari proses oleh senyawa POPs (Grova et al., 2019).
pembakaran tidak sempurna. Produk Bersama dengan senyawa pathogen
sampingan POPs (Tabel 1) umumnya neurotoksik lainnya seperti timbal, merkuri,
adalah senyawa dioksin. Termasuk di aluminium, kadmium, dan arsenik,
dalamnya PCDD, PCDF dan PCB aktivitas senyawa ini secara langsung
merupakan senyawa organik yang dikenal menyerang sistem saraf sehingga
sebagai hidrokarbon terklorinasi (WHO, menyebabkan hilangnya memori dan
2000). Beberapa sifat PCB yaitu sangat reduksi aktifitas motorik (Chin-Chan et al.,
stabil, tidak reaktif, volatilitasnya rendah, 2015). Selain itu, efek radikal bebas pada
sangat persisten terhadap perombakan oleh POPs pestisida bermacam-macam seperti
mikroba dan secara fotokimia, serta sangat HCH yang menyebabkan kanker pada
larut dalam lipid (Perelló et al., 2010). manusia (ATSDR, 2005), endosulfan yang
Sebagai produk sampingan, senyawa PCB menyerang sistem saraf pusat (Song et al.,
dan HCB berasal dari industri pembuatan 2019), pestisida organoklorin turunan
pelarut organoklorin (Liu et al.,2018), cyclopentadiene (chlordane, heptachlor,
HBDE dihasilkan dari industri polistirena mirex) yang mempengaruhi sistem
(Pivnenko et al., 2017) dan PCN dihasilkan reproduksi manusia (Wrobel &
dari daur ulang limbah kayu (Koyano et al., Mlynarczuk, 2017), dan pentaklorofenol
2019). Di Jepang, bahan yang mengandung yang menyebabkan kanker dan perubahan
produk sampingan POPs ini didaur ulang sistem imun (Martin et al., 2019). Senyawa
dan dimanfaatkan sebagai pembangkit sampingan POPs yaitu dioksin dan furan
listrik (Koyano et al., 2019). dapat mengganggu keseimbangan
Aspek toksikologi dari 28 senyawa lingkungan dan ditemukan dalam darah
POPs menunjukkan adanya potensi kanker manusia (Coakley et al., 2018).
dan mutagen bagi kesehatan manusia.
Ketika penggunaan senyawa pestisida,

4
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

PERKEMBANGAN DAN hasil-hasil dari Konvensi Stockholm sejak


PENANGANAN SENYAWA POPs DI tahun 2001 sampai saat ini (Gambar 2).
INDONESIA Dimulai dari tahun 2009, sebagai
negara yang ikut menandatangani Konvensi
Indonesia sebagai salah satu dari 152
Stockholm tahun 2001, Indonesia kembali
negara penanda tangan Konvensi
ikutserta meratifikasi Konvensi Stockholm
Stockholm mempunyai kewajiban untuk
pada tahun 2009 melalui penerbitan
peningkatan pemahaman masyarakat
Undang-Undang Republik Indonesia
terhadap senyawa POPs (Gambar 1).
No.19/2009 tentang Pengesahan Stockholm
Pemerintah Indonesia sudah bekerjasama
Convention on Persistent Organic
dengan PBB dalam rangka membuat
Pollutants (Konvensi Stockholm Tentang
roadmap kerja mengimplementasikan
Bahan Pencemar Organik Yang Persisten).

Gambar 1. Sebaran negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi Stockholm


Sumber: http://chm.pop.int

Gambar 2. Sejarah dan rencana implementasi hasil Konvensi Stockholm oleh pemerintah Indonesia

5
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

Selain itu, Indonesia juga sudah umum diantaranya lindane, aldrin,


membuat rancangan aksi pada September heptaklor, dan endosulfan (Wahyuni et al.,
2006 untuk mencapai sasaran dari hasil 2018). Penggunaan OCP dikalangan
konvensi melalui National Implementation masyarakat banyak menggunakan nama
Plan (NIP) on Elimination and Reduction dagang seperti Thiodan, Indodan 25 EC
of POPs. Rancangan aksi tersebut kembali (Endosulfan Concentration) dan Akodan
dimutakhirkan tahun 2014 melalui 35 EC yang masih terjual bebas (Mulyadi et
Dokumen Penelaahan dan Pemutakhiran al., 2017). Penggunaan lindane yaitu
Rencana Penerapan Nasional untuk sebagai pembasmian kutu yang dikenal
Konvensi Stockholm tentang Bahan masyarakat dalam sampo Peditox
Pencemar Organik yang Persisten (Purnomo et al., 2019). Untuk PCBs, hasil
(Persistent Organic Pollutant, POPs) di inventarisasi memperkirakan jumlah total
Indonesia (KLHK, 2014). Dalam minyak insulasi trafo mengandung PCBs
pemutakhiran dokumen tersebut ada dengan konsentrasi lebih dari 50 ppm
beberapa rencana aksi pengelolaan POPs adalah 22.878 ton (KLHK, 2014). PT. PLN
dan limbah B3 yang secara umum terkait diperkirakan mempunyai 14.967 ton
dengan peraturan, roadmap teknis dan minyak yang terkontaminasi PCBs,
perumusan baku mutu POPs dalam rangka sedangkan industri selain PLN, sekitar
melindungi lingkungan hidup dan 7.911 ton (KLHK, 2014).
keselamatan manusia. Selain peraturan Berdasarkan dokumen NIP 2014
perundangan yang sudah disebutkan, (KLHK, 2014), Pemerintah Indonesia
peraturan yang mendukung implementasi sudah membuat berbagai peraturan dan
hasil konvensi adalah Undang-undang No. perundangan untuk mengatur peredaran
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan senyawa POPs, kecuali untuk senyawa
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan POPs yang masih baru seperti PFOS,
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun PBDEs dan HBCD. Peraturan ini
2001 tentang Pengelolaan Bahan mencakup: penanganan senyawa POPs
Berbahaya dan Beracun. yang masih tersimpan di gudang, kondisi
Berdasarkan dokumen pemutakhiran POPs di lingkungan, penanganan limbah
rencan aksi terkait POPs tahun 2014 POPs, dan remediasinya.
tersebut, ada keterbatasan informasi Selain penguatan dalam aspek legal,
mengenai data kuantitas, timbunan dan ada kegiatan penelitian yang harus
lahan terkontaminasi POPs di Indonesia dilakukan yaitu terkait dengan pencarian
(KLHK, 2014). Hasil inventarisasi KLHK bahan pengganti senyawa POPs sehingga
tahun 2013 menunjukkan jenis senyawa tidak akan mengganggu proses inovasi dan
OCP masih terdaftar di Indonesia pada industri yang sangat tergantung pada
1992-2012. Tercatat dalam lahan senyawa ini. Berikut ini ada beberapa
pertaninan sayuran di Pulau Jawa bahan POPs yang sudah ada penggantinya
mengandung empat senyawa OCP yang (Tabel 2).

6
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

Tabel 2. Bahan pengganti beberapa senyawa POPs


Bahan kimia Alternatif
Nama Kegunaan
Chlordecone Ethoprop, oxamyl Pestisida untuk
mengontrol hama
pengebor akar pisang
Cyfluthrin, Imidacloprid Pestisida untuk
mengontrol cacing api
pada tembakau
Azadirachtin, bifenthrin, boric acid, carbaryl, Pestisida untuk
capsaicin, cypermethrin, cyfluthrin, mengontrol semut dan
deltamethrin, diazinon, dichlorvos, kecoa
esfenvalerate, imidacloprid, lamda-cyhalothrin,
malathion, permethrin,piperonyl butoxide,
pyrethrins, pyriproxyfen, resmethrin, s-
bioallerthrin, tetramethrin
Hexabromobiphenyl Tris-chloropropyl-phosphate (TCPP), tris- ABS plastics
chloroethyl-phosphate, and tris dichloropropyl
phosphate (TDCPP), triphenyl phosphate
(TPP), tricresyl phosphate (TCP), resorcinol
bis(diphenylphosphate) (RDP), and phosphonic
acid (2-((hydroxymethyl) carbamyl)ethyl)-
dimethyl ester (Pyrovatex®)
Aluminium trihydroxide and zinc borate Coatings and lacquers
Ammonium polyphosphate (APP) is commonly Polyurethane foams
used in combination with Aluminium
hydroxide and Melamine
Lindane Permethrin; Bioallethrin and piperonyl Pemakaian dalam
butoxide; Pyrethrin and piperonyl butoxide; farmasi (Pharmaceutical
Pyrethrum and piperonyl butoxide; uses)
Precipitatedisulphur 6% in petrolatum and
Crotamiton 10% (Eurax); malathion;
Flumethrin; Cypermethrin; Cabaryl; Stemona
root extract and benzyl benzoate y Disulfiram
with bezylbenzoate
Clothianidin, Thiamethoxam, Imidacloprid, Perlakuan pada biji-
Permethrin, Tefluthrin, Acetamiprid y Fipronil bijian (Seed treatment)

SARAN DAN REKOMENDASI solusi penggunaan pestisida yang mulai


PENELITIAN POPs DI INDONESIA dikembangkan mulai tahun 2005 (Yurlisa
& Susanti, 2018). Selain itu dukungan
Sebagaimana telah disampaikan
pemerintah dalam pengembangan produk
sebelumnya, bahwa Indonesia wajib
organik didukung dengan program ‘Go
melakukan berbagai aksi nyata dalam
Organic 2010’ oleh Kementerian Pertanian
menangani masalah limbah POPs di
(Mayrowani, 2019).
wilayahnya. Pertanian organik menjawab

7
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

Selain itu, ada beberapa topik 4. Monitoring distribusi dan konsentrasi


penelitian terkait POPs yang dapat senyawa POPs di lingkungan, biota,
dilakukan sebagai implementasi rencana dan manusia. Penelitian POPs pada
aksi dalam dokumen Rencana Penerapan biota sudah dilakukan seperti pada ikan
Nasional untuk pengelolaan POPs di (Sudaryanto et al., 2007), kerang
Indonesia, yaitu: (Suryono et al., 2019), dan manusia
1. Pengembangan penelitian terkait (Sudaryanto et al., 2008). Perlu adanya
distribusi kontaminasi senyawa POPs penelitian lebih lanjut untuk
dan U-POPs di berbagai jenis mengetahui status kontaminasi dan
lingkungan di Indonesia, misalkan toksikokinetis untuk mengetahui
mulai dari dataran tinggi sampai laut dampak kesehatan (Sudaryanto et al.,
dalam. Penelitian ini sangat penting 2007).
mengingat informasi distribusi POPs 5. Monitoring penggunaan senyawa
tersebut dapat digunakan sebagai POPs di industri dan pertanian.
acuan langkah mitigasi pencegahan Penelitian penggunaan senyawa POPs
penyebaran kontaminasi POPs. dalam sektor ini penting selain untuk
Sebagai informasi, sudah ada beberapa mengetahui tingkat kontaminasinya,
penelitian terkait dengan distribusi sehingga upaya remediasi POPs
POPs di Indonesia sebagai dasar untuk terkendali (Riyanto, 2020).
program pengembangan lanjut (Ilyas et 6. Penelitian lanjut terkait senyawa POPs
al., 2011; Prajanti et al., 2016; terbaru seperti PFOS di lingkungan
Sudaryanto et al., 2008; Sudaryanto et Indonesia. Penelitian mengenai
al., 2007). senyawa baru sangat minim,
2. Penelitian terkait dengan penentuan mengingat senyawa tersebut belum
baku mutu senyawa POPs di berbagai tentu masuk, digunakan, atau
jenis lingkungan di Indonesia, baik diregulasikan oleh KLHK (KLHK,
didaratan ataupun di laut. Berdasarkan 2014)
pencarian literatur sangat sulit untuk 7. Penelitian keterkaitan antara paparan
menemukan penelitian mengenai baku senyawa POPs terhaaladap kesehatan
mutu POPs, namun terdapat penelitian masyarakat, lingkungan dan sosio
mengenai kualitas lingkungan ekonomi. Edukasi masyarakat
(Barokah et al., 2017). Keberadaan mengenai penggunaan dan efek
baku mutu senyawa POPs sangat kesehatan penting untuk dilakukan
penting terutama karena penggunaan karena masih minim masyarakat yang
POPs yang hingga kini masih mengetahui efek POPs (Ilmiawati &
digunakan (Purnomo et al., 2019). Reza, 2019; Nurrohmah et al., 2018).
3. Penelitian tentang bioassay untuk 8. Penelitian terkait bahan pengganti
melihat efek dari paparan senyawa senyawa POPs yang lebih ramah
POPs terhadap biota uji. Dampak POPs lingkungan. Penelitian mengenai
terhadap beberapa ikan dapat dilihat upaya penggunaan pestisida bahan
dari segi ekotoksikologi karena alami sudah dilakukan dan perlu
mempelajari mengenai dampak dan didukung karena terbukti efektif dan
interaksinya di lingkungan dan meningkatkan produktifitas (Harahap
kehidupan (Hertika & Putra, 2019). et al., 2018).

8
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

PENUTUP (2016). Spatial and temporal trends of


organic pollutants in vegetation from
Informasi mengenai jenis, remote and rural areas. Scientific
karakteristik dan aspek toksisitas senyawa Reports, 6(1): 1–10.
POPs dibutuhkan dalam pengelolaan Bronson, D., Shand, H., & Thomas, J.
lingkungan secara berkelanjutan. Indonesia (2011). Earth grab: Geopiracy, the
sebagai negara yang meratifikasi senyawa new biomassters and capturing
POPs sudah turut serta berperan aktif dalam climate genes. Fahamu/Pambazuka.
Chen, D., La Guardia, M. J., Luellen, D. R.,
mengurangi hingga tidak menggunakan
Harvey, E., Mainor, T. M., & Hale, R.
senyawa tersebut. Selanjutnya, penelitian C. (2011). Do temporal and
perlu terus dilakukan terkait dengan POPs geographical patterns of HBCD and
ini, baik penelitian dasar ataupun penelitian PBDE flame retardants in US fish
terapan dalam rangka mitigasi bencana reflect evolving industrial usage?
pencemaran POPs di kemudian hari. Selain Environmental Science &
itu, aspek edukasi public terkait bahaya Technology, 45(19): 8254–8261.
Chin-Chan, M., Navarro-Yepes, J., &
POPs ini perlu terus di gencarkan untuk
Quintanilla-Vega, B. (2015).
menekan dampak kesehatan yang timbul. Environmental pollutants as risk
factors for neurodegenerative
DAFTAR PUSTAKA disorders: Alzheimer and Parkinson
diseases. Frontiers in Cellular
Abbasi, G., Li, L., & Breivik, K. (2019). Neuroscience, 9: 124.
Global historical stocks and Coakley, J., Bridgen, P., Bates, M. N., &
emissions of PBDEs. Environmental Douwes, J. (2018). Chlorinated
Science & Technology, 53(11): 6330– persistent organic pollutants in serum
6340.
of New Zealand adults, 2011–2013.
Allen, E. M. G., Florang, V. R., Davenport, Science of the Total Environment,
L. L., Jinsmaa, Y., & Doorn, J. A. 615: 624–631.
(2013). Cellular localization of Elyazar, I. R. F., Hay, S. I., & Baird, J. K.
dieldrin and structure–activity (2011). Malaria distribution,
relationship of dieldrin analogues in prevalence, drug resistance and
dopaminergic cells. Chemical control in Indonesia. Advances in
Research in Toxicology, 26(7): 1043– Parasitology, 74: 41–175.
1054. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
ATSDR. (2005). Toxicological profile. 385897-9.00002-1
Ávila, C., & García, J. (2015). Persistent Falahudin, D. (2012). Distribution and
Organic Pollutants (POPs): source of polycyclic aromatic
Analytical Techniques, hydrocarbons (PAHs) in coastal
Environmental Fate and Biological
waters of the Timor Sea. Coastal
Effects. Comprehensive Analytical Marine Science, 35(1)(March): 112–
Chemistry (Vol. 67). 121. https://doi.org/2261/51694
https://doi.org/10.1016/B978-0-444- Fiedler, H., Kallenborn, R., Boer, J. de, &
63299-9.00006-5 Sydnes, L. K. (2019). The Stockholm
Barokah, G. R., Ariyani, F., & Siregar, T. Convention: A Tool for the Global
H. (2017). Comparison of STORET Regulation of Persistent Organic
and pollution index method to assess Pollutants. Chemistry International,
the environmental pollution status: a 2(41): 4–11.
case study from Lampung Bay, https://doi.org/10.1515/ci-2019-0202
Indonesia. Grova, N., Schroeder, H., Olivier, J.-L., &
Bartrons, M., Catalan, J., & Penuelas, J.

9
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

Turner, J. D. (2019). Epigenetic and Pollutant , POPs ) di Indonesia


neurological impairments associated REPUBLIK INDONESIA OKTOBER
with early life exposure to persistent 2014.
organic pollutants. International Koyano, S., Ueno, D., Yamamoto, T., &
Journal of Genomics, 2019. Kajiwara, N. (2019). Concentrations
Han, D., & Currell, M. J. (2016). Persistent of POPs based wood preservatives in
organic pollutants in China’s surface waste timber from demolished
water systems. buildings and its recycled products in
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.20 Japan. Waste Management, 85: 445–
16.12.007 451.
Harahap, F. S., Atifah, Y., Hasibuan, I. S., Liu, X., Fiedler, H., Gong, W., Wang, B., &
& Abubakar, A. (2018). Penyuluhan Yu, G. (2018). Potential sources of
Penggunaan Pestisida Alami Bagi unintentionally produced PCB, HCB,
Kelompok Tani Di Desa Hutanamale and PeCBz in China: A preliminary
Kec. Puncak Sorik Marapi overview. Frontiers of
Mandailing Natal. Martabe: Jurnal Environmental Science &
Pengabdian Kepada Masyarakat, Engineering, 12(6): 1.
1(3): 142–148. Longpré, D., Lorusso, L., Levicki, C.,
Hertika, A. M. S., & Putra, R. B. D. S. Carrier, R., & Cureton, P. (2020).
(2019). Ekotoksikologi untuk PFOS, PFOA, LC-PFCAS, and
Lingkungan Perairan. Universitas certain other PFAS: A focus on
Brawijaya Press. canadian guidelines and guidance for
Ilmiawati, C., & Reza, M. (2019). Survei contaminated sites management.
dan Edukasi Penggunaan Pestisida Di Environmental Technology &
Rumah Tangga dan Dampaknya Innovation, 100752.
Terhadap Kesehatan Pada Martin, T. J., Maise, J., Gabure, S., &
Masyarakat Di Nagari Panasahan Whalen, M. M. (2019). Exposures to
Kota Painan. Buletin Ilmiah Nagari the environmental contaminants
Membangun, 2(3): 333–345. pentachlorophenol and
Ilyas, M., Sudaryanto, A., Setiawan, I. E., dichlorodiphenyltrichloroethane
Riyadi, A. S., Isobe, T., Ogawa, S., … increase production of the
Tanabe, S. (2011). Characterization proinflammatory cytokine,
of polychlorinated biphenyls and interleukin‐1β, in human immune
brominated flame retardants in cells. Journal of Applied Toxicology,
surface soils from Surabaya, 39(8): 1132–1142.
Indonesia. Chemosphere, 83(6): 783– Matthies, M., Solomon, K., Vighi, M.,
791. Gilman, A., & Tarazona, J. V. (2016).
Johanson, S. M., Swann, J. R., Umu, Ö. C. The origin and evolution of
O., Aleksandersen, M., Müller, M. H. assessment criteria for persistent,
B., Berntsen, H. F., … Ropstad, E. bioaccumulative and toxic (PBT)
(2020). Maternal exposure to a chemicals and persistent organic
human relevant mixture of persistent pollutants (POPs). Environmental
organic pollutants reduces colorectal Science: Processes and Impacts,
carcinogenesis in A/J Min/+ mice. 18(9): 1114–1128.
Chemosphere, 126484. https://doi.org/10.1039/c6em00311g
KLHK. (2014). Penelaahan dan Mayrowani, H. (2019). Pengembangan
Pemutakhiran Rencana Penerapan pertanian organik di Indonesia.
Nasional untuk Konvensi Stockholm Morris, D. (2006). The Once and Future
tentang Bahan Pencemar Organik Carbohydrate Economy. Retrieved
yang Persisten ( Persistent Organic from https://prospect.org/special-

10
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

report/future-carbohydrate-economy/ Riyanto, S. (2020). Teknologi Remediasi


Mulyadi, M., Indratin, I., & Harsanti, E. S. Residu Endosulfan di Lahan Bawang
(2017). Senyawa POPs Aldrin dan Merah.
Endosulfan pada Air Sungai DAS Song, C., Charli, A., Luo, J., Riaz, Z., Jin,
Citarum Hulu, Jawa Bara. Prosiding H., Anantharam, V., … Kanthasamy,
SNPBS (Seminar Nasional Pen- A. G. (2019). Mechanistic interplay
didikan Biologi dan Saintek) Ke-2. between autophagy and apoptotic
Newhouse, K., Berner, T., Mukerjee, D., & signaling in endosulfan-induced
Rooney, A. (2009). IRIS dopaminergic neurotoxicity:
Toxicological Review of relevance to the adverse outcome
Chlordecone (Kepone). U.S. pathway in pesticide neurotoxicity.
Environmental Protection Agency, Toxicological Sciences, 169(2): 333–
(143). 352.
Nurrohmah, A. A., Nurjazuli, N., & Joko, Sudaryanto, A., Kajiwara, N., Takahashi,
T. (2018). Hubungan Riwayat S., & Tanabe, S. (2008).
Paparan Pestisida Ibu Saat Hamil Geographical distribution and
Dengan Kejadian Stunting Anak Usia accumulation features of PBDEs in
2-5 Tahun (Studi Kasus di Wilayah human breast milk from Indonesia.
Kerja Puskesmas Sawangan 1, Environmental Pollution, 151(1),
Kabupaten Magelang). Jurnal 130–138.
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Sudaryanto, A., Monirith, I., Kajiwara, N.,
6(6): 24–31. Takahashi, S., Hartono, P.,
O’Sullivan, G., & Sandau, C. (2013). Muawanah, … Tanabe, S. (2007).
Environmental Forensics for Levels and distribution of
Persistent Organic Pollutants. organochlorines in fish from
Environmental Forensics for Indonesia. Environment
Persistent Organic Pollutants. International, 33(6): 750–758.
https://doi.org/10.1016/C2011-0- https://doi.org/10.1016/j.envint.2007
04340-5 .02.009
Perelló, G., Martí-Cid, R., Castell, V., Suryono, C. A., Sabdono, A., Setyati, W.
Llobet, J. M., & Domingo, J. L. A., Rochaddi, B., Susilo, E. S., &
(2010). Influence of various cooking Mahendrajaya, R. T. (2019). The
processes on the concentrations of presence of organochlorine pesticide
PCDD/PCDFs, PCBs and PCDEs in in Semarang indonesia marine waters
foods. Food Control, 21(2), 178–185. and their contamination on green
Pivnenko, K., Granby, K., Eriksson, E., & mussel Perna viridis (bivalvia:
Astrup, T. F. (2017). Recycling of Mytilidae, linnaeus, 1758). In IOP
plastic waste: screening for Conference Series: Earth and
brominated flame retardants (BFRs). Environmental Science, 246: 12069.
Waste Management, 69: 101–109. Thompson, L. A., Ikenaka, Y., Darwish, W.
Poliakoff, M., & Licence, P. (2007). Green S., Nakayama, S. M. M., Mizukawa,
chemistry. Nature, 450(7171): 810– H., & Ishizuka, M. (2019). Effects of
812. the organochlorine p, p’-DDT on
Prajanti, A., Farhani, N., & Syofyan, Y. MCF-7 cells: investigating metabolic
(2016). Monitoring of POPs in the and immune modulatory
hydrosphere of Indonesia. transcriptomic changes.
Purnomo, A. S., Alkas, T. R., & Ersam, T. Environmental Toxicology and
(2019). Biodegradasi Pestisida Pharmacology, 72: 103249.
Organoklorin Oleh Jamur. UNEP. (2002). South East Asia and
Deepublish. Regionally Based Assessment of

11
Oseana, Volume 45, Nomor 2 Tahun 2020: 1–12 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

Persistent, (December), 145. Informatika Pertanian, 25(2), 155–


van der Gon, H. D., van het Bolscher, M., 162.
Visschedijk, A., & Zandveld, P. Walker, C. H., Sibly, R. M., Hopkin, S. P.,
(2007). Emissions of persistent & Peakall, D. B. (2012). Principles of
organic pollutants and eight Ecotoxicology. In Principles of
candidate POPs from UNECE– Ecotoxicology (Fourth, pp. 1–381).
Europe in 2000, 2010 and 2020 and Taylor & Francis Group, LLC.
the emission reduction resulting from WHO. (2000). Polychlorinated
the implementation of the UNECE dibenzodioxins and dibenzofurans. In
POP protocol. Atmospheric Air quality guidelines, second
Environment, 41(40): 9245–9261. edition, Chapter 5.11. Retrieved from
van Mourik, L. M., Gaus, C., Leonards, P. http://www.euro.who.int/document/a
E. G., & de Boer, J. (2016). iq/5_11pcddpcdf.pdf
Chlorinated paraffins in the Wrobel, M. H., & Mlynarczuk, J. (2017).
environment: A review on their Secretory function of ovarian cells
production, fate, levels and trends and myometrial contractions in cow
between 2010 and 2015. are affected by chlorinated
Chemosphere, 155: 415–428. insecticides (chlordane, heptachlor,
Wahyuni, S., Sulaeman, E., & Ardiwinata, mirex) in vitro. Toxicology and
A. N. (2018). Pelapisan Urea dengan Applied Pharmacology, 314: 63–71.
Arang Aktif yang Diperkaya Mikroba Yurlisa, K., & Susanti, M. M. (2018).
Dapat Mempercepat Penurunan Sertifikasi Produk Pertanian
Konsentrasi Residu Insektisida Organik: Teori dan Praktiknya.
Heptaklor di Lahan Sawah. Universitas Brawijaya Press.

12

Anda mungkin juga menyukai