Anda di halaman 1dari 211

No Kode : DAR2/Profesional/027/5/2019

MODUL 5

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KEGIATAN BELAJAR 1

HAK AZASI MANUSIA

Penulis:

Dr. MUHAMMAD HALIMI, M.Pd


.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2019
DAFTAR ISI

Daftar isi............................................................................................................ii
A. Pendahuluan..................................................................................................1
B. Capaian Pembelajaran...................................................................................2
C. Sub-Capaian Pembelajaran............................................................................5
D. Uraian Materi.................................................................................................5
E. Rangkuman Kegiatan Belajar 1…................................................................42
F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 1....................................................................42
G. Daftar Pustaka ………………………………………………………… 48
H. Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 1 …..………………… 48
A. Pendahuluan
Kegiatan belajar pada KB 1 ini membahas tentang materi Hak Asasi Manusia
(HAM). Mengapa para guru di sekolah dasar harus belajar dan membelajarkan HAM ?
HAM menjadi persoalan yang familiar dalam kehidupan di masyarakat. Persoalan
HAM sering sekali menjadi bahan pembicaraan atau diskusi di masyarakat baik yang
berkaitan dengan konsep HAM itu sendiri, penegakkan HAM maupun pelanggaran
HAM yang terjadi. Oleh karena itu, sudah seyogianya para siswa di sekolah sejak dini
sudah dikenalkan tentang HAM, supaya mereka mengetahui dan sadar akan hak dan
kewajiban asasi dirinya dan orang lain, sehingga mereka akan terbiasa untuk
menghormati diri dan hak asasi orang lain.
Setiap KB pada modul ini dikemas secara sistematis mulai dari: pendahuluan,
capaian pembelajaran, sub-capaian pembelajaran, uraian materi, rangkuman, dan tes
formatif. Materi utama terdiri dari uraian materi yang dikembangkan oleh penulis
dalam bentuk pdf, ppt, dan video, begitu juga materi penunjang terdiri dari uraian
materi berbentuk pdf, ppt, dan video menggunakan link terkait.
Proses pembelajaran untuk setiap KB pada modul ini memfasilitasi
berkembangnya kemandirian belajar sebagai penciri khas proses pembelajaran pada
program PPG. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, peserta harus
melakukan langkah-langkah berikut.
1. Memahami setiap komponen modul mulai dari komponen awal sampai akhir.
2. Memahami materi utama dan penunjang dengan membaca dan memaknainya.
3. Membaca berbagai sumber belajar lainnya yang relevan dengan materi yang
sedang dipelajari.
4. Mendiskusikan hasil membaca pada forum diskusi melalui fasilitas daring
bersama peserta lain dan instruktur.
5. Mengerjakan setiap tugas secara mandiri dan tes formatif melalui fasilitas
daring.
6. Mempraktikkan pengetahuan yang didapatkan dari proses pembelajaran
kedalam praktik pembelajaran sehari-hari dan merefleksinya.

2
7. Menghubungi instruktur melalui fasilitas daring yang telah disediakan bila
menemui kesulitan.

B. Capaian Pembelajaran
Menguasai teori dan aplikasi mencakup muatan materi lima mata pelajaran
pokok di SD 1) Bahasa Indonesia terdiri atas Ragam Teks; Satuan Bahasa Pembentuk
Teks, Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi; Struktur, Fungsi, dan
Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi, serta Apresiasi dan Kreasi Sastra Anak; 2)
Matematika terdiri atas Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Statistik, dan Kapita
Selekta; 3) Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas Metode Ilmiah, Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan, Benda dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam
Semesta; 4) Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas Manusia, Tempat dan Lingkungan;
Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; Sistem Sosial dan Budaya; Perilaku Ekonomi
dan Kesejahteraan; Fenomena Interaksi Dalam Perkembangan IPTEK dan Masyarakat
Global; dan 5) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang terdiri atas Hak Asasi
Manusia; Persatuan dan Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat Multikultur;
Konsep Nilai, Moral, dan Norma; Pancasila; serta Kewarganegaraan Global; termasuk
advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari”.

C. Sub Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari materi pada kegiatan belajar ini, diharapkan Anda mampu
menguasai materi tentang:
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
2. Gagasan Hak Asasi Manusia dalam UUD NRI 1945
3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia
4. Upaya Pemajuan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
5. Aplikasi materi tentang Hak Asasi Manusia dalam pembelajaran SD
Agar Anda memperoleh hasil atau memiliki kompetensi yang diharapkan
dalam mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan belajar ini, ikutilah petunjuk
belajar berikut ini.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda paham betul tentang
apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata
yang Anda anggap asing. Pelajarilah kata-kata tersebut dengan mencari makna
atau pengertiannya pada kamus yang Anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi kegiatan belajar ini melalui
pemahaman sendiri, dan lakukan sharing pendapat dengan kolega yang juga
memperdalam materi atau dengan instruktur yang ditunjuk oleh lembaga.
4. Mantapkan pemahaman Andamelalui diskusi, dan menganalisis berbagai kasus
yang relevan dengan materi pada kegiatan belajar ini.

D. Uraian Materi
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Pada bagian ini Anda akan diajak untuk menelaah berbagai pengertian Hak
Asasi Manusia (HAM). Hal ini bertujuan supaya Anda dapat mendefinisikan dan
memaknai setiap hak yang dimiliki. Untuk dapat memahami pengertian HAM, ada
baiknya perhatikan hal-hal berikut dengan seksama.
a. Dalam Pembukaan UUD NRI 1945 aline pertama ditegaskan
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-
keadilan”.
b. Pasal 28 A UUD NRI 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”.
c. Di dalam kehidupan masyarakat ada pandangan yang menyatakan
“Tiada seorang manusia pun yang hidup sengsara, ia akan selalu
berusaha mencapai kesejahteraan bagi dirinya lahir maupun batin”
Apa makna ketiga kalimat tersebut? Jika Anda menyimaknya dengan seksama,
maka dapat dipahami bahwa pada diri manusia selalu melekat tiga hal, yakni hidup,
kebebasan dan kebahagian. Ketiga hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat
mendasar yang harus dimiliki oleh manusia. Tanpa ketiga hal tersebut manusia akan
hidup tidak terarah bahkan tidak akan menjadi seutuhnya. Sesuatu hak yang mendasar
itu dalam pengertian lain disebut hak asasi. Dengan demikian secara sederhana hak
asasi manusia itu adalah hak dasar manusia menurut kodratnya.
Darmodihardjo dalam Muladi (2007: 109) menyatakan bahwa HAM adalah
hak-hak dasar yang dibawa manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang
sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu
holy area. Perlu dipahami bahwa HAM tersebut tidaklah bersumber dari negara dan
hukum, tetapi semata-mata bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
alam semesta beserta isinya, sehingga HAM itu tidak bisa dikurangi (non derogable
right).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, khususnya
dalam Pasal 1 Ayat (1) menyatakan HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Selain itu, dalam Undang-Undang RI Nomor 39 tahun
1999 tentang HAM Pasal 1 ayat (2) juga dimuat tentang kewajiban dasar manusia,
yaitu seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak dilaksanakan tidak
memungkinkan terlaksana dan tegaknya HAM.
Berdasarkan beberapa pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa hak asasi
manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak dasar tersebut meliputi hak hidup, hak
kemerdekaan dan hak untuk mendapatkan kebahagian.
Dibandingkan dengan hak-hak yang lain, HAM memiliki ciri-ciri khusus,
yaitu:
a. Kodrati, artinya hak asasi manusia merupakan pemberian dari Tuhan kepada
manusia agar hidup terhormat.
b. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah adalah hak asasi semua semua umat
manusia yang sudah ada sejak lahir.
c. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender atau perbedaan lainnya.
d. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan
kepada pihak lain.
e. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah
hak sipil dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.

2. Gagasan Hak Asasi Manusia dalam UUD NRI 1945


Kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan
terhadap hak-haknya sebagai manusia. Oleh karena itu, hak asasi manusia (HAM)
merupakan materi inti dari naskah undang-undang dasar negara modern. Hal ini
menunjukkan adanya jaminan konstitusional atas HAM. Jaminan konstitusional atas
HAM meneguhkan pendirian bahwa negara bertanggung jawab atas tegaknya
supremasi hukum.
UUD 1945 di Indonesia, seperti UUD lain di dunia juga mencantumkan
masalah HAM. Walaupun UUD 1945 disusun sebelum adanya Declaration of Human
Right, ternyata telah banyak mencantumkan HAM dalam beberapa pasal (Joeniarto,
2001: 19). Mohammad Hatta sebagai salah satu sosok yang gigih memperjuangkan
HAM dalam penyusunan UUD 1945. Masalah HAM memang menjadi perdebatan
dalam sidang-sidang pembahasan UUD. Soepomo yang menawarkan bentuk negara
integralistik menganggap bahwa HAM tersebut dianggap berlebihan, dibayangkan
berdampak negatif dan sebagai hak-hak perorangan yang selalu di bawah kepentingan
bersama (Soekarno, 1966: 78). Pendapat Soepomo didukung oleh Soekarno yang
menganggap bahwa individualistik inilah yang akan menimbulkan konflik di negara
kita bila masalah tersebut dimasukkan dalam UUD (Swasono, 1992: 261). Meskipun
Hatta banyak mendapat kritikan kawan-kawan politiknya, tetapi Hatta tetap konsisten
dan tegar membela prinsip-prinsip HAM yang berdasarkan termonologinya dianggap
sangat penting bagi pembangunan bangsa seutuhnya.
Hatta yang setelah sekian lama berkecimpung dalam pergerakan kemerdekaan
dan mengasah otaknya dengan menulis di berbagai media masa, menganggap bahwa
sangatlah penting untuk memasukkan hak-hak individu tersebut. Usul Mohammad
Hatta mendapat dukungan dari Mohammad Yamin.
Dengan dijiwai semangat kebersamaan, menghormati orang lain, dan
kebenaran, disepakati adanya ketentuan mengenai hak asasi manusia yang jumlah
tidak terlalu banyak di dalam UUD 1945. UUD 1945 memuat ketentuan mengenai
HAM yang terdapat dalam pasal 27 sampai 34 seperti di bawah ini.
a. Pasal 27 Ayat (1) yang berbunyi, ’Segala warga negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya’;
b. Pasal 27 Ayat (2) yang berbunyi, ‘Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan’;
c. Pasal 28 yang berbunyi, ‘Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang’;
d. Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi, ‘Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu’;
e. Pasal 30 Ayat (1) yang berbunyi, ‘Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara’;
f. Pasal 31 Ayat (1) yang berbunyi, ‘Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran’;
g. Pasal 34 yang berbunyi, ‘Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara
oleh negara’.
Jaminan HAM dalam UUD 1945 mengalami perkembangan setelah Perubahan
Kedua UUD 1945 pada tahun 2000. Ketentuan mengenai hak asasi manusia dan hak-
hak warga negara dalam UUD 1945 telah mengalami perubahan yang sangat
mendasar. Materi yang semula hanya berisi tujuh butir ketentuan yang juga tidak
seluruhnya dapat disebut sebagai jaminan konstitusional hak asasi manusia, sekarang
telah bertambah secara sangat signifikan. Ketentuan baru yang diadopsikan ke dalam
UUD 1945 setelah Perubahan Kedua pada tahun 2000 termuat dalam Pasal 28A
sampai dengan Pasal 28J, ditambah beberapa ketentuan lainnya yang tersebar di
beberapa pasal. Karena itu, perumusan tentang hak-hak asasi manusia dalam konstitusi
Republik Indonesia dapat dikatakan sangat lengkap dan menjadikan UUD 1945
sebagai salah satu undang-undang dasar yang paling lengkap memuat ketentuan yang
memberikan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
Pasal-pasal tentang hak asasi manusia itu sendiri, terutama yang termuat dalam
Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J, pada pokoknya berasal dari rumusan TAP MPR
Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang kemudian isinya menjadi
materi UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu, untuk
memahami konsepsi tentang hak-hak asasi manusia itu secara lengkap dan historis,
ketiga instrumen hukum UUD 1945, TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 dan UU
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia tersebut dapat dilihat dalam satu
kontinum dan penjabaran lebih rinci. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
ketentuan-ketentuan tentang hak-hak asasi manusia yang telah diadopsikan ke dalam
sistim hukum dan konstitusi Indonesia itu berasal dari berbagai konvensi internasional
dan deklarasi universal tentang hak asasi manusia serta berbagai instrumen hukum
internasional lainnya.
Setelah Perubahan Kedua pada tahun 2000, keseluruhan materi ketentuan hak-
hak asasi manusia dalam UUD 1945, yang apabila digabung dengan berbagai
ketentuan yang terdapat dalam undang-undang yang berkenaan dengan hak asasi
manusia, dapat kita kelompokkan dalam empat kelompok yang berisi 37 butir
ketentuan. Diantara keempat kelompok hak asasi manusia tersebut, terdapat hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun atau non-derogable rights,
yaitu:
a. Hak untuk hidup;
b. Hak untuk tidak disiksa;
c. Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani;
d. Hak beragama;
e. Hak untuk tidak diperbudak;
f. Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum; dan
g. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Keempat kelompok hak asasi manusia terdiri atas; kelompok pertama adalah
kelompok ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil yang meliputi:
a. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya;
b. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman
lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan;
c. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan;
d. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya;
e. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran, dan hati nurani;
f. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum;
g. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan
pemerintahan;
h. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut;
i. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah;
j. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan;
k. Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan,
dan kembali ke negaranya;
l. Setiap orang berhak memperoleh suaka politik;
m. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
tersebut.
Kedua, kelompok hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi:
a. Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan
pendapatnya secara damai dengan lisan dan tulisan;
b. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga
perwakilan rakyat;
c. Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik;
d. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak
bagi kemanusiaan;
e. Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan
yang layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan;
f. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi;
g. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak
dan memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat;
h. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi;
i. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran;
j. Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan umat manusia;
k. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat
lokal selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa-bangsa;
l. Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional;
m. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing, dan untuk beribadat menurut kepercayaannya itu.
Ketiga, kelompok hak-hak khusus dan hak atas pembangunan yang meliputi:
a. Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok
masyarakat yang terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan yang
sama;
b. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapai kesetaraan gender dalam
kehidupan nasional;
c. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh fungsi
reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum;
d. Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian, dan perlindungan orangtua,
keluarga, masyarakat dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta
perkembangan pribadinya;
e. Setiap warga negara berhak untuk berperan-serta dalam pengelolaan dan turut
menikmati manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam;
f. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;
g. Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang sah yang dimaksudkan
untuk menyetarakan tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah
mengalami perlakuan diskriminatif dengan kelompok-kelompok lain dalam
masyarakat, dan perlakuan khusus tersebut tidak termasuk dalam pengertian
diskriminasi.
Keempat, kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan
kewajiban asasi manusia yang meliputi:
a. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama,
moralitas, dan kesusilaan, keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat
yang demokratis;
c. Negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak-hak asasi manusia;
d. Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia yang bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan,
susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang-undang.
Hak-hak tersebut di atas ada yang termasuk kategori hak asasi manusia yang
berlaku bagi semua orang yang tinggal dan berada dalam wilayah hukum Republik
Indonesia, dan ada pula yang merupakan hak warga negara yang berlaku hanya bagi
warga negara Republik Indonesia. Hak-hak dan kebebasan tersebut ada yang
tercantum dalam UUD 1945 dan ada pula yang tercantum hanya dalam undang-
undang tetapi memiliki kualitas yang sama pentingnya secara konstitusional sehingga
dapat disebut memiliki “constitutional importance” yang sama dengan yang disebut
eksplisit dalam UUD 1945. Sesuai dengan prinsip “kontrak sosial” (social contract),
maka setiap hak yang terkait dengan warga negara dengan sendiri bertimbal-balik
dengan kewajiban negara untuk memenuhinya. Demikian pula dengan kewenangan-
kewenangan konstitusional yang dimiliki oleh negara melalui organ-organnya juga
bertimbal-balik dengan kewajiban-kewajiban konstitusional yang wajib ditaati dan
dipenuhi oleh setiap warga negara.

3. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)


Setiap hak asasi yang dimiliki oleh manusia dibatasi oleh hak asasi manusia
lainnya. Dengan demikian tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melanggar hak
asasi orang lain. Akan tetapi dalam kenyataannya manusia suka lupa diri, bahwa di
sekitarnya terdapat manusia yang mempunyai kedudukan yang sama dengan dirinya.
Namun, manusia sering melanggar hak asasi sesamanya dengan alasan yang tidak
jelas, sehingga terjadilah pelanggaran HAM.
Bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasanya terjadi dalam dua
bentuk, yaitu;
a. Diskriminasi, yaitu suatu pembatasan, pelecehan atau pengucilan yang langsung
maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama,
suku, ras, etnik, kelompok, golongan, jenis kelamin, bahasa, keyakinan dan
politik yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik secara individual maupun
kolektif dalam semua aspek kehidupan.
b. Penyiksaan, adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat baik jasmani maupun rohani
pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang
atau orang ketiga.
Berdasarkan sifatnya pelanggaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pelanggaran HAM berat, yaitu pelanggaran HAM yang berbahaya dan
mengancam nyawa manusia. Jenis-jenis pelanggaran HAM berat meliputi
kejahatan genosida dan kejahatan kemanusian. Penanganan kasus pelanggaran
HAM berat di Indonesia di atur dalam Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000
tentang Pengadilan HAM.
b. Pelanggaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM yang tidak mengancam
keselamatan jiwa manusia, akan tetapi dapat berbahaya jika tidak segera
ditanggulangi. Misalnya, kelalaian dalam pemberian pelayanan kesehatan,
pencemaran lingkungan yang disengaja dan sebagainya.
Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-
undangan mengenai HAM, namun pelanggaran HAM tetap selalu ada baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri. Berikut ini beberapa
kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia:
a. Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang
tewas, 36 orang luka berat dan 19 orang luka ringan. Keputusan majelis hakim
kasus ini menetapkan 14 terdakwa seluruhnya dinyatakan bebas.
b. Penyerbuan Kantor Partai Demokrasi Indonesia tanggal 27 Juli 1996. Dalam
kasus ini lima orang tewas, 149 orang luka-luka dan 23 orang hilang. Keputusan
majelis hakim kasus ini menetapkan empat terdakwa dinyatakan bebas dan satu
orang terdakwa divonis 2 bulan 10 hari.
c. Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam
kasus ini korban yang meninggal adalah Hery Hartabto, Elang Mulya Lesmana,
Hendriawan, Hafidin Royan dan Alan Mulyadi. Mahkamah Militer yang
menyidangkan kasus ini memvonis dua terdakwa dengan hukuman 4 bulan
penjara, empat terdakwa divonis 2-5 bulan penjara dan 9 orang anggota Brimob
dipecat dan dipenjara 3-6 tahun.
d. Penculikan aktivis, pada bulan April 1997-April 1999. Dalam kasus ini 20 orang
aktivis dinyatakan hilang (9 orang diantaranya telah dibebaskan dan 11 orang
dinyatakan hilang). Mahkamah Militer memvonis komandan Tim mawar
Kopassus dengan 22 bulan penjara dan dipecat dari TNI, empat orang terdakwa
dipecat dan divonis 20 bulan penjara, tiga orang terdakwa divonis 16 bulan
penjara dan tiga orang terdakwa divonis 12 bulan penjara.
e. Tragedi Semanggi I pada tanggal 13 November 1998. Dalam kasus ini lima orang
korban meninggal, yaitu Bernadus Irmawan, Teddy Mahdani Kusuma, Sigit
Prsetyo, Muzamil joko Purwanto dan Abdullah. Kemudian terjadi lagi tragedi
Semanggi II pada tanggal 24 September 1999 yang memakan lima orang korban
meninggal yaitu Yap Yun Hap, Salim Ternate, Fadli, Denny Yulian dan Zainal.
Dalam kasus ini DPR membatalkan rekomendasi sebelumnya yang mendorong
penyelesaian melalui peradilan militer bukan peradilan peradilan HAM.
Kemudian, berkas penyelidikan Komnas HAM atas kasus Semanggi ini masih
disimpan di Kejaksaan Agung dan sampai sekarang belum ada langkah menyikapi
hasil penyelidikan itu.
f. Pelanggaran HAM Timor Timur. Peristiwa ini ditandai dengan terjadinya dua
serangan yaitu serangan ke kediaman Uskup Belo yang memakan korban tewas
sebanyak 25 orang dan serangan ke kediaman Manuel Carrascalao yang
memakan korban tewas sebanyak 12 orang. Dalam kasus ini majelis hakim
menetapkan 18 terdakwa dinyatakan bebas, kecuali Eurico Guterres yang
dinyatakan berasalah dan divonis 10 tahun penjara.
g. Pembunuhan Ketua Presidium Dewan Papua, Theys Hiyo Eluay pada tanggal 10
November 2001. Dalam kasus ini empat dari tujuh anggota Kopassus yang
menjadi terdakwa divonis 2-3,5 tahun penjara dan dipecat dari dinas militer oleh
Mahkamah Militer III Surabaya.
h. Pembunuhan Munir, pada tanggal 7 September 2004. Munir tewas dalam
perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam. Otopsi oleh Netherlands Forensic
Institute menyimpulkan munir tewas akibat racun arsenik. Dalam kasus ini,
putusan kasasi Mahkamah Agung menyatakan Pollycarpus tidak terbukti
membunuh. Ia hanya dihukum dua tahun penjara atas penggunaan surat palsu.
Kasus-kasus di atas merupakan contoh kasus pelanggaran HAM yang dianggap berat.
Negara kita selalu terfokus pada permasalahan HAM yang berat tadi. Akan tetapi
pelanggaran HAM yang sifatnya ringan, yang bisa menjadi berat ketika tidak
dilakukan upaya penyelesaian. Berikut ini merupakan kesaksian dari seorang ibu yang
bernama Eupeka dari Porsea Sumatera Utara, yang kesaksiannya mungkin
menggambarkan kegerahan dia atas tidak diperhatikan pelanggaran HAM yang
menimpa dirinya dan tetangganya.

.......Saya sedih melihat tetangga-tetangga meninggal akibat longsor,


menderita penyakit kulit kareana air tercemar limbah pabrik.
......................................................................................................
Selama
empat tahun terakhir pabrik ditutup, kami dapat menghirup udara
segar kembali, tanah kami menghasilkan panen yang baik. Saya betul-
betul tidak mengerti kenapa pemerintah mengizinkan pabrik beroperasi
kembali? Apa mereka tidak cukup melihat bahwa kami sudah cukup
menderita?
Kompas, 16 Desember 2006

Setelah Anda membaca kesaksian Ibu Eupeka di atas, bagaimana tanggapan Anda
mengenai hal-hal berikut:
a. Bagaimana perasaan Anda akan nasib yang dialami Ibu Eupeka dan tetangganya?
b. Menurut pendapat Anda bagaimana perasaan Ibu Eupeka dan tetangganya atas
nasib yang menimpanya?
c. Apakah mungkin nasib yang menimpa Ibu Eupeka dan tetangganya juga dialami
oleh warga negara Indonesia lainnya?
d. Bagaimana perasaan Anda jika mengalami nasib seperti yang dialami oleh Ibu
Eupeka dan tetangganya?
e. Menurut Anda benarkah pendapat Ibu Eupeka dan seandainya benar faktor apa
yang menyebabkan pemerintah mengabaikan hak Ibu Eupeka dan tetangganya?
f. Solusi seperti apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dialami oleh Ibu Eupeka dan tetangganya?

4. Upaya Pemajuan dan Penegakkan serta Penanganan Masalah Hak Asasi


Manusia di Indonesia
a. Pemajuan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Semua negara di dunia sepakat menyatakan penghormatan terhadap nilai-nilai
hak asasi manusia yang universal. Akan tetapi, pelaksanaan hak asasi manusia dapat
saja berbeda antara satu negara dengan negara lain. Ideologi, kebudayaan dan nilai-
nilai khas yang dimiliki suatu bangsa akan mempengaruhi sikap dan perilaku hidup
berbangsa. Misalnya di Indonesia, semua perilaku hidup berbangsa diukur dari
kepribadian Indonesia yang tentu saja berbeda dari bangsa lain. Bangsa Indonesia
akan menyelesaikan permasalahannya dengan cara sendiri. Bangsa lain tidak dapat
memaksakan konsep hak asasi versi negaranya kepada bangsa kita, sebaliknya bangsa
kita pun tidak dapat memaksakan konsep hak asasi versi bangsa kita kepada bangsa
lain.
Salah satu ciri negara hukum adalah adanya jaminan terhadap hak asasi
manusia. Ciri inilah yang membedakan antara negara otoriter dengan negara
demokratis yang menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sebagai
salah satu negara yang mengaku sebagai negara hukum, Indonesia tentu saja berperan
aktif dalam upaya penegakan HAM.
Proses penegakan HAM di Indonesia mengacu kepada ketentuan-ketentuan
hukum internasional yang pada dasarnya memberikan wewenang luar biasa kepada
setiap negara. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia dalam proses
penegakan HAM sangat mempertimbangkan dua hal di bawah ini:
1) Kedudukan negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat baik secara hukum,
sosial, politik harus dipertahankan dalam keadaan apapun sesuai dengan prinsip-
prinsip yang dianut dalam piagam PBB.
2) Dalam pelaksanaannya, pemerintah harus tetap mengacu kepada ketentuan-
ketentuan hukum internasional mengenai HAM. Kemudian menyesuaikannya dan
memasukkannya ke dalam sistem hukum nasional serta menempatkannya
sedemikian rupa, sehingga merupkan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
hukum nasional.
Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan
langkah-langkah strategis, yakni dengan membentuk produk hukum, pembentukan
lembaga independen yang keberadaannya dilandasi UU atau peraturan serta lembga-
lembaga swadaya masyarakat yang ikut mengawasi penegakkan HAM itu sendiri.
Berikut ini akan dibahas ketiga hal tersebut.

1). Pembentukan produk hukum yang mengatur tentang HAM sebagai


Penjabaran UUD 1945
Pembentukan produk hukum yang mengatur mengenai hak asasi manusia
(HAM) dimaksud untuk menjamin kepastian hukum dalam proses penegakan HAM.
Selain itu produk hukum tersebut memberikan arahan bagi pelaksanaan proses
penegakan HAM. Adapun produk hukum yang dibentuk untuk mengatur masalah
HAM adalah:
a) Pada amandemen kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 telah ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh yaitu bab X A yang
berisi mengenai hak asasi manusia, melengkapi pasal-pasal yang lebih dahulu
mengatur mengenai masalah HAM.
b) Dalam sidang istimewa MPR 1998 ditetap sebuah Ketetapan MPR mengenai hak
asasi manusia yaitu TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.
c) Ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun 1998.
d) Diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, yang diikuti dengan dikeluarkannya PERPU Nomor 1 tahun 1999
tentang pengadilan HAM yang kemudian ditetapakan menjadi sebuah undang-
undang, yaitu Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM.
e) Meratifikasi instrumen HAM internasional selama tidak bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. hal
ini diwujudkan dengan meratifikasi:
(1) Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment menjadi Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1998
tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman
yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.
(2) International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights menjadi
Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2005 tentang Kovenan Internasional Hak-
hak Ekonomi, Sosial.dan Budaya
(3) International Covenant on Civil and Political Rights menjadi Undang-
Undang RI Nomor 11 tahun 2005 tentang Kovenan Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik.
tentang HAM yang berlaku di Indonesia saat ini. Berkaitan dengan hal tersebut, coba Anda identifikasi jenis-jenis produk huku
2). Terbentuknya lembaga - lembaga independen yang menangani masalah HAM
yang pembentukannya diatur UU
Lembaga bentukan pemerintah yang bersifat independen dan tidak memihak yang
pembentukan, susunan, dan kedudukannya diatur dengan undang-undang yang khusus
untuk menangani permasalahan HAM antara lain adalah :
(1). Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
Komnas HAM dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50
tahun 1993. keberadaan Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang-Undang RI
Nomor 39 tahun1999 tentang Hak Asas Manusia pasal 75 sampai dengan pasal 99.
Komnas HAM merupakan lembaga negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya
yang berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan
mediasi HAM. Komnas HAM beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR
berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden. Masa jabatan
anggota Komnas HAM selama lima tahun dan dapat diangkat lagi hanya untuk satu
kali masa jabatan.
Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut:
(a) melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah
(b) menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
(c) menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia
kepada pemerintah dan DPR untuk ditindak lanjuti.
(d) memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di
pengadilan.
Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan
pengaduan kepada Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan,
baik secara tertulis maupun lisan dan identitas pengadu yang benar.

(2). Pembentukan Pengadilan HAM


Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 26 tahun
2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat
yang diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia baik perseorangan maupun
masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum, keadilan dan
perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000,
Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Di samping itu, berwenang memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran HAM yang dilakukan oleh warga negara Indonesia dan
terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia. Adapun yang termasuk pelanggaran
HAM berat yang diatur dalam Pasal 7 sampai 9 Undang-Undang RI Nomor 26 tahun
2000 meliputi:

(a) Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, atau kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota
kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, dan memaksakan
tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok atau
memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu kepada kelompok
yang lain.
(b) Kejahatan kemanusiaan, yaitu satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistemik, yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil. Kejahatan kemanusian
berbentuk pembunuhan, pemusnahan, penyiksaan, perbudakan, pengusiran,
perampasan kemerdekaan yang melanggara hukum internasional dan sebagainya.
Selain itu berbagai lembaga indipenden yang bentuk oleh pemerintah untuk mengatasi
permasalahan khusus di bidang anak, perempuan atau kasus khusus lainnya seperti
Komisi Perlindungan Anak Indonesia, disingkat KPAI, adalah lembaga independen
Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dalam rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan
perlindungan anak. Keputusan Presiden Nomor 95/M/2004 merupakan dasar hukum
pembentukan lembaga ini; Demikian juga, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dan lain lain.

3) Terbentuknya Lembaga Swadaya Masyarakat yang menangani HAM

Selain peraturan perundangan dan lembaga independen yang pembentukannya


melibatkan pemerintah, ada pula lembaga swadaya masyarakat yang lahir dan
berdirinya bersifat bottom up. Lembaga tersebut antara lain: Kontras (Komisi untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia), PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Indonesia),
dan Elsam (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), BKBH (Biro Konsultasi
Bantuan Hukum) Perguruan Tinggi, dan lain-lain. Untuk lebih mendalami kinerja
masing masing, coba Anda cari informasi berkaitan dengan tugas dan kewenangan
dari lembaga-lembaga tersebut.

b. Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia


Kasus pelanggaran HAM akan senatiasa terjadi jika tidak secepatnya
ditangani. Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di
negaranya akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang tidak mempunyai
kemauan menegakan HAM. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negara tersebut
akan disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal tersebut tentu saja
menggambarkan bahwa kedaulatan hukum negara tersebut lemah dan wibawa negara
tersebut jatuh di dalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut
sebagai unwillingness state. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran
HAM yang terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah Internasional. Contoh-
contoh kasus yang dikemukakan pada bagian sebelumnya merupakan bukti bahwa di
negara kita ada proses peradilan untuk menangani masalah HAM terutama yang
sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang
pengadilan HAM, kasus pelanggaran HAM diperiksa dan diselesaikan di pengadilan
HAM ad hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan berada di lingkungan
peradilan umum. Setelah berlakunya undang-undang tersebut kasus pelanggaran HAM
di Indonesia ditangani dan diselesaikan melalui proses peradilan di Pengadilan HAM.
Penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat dilakukan berdasarkan ketentuan
Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Jaksa
Agung dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali tertatangkap
tangan. Penahanan untuk pemeriksaan dalam sidang di Pengadilan HAM dapat
dilakukan paling lama 90 hari dan dapat diperpenjang paling lama 30 hari oleh
pengadilan negeri sesuai dengan daerah hukumnya. Penahanan di Pengadilan Tinggi
dilakukan paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan
di Mahkamah Agung paling lama 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari.
Adapun penyelidikan di terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat
dilakukan oleh Komnas HAM. Dalam melakukan penyelidikan, Komnas HAM dapat
membentuk Tim ad hoc yang terdiri dari Komnas Ham dan unsur masyarakat. Hasil
penyelidikan Komnas HAM yang berupa laporan pelanggaran hak asasi manusia,
diserahkan berkasnya kepada Jaksa Agung yang bertugas sebagai penyidik. Jaksa
Agung wajib menindak lanjuti laporan dari Komnas Ham tersebut. Jaksa Agung
sebagai penyidik dapat membentuk penyidik ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah
dan masyarakat.
Proses penuntutan perkara pelanggaran HAM berat dilakukan oleh Jaksa
Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya, Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum
ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah atau masyarakat. Setiap saat Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia dapat keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agung
mengenai perkembangan penyidikan dan penuntutan perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Jaksa penuntut umum ad hoc sebelum melaksanakan tugasnya
harus mengucapkan sumpah atau janji.
Selanjutnya, perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat diperiksa dan
diputuskan oleh Pengadilan HAM yang dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan
HAM paling lama 180 hari setelah berkas perkara dilimpahkan dari penyidik kepada
Pengadilan HAM. Majelis Hakim Pengadilan HAM yang berjumlah lima orang terdiri
atas dua orang hakim pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan tiga orang hakim
ad hoc yang diketuai oleh hakim dari Pengadilan HAM yang bersangkutan.
Dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat dimohonkan
banding ke Pengadilan Tinggi, maka perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam
waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi.
Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM di Pengadilan Tinggi dilakukan oleh majelis
hakim yang terdiri atas dua orang hakim Pengadilan Tinggi yang bersangkutan dan
tigaorang hakim ad hoc. Kemudian, dalam hal perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agung, perkara tersebut diperiksa dan
diputus dalam waktu paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke
Mahkamah Agung. Pemeriksaan perkara pelanggaran HAM berat di Mahkamah
Agung dilakukan oleh majelis hakim terdiri atas dua orang Hakim Agung dan tiga
orang hakim ad hoc. Hakim ad hoc di Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden
selaku Kepala Negara atas usulan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

5. Aplikasi Materi tentang Hak Asasi Manusi dalam Pembelajaran di Sekolah


Dasar (SD)
a. Prinsip Pembelajaran HAM di SD
Sesuai dengan hakikat anak SD dan pendekatan pembelajaran, maka prinsip
yang digunakan dalam pembelajaran HAM dikembangkan sesuai dengan karakteristik
belajar anak. Pertama, anak SD belajar secara konkrit sehingga pembelajaran HAM
diupayakan secara konrkit pula. Implikasi dari prinsip ini maka pembelajaran HAM
bagi anak SD menuntut guru untuk selalu menggunakan media dan sumber
pembelajaran yang bersifat konkrit dan dapat ditangkap secara inderawi. Media dan
sumber pembelajaran yang dimaksud dapat berupa media dan sumber pembelajaran
yang dirancang dan tidak dirancang untuk pembelajaran. Media dan sumber yang
direncanakan adalah media dan sumber yang memang dengan sengaja dibuat untuk
kepentingan pembelajaran. Sedangkan media dan sumber pembelajaran yang tidak
direncanakan adalah segala sumber yang memang tidak disengaja untuk kepentingan
pembelajaran. Misalnya jalan raya, pasar, stasiun, dan terminal. Media dapat juga
yang bersifat alami dan buatan.
Kedua, pembelajaran HAM menggunakan prinsip bermain sambil belajar dan
belajar seraya bermain. Bermain akan membuat anak berinteraksi dan belajar
menghargai hak orang lain. Pola bermain dapat dibedakan menjadi tiga: (a) bermain
bebas, (b) bermain dengan bimbingan, dan (c) bermain dengan diarahkan (Sumiarti
Padmonodewo, 1995). Bermain bebas adalah suatu bentuk kegiatan bermain yang
memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai pilihan alat dan
menggunakannya. Bermain dengan bimbingan adalah suatu kegiatan bermain dengan
cara guru memilihkan alat-alat permainan dan anak diharapkan dapat
menemukan pengertian tertentu. Bermain dengan diarahkan adalah suatu bentuk
permainan dengan guru mengajarkan cara menyelesaikan tugas tertentu. Bermain
dapat menggunakan alat permainan ataupun tanpa alat permainan. Berbagai permainan
dapat digunakan di dalam pembelajaran HAM.
Ketiga, pembelajaran HAM di SD menggunakan prinsip active learning.
Pembelajaran aktif memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk aktif
mencari dan memaknai nilai-nilai HAM. Seluruh anggota tubuh dan psikologis anak
bekerja baik melalui belajar individual maupun bekerja sama dalam
kelompok. Problem solving akan memberikan tantangan pada anak untuk aktif
menyelesaikan masalah tersebut.
Keempat, pembelajaran HAM di SD dilaksanakan dalam suasana yang
menyenangkan. Joyfull learning akan sangat menyenangkan dan membuat belajar
anak menjadi ceria, tanpa tekanan, dan menarik. Guru dapat membuat pembelajaran
menjadi menyenangkan dengan memberikan sentuhan akrab, ramah, sambil
bernyanyi, dengan gambar, dan lain sebagainya.
Kelima, pembelajaram HAM di SD berpusat pada anak. Artinya anak menjadi
subjek pelaku yang aktif di dalam belajar. Guru hanya berperan sebagai fasilitator
dalam membantu anak mudah mempelajari nilai-nilai HAM. Pembelajaran HAM
perlu mempertimbangkan aspek kemampuan dan potensi anak, suasana psikologis dan
moral anak.
Keenam, pembelajaran HAM di SD memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengalami, bukan saja melihat atau mendengar melainkan seluruh panca inderanya
dan mental psikologis anak aktif mengalami sendiri dalam kegiatan yang memuat
nilai-nilai HAM. Pembelajaran HAM memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
anak untuk bereksperimen (mencoba) mengalami berbagai kegiatan pembelajaran
HAM.
Pembelajaran HAM di SD dapat mengembangkan keterampilan sosial, kognitif,
emosional serta spiritual. Multiple intelligence dapat ditumbuhkembangkan dalam
pembelajaran HAM sehingga pembelajaran tersebut akan lebih bermakna bagi
kehidupan anak.

b. Pendekatan Pembelajaran HAM di SD


Pembelajaran HAM di SD bukan saja menyampaikan materi tentang nilai-nilai
HAM tetapi pembelajarannya sendiri harus sesuai dan dijiwai dengan HAM. Jika
tidak, maka anak akan mengalami suatu keadaan paradoksal atau inkonsistensi yaitu
bagaimana ia dapat memahami materi HAM yang diterima ketika pembelajarannya
sendiri melanggar HAM?
Pendidikan mengandung unsur-unsur HAM dan demokrasi. Mendidik anak akan
mengembangkan inteligensi dan karakternya. Hal ini tidak akan terjadi manakala anak
hanya belajar secara tekstual dalam buku dan ditentukan oleh guru. Individu hanya
akan terdidik dan memiliki kesadaran tentang HAM ketika ia memiliki kesempatan
untuk mengalami sendiri HAM dan menyumbangkan sesuatu yang berguna dari
pengalamannya tersebut. Misalnya, anak diajak secara langsung ikut membersihkan
lingkungan sekolah. Pengalaman ini akan memberikan pengalaman pada anak bahwa
ia telah membantu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam pembelajaran HAM di SD.
Pendekatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1) Pendekatan induktif yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran dengan dimulai dari contoh-contoh, peristiwa-peristiwa, kasus-
kasus dan fenomena sejenis untuk ditarik kesimpulan umum.
2) Pendekatan deduktif dimulai dari konsep umum menuju penarikan kesimpulan
khusus.
3) Pendekatan kontekstual yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan guru
sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari anak. Pembelajaran kontekstual
tersebut memudahkan anak memaknai nilai-nilai HAM yang dipelajarinya.
4) Pendekatan kooperatif (cooperative learning) yaitu pendekatan pembelajaran
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dalam belajar.
Misalnya, belajar kelompok, belajar dengan model Jigsaw, diskusi kelompok, dan
tugas kelompok.
5) Pendekatan inquiry yaitu pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan
ksempatan pada anak untuk mencari penyelesaian sendiri terhadap masalah yang
dihadapinya. Anak belajar mengamati fenomena, menemukan masalah, dan
menyelidiki kemungkinan-kemungkinan penyelesaian masalah sendiri.
6) Pendekatan discovery yaitu pendekatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa menjelajah untuk menemukan sesuatu yang sudah ada.
7) Pendekatan konstruktivistik yaitu suatu pendekatan yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk menyusun sendiri konsep-konsep HAM berdasarkan kehidupan
sehari-hari anak.
8) Pendekatan behavioristik dengan menciptakan lingkungan yang kondusif anak
belajar HAM.
c. Materi Pembelajaran HAM di SD
Materi HAM di SD dikembangkan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak. Materi tersebut disajikan secara menarik dalam bentuk yang
mudah dipahami oleh anak. Kalimat yang digunakan sederhana, lugas, dan jelas.
Kalau perlu materi disertai gambar dan ilustrasi menarik dan menyenangkan. Unsur
problematik dalam materi HAM juga akan membuat sajian materi tidak monoton dan
menjemukan, tetapi menantang penalaran kritis anak. Supaya memiliki kebermaknaan
pada anak, materi HAM diangkat dari realitas kehidupan anak sehari-hari. Dengan
demikian materi yang dikembangkan disesuaikan dengan perkembangan dan
kebutuhan anak.
Berdasarkan ketentuan dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, terdapat beberapa Kompetensi Dasar yang
terkait dengan materi HAM dalam mata pelajaran PPKN di Sekolah Dasar seperti
dalam tabel berikut.
No Kelas Kompetensi Dasar
1. III 1.2 Menghargai kewajiban dan hak sebagai anggota
keluarga dan warga sekolah sebagai wujud rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.2 Melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota
keluarga dan warga sekolah
3.2 Mengidentifikasi kewajiban dan hak sebagai anggota
keluarga dan warga sekolah
4.2
Menyajikan hasil identifikasi kewajiban dan hak
sebagai anggota keluarga dan warga sekolah
2. IV 1.2 Menghargai kewajiban dan hak warga masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari dalam menjalankan
agama
2.2 Menunjukkan sikap disiplin dalam memenuhi
kewajiban dan hak sebagai warga masyarakat sebagai
wujud cinta tanah air
3.2 Mengidentifikasi pelaksanaan kewajiban dan hak
sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari
4.2 Menyajikan hasil identifikasi pelaksanaan kewajiban
dan hak sebagai warga masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari
3. V 1.2 Menghargai kewajiban, hak, dan tanggug jawab
sebagai warga masyarakat dan umat beragama dalam
kehidupan sehari-hari
2.2 Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam memenuhi
kewajiban dan hak sebagai warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari
3.2 Memahami hak, kewajiban dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari
4.2 Menjelaskan hak, kewajiban dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari
4. IV 1.2 Menghargai hak, dan tanggung jawab sebagai warga
negara dalam menjalankan agama
2.2 Melaksanakan kewajiban, hak, dan tanggung jawab
sebagai warga negara sebagai wujud cinta tanah air
3.2 Menganalisis pelaksanaan kewajiban, hak, dan
tanggung jawab sebagai warga negara beserta
dampaknya dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Menyajikan hasil analisis pelaksanaan kewajiban, hak,
dan tanggung jawab sebagai warga negara beserta
dampaknya dalam kehidupan sehari-hari

Materi HAM diberikan di SD dibelajarkan secara terintegrasi dengan mata


pelajaran lain yang sudah ada melalui pendekatan tematik. Jika materi HAM diberikan
tersendiri dan menjadi mata pelajaran tersendiri maka akan terjadi penambahan mata
pelajaran lain. Hal ini akan menambah beban mata pelajaran bagi anak dan di luar
kemampuan anak. Pilihannya lebih baik diupayakan terintegrasi pada mata pelajaran
lain sehingga setiap mata pelajaran yang dipelajari anak akan lebih bermakna.

d. Perencanaan Pembelajaran HAM di SD


Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran HAM di SD sangat ditentukan oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan tersebut akan membantu guru untuk
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara sistematik. Langkah-langkah
penyusunan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Menganalisis substansi kajian kurikulum. Melalui analisis dapat diketahui bahwa
materi pokok HAM yang terintegrasi di dalam mata pelajaran sebagaimana
termuat di kurikulum dapat diketahui.
2) Hasil analisis kajian itu kemudian dimuat di dalam silabus yang dikembangkan.
Silabus tersebut berupa rencana kegiatan pembelajaran secara sistematis yang
memuat materi pokok, media, dan evaluasi serta alokasi waktu yang akan
dilaksanakan di dalam pembelajaran.
3) Pengembangan silabus disesuaikan dengan potensi anak, sarana dan prasarana
sekolah, serta kemampuan guru. Di dalam silabus kita dapat merencanakan
pembelajaran yang akan memberikan pengalaman belajar HAM yang sesuai
dengan kurikulum dan potensi anak. Silabus adalah suatu rencana yang memuat
pokok-pokok pengalaman belajar yang akan diperoleh anak dalam pembelajaran.
Format silabus yang dikembangkan sangat bergantung pada guru, dan tidak ada
yang sama.
4) Berdasarkan silabus dapat dikembangkan rencana pembelajaran (RP). Rencana
pembelajaran adalah seperangkat langkah-langkah pembelajaran yang harus diikuti
guru dalam membelajarkan anak.
5) Perencanaan pembelajaran HAM di SD dikembangkan berdasarkan:
a) pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan komptensi dasar yang
akan dicapai,
b) berpusat pada anak,
c) pembelajaran memperhatikan pertumbuhan dan kebutuhan anak SD,
d) pembelajaran menghargai dan memberdayakan hak anak,
e) mampu mengembangkan seluruh potensi anak,
f) mengembangkan active learning,
g) mendorong berpikir kritis dan kreatif anak,
h) sesuai dengan potensi sekolah dan guru, dan
i) memungkinkan anak dapat mengakses sumber belajar yang ada.
E. Forum Diskusi

Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 1, diskusikan bersama peserta


PPG lainnya melalui fasilitas daring pada slot forum diskusi terkait berikut :
1. Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa hak asasi manusia itu merupakan
hak dasar manusia yang diperoleh sejak lahir. Menurut persepsi Anda, tepatkah
pendapat tersebut? Berikan alasan Anda secara komprehensif !
2. Coba Anda analisis implikasi dari tercantumnya jaminan hak asasi manusia dalam
UUD NRI 1945 !
3. Bagaimana mekanisme dalam penegakkan HAM di negara kita tercinta, sehingga
semua warga negara dapat merasakan jaminan atas hak asasinya masing-masing?
4. Dalam kaitannya penegakkan hak anak di bidang Pendidikan, ternyata berdasarkan
laporan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) masih terjadi kasus
kekerasan terhadap anak pada tahun 2019. Menurut KPAI kasus pelanggaran hak
anak di bidang pendidikan masih didominasi perundungan (bullying) berupa
kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Berkaitan dengan hal tersebut:
a. Dalam pandangan Anda, apa saja penyebab terjadinya kasus
kekerasan terhadap anak?
b. Sebagai seorang guru sekolah dasar, bagaimana cara yang akan Anda tempuh
supaya siswa Anda tidak menjadi korban ataupun pelaku tindak kekerasan
terhadap anak?
c. Bagaimana model pembelajaran yang akan Anda kembangkan untuk
menanamkan kesadaran HAM yang tinggi pada setiap siswa Anda, sehingga
dapat mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap anak?
F. Rangkuman Kegiatan Belajar 1

1. Menurut Undang-undang Nomor 39 tahun 1999, hak asasi manusia adalah


seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
2. Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus, yaitu: hakiki, universal, tidak dapat
dicabut dan tidak dapat dibagi.
3. Secara umum hak asasi manusia dapat dibedakan menjadi hak asasi pribadi atau
personal rights, hak asasi ekonomi atau property rights, hak asasi politik atau
politial rights, hak persamaan hukum atau rights of legal equality, hak asasi sosial
dan kebudayaan atau social and culture rights, dan hak asasi mendapatkan
perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum atau procedure rights.
4. Gagasan mengenai jaminan hak asasi manusia terdapat dalam setiap konstitusi atau
undang-undang dasar yang pernah berlaku di Indonesia.
5. Proses penegakan HAM di Indonesia mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum
internasional yang pada dasarnya memberikan wewenang luar biasa kepada setiap
negara. Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan
langkah-langkah strategis, diantaranya pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM), pembentukan produk hukum yang mengatur mengenai
HAM dan pembentukan Pengadilan HAM.

G. Tes Formatif Kegiatan Belajar 1


Pilihlah alternatif jawaban yang paling benar!

1. Secara yuridis pengakuan, penghormatan dan penegakkan Hak Asasi Manusia


(HAM) sangat penting diwujudkan, karena … .
A. penegakkan HAM merupakan ciri negara demokratis
B. jaminan perwujudan HAM terdapat dalam konstitusi
C. penghormatan terhadap HAM merupakan amanat ideologi negara
D. penegakkan HAM merupakan bagian tidak terpisahkan dari kebijakan Presiden
E. pengakuan terhadap HAM terdapat dalam berbagai jenis peraturan

2. Bagi bangsa Indonesia, pengakuan, penghormatan dan penegakkan Hak Asasi


Manusia (HAM) sangat penting diwujudkan, karena merupakan salah satu bentuk
pengamalan Pancasila terutama sila … .
A. Ketuhanan Yang Maha Esa
B. Kemanusian Yang Adil dan Beradab
C. Persatuan Indonesia
D. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan /Perwakilan
E. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

3. Perhatikan tabel berikut ini !


NO A B C

1. Ditetapkannya berbagai Penegakkan HAM lebih Diberlakukan


peraturan perundang- menekankan pada per- pembatas-an terhadap
undangan yang berkait- wujudan hak berserikat hak sipil dan hak politik
an dengan HAM. melalui organisasi poli- warga negara.
tik.

2. Diadakannya berbagai Ditegakkannya kebebas- Dicanangkannya prog-


seminar tentang pene- an pers sebagai salah satu ram Rencana Aksi Na-
gakkan HAM. pilar demokrasi. sional HAM.

3. Pemerintah Dilakukan kajian dan Dibentuknya Komisi


memberikan ratifikasi terhadap instru- Na-sional Hak Asasi
keleluasaan kepada rak- men HAM internasional. Manu-sia (Komnas
yat untuk mendirikan HAM).
partai politik.
Berdasarkan data pada tabel tersebut, manakah yang merupakan upaya pemajuan
HAM pada periode 1998 sampai dengan sekarang?
A. 1A, 2B dan 3C
B. 1A, 3B dan 2C
C. 2A, 1B dan 1C
D. 3A, 2B dan 2C
E. 3A, 3B dan 3C

4. Bagi seorang tersangka atau terdakwa dalam perkara pidana berhak mendapatkan
perlindungan hukum dan didampingi penasehat hukum. Hal tersebut merupakan
perwujudan
A. social rights
B. political rights
C. procedural rights
D. economical rights
E. proverty rights

5. Hak asasi manusia adalah adalah hak asasi semua semua umat manusia yang sudah
ada sejak lahir. Dengan demikian hak asasi manusia mempunyai sifat....
A. Hakiki
B. universal
C. tak terbatas
D. tidak dapat dibagi
E. individual

6. Pada dasarnya upaya pemajuan, penghormatan dan penegakan HAM sering


mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Hal tersebut disebabkan karena
penegakan HAM masih bersifat parsial atau berdiri sendiri. Untuk itu, dibutuhkan
peran serta segenap komponen bangsa, yaitu masyarakat dan pemerintah.
Berkaitan dengan hal tersebut, bagaimana hubungan peran pemerintah dan
masyarakat dalam upaya pengakuan, penghormatan dan penegakkan HAM?
A. Masyarakat bisa lebih berperan aktif dengan melakukan tindakan tegas dan
keras kepada semua lembaga atau organisasi yang tidak mendukung kebijakan
pemerintah dalam proses pengakuan, penghormatan dan penegakkan HAM.
B. Pemerintah dapat memaksa masyarakat untuk patuh terhadap semua kebijakan
dalam proses pengakuan, penghormatan dan penegakkan HAM, serta
memberikan sanksi kepada siapa saja yang mengkritisi kebijakan tersebut.
C. Pemerintah dapat menjadikan laporan masyarakat mengenai terjadinya
pelanggaran HAM sebagai dasar untuk bertindak tegas dengan menggunakan
kekerasan dalam rangka menjamin terwujudnya penghormatan dan
penegakkan HAM.
D. Pemerintah dan masyarakat berperan sesuai dengan kehendaknya dalam
mewujudkan pengakuan, penghormatan dan penegakkan hak asasi manusia,
karena keduanya memiliki peran yang berbeda serta tidak saling berkaitan satu
sama lain.
E. Pemerintah bertindak sebagai regulator atau pembuat kebijakan penegakkan
HAM, sementara itu masyarakat mendukung dengan tetap bersikap kritis
kebijakan pemerintah tersebut dalam proses penegakkan HAM

7. Di antara upaya penegakan hak asasi manusia yang dibentuk oleh lembaga
swadaya masyarakat adalah....
A. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)
B. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
C. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
D. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)
E. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan
8. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa atau agama disebut....
A. kejahatan terhadap kemanusia
B. kejahatan genosida
C. kejahatan perang
D. agresi
E. pembantaian

9. Saat ini sering terjadi pelanggaran HAM dalam bentuk tindak kekerasan yang
menimpa para pelajar. Tindak kekerasaan tersebut sering dikenal dengan istilah
bullying. Pelaku bullying bisa dari oknum pelajar atau pihak lainnya. Tindakan
tersebut sebetulnya dapat dihindari apabila penegakkan HAM dapat diwujudkan di
berbagai lingkungan kehidupan. Sebagai seorang pelajar, bentuk peran serta yang
dapat ditampilkan untuk mencegah terjadinya bullying sebagai bagian dari upaya
penegakkan HAM, diantaranya adalah dengan ... .
A. mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk peraturan yang khusus
mengatur pencegahan terhadap bullying
B. meningkatkan pemahaman mengenai jenis-jenis bullying yang terjadi di
berbagai lingkungan kehidupan
C. melaporkan setiap tindakan bullying kepada aparat kepolisian dan kepala
sekolah
D. mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk suatu lembaga nasional
anti bullying
E. membuat tulisan tentang pencegahan tindakan bullying di media cetak nasional
mapun local

10. Kasus perbudakan buruh kuali yang pernah disidangkan oleh Pengadilan Negeri
Tangerang (PN Tangerang) dengan Terdakwa YI dan kawan-kawan merupakan
salah satu kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kasus tersebut sebenarnya dapat
dihindari, apabila masyarakat berperan serta dalam upaya penegakkan HAM untuk
mencegah terjadinya pelanggaran HAM. Salah satu bentuk peran serta yang dapat
ditampilkan oleh anggota masyarakat diantaranya adalah .....
A. mengawal pelaksanaan undang-undang tentang hak asasi manusia
B. melaporkan setiap pelanggaran ham yang terjadi di masyarakat
C. meningkatkan pemahaman mengenai hak dan kewajiban asasi manusia
D. mengawasi kinerja komnas ham sebagai salah satu instrumen penegakkan ham
E. membuat petisi tentang efektifitas penegakkan ham oleh Pemerintah

Catatan :
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, apakah Anda telah menguasai
kegiatan belajar 1 tentang Hak Azasi Manusia, ada baiknya hasil evaluasi yang telah
Anda lakukan, perhatikan rumus berikut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif kegiatan belajar 1
yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang tepat. Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Tepat


Tingkat Pemahaman= x 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat pemahaman : 90 – 100% = baik sekali


80 – 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila tingkat pemahaman Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat
melanjutkan dengan kegiatan belajar 2. Akan tetapi, apabila masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar 1 terutama bagian yang belum
dipahami. Jangan cepat berpuas diri, teruslah belajar supaya tingkat
kecerdasan Anda meningkat!
H. Daftar Pustaka
El-Muhtaj, M. (2007). Hak Asasi Manusi dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Joeniarto. (2001). Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Muladi. (2007). Hak Asasi Manusia; Hakekat, Konsep dan Aplikasinya dalam
Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama

Soekarno. (1966). Indonesia dan Masyarakat baru Indonesia. Jakarta: PP dan K.


Swasono, Sri Edi. (1992). Demokrasi Ekonomi: Keterkaitan Usaha Partisipatif VS
Konsentrasi Ekonomi. Jakarta: Perum Percetakan Negara
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM

I. Kunci Jawaban tes Formatif Kegiatan Belajar 1


1. B 6. E
2. B 7. D
3. A 8. B
4. C 9. C
5. A 10. C
No Kode : DAR2/Profesional/027/5/2019

MODUL 5

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KEGIATAN BELAJAR 2

PERSATUAN DAN KESATUAN DALAM

KEBERAGAMAN MASYARAKAT MULTIKULTUR

Penulis:

Dr. MUHAMMAD HALIMI, M.Pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2019
DAFTAR ISI

Daftar isi............................................................................................................ii

A. Pendahuluan..................................................................................................1

B. Capaian Pembelajaran...................................................................................1

C. Sub-Capaian Pembelajaran............................................................................2

D. Uraian Materi.................................................................................................2

E. Rangkuman Kegiatan Belajar 2....................................................................39

F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 2...................................................................40

G. Daftar Pustaka ………………………………………………………… 45

H. Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 2……………………… 46

ii
A. Pendahuluan
Kegiatan belajar ini membahas tentang materi Persatuan dan Kesatuan dalam
Keberagaman Masyarakat Multikultur. Materi ini akan memperkaya wawasan guru
sekolah dasar sebagai bekal untuk menciptakan kondisi pembelajaran PPKN yang
humanis dan interaktif. Sebuah keniscayaan bahwa peserta didik yang dihadapi guru
dalam suatu kelas pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari
sisi fisik maupun psikis. Hal itu tentunya harus disikapi secara arif oleh setiap guru.

Keberagaman yang terjadi di kelas merupakan miniatur dari keberagaman yang


terjadi di masyarakat. Guru yang baik tentu saja akan menyikapi keberagaman secara
bijaksana dengan tidak menonjolkan perbedaannya, tetapi mencari titik persamaannya.
Sehingga pada akhirnya guru akan mampu untuk merajut persatuan dan kesatuan
dalam keberagaman yang terjadi di kelasnya.

B. Capaian Pembelajaran

Mampu menguasai teori dan aplikasi mencakup muatan materi 5 mata pelajaran
pokok di SD 1) Bahasa Indonesia terdiri atas Ragam Teks; Satuan Bahasa Pembentuk
Teks, Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi; Struktur, Fungsi, dan
Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi, serta Apresiasi dan Kreasi Sastra Anak; 2)
Matematika terdiri atas Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Statistik, dan Kapita
Selekta; 3) Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas Metode Ilmiah, Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan, Benda dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam
Semesta; 4) Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas Manusia, Tempat dan Lingkungan;
Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; Sistem Sosial dan Budaya; Perilaku Ekonomi
dan Kesejahteraan; Fenomena Interaksi Dalam Perkembangan IPTEK dan Masyarakat
Global; dan 5) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang terdiri atas Hak Asasi
Manusia; Persatuan dan Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat Multikultur;
Konsep Nilai, Moral, dan Norma; Pancasila; serta Kewarganegaraan Global; termasuk
advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari

B. Sub Capaian Pembelajaran


Setelah mempelajari materi pada kegiatan belajar ini, diharapkan Anda mampu
menguasai materi tentang:
1. Pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
2. Problema keberagaman masyarakat multikultural
3. Pentingnya nasionalisme
4. Model pembelajaran yang sesuai dengan tema persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman masyarakat multikultur di jenjang Sekolah Dasar.
Agar anda memperoleh hasil atau memiliki kompetensi yang diharapkan dalam
mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan belajar ini, ikutilah petunjuk belajar
berikut ini.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda paham betul tentang
apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata
yang anda anggap asing. Pelajarilah kata-kata tersebut dengan mencari makna atau
pengertiannya pada kamus yang anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi kegiatan belajar ini melalui
pemahaman sendiri, dan lakukan sharing pendapat dengan kolega yang juga
memperdalam materi atau dengan instruktur yang ditunjuk oleh lembaga.
4. Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi, dan menganalisis berbagai kasus
yang relevan dengan materi pada kegiatan belajar ini.

D. Uraian Materi
Saat ini, Indonesia sebagai negara-bangsa (nation state) menghadapi rawan
masalah dalam upaya menyatukan kebhinekaan yang menjadi unsur pembentuk

2
bangsa. Masalah ini menjadi masalah penting? Pertama, karena Indonesia memiliki
karakteristik multikultural yang rawan terjadi disintegrasi bangsa. Pertalian primordial
yang merupakan kekhasan unsur bangsa Indonesia ini menuntut pengakuan negara.
Kesetiaan etnik bersifat alami dan primer, sedangkan kesetiaan nasional menjadi
bersifat konstruktif dan sekunder. Cobalah anda pahami makna kesetiaan etnik itu
bersifat alami dan primer. Berikan contohnya dalam kehidupan sehari hari. Demikian
juga kesetiaan nasional menjadi bersifat konstruktif dan sekunder. Mengapa demikian?
Negara Indonesia yang ber bhinneka tunggal ika perlu melestarikan dan
mengembangkan ikatan etnik ini menjadi ikon nasional. Bila ikatan etnik diabaikan
akan berdampak melemahnya ikatan komitmen sebagai satu bangsa. Kedua, suatu
negara hanya bisa membangun, jika bangsa yang di dalam wilayah negara tersebut
bersatu. Ketiga, pemerintah kolonial Belanda menanamkan kesetiaan pada penjajah
dan melemahkan semangat kebangsaan pada rakyat Indonesia.

1. Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

Cobalah anda simak tulisan mengenai fakta luas wilayah Indonesia dari sumber ini:

https://bangka.tribunnews.com/2019/04/21/10-fakta-luas-wilayah-indonesia-yang-
wajib-kamu-ketahui-ternyata-ada-yang-lebih-luas-dari-eropa-ini?page=all

diakses Rabu, 13 November 2019.

Fakta 1 : Kepulauan Indoensia lebih luas dari Eropa Barat

Fakta 2 : Wilayah di Pulau Kalimantan lebih luas dari pada Thailand, Spanyol dan
Inggris Raya

Fakta 3: Luas Pulau Sumatera lebih luas dari keseluruhan wilayah Jepang

Fakta 4: Luas wilayah Bali lebih luas 5 kali daripada Hongkong

Fakta 5: Provinsi Jawa Timur lebih luas dari negara Belanda


Fakta 6: Luas Provinsi Papua 30 kali lebih luas dari negara

Jamaika Fakta 7: Luas Kabupaten Merauke 9 kali lebih luas dari

Bunei Fakta 8: Kota Palangkaraya adalah 3 kali luas negara

Singapura

Fakta 9: Luas Taman Nasional Lorentz di Papua sama dengan luas negara Siprus

Fakta 10: Luas Danau Toba sama dengan 570 kali luas Monako

Cobalah anda analisis dan simpulkan, makna dari semua perbandingan di atas dengan
keunikan masing masing !

Yang jelas wilayah negara kita sangat luas dengan luas wilayah terbesar no 7 dunia
(https://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia). Mari kita bahas wilayah negara Indonesia

Ketika membicarakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, cobalah anda


renungkan: apa yang dipersatukan (What), dimana persatuan dan kesatuan itu dapat
terwujud (Where), siapa yang dipersatukan (Who), kapan mulai bersatu (When), dan
mengapa perlu bersatu (Why) dan bagaimana mempersatuan (How)? Gunakan 5 W dan
1 H ini untuk menganalisis materi di bawah ini.

Dalam UU No. 43 tentang Wilayah Negara dikatakan Negara Kesatuan Republik


Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara mempunyai kedaulatan atas
wilayahnya serta memiliki hak-hak berdaulat di luar wilayah kedaulatannya dan
kewenangan tertentu lainnya untuk dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pengaturan mengenai wilayah negara meliputi wilayah daratan, perairan


pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut, dan tanah di
bawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang
terkandung di dalamnya.
Ada dua hal yang perlu dicermati disini, yaitu wilayah yang menjadi wadah atau
tempat dan isi dalam hal ini bangsa. Pada hakikatnya ada dua jenis integrasi yaitu
integrasi wilayah dan integrasi bangsa.

a. Integrasi Wilayah.
Menurut UU No. 43 Tahun 2008 tentang wilayah negara. yang dimaksud dengan
wilayah negara NKRI adalah salah satu unsur negara yang merupakan satu kesatuan
wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta
dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh
sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya. Pengertian dalam UU tersebut diatas
didasarkan atas peristiwa besar dalam penentuan wilayah negara yang terjadi yaitu
Deklarasi Juanda

Pada tanggal 13 Desember 1957, Pemerintah Indonesia melalui Perdana Menteri


Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, mengumumkan secara sepihak bahwa bahwa lebar laut
teritorial Indonesia menjadi 12 mil yang diukur dari garis yang menghubungkan titik
ujung pulau terluar Indonesia.

Berdasarkan Deklarasi Djuanda, Indonesia menganut prinsip negara kepulauan


(Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat tentangan keras dari beberapa negara
karena laut antar pulau di Indonesia menjadi wilayah Indonesia dan bukan lagi laut
bebas. Integrasi wilayah bermakna menjadikan laut di antara pulau sebagai
penghubung dan menyatukan pulau bukan lagi sebagai pemisah.

Wilayah Indonesia pada jaman Hindia Belanda didasarkan pada Territoriale Zee
en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939) atau dikenal Ordonansi
1939. Inti isi Ordonansi 1939 adalah penentuan lebar laut 3 mil laut diukur dengan
menarik garis pangkal berdasarkan garis air surut pulau. Pulau-pulau di wilayah
Nusantara dipisahkan laut sekelilingnya dan wilayah laut hanya sejauh 3 mil dari garis
pantai sekeliling pulau. Lautan di luar garis merupakan lautan bebas yang berarti kapal
asing bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Deklarasi Djuanda dikukuhkan dengan Undang-undang No.4/prp/1960 tanggal
18 Februari 1960 tentang perairan Indonesia. Berdasarkan perhitungan 196 garis lurus
(straight baselines) dari titik pulau terluar (kecuali Irian jaya/Papua yang waktu itu
belum diakui secara Internasional) luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali
lipat. (https://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Djuanda).

Selanjutnya bangsa Indonesia memperjuangkan konsep integrasi wilayah ini ke


forum internasional agar mendapat pengakuan dunia. Melalui perjuangan diplomasi
yang lama (bahkan hasil negosiasi, negara-negara Afrika akan mengakui asas Negara
Kepulauan (Archipelago State) jika Indonesia bersedia mengubah nama Samudra
Indonesia menjadi Samudra Hindia), akhirnya Deklarasi Djuanda dapat diterima dan
ditetapkan dalam Konferensi PBB tanggal 30 April 1982 dengan dokumen yang
bernama “The United Nation Convention on the Law of the Sea” (UNCLOS).
Berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB ke III Tahun 1982 itu Indonesia diakui
kesatuan wilayahnya berdasar asas Negara Kepulauan (Archipelago State). UNCLOS
1982 tersebut kemudian diratifikasi melalui Undang-Undang No. 17 tahun 1985. Bagi
Indonesia, UNCLOS 1982 merupakan tonggak sejarah yang sangat penting. Mengapa?
Karena merupakan bentuk pengakuan internasional terhadap konsep Wawasan
Nusantara yang telah dimulai sejak tahun 1957.

Sebagai negara kepulauan, wilayah perairan Indonesia dapat dibedakan menjadi


3 macam yaitu : a) Zona laut territorial (12 mil laut), b. Zona tambahan yaitu zona
yang lebarnya tidak melebihi 24 (dua puluh empat) mil laut yang diukur dari garis
pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur, c. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
adalah suatu area di luar dan berdampingan dengan laut teritorial Indonesia dengan
batas terluar 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial
diukur, serta landas kontinen Indonesia adalah meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya dari area di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorial,
sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratan hingga pinggiran luar tepi kontinen, atau
hingga suatu jarak 200 (dua ratus) mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut
teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepi kontinen tidak mencapai jarak tersebut,
hingga paling jauh 350 (tiga ratus lima puluh) mil laut sampai dengan jarak 100
(seratus) mil laut dari garis kedalaman 2.500 (dua ribu lima ratus) meter.

Gambar 5.1 Batas Wilayah Perairan untuk Negara Kepulauan

Sumber: Sumiarno (2005)

Konsep integrasi wilayah semakin kuat setelah dimasukkannya Pasal 25 A UUD


NRI 1945, yang menyatakan “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang”. Saat ini telah banyak peraturan
perundangan yang disusun untuk memperkuat kesatuan wilayah. Sebagai tindak lanjut,
setelah melalui berbagai peraturan sebelumnya maka akhirnya diputuskan UU No 43
Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
Gambar 5.2. Batas Wilayah Negera Kesatuan Indonesia dengan Negara Lain

https://www.digitasisurveyor.com/2019/05/batas-wilayah-nkri-secara-astronomis.html

Wilayah NKRI masih akan mengalami perubahan atau perkembangan sejalan


dengan masih berlangsungnya perundingan perbatasan dengan 10 (sepuluh) negara
tetangga. Di darat, Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Papua New Guinea (PNG)
dan dengan Timor-Leste. Sedangkan di laut, Indonesia berbatasan dengan India,
Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Niugini, Australia dan
Timor-Leste.

Makna pengertian integrasi wilayah yaitu konsep kesatuan aspek alamiah yang
merupakan :

1) prinsip negara kepulauan (Archipelagic State);


2) manunggalnya tanah-air yang menjadikan laut di antara pulau sebagai
penghubung dan menyatukan pulau bukan lagi sebagai pemisah.
b. Integrasi Bangsa. Jika integrasi wilayah menyangkut tempat maka integrasi
bangsa menyangkut isi. Integrasi bangsa menyangkut kesediaan bersatu bagi
kelompok-kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama, ras dan antar
golongan. Integrasi bangsa mencerminkan proses bersatunya orang-orang yang
memiliki perbedaan untuk menjadi satu bangsa (nation).

Rumusan GBHN 1998 menyatakan Wawasan Nusantara adalah cara pandang


dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ini berarti lahirnya konsep Wawasan Nusantara juga dipengaruhi dan


mempengaruhi kondisi sosio-budaya masyarakat Indonesia. Wawasan nusantara
dilandasi dan disemangati integrasi bangsa, dikokohkan dengan integrasi wilayah dan
berkembang menjadi integrasi bangsa dan wilayah sekaligus.

Untuk memahami integrasi bangsa, berikut ini akan kita telusuri sejarah
pergerakan kebangsaan Indonesia. Sebelum terjadi pergerakan kebangsaan, kita telah
mengenal sejarah kerajaan Kutai, Sriwijaya, Singosari, Majapahit, Demak, Mataram
hingga kedatangan VOC tahun 1602. Wilayah kekuasaan Sriwijaya dan Majapahit
bahkan mencapai negara yang sekarang bersebelahan dengan negara Indonesa. Melalui
Devide et Impera, Belanda yang luas wilayahnya hanya 0,02 % dibandingkan dengan
Indonesia telah mampu menjajah dan mengeruk kekayaan alam yang dimiliki bangsa
Indonesia. Kondisi ini berlanjut dengan perjuangan bangsa Indonesia melawan
penjajah dalam bentuk perang Diponegoro, perang Padri, Perang Aceh, Perang
Patimura, dan lainnya yang masih bersifat sporadis yang terjadi di seluruh wilayah
negara Indonesia. Berikut ini, kita fokuskan pembahasan pada sejarah pergerakan
Indonesia karena keistimewaannya berupa tumbuhnya kesadaran berbangsa sebagai
cikal bakal integrasi bangsa.

Dalam sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia, integrasi bangsa diawali 1)


Masa Perintis yaitu masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi pergerakan. Munculnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal
20 Mei 1908 menumbuhkan kesadaran berbangsa sebagai dampak logi edukasi dari
Trilogi “politik etis van Deventer” yang dilancarkan kelompok oposisi pemerintah
kolonial Belanda. Cobalah Anda renungkan dan diskusikan apa alasan sesungguhnya
mengapa yang didirikan adalah sekolah kedokteran, bukan PGSD? Analisislah
mengapa logi edukasi ini penting dalam melahirkan ide kebangsaan Indonesia. 2)
Masa Penegas yaitu masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan yang ditandai
dengan peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang mengikrarkan dan
menegaskan bahwa kita memiliki satu tanah-air, satu bangsa, dan bahasa persatuan
yaitu Indonesia. 3) Masa Percobaan yaitu masa mulai mencobanya bangsa Indonesia
menuntut kemerdekaan dari Belanda melalui organisasi GAPI (Gabungan Politik
Indonesia) tahun 1938 dan mengusulkan Indonesia Berparlemen. Tapi, perjuangan
menuntut Indonesia merdeka tersebut gagal. 4) Masa Pendobrak yaitu masa dimana
semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah berhasil mendobrak belenggu
penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945 dari sisi politik, pada hakikatnya merupakan “revolusi politik” yaitu perombakan
dari kekuasan kolonial menjadi kekuasaan nasional. Dari sisi hukum merupakan
“revolusi hukum” yang berarti perombakan dan penggantian hukum kolonial menjadi
hukum nasional. Dari sisi sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
merupakan “revolusi integratifnya” bangsa Indonesia dari bangsa yang terpisah dengan
beragam identitas menuju bangsa yang satu yakni bangsa Indonesia (tertulis dalam
Naskah Proklamasi “atas nama bangsa Indonesia”). 5) Masa Pengisi Kemerdekaan
yaitu masa untuk membenahi ketimpangan, kekurangan, ketidak adilan dan ketidak
merataan kesejahteraan yang ada pada seluruh bangsa Indonesia (orangnya) dan
seluruh wilayah Indonesia (wadahnya).

Setelah membicarakan tentang tinjauan historis, geografis, topologis yang terkait


dengan integrasi wilayah dan integrasi bangsa, kita perlu menganalisis mengenai apa
yang menjadi obyek sasaran Integrasi Nasional. Obyek sasaran integrasi nasional
meliputi, a) integrasi nilai, b) integrasi perilaku.
a) Integrasi nilai. Integrasi nilai menunjuk pada adanya kesepakatan terhadap
nilai yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial. Nilai-nilai Pancasila merupakan
nilai integratif karena telah menjadi hasil kesepakatan para pendiri bangsa (Pancasila
sebagai perjanjian luhur). Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa ini perlu
dilestarikan dan dikembangkan terus-menerus sebagai nilai integratif melalui
Pendidikan, utamanya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar.

b) Integrasi perilaku. Integrasi perilaku menunjuk pada kesepakatan perilaku


positif yang menekankan perilaku berkebangsaan dan kenegaraan di atas golongan atau
pribadi. Mewujudkan perilaku integratif dilakukan dengan pembentukan lembaga
politik/pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan. Pembentukan lembaga-lembaga
politik dan birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18
Agustus 1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke-2 tanggal
19 Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas kementerian dan delapan
provinsi di Indonesia. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan birokrasi ini
berlanjut dan berkembang sampai sekarang dan nantinya.

Pelurusan perilaku negatif-menyimpang menjadi tanggung jawab semua elemen


bangsa secara terintegrasi, bukan hanya tanggung jawab guru, ulama, polisi, Komisi
Pemberantasan Korupsi, ataupun Badan Narkotika Nasional. Banyaknya kasus
narkoba, korupsi, pornografi, penggundulan hutan dan lain-lain menjadi contoh
permasalahan integrasi perilaku. Integrasi nilai berkaitan dengan hati dan pikiran,
integrasi perilaku berkaitan dengan tindakan.

Nah, sekarang mari kita kembali pada pertanyaan 5W dan 1 H tentang integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan Negara Bangsa Indonesia. Apa yang dipersatukan
(What)? Yang dipersatukan adalah wilayah yang terdiri dari tanah dan air beserta
kekayaan yang terkandung di dalamnya. Selain wilayah kita juga mempersatukan
isinya yaitu bangsa Indonesia yang mengalami kesamaan sejarah yang mengalami
penderitaan bersama akibat penjajahan, kesamaan tempat yang sama sama tinggal
dalam wilayah Indonesia,

Dimana persatuan dan kesatuan itu dapat terwujud (Where) ? Di wilayah negara
Indonesia yang luasnya mencapai 1.904.569 Km2 atau mencapai luas wilayah terbesar
no 7 dunia. Siapa yang dipersatukan (Who)? Seluruh bangsa yang mendiami wilayah
negara Indonesia tanpa terkecuali dan tidak ada yang perlu merasa dikecualikan.
Kapan mulai bersatu (When) ? Dimulai dari kerajaan yang banyak tertebaran di
wilayah negara Indonesia, masa perintis, masa penegas hingga sekarang dan berlanjut
selamanya. Mengapa perlu bersatu (Why) ? Kita perlu bersatu untuk mewujudkan
kesejahtaraan dan keadilan bersama yang dilandasi dan sebagai perwujudan kita
sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk pribadi. Bagaimana
mempersatuan (How) ? Menerima dan menjalankan Nilai nilai Pancasila secara benar,
utuh, dan memberantas segala bentuk upaya memecah belah bangsa yang terdapat di
wilayah negara Indonesia.

3. Pentingnya Nasionalisme
Anda mungkin sering mendengar istilah nasionalisme. Akan tetapi apakah Anda
tahu apa makna dari istilah tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari Anda mungkin
pernah mengalami peristiwa-peristiwa berikut:

1) Bersuka cita ketika Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan yang


merupakan pebulutangkis andalan negara kita berhasil menjadi Juara
Dunia Bulutangkis yang berlangsung di Swiss pada tahun 2019.
2) Tersinggung ketika melihat bendera merah putih dibakar oleh para
demonstran dalam salah satu aksi demonstrasi di Australia.
3) Kecewa ketika kesebelasan nasional Indonesia dikalahkan oleh
kesebelasan dari negara lain.
4) Bangga ketika mendengar para pelajar dari negara kita merebut juara
dunia dalam kejuaran dunia mata pelajaran Fisika.

Coba Anda renungkan apa makna dibalik peristiwa itu? Peristiwa-peristiwa


tersebut mencerminkan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Bagaimanapun kondisinya, kita tetap lebih mencintai bangsa dan negara sendiri
daripada bangsa dan negara lain. Anda pasti pernah mendengar ada peribahasa yang
relevan dengan rasa cinta terhadap negara, yaitu “ lebih baik hujan batu di negeri
sendiri, daripada hujan emas di negeri orang”. Peribahasa tersebut menggambarkan
begitu besarnya kecintaan terhadap bangsa dan negara, meskipun kesengsaraan tengah
melanda negaranya.

Dari uraian di atas kita dapat merumuskan pengertian dari nasionalisme.


Secara sederhana nasionalisme dapat diartikan sebagai faham atau ajaran untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri. Hans Kohn (1961:11) dalam bukunya yang
berjudul Nasionalisme; Arti dan Sejarahnya (Nationalism: Its Meaning and History),
mendefinisikan nasionalisme sebagai berikut:

1) Suatu faham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus


diserahkan kepada negara kebangsaan.
2) Perasaan semangat yang sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan
tanah tumpah darahnya, dengan tradisi setempat dan penguasa resmi daerahnya.

Terbentuknya nasionalisme Indonesia melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Tahap mulai terbentuknya kelompok-kelompok kecil masyarakat Indonesia yang


terikat oleh kesamaan daerah geografis. Masyarakat-masyarakat kecil ini
umumnya masih merupakan tribe) yang umumnya belum mempunyai peradaban
maju. Terbentuknya kerajaan-kerajaan kecil atau suku-suku tradisional adalah
wujud nyata pola kehidupan masyarakat pada saat itu.
2) Terbentuknya masyarakat suku-suku bangsa yang lebih luas yang selanjutnya
akan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Masyarakat suku bangsa ini
terbentuk karena terjadinya pergeseran makna dengan terlahirnya penciptaan diri
akan keterbatasannya dari ikatan kebersamaan yang mengkungkung mereka.
3) Terbentuknya masyarakat bangsa Indonesia seperti yang kita kenal sekarang ini,
atau yang kita sebut sebagai nation-state Indonesia. Pada tahap inilah lahir bangsa
Indonesia dengan wawasan budaya yang berlandaskan sistem nilai budaya
bangsa Indonesia yang modern.
Sekalipun Indonesia telah menjadi negara bangsa yang merdeka, bersatu dan
berdaulat, kualitas nasionalisme diantara elemen bangsa ini harus senantisa dibina
dan ditingkatkan. Karena jika tidak dilakukan proses pembinaan dan peningkatan,
nasionalisme kita akan luntur dan berakibat pada hancurnya bangsa dan negara
Indonesia.

Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia,
yaitu:

1) Mengembangkan kesamaan di antara suku-suku bangsa penghuni Nusantara


2) Mengembangkan sikap toleransi
Bagaimana perwujudan konsep kesatuan bangsa dalam aspek sosial? Dalam
aspek sosial sebagaimana yang diutarakan oleh Bakri (2009:318-321), kesatuan
tersebut diwujudkan dalam beberapa aspek kehidupan, yaitu:

1) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik


a) Bahwa keutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan mitra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b) Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah, memeluk, dan meyakini berbagai agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan
bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
c) Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam
mencapai cita-cita bangsa.
d) Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara,
yang melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
e) Kehidupan politik di seluruh wilayah nusantara merupakan satu kesatuan
politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
f) Bahwa seluruh kepulauan nusantara merupakan kesatuan hukum, dalam arti
bahwa hanya ada satu hukum yang mengabdi kepada kepentingan nasional.
g) Bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan bangsa lain, ikut menciptakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial melalui politik luar negeri bebas aktif serta diabadikan untuk
kepentingan nasional.

2) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi


a) Bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus
tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b) Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah,
tanpa meninggalkan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh daerah-daerah dalam
mengembangkan ekonominya.
c) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara merupakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan dan ditujukan bagi kemakmuran rakyat.
3) Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya
a) Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarkat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa.
b) Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam
budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi modal dan
landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat
dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

4) Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan


keamanan
a) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman
bagi seluruh bangsa dan negara.
b) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di
dalam pembelaan negara.
Dari uraian di atas semakin jelas tergambar bahwa negara kepulauan Indonesia
dipersatukan bukan hanya dari aspek kewilayahannya saja, tetapi meliputi pula aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan kemanan. Wawasan
Nusantara bagi Indonesia merupakan suatu politik kewilayahan bangsa dan negara
Indonesia. Sebagai politik kewilayahan, Wawasan Nusantara mempunyai sifat
manunggal dan utuh menyeluruh. Wawasan Nusantara bersifat manunggal artinya
mendorong terciptanya keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap
aspek kehidupan, baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Sedangkan utuh
menyeluruh maksudnya menjadikan wilayah nusantara dan rakyat Indonesia sebagai
satu kesatuan yang utuh dan bulat serta tidak dapat dipecah-pecah oleh kekuatan apa
pun sesuai dengan asas satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa persatuan Indonesia.
Konsep selanjutnya, yakni konsep keempat yang tercakup dalam substansi
persatuan dan kesatuan bangsa adalah integrasi nasional. Integrasi sendiri dapat
diartikan sebagai suatu proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda
yang ada dalam kehidupan sehingga menghasilkan keserasian dalam kehidupan
masyarakat. Dengan demikian integrasi nasional berarti integrasi yang terjadi di dalam
tubuh bangsa dan negara Indonesia.
Bangsa Indonesia yang secara sadar ingin bersatu agar hidup kokoh sebagai
bangsa yang berdaulat, memiiiki faktor-faktor integratif bangsa sebagai perekat
persatuan, yaitu:

1) Pancasila.
2) UUD NRI 1945,
3) Sang Saka Merah Putih.
4) Lagu Kebangsaan Indonesia Raya,
5) Bahasa Indonesia, dan
6) Sumpah Pemuda.
Konsep kelima yang tercakup dalam substansi persatuan dan kesatuan bangsa
adalah nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu faham yang menganggap bahwa
kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara.
Faham nasionalisme mulai dikenal di Indonesia sejak awal abad ke-20, yaitu
saat berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya Budi Utomo itu
merupakan awal dari Kebangkitan Nasional dan merupakan awal dari kesadaran
nasional. Tanggal berdirinya orgamsasi pergerakan tersebut hingga kini kita peringati
sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Konsep terakhir yang tercakup dalam substansi persatuan dan kesatuan
bangsa adalah patriotisme. Coba Anda pikirkan sejenak, apakah patriotisme berbeda
dengan nasionalisme? Patriotisme merupakan salah satu unsur nasionalisme.
Patriotisme merupakan sikap sudi mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan
tanah air, bangsa dan negara. Sedangkan ciri-ciri patriotisme diantaranya:

1) Cinta tanah air


2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3) Menempatkan persatuan, kesatuan serta keselamatan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
4) berjiwa pembaharu
5) Tidak kenal menyerah
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Indonesia
Selain penyakit budaya yang dikemukakan sebelumnya, berikut ini akan dikemukakan
faktor pendorong dan penghambat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

1) Faktor Pendorong Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Persatuan dan kesatuan suatu negara merupakan faktor utama yang
menentukan keberhasilan pembangunan yang dijalankannya. Begitu juga dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tengah melaksanakan pembangunan di
segala bidang sangat memerlukan Persatuan dan kesatuan negara yang di dalamnya
terdapat semangat persatuan dan kesatuan di antara rakyat Indonesia. Suatu program
pembangunan tidak akan terlaksana dengan baik dan mencapai suatu keberhasilan jika
kondisi negara terpecah belah atau tidak adanya persatuan dan kesatuan diantara
warga negaranya. Dengan demikian Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan
pembangunan yang sedang sedang dilaksanakan negara kita.

Selain dalam aspek pembangunan, Persatuan dan kesatuan negara juga


memegang peranan penting dalam meningkatkan harga diri bangsa di hadapan bengsa
dan negara asing. Bangsa dan negara asing menghormati bangsa dan negara kita, serta
tidak akan berani mencampuri urusan negara kita. Bangsa dan negara kita tidak akan
mudah dipecah-belah dan diinjak-injak oleh negara lain, jika seluruh lapisan
masyarakat memperkuat Persatuan dan kesatuan negara. Coba kamu bayangkan, apa
yang akan terjadi jika negara kita terpecah belah? Tentu saja yang akan terjadi adalah
negara kita akan dianggap sepele oleh bangsa dan negara lain, bahkan tidak menutup
kemungkinan bangsa dan negara kita akan dijajah kembali oleh bangsa dan negara
asing.
Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah hal yang
mutlak dipertahankan dan terus diperkuat dalam seluruh aspek kehidupan. Kita harus
menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan perpecahan
bangsa, misalnya merendahkan suku bangsa lain, mengganggap sukunyalah yang
paling baik dan sebagainya. Kita harus memupuk persaudaraan dengan sesama warga
negara Indonesia supaya persatuan dan kesatuan negara kita senantiasa terjaga.
Ada tiga faktor yang dapat memperkuat Persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Ketiga faktor tersebut merupakan pemersatu seluruh
bangsa Indonesia. Ketiga faktor tersebut dapat mempersatukan perbedaan dan
keanekaragaman yang telah mewarnai kehidupan bangsa Indonesia. Perbedaan suku
bangsa, agama, bahasa dan sebagainya dapat dipersatukan dengan menjalankan nilai-
nilai yang terdapat dalam ketiga faktor tersebut, sehingga pada akhirnya akan
memperkuat Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ketiga
faktor tersebut adalah Sumpah Pemuda, Pancasila dan semboyan Bhineka Tunggal
Ika.
Sumpah Pemuda merupakan sumpah yang menunjukkan kebulatan tekad dari
seluruh pemuda Indonesia yang merupakan unsur utama perjuangan bangsa dalam
melawan penjajah untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dalam perjuangan
meraih kemerdekaan. Dalam isi rumusan Sumpah Pemuda tersebut terkandung nilai
utama yaitu satu nusa (tanah air), satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Ikrar
satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa telah menjadi penyemangat bangsa Indonesia
untuk bersatu. Ikrar ini juga telah memberikan manfaat-manfaat lainnya seperti
mempererat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan diantara bangsa Indonesia;
membina kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dan
menumbuhkan kesadaran bahwa ancaman terhadap satu pulau atau daerah berarti
ancaman bagi seluruh tanah air Indonesia. Nah, ikrar inilah yang dapat memperkokoh
Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila dapat memperkokoh Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Hal itu dikarenakan nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau
menyeluruh. Artinya nilai-nilai Pancasila tidak diciptakan hanya untuk satu suku
bangsa saja. Nilai-nilai Pancasila juga tidak hanya diperuntukan untuk penganut
agama tertentu saja, akan tetapi nilai-nilai Pancasila berlaku dan menjadi pedoman
hidup Rakyat Indonesia tanpa memandang perbedaan suku bangsa, agama, budaya,
bahasa dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila dimiliki
dan digunakan oleh semua unsur bangsa Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Inti
dari semboyan Bhineka Tunggal Ika adalah adanya persatuan dalam berbagai
perbedaan. Kondisi bangsa Indonesia yang diliputi oleh berbagai perbedaan dapat
dipersatukan salah satunya dengan melaksanakan makna semboyan bhineka tunggal
ika. Semboyan tersebut menjadi penyemangat seluruh rakyat Indonesia untuk
memersatukan bangsa Indonesia di tengah-tengah perbedaan. Persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia akan senantiasa terjaga jika nilai-nilai dalam
semboyan bhineka tunggal ika selalu dilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalam
pergaulan sehari-hari.

2) Faktor Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya bahwa persatuan dan kesatuan
bangsa merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kemajuan bangsa. Akan tetapi
pada kenyataannya, kita sering melihat berbagai peristiwa yang mencerminkan gejala
perpecahan bangsa seperti kerusuhan antar pendukung klub sepakbola, demonstrasi
yang diwarnai aksi kekerasan, konflik antar suku dan sebagainya. Peristiwa-peristiwa
tersebut apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan rusaknya persatuan dan
kesatuan bangsa.
Pada bagian sebelumnya, Anda sudah mengetahui beberapa faktor yang
mendorong semakin kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Nah, ternyata
ada juga faktor-faktor yang berpotensi menjadi penghambat kuatnya persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Hal tersebut penting Anda ketahui, supaya senantiasa
meningkatkan kewaspadaan akan hal tersebut. Adapun faktor-faktor yang
menghambat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia diantaranya:
a) Kebhinekaan/keberagaman pada masyarakat Indonesia.
Kondisi ini bisa menjadi penghambat persatuan dan kesatuan bangsa apabila tidak
diiringi oleh sikap saling menghargai, menghormati dan toleransi yang telah
menjadi karakter khas masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat mengakibatkan
munculnya perbedaan pendapat yang lepas kendali, tumbuhnya perasaan kedaerah
yang berlebihan bisa memicu terjadinya konflik antar daerah atau antar suku
bangsa.
b) Geografis
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah
yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara
tetangga atau daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang
besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang
berlimpah. Kondisi ini akan semakin memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa
apabila ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan masih belum bisa di atasi.
a. Munculnya penyakit kultural pada masyarakat Indonesia
Penyakit kultural atau penyakit budaya merupakan sikap atau perilaku seseorang
atau kelompok orang yang dapat menyebabkan kerenggangan sosial atau
perpecahan. Penyakit tersebut diantaranya berupa gejala etnosentrisme, prasangka,
stereotif, rasisme, dan diskriminasi.
c) Melemahnya nilai budaya bangsa
Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun
kontak tidak langsung. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur
pariwisata, sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak
(majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon
seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas lengkap).

2. Problema Keberagaman Masyarakat Multikultural


Belanda hanya merupakan negara kecil yang luas wilayahnya hanya 42.508
Km2 yang 55% dari wilayahnya itu berada di bawah permukaan laut dibandingkan
luas wilayah Indonesia 1.904.569 Km2. Bagaimana mungkin sebuah negara kecil yang
luasnya 0,02 % mampu menjajah Indonesia yang besar. Hal ini karena kita memiliki
penyakit yang terkait dengan budaya yang dapat dimanfaatkan oleh penjajah atau
siapapun sampai kapanpun untuk menguasai Indonesia. Mari kita membahas satu
persatu.
Perhatikan berita JAYAPURA, HaIPapua.com – Ribuan warga kembali
menggelar unjuk rasa menolak rasisme di Jayapura, Provinsi Papua, Kamis
(29/8/2019) yang dilansir oleh https://haipapua.com/unjuk-rasa-menolak-rasisme-
berujung-kerusuhan-di-jayapura/

Perhatikan foto kerusakan dan kerugian yang diderita semua pihak oleh isu rasisme
yang tidak jelas sumbernya. Sekali lagi hanya isu saja sudah berdampak kerugian
materiil berupa rusaknya dan hancur fasilitas yang dibangun dengan biaya besar,
belum lagi korban nyawa manusia.
Perhatikan berita tragis beberapa tahun lalu yaitu pada tanggal 5 Maret 2001 dari
https://www.liputan6.com/news/read/9010/dan-kepala-bocah-pun-dipenggal (penulis
sengaja tidak menuliskan rincian dari peristiwa biadab ini).
...........
SCTV memperoleh cerita memilukan. Ada pasangan suami istri yang
harus berpisah lantaran keduanya berlainan etnis. Sang istri Madura
dan suami Dayak. Tak lama setelah pertikaian pecah, si istri turut
mengungsi ke Madura. Alih-alih nyaman di kampung sendiri,
kehadirannya malah ditolak lantaran bersuami orang Dayak. Begitu
pun ketika ia harus mengikuti si suami, masyarakat Dayak sulit
menerima. Kini, ibu muda yang tengah hamil tua itu terpaksa
diungsikan ke Banjar. Sedangkan suami tetap di kampungnya. Entah
sampai kapan mereka harus berpisah.

Perhatikan isu etnis bisa membuat bangsa ini menjadi terpecah pecah. Berikut ini
dibahas tentang berbagai penyakit budaya yang dapat merusak persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
1. Prasangka
Prasangka adalah sikap yang bisa positif maupun negatif berdasarkan
keyakinan stereotipe atau pemberian label kita tentang anggota dari kelompok
tertentu. Prasangka meliputi keyakinan untuk menggambarkan jenis pembedaan
terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan. Prasangka
yang berbasis ras kita sebut rasisme, sedangkan yang berbasis etnis disebut
etnisisme. Sementara itu John (1981) menyatakan bahwa prasangka adalah sikap
antipasti yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak
fleksibel. Kesalahan ini mungkin saja diungkapkan secara langsung kepada
orang yang menjadi anggota kelompok tertentu. Prasangka merupakan sikap
negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan
kelompoknya sendiri. Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan bagi kegiatan komunikasi karena orang yang berprasangka sudah
bersikap curiga dan menentang komunikator yang melancarkan komunikasi.
Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar
prasangka buruk tanpa memakai pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang
nyata. Karena itu, bila prasangka sudah menghinggapi seseorang, orang tidak
dapat berpikir logis dan obyektif dan segala apa yang dilihatnya akan dinilai
secra negatif (Dalam Sutarno, 2008: 4-12)
2. Stereotipe
Stereotipe yaitu pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan
kategori yang bersifat subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain.
Pemberian sifat itu bisa sifat positif maupun negatif (Sutarno, 2008:4-12). Allan G.
Johnson (1986) menegaskan bahwa stereotipe adalah keyakinan seseorang untuk
menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain
karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini
menimbulkan penilaian yang cenderung negative atau bahkan merendahkan kelompok
lain. Ada kecenderungan untuk memberi “label” atau cap tertentu pada kelompok
tertentu dan yang termasuk problem yang perlu diatasi adalah stereotipe yang negative
atau memandang rendah kelompok lain (Sutarno, 2008: 4-12).
3. Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu paham yang berpandangan bahwa manusia pada dasarnya
individualistis yang cenderung mementingkan diri sendiri, namun karena harus
berhubungan dengan manusia lain, maka terbentuklah sifat hubungan yang
antagonistik (pertentangan). Supaya pertentangan itu dapat dicegah, perlu ada
folkways (adat kebiasaan) yang bersumber pada pola-pola tertentu. Mereka yang
mempunyai folkways yang sama cenderung berkelompok dalam suatu kelompok yang
disebut etnis. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua norma
dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri (Sutarno, 2008:4-10)
4. Rasisme.
Rasisme yaitu suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa
perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya
atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk
mengatur ras yang lainnya (Sutarno, 2008: 4-10). Kata ras berasal dari bahasa Perancis
dan Italia “razza”. Pertama kali istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog
Perancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan
kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang
menetapkan hierarkhi manusia berdasarkan karakteristik fisik atas orang
Eropah berkulit putih yang diasumsikan sebagai warga masyarakat kelas atas
yang berbeda dengan orang Afrika yang berkulit hitam sebagai warga kelas
dua. Atau ada ideologi rasial yang berpandangan bahwa orang kulit putih
mempunyai misi suci untuk menyelamatkan orang kulit hitam yang dianggap
sangat primitif. Hal tersebut berpengaruh terhadap stratifikasi dalam berbagai
bidang seperti bidang sosial, ekonomi, politik, dimana orang kulit hitam
merupakan subordinasi orang kulit putih. Ras sebagai konsep secara ilmiah
digunakan bagi “penggolongan manusia” oleh Buffon, anthropolog Perancis,
untuk menerangkan penduduk berdasarkan pembedaan biologis sebagai
parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ras yang benar-
benar murni lagi. Secara biologis, konsep ras terkait dengan pemberian
karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam kelompok tertentu
yang secara genetik memiliki kesamaan fisik seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor
tampilan luar. Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka konsep
tentang ras seringkali merupakan kategori yang bersifat non-biologis. Ras
hanya merupakan konstruksi ideologi yang menggambarkan gagasan rasis.
Secara kultural, Carus menghubungkan ciri ras dengan kondisi kultural. Ada
empat jenis ras: Eropah, Afrika, Mongol dan Amerika yang berturut-turut
mencerminkan siang hari (terang), malam hari (gelap), cerah pagi (kuning) dan
sore (senja) yang merah. (Sutarno, 2008:4-11). Namun konsep ras yang kita
kenal lebih mengarah pada konsep kultural dan kategori sosial tertentu yang
dikenakan pada kategori biologis.

5. Diskriminasi.
Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang
bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya.
Jika prasangka lebih mengarah pada sikap dan keyakinan, maka diskriminasi tertuju
pada tindakan. Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki
prasangka kuat akibat tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat,
kebiasaan, atau hukum. Ada hubungan antara prasangka dan diskriminasi yang saling
menguatkan, selama ada prasangka, di sana ada diskriminasi. Jika prasangka
dipandang sebagai keyakinan atau ideologi, maka diskriminasi adalah terapan
keyakinan atau ideologi.
Apabila sikap-sikap negatif atau penyakit budaya itu sangat rawan terjadi pada negara
kita yang bersifat multikulturalisme, yang jika tidak diikat oleh nilai Pancasila yang
berasaskan Bhineka Tunggal Ika, akan menimbulkan perpecahan yang sangat
merugikan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
a. Makna Multikulturalisme
Istilah “multikultural” jika ditelaah asal-usulnya mulai dikenal sejak tahun
1960-an, setelah adanya gerakan hak-hak sipil sebagai koreksi terhadap kebijakan
asimilasi kelompok minoritas terhadap melting pot yang sudah berjalan lama
tentang kultur dominan Amerika khususnya di New York dan California (Banks,
1984: 3, 164; Sobol, 1990: 18). Istilah multikultural tersebut selalu melekat dengan
pendidikan, yang mempunyai arti secara luas meliputi any set of processes by which
schools work with rather than against oppressed groups (Sleeter, 1992: 141).
Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Kymlicka (2002: 8, 24)., profesor
filsafat pada Queen University Canada dalam bukunya Multicultural Citizenship,
bahwa multikultural merupakan suatu pengakuan, penghargaan, dan keadilan terhadap
etnik minoritas baik yang menyangkut hak-hak universal yang melekat pada hak-hak
individu maupun komunitasnya yang bersifat kolektif dalam mengekspresikan
kebudayaannya.

Garna (2003; 164), Antropolog Universitas Pajajaran berpendapat bahwa


dalam masyarakat majemuk (plural society), terdapat dua tradisi dalam sejarah
pemikiran sosial. Pertama; bahwa kemajemukan itu merupakan suatu keadaan yang
memperlihatkan wujud pembagian kekuasaan di antara kelompok-kelompok
masyarakat yang bergabung atau bersatu, dan rasa menyatu itu dibangun melalui
dasar kesetiaan (cross-cutting) kepemilikan nilai-nilai bersama dan perimbangan
kekuasaan (Peh, 1985: 77-79). Kedua; dalam masyarakat majemuk dikaitkan dengan
relasi antar ras/etnik, bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari
berbagai kelompok ras/etnik yang berada dalam satu sistem pemerintahan, oleh karena
itu sering mengalami konflik dan paksaan (Garna, 2003: 164-165).

Implikasi dari adanya masyarakat majemuk tersebut menurut Smith (1965)


juga memiliki berbagai kelompok budaya yang beragam. Masyarakat yang memiliki
budaya beragam ini maka terminologi multikulturalisme sering didiskusikan baik
sebagai respons menghadapi tantangan realitas sosial itu, maupun sebagai pengakuan
atas diversitas budaya majemuk tersebut. Multikulturalisme dalam perkembangannya
sebagai suatu sikap, praktik sosial, dan kebijakan pemerintah, yang sekarang ini telah
meluas ke arah suatu keyakinan atau kebijakan politik pemerintah semacam ‘ideologi’
dalam pengembangan kebudayaan menciptakan masyarakat yang sehat. Berry,
Poortinga, dan Segall (1998: 577-580) dalam karyanya Cross-cultural psychology:
Research and applications, menyebutnya multikulturalisme pada dasarnya bertujuan
untuk menciptakan suatu konteks sosiopolitik yang memungkinkan individu dapat
mengembangkan identitas yang sehat dan secara timbal-balik mengembangkan sikap-
sikap positip antar kelompok.

Multikulturalisme yang sarat dengan penghargaan, penghormatan, dan


kebersamaan dalam suatu komunitas yang majemuk inilah yang oleh Blum (2001:
16), , menyatakan bahwa:

Multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian


atas budaya seseorang, dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang
budaya etnis orang lain. Ia meliputi penilaian terhadap kebudayaan-
kebudayaan orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari
kebudayaan-kebudayaan tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana
kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya
sendiri.

Kata kunci dalam multikulturalisme tersebut, yakni pengakuan adanya


perbedaan dan penghargaan, dua kata yang selama ini sering dikontraskan. Karena itu
dalam pendekatan multikulturalisme tidak sesungguhnya berlandaskan pada pemilikan
yang mengisaratkan pada memiliki atau dimiliki budaya tertentu, tetapi berlandaskan
pada kesadaran untuk menghargai dan menghormati yang mampu bernegosiasi tentang
rumusan-rumusan realitas yang ada. “Ia tak seutuhnya merupakan bagian ataupun
sama sekali terpisah dari budayanya, alih-alih ia berada di perbatasan” (Adler, 1982:
389). Keanekaragaman budaya bukan faktor penentu pemecah-belah bangsa,
melainkan diharapkan mampu menjadi “bumbu kehidupan” bagi perekat bangsa-
bangsa di dunia.

Elemen-elemen multikulturalisme, menurut Blum (2001:19) mencakup tiga


sub-nilai sebagai berikut; (a) menegaskan identitas kultural seseorang, mempelajari
dan menilai warisan budaya seseorang, (b) menghormati dan berkeinginan untuk
memahami dan belajar tentang etnik / kebudayaan-kebudayaan selain kebudayaannya;
(c) menilai dan merasa senang dengan perbedaan kebudayaan itu sendiri; yaitu
memandang keberadaan dari kelompok-kelompok budaya yang berbeda dalam
masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara.

b. Keberagaman Masyarakat Indonesia


1) Faktor Penyebab Keberagaman Masyarakat Indonesia
Keberagaman bangsa Indonesia dapat dibentuk oleh banyaknya jumlah suku
bangsa yang tinggal di wilayah Indonesia dan tersebar di berbagai pulau dan wilayah
di penjuru indonesia. Setiap suku bangsa memiliki ciri khas dan karakteristik sendiri
pada aspek sosial dan budaya.
Keberagaman yang ada pada masyarakat bisa menjadi kekayaan bangsa
Indonesia dan potensi bangsa. Namun, keberagaman juga menjadi tantangan hal itu
disebabkan karena orang yang mempunyai perbedaan pendapat bisa lepas kendali.
Munculnya perasaan kedaerahan serta kesukuan yang berlebihan dan dibarengi
tindakan yang dapat merusak persatuan, hal tersebut dapat mengancam
keutuhan NKRI. Karena itu adanya usaha untuk dapat mewujudkan kerukunan bisa
dilakukan dengan menggunakan dialog dan kerjasama dengan prinsip kesetaraan,
kebersamaan, toleransidan juga saling menghormati satu sama lain.

Keberagaman masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di


antaranya adalah sebagai berikut :

a) Keadaan geografis
Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki 16.056 pulau besar dan kecil
(BPS, 2017) yang “dipisahkan” oleh selat dan laut. Ini merupakan kondisi
lingkungan geografis Indonesia. Lingkungan geografis semacam itu menjadi
sumber adanya keanekaragaman suku, budaya, ras dan golongan Indonesia.
Kondisi geografis yang demikian menimbulkan perbedaan dalam kehidupan
masyarakat. Salah satunya adalah mata pencaharian penduduk. Jenis-jenis
pekerjaan yang ada juga menyebabkan beranekaragamnya peralatan yang
diciptakannya, misalnya bentuk rumah dan bentuk pakaian. Akhirnya sampai pada
bentuk kesenian yang ada di masing-masing daerah berbeda. Keadaan geoografis
juga menyebabkan tiap-tiap pulau memiliki agama dan budaya yang berkembang
sendiri-sendiri.

b) Pegaruh kebudayaan asing


Adanya kontak dan komunikasi dengan para pedagang asing yang memiliki corak
budaya dan agama yang berbeda menyebabkan terjadinya proses akulturasi unsur
kebudayaan dan agama.

c) Penerimaan masyarakat terhadap perubahan.


Sikap masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik yang datang dari dalam maupun
luar masyarakat membawa pengaruh terhadap perbedaan masyarakat Indonesia.
Ada masyarakat yang mudah menerima orang asing atau budaya lain, seperti
masyarakat perkotaan. Namun ada juga sebagian masyarakat yang tetap bertahan
pada budaya sendiri, tidak mau menerima budaya luar.

d) Keadaan transportasi dan komunikasi


Kemajuan sarana transportasi dan komunikasi juga mempengaruhi perbedaan
masyarakat Indonesia. Kemudahan sarana ini membawa masyarakat mudah
berhubungan dengan masyarakat lain, meskipun jarak dan kondisi alam yang sulit.
Sebaliknya sarana yang terbatas juga memjadi penyebab keberagaman masyarakat
Indonesia.

e) Perbedaan kondisi alam


Kondisi alam yang berbeda seperti daerah pantai, pegunungan, daerah subur,
padang rumput, pegunungan, dataran rendah, rawa, laut mengakibatkan perbedaan
masyarakat. Juga kondisi kekayaan alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan
yang hidup di sekitarnya. Masyarakat di daerah pantai berbeda dengan masyarakat
pegunungan, seperti perbedaan bentuk rumah, mata pencaharian, makanan pokok,
pakaian, kesenian, bahkan kepercayaan.

c. Wujud Keberagaman Masyarakat Indonesia


Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman merupakan suatu
kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, hal ini harus dijadikan sebagai dorongan
bagi masyarakat untuk mengenal dan memahami keberagaman yang ada di masyarakat
Indonesia, agar keberagaman yang dimiliki menjadi sebuah kekuatan sehingga bangsa
Indonesia dapat lebih maju dan lebih bermartabat. Keberagaman masyarakat Indonesia
diantaranya suku bangsa, agama, ras dan antargolongan. Berikut ini dipaparkan
berbagai keberagaman masyarakat Indonesia tersebut.
1. Keberagaman Suku Bangsa

Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan suku bangsa itu? Suku bangsa
adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan dalam dan terikat oleh
kesadarannya akan identitasnya tersebut. Kesadaran dan identitas yang dimiliki
biasanya diperkuat dengan kesatuan bahasa (Koentjaraningrat, 1982). Secara
sederhana suku bangsa merupakan kelompok orang yang mempunyai adat istiadat
yang sama dan mempunyai keterikatan kuat yang tidak dibatasi oleh tempat dan
waktu. Di mana pun anggota suatu suku itu berada, ia tetap merasa sebagai anggota
suku bangsanya. Misalnya, seseorang yang mengaku berasal dari suku sunda, ia akan
tetap merasa sebagai bagian dari suku sunda meskipun ia bertempat tinggal berada di
Kalimantan Selatan.

Suku-suku bangsa yang ada di Indonesia telah ada sebelum bangsa Indonesia
terbentuk. Pada hakekatnya bangsa Indonesia itu merupakan gabungan dari berbagai
suku bangsa yang telah ada sebelumnya. Kondisi ini menjadikan bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang beranekaragam suku bangsa. Suku-suku bangsa yang
beranekaragam itu menempati hampir seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau. Suku-suku bangsa tersebut mengikatkan diri dalam wadah sebuah negara
yaitu negara kesatuan Republik Indonesia. Jadi semboyan Bhinneka tunggal ika
menjadi faktor pemersatu berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling banyak memiliki suku


bangsa. Saat ini suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia terdiri dari 1.340
suku bangsa (BPS, 2010). Akan tetapi dari sekian banyak suku bangsa yang ada di
Indonesia sebenarnya berasal dari keturunan yang sama, yaitu keturunan bangsa
Yunan dan Dongson. Keduanya berasal dari dataran Tinggi Tibet. Kedatangan bangsa
Yunan lebih awal dibandingkan dengan bangsa Dongson. Bangsa Yunan disebut juga
bangsa Proto Melayu (Melayu Tua). Keturunannya diantaranya adalah suku bangsa
Batak, Dayak, Nias, Kubu dan Toraja. Sedangkan bangsa Dongson disebut juga
bangsa Duetero Melayu (Melayu Muda). Keturunannya diantaranya adalah suku Jawa,
Sunda, Madura, Minangkabau dan Bugis. Sengkan suku-suku bangsa yang ada di
Papua dan suku-suku bangsa yang ada di daerah Maluku bukan dari bangsa Yunan dan
Dongson, tapi berasal dari suku bangsa Aborigin Australia dari ras Melanesoid (Negro
Melanesia).

Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia merupakan kenyataan yang tidak


dapat dipungkiri. Berbagai kelompok suku bangsa tentunya sering Anda temui. Di
sekolahmu mungkin saja terdiri dari berbagai suku bangsa. Tidak menutup
kemungkinan Anda mempunyai teman yang berbeda suku bangsa dengan Anda.
Selain itu ketika Anda pergi ke daerah lain, Anda juga tentunya akan menjumpai
orang-orang yang berasal dari suku bangsa yang berbeda denganmu.

Apa yang harus Anda lakukan ketika menghadapi kondisi lingkungan yang
beraneka ragam ini? Tentu saja keanekaragaman ini jangan dijadikan sebagai alat
pemecah persatuan dan kesatuan, melainkan sebagai faktor yang memperkuat
persatuan dan kesatuan. Sebagai warga negara yang baik, Anda harus menghargai
keragaman suku bangsa. Sikap saling menghargai antar suku bangsa ini sangat penting
untuk dilakukan. Dengan terwujudnya sikap seperti itu maka persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia tetap terjaga.

1) Keberagaman Agama
Kemerdekaan beragama di Indonesia menyebabkan Indonesia mempunyai
agama yang beraneka ragam. Di sekolah Anda, mungkin saja warga sekolahnya (siswa
dan guru) menganut agama yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya. Atau
mungkin saja, Anda mempunyai tetangga yang tidak seagama dengan Anda. Hal itu
semua, di negara kita merupakan sesuatu yang wajar.
Agama merupakan satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat
Indonesia, keanekaragaman suku bangsa, letak geografis dan latar belakang sejarah
merupakan faktor penyebab terjadinya keragaman tersebut. Pemerintah menetapkan
agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghuchu merupakan agama
resmi penduduk di Indonesia.

2) Keberagaman Ras
Beberapa pakar mempunyai pendapat berbeda tentang pengertian ras, namun
biasanya ras dapat diartikan sebagai sekelompok besar manusia yang mempunyai ciri-
ciri fisik yang sama. Manusia yang satu mempunyai perbedaan ras dengan manusia
laian sebab adanya perbedaan ciri- ciri fisik, seperti warna kulit, warna dan bentuk
rambut, bentuk muka, ukuran badan, bentuk badan, bentuk dan warna mata, dan ciri
fisik yang lain.

Masyarakat Indonesia mempunyai keberagaman ras, disebabkan oleh


kehadiran bangsa asing ke wilayah Indonesia, sejarah penyebaran ras di dunia, letak
dan kondisi geografis wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada dalam masyarakat
Indonesia antara lain:

a) Kelompok ras Papua Melanezoid, mayoritas di Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai.
b) Kelompok ras Negroid, contohnya orang Semang di semenanjung Malaka dan
orang Mikopsi di Kepulauan Andaman.
c) Kelompok ras Weddoid, antara lain orang Sakai di Siak Riau, orang Kubu di
Sumatra Selatan dan Jambi, orang Tomuna di Pulau Muna, orang Enggano di
Pulau Enggano, dan orang Mentawai di Kepulauan Mentawai.
d) Kelompok ras Melayu Mongoloid, yang terdiri dari 2 (dua) golongan, yaitu Ras
Proto Melayu atau Melayu Tua (terdiri dari Suku Batak, Toraja, dan Dayak)
dan Ras Deutro Melayu atau Melayu Muda (beranggotakan antara lain Suku
Bugis, Madura, Jawa, dan Bali)
3) Keberagaman Golongan
Keberagaman golongan atau kelompok dalam masyarakat merupakan suatu
gejala yang selalu ada dalam setiap kehidupan manusia dan kedudukannya sangat
penting. Mungkin Anda tidak menyadari, bahwa sejak kaian lahir sampai meninggal
dunia menjadi anggota kelompok dan terikat dengan kelompok. Sejak lahir Anda
menjadi anggota keluarga, menjadi warga suatu RT, RW, kelurahan, desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi dan negara. Ketika menginjak remaja dan dewasa Anda juga akan
menjadi anggota berbagai macam dan jenis kelompok, mulai menjadi kelompok teman
bermain, organisasi sekolah, organisasi bidang sosial, ekonomi, politik seni dan
seterusnya. Jadi jelas sekali bahwa manusia itu sangat terikat dengan kelompok dan
hidup bersama dalam kelompok serta tidak mungkin lepas dari suatu kelompok
(menyendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain).

Keanekaragaman golongan atau kelompok dalam masyarakat harus dijadikan


potensi untuk mempersatukan bangsa, karena pada prinsipnya antara golongan yang
satu dengan golongan lainnya saling membutuhkan. Dalam perusahaan misalnya
golongan atas (atasan) akan membutuhkan golongan bawah (bawahan atau karyawan).
Begitu pula dalam pemerintahan, pejabat pemerintah membutuhkan rakyat.

4. Model Pembelajaran untuk Materi yang Berkaitan dengan Persatuan dan


Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat Multikultural di Sekolah Dasar
Dalam tinjauan pedagogik, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) dapat dikatakan merupakan bidang kajian keilmuan, program kurikuler, dan
aktivitas sosial-kultural yang bersifat multidimensional. Sifat multidimensional ini
menyebabkan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat disikapi sebagai:
pendidikan nilai dan moral, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan,
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan hukum dan hak asasi
manusia, serta pendidikan demokrasi.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di tingkat persekolahan bertujuan
untuk mempersiapkan para peserta didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik
(to be smart dan good citizen) berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Warga negara yang
dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan
nilai (attitudes and values), keterampilan (skills)yang dapat dimanfaatkan untuk
menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air sebagai wujud implementasi dan
aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Konsekuensinya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi
serta kompetensi yang dimilikinya baik potensi kognitif, afektif maupun perilaku
dalam menghadapi lingkungan hidupnya.

Tujuan akhir dari PPKn adalah warga negara yang cerdas dan baik, yakni
warga negara yang bercirikan tumbuh-kembangnya kepekaan, ketanggapan, kritisasi,
dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara secara tertib, damai, dan kreatif, sebagai cerminan dan pengejawantahan
nilai, norma dan moral Pancasila. Para peserta didik dikondisikan untuk selalu
bersikap kritis dan berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga sekolah,
anggota masyarakat, warga negara, dan umat manusia di lingkungannya secara cerdas
dan baik. Oleh karena itulah untuk melaksanakan proses pembelajaran PPKn yang
berkenaan dengan tema “Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagaman dalam
Masyarakat Multikultural” perlu dikembangkan model pembelajaran yang dikemas
secara interaktif oleh guru.

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru tentu saja menganalisis
dokumen kurikulum PPKn sekolah dasar yang termaktub dalam Permendikbud Nomor
37 Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Guru harus
mengklasifikasikan KI dan KD yang terdapat dalam ketentuan tersebut kedalam tema-
tema besar, salah satunya berkaitan dengan Persatuan dan kesatuan dalam
keberagaman. KI dan KD yang menjadi muatan materi di setiap tingkatan, tentunya
ada yang berkaitan dengan tema tersebut seperti tergambarkan dalam tabel berikut.
No Kelas Kompetensi Dasar

1. I 1.4 Menerima keberagaman di rumah sebagai anugerah


Tuhan Yang Maha Esa di rumah
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam keberagaman di
rumah
3.4 Mengidentifikasi bentuk kerjasama dalam keberagaman
di rumah
4.4 Menceritakan pengalaman kerjasama dalam
keberagaman di rumah
2. II 1.4 Menerima keberagaman di sekolah sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam keberagaman di
sekolah
3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman di
sekolah
4.4 Menceritakan pengalaman melakukan kegiatan yang
mencerminkan persatuan dalam keberagaman di
sekolah

3. III 1.4 Mensyukuri makna bersatu dalam keberagaman di


lingkungan sekitar sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama sebagai wujud bersatu
dalam keberagaman di lingkungan sekitar
3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman di
lingkungan sekitar
4.4 Menyajikan bentuk-bentuk kebersatuan dalam
keberagaman di lingkungan sekitar
4 IV 1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keberagaman suku bangsa,
sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk
keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan
3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keberagaman suku
bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat
No Kelas Kompetensi Dasar

persatuan dan kesatuan

4.4 Menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa,


sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan
dan kesatuan

5 V 1.4 Mensyukuri manfaat persatuan dan kesatuan sebagai


anugerah Tuhan Yang Maha Esa
2.4 Menampilkan sikap jujur pada penerapan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan untuk membangun kerukunan di
bidang sosial budaya

3.4 Menggali manfaat persatuan dan kesatuan untuk


membangun kerukunan hidup
4.4 Menyajikan hasil penggalian tentang manfaat persatuan
dan kesatuan untuk membangun kerukunan.
6 VI 1.4 Mensyukuri persatuan dan kesatuan sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa beserta dampaknya
2.4 Menampilkan sikap tanggung jawab terhadap penerapan
nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara
3.4 Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara beserta dampaknya
4.4 Menyajikan hasil telaah persatuan dan kesatuan
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara beserta
dampaknya

Langkah berikutnya tentu saja menentukan model pembelajaran yang akan


digunakan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk
materi persatuan dan kesatuan dalam keberagaman adalah bermain peran. Model ini
dirasakan tepat karena berupaya memberikan pengalaman langsung kepada siswa
untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu yang mencermenkan keberagaman
masyarakat Indonesia.

Saripudin (1997:91) menyatakan bahwa bermain peran berarti memainkan satu


peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat seperti peran
yang dimainkannya. Dengan demikian, dalam bermain peran terdapat situasi tiruan
seperti simulasi.

Menurut Shaftel yang dikutip oleh Sundawa (2010:4.35) metode bermain peran
terdiri dari sembilan tahapan, yaitu:

a. Merangsang semangat kelompok,


b. Memilih peran,
c. Mempersiapkan pengamat,
d. Mempersiapkan tahap-tahap peran,
e. Pemeranan,
f. Mendiskusikan dan mengevaluasi peran dan sisinya,
g. Pemeranan ulang,
h. Mendiskusikan dan mengevaluasi pemeranan ulang,
i. Mengkaji kemanfataannya dalam kehidupan nyata melalui saling tukar
pengalaman dan penarikan generalisasi.
Kesembilan langkah pengembangan model bermain peran di atas, dalam
penerapannya di kelas bisa berkembang, dalam arti dapat ditambahkan oleh guru yang
bersangkutan. Jadi sangat tergantung kebutuhan termasuk kemampuan sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh sekolah.

Forum Diskusi

Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 2, diskusikan bersama peserta


PPG lainnya melalui fasilitas daring pada slot forum diskusi terkait berikut :

1. Jelaskan makna persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia!


2. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Berkaitan dengan hal tersebut, coba anda identifikasi faktor-faktor
yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia!
3. Uraikan jenis-jenis keberagaman bangsa Indonesia!
4. Bagaimana perwujudan konsep multikulturalisme pada masyarakat Indonesia
yang sangat beragam?
5. Keberagaman pada masyarakat Indonesia harus dikelola dengan baik supaya
dapat menjadi potensi keunggulan Bangsa Indonesia. Apabila tidak dikelola
dengan baik, keberagaman tersebut dapat menjadi ancaman bagi keutuhan
Bangsa Indonesia, seperti munculnya konflik antar suku. Berkaitan dengan
hal tersebut, bagaimana strategi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
mengelola keberagaman pada masyarakat Indonesia?

F. Rangkuman Kegiatan Belajar 2


1. Nasionalisme sebagai suatu faham yang menegaskan bahwa kesetiaan tertinggi
individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
2. Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia, yaitu
mengembangkan kesamaan di antara suku-suku bangsa penghuni Nusantara dan
mengembangkan sikap toleransi
3. Prasangka yaitu sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotipe kita
tentang anggota dari kelompok tertentu. Prasangka lebih tertuju pada sikap antipati
yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel.
Prasangka yang berbasis ras kita sebut rasisme, sedangkan yangberbasis etnis
disebut etnisisme.
4. Stereotipe, yaitu pemberian label sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan
kategori yang bersifat subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain.
Stereotipe adalah keyakinan seseorang untuk menggeneralisasikan sifat-sifat
tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman tertentu.
5. Dalam substansi persatuan dan kesatuan bangsa itu terdapat sejumlah konsep dasar,
di antaranya adalah persatuan, kesatuan, bangsa, integrasi nasional, nasionalisme
dan patriotisme.
6. Ada tiga faktor yang dapat memperkuat Persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Ketiga faktor tersebut merupakan pemersatu seluruh bangsa
Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah Sumpah Pemuda, Pancasila dan semboyan
Bhineka Tunggal Ika.
7. Multikulturalisme pada dasarnya adalah pengakuan adanya perbedaan dan
penghargaan.
8. Keberagaman masyarakat Indonesia antara laian disebabkan oleh keadaan geografis,
pegaruh kebudayaan asing, penerimaan masyarakat terhadap perubahan, keadaan
transportasi dan komunikasi serta perbedaan kondisi alam.
9. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk materi
persatuan dan kesatuan dalam keberagaman adalah bermain peran. Model ini
dirasakan tepat karena berupaya memberikan pengalaman langsung kepada siswa
untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu yang mencerminkan keberagaman
masyarakat Indonesia.

G. Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

Pilihlah alternatif jawaban yang paling tepat!

1. Menurut Hans Kohn, nasionalisme diartikan sebagai paham yang berpendapat


bahwa ... .
A. kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan
B. kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada pemerintah yang
berdaulat
C. pengabdian tertinggi seorang pemimpin adalah melayani rakyatnya
D. kesetian tertinggi seorang individu harus diserahkan kepada suku bangsanya
E. pengabdian tertinggi rakyat adalah mencintai daerah kelahirannya

2. Persatuan dan kesatuan bangsa yang menjadi modal utama untuk mempertahankan
NKRI ternyata tidak selamanya berdiri kokoh. Persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia dalam perwujudannya sangat dinamis. Oleh karena itu, menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa harus dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut,
salah satu alasan pentingnya kita menjaga persatuan dan kesatuan bangsa adalah
….
A. persatuan dan kesatuan bangsa menentukan harkat dan derajat Bangsa
Indonesia dalam pergaulan dengan bangsa lainnya
B. kemajuan ekonomi suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan rakyatnya
dalam menjaga persatuan dan kesatuan
C. paham kedaerahan akan semakin kuat apabila persatuan dan kesatuan
bangsanya pun semakin kokoh dan selalu dijaga
D. Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat mensejajarkan diri dengan bangsa
lain dalam pergaulan internasional
E. persatuan dan kesatuan merupakan alat bagi bangsa Indonesia untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan

3. Sikap yang menganggap suku bangsa sendiri yang paling baik. Akibatnya akan
selalu mementingkan suku bangsa sendiri dan mengabaikan kepentingan suku
bangsa lain disebut ... .
A. Sukuisme
B. Chauvinisme
C. Provinsialisme
D. Primordialisme
E. Ekstrimisme
4. Kecintaan terhadap tanah air, bangsa, dan negara bukan hanya ditampilkan ketika
kalau ada negara lain yang ingin menjajah negara kita, akan tetapi diwujudkan
dalam kegiatan pembangunan di segala bidang. Berkaitan dengan hal tersebut,
salah satu contoh sikap/perilaku yang mencerminkan kecintaan kepada tanah air di
bidang ekonomi adalah … .
A. mengembangkan koperasi berasaskan kekekeluargaan untuk kesejahteran
bersama
B. menerima pengaruh asing yang dapat memajukan dan mengembangkan
kebudayaan nasional
C. menjauhi paham kedaerahan yang dapat melemahkan persatuan dan kesatuan
bangsa
D. berani melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila terjadi pelanggaran
E. mendukung dan melaksanakan semua kebijakan pemerintah pusat dan daerah

5. Perhatikan perwujudan kepulauan nusantara di bawah ini :


(1) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman
bagi seluruh bangsa dan negara.
(2) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di
dalam pembelaan negara.

Dua pernyataan di atas merupakan perwujudan dari ....


A. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ideologi
B. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
C. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya
D. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik
E. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan

6. Sebagai warga negara Indonesia kita sudah tidak asing lagi dengan slogan
Bhinneka Tunggal Ika. Slogan yang merupakan prinsip dari pandangan hidup
negara kita terhadap kemajemukan suku-suku yang ada di dalamnya. Berdasarkan
hal tersebut, fungsi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah ….
A. menjadi landasan mewujudkan persatuan dan juga kesatuan bangsa Indonesia
B. sebagai pedoman untuk mengembangkan kebudayaan daerah masing-masing
C. menjadi landasan dalam berperilaku antarsuku bangsa yang berbeda-beda
D. sebagai pedoman menyusun amandemen terhadap UUD NRI Tahun 1945
E. menjadi landasan dalam menerapkan Pancasila sebagai ideologi terbuka

7. Sebagai negara majemuk, Indonesia menjadi negara paling rawan terhadap konflik
yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mengatasinya peran
serta masyarakat sangat diperlukan. Salah satu peran tersebut adalah dimilikinya
kesadaran berbangsa dan bernegara yang diwujudkan dengan … .
A. memiliki sikap disiplin yang tinggi untuk mendorong kemajuan masyarakat
B. menghindari perilaku yang menimbulkan pertentangan diantara tokoh
masyarakat
C. menghormati dan menghargai keberagaman di masyarakat
D. berwawasan luas dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat
E. memiliki sikap hidup modern dan mampu memanfaatkan teknologi modern

8. Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, etnik, budaya, agama serta
karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Pada dasarnya keberagaman
masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa. Oleh
karena itu, sangat diperlukan sikap atau perilaku warga negara yang dapat
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, seperti sikap saling
menghargai dan menghormati.
Berdasarkan ilustrasi, salah satu arti penting sikap/perilaku yang menunjang
terciptanya kondisi tersebut adalah untuk ….
A. memperkuat posisi kebudayaan daerah di atas kebudayaan nasional
B. memperkecil segala hal yang berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat
C. memperkuat kedudukan pemerintah pusat sebagai pemegang kedaulatan rakyat
D. memperkuat kedudukan bahasa daerah sebagai salah satu simbol persatuan
E. menghilangkan perbedaan antarsuku bangsa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara

9. Kata kunci dalam multikulturalisme adalah ... .


A. pengakuan adanya perbedaan dan penghargaan
B. penegasan tentang keberagaman
C. pengakuan adanya kesenjangan dalam masyarakat majemuk
D. pengakuan adanya keseragaman dan penghargaan
E. penegasan akan pentingnya persatuan dan kesatuan

10. Rambu-rambu dalam pelaksanaan bermain peran adalah ... .


A. Setiap siswa hendaknya memerankan peran yang berbeda
B. Setiap siswa diminta untuk memainkan peran yang sejenis untuk memudahkan
pengamatan
C. Guru hendaknya berperan sebagai salah satu tokoh
D. Guru dapat meminta siswa untuk membuat skenario sendiri
E. Guru meminta siswa untuk mencari tokoh yang akan diperankan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, apakah Anda telah menguasai kegiatan


belajar 2 tentang Persatuan dan kesatuan dalam keberagaman masyarakat
multikultur, ada baiknya hasil evaluasi yang telah Anda lakukan, perhatikan rumus
pada table di bawah :

44
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif kegiatan belajar 1
yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang tepat. Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Tepat


Tingkat Pemahaman = x 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat pemahaman : 90 – 100% = baik sekali


80 – 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila tingkat pemahaman anda mencapai 80% atau lebih, anda dapat
melanjutkan dengan kegiatan belajar 2. Akan tetapi, apabila masih di bawah 80%,
anda harus mengulangi materi kegiatan belajar 1 terutama bagian yang belum
dipahami. Jangan cepat berpuas diri, teruslah belajar supaya tingkat
kecerdasan anda meningkat!

H. Daftar Pustaka
Bakri, Noor MS. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Banks, James (1984) Teaching Strategies for Ethnic Studies, Newton: Allyn and
Bacon.
Berry, J.W, Ed. (1999) Psikologi Lintas Budaya Riset dan Aplikasi, Alih Bahasa: Edi
Suhardono, Jakarta: PT Gramedia
Blum, A. Lawrence, (2001) Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas Antar
Ras, Tiga Nilai yang Bersifat Mendidk Bagi Sebuah Masyarakat
Multikultural, dalam Larry May, dan Shari Colins-Chobanian, Etika
Terapan:

45
Sebuah Pendekatan Multikultura, Terjemahan: Sinta Carolina dan Dadang
Rusbiantoro, Yogyakarta: Tiara Wacana
Dikwar. Tidak dipublikasikan.

Garna, Judistira, K. (2003) Ilmu-ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi, Bandung: Primaco


Akademika. hlm.27-30

Koentjaraningrat, (1987) Sejarah Teori Antropologi, Jilid I dan II, Jakarta, Universitas
Indonesia Press
Kohn, Hans.(1961). Nasionalisme; Arti dan Sedjarahnja.Jakarta: PT Pembangunan
Kymlicka, Will (2002) Kewargaan Multikultural, Terjemahan Edlina Hafmini Eddin,
Jakarta: LP3ES.
Sleeter, C.E. (1992) “Restructuring Schools for Multicultural Education”, dalam
Journal of Teacher Education 43, halm. 141-148
Sobol, T. (1990) “Understanding Diversity” dalam Education Leadership, 48 (3),
Sumiarno, S. 2005. Geopolitik Indonesia. Paparan disampaikan pada Penataran Dosen

Sutarno. (2008). Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

https://haipapua.com/unjuk-rasa-menolak-rasisme-berujung-kerusuhan-di-jayapura/

I. Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

1. A 6. A

2. E 7. C

3. B 8. B

4. A 9. A

5. E 10 A
No Kode : DAR2/Profesional/027/5/2019

MODUL 5

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KEGIATAN BELAJAR 3

KONSEP NILAI, MORAL DAN NORMA

Penulis:

Dr. MUHAMMAD HALIMI, M.Pd

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2019

i
DAFTAR ISI

Daftar isi ………………………………………................................................ Ii

A. Pendahuluan ……………………………………………………………… 1

B. Capaian Pembelajaran ……………………………………………………. 1

C. Sub-Capaian Pembelajaran …..…………………………………………… 2

D. Uraian Materi …………………………………………………………..… 3

E. Rangkuman Kegiatan Belajar 3……………………………………………. 36

F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 3 …………………………………………... 38

G. Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 43

H. Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3 ………………………………………. 44


A. Pendahuluan
Kegiatan belajar ini membahas tentang materi Konsep Nilai, Moral dan
Norma. Mengapa para guru termasuk para guru di sekolah dasar harus memahami,
belajar dan membelajarkan tentang konsep Nilai, Moral dan Norma? Masalah konsep
Nilai, Moral dan Norma menjadi permasalahan yang sudah familiar (telah kita
ketahui) dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun Negara. Persoalan konsep
nilai, moral, dan norma sering sekali menjadi bahan pembicaraan atau diskusi di
masyarakat baik yang berkaitan dengan konsep nilai, moral serta norma, penerapan
tentang konsep nilai, moral, dan norma dalam kehidupan bermasyarakat, maupun
pelanggaran terhadap nilai, moral, dan norma yang ada di tiap masyarakat. Oleh
karena itu, sudah seyogianya para siswa melalui guru-guru sebagai pendidik,
pembelajar di sekolah harus sejak dini sudah dikenalkan tentang konsep nilai, moral,
dan norma, supaya mereka mengetahui dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai
warga Negara dan warga masyarakat sehingga mampu menghargai dirinya sendiri,
sekaligus menghargai orang lain, yang pada akhirnya mereka akan terbiasa untuk
menghormati diri dan orang lain yang memiliki perbedaan nilai, moral, maupun norma
masing-masing.

Dalam kegiatan belajar 3 ini Anda akan diajak untuk mengkaji dan
menganalisis beberapa materi yang berkaitan dengan Konsep Nilai, Moral, Norma,
hukum dan peraturan serta aplikasinya dalam pembelajaran di SD, diantaranya:

1. Makna Nilai, Moral, Norma, Hukum, dan Peraturan lainnya.

2. Nilai, Moral, Norma, Hukum dan peraturan lainnya dalam Kehidupan Bernegara

B. Capaian Pembelajaran

Menguasai teori dan aplikasi mencakup muatan materi lima mata


pelajaran pokok di SD 1) Bahasa Indonesia terdiri atas Ragam Teks; Satuan Bahasa
Pembentuk Teks, Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi; Struktur,
Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi, serta Apresiasi dan Kreasi Sastra
Anak; 2) Matematika terdiri atas Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Statistik, dan
Kapita Selekta; 3) Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas Metode Ilmiah, Makhluk Hidup
dan Proses Kehidupan, Benda dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam
Semesta; 4) Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas Manusia, Tempat dan Lingkungan;
Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; Sistem Sosial dan Budaya; Perilaku Ekonomi
dan Kesejahteraan; Fenomena Interaksi Dalam Perkembangan IPTEK dan Masyarakat
Global; dan 5) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang terdiri atas Hak Asasi
Manusia; Persatuan dan Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat Multikultur;
Konsep Nilai, Moral, dan Norma; Pancasila; serta Kewarganegaraan Global; termasuk
advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari”

C. Sub-Capaian Pembelajaran

Selain memiliki kemampuan seperti telah disinggung di atas, juga Anda


diharapkan memiliki penguasaan materi tentang:

1. Bahan ajar tentang konsep nilai, norma, dan moral.


2. Konsep nilai, moral, norma, hukum, dan aturan lainnya dalam kehidupan
bernegara
3. Upaya perlindungan terhadap nilai, moral, norma, hukum, dan aturan
lainnya oleh negara

Agar anda memperoleh hasil atau memiliki kompetensi yang diharapkan dalam
mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan belajar ini, ikutilah petunjuk belajar
berikut ini.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda paham betul
tentang apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini.

2
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-
kata yang anda anggap asing. Pelajarilah kata-kata tersebut dengan mencari
makna atau pengertiannya pada kamus yang anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi kegiatan belajar ini melalui
pemahaman sendiri, dan lakukan sharing pendapat dengan kolega yang juga
memperdalam materi atau dengan instruktur yang ditunjuk oleh lembaga.
4. Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi, dan menganalisis berbagai kasus
yang relevan dengan materi pada kegiatan belajar ini.

D. Uraian Materi

Konsep Nilai, Norma, dan Moral

1. Makna Nilai, Moral dan Norma


a. Makna Nilai
Mari kita mulai kegiatan belajar 3 ini, simaklah dengan teliti. Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering mendengar istilah nilai, terkadang kita menilai yang lain atau
terkadang kita sendiri yang dinilai. Bila demikian apakah Anda tahu apa sebenarnya
‘nilai’ tersebut ?, Apa sebenarnya fungsi nilai ? Mungkin Anda sering melakukan
penilaian atau memberikan nilai, namun biasanya kita merasa kesulitan untuk
memberikan definisi tentang nilai. Nah pada kesempatan kegiatan belajar 3 ini, kami
akan mencoba mengajak Anda untuk menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud
dengan nilai ?

Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu suatu nilai, namun setidak-tidaknya
dapat dikatakan bahwa nilai merupakan suatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang
kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan,
singkatnya sesuatu yang diinginkan (K. Bertens, 2004: 139).

Nilai atau “value” (bahasa Inggris) yang kemudian diterjemahkan ke dalam


bahasa Indonesia menjadi nilai, termasuk pada salah satu kajian filsafat, yakni filsafat
nilai (axiology, theory of Value) (Kaelan, 2000:174). Nilai juga biasa dimaknai harga.
Namun, ketika kata tersebut dihubungkan dengan suatu obyek atau dipersepsi dari satu
sudut pandang tertentu, maka harga yang terkandung di dalamnya memiliki tafsiran
yang bermacam-macam. Ada harga menurut ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi,
antropologi, politik, maupun agama. Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai lahir
bukan hanya disebabkan oleh perbedaan minat manusia terhadap hal yang material
dan lainnya, tetapi lebih dai itu, harga suatu nilai perlu diartikulasikan untuk
menyadari dan memanfaatkan makna-makna kehidupan.

Dictionary of Sociology and Related Sciencies (dalam Hamid Darmadi,


2007:67) dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek, namun bukan objek itu sendiri. Arti lain dari
nilai adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat. Misalkan suatu benda
semakin penting, berguna, atau bermanfaat, maka akan semakin tinggi pula nilai dari
benda tersebut. Namun sebaliknya suatu benda ini memiliki banyak kegunaan, suatu
benda tidak penting, berguna atau bermanfaat, maka semakin rendah nilai dari benda
tersebut. Pada contoh nyata misalkan ‘emas’, dikatakan sebagai benda yang bernilai
karena emas memiliki banyak kegunaan; baik sebagai perhiasan, sebagai tabungan
kekayaan pengganti uang, mampu menaikkan kedudukan seseorang karena memiliki
sejumlah emas dan sebagainya. Tapi sebaliknya limbah atau sampah yang yang kurang
berguna, yang hanya merusak lingkungan, maka ia akan ditinggalkan, karena dianggap
kurang bernlai.

Nilai dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara merupakan salah


satu yang dapat dijadikan sebagai alat ukur terhadap arti pentingnya suatu benda,
sikap, perilaku, perbuatan atau lainnya. Oleh karenanya nilai memiliki banyak macam
dan ragamnya.
Nilai bukanlah benda atau materi. Nilai adalah standar atau kriteria
bertindak, kriteria keindahan, kriteria kebermanfaatan, ketidak-bermanfaatan, atau
disebut pula harga yang diakui oleh seseorang dan oleh karena itu orang berupaya
menjunjung tinggi un t u k memeliharanya. Nilai tidak dapat dilihat secara konkrit
melainkan tercermin dalam pertimbangan harga yang khusus yang diakui oleh
individu. Oleh karena itu, ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu bernilai
maka seyogianya ada argumen-argumen baik dan tidak baiknya. Misalnya,
mengapa ada orang yang menolak hukuman mati bahkan mengusulkan agar hukuman
mati dihilangkan karena bertentangan dengan hak asasi manusia. Hal ini tentu
dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Ketika ada orang yang berkampanye dan
mengajak orang lain untuk mendukung calon anggota legislatif, karena orang
tersebut terkenal dengan kejujurannya. Hal ini tentu saja dilandasi dengan nilai etika.

Menurut Fraenkel, dalam Rahmat et al et al. (2009: 11) nilai atau value
adalah konsep (concept). Seperti umumnya konsep lainnya, maka nilai sebagai
konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada dalam
pikiran orang. Nilai dapat diartikan sebagai kualitas dari sesuatu atau harga dari
sesuatu yang diterapkan pada konteks pengalaman manusia, nilai dapat dibagi
atas dua bidang, yaknik nilai estetika dan nilai etika. Estetika terkait dengan
masalah keindahan atau apa yang dipandang indah (beautiful) atau apa yang
dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan etika terkait dengan kaitan
perilaku baik dan buruk. Etika terkait dengan masalah moral, yakni pertimbangan
reflektif tentang mana yang bias dilakukan atau tidak dilakukan.

Selanjutnya Fraenkel mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan


penilaian, yakni perlu ada pilihan, penghargaan dan tindakan . Pertama, memilih
tindakannya dilakukan secara bebas dari sejumlah alternatif yang dilandasi hasil
pemikiran yang mendalam, artinya setelah memperhitungkan berbagai akibat dari
alternatif tersebut. Kedua, ada penghargaan atas apa yang dipilih dan dikenal oleh
masyarakat. Ketiga, melakukan tindakan sesuai dengan pilihannya dan
dimanfaatkan dalam kehidupan secara terus menerus.

Selain dengan kriteria di atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai,
yakni dilihat dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan, keyakinan,
aktivitas, dan keraguan. Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat diidentifikasi
dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagi kehidupan manusia. Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa nilai hasil pertimbangan baik atau tidak baik
terhadap sesuatu yang kemudian dipergunakan sebagai alasan motivasi untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Dari penjelasan di atas dan untuk menyederhanakan pemahaman Anda,


Rohmat Mulyana (2004: 11) memberikan definisi sederhana yang menyatakan bahwa
‘nilai’ adalah “rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan”. dari sini saya
harap, Anda sudah memahami tentang apa itu nilai.

Setelah menyimak pengertian tentang nilai dengan berbagai kriterianya, betapa


banyak ragam dan jenis nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Pada bahasan
selanjutnya, Anda akan diajak untuk mengidentifikasi tentang macam-macam nilai
yang ada dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini macam-macam nilai menurut
kriteria beserta contoh-contohnya di antaranya yaitu:

1) Nilai Sosial, yaitu nilai yang telah melekat di dalam masyarakat serta
berhubngan dengan sikap dan tindakan manusia di dalamnya, nilai ini
berhubungan dengan sikap manusia yang tidak dapat hidup secara mandiri dan
membutuhkan pertolongan orang lain. Contohnya : dalam beberapa tindakan
dan perilaku individu di masyarakat seringkali memperoleh perhatian atau
memperoleh berbagai penilaian, seperti halnya membunuh bernilai buruk,
demikian pula halnya menolongnyapun bernilai buruk.
2) Nilai Kebenaran, yakni nilai yang bersumber dari akal manusia (rasio, cipta,
dan budi), yang mutlak dibawa sejak lahir. Demikian Nilai inipun mutlak
dibawa sejak lahir dalam bahasa agama disebut sebagai fitrah dari yang maha
kuasa. Oleh karena itu banyak yang menyatakan nilai ini adalah merupakan
kodrati dari Tuhan sebagai pemberian tentang nilai kebenaran melalui akal dan
pikiran manusia. Adapun contoh dari nilai ini antara lain : misalnya pada saat
seorang penegak hukum memberikan sanksi kepada orang yang bersalah, Ia
akan memberikan sanksi hukum sesuai dengan kebenaran yang ia yakini.
3) Nilai Keindahan, yakni nilai yang bersumber melalui unsur rasa yang terdapat
pada setiap diri manusia, dengan istilah lain biasa disebut dengan nilai
“estetika”. Keindahan ini bersifat universal, dalam arti semua orang
membutuhkan keindahan. Namun, diantara yang satu dengan orang lainnya
akan memandang keindahan pasti berbeda sesuai selera dan kemampuan
mencerna keindahan tersebut. Contoh lain, misalkan kita menilai sebuah tarian
yang bukan dari lingkungan kita, maka setiap orang akan menilai berbeda, ada
yang menyatakan indah, baik, kurang indah, kurang baik, dan sebagainya.
4) Nilai Moral, yaitu suatu penilaian yang bersumber dari kehendak maupun
kemauan (karsa, etik). Dengan moral manusia dapat bergaul dengan baik antar
sesama manusia lainnya. Oleh karena itu nama lain dari nilai moral ini sering
dikatakan sebagai nilai kebaikan. Contohnya : misalkan ketika seseorang
berbicara dengan lawan bicara yang lebih tua dan dihormati, maka ia akan
menggunakan tutur bahasa yang halus, tidak keras, dan lainya. Hal ini
merupakan etika yang tinggi nilainya
5) Nilai Agama, yakni nilai yang bersumber dari nilai ketuhanan disimpan dalam
sebuah agama. Nilai agama ini merupakan nilai yang sangat tinggi dan mutlak
tidak dapat diganggu gugat. Nilai ini menetap dalam setiap hati manusia
melalui hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa. Nilai agama ini seringkali orang
menyebutkan sebagai nilai religious, yang dapat menuntun manusia ke jalan
yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa baik dalam menjalani kehidupan di
dunia, bahkan hingga ke akhirat kelak. Contoh dari nilai agama ini antara lain :
manusia yang beriman memiliki kewajiban berbakti kepada Tuhan-Nya
melalui ritual-ritual peribadatan agamanya masing-masing. Semua penganut
agama sangat menjunjung tinggi nilai agamanya masing-masing dan
mempertahankannya.
Notonagoro berpendapat macam-macam nilai sosial dalam berlangsung
kehidupan masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam diantaranya adalah :

1) Nilai Material, yakni nilai sosial yang berguna bagi jasmani manusia,
termasuk benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan bagi memenuhi
kebutuhan fisik manusia.
2) Nilai Vital, merupakan nilai sosial yang berguna bagi aktivitas atau kegiatan
manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.
3) Nilai Rohani, merupakan nilai sosial yang berguna bagi memenuhi
kebutuhhan rohani atau spiritual manusia, nilai ini lebih universal atau umum,
Nilai rohani sendiri dibedakan menjadi beberapa macam , seperti :
a) Nilai Kebenaran dan Nilai Empiris, merupakan nilai yang bersumber pada
proses berpikir oleh akal manusia yang disertai dengan fakta yang terjadi.
b) Nilai Keindahan, merupakan nilai yang berkaitan dengan perasaan atau jiwa
keindahan manusia, atau juga sering disbut sebagai nilai estetika.
c) Nilai Moral, merupakan nilai yang menyangkut perilaku baik maupun buruk
oleh manusia, atau juga sering disebut sebagai nilai etika.
d) Nilai Religius, merupakan nilai ketuhanan yang mengandung suatu keyakinan
atau kepercayaan oleh mansia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dari para ahli lainnya, misalnya Max Scheler (1874-19280) menyatakan
bahwa nilai adalah hal yang dituju manusia. Jika ada orang yang mengejar
kenikmatan, maka hal itu bukan demi kepuasan perasaan, melainkan karena
kenikmatan yang dipandang sebagai suatu nilai. Nilai tidak bersifat relatif, melainkan
mutlak. Nilai bukan ide atau cita-cita, melainkan sesuatu yang kongkret, yang hanya
dapat dialami dengan jiwa yang bergetar dan dengan emosi. Dalam pengertian sehari-
hari, nilai sering dikacaukan dengan hal yang bernilai.Namun Max Scheler
membedakan dengan jelas antara nilai dan hal yang bernilai.Nilai adalah kualitas yang
membuat suatu hal menjadi hal yang bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan
suatu hal yang membawa kualitas nilai. Kimmball Young (1915-1972), dan sosiolog
lainnya memiliki pandangan yang sama seperti dikemukakan di atas tentang macam
nilai-nilai sosial yang hidup dan ada dalam kehidupan masyarakat.

b. Makna Moral
Dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan dengan “aturan kesusilaan”
atau satu istilah yang sering digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dari sifat
peran lain, pendapat, atau batasan perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik maupun buruk. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi, karena moral merupakan alat yang dapat mempersatukan antara individu
atau masyarakat yang satu dengan individu atau masayarakat lainnya. Moral di zaman
sekarang memiliki konotasi berbeda, karena banyak orang yang memiliki moral atau
sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan
dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan dan perasaan seseorang dalam


berinteraksi dengan manusia lainnya. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral
yang baik, demikian pula sebaliknya.

Pengertian moral menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bisa


diartikan sebagai :

1) (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budin pekerti; susila;
2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdiriplin, dan sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
terungkap dalam perbuatan;
3) ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Selain pengertian moral secara umum, etimologi dan menurut KBBI seperti
yang tercantum berbeda-beda dalam mendefinisikan apa itu moral. Di bawah ini
dikutif pendapat beberapa ahli, seperti ditulis oleh Zakky (2018) antara lain :

1) Merian-Webster, Moral adalah mengenai atau berhubungan dengan apa yang


benar dan salah dalam perilaku manusia, dianggap benar dan baik oleh
kebanyakan orang sesuai dengan standard perilaku yang tepat pada kelompok
atau masyarakat tersebut.
2) Hurlock, moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok
sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral
dikendalikan oleh konsep-konsep moral atau peraturan perilaku yang telah
menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
3) Sonny Keraf, moral dapat digunakan untuk mengukur kadar baik dan
buruknya sebuah tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota
masyarakat (member of society) atau sebagai manusia yang memiliki posisi
tertentu atau pekerjaan tertentu.
Masih banyak sebenarnya pendapat tentang moral dari para ahli, namun pada
prinsipnya tidak jauh berbeda dengan yang telah dikemukakan di atas. Seperti halnya
Hamzah Ya’qub (1993, hal.14-15) menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia, moral
diterjemahkan dengan arti susila. Yang dimaksud dengan moral ialah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar.
Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi
kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Dengan demikian jelaslah persamaan antara
etika dan moral. Namun ada pula perbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat
teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.
Dalam mempelajari tentang moral, kita mengenal istilah, perkembangan moral
seorang anak manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Oleh
karena itu teori perkembangan moral yang dikembangkan oleh Laurence Kohlberg ini
berkaitan erat dengan teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Jean
Piaget. Pengembangan teori perkembangan moral yang dikembangkan berkaitan erat
dengan tingkat kematangan seorang anak manusia. Dalam hal ini Anda diajak untuk
menelaah sejenak tentang pemahaman para ahli tersebut, antara lain :

1) Jean Piaget, yang dikenal dengan Perkembangan Kognitif. Piaget membagi


perkembangan konitif seseorang pada empat tahap, yaitu sensori motor,
praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Tahap sensori
motor, terjadi pada usia sekitar 0 – 2 tahun. Pada tahapini anak dicirikan
dengan tindakannya yang suka meniru dan bertindak secara refleks. Anak
dalam tahap ini hanya memikirkan apa yang terjadi sekarang. Anak akan
meniru apa yang diperbuat orang dewasa. Oleh karena itu penanaman nilai
dilakukan dengan cara menirukan, dan orang dewasa sebagai teladan yang
ditirukan. Tahap praoperasional, terjadi pada umur 2 – 7 tahun, pada tahap ini
anak mulai menggunakan simbol dan bahasa. Dengan penggunaan bahasa,
anak mulai dapat memikirkan yang tidak terjadi sekarang, tetapi yang sudah
lalu. Dengan adanya bahasa maka ia dapat mengungkapkan sesuatu hal lebih
luas daripada yang dapat dijamah, yang sekarang dilihatnya. Tahap
praoperasional konkret, terjadi pada umur 7 – 11 tahun, anak sudah mulai
berpikir transformasi. Pada tahap ini anak dapat mengerti adanya perpindahan
benda, mulai mampu membuat klasifikasi, namun dasarnya masih pada hal
konkret. Anak sudah mengerti persoalan sebab akibat. Oleh karena itu, dalam
penanaman nilai pun sudah dapat dikenalkan suatu tindakan dengan akibat
yang baik dan tidak baik. Tahap opreasional formal, terjadi pada umur 11
tahun ke atas, anak sudah mampu berpikir formal, abstrak. Ia dapat berpikir
secara deduktif, induktif dan hipotesis. Ia tidak membatasi berpikir pada yang
sekarang, tetapi dapat berpikir tentang yang akan datang, sesuatu yang
diandaikan. Anak sudak dapat diajak menyadari apa yang dibuatnya dengan
alasannya. Segi rasionalitas tindakan sudah dapat diajarkan. Penanaman nilai
pada tahap ini anak sudah dapat diajak diskusi untuk menemukan nilai yang
baik dan tidak baik.
2) Lawrence Kohlberg (dalam Cheppy Haricahyono:61-62) seorang pakar dan
praktisi dalam pendidikan moral, mendasarkan pandangannya dari penelitian
yang dilakukan bertahap terhadap sekelompok anak selama 12 tahun.
Kohlberg membagi perkembangan moral seseorang pada tiga tingkat, yaitu
tingkat prakonvensional,tingkat konvensional, dan tingkat pascakonvensional.
Dari ketiga tingkat tersebut Kohlbeg membagi menjadi enam tahap yaitu : (a)
orientasi pada hukuman dan ketaatan, tahap ini penekannnya pada akibat fisik
suatu perbuatan menentukan baik dan buruknya, tanpa menghiraukan arti dan
nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak menghindari hukuman lebih
dikarenakan rasa takut, bukan karena rasa hormat; (b) orientasi hedonis
(kepuasan individu), tahap ini ditandai dengan perbuatan yang benar adalah
perbuatan yang memuaskan kebutuhan individu sendiri, tetapi juga kadang
mulai memperhatikan kebutuhan orang lain. Hubungan lebih menekankan
unsur timbal balik dan kewajaran; (c) orientasi anak manis, pada tahap ini
anak memenuhi harapan keluarga dan lingkungan sosialnya yang dianggap
bernilai pada dirinya sendiri, sudah ada loyalitas. Unsur pujian menjadi
penting dalam tahap ini karena yang ditangkap anak adalah orang dipuji
karena berlaku baik. Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan
atau yang membantu orang lain, dan yang disetujui oleh mereka; (d) orientasi
terhadap hukum dan ketertiban, pada tahap ini dinyatakan bahwa menjalankan
tugas dan rasa hormat terhadap otoritas adalah tindakan yang benar. Orang
mendapatkan rasa hormat dengan perilaku menurut kewajiban; (e) orientasi
kontak sosial legalitas,tahap ini ditandai bahwa perbuatan yang benar
cenderung didefinisikan dari segi hak-hak bersama dan ukuran-ukuran yang
telah diuji secara kritis oleh seluruh masyarakat terdapat satu kesadaran yang
jelas mengenai relativisme nilai dan pendapat pribadi serta suatu tekanan pada
prosedur yang sesuai untuk mencapai kesepakatan, ini menunjukkan tahap
tinggi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Terlepas dari apa yang disepakati
secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal nilai dan pendapat
pribadi; dan (f) etika universal, tahap ini ditandai dengan orientasi pada
keputusan suara hati dan prinsip etis yang telah dipilih sendiri, yang mengacu
pada pemahaman logis menyeluruh, universal mengenai keadilan timbal balik,
dan persamaan ha asasi manusia, serta mengenai rasa hormat terhadap
martabat manusia.
Tahap pertama dan kedua yang disebut dengan tahap prakonvensional terjadi
pada anak-anak Sekolah Dasar sampai dengan kelas tiga (kira-kira berusia sepuluh
tahun). Adapun tahap konvesional biasanya dimulai pada tahap remaja menuju
dewasa. Tahap pascakonvensional biasanya dicapai oleh orang-orang yang telah
dewasa. Pada tahap ini orang disebut mempunyai kematangan moral.

c. Makna Norma

Pada hakikatnya norma hadir, dikembangkan dan tumbuh dalam manusia yang
hidup bermasyarakat. Manusia adalah mahluk sosial ‘zoon politikon’ (Aristoteles, 384-
322 S.M.) yang selalu memerlukan orang lain untuk keberlangsungan hidup. Agar
kehidupan dapat berjalan dengan teratur, maka manusia membutuhkan berbagai
aturan. Manusia hidup sebagai makhluk sosial yang melangsungkan kehidupannya
dengan berinteraksi dan bersosialisasi, dan orang yang ingin hidup harmonis maka
wajib mematuhi aturan atau ketentuan, dan jika tidak maka ia akan memperoleh
sanksi, baik sanksi hukum maupun sanksi sosial.

Dalam berinteraksi dan bersosialisasi ini, manusia membutuhkan kontak atau


hubungan dengan manusia lainnya, dan kontak antara manusia dengan manusia
lainnya merupakan fitrah, karena pada prinsipnya bahwa manusia sulit untuk hidup
mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup tanpa bantuan yang lainnya. Artinya
manusia itu adalah mahluk sosial yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan
dengan sesamanya dalam masyarakat, dan mahluk yang terbawa oleh kodrat sebagai
mahluk sosial itu selalu berorganisasi.

Manusia dilahirkan dan hidup tidak terpisahkan satu sama lain, melainkan
berkelompok. Hidup berkelompok merupakan kodrat manusia dalam memenuhi
kebutuhan dan mempertahankan hidupnya, baik terhadap bahaya dari dalam
maupun yang datang dari luar. Dalam hidup berkelompok inilah terjadinya interaksi
antar manusia, sehingga bertemulah dua atau lebih kepentingan. Pertemuan
kepentingan tersebut disebut “kontak“.

Harmonisasi hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, membutuhkan


semacam pedoman, aturan atau ketentuan, atau apapun dan ketentuan tersebut biasa
yang kita kenal dengan istilah ‘norma”. Norma adalah kaidah, pedoman, acuan, dan
ketentuan berinteraksi dan berperilaku antara manusia di dalam suatu kelompok
masyarakat dalam menjalani kehidupan bersama.

Secara etimologi, kata norma berasal dari bahasa Belanda, yaitu “Norm” yang
artinya patokan, pokok kaidah, atau pedoman, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Biasanya norma berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu, misalnya etnis
atau Negara tertentu. Namun, ada juga norma yang sifatnya universal dan berlaku bagi
semua manusia. Oleh karenanya bagi individu atau kelompok masyarakat yang
melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat tersebut, maka akan dikenakan
sanksi yang berlaku.

Beberapa ciri yang melekat pada norma yang ada dalam masyarakat setelah
menyimak karekteristik yang dikemukakan di atas, antara lain :

1) Pada umumnya norma tidak tertulis, kecuali Norma Hukum.


2) Norma bersifat mengikatdan terdapat sanksi di dalamnya.
3) Norma merupakan kesepakatan bersama anggota masyarakat.
4) Anggota masyarakat wajib menaati norma yang berlaku.
5) Anggota masayarakat yang melanggar norma dikenakan sanksi.
6) Norma dapat mengalami perubahan sesuai perkembangan masyarakat.
Macam-macam norma yang ada dalam kehidupan masyarakat dapat dibedakan
berdasarkan sifat, daya atau kekuatan mengikat norma-norma tersebut. Berikut
macam-macam norma berdasarkan sifatnya :

1) Norma yang mengatur kehidupan masyarakat pada umumnya terbagi menjadi


2 macam :
a) Norma Formal, yaitu ketentuan dan ketentuan dalam kehidupan
bermasyarakat sengaja dibuat oleh lembaga atau institusi yang bersifat formal
atau resmi. Norma semacam ini memiliki rasa kepercayaan yang lebih tinggi
untuk mengatur kehidupan masyarakat karena dibuat oelh lembaga-lembaga
resmi atau legal. Contohnya : perintah presiden, konstitusi, peraturan
pemerintah, surat-surat keputusan, dan lain sebagainya.
b) Norma Non Formal, yaitu ketentuan dan tata aturan dalam kehidupan
bermasyarakat yang tidak diketahui tentang siapa dan bagaimana yang
membuat dan menerangkan tentang norma tersebut. Beberapa ciri yang dapat
dilihat dari norma non formal ini, antara lain : tidak tertulis atau jika tertulis
hanya sebagai karya sastra, bukan dalam bentuk aturan yang baku. Selain itu
juga norma non formal memiliki jumlah yang lebih banyak dibanding nrma
formal, hal ini sebagai konsekuensibanyaknya variable-variabel yang terdapat
dalam norma non formal.
2) Beberapa norma yang dapat dilihat dari daya pengikatnya terhadap kehidupan
sosial di masyarakatnya (Soerjono Soekanto, 1982:174-176), antara lain :
a) Cara (Usage), yakni mengacu pada bentuk perbuatan-perbuatan yang lebih
menonjolkan pada hubungan yang terjadi antar individu. Penyimpangan yang
terjadi pada cara (usage) ini tidak akan memperoleh sanksi atau hukuman yang
berat, namun hanya sekedar celaan, ejekan, atau cemoohan. Misalkan : ketika
orang bersendawa yang memperoleh kepuasan setelah makan. Dalam
kehidupan bermasyarakat bersendawa secara sembarang dianggap kurang
sopan, dan dapat menyinggung perasaan orang lain. Namun, apabila dilakukan
secara baik dengan tatacara aturan, maka bersendawa tersebut tidak tercela.
b) Tata Kelakuan (Mores), yakni apabila kebiasaan tidak semata-mata dianggap
sebagai suatu cara dalam suatu cara berperilaku, namun dapat diterima sebagai
norma pengatur, maka kebiasaan seperti itu dapat menjadi tata kelakuan
(mores). Tata kelakuan tersebut akan mencerminkan sifat-sifat yang ada dari
sekelompok yang dilaksanakan. Seperti halnya melaksanakan perkawinan yang
terlalu dekat baik hubungan darah atau sejenisnya, pada sebagian besar
masyarakat adalah dilarang, sadar atau tidak sadar. Tata kelakukan seperti ini
di satu pihak dapat memaksakan sebuah tindakan, sedangkan di lain pihak
hanyalah sebuah larangan, sehingga secara langsung dapat menjadi suatu alat
agar diantara anggota masyarakat dapat menyesuaikan perbuatannya dengan
tata kelakuan tersebut.
c) Adat Istiadat (Custom), yakni tata kelakukan yang terintegrasi kemudian
menjadi kuat keberadaannya dengan pola perilaku masyarakat dapat meningkat
menjadi sebuah adat istiadat (custom). Apabila terdapat salah satu anggota
masyarakat yang melanggar adat istiadat tersebut akan mendapat suatu sanksi
atau hukuman yang keras. Misalnya : hukum adat istiadat yang ada di daerah
Lampung melarang adanya perceraian pasangan suami isteri. Apabila terjadi
perceraian pasangan suami isteri, bagi orang yang melakukan pelanggaran adat
tersebut termasuk keturunannya yang kemudian akan dikeluarkan dari
masyarakat sampai suatu saat keadaannya menjadi pulih kembali. Perilaku
norma yang demikian berlaku dalam sebuah lingkungan berbeda antara yang
satu dengan lainnya.
d) Hukum (Law) merupakan sebuah ketentuan hukum dalam mengatur individu
di lingkungan masyarakat baik itu tertulis atau tidak tertulis yang dicirikan oleh
adanya penegak hukum, serta sanksi yang bersifat untuk menyadarkan dan
menertibkan pelaku si pelanggar norma hukum dengan sanksi yang pasti. Lain
halnya dengan yang kita kenal dengan Hukum Adat, walaupun memiliki
sanksi, namun sanksinya hanya bersifat sosial atau lahir dari kespakatan
masyarakat pemangku adat tersebut.
e) Norma Mode (Fashion), norma ini lahir karena kehadiran gaya dan cara
anggota masyarakat yang cenderung untuk berubah, bersifat baru, serta diikuti
masyarakat pada umumnya. Norma fashion semacam ini ada hubungannya
dengan sandang, pangan yang berlaku saat itu yang menghiasi anggota
masyarakat.
Norma-norma itu mempunyai dua macam isi yang berwujud : perintah
dan larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma
tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu karena
akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan kewajiban
bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu karena akibat-akibatnya dipandang tidak
baik.

Terdapat beberapa norma yang berlaku di lingkungan masyarakat dilihat dari


sumber dan sanksinya, antara lain :

a) Norma agama, adalah kaidah-kaidah atau pengaturan hidup yang dasar


sumbernya dari wahyu Ilahi. Norma agama merupakan suatu aturan hidup
yang harus diterima dari sang Kholik (pencipta) kepada manusia sebagai
mahluk (yang diciptakaan) sebagai pedoman baik itu sebagai perintah,
larangan atau anjuran lainnya. Norma ini dimaksudkan untuk mencapai
kesucian hidup beriman dan sanksinya berasal dari yang maha kuasa.
Contoh norma agama ini diantaranya ialah :
1) Kewajiban melaksanakan beribadah
2) Menjauhi larangan : membunuh, mencaci, menyakiti diri sendiri dan
orang lain, menghina, mencuri, memfitnah, berjudi, meminum-
minuman keras, menipu, dan sebagainya.
3) Melaksanakan anjuran : berbagi harta berupa sumbangan, membantu
fakir miskin, memelihara tali persaudaraan, memelihara lingkungan,
dan lainnya, tidak membantah terhadap orang tua, dan sebagainya.
b) Norma Kesusilaan, norma yang lahir dari hati nurani manusia. Setiap manusia
memiliki hati nurani yang merupakan pembeda dari mahluk-mahluk lain
ciptaan yang Maha Kuasa. Norma kesusilaan ini sama dengan moral atau
akhlak. Norma ini lahir untuk menjaga kesucian atau kebersihan hati nurani
serta akhlaq. Adapn sanksinya bagi pelanggar adalah berupa sanksi moral yang
lahir dari hati nurani itu sendiri, biasanya berupa penyesalan. Diantara norma
kesusilaan yang nampak dalam kehidupan masyarakat antara lain :
1) Kita harus berlaku jujur;
2) Jangan membuat kegaduhan dalam kehidupan masyarakat;
3) Tidak melakukan penipuan
4) Jauhi sifat bohong terhadap diri sendiri atau orang lain;
5) Menghargai dan menghormati orang lain;
6) Berlaku adil dan berbuat baik terhadap sesama;
7) Berlaku jujur dan benar, dan lainnya
c) Norma Kesopanan, norma ini biasa disebut sebagai norma adat dalam suatu
masyarakat tertentu. yakni norma yang lahir dari masyarakat untuk menjaga
keharmonisan hidup bersama, dan sanksinya dari masyarakat berupa celaan
atau pengucilan. Norma ini timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri
untuk mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat
saling hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini
ialah dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan
masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Hakikat norma kesopanan adalah
kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat
istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia,
melainkan bersifat khusus hanya berlaku bagi segolongan masyarakat
tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat,
mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Contoh norma ini
diantaranya ialah :
1) Bertutur kata yang sopan dengan tidak menyakiti yang lain;
2) Memohon izin untuk memasuki rumah orang lain;
3) Tidak meludah di sembarang tempat;
4) Tidak membuang sampah selain pada tempat yang disediakan;
5) Menghormati orang yang lebih tua atau yang dituakan;
6) Memberikan kesempatan kepada orang tua, atau orang sakit, dan
lainnya ketika di kendaraan umum;
7) Menghormati guru, dan lainnya.
d) Norma Hukum, merupakan aturan yang sumbernya dari negara atau
pemerintah. Norma ini dibuat oleh pejabat pemerintah yang memiliki
wewenang dari negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa
berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin,
dan lainnya. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang
memaksa, sanksinya yang tegas berupa ancaman hukuman. Penataan dan
sanksi terhadap pelanggaran peraturan- peraturan hukum bersifat heteronom,
artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara.
Contoh norma ini diantaranya ialah :
1) Melakukan penganiayaan kepada orang lain diancam hukuman terdapat
dalamm KUHP
2) Melakukan penipuan dalam proses jual beli apapun barang dan jenisnya
diancam dalam KUHP.
3) Pembunuh diancam dengan hukuman terdapat dalam KUHP;
4) dan lainnya.

2. Kedudukan Nilai, Moral, dan Norma

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, hingga tingkat


internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tatakrama, protokoler, dan sebagainya. Maksud
dari pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tenang, tenteram , terlindung tanpa merugikan
kepentingannya, serta terjaminnya agar perbuatan yang tengah dilakukan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika masyarakat.

Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya tidak bisa hidup dengan


seenaknya sendiri, karena dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai aturan,
dimana aturan-aturan tersebut sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang sesuai
dengan kaidah yang berlaku di masyarakat. Sehingga manusia atau individu yang
memiliki moral yang baik, dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-
norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata tentang nilai, moral dan
norma serta kaidah-kaidah masyarakat lainnya dalam kehidupan setidaknya memiliki
dua alasan pokok :

a) Untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu. Apabila individu tidak


dapat menyesuaikan diri dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan nilai, moral
serta norma yang terdapat dalam masyarakat maka dimanapun ia hidup tidak
dapat diterima oleh masyarakat. Dengan terkucilnya dari anggota masyarakat
yang lain, maka pribadi tersebut tidak akan merasa aman, tentram, dan
nyaman. Akibatnya dia tidak akan merasa betah tinggal di masyarakat, padahal
setiap individu membutuhkan rasa aman dimana pun dia berada. Akibatnya dia
tidak merasa betah di masyarakat yang tidak menerimanya, dengan demikian
selanjutnya dia tidak akan bertahan tinggal di masyarakat tersebut, dan kelak
dia harus mencari masyarakat lain yang kiranya mau menerimanya sebagai
anggota dalam masyarakat yang baru. Namun untuk itu, dia pun kelak
dihadapkan pada tuntutan masyarakat yang sama seperti yang dia alami dalam
masyarakat sebelumnya dimana dia pernah tinggal, yaitu kemampuan untuk
hidup dan bertingkah laku menurut nilai, moral dan norma serta kaidah-kaidah
yang berlaku pada masyarakat yang baru. Karena setiap masyarakat masing-
masing mempunyai nilai, moral, norma serta kaidah-kaidah lainnya yang harus
diikuti oleh anggotanya.
b) Untuk kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Masyarakat
tidak saja merupakan kumpulan individu, tetapi lebih dari itu, kebersamaan
individu yang tinggal di suatu tempat yang kita sebut masyarakat telah
menghasilkan dalam perkembangannya aturan-aturan main yang kita sebut
norma, nilai, moral serta kaidah-kaidah sosial lainnya yang harus diikuti oleh
anggotanya. Nilai, moral, norma, dan kaidah-kaidah sosial lainnya tersebut
merupakan hasil persetujuan bersama untuk dilaksanakan dalam kehidupan
bersama, demi untuk mencapai tujuan mereka bersama. Dengan demikian,
kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat tergantung pada dapat
tidaknya dipertahankan nilai, moral, norma dan kaidah masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat dapat dikatakan telah berakhir riwayatnya,
apabila tata aturan yang berupa nilai, moral, norma, serta kaidah masyarakat
lainnya telah digantikan seluruhnya dengan tata kehidupan yang lain yang
diambil dari masyarakat lain, dalam hubungan ini kita semua telah menyadari
bahwa betapa pentingnya kewaspadaan terhadap infiltrasi kebudayaan asing
yang akan membawa nilai, moral, norma, serta kaidah kehidupan masyarakat
lainnya yang asing bagi kehidupan kita. Kewaspadaan tersebut sangat penting
bagi kehidupan kita agar kita bersama dapat mempertahankan eksistensi
masyarakat dan bangsa Indonesia yang telah memiliki nilai, moral, norma, dan
kaidah lainnya sebagai warisan yang tidak ternilai dari nenek moyang kita.
Secara sederhana dapat kita simpulkan tentang kedudukan nilai, moral,
serta norma sebagai berikut :

1) Nilai merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-


kenyataan lainnya. Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil
keputusan. Nilai bersumber pada budi nurani yang berfungsi mendorong dan
mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem
merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistim sosial dan karya.
Melalui pendidikan terintegrasi antara ketiga kajian nilai, moran dan norma,
setidaknya mampu mengurangi kesenjangan perilaku peserta didik.
2) Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Moralitas merupakan suatu usaha untuk
membimbing tindakan seseorang dengan akal dan hati (perasaan).
Membimbing tindakan dengan akal maksudnya melakukan apa yang paling
baik menurut akal, seraya memberi bobot yang seimbang menyangkut
kepentingan individu yang akan terkena oleh tindakan itu. Hal ini merupakan
gambaran tindakan pelaku moral yang sadar. moral mengarahkan pelaku moral
untuk memiliki keprihatinan, tanpa pandang bulu terhadap kepentingan setiap
orang yang terkena oleh apa yang dilakukan beserta implikasinya.
3) Norma merupakan kebiasaan umum yang menjadi menjadi acuan atau
ketentuan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah
tertentu. Norma akan berkemang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan
sosial masyarakatnya.
Pada akhirnya nilai, moral, norma, serta kaidah masyarakat lainnya merupakan
hal yang sangat penting, yang memberikan jalan, pedoman, tolok ukur dan acuan
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai
situasi dan kondisi tertentu dalam memberikan pelayanan profesi atau keahliannya
masing-masing.

Nilai, Moral, dan Norma dalam Kehidupan Bernegara

1. Nilai, Moral dan Norma dalam Hubungan Warga Negara dengan Negara
Negara sebagai organisasi memiliki kewajiban melindungi dan
mensejahterakan seluruh warga masyarakatnya. Dengan sejumlah nilai, moral dan
norma yang dimiliki oleh Negara memiliki kewajiban pula membina dan
mencerdaskan warga Negara untuk menjadi baik, taat, patuh, menghargai sesama
warga Negara, mengetahui dan melaksanakan tentang hak dan kewajibannya Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) dalam pembukaannya alinea
ke-4 menyatakan bahwa “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yag berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”

Dari pernyataan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 alinea 4 di atas kita dapat
pahami bahwa untuk mewujudkan tujuan Negara yang demikian tidaklah mudah dan
berbagai macam kegiatan dan upaya dilakukan oleh Negara terhadap warga
negaranya. Salah satu upaya yang dilakukan melalui pendidikan, baik formal,
informal, maupun non formal. Semua orang pasti setuju pendidikan merupakan hal
yang sangat penting untuk membantu seseorang mencapai kesuksesannya, meskipun
sebenarnya pendidikan bukanlah satu-satunya hal yang menentukan keberhasilan
tersebut. Kepandaian tanpa pembentukan karakter yang baik hanya akan menghasilkan
sebuah ijazah, namun tidak menghasilkan generasi yang berbudi luhur

Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.


Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya
yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya
karena saling melengkapi dan mendukung antara satu sama lainnya

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di
Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional
itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.

Keterkaitan antara nilai, moral, dan norma yang diterima warga negara
terhadap negara amat kuat, Negara tidak akan menjadi baik tanpa didukung oleh
warga Negara-warga Negara yang baik, yakni warga Negara yang tahu akan hak
kewajibannya sesuai dengan nilai, moral dan norma yang ada. Cerminan nilai, moral,
dan norma yang hidup dalam masyarakat sebagai warga Negara dalam budaya.

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma,


dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai,
moral,
norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan
lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan
dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem
kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai
makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan;
akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia
diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah
dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang
sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu,
teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan
potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan
keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke
arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.

Nilai, moral dan norma dalam hubungann antara warga Negara dan Negara
terlaksana melalui program pendidikan sebagai salah satu upaya mewariskan nilai,
moral, dan norma yang terdapat dalam Pancasila sebagai sumber nilai, moral, dan
norma, merupakan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan warga Negara.

Di atas telah dijelaskan bahwa pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh
dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya,
karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai
dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip-prinsip
itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini
terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia
menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang
lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.
2. Nilai, Moral dan Norma dalam Hubungan Sesama Warga Negara
Manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa pada hakekatnya memiliki
sifat kodrat sebagai makhluk individu dan mahluk sosial. Oleh karena itu bangsa pada
hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dan sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Manusia adalah makhluk yang
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari. Tdak mungkin manusia itu
hidup menyendiri di atas dunia ini. Arti kehidupan bagi manusia adalah adanya dia
berhubungan dengan manusia lai. Dalam hal ini manusia mempunyai naluri untuk
bermasyarakat; kodratnya adalah mahluk sosial, manusia itu adalah “homo socius”.
Inilah pangkal tolak untuk lebih memperhatikan nilai, moral serta norma yang hidup
dalam masyarakat yang tercermin dalam bentuk kebudayaan. Kebudayaan manuai
tidak lain dari pencerminan dan akibat dari manusia itu hidup bersama. Harkat
manusia tidak saja ditentukan oleh kemampuan fisik dan kejiwaan belaka, tetapi
seberapa jauh dia itu mempunyai kemampuan dalam hidup bermasyarakat

Pancasila sebagai sumber nilai, moral dan norma, serta kaidah-kaidah


masyarakat lainnya menyadari bahwa manusia sebagai bagian masyarakat, perlu
memiliki pedoman untuk mencapai keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam
kehidupan masyarakat tersebut. Perlunya nilai, moral, dan norma agar kehidupan
bersama berlangsung secara serasi dan baik penuh rasa kekeluargaan dan tanggung
jawab. Peranan Pancasila sebagai sumber nilai, moral, dan norma bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara memberi arah sehingga hubungan masyarakat dijiwai oleh
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Maka disusunlah berbagai aturan nilai,
moral dan norma bagi kehidupan masyarakat sebagai warga Negara, misalnya
disusunnya norma hukum seperti KUHP, Undang-Undang yang mengatur tentang
pertanahan, perdagangan, perkawinan, dan lainnya.

Bagi manusia nilai di jadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam
bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak. Beberapa beberapa fungsi
nilai berkaitan dengan kehidupan manusia seperti dikemukakan oleh Zuhroh Nilakandi
(2019), kemudian dikembangkan intisarikan berfungsi :

a. Sebagai faktor pendorong: nilai berhubungan dengan cita-cita dan


harapan.
b. Sebagai petunjuk arah: nilai berkaitan dengan cara berfikir,
berperasaan, bertindak serta menjadi panduan dalam menentukan
pilihan.
c. Nilai sebagai pengawas: nilai mendorong, menuntun, bahkan menekan
atau memaksa individu berbuat dan bertindak sesuai dengan nilai yang
bersangkutan.
d. Nilai sebagai alat solidaritas: nilai dapat menjaga solidaritas
dikalangan kelompok atau masyarakat.
e. Dapat mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.
f. Nilai sebagai benteng perlindungan: nilai berfungsi menjaga stabilitas
budaya dalam suatu kelompok atau masyarakat.
Proses terbentuknya nilai, etika, moral, norma, dan hukum dalam masyarakat
dan negara merupakan proses yang berjalan melalui suatu kebiasaan untuk berbuat
baik, suatu disposisi batin yang tertanam karena dilatihkan, suatu kesiapsediaan untuk
bertindak secara baik, dan kualitas jiwa yang baik dalam membantu kita untuk hidup
secara benar. Salah satu cara mekanisme yang dapat membentuk jati diri yang
berkualitas adalah keutamaan moral yang mencakup nilai, moral, dan etika.

Dalam hubungannya antara nilai dan moral merupakan dua hal yang sangat
erat. Nilai moral berkaitan dengan perilaku manusia tentang hal baik buruk. Moral
juga bisa dikatakan sebagai perbuatan, tingkah laku, ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu
juga sebaliknya. Jadi disimpulkan moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat
abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan
sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

Dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat moral berfungsi, yaitu:

a. Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan


sesama sebagai bagian masyarakat.
b. Menarik perhatian pada permasalahan moral yang kurang di tanggapi.
c. Dapat menjadi penarik perhatian manusia pada gejala pembiasaan emosional.
a. Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita
tidak mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa masyarakat.
Dalam kaitannya dengan masyarakat tujuan hukum yang utama adalah
untuk ketertiban. Hukum merupakan bagian dari norma, yaitu norma
hukum. Norma hukum adalah peraturan yang timbul dari hukum yang
berlaku. Norma hukum diatur untuk kepentingan manusia dalam
masyarat agar memperoleh kehidupan yang tertib. Norma hukum
dibutuhkan karena 2 hal, yaitu: (1) Karena bentuk sanksi dari norma
agama, kesusilaan dan kesopanan belum cukup memuaskan dan efektif
untuk melindungi ketertiban masyarakat; (2) Masih banyak perilaku
lain yang belum diatur dalam norma agama, kesusilaan dan kesopanan,
misalnya perilaku di jalan raya.

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan rangkaian kekuasaan


kelembagaan dari bentuk penyalah-gunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi
dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam
hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana,
perlindungan HAM dan memperluan kekuasaan politik serta cara perwakilan dimana
mereka yang akan dipilih.

Hadirnya hokum dalam masyarakat bukanlah tanpa fungsi. Adapun fungsi


hukum dalam kehidupan masyarakat yaitu :
a. Sebagai alat pengukur tertib hubungan masyarakat
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial
c. Sebagai penggerak pembangunan
Hubungan manusia dan hukum ada dalam setiap sikap dan perilaku termasuk
tutur kata senantiasa diawasi dan dikontrol oleh hukum yang berlaku. Kehidupan
manusia sehari-hari berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku. Manusia yang sadar
hukum akan selalu bersikap dan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Manusia tersebut tidak akan main hakim sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah.

Hubungan manusia sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat


tidak bisa terlepas dari nilai, moral, norma dan kaidah-kaidah masyarakat lainnya
adalah suatu hal yang saling berkaitan dan saling menunjang. Sebagai warga negara
kita perlu mempelajari, menghayati dan melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai,
moral, dan hukum agar terjadi keselarasan dan harmoni kehidupan.

3. Nilai, Moral dan Norma dalam Pengembangan Komitmen Bela Negara


Pasal 30 (1 dan 2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 (UUD-NRI 1945) menyatakan “Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara (1); Usaha pertahanan dan
keamanan Negara dilaksanakan melalui system pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan pendukung (2)”, pasal ini merupakan pasal yang berkaitan dengan
kewajiban setiap warga Negara dalam usaha bela Negara.

Bela negara adalah sikap dan perilaku seluruh warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam
menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Peran penting Bela Negara dapat disimak secara lebih jernih dan mendalam
melalui perspektif keamanan dan pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta
seluruh sumber daya, kedaulatan dan kemerdekaannya, selalu terancam oleh agresi
asing dari luar dan pergolakan bersenjata dari dalam. Coba kita perhatikan ancaman
yang akhir-akhir ini terjadi di Papua sebagai sebagian wilayah Negara kita dirongrong
oleh Negara-negara yang tidak senang terhadap kedaulatan Negara Republik
Indonesia, dengan menggunakan sesama warga Negara membuat kekacauan.
Ancaman terhadap Negara kita banyak macam ragamnya selain agresi militer, juga
ancaman ekonomi, ancaman ideology, ancaman budaya, dan lainnya.

Berbagai ancaman baik datang dari luar atau yang terjadi di dalam negeri,
seandainya menjadi nyata dan Indonesia tidak siap, semuanya bisa kembali ke titik
nol. Antisipasi para pendiri bangsa tercantum dalam salah satu poin tujuan nasional
yang tertera dalam alinea 4 UUD-NRI tahun 1945 yaitu “Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Pernyataan ini menjadi dasar dari
tujuan pertahanan. Ia tidak berdiri sendiri tetapi berbagi ruang dengan tujuan
keamanan atau ketertiban sipil dan berdampingan 3 (tiga) tujuan lainnya, yakni tujuan
kesejahteraan (memajukan kesejahteraan umum), tujuan keadaban (mencerdaskan
kehidupan bangsa) dan tujuan kedamaian (berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia
yang adil dan abadi). Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

Kesadaran yang lahir dari setiap warga Negara sesuai fungsi dan perannya
terhadap bela Negara hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Bela Negara memiliki arti yang sangat luas, dari yang
paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga
negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup
di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Beberapa unsur nilai moral yang dapat kita telaah terkandung dalam
pelaksanaan bela Negara antara lain sebagai berikut :

a. Cinta Tanah Air


Penjelasan nilai, moral dan norma terkait dengan cinta tanah air dalam
hubungannya dengan komitmen pengembangan bela negara, mengandung makna
bahwa setiap orang harus mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan
siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Indikator cinta tanah air meliputi:

1) menjaga tanah dan lingkungan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.


2) bangga sebagai bangsa Indonesia
3) menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia
4) memberikan kontribusi dan kemajuan pada bangsa dan negara Indonesia
5) mencintai produk dalam negeri, budaya, dan kesenian Indonesia.

b. Kesadaran Berbangsa & bernegara

Kesadaran berbangsa dan bernegara diartikan sebagai kesadaran sadar


sebagai warga bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap, dan
kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa.
Indikator nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi :
1) memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat.
2) melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
3) mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya.
4) berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
5) berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.

c. Yakin terhadap Pancasila sebagai Negara dan kesediaan mempertahankannya

Keyakinan terhadap Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa


Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna
mencapai tujuan nasional. Rasa yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
dicapai dengan menumbuhkan kesadaran:
1) yang didasari pada Pancasila,
2) pada kebenaran negara kesatuan republik Indonesia,
3) bahwa hanya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
negara bangsa Indonesia akan tetap jaya,
4) setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat,
5) Pancasila dapat membentengi mental dan karakter bangsa dalam menghadapi
ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Indikator nilai yakin pada Pancasila sebagai ideologi bangsa meliputi :
1) memahami nilai-nilai dalamPancasila.
2) mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3) menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia
4) senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila
5) setia pada Pancasila dan meyakini sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

d. Rela berkorban untuk bangsa & negara

Rela berkorban untuk bangsa dan Negara, yakni bersedia


mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum
sehingga pada saatnya nanti siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan
bangsa dan negara. Indikator rela berkorban bagi bangsa dan negara meliputi :
1) bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan
negara.
2) siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
3) memiliki kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara.
4) memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
5) mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan/atau golongan.
e. Memiliki kemampuan dan kemauan awal terhadap bela Negara
Kemampuan awal bela Negara baik sebagai warga dewasa, sedang sekolah,
atau lainnya meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) secara psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri,
tahan uji, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai
tujuan nasional;
2) secara fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani
yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.
Indikator nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:
1) memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan dalam
menghadapi tantangan dan hambatan yang berkaitan dengan negara.
2) senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya sebagai warga negara .
3) ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan dan hambatan yang
dihadapi negara .
4) terus membina kemampuan jasmani dan rohan untuk mampu memberikan
yang terbaik bagi Negara
5) memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.
Beberapa bentuk bela Negara yang dapat kita lakukan sebagai warga
masyarakat sebagai wujud cinta kita kita kepada negaranya, antara lain :

1. Melestarikan budaya yang ada di lingkungan masayarakat dimana kita


bertempat tinggal dan berkembang ke wilayah yang lebih luas.
2. Belajar dengan rajin bagi pelajar untuk meraih ilmu sebaik mungkin untuk
menyongsong masa depan yang lebih baik.
3. Taat akan hukum dan aturan-aturan masyarakat dan negara
4. Mencintai dan bangga menggunakan produk-produk dalam negeri

Forum Diskusi
Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 3 tentang konsep Nilai, Moral, dan
Norma , diskusikan bersama peserta PPG lainnya melalui fasilitas daring pada slot
forum diskusi terkait berikut :
1. Meningkatnya kekerasan pada akhir-akhir ini kita saksikan banyak
pelanggaran terhadap nilai-nilai, moral dan norma pada setiap lapisan
masyarakat di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk,
meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol,
seks bebas, rendahnya rasa tanggung jawab, adanya saling curiga, dan lain-
lain. Bagaimana pandangan Anda terhadap dampak penggunaan narkoba,
alkohol, seks bebas terhadap nilai, moral dan norma ?
2. Pancasila sebagai sumber nilai, moral, dan norma yang dianut oleh seluruh
warga negara, dan merupakan nilai, moral dan norma yang baik, saat ini
kelihatannya tengah mengalami degradasi atau penurunan, terutama pada
sebagian kaum milenial dalam penerapannya. Adakah Anda memiliki masukan
positif bagaimana sebaiknya nilai, moral, dan norma yang sudah baik mampu
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ?
3. Penanaman nilai, moral dan norma pada peserta didik dapat dilakukan
memalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan usia peserta
didik. Menurut anda upaya pembelajaran bagaimana yang tepat dan sesuai
menurut Anda di daerah masing-masing (hasl diskusi dapat tidak sama sesuai
dengan situasi kondisi serta kemampuan yang berbeda).
4. Diskusikan contoh yang linier dan berkaitan antara nilai, norma, moral,
hukum, dan aturan. Misalnya nilai vital, diterjemahkan menjadi norma dan
moral yang bagaimana, dibahas oleh hukum apa, dan dikonkritkan dalam
aturan sehari hari apa?
E. Rangkuman Kegiatan Belajar 3
1. Nilai adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan
lainnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan
salah satu wujud kebudayaan di samping system sosial dan karya.
2. Nilai bukanlah benda atau materi. Nilai adalah standar atau kriteria
bertindak, kriteria keindahan, kriteria kebermanfaatan, ketidakbermanfaatan, atau
disebut pula harga yang diakui oleh seseorang dan oleh karena itu orang
berupaya berjunjung tinggi untuk memeliharanya. Nilai tidak dapat dilihat
secara konkrit melainkan tercermin dalam pertimbangan harga yang khusus
yang diakui oleh individu. Oleh karena itu, ketika seseorang menyatakan
bahwa sesuatu itu bernilai maka seyogyanya ada argumen-argumen baik dan
tidak baiknya.
3. Moral merupakan ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku/ucapan dan perbuatan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia,
apabila yang dilakukan seseorang tersebut sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, demikian pula
sebaliknya.
4. Masyarakat memiliki peranan penting bagi pembangunan moral anak. Pembinaan
tidak akan bias berpengaruh bila tidak didukung dengan lingkungan yang baik.
Kita bias saksikan, banyak anak-anak bermoral baik pasti mereka berada pada
lingkungan yang baik, demikian sebaliknya. Karena itulah orang tua, lembaga
pendidikan, dan lingkungan harus mengenalkan lingkungan yang baik kepada anak
sebagai pendidikan anak secara langsung maupun tidak langsung. Banyak macam
ragam moral yang hidup dan berlaku pada sustu masyarakat, dan berbeda antara
moral yang hidup pada masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
5. Norma berasal dari bahasa Belanda, yaitu “Norm” yang artinya patokan, pokok
kaidah, atau pedoman, baik tertulis maupun tidak tertulis. Namun ada yang
menyatakan bahwa istilah norma berasal dari bahasa latin “Mos” yang merupakan
bentuk jamak dari kata mores, yang memiliki arti kebiasaan, tata kelakuan, atau
adat istiadat. Biasanya norma berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu,
misalnya etnis atau Negara tertentu. Namun, ada juga norma yang sifatnya
universal dan berlaku bagi semua manusia. Oleh karenanya bagi individu atau
kelompok masyarakat yang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat
tersebut, maka akan dikenakan sanksi yang berlaku. Dengan kata lain, norma
memiliki kekuatan dan sifatnya memaksa.
6. Beberapa ciri yang melekat pada norma yang ada dalam masyarakat setelah
menyimak karekteristik yang dikemukakan di atas, antara lain :
 Pada umumnya norma tidak tertulis, kecuali Norma Hukum.
 Norma bersifat mengikatdan terdapat sanksi di dalamnya.
 Norma merupakan kesepakatan bersama anggota masyarakat.
 Anggota masyarakat wajib menaati norma yang berlaku.
 Anggota masayarakat yang melanggar norma dikenakan sanksi.
 Norma dapat mengalami perubahan sesuai perkembangan masyarakat.
7. Dalam kaitannya dengan pembinaan warga Negara yang baik yang tahu akan hak
dan kewajibannya, maka pada dasarnya nilai, moral dan norma saling
berhubungan. Dimana seseorag dalam bersosialisasi di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berperilaku sesuai dengan nilai, moral,
dan norma yang ada dan berlaku di masyarakat.
8. Pancasila sebagai sumber nilai, moral, norma, dan kaidah-kaidah lainnya, memiliki
peranan yang strategis dalam membina warga Negara yang baik, mau
melaksanakan hak dan kewajiban dalam berbagai bidang kehidupan
kemasyarakatan lainnya. Melalui pendidikan yang diselenggarakan baik dalam
keluarga, sekolah, maupun masyarakat merupakan salah satu bentuk pewarisan
nilai, moral, dan norma yang sangat efektif.
F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 3
Pilih alternatif jawaban yang dianggap paling benar.
1. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, betapa banyak nilai
dalam masyarakat. Nilai-nilai ini merupakan sesuatu yang berharga dalam
kehidupan. Oleh karenanya setiap orang menjaga secara baik setiap nilai yang
mereka harapkan. Misalnya sesorang berharap terjaminnya nilai sosial, nilai
kebenaran,nilai keindahan, nilai moral, maupun nilai agama yang mereka anut
masing-masing. Nilai moral sebenarnya ….
A. Nilai yang bersumber dari unsur rasa yang terdapat pada setiap diri manusia,
dan biasa disebut dengan nilai estetika.
B. Nilai yang bersumber dari nilai-nilai ketuhanan yang tersimpan dalam ajaran
agama dan dianggap nilai yang paling tinggi disbanding yang lainnya.
C. Nilai yang besumber dari kehendak atau kemauan, dengan nilai ini manusia
dapat bergaul dengan baik diantara sesama manusia lainnya.
D. Nilai yang melakat pada masyarakat berkaitan dengan sikap dan tindakan
manusia nilai ini menjadi ciri bahwa manusia tidak dapat hidup mandiri.
E. Nilai yang bersumber dari akal manusia. Nilai ini mutlak dibawa sejak lahir.
Oleh karenanya ada yang menyatakan nilai ini merupakan kodrat dari Tuhan.

2. Kita mengenal nilai vital, dan setiap orang pasti membutuhkan dan
mempertahankannya. Tanpa nilai vital, seseorang tidak mampu mempertahankan
hidupnya dalam masyarakat. Yang kita fahami bahwa nilai vital ini merupakan
…..
A. Nilai sosial yang berguna bagi memenuhi kebutuhan rohani atau spiritual
manusia yang sifatnya lebih universal atau umum.
B. Nilai sosial yang berguna bagi aktivitas atau kegiatan manusia dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari.
C. Nilai sosial yang berguna bagi jasmani manusia, termasuk benda-benda nyata
yang dapat dimanfaatka bagi pemenuhan kebutuhan fisik.
D. Merupakan nilai ketuhanan yang mengandung satu keyakinan atau
kepercayaan oleh manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
E. Nilai yang berkaitan dengan perasaan dan jiwa keindahan manusia, atau sering
juga disebut sebagai nilai estetika.

3. Moral memiliki arti sangat luas, ada yang menyatakan sebagai aturan kesusilaan
berkaitan dengan benar, salah, baik, maupun buruk, dan ada lagi pernyataan yang
pada dasarnya menuju pada ati yang sama. Oleh karenanya moral hendaknya…..
A. Menjadi alat untuk mengukur kadar berguna atau tidak berguna bagi
kehidupan masyarakat
B. Menjadi alat perilaku yang mengacu pada kehendak pribadi atau kehendak
sekelompok orang yang berkepentingan.
C. Sebagai akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum
atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
D. Berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku individu,
dianggap benar dan baik oleh individu sendiri.
E. Ajaran tentang sesuatu yang berguna bagi seseorang tidak untuk yang lainnya
dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Perkembangan moral seorang anak manusia berkaitan erat dengan perkembangan


kognitifnya. Oleh karenanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara tuntutan untuk mampu menampilkan moral terbaik sebagai warga
Negara merupakan tututan yang tidak terhindarkan. Hal ini sangat berkaitan erat
dengan hal di bawah ini, kecuali ….
A. Pembinaan warga negara yang baik yang tahu akan hak dan kewajibannya
dalam berbagai aspek kehidupan.
B. Pencitraan dalam aspek kehidupan untuk dapat dihargai oleh anggota
masyarakat lainnya.
C. Menciptakan masyarakat yang seimbang dalam memenuhi kebutuhan
kehidupannya sebagai warga Negara maupun warga masyarakat.
D. Membentuk masyarakat yang memiliki nilai moral tanggung jawab terhadap
diri maupun lingkungannya.
E. Mampu menjunjung norma-norma yang ada dalam kehidupan bermasyarakat
dan beregara.

5. Dalam berinteraksi dan bersosialisasi menusia membutuhkan kontak atau


hubungan dengan manusia lainnya. Harmonisasi hubungan antara manusia denga
lainnya membutuhkan aturan atau ketentuan yang disebut dengan norma. Soerjono
Soekanto mengartikan sebagai ketentuan atau ….
A. Sebuah harapan atau aturan masyarakat yang akan memandu perilaku dari
anggota didalamnya.
B. Merupakan gambaran dari apa yang diinginkan itu merupakan suatu yang
pantas atau baik sehingga atau baik.
C. Merupakan sebuah perintah yang anonym dan tidak personal.
D. Sebagai perangkat dalam masyarakat agar hubungan terjalin baik.
E. Sebagai sebuah petunjuk atau aturan dalam hidup yang mampu memberikan
acuan perbuatan yang harus dilakukan atau dihindari.

6. Norma yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dilihat dari daya pengikatnya
terhadap kehidupan sosial di masyarakat dapat berupa : cara (usage), Tata
kelakuan (mores), adat istiadat (custom), Hukum (law), dan norma mode atau
norma fashion. Yang dimaksud dengan norma mode atau norma fashion adalah
A. Norma yang lahir dari adanya kehadiran gaya dan cara anggota masyarakat
yang cenderung berubah, bersifat baru dan diikuti masyarakat.
B. Tata kelakuan yang terintegrasi kemudian menjadi kuat keberadaannya dengan
pola perilaku masyarakat dan terus meningkat sehingga menjadi kebiasaan.
C. Kebiasaan yang tidak semata-mata dianggap sebagai suatu cara dalam suatu
cara berperilaku, namun dapat diterima sebagai norma pengatur.
D.Mengacu pada bentuk perbuatan-perbuatan yang lebih menonjolkan pada
hubungan yang terjadi antar individu.
E. Merupakan sebuah ketentuan hukum dalam mengatur individu di lingkungan
masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis dilengkapi denga sanksi.

7. Tiap hubungan mengandung nilai, moral, dan norma, yakni tidak ada hubungan
sosial yang terlepas tanpa hubungan susila. Hubungan sosial ini ada yang bersifat
sosial horizontal, dan sosial vertical. Keua hubungan ini bila dilakukansecara
benar akan menghasilkan keharmonisan kehidupan. Hubungan sosial vertikal
merupakan bentuk hubungan .….
A. yang bersifat pribadi antara individu dengan tuhannya, bersifat transendental
atau hubungan rohaniah.
B. yang terjadi antara sesama antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
C. yang dilakukan antar sesama manusia dalam memenuhi kebutuhan hajat
hidupnya.
D. pribadi sesama manusia dengan tuhannya yang bersifat alamiah sebagai
mahluk tuhan.
E. antara Negara dan warga Negara dalam hubungannya dengan hak
kewajibannya.

8. Penerapan secara nyata tentang nilai, moral, dan norma serta kaidah-kaidah
masyarakat lainnya dalam kehidupan setidaknya memiliki dua alasan pokok, bagi
….
A. Kepentingan Negara dan kepentingan kemanan Negara
B. Kepentingan Negara dan kepentingan pemerintahan Negara
C. Kepentingan dirinya sendiri sebagai individu dan kepentingan stabilitas
kehidupan masyarakat.
D. Kepentingan tiap-tiap individu berdasarkan kepentingannya dan kepentingan
Negara sebagai individu.
E. Kepentingan stabilitas masyarakat sebagai warga Negara terhadap negaranya
dalam menjalankan hak dan kewajibannya.

9. Pendidikan merupakan salah satu upaya pewarisan nilai, moral, norma, dan
kaidah-kaidah masyarakat lainnya. Pancasila sebagai sumber nilai, moral dan
norma bagi warga masyarakat Indonesia yang harus diwariskan kepada setiap
warga Negara merupakan kewajiban Negara. Ini meruapakan amanah dari
pembukaan UUD NRI tahun 1945 ….
A. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 alinea 3
B. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 alinea 1
C. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 alinea 4
D. Beberapa pasal UUD NRI tahun 1945 terutama pasal 29

10. Hubungan antara nilai, moral, dan norma, serta kaidah-kaidah kemasyarakatan
lainnya baik berkaitan dengan hak atau kewajiban, diantaranya kewajiban setiap
warga Negara terhadap negaranya melalui kewajiban Bela Negara. Hak dan
kewajiban ini dimaksudkan …...
A. untuk menangkal setiap rongrongan dari Negara asing yang akan merugikan
Negara Indonesia.
B. untuk menangkal gangguan yang hanya ada dan mengganggu keamanan
Negara dan masyarakat.
C. untuk menangkal setiap gangguan dan ancaman baik dari negar asing maupun
yang ada dalam wilayah Negara sendiri.
D. untuk mewajibkan seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan pertahanan
diseluruh lapisan masyarakat
E. untuk menjadikan. seluruh kekuatan baik militer, kepolisian, maupun
masyarakat menjadi kekuatan militer
G. Daftar Pustaka

Bertens, K. (2004). Etika. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Darmadi, Hamid. (2007). Dasar Konsep Pendidikan Moral, Landasan Konsep Dasar
dan Implementasinya. Bandung. Penerbit Alfabeta.

Haricahyono, Cheppy. (1995). Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral.: IKIP Semarang


Press.
Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung. Penerbit
Alfabeta.

Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara

Soerjono Soekanto, 1982: Pengantar Sosiologi, Jakarta, Rajawali Press

UUD-NRI tahun 1945.


Ya’Qub, Hamzah. (1993). Etika Islam, Pembinaan Akhlaqulkarimah
(Suatu Pengantar). Bandung. Penerbit CV Diponegoro.

H. Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3


1. C 6. A
2. B 7. A
3. C 8. C
4. B 9. C.
5. D 10. E
No Kode : DAR2/Profesional/027/5/2019

MODUL 5
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KEGIATAN BELAJAR 4
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN GLOBAL

Penulis:

Dr. MUHAMMAD HALIMI, M.Pd

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


2019
DAFTAR ISI

Daftar isi...........................................................................................................ii

A. Pendahuluan.................................................................................................1

B. Capaian Pembelajaran..................................................................................1

C. Sub-Capaian Pembelajaran...........................................................................2

D. Uraian Materi................................................................................................2

E. Rangkuman Kegiatan Belajar 4..................................................................44

F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 4.................................................................45

G. Daftar Pustaka..............................................................................................51

H. Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 4…....................................52

ii
A. Pendahuluan
Dalam kegiatan belajar ke-4 ini Anda akan diajak untuk mempelajari materi
tentang Pancasila dan Kewarganegaraan Global. Materi ini sangat penting untuk Anda
kuasai dalam kedudukan Anda sebagai guru. Dengan memahami materi pada kegiatan
belajar ini, tentu saja akan menambah wawasan anda sebagai bekal untuk
menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada setiap peserta didik di sekolah Anda.

Materi Pancasila dan Kewarganegaraan Global merupakan materi yang bersifat


mendasar dalam pembelajaran PPKN di SD. Oleh karena itu, penguasaan guru akan
substansi pada materi ini sangat penting sebagai bekal dalam mengelola kelas PPKN,
sehingga tujuan utama PPKN sebagai mata pelajaran yang mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang cerdas dan baik dapat tercapai.

B. Capaian Pembelajaran
Menguasai teori dan aplikasi mencakup muatan materi lima mata pelajaran
pokok di SD 1) Bahasa Indonesia terdiri atas Ragam Teks; Satuan Bahasa Pembentuk
Teks, Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi; Struktur, Fungsi, dan
Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi, serta Apresiasi dan Kreasi Sastra Anak; 2)
Matematika terdiri atas Bilangan, Geometri dan Pengukuran, Statistik, dan Kapita
Selekta; 3) Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas Metode Ilmiah, Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan, Benda dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam
Semesta; 4) Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas Manusia, Tempat dan Lingkungan;
Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; Sistem Sosial dan Budaya; Perilaku Ekonomi
dan Kesejahteraan; Fenomena Interaksi Dalam Perkembangan IPTEK dan Masyarakat
Global; dan 5) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang terdiri atas Hak Asasi
Manusia; Persatuan dan Kesatuan Dalam Keberagaman Masyarakat Multikultur;
Konsep Nilai, Moral, dan Norma; Pancasila; serta Kewarganegaraan Global; termasuk
advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari”
C. Sub Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada kegiatan belajar ini, diharapkan Anda mampu
menguasai materi tentang:

1. Sejarah perumusan Pancasila dan, nilai-nilai yang terkandung dalam sila


Pancasila, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD.
2. Hakikat kewarganegaraan global, tantangan di era globalisasi, dampak positif dan
negatif globalisasi, dan aplikasinya dalam pembelajaran di SD.
Agar Anda memperoleh hasil atau memiliki kompetensi yang diharapkan
dalam mempelajari materi pembelajaran pada kegiatan belajar ini, ikutilah petunjuk
belajar berikut ini.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai Anda faham betul tentang
apa, untuk apa dan bagaimana mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.
2. Bacalah sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata
yang Anda anggap asing. Pelajarilah kata-kata tersebut dengan mencari makna
atau pengertiannya pada kamus yang Anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi kegiatan belajar ini melalui
pemahaman sendiri, dan lakukan sharing pendapat dengan kolega yang juga
memperdalam materi atau dengan instruktur yang ditunjuk oleh lembaga.
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi, dan menganalisis berbagai kasus
yang relevan dengan materi pada kegiatan belajar ini.

D. Uraian Materi
1. Pancasila dalam Kehidupan Bernegara
a. Sejarah Perumusan Pancasila
1) Asal Mula Pancasila
Tahukah Anda sejak kapan Pancasila itu mulai ada? Dalam berbagai
pengajaran telah disebutkan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang nilai-nilai

2
digali dari adat istiadat, agama dan pandangan hidup yang telah melakat pada diri
bangsa Indonesia sejak lahirya bangsa Indonesia. Dengan kata lain nilai-nilai
Pancasila sudah ada sebelum negara Republik Indonesia merdeka. Nilai-nilai tersebut
kemudian secara formal diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara untuk
dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pertama, sidang panitia
sembilan, sidang BPUPKI kedua serta akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar
filsafat negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, pengkajian atau pembahasan
mengenai Pancasila tidak bisa terlepaskan dari periodesasi sejarah yang menyertai
kehidupan bangsa Indonesia sejak dahulu.

Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses sejarah
yang panjang. Proses tersebut diawali ketika munculnya kehidupan di wilayah
Indonesia dan dipertegas ketika tumbuhnya kerajaan-kerajaan di nusantara, seperti
Kutai, Tarumanagara, Sriwjaya, Majapahit, kerajaan-kerajaan Islam dan sebagainya.
Kerajaan-kerajaan tersebut menggambarkan sebuah bentuk kehidupan yang
diorganisir oleh sebuah lembaga yang sifatnya sama dengan negara. Kerajaan-
kerajaan di Nusantara ternyata mewariskan nilai-nilai yang kemudian diangkat
menjadi nilai-nilai Pancasila secara formal, seperti nilai Ketuhanan, kemanusian,
persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial. Dengan kata lain, nilai-nilai tersebut secara
objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dulu (Kaelan, 2012:46).

Kemudian, dasar-dasar nasionalisme bangsa Indonesia mulai tumbuh ketika


datangnya bangsa asing yang ingin menjajah bangsa Indonesia. Pada waktu itu hampir
semua kerajaan di nusantara mengadakan perlawanan untuk mengusir bangsa penjajah
tersebut meskipun perjuangannya masih bersifat kedaerahan. Arah perjuangan bangsa
Indonesia berubah total ketika dasar-dasar nasionalisme moderen ditanamkan mulai
tahun 1908. Sifat perjuangan tidak lagi bersifat kedaerahan, tetapi sudah mengarah
pada terciptanya persatuan dan kesatuan. Hal ini dipertegas dengan Sumpah Pemuda
tahun 1928. Akhirnya perjuangan untuk menciptakan sebuah negara yang merdeka
mencapai puncaknya ketika diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945. Mulai dari saat itulah secara formal nilai-nilai Pancasila berlaku
dan dijadikan falsafah serta pandangan hidup bangsa Indonesia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika ditinjau dari asal mulanya
atau sebab terjadinya, maka Pancasila telah memenuhi empat syarat sebab (kausalitas)
sebagaimana dikemukakan oleh Notonagoro (Kaelan, 2012:47-48), yaitu:

a) Causa Materialis (asal mula bahan)


Pada hakikatnya, nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali dari
bangsa Indonesia itu sendiri berupa nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan
dan nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut terdapat dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia. Dengan demikian, asal nahan Pancasila itu terdapat kehidupan
bangsa Indonesia sendiri.

b) Causa Formalis (asal mula bentuk)


Dalam hal ini, bagaimana bentuk Pancasila itu dirumuskan sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Asal mula bentuk Pancasila ialah ketika Soekarno bersama Mohammad
Hatta serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasila,
terutama dalam hal bentuk, rumusan, serta nama Pancasia.

c) Causa Efisien (asal mula karya)


Asal mula karya, yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar
negara menjadi dasar negara yang sah. Asal mula karya Pancasila ialah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai pembentuk negara dan atas
kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang
sah, setelah melalui pembahasan baik dalam sidang-sidang BPUPKI maupun
Panitia Sembilan.

d) Causa Finalis (asal mula tujuan)


Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam sidang-sidang BPUPKI dengan tujuan
menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu, asal mula tujuan
tersebut ialah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan menentukan tujuan
dirumuskannya Pancasila sebelum fitetapkan oleh PPKI sebagai dasar negara yang
sah. Demikian pula para pendiri negara yang berfungsi sebagai kausa sambangan,
karena yang merumuskan dasar filsafat negara.

2) Proses Perumusan Pancasila


Proses perumusan Pancasila sangat berkaitan erat dengan kekalahan penjajah
Jepang dalam Perang Pasifik. Hal tersebut membuat Jepang berada dalam posisi
terjepit. Nah, dalam keadaan terjepit inilah, Jepang berusaha memikat hati bangsa
Indonesia dengan memberikan janji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia di kemudian hari. Untuk melaksanakan janjinya tersebut, Jepang
membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Badan ini
beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat.

Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Keesokan harinya,


tanggal 29 Mei 1945 seluruh anggota BPUPKI mulai bersidang. Acara sidang
tersebut membahas rumusan dasar negara Indonesia Merdeka dan rancangan Undang-
Undang Dasar. Sesuai dengan acaranya sidang berlangsung dalam dua gelombang.
Berikut ini uraian singkat siding BPUPKI sebagaimana dikutip oleh Pranarka
(1985:25-50)

a) Sidang Gelombang Pertama


Sidang ini berlangsung dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945, untuk
membahas rumusan dasar negara Indonesia merdeka. Pada kesempatan ini tampil
beberapa tokoh yang menyampaikan gagasannya mengenai dasar negara Indonesia
merdeka, diantaranya adalah Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Muhammad Yamin mendapat kesempatan yang
pertama untuk mengemukakan pikirannya tentang dasar negara. Pidato Mr.
Muhammad Yamin berisikan lima asas dasar negara Indonesia Merdeka yang
diidam-idamkan. Kelima asas tersebut adalah.

(1) Peri Kebangsaan.


(2) Peri Kemanusiaan.
(3) Peri Ketuhanan.
(4) Peri Kerakyatan.
(5) Kesejahteraan Rakyat.
Setelah berpidato, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan usulan secara
tertulis mengenai rancangan Undang-Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia.
Dalam rancangan UUD itu tercantum pula rumusan lima asas dasar negara sebagai
berikut:

(1) Ketuhanan Yang Maha Esa


(2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
(3) Rasa Kemanusian yang Adil dan Beradab
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada keesokan harinya tepatnya tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr.
Soepomo tampil berpidato di hadapan sidang BPUPKI. Dalam pidatonya itu beliau
menyampaikan gagasannya mengenai lima dasar negara Indonesia merdeka yang
terdiri dari:

(1) Persatuan
(2) Kekeluargaan
(3) Keseimbangan lahir batin
(4) Musyawarah
(5) Keadilan rakyat
Kemudian, pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya
di hadapan sidang BPUPKI. Dalam pidato tersebut diajukan oleh Ir. Soekarno secara
lisan usulan lima asas sebagai dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Rumusan
dasar negara yang diusulkan Ir. Soekarno tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia


(2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan
(3) Mufakat atau Demokrasi
(4) Kesejahteraan sosial
(5) Ketuhanan yang berkebudayaan
Lima asas di atas oleh Ir. Soekarno diusulkan agar diberi nama “Pancasila”.
Dikatakan oleh beliau istilah itu atas saran dari salah seorang ahli bahasa. Usul
mengenai nama “Pancasila” bagai dasar negara tersebut secara bulat diterima oleh
sidang. Selanjutnya beliau mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat dipers
menjadi “Trisila” yaitu Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi, dan Ketuhanan.
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi “Ekasila” yaitu Gotong
Royong.

Pada tanggal 22 Juni 1945 para anggota BPUPKI yang tergabung dalam
Panitia Sembilan mengadakan sidang khusus. Panitia Sembilan terdiri dari Ir.
Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wahid Hasjim, Abdoel
Kahar Meozakir, H. Agoes Salim, Abikeosno Tjokrosoejoso, Mr. Achmad Soebardjo
dan Mr. Muhammad Yamin. Sidang khusus ini berhasil menyusun suatu dokumen
yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Nama tersebut
merupakan usulan dari Mr. Muhammad Yamin yang disetujui oleh semua anggota
Panitia Sembilan.
Naskah Piagam Jakarta ditandatangani oleh seluruh anggota Panitia Sembilan.
Di dalam Piagam Jakarta terdapat rumusan dasar negara Indonesia Merdeka, yaitu
sebagai berikut:

(1) Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya menurut dasar
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
(3) Persatuan Indonesia
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Isi Piagam Jakarta tersebut sekarang kita kenal dengan istilah Pancasila. Sila-
sila yang terdapat dalam Pancasila merupakan hasil musyawarah para tokoh pendiri
bangsa (founding fathers).

b) Sidang Gelombang Kedua


Persidangan BPUPKI yang kedua ini berlangsung antara 10 sampai 17 Juli
1945 untuk membahas penyusunan rancangan Undang-Undang Dasar. Pada tanggal
10 Juli 1945 dilakukan perumusan akhir isi dasar negara. Pada persidangan tersebut
juga dibahas Rancangan Undang-Undang Dasar, termasuk soal
pembukaannya/mukaddimah. Pembahasan tersebut dilakukan oleh Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Kemudian, keesokan
harinya, tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dengan suara
bulat menyetujui isi Pembukaan Undang-Undang Dasar diambil dari Piagam Jakarta.

Pada tanggal 14 Juli 1945 Panitia Perancang Undang-Undang Dasar


melaporkan hasil kerjanya kepada seluruh anggota BPUPKI. Dalam kesempatan
tersebut, Ir. Soekarno selaku Ketua Panitia melaporkan tiga hal yang dihasilkan oleh
panitia, yaitu:
(1) Pernyataan Indonesia Merdeka yang rumusannya diambil dari tiga alinea pertama
Piagam Jakarta dengan sisipan yang panjang.
(2) Pembukaan Undang-Undang Dasar yang rumusannya diambil dari seluruh isi
Piagam Jakarta.
(3) Undang-Undang Dasar beserta batang tubuhnya.
Seluruh anggota BPUPKI menerima dengan bulat hasil kerja dari Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno.

Setelah berhasil menyusun rancangan Undang-Undang Dasar, maka selesailah


tugas dari BPUPKI. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Agustus 1945 badan tersebut
dibubarkan. Kemudian, Pemerintah Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Zyunby Inkai. Untuk keperluan
pembentukan panitia tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1945, Ir Soekarno, Drs.
Mohammad Hata dan dr. Radjiman Wedyodiningrat berangkat ke Saigon untuk
memenuhi panggilan Jenderal Besar Terauchi. Dalam pertemuan tersebut Ir.
Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI, Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil ketua
dan dr. Radjiman Wedyodiningrat sebagai anggota. PPKI mulai bekerja pada tanggal
9 Agustus 1945. Anggota PPKI sendiri terdiri dari 21 Orang.

Setelah pertemuan di Saigon terjadi dua peristiwa yang sangat bersejarah


dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Pertama, tanggal 14 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat. Kedua, pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia
memproklamirkan kemerdekaanya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
bersidang dengan agenda utama mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan
pembukaannya serta memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam proses pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang.


Sebelum mengesahkan Preambul, Mohammad Hatta terlebih dahulu mengemukakan
bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi
Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya,
rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di
belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian
Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan.
Usul ini oleh Mohammad Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo,
KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Mohammad Hatta berusaha
meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan


kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu
merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan “Yang Maha Esa”.
Pada akhirnya semua anggota PPKI menyepakati rancangan Hukum Dasar beserta
pembukaannya disahkan menjadi hukum dasar tertulis yang kemudian disebut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang didalam
pembukaannya terdapat sila-sila Pancasila.

Sejak saat itulah Pancasila telah resmi menjadi dasar negara Indonesia
merdeka. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara Republik Indonesia adalah
Pancasila.

b. Nilai-Nilai Pancasila
1) Klasifikasi nilai-nilai Pancasila
Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa, sehingga
memenuhi prasyarat menjadi ideologi yang terbuka. Sekalipun Pancasila bersifat
terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu rupa sehingga dapat
memusnahkan atau meniadakan jati diri Pancasila sendiri. Keterbukaan Pancasila
mengandung pengertian bahwa Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara
dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun pelaksanaannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, ideologi Pancasila menurut Komalasari (2007:90)


mengandung nilai-nilai sebagai berikut:

a) Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal,
sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan
benar. Nilai dasar ini bersifat tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Nilai dasar tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b) Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi
Pancasila. Misalnya program-program pembangunan yang dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat, undang-undang, dan
departemen-departemen sebagai lembaga pelaksana juga dapat berkembang. Pada
aspek ini senantiasa dapat dilakukan perubahan.
c) Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman dan aspirasi
masyarakat. Inilah sebabnya bahwa ideologi Pancasila merupakan ideologi yang
terbuka.
Suatu ideologi selain memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa
cita-cita, pemikiran-pemikiran serta nilai-nilai yang dianggap baik, juga harus
memiliki norma yang jelas. Hal ini dikarenakan suatu ideologi harus mampu
direalisasikan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi
terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:

a) Dimensi Idealisme
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber
pada filsafat Pancasila. Karena setiap ideologi bersumber pada suatu nilai-nilai
filosofis atau sistem filsafat. Dimensi idealisme yang terkandung dalam Pancasila
mampu memberikan harapan, optimisme serta mampu mendorong motivasi
pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya.

b) Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma
keagamaan. Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan tertib hukum
tertinggi dalam negara Republik Indonesia serta merupakan staatsfundamentalnorm
(pokok kaidah negara yang fundamental). Dengan kata lain, Pancasila agar mampu
dijabarkan ke dalam langkah-langkah yang bersifat operasional, perlu memiliki norma
atau aturan hukum yang jelas.
c) Dimensi Realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan
realitas kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, Pancasila
memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau
mengingkari hakikat yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Oleh karena itu,
Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakatnya secara nyata baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara (Alfian dalam
Komalasari, 2007:92).
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila, maka ideologi Pancasila:
a) Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata
b) Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup, melainkan suatu norma
yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang mamapu melakukan perubahan.
c) Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan pada segi
praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme.

2) Makna Nilai-nilai Pancasila


Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila
yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar
dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan kata lain,
nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

a) Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Nilai ini
menyatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang
atheis. Nilai Ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan
untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan
serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama. Nilai Ketuhanan dijabarkan
dalam Pasal 29 UUD NRI 1945 dan peraturan perundang-undangan yang
menjamin kelangsungan hidup beragama seperti Undang-Undang RI Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
b) Nilai Kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Nilai
kemanusian dijabarkan dalam Pasal 26,27,28, 28A-J, 30, 31 dan 34 UUD NRI
1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

c) Nilai Persatuan
Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai
sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Nilai
persatuan dijabarkan dalam Pasal 1, 32, 35, 36 dan 36 A-C UUD NRI 1945 dan
peraturan perundang-undangan lainnya.

d) Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat,
olehrakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan. Nilai kerakyatan dijabarkan dalam Pasal 1 (ayat 2),
2,3,4,5,6,7,11,16,18,19,20,21,22,22 A-B dan 37 UUD NRI 1945 dan peraturan
perundang-undangan lainnya.

e) Nilai Keadilan
Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur secara lahiriah ataupun batiniah. Nilai persatuan dijabarkan dalam Pasal
27, 33 dan 34 UUD NRI 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan
normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional
dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai
instrumental tersebut adalah UUD NRI 1945 dan peraturan perundang-undangan
lainnya. Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan
bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai
instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.
Kemudian, Pancasila mengandung nilai subjektif maupun objektif. Nilai-nilai
Pancasila itu bersifat subjektif, artinya nilai-nilai tersebut merupakan hasil pemikiran
bangsa Indonesia sendiri sepanjang sejarahnya. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat
subjektif tersebut adalah sebagai berikut.
a) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sebagai hasil penilaian dan
hasil pemikiran bangsa Indonesia.
b) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman
hidup, petunjuk hidup bangsa Indonesia.
c) Nilai-nilai Pancasila mengandung tujuh nilai kerohanian, yaitu nilai kebenaran,
keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan religius yang perwujudannya
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Di samping itu, Pancasila juga mengandung nilai objektif, yakni nilai yang
diakui kebenaran dan keadilannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai
objektif yang terkandung dalam Pancasila adalah sebagai berikut.

a) Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat universal.


b) Nilai-nilai Pancasila terkait dengan hidup kemanusiaan yang mutlak (manusia
dengan Tuhan, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan
lingkungannya.
c) Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara
yang fundamental, tidak dapat diabaikan oleh setiap orang atau badan. Dengan
demikian nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa.
d) Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(yang memuat jiwa Pancasila) secara hukum tidak dapat diubah oleh siapapun
termasuk MPR hasil pemilihan Umum. Mengubah Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berarti membubarkan negara
Indonesia. Dengan demikian Pancasila akan tetap ada.
e) Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang
mengandung makna tidak dapat diubah (tetap) karena kemerdekaan (yang di
dalamnya mengandung Pancasila) merupakan karunia Tuhan.

c. Kedudukan Pancasila
1) Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pembukaan UUD NRI 1945 memuat dasar negara Pancasila yang berbunyi “Maka
Disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia Itu Dalam Suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia,Yang Terbentuk Dalam Suatu Susunan Negara Republik
Indonesia Yang Berkedaulatan Rakyat Dengan Berdasar Kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia Dan
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijiksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Serta Dengan Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Indonesia.”
Pancasila itu merupakan landasan bagi penyelenggara negara dan pelaksanaan sistem
pemerintahan yang memiliki kedudukan tertinggi dan sebagai sumber dari segala
sumber hukum dalam ketatanegaraan di Indonesia, konsekuensinya segala peraturan
yang ada harus berdasar dan bersumberkan Pancasila. Hal ini sejalan dengan teori
Stufenbau menurut Hans Kelsen yang menyebutkan tentang kaidah hukum
berjenjang, artinya peraturan di bawah harus berpedoman dan tidak boleh
bertentangan pada peraturan di atasnya. Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia,
teori Stufenbau ini diamanatkan dalam Undang-Undang RI No. 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pada pasal 7 undang-undang ini,
disebutkan bahwa hirarki peraturan perundangan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) UUD NRI Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU/Perpu
4) Peraturan Pemerintah (PP);
5) Peraturan Presiden (Perpres);
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

2. Pancasila sebagai Ideologi Nasional


Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang
memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum
dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan nasional. Pancasila menjadi
basis teori dalam penyelenggaran negara. Sebagai ideologi nasional, Pancasila
mencakup ideologi negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sedangkan
ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila itu sendiri. Jadi
Pancasila mempunyai tiga kedudukan yang istimewa secara sekaligus yaitu sebagai
ideologi nasional, ideologi negara dan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Pancasila pada hakekatnya bukan merupakan hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang seperti halnya ideologi lain di dunia. Akan tetapi,
Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara. Dengan perkataan lain unsur-unsur yang menjadi bahan Pancasila
tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri. Artinya,
bangsa Indonesia sendiri merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara, sehingga Pancasila berkedudukan dan berfungsi sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi
negara berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa Indonesia, dan bukan
mengangkat atau mengambil ideologi bangsa lain. Selain itu, Pancasila tidak hanya
merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, melainkan Pancasila berasal
dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa, sehingga Pancasila pada hakekatnya
dirumuskan untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Sebagai ideologi nasional, Pancasila adalah cita-cita negara Republik Indonesia yang
menjadi dasar bagi teori dan praktek penyelenggaraan negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu ideologi Pancasila pada hakekatnya merupakan asas kerohanian yang
antara lain memiliki derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan, serta berkedudukan sebagai pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman
hidup, dan pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan,
diperjuangkan, dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Pancasila sebagai ideologi nasional Republik Indonesia mengandung makna
yang begitu dalam. Adapun makna yang terkandung dalam Pancasila dalam
kedudukannya sebagai ideologi nasional, diantaranya:
1) Sebagai sumber motivasi, dengan karakteristik sebagai berikut:
a) Ideologi Pancasila mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun
negara.
b) Ideologi Pancasila memandu masyarakat menuju cita-citanya.
c) Ideologi Pancasila membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya
melalui berbagai realisasi pembangunan.
2) Sebagai sumber semangat dalam berbagai kehidupan negara, dengan karakteristik
sebagai berikut:
a) Ideologi Pancasila akan menjadi realistis manakala terjadi orientasi yang
bersifat dinamis antara masyarakat dan ideologi Pancasila.
b) Ideologi Pancasila akan bersifat dinamis, terbuka dan antisipatif.
c) Ideologi Pancasila senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan sesuai dengan aspirasi bangsanya.
Pancasila bersifat integralistik. Hal ini dikarenakan Pancasila mengandung semangat
gotong royong dan kekeluargaan dalam kebersamaan, memelihara persatuan dan
kesatuan dan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa Pancasila juga merupakan ideologi persatuan, dimana Pancasila
mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi bangsa yang memiliki keperibadian
dan percaya pada diri sendiri.
Dalam kedudukannya sebagai ideologi nasional, secara politis Pancasila diharapkan
mampu mengikat semua kekuatan sosial-politik masyarakat untuk ikut bertanggung
jawab atas masa depan bangsa dan negaranya. Dengan demikian, Pancasila berfungsi
pula sebagai acuan bersama, baik dalam memecahkan masalah perbedaan serta
pertentangan politik diantara golongan dan kekuatan politik, maupun dalam memagari
seluruh unsur kekuatan politik untuk bermain di dalam lapangan yang disediakan
Pancasila. Artinya tidak keluar dari nilai-nilai yang telah digariskan oleh Pancasila.
Pancasila merupakan sebuah sintesa atau perpaduan yang mempersatukan berbagai
sikap hidup yang berada di tanah air kita. Berbagai aliran dan pemikiran yang berbeda
dipersatukan dan dipertemukan dalam Pancasila. Pancasila merupakan “pagar” yang
disatu pihak memberikan keleluasaan bergerak, akan tetapi dilain pihak memberikan
batas-batas yang tidak boleh dilanggar. Pancasila dapat diinterpretasikan secara luas,
tetapi tidak diperkenankan menginterpretasikan secara salah, sehingga menimbulkan
pengertian yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Sebaliknya,
Pancasila tidak dapat dipersempit, sehingga menjadi monopoli golongan tertentu saja.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan ideologi nasional
yang meliputi dan memayungi segenap orientasi di dalamnya. Artinya, adanya
berbagai pandangan hidup dalam masyarakat diakui dan dibenarkan untuk
berkembang, baik dengan mengeksplisitkan potensi dan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, maupun melalui akulturasi. Di samping itu, berbagai pandangan hidup yang
berkembang di masyarakat diperlukan untuk mengisi dan memperkuat ideologi
nasional dalam menjalankan berbagai fungsinya, terutama untuk menggalang
persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Pembelajaran Materi Pancasila di SD


1) Materi Pembelajaran Pancasila di SD
Berdasarkan ketentuan dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, terdapat beberapa Kompetensi Dasar yang
terkait dengan materi Pancasila dalam mata pelajaran PPKN di Sekolah Dasar seperti
dalam tabel berikut.
No Kelas Kompetensi Dasar
1. I 1.1 Mensyukuri ditetapkannya bintang, rantai, pohon
beringin, kepala banteng, dan padi kapas sebagai
gambar pada lambang negara “Garuda Pancasila”
2.1 Bersikap santun, rukun, mandiri, dan percaya diri
sesuai dengan sila-sila Pancasila dalam lambang
negara “Garuda Pancasila” dalam kehidupan sehari-
hari
3.1 Mengenal simbol sila-sila Pancasila dalam lambang
negara “Garuda Pancasila”
4.1 Menceritakan simbol-simbol sila Pancasila pada
Lambang Garuda sila Pancasila
2. II 1.1 Menerima hubungan gambar bintang, rantai, pohon
beringin, kepala banteng, dan padi kapas
dan sila-sila Pancasila sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa
2.1 Bersikap bekerja sama, disiplin, dan peduli sesuai
dengan sila-sila Pancasila dalam lambang negara
“Garuda Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
No Kelas Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi hubungan antara simbol dan sila-sila
Pancasila dalam lambang negara “Garuda Pancasila”
4.1 Menjelaskan hubungan gambar pada lambang Negara
dengan sila-sila Pancasila
3. III 1.1 Menerima arti bintang, rantai, pohon beringin, kepala
banteng, dan padi kapas pada lambang
negara “Garuda Pancasila” sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa
2.1 Bersikap jujur, peduli, kasih sayang sesuai dengan
sila-sila Pancasila dalam lambang negara “Garuda
Pancasila”
3.1 Memahami arti gambar pada lambang negara
“Garuda Pancasila”
4.1 Menceritakan arti gambar pada lambang negara
“Garuda Pancasila”
4. IV 1.1 Menerima makna hubungan bintang, rantai, pohon
beringin, kepala banteng, dan padi kapas
pada lambang negara “Garuda Pancasila” sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa
2.1 Bersikap berani mengakui kesalahan, meminta maaf,
memberi maaf, dan santun sebagai perwujudan nilai
dan moral Pancasila.
3.1 Memahami makna hubungan simbol dengan sila-sila
Pancasila
4.1 Menjelaskan makna hubungan simbol dengan sila-sila
Pancasila sebagai satu kesatuan dalam kehidupan
sehari-hari
No Kelas Kompetensi Dasar
5. V 1.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
2.1 Bersikap tanggung jawab, cinta tanah air, dan rela
berkorban sesuai nilai-nilai sila Pancasila
3.1 Mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan
sehari-hari
4.1 Menyajikan hasil identifikasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari
6. VI 1.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
nilainilai Pancasila secara utuh sebagai satu kesatuan
dalam kehidupan sehari-hari .
2.1 Bersikap penuh tanggung jawab sesuai nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3.1 Menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehdupan sehari-hari
4.1 Menyajikan hasil analisis pelaksanaan nilai-
nilaiPancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Materi Pancasila diberikan di SD dibelajarkan secara terintegrasi dengan mata


pelajaran lain yang sudah ada melalui pendekatan tematik. Jika materi Pancasila
diberikan tersendiri dan menjadi mata pelajaran tersendiri maka akan terjadi
penambahan mata pelajaran lain. Hal ini akan menambah beban mata pelajaran bagi
anak dan di luar kemampuan anak. Pilihannya lebih baik diupayakan terintegrasi pada
mata pelajaran lain sehingga setiap mata pelajaran yang dipelajari anak akan lebih
bermakna.
2) Perencanaan Pembelajaran Pancasila di SD
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Pancasila di SD sangat ditentukan oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan tersebut akan membantu guru untuk
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran secara sistematik. Langkah-langkah
penyusunan perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Menganalisis substansi kajian kurikulum. Melalui analisis dapat diketahui
bahwa materi pokok Pancasila yang terintegrasi di dalam mata pelajaran
sebagaimana termuat di kurikulum dapat diketahui.
b) Hasil analisis kajian itu kemudian dimuat di dalam silabus yang
dikembangkan. Silabus tersebut berupa rencana kegiatan pembelajaran secara
sistematis yang memuat materi pokok, media, dan evaluasi serta alokasi waktu
yang akan dilaksanakan di dalam pembelajaran.
c) Pengembangan silabus disesuaikan dengan potensi anak, sarana dan prasarana
sekolah, serta kemampuan guru. Di dalam silabus kita dapat merencanakan
pembelajaran yang akan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan
kurikulum dan potensi anak. Silabus adalah suatu rencana yang memuat
pokok-pokok pengalaman belajar yang akan diperoleh anak dalam
pembelajaran. Format silabus yang dikembangkan sangat bergantung pada
guru, dan tidak ada yang sama.
d) Berdasarkan silabus dapat dikembangkan rencana pembelajaran (RP). Rencana
pembelajaran adalah seperangkat langkah-langkah pembelajaran yang harus
diikuti guru dalam membelajarkan anak.
2. Kewarganegaraan Global
a. Pengertian Warga Negara Indonesia
Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing
pulau mempunyai ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Tidaklah heran bila Negara
Indonesia dihuni oleh banyak etnis dari keturunan yang berbeda dan tersebar di
seluruh pelosok. Setiap etnis atau suku bangsa dihuni oleh orang-orang yang disebut
rakyat.
Salah satu syarat berdirinya negara adalah adanya rakyat. Tanpa adanya rakyat, negara
itu tidak mungkin terbentuk. Menurut Anda samakah pengertian rakyat dengan
penduduk dan juga warga negara. Jawabannya berbeda, satu dan yang lainnya
merupakan konsep yang serupa tapi tak sama. Masing-masing memiliki pengertian
yang berbeda. Rakyat sebuah negara dibedakan atas dua, yakni:
1) Penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah orang yang bertempat
tinggal atau menetap dalam suatu Negara, sedang yang bukan penduduk adalah
orang yang berada di suatu wilayah suatu Negara dan tidak bertujuan tinggal
atau menetap di wilayah negara tersebut.
2) Warga Negara dan bukan warga Negara. Warga Negara ialah orang yang
secara hukum merupakan anggota dari suatu Negara, sedangkan bukan warga
Negara disebut orang asing atau warga negara asing.
Rakyat sebagai penghuni negara, mempunyai peranan penting dalam merencanakan,
mengelola dan mewujudkan tujuan negara. Keberadaan rakyat yang menjadi
penduduk maupun warga negara, secara konstitusional tercantum dalam pasal 26
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Kemudian siapakah yang menjadi warga negara Indonesia? Status warga negara
Indonesia telah diatur dalam undang-undang mengenai kewarganegaraan yang pernah
berlaku di Indonesia. Menurut Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut pasal 4 Undang-Undang RI Nomor 12
tahun 2006, yang dimaksud warga negara Indonesia adalah:
1) Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga
Negara Indonesia;
3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu Warga Negara Indonesia;
5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara
asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia;
7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing
yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun
atau belum kawin;
9) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10) Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
11) Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
12) Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat
anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan;
13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Kemudian dalam Pasal 5 undang-undang tersebut juga disebutkan selain orang-orang
yang disebutkan di atas, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
a) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya
yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
b) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara
sah sebagai anak olehwarga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap
diakui sebagai Warga Negara Indonesia
Dari uraian di atas menimbulkan suatu pertanyaan apakah setiap penduduk adalah
warga negara Indonesia? Jawabannya tentu saja tidak. Istilah penduduk lebih luas
cakupannya dari pada warga negara Indonesia. Pasal 26 ayat (2) menegaskan bahwa
penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Dengan demikian di Indonesia semua orang yang tinggal di Indonesia
termasuk orang asing pun adalah penduduk Indonesia. Konsekuensinya, orang asing
tersebut diperkenankan mempunyai tempat tinggal di Indonesia.
Perlu Anda ketahui bahwa di Indonesia banyak orang-orang asing atau warganegara
asing yang bertempat tinggal menjadi penduduk Indonesia. Mereka itu misalnya
anggota Corps Diplomatik dari negara-negara sahabat, pelajar atau mahasiswa asing
yang sedang menuntut ilmu, dan orang-orang asing yang bekerja di Indonesia.
Perhatikan contoh-contoh berikut !

1) Mr. Karl Stoltz orang Amerika yang bertugas di Kedutaan Besar Amerika
Serikat di Jakarta, sebagai Atase Kebudayaan. Dia tinggal bersama keluarganya
sejak 1 tahun yang lalu.
2) Amelia adalah mahasiswa dari Amerika Serikat yang sedang kuliah di Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia sekarang duduk di semester IV Jurusan
Pendidikan Matematika.
3) Bojan Malisic, pemain sepakbola dari Brasil yang pernah bermain di Persib
Bandung. Ia dikontrak selama 2 tahun untuk membela kesebelasan kebanggaan
warga kota kembang tersebut.

Berdasarkan pasal 26 ayat (2) tersebut, maka Mr. Karl Stoltz, Amelia dan Tuan
Malisic merupakan penduduk Indonesia, karena mereka menempati wilayah Indonesia
dalam jangka waktu yang relative lama.
Selain itu ada pula orang-orang asing yang datang ke Indonesia sebagai pelancong.
Mereka itu berlibur untuk jangka waktu tertentu, paling lama sebulan sampai dua
bulan, tidak sampai menetap satu tahun lamanya. Oleh karena itu tidak dapat disebut
sebagai penduduk Indonesia. Akan tetapi ada juga di antara orang-orang asing yang
telah masuk menjadi WNI atau kerurunan orang-orang asing yang telah turun-temurun
bertempat tinggal di Indonesia dan telah menjadi orang-orang Indonesia. Oleh karena
itu Anda dapat menyaksikan adanya WNI keturunan Tionghoa, Belanda, Arab, India
dan lain-lain. Di antara WNI keturunan itu, WNI keturunan Tionghoa-lah yang paling
banyak jumlahnya.
Sebagai penduduk Indonesia yang sah, setiap orang harus memiliki surat keterangan
penduduk. Surat keterangan tersebut di negara kita dikenal dengan nama KTP (Kartu
Tanda Penduduk). Surat keterangan penduduk itu sangat penting, oleh karena itu
apabila Anda sudah dewasa kelak (sudah mencapai usia 17 tahun), Anda diwajibkan
memiliki KTP. Mengapa KTP itu sangat penting ? Sebagai contoh: bahwa hanya
mereka yang memiliki KTP yang dapat memilih dan dipilih dalam Pemilu (Pemilihan
Umum). Demikian pula, hanya mereka yang memiliki KTP-lah yang dapat
memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM).

b. Makna dan Karakteristik Warga Negara Global


Warga negara global adalah warga negara yang bertanggungjawab untuk memenuhi
persyaratan institusional dan kultural demi kebaikan yang lebih besar bagi masyarakat
(Korten, 1993). Sementara itu, Mansbach (1997) menggunakan istilah global actors
yang membedakannya menjadi dua macam, yaitu intergovernmental organization
(IGO) dan international nongovernmental organization (INGO). Menurutnya, kedua
aktor ini memiliki peran yang sangat penting dan telah banyak terlibat dalam
kehidupan kewarganegaraan. Lebih lanjut Mansbach (1997) menyatakan terdapat tiga
alasan yang berpengaruh terhadap terbentuknya masyarakat global, yakni:
1) Secara historis, kelompok-kelompok organisasi itu telah ada sejak lama
2) Aktor-aktor global tersebut dituntut berbuat lebih banyak pada pasca
era Perang Dingin.
3) Ada beberapa organisasi regional, ada yang bersifat global dengan
tujuan ganda.
Ketiga alasan ini yang menjadikan warga negara atau masyarakat global ada sampai
saat ini, termasuk di Indonesia. Untuk menjadi seorang warga negara global, terlebih
dahulu seseorang harus menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab di
negaranya. Sifat yang menjadi ciri khas dari seorang warga negara yang bertanggung
jawab adalah adanya komitmen terhadap nilai integratif dan penerapan aktif kesadaran
kitisnya, yaitu kemampuan untuk berpikir mandiri, kritis, dan konstruktif, kemampuan
melihat masalah dalam konteks jangka panjang, dan untuk membuat penilaian
berdasarkan suatu komitmen kepada kepentingan masyarakat jangka panjang. Sarana
yang dipergunakan unuk menetapkan identitas dan pengakuan sah adalah organisasi
sukarela.
Cogan (1999) mengidentifkasi karakteristik warga negara yang dikaitkan dengan
kecenderungan global saat ini, yaitu:
1) Mendekati masalah dari sudut pandang masyarakat global
2) Bekerja bersama dengan orang lain.
3) Bertanggung jawab terhadap peran dan tanggung jawab masyarakat.
4) Berpikir secara kritis dan sistematis.
5) Menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan.
6) Mengadopsi cara hidup yang melindungi lingkungan.
7) Menghormati dan mempertahankan hak asasi.
8) Berpartisipasi dalam masalah publik pada semua tingkat pembelajaran dan
memanfaatkan teknologi berbasis informasi
Sementara itu, Kanter, dalam Komalasari & Syaifullah (2009) menyatakan terdapat
tiga ciri manusia kelas dunia (world class), yaitu:
1) Konsep, berkaitan dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
gagasan- gagasan mutakhir
2) Kompetensi, berkenaan dengan pengembangan kemampuan untuk bekerja
secara multidisiplin.
3) Koneksi, berhubungan dengan pengembangan jaringan sosial untuk melakukan
kerjasama secara informal
Selanjutnya Wisnubrata (2001) menambahkan dua syarat lagi untuk melengkapi
syarat manusia kelas dunia, yaitu kredibilitas dan kepedulian. Kredibilitas disini
berkaitan dengan integritas yang terdiri atas sikap jujur, perlakuan adil, sehingga akan
membangun rasa percaya dan hormat dari orang lain. Kepedulian atau peka dan
tanggap terhadap keperluan dan kondisi orang lain, memberi yang terbaik tanpa
pamrih, berbagi pengetahuan dan informasi dalam rangka memperkaya wawasan dan
mentalitas.

c. Kompetensi Kewarganegaraan untuk Warga Negara Global


Kata kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang harus dikuasai seorang peserta
didik. Gordon (1988:43) mengemukakan bahwa kompetensi meliputi ”pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, dan minat”. Dalam pengertian yang lebih
konseptual, McAsham (Komalasari, 2009) merumuskan kompetensi sebagai berikut:
”Competency is knowledge, skills, and abilities that a person can learn and develop,
which become parts of his or her being ti the extent he or she can satisfactorily
perform particular cognitive, affective, and psychomotor behavior”. Pengertian di atas
sejalan dengan pendapat Debling (1995:80), Kupper dan Palthe (Wolf, 1995:40) yang
mengatakan bahwa esensi dari pengertian kompetensi “is the ability to perform”.
Debling (1995:80) mengatakan “competence pertains to the ability to perform the
activities within a function or an occupational area to the level of performance
expected in employment”. Kupper dan Palthe (Wolf, 1995:40) mengatakan
“competencies as the ability of a student/worker enabling him to accomplish tasks
adequately, to find solutions and to realize them in work situations.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompetensi adalah pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan siswa yang
berguna untuk kehidupannya di masyarakat. Kompetensi ini diantaranya dihasilkan
dari proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(civic education) menghasilkan kompetensi kewarganegaraan (civic competences)
yang memberikan bekal menuju “to be a good citizens” (terbentuknya warga negara
yang baik). Dengan demikian kompetensi kewarganegaraan adalah pengetahuan, nilai
dan sikap, serta keterampilan siswa yang mendukungnya menjadi warga negara yang
partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Branson (1999:8-9) menegaskan tujuan civic education adalah partisipasi yang
bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat di era
global. Partisipasi semacam itu memerlukan kompetensi kewarganegaraan sebagai
berikut: (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2)
pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3) pengembangan karakter
atau sikap mental tertentu; dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip
fundamental demokrasi konstitusional.
Terkait dengan hal di atas, Center for Civic Education (1994:45-56)
merumuskan komponen-komponen utama civic competences yang merupakan tujuan
civic education meliputi:
1) Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)
Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic knowledge) berkaitan dengan materi substansi
yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang struktur dan sistem
politik, pemerintah dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat
demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan kemajuan bersama dan hidup
berdampingan secara damai dalam masyarakat global.
2) Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills) merupakan keterampilan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh
menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup
intelectual skills (keterampilan intelektual) dan participation skills (keterampilan
partisipasi).
3) Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Komponen mendasar ketiga dari kompetensi kewarganegaraan adalah watak
kewarganegaraan (civic disposition). Quigley, Buchanan, dan Bahmueller (1991: 11)
merumuskan civic disposition adalah “…those attitudes and habit of mind of the
citizen that are conducive to the healthy functioning and common good of the
democratic system” atau sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang
berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem
demokrasi.
Dalam konteks Indonesia, Winataputra (2001:492-493) mengemukakan butir-butir
kompetensi kewarganegaraan bagi warga negara global yang dikembangkan melalui
Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dengan mendasarkan pada asumsi sebagai
berikut:
1) Kurikulum pendidikan persekolahan (SD sampai dengan SMA) untuk mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu kesatuan utuh yang
tertuju pada pencapaian kebulatan penguasaan kompetensi kewarganegaraan
yang ditata secara artikulatif.
2) Butir kompetensi kewarganegaraan yang diperlukan untuk dunia persekolahan
adalah butir kompetensi yang secara psikologis dan pedagogis sesuai dengan
perkembangan anak usia sekolah, dan secara kontekstual sesuai dengan
lingkup kehidupan usia itu.
3) Setiap butir kompetensi kewarganegaraan pada dasarnya memiliki substansi
yang mendukung proses pembentukan kompetensi itu yang dapat diungkapkan
dalam bentuk rumusan pokok materi atau tema atau generalisasi.

Bertolak dari ketiga asumsi tersebut, selanjutnya Winataputra (2001:493-504)


mengemukakan butir-butir substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang penulis
ringkas dan kembangkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Butir-Butir Kompetensi Kewarganegaraan


dalam Rangka Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan

Civic Knowledge Civic Dispositions Civic Skills


1. Manusia sebagai makhluk 1. Kepedulian terhadap 1. Berkomunikasi
Tuhan Y.M.E dan sebagai masalah-masalah secara
makhluk sosial personal dan sosial argumentataif
2. Manusia sebagai individu kultural antar dalam bahasa
yang memiliki hak asasi warganegara dan antara Indonesia yang
yang harus dilindungi dan warganegara dengan baik dna benar
diwujudkan secara lembaga-lembaga atas dasar
bertanggung jawab negara. tanggung jawab
3. Landasan dan sumber hak 2. Toleansi terhadap sosial
asasi manusia perbedaan personal, 2. Berorganisasi
Civic Knowledge Civic Dispositions Civic Skills
4. Pelanggaran terhadap hak sosial, dalam
asasi manusia ekonomi,kultural, dan lingkungannya
5. Jaminan dan perlindungan spiritual dengan penuh
atas hak asasi manusia 3. Penghormatan terhadap kesadaran dan
6. Perkembangan demokrasi hak hidup, hak tanggung jawab
sebagai suatu sistem kebebasan, dan hak personal dan
pemerintahan milik orang lain atas sosial.
7. Kelebihan dan kekurangan dasar keimnana dan 3. Berpartisipasi
dari sistem demokrasi dari ketakwaan terhadap dalam
pada sistem lain Tuhan Y.M.E. lingkungan
8. Demokrasi dalam 4. Penghormatan terhadap sekolah atau
kehidupan keluarga kedudukan dan masyarakat
9. Demokrasi dalam lembaga-lembaga secara cerdas dan
kehidupan di sekolah politik/kenegaraan, penuh tanggung
10. Demokrasi dalam ekonomi, kebudayaan, jawab personal
lingkungan kemasyarakatan atas dan sosial.
lokal/institusional dasar tanggung jawab 4. Mnegambil
11. Demokrasi dalam sosial politik sebagai keputusan
kehidupan berbangsa dan warga negara. individual dan
bernegara 5. Penghormatan terhadap atau kelompok
12. Kedudukan dan pentingnya kedudukan, peran, dan secara cerdas dan
konstitusi dalam kehidupan tanggung jawab orang bertanggung
bermasyarakat, berbangsa, lain yang memegang jawab.
dan bernegara jabatan kenegaraan, 5. Melaksanakan
13. Ketuhanan Y.M.E sebagai profesi, bisnis, dan keputusan
nilai dasar dan landasan kemasaarkatan atas individual dan
demokrasi di Indonesia dasar tanggung jawab atau kelompok
Civic Knowledge Civic Dispositions Civic Skills
14. Konstitusi sebagai sosial-politik sesuai dengan
landasan jaminan dan warganegara. konteksnya
perlindungan hak asasi 6. Penghormatan terhadap secara
manusia bangsa dan negara lain bertanggung
15. Secara konstitusional atas dasar persamaan jawab.
kedaulatan adalah di derajat, persahabatan, 6. Berkomunikasi
tangan rakyat perdamaian, dan prinsip secara cerdas dan
16. Demokrasi menuntut saling menghormati. etis sesuai
kecerdasan warganegara 7. Penghormatan terhadap dengan
17. Demokrasi menuntut hak cipta/karya orang konteksnya.
pemisahan kekuasaan lain dalam berbagai 7. Mempengaruhi
18. Demokrasi dengan bidang atas dasar kebijakan umum
perwujudan otonomi dalam tanggung jawab sosial sesuai dnegan
konteks negara kesatuan profesional. nora yang
19. Indonesia sebagai negara 8. Komitmen terhadap berlaku dan
hukum dan keputusan bersama konteks sosial
karaktersitiknya. yang diambil secara budaya
20. Peradilan yang bebas dan benar, jujur dan adil lingkungan.
tidak memihak sesuai dengan konsep, 8. Membangun
21. Visi, misi, dan tanggung prinsip, dan semangat kerjasama
jawab negara dalam demokrasi dengan dasar
meningkatkan konstitusional yang toleransi, slaing
kesejahteraan rakyat berlaku pengertian, dan
22. Visi, misi, dan tanggung 9. Kemauan dan kesiapan kepentingan
jawab negara dalam menerima pendapat, bersama.
memelihara dan komentar, dan kritik 9. Berlomba-lomba
menegakkan keadilan dan orang lain tentang untuk berprestasi
Civic Knowledge Civic Dispositions Civic Skills
kebenaran penampilan, pendirian, lebih baik dan
23. Kdudukan, peran, dan keyakinan sendri atas lebih bermanfaat.
fungsi lembaga-lembaga dasar kesadaran bahwa 10. Turut serta
demokrasi setiap orang memiliki secara aktif
24. Mekanisme konstitusional cara pandang dan membahas
dan praksis demokrasi keyakinan yang masalah sosial
dalam berbagai bidang berbeda. secara cerdas dan
kehidupan 10. Sikap kritis terhadap bertanggung
25. Dinamika penerapan segala sesuatu yang jawab.
konsep, prinsip, nilai, dan datang dari luar atas 11. Menentang
cita-cita demokrasi dalam dasar kesadaran bahwa berbagai bentuk
masyarakat yang dalam kehidupan sosial pelecehan
berbhineka tunggal ika tidak ada yang mutlak, terhadap hak
26. Makna pelaksanaan selain kebenaran asasi manusia
kewajiban dan hak menurut agama. dengan cara yang
warganegara dalam 11. Keterbukaan terhadap dapat diterima
berbagai bidang kehidupan kemungkinan pengujian secara sosial-
27. Interaksi fungsional hak, ulang atas suatu budaya.
kewajiban, dan tanggung keputusan atas dasar 12. Turut serta
jawab warganegara dalam keyakinan bahwa setiap mengatasi
berbagai konteks orang memiliki konflik sosial
kehidupan kelemahan. dengan cara yang
28. Makna dan pentingnya 12. Komitmen terhadap baik dan dapat
partisipasi warganegara kedudukan, peran, dan diterima.
secara cerdas dan tanggung jawab yang 13. Menganalisis
bertanggung jawab dipikul atas dasar masalah sosial
29. Pentingnya pemberdayaan hukum, kesepakatan, secara kritis
Civic Knowledge Civic Dispositions Civic Skills
warganegara dalam atau kesediaan sendiri. dengan
memperkokoh persatuan 13. Kejujuran terhadap menggunakan
dan kesatuan bangsa kesalahan sendiri aneka sumber
30. Pentingnya wawasan selaku individu/warga yang ada.
kesejagatan dalam berbagai negara 14. Memimpin
bidang kehidupan bagi 14. Kesediaan “saling asah, kegiatan
warga negara asih, dan asuh” atas kemasyarakatan
31. Peran keluarga sebagai dasar kesadaran dan secara
lembaga yang paling dini tanggung jawab sosial bertanggung
dalam pemberdayaan sebagai warga negara, jawab.
individu sebagai anggota makhluk sosial, dan 15. Memberikan
masyarakat insan Tuhan Y.M.E. dukungan yang
32. Peran Organisasi massa 15. Toleansi terhadap sehat dan penuh
(Ormas) perasaan orang lain atas tanggung jawab
33. Peran LSM dasar kesadaran sosial kepada calon
34. Peran Organisasi sebagai warga negara. pemimpin dalam
pelajar/mahasiswa/pemuda 16. Komitmen terhadap lingkungannya.
35. Peran Koperasi dan norma yang berlaku 16. Memberikan
lembaga kewirausahaan atas dasar kesadaran dukungan yang
36. Peran Organisasi profesi dan tanggung jawab sehat dan tulus
37. Fungsi Partai politik sosial. terhadap
38. Fungsi Pemilu 17. Kesediaan menjadi pimpinan yang
39. Fungsi Dewan Perwakilan calon/wakil rakyat atas terpilih secara
Rakyat (DPR) dasar kesadaran demokratis.
40. Fungsi Dewan Perwakilan terhadap amanat dna 17. Menunaikan
Daerah (DPD) tanggung jawab. berbagai
41. Fungsi Pemerintah 18. Kejujuran dalam kewajiban sosial
Civic Knowledge Civic Dispositions Civic Skills
42. Fungsi Mahkamah Agung pikiran, ucapan, dan sebagai anggota
(MA) perbuatan atas dasar masyarakat
43. Fungsi Jaksa Agung tanggung jawab dengan penuh
44. Fungsi Badan Pemeriksa personal, sosial, kesadaran.
Keuangan (BPK) spiritual sebagai 18. Membangun
45. Fungsi Kabinet individu, warga negara, saling pengertian
46. Fungsi Presiden sebagai dan insan Tuhan antar suku,
kepala negara dan kepala Y.M.E. agama, ras, dan
pemerintahan 19. Kemauan dan golongan guna
47. Lembaga-lembaga negara kesediaan untuk memelihara
non-departemenal berubah menuju hari keutuhan dan
48. Pemerintah Daerah esok yang lebih baik. semangat
49. Peran Lembaga-lembaga 20. Komitmen untuk kekeluargaan.
ekonomi dan keuangan belajar sepanjang hayat 19. Berusaha
50. Peran media massa yang dilandasi membangun
keyakinan. saling pengertian
antar bangsa
melalui berbagai
media
komunikasi yang
tersedia.
20. Berusaha untuk
meningkatkan
kemampuan
pribadi dan
kegiatan sosial
kultural dengan
Civic Knowledge Civic Dispositions Civic Skills
kesadaran untuk
berbuat lebih
baik.

c. Globalisasi
1) Pengertian Globalisasi
Kata globalisasi sekarang ini sudah menjadi bahasa sehari-hari. Akan tetapi tidak
semua orang tahu makna kata globalisasi ini. Anda mungkin sudah merasakan adanya
gejala-gejala globalisasi dalam kehidupan masyarakat bahkan dalan kehidupan Anda
sendiri. Apa saja gejala-gejala yang menjadi tanda dari globalisasi? Pada umumnya
globalisasi ditunjukkan dengan gejala-gejala:
a) meningkatnya perdagangan global
b) meningkatnya aliran modal internasional, diantaranya investasi langsung luar
negeri
c) meningkatnya aliran data lintas batas, misalnya penggunaan internet, satelit
komunikasi dan telepon
d) adanya desakan berbagai pihak untuk mengadili para penjahat perang
internasional di Mahkamah Internasional
e) adanya gerakan untuk memperjuangkan keadilan internasional
f) meningkatnya pertukaran budaya internasional, misalnya pertukaran film-film
Hollywood dan Bollywood
g) menyebarluarnya multikulturalisme dan semakin besarnya akses individu
terhadap berbagai macam budaya
h) meningkatkan perjalanan dan turisme lintas negara
i) berkembangnya infrastruktur telekomunikasi global
j) berkembangnya sistem keuangan global
k) meningkatnya aktivitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan
multinasional
l) meningkatnya peran organisasi-organisasi internasional seperti IMF, WTO, Wordl
Bank yang berurusan dengan transaksi-transaksi internasional.
Nah, dari gejala-gejala tersebut, kita bisa merumuskan sendiri makna dibalik kata
globalisasi. Secara etimologis, menurut Komalasari (2008:104) kata "globalisasi"
diambil dari kata globe yang artinya bola bumi tiruan, dunia tiruan. Kemudian kata
globe ini menjadi global, yang maknanya ialah universal, keseluruhan yang saling
berkaitan. Sebagai hal yang baru, globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekadar definisi kerja, sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, banyak sekali pandangan yang mencoba memberikan
rumusan tentang pengertian golobaliasi. Ada yang memandangnya sebagai suatu
proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh
bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru.
Michael Haralambos dan Martin Holborn (Komalasari, 2008:105) mengatakan
bahwa globalisasi adalah suatu proses yang didalamnya batas-batas negara luluh dan
tidak penting lagi dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain setiap orang di semua
belahan dunia dapat berhubungan dan berkomunikasi tanpa dibatasi oleh perbedaan
waktu dan negara, sehingga kehidupan sosial mereka seolah-olah tidak terpisahkan
oleh batas-batas negara.
International Monetary Fund (IMF) merumuskan globalisasi sebagai gejala
meningkatnya kesalingtergantungan ekonomi antara negara-negara di dunia yang
ditandai dengan meningkat dan beragamnya volume transaksi barang dan jasa lintas
negara dan penyebaran teknologi yang meluas dan cepat.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa globalisasi itu
menunjukkan adanya suatu proses pembentukan suatu tatanan masyarakat dengan
segala perangkat peraturannya yang bersifat universal atau menyeluruh tanpa
memperhatikan batas-batas wilayah negara.
2) Karakteristik Globalisasi
Pada bagian sebelumnya dikatakan bahwa gejala globalisasi sudah dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bukan sesuatu yang salah selain merasakan gejala-gejala
tersebut. Gejala-gejala tersebut selain menunjukkan makna globalisasi itu sendiri, juga
bisa menunjukkan karakteristik atau ciri-ciri dari globalisasi. Berikut ini di paparkan
beberapa contoh yang menunjukan gejala globalisasi!
a) Ucok seorang pengusaha minyak dari Medan. Dia dalam setiap bulannya
mempunyai satu hari untuk makan pagi di Jakarta, makan siang di Kualalumpur
dilanjutkan dengan belanja keperluan pribadi di Singapura dan diakhiri dengan
acara makan malam dengan rekan bisnisnya di Tokyo. Setelah makan malam dia
kembali ke Medan untuk melanjutkan pekerjaannya esok hari.
b) Kakeknya Asep pergi naik haji pada tahun 1955 dengan menggunakan kapal laut
dan memakan waktu perjalanan antara 2-3 bulan. Pada tahun 2019, giliran ayah
dan ibunya yang pergi naik haji, mereka berangkat ke Arab Saudi dari Jakarta
dengan menggunakan pesawat terbang, dan delapan jam kemudian tiba di
Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi.
c) Pada tahun 2018 di Rusia diadakan kejuaran dunia sepakbola. Meskipun tidak
datang ke Jerman, akan tetapi Mang Ikin bisa mengetahui hasil-hasil dari kejuaran
tersebut. Ternyata Mang Ikin juga bisa menikmati kejuaran sepakbola tersebut
dengan menonton siaran langsung pertanding sepakbola di televisi. Selain
menonton, Mang Ikin juga membaca koran untuk mendapatkan informasi
mengenai kejuaran dunia sepak bola tersebut.
Contoh-contoh di atas jika Anda cermati mengandung beberapa karakteristik
globalisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut ini beberapa ciri yang menandakan
semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia menurut Komalasari
(2008:105).
a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti
telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi
global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam
turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung. Hal ini sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional (seperti PT Feeport dan Exxon
Mobil di Indonesia), dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization
(WTO).
c. Peningkatan interaksi budaya melalui perkembangan media massa (terutama
televisi, film, musik, dan transmisi berita serta olah raga internasional). Saat ini,
kita dapat mengkonsumsi dan mengalami gagasan atau pengalaman baru
mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang
fashion (pakaian), literatur, dan makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup,
masalah pemanasan bumi, masalah pencemaran, memberantas terorisme.
Masalah-masalah tersebut memerlukan penanganan bersama. Maka diadakanlah
kerja sama internasional, baik kerja sama bilateral maupun multilateral.

3) Pengaruh Positif Globalisasi bagi Indonesia


Masuknya globalisasi ke Indonesia tentu saja secara langsung akan membawa
pengaruh baik yang positif maupun yang negatif ke dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dipaparkan pengaruh-pengaruh dari
globalisasi tersebut terhadap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
a) Aspek Politik
Tidak kita pungkiri bahwa globalisasi terlah berhasil menanamkan nilai-nilai dalam
kehidupan politik bangsa Indonesia yang selama ini dianggap tabu. Globalisasi telah
menjadikan nilai-nilai seperti keterbukaan, kebebasan dan demokrasi berpengaruh
kuat terhadap pikiran maupun kemauan bangsa Indonesia. Dengan adanya
keterbukaan, dimungkinkan akan dapat dicegahnya praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme sehingga dapat dicapai pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Dengan
adanya pemerintahan yang demokratis, sangat dimungkinkan akan meningkatnya
kualitas dan kuantitas partisipasi politik rakyat dalam penentuan kebijakan publik oleh
pemerintah. Sementara itu dengan adanya kebebasan dalam arti kebebasan yang
bertanggung jawab, maka setiap orang dapat meningkatkan kualitas dirinya dengan
berkreatifitas dalam kehidupannya tentu saja dalam hal-hal positif. Dengan
dilaksanakannya nilai-nilai globalisasi tersebut, dengan sendirinya akan menjadi alat
kontrol yang efektif dan efisien terhadap keberlangsungan suatu pemerintahan,
sehingga pada akhirnya akan tercipta pemerintahan yang bersih, jujur, adil dan
aspiratif.
Selain itu, pada saat ini di Indonesia semakin banyak lahir partai politik, lembaga
swadaya masyarakat dan oraganisasi lainnya. Hal tersebut berpengaruh pada
perwujudan supremasi hukum, jaminan hak asasi manusia, demokratisasi,
perlindungan lingkungan dan sebagainya.
b) Aspek Ekonomi
Pengaruh positif globalisasi bagi kehidupan ekonomi yang dapat kita ambil
diantaranya:
(1) Makin meningkatnya investasi asing atau penanaman modal asing di negara kita.
(2) Makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi dalam negeri
(3) Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan
biaya tinggi.
(4) Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara.
(5) Meningkatkan kemakmuran masyarakat
(6) Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
c) Aspek Sosial Budaya
Kecanggihan alat komunikasi yang ditandai dengan munculnya internet secara
langsung telah mempermudah kita untuk memperoleh informasi dari belahan bumi
lainnya, sehingga kita secara tidak langsung telah melakukan proses tranformasi ilmu
yang sangat bermanfaat bagi kita. Selain itu juga, dengan adanya informasi tersebut
kita bisa mencontoh atau belajar banyak dari tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola
berpikir yang baik,maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang
telah maju untuk kemajuan dan kesejahteraan kita. Misalnya kita bisa mencontoh etos
kerja dan semangat kerja keras yang ditampilkan oleh orang lain untuk kita terapkan
dalam kehidupan kita.

d) Aspek Hukum, Pertahanan dan Keamanan


Pengaruh positif globalisasi dalam bidang hukum, pertahanan dan keamana yang dapat
kita ambil diantaranya:
(1) Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi dan tuntutan terhadap
dilaksanakannya hak asasi manusia
(2) Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang
memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.
(3) Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum (polisi, jaksa
dan hakim) yang lebih profesional, tranparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukan tentara dan polisi sebatas penjaga
keamanan, kedaulatan dan ketertiban negara

4) Pengaruh Negatif bagi Indonesia


Selain mempunyai pengaruh yang positif, globalisasi juga melahirkan pengaruh yang
negatif bagi kehidupan kita. Diantara pengaruh negatif tersebut, seperti dalam aspek
berikut ini:
a) Aspek Politik
Globalisasi untuk sementara telah mampu meyakinkan kepada masyarakat Indonesia
bahwa liberalisme dapat membawa manusia kearah kemajuan dan kemakmuran. Hal
ini akan mempengaruhi pikiran mereka untuk berpaling dari ideologi Pancasila dan
mencari alternatif ideologi lain seperti halnya liberalisme.

Selain itu, nilai-nilai yang dibawa globalisasi seperti keterbukaan, kebebasan dan
demokratisasi tidak menutup kemungkinan akan disalah artikan oleh masyarakat
Indonesia. Sehingga jika hal tersebut terjadi, akan menimbulkan terganggunya
stabilitas politik nasional seiring dengan terjadinya tindakan-tindakan anarki sebagai
reaksi terhadap sikap pemerintah yang menurut mereka tidak terbuka, tidak
memberikan kebebasan dan tidak demokratis kepada rakyatnya. Hal ini akan
senantiasa terjadi jika antara rakyat dan pemerintah belum menemukan kesamaan
dalam memahami nilai-nilai yang dibawa globalisasi tersebut.

b) Aspek Ekonomi
Globalisasi memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan ekonomi seperti berikut
ini:
(1) Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari luar seiring dengan adanya
perdagangan bebas yang tidak mengenal adanya bataa-batas negara. Hal ini
mengakibatkan semakin terdesaknya barang-barang lokal terutama yang
tradisional, karena kalah bersaing dengan barang-barang dari luar negeri.
(2) Cepat atau lambat perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing,
seiring dengan semakin mudahnya orang asing menanamkan modalnya di
Indonesia, yang pada akhirnya mereka dapat mendikte atau menekan pemerintah
atau bangsa kita. Dengan demikian bangsa kita akan dijajah secara eknomi oleh
negara investor.
(3) Akan timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya
persaingan bebas. Persaingan bebas tersebut akan menimbulkan adanya pelaku
ekonomi yang kelah dan yang menang. Yang menang akan dengan leluasa
memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan menjadi penonton yang senantiasa
tertindas.
(4) Pemerintah hanya sebagai regulator pengaturan ekonomi yang mekanismenya
akan ditentukan oleh pasar.
(5) Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi
semakin sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya
semakin ditinggalkan.
(6) Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal
yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam jangka pendek
pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang kondisi
yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan
nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada
akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek
pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan
menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin
bertambah buruk
(7) Memperburuk neraca pembayaran. Globalisasi cenderung menaikkan barang-
barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka
ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca
pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah
pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung
mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran
pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin
meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca
pembayaran

c) Aspek Sosial Budaya


Globalisasi dapat melahirkan pengaruh negatif bagi perilaku masyarakat, seperti
berikut ini:
(1) Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-barang dari
luar negeri.
(2) Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu
nilai hidup tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk
mencapai kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus
melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Seperti mabuk-mabukan,
seks bebas, foya-foya dan sebagainya.
(3) Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta
memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini dapat
menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain.
(4) Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada
budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakain yang
biasa dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan
norma-norma yang berlaku misalnya memakai rok mini, lelaki memakai anting-
anting dan sebagainya.
(5) Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan
kesetiakawanan sosial.
(6) Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, namun
di sisi lain ada sebagian orang yang justru mencari nilai nilai agama untuk
menanggulangi dampak globalisasi ini.

d) Aspek Hukum, Pertahanan dan Keamanan


Dampak negatif yang timbul dari globalisasi dalam aspek ini akan terjadi jika hal-hal
positif yang disebutkan di atas tidak terwujud. Jika hal-hal positif dari globalisasi pada
bidang ini tidak terwujud, akan menimbulkan tindakan anarkis dari masyarakat yang
dapat mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Misalnya: dampak isu negatif di Malang, Surabaya, dan Papua yang
disebarkan melalui media sosial dapat cepat merebak dan menimbulkan tindakan
anarkhis yang melanggar hukum yang pada gilirannya mengganggu keamanan dan
ketertiban masyarakat.

5) Sikap terhadap Pengaruh Globalisasi


Globalisasi dengan segala pengaruhnya telah masuk secara bebas melewati batas-batas
kenegaraan. Tidak ada satupun negara di dunia yang kuasa menahan laju globalisai
supaya tidak masuk ke dalam negaranya. Begitu pun dengan bangsa Indonesia,
sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia tidak bisa begitu terlepas dari
implikasi atau pengaruh globalisasi. Semua negara meskipun tidak bisa menahan laju
globalisasi, akan tetapi harus menentukan posisi terhadap pengaruh/implikasi
globalisasi. Bagi bangsa Indonesia menentukan posisi terhadap implikasi globalisasi
adalah suatu keharusan. Posisi yang diambil bangsa Indonesia, tentu saja harus
berdasarkan ideologi negara kita, yaitu Pancasila.
Tidak ada satupun negara bangsa di dunia ini yang bisa lepas dari pengaruh
globalisasi. Meskipun negara tersebut dikenal sebagai negara adidaya atau negara
maju, tetap saja tidak bisa melepaskan diri dari globalisasi. Terlebih lagi Indonesia
yang baru disebut sebagai negara berkembang, akan sangat sulit bagi negara kita untuk
mengelak dari pengaruh atau implikasi globalisasi. Akan tetapi, meskipun demikian,
Indonesia sebagai bangsa yang besar harus mempunyai sikap yang tegas terhadap
globalisasi ini.
Ada tiga alternatif sikap yang bisa diambil oleh bangsa kita dalam mengahadapi
globalisasi ini. Pertama, menolak dengan tegas semua pengaruh globalisasi dalam
semua aspek kehidupan. Untuk era sekarang, hal ini tidak mungkin. Yang bisa
dilakukan bungkin hanya mengurangi dampak negatifnya saja. Kedua, menerima
sepenuhnya pengaruh tersebut tanpa disaring terlebih dahulu. Ketiga, bersikap
selektif terhadap pengaruh tersebut, yaitu kita mengambil hal-hal positif dari
globalisasi dan membuang hal-hal negatifnya. Dari ketiga alternatif tersebut, sikap
terbaik yang mesti kita ambil adalah sikap selektif. Dengan sikap seperti itu kita dapat
mengambil keuntungan dari globalisasi dan terhindar dari dampak buruknya, karena
semua pengaruh globalisasi yang kita terima telah melalui proses penyaringan terlibah
dahulu. Adapun alat penyaringnya adalah Pancasila. Bagaimana caranya? Selalu
menganalisis dan menilai apakah berita, sikap dan tindakan tertentu itu sesuai dengan
nilai ketuhanan, apakah tindakan merusak itu sesuai dengan nilai kemanusiaan yang
beradab, apakah perilaku kita itu tidak merusak persatuan dan kesatuan Indonesia, dan
seterusnya. Nilai-nilai Pancasila merupakan cerminan dari nilai-nilai budaya bangsa
yang dapat diterima oleh semua kalangan, sehingga dapat dijadikan benteng yang
kokoh dalam menghadang pengaruh negatif dari globalisasi.

d. Pembelajaran Materi Globalisasi di SD


Materi pembelajaran tentang kewarganegaraan global yang didalamnya
merupakan kajian terhadap fenomena globalisasi secara tersurat tercantum dalam
Kurikulum SD versi 2006 atau yang sering dikenal dengan KTSP. Materi tentang
globalisasi dibelajar di kelas IV semester 2.
Bagaimana model pembelajaran yang relevan untuk membelajarkan materi ini di
jenjang sekolah dasar? Berkaitan dengan pertanyaan tersebut, dari sekian banyak
model pembelajaran, yang paling sesuai adalah model pembelajaran koperatif dengan
teknik make a match.
Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran
yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur (Lie 2010: 12). Menurut Slavin (2010: 8) dalam
pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang
beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Dari
pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang menggunakan sistem gotong royong sebagai strategi
pembelajarannya sehingga mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran
di kelas.
Pada hakikatnya, model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang menggunakan strategi pembelajaran gotong royong yang konsepnya hampir
sama dengan metode pembelajaran kelompok. Namun, ada unsur-unsur yang
membedakan pembelajaran kooperatif dengan motode pembelajaran kelompok. Pada
metode pembelajaran kelompok, siswa diperintahkan oleh guru untuk mengerjakan
suatu pekerjaan secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya tanpa bimbingan
guru. Sedangkan pada pembelajaran kooperatif, guru ikut berperan dalam mengelola
kelas sehingga menuntut guru untuk bekerja lebih efektif. Lima unsur pembelajaran
kooperatif menurut Roger dan David Johnson (Lie 2010: 31) yaitu: (1) saling
ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4)
komunikasi antaranggota, (5) evaluasi proses kelompok.
Menurut Stahl (Isjoni 2010: 24) melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat
memperoleh pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan
menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial. Sedangkan menurut Harmin (Isjoni
2010: 24), pembelajaran kooperatif dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka
lebih banyak mendapat kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara
umum mengembangkan kebiasaan yang baik. Selain itu, pembelajaran kooperatif
dapat memperbaiki prestasi belajar siswa di sekolah. Pembelajaran kooperatif ternyata
dapat mengangkat siswa yang belum berani menunjukkan kemampuannya di kelas.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif di kelas juga tidak memandang siswa
berdasarkan ras, budaya, atau kelas sosial. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki banyak tujuan, baik tujuan sosial maupun
tujuan dari hasil belajar akademik.
Aplikasi pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan teknik make a match.
Teknik belajar make a match atau mencari pasangan menjadi salah satu teknik dalam
pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan kemampuan siswa. Teknik
belajar make a match ini pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun
1994 (Lie 2010: 55). Salah satu unggulannya yaitu siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik
ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia siswa.
Guru dapat merancang teknik belajar make a match dalam suasana bermain sambil
siswa belajar sesuatu.
Teknik make a match membawa beberapa manfaat bagi siswa, yaitu: (1) teknik
pembelajaran make a match mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan
menyenangkan, (2) materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian
siswa, dan (3) mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penerapan teknik make
a match diperoleh beberapa temuan bahwa teknik make a match dapat memupuk kerja
sama dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di tangan
mereka, proses belajar lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias
dalam proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa
mencari pasangan kartunya masing-masing (Tarmizi 2008).
Teknik make a match memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan teknik make a
match yaitu: (1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif
maupun fisik; (2) karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan; (3)
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; (4) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa; (5) efektif sebagai sarana melatih keberanian
siswa untuk tampil presentasi; dan (6) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai
waktu untuk belajar. Sedangkan kelemahan make a match yaitu: (1) jika guru tidak
merancangnya dengan baik, maka akan banyak waktu yang terbuang; (2) pada awal
penerapan teknik ini, banyak siswa bisa yang malu berpasangan dengan lawan
jenisnya; (3) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, saat presentasi banyak
siswa yang kurang memperhatikan; (4) guru harus hati-hati dan bijaksana saat
memberi hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan karena mereka bisa
malu; dan (5) menggunakan teknik ini secara terus menerus akan menimbulkan
kebosanan (Amin 2011).
Langkah-langkah dalam menerapkan pembelajaran kooperatif teknik make a match
adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian yang lain kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu.
c. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya,
pemegang kartu PENGERTIAN GLOBALISASI akan berpasangan dengan
PROSES MASUKNYA SESUATU KE RUANG LINGKUP DUNIA.
d. Siswa juga dapat bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang
kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu HAMBURGER akan membentuk
kelompok dengan pemegang kartu PIZZA HUT (Lie 2010: 55).
Forum Diskusi
Setelah Anda mempelajari Kegiatan Belajar 4, diskusikan bersama peserta PPG
lainnya melalui fasilitas daring pada slot forum diskusi terkait berikut :
1. Anda tentunya sudah membaca sejarah rumusan Pancasila, berkaitan dengann
hal tersebut coba Anda identifikasi titik persamaan dan perbedaan rumusan
dasar negara yang diutarakan oleh Muhammad Yamin, Soepomo dan
Soekarno! Kemudian bandingkan dengan rumusan Pancasila saat ini, analisis
persamaan dan perbedaannya!
2. Pancasila sarat dengan muatan nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai
landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berkaitan dengan hal
tersebut bagaimanakah perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari?
3. Bagaimana strategi pembelajaran yang akan Anda lakukan untuk menanmkan
nilai-nilai Pancasila kepada siswa di kelas Anda?
4. Siapakan yang dimaksud dengan warga negara global? Coba identifikasi
karakteristiknya!
5. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi berbagai pengaruh dari globalisasi?
6. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif dalam proses
pembelajaran materi globalisasi di SD?

E. Rangkuman Kegiatan Belajar 4


1. Pancasila itu merupakan landasan bagi penyelenggara negara dan pelaksanaan
sistem pemerintahan yang memiliki kedudukan tertinggi dan sebagai sumber
dari segala sumber hukum dalam ketatanegaraan di Indonesia, konsekuensinya
segala peraturan yang ada harus berdasar dan bersumberkan Pancasila.
2. Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia,
masyarakat, hukum dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan
nasional. Pancasila menjadi basis teori dalam penyelenggaran negara. Sebagai
ideologi nasional, Pancasila mencakup ideologi negara dan pandangan hidup
bangsa Indonesia. Sedangkan ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia
adalah Pancasila itu sendiri. Jadi Pancasila mempunyai tiga kedudukan yang
istimewa secara sekaligus yaitu sebagai ideologi nasional, ideologi negara dan
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
3. Keberadaan rakyat yang menjadi penduduk maupun warga negara, secara
konstitusional tercantum dalam pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Warga negara global adalah warga negara yang bertanggungjawab untuk
memenuhi persyaratan institusional dan kultural demi kebaikan yang lebih
besar bagi masyarakat.
5. Masuknya globalisasi ke Indonesia tentu saja secara langsung akan membawa
pengaruh baik yang positif maupun yang negatif ke dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Pengaruh tersebut dapat terlihat dalam aspek politik, ekonomi,
sosial-budaya serta pertahanan dan keamanan.
6. Ada tiga alternatif sikap yang bisa diambil oleh bangsa kita dalam
mengahadapi globalisasi ini. Pertama, menolak dengan tegas semua pengaruh
globalisasi dalam semua aspek kehidupan. Kedua, menerima sepenuhnya
pengaruh tersebut tanpa disaring terlebih dahulu. Ketiga, bersikap selektif
terhadap pengaruh tersebut, yaitu kita mengambil hal-hal positif dari
globalisasi dan membuang hal-hal negatifnya

F. Tes Formatif Kegiatan Belajar 4


Pilihlah alternatif jawaban yang paling benar!
1. Sebagai suatu sistem pemikiran, ideologi bersumber dari pandangan dan falsafah
hidup bangsa. Hal tersebut akan membuat ideologi tersebut berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan bangsa. Artinya,
ideologi tersebut bersifat terbuka dengan senantiasa mendorong terjadinya
perkembangan-perkembangan pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa
harus kehilangan jatidirinya dan mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakatnya. Sama halnya dengan Pancasila
yang nilai-nilainya terus berkembang dan bersumber dari nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia sendiri. Berkaitan dengan hal itu, arti penting Pancasila sebagai
ideologi negara adalah … .
A. Pancasila merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya menekankan
pada segi praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek idealisme
B. Pancasila merupakan norma yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang
tidak hanya dibenarkan, melainkan dibutuhkan oleh seluruh warga masyarakat.
C. nilai-nilai Pancasila berubah-ubah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap waktu
D. Pancasila Isinya terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang
diperlukan dan wajib ditaati oleh seluruh warga masyarakat
E. Pancasila diciptakan oleh negara, dalam hal ini penguasa negara yang mutlak
harus diikuti oleh seluruh warga masyarakat

2. Dari pernyataan-pernyataan berikut ini manakah yang menunjukkan bahwa nilai


Pancasila itu bersifat subjektif?
A. Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat universal
B. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman
hidup, petunjuk hidup bangsa Indonesia
C. Nilai-nilai Pancasila terkait dengan hidup kemanusiaan yang mutlak
D. Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menurut ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental
E. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang mengandung makna tidak dapat diubah (tetap) karena kemerdekaan (yang
di dalamnya mengandung Pancasila) merupakan karunia Tuhan
3. Perhatikan beberapa pernyataan berikut ini!
(1) Mengikuti kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang)
(2) Membayar iuran warga sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Membayar pajak kendaraan bermotor sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(4) Menjaga kelestarian lingkungan sekitar tempat tinggal
(5) Memberikan bantuan Program Keluarga Harapan tepat sasaran.
(6) Berani menyampaikan pendapat untuk kepentingan bersama.
(7) Mengendalikan diri untuk tidak menyebarkan berita-berita hoax (bohong).
(8) Menghargai keberadaan orang lain.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, perilaku positif yang menjamin


terwujudnya nilai keadilan di lingkungan masyarakat ditunjukkan oleh nomor … .
A. (1), (2), (3), dan (4)
B. (1), (3), (5), dan (7)
C. (2), (4), (6), dan (8)
D. (3), (5), (7), dan (8)
E. (4), (5), (7), dan (8

4. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai makna ... .


A. sebagai pedoman bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari
B. sebagai pedoman dalam penyusunan perundang-undangan
C. sebagai way of life
D. sebagai dasar dalam menyelenggarakan pemerintahan negara
E. sebagai etika kehidupan bermasyarakat

5. Kecanggihan alat komunikasi yang ditandai dengan munculnya internet secara


langsung telah mempermudah kita untuk memperoleh informasi dari belahan
bumi lainnya, sehingga kita secara tidak langsung telah melakukan proses
tranformasi ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita. Selain itu juga, dengan adanya
informasi tersebut kita bisa mencontoh atau belajar banyak dari tata nilai
kehidupan, pola berpikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari
bangsa lain yang telah maju untuk kemajuan dan kesejahteraan kita. Kondisi
tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi penerapan nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi terbuka. Berkaitan dengan hal itu, bagaimana tantangan
penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara apabila dikaitkan
perkembangan IPTEK?
A. Perkembangan IPTEK harus mendorong para pejabat negara untuk melek
teknologi dengan tidak meninggalkan nilai-nilai Pancasila.
B. Perkembangan IPTEK harus dapat memperkokoh posisi rakyat Indonesia
sebagai objek pembangunan politik.
C. Pembangunan IPTEK harus mendorong terwujudnya sistem ekonomi berbasis
pasar dan moderen.
D. Pembangunan IPTEK ditujukan untuk meningkatkan derajat kemerdekaan
manusia dengan segala bentuk kebebasannya.
E. Perkembangan IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dan
diciptakan, tetapi memikirkan dampak bagi manusia dan lingkungannya.

6. Menurut Undang-Undang RI Nomor 12 yang menjadi warga negara Indonesia


adalah....
A. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing
B. orang Indonesia, kawulanegara Belanda, yang bertempat tinggal di Suriname
atau Antilen (koloni Belanda)
C. penduduk asli Indonesia, yaitu mereka yang dahulu termasuk golongan
Bumiputera dan berkedudukan di Wilayah RI
D. orang Cina dan Arab yang lahir di Indonesia atau sedikitnya bertempat tinggal
enam bulan di wilayah RI dan dalam waktu dua tahun sesudah tanggal 27
Desember 1949 menyatakan memilih menjadi warga negara Indonesia
E. anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang mempunyai
kewarganegaraan Indonesia meninggal

7. Pada saat ini Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan
informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain
melalui televisi,radio,media cetak, internet dan lain-lain. Dengan jaringan
komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai
belahan dunia untuk barang yang sama. Akibatnya selera masyarakat dunia -
baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera global.
Kondisi tersebut menunjukkan terjadinya globalisasi pada bidang … .
A. ideologi
B. politik
C. ekonomi
D. sosial budaya
E. pertahanan dan keamanan

8. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.


(1) Meningkatnya demokratisasi, tranparansi dalam pemerintahan.
(2) Meningkatkan kemakmuran masyarakat
(3) Terwujudnya jaminan hak asasi manusia oleh suatu negara.
(4) Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan
biaya tinggi.
(5) Meningkatnya kualitas dan kuantitas partisipasi politik rakyat.
(6) Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara.
(7) Terwujudnya kebebasan yang bertanggungjawab sehingga dapat mendorong
kreatifitas masyarakat
(8) Makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi dalam negeri
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, manakah yang merupakan dampak
positif globalisasi di bidang ekonomi?
A. (1), (2), (3), dan (4)
B. (1), (3), (5), dan (7)
C. (2), (4), (6), dan (8)
D. (3), (5), (7), dan (8)
E. (4), (5), (7), dan (8

9. Dalam bidang sosial, globalisasi telah membawa pengaruh dalam perilaku yang
ditampilkan oleh setiap masyarakat. Diantara pengaruh tersebut adalah dalam hal
gaya hidup, gaya pakaian, dasar ikatan hidup bermasyarakat dan semakin
mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan hal
tersebut, bagaimana sikap Bangsa Indonesia dalam merespon perkembangan
globalisasi sosial?
A. Bangsa Indonesia harus menerima sepenuhnya nilai-nilai kehidupan yang
berkembang pada masyarakat Internasional
B. Bangsa Indonesia harus menolak sepenuhnya semua nilai-nilai kehidupan yang
berkembangsa pada masyarakat Internasional
C. Bangsa Indonesia harus bersikap terbuka terhadap berbagai pengaruh
globalisasi dengan cara meninggalkan semua tradisi kedaerahan.
D. Bangsa Indonesia harus bersikap selektif terhadap pengaruh globalisasi sosial
dengan memperkuat paham kedaerahan.
E. Bangsa Indonesia harus memanfatkan kemajuan ilmu pengetahuan dengan
tidak meninggalkan nilai-nilai kebangsaan yang selama ini diyakini
kebenarannya.

10. Globalisasi ekonomi bukanlah proses yang baru. Sejak lima abad yang lalu
perusahaan-perusahaan di negara-negara yang perekonomiannya telah maju, telah
meluaskan jangkauannya melalui aktivitas produksi dan perdagangan ke berbagai
belahan dunia. Namun, sejak dua hingga tiga dekade lalu, globalisasi ekonomi
telah semakin mempercepat perluasan jangkauannya sebagai akibat dari
perkembangan teknologi dan kebijakan-kebijakan liberalisasi yang telah melanda
dunia. Oleh karena itu, bagaimana sikap Bangsa Indonesia dalam merespon
perkembangan globalisasi ekonomi tersebut?
A. Bangsa Indonesia harus menyesuaikan sistem perekonomian Pancasila dengan
melaksanakan nilai-nilai ekonomi liberal.
B. Bangsa Indonesia harus mempertimbangkan kepentingan pasar internasional
dalam melakukan kebijakan pembangunan ekonomi.
C. Melakukan amandemen UUD NRI 1945 untuk memasukkan nilai-nilai
ekonomi liberal yang lebih modern supaya mendapatkan kepastian hukum.
D. Bangsa Indonesia harus menerapkan sistem ekonomi kerakyatan, berasas
kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila dan berpihak kepada
rakyat.
E. Pemerintah Indonesia harus mengubah pola pikir masyarakat Indonesia untuk
mengikuti sepenuhnya proses globalisasi ekonomi dunia

Catatan :
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, apakah Anda telah menguasai kegiatan
belajar 4 tentang Pancasila dan Kewarganegaraan Global, ada baiknya hasil evaluasi
yang telah Anda lakukan, perhatikan rumus berikut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif kegiatan belajar 4
yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang tepat. Kemudian
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 4.

Jumlah Jawaban yang Tepat


Tingkat Pemahaman=
Jumlah Soal x 100%
Arti tingkat pemahaman : 90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila tingkat pemahaman Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat dikatakan
sudah terampil dalam memahami materi dalam kegiatan belajar 4. Akan tetapi, apabila
masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar 4 terutama
bagian yang belum dipahami. Jangan cepat berpuas diri, teruslah belajar supaya
tingkat kecerdasan Anda meningkat!

G. Daftar Pustaka
Amin, Zainul Ittihad. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Branson, M. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika, Yogyakarta: Lembaga
Kajian Islam dan Sosial
Center for Civic Education. (1994). Civitas: National Standards for Civics
and Government, Calabasas: CCE
Cogan, J.J. and Derricott, R. (1998). Citizenship for The 21st Century: An
International Perspective on Education, London: Kogan Page.
. (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education,
Bandung: CICED.
Debling, G. (1991). “Developing Standards”, dalam Competence Based Assessment.
Buckingham: Open University Press
Gordon, V. N. (1988). “Developmental Advising” dalam The Status and Future of
Academic Advising: Problems and Promise. Iowa City, IA: American College
Testing Program
Isjoni. (2010). Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta
Kaelan. 2012. Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara.
Yogyakarta: Paradigma
Komalasari, Kokom. (2007). Pendidikan Pancasila: Panduan bagi Para Politisi.
Surabaya: Lentera Cendikia
. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: CV
Armico
. (2009). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan
Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP.
Disertasi SPS UPI: Tidak diterbitkan.
Korten, David. (1993). Getting to the Twenty Firts Century: Voluntary Action and
The Global Agenda. Alih Bahasa: Lilian Tejasudhana. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan.
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Garsindo.
Pranarka, A.W. (1985). Sejarah Pemikiran Pancasila. Jakarta: Yayasan Proklamasi
CSIS
Republik Indonesia.(2002). Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sinar Grafika
. (2006). Undang-Undang RI 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia . [Online]. Tersedia: http://www.dpr.go.id. Html [2 Oktober 2019]
Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai
Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam
Konteks Pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.
Wuryan, Sri dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung:
Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.
H. Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 4
1. B 6. A
2. B 7. D
3. C 8. C
4. D 9. E
5. E 10 D

TES SUMATIF

Pilihlah alternatif jawaban yang paling tepat!


1. Secara yuridis pengakuan, penghormatan dan penegakkan Hak Asasi Manusia
(HAM) sangat penting diwujudkan, karena … .
A. penegakkan HAM merupakan ciri negara demokratis
B. jaminan perwujudan HAM terdapat dalam konstitusi
C. penghormatan terhadap HAM merupakan amanat ideologi negara
D. penegakkan HAM merupakan bagian tidak terpisahkan dari kebijakan
Presiden
E. pengakuan terhadap HAM terdapat dalam berbagai jenis peraturan
2. Bagi bangsa Indonesia, pengakuan, penghormatan dan penegakkan Hak Asasi
Manusia (HAM) sangat penting diwujudkan, karena merupakan salah satu
bentuk pengamalan Pancasila terutama sila … .
A. Ketuhanan Yang Maha Esa
B. Kemanusian Yang Adil dan Beradab
C. Persatuan Indonesia
D. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
E. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
3. Hak asasi manusia adalah adalah hak dasar yang dianugerahkan Tuhan Yang
Maha Esa kepada seluruh umat manusia. Dengan demikian hak asasi manusia
mempunyai sifat....
A. hakiki
B. universal
C. tak terbatas
D. tidak dapat dibagi
E. individual
4. Bagi seorang tersangka atau terdakwa dalam perkara pidana berhak
mendapatkan perlindungan hukum dan didampingi penasehat hukum. Hal
tersebut merupakan perwujudan ... .
A. social rights
B. political rights
C. procedural rights
D. economical rights
E. proverty rights
5. Perhatikan tabel berikut ini !
NO A B C
1. Ditetapkannya berbagai Penegakkan HAM lebih Diberlakukan
peraturan perundang- menekankan pada pembatasan terhadap
undangan yang perwujudan hak berserikat hak sipil dan hak politik
berkaitan dengan melalui organisasi politik. warga negara.
HAM.
2. Diadakannya berbagai Ditegakkannya kebebasan Dicanangkannya
seminar tentang pers sebagai salah satu program Rencana Aksi
penegakkan HAM. pilar demokrasi. Nasional HAM.
3. Pemerintah Dilakukan kajian dan Dibentuknya Komisi
memberikan ratifikasi terhadap Nasional Hak Asasi
keleluasaan kepada instrumen HAM Manusia (Komnas
rakyat untuk internasional. HAM).
mendirikan partai
politik.
Berdasarkan data pada tabel tersebut, manakah yang merupakan upaya pemajuan
HAM pada periode 1998 s.d sekarang?
A. 1A, 2B dan 3C
B. 1A, 3B dan 2C
C. 2A, 1B dan 1C
D. 3A, 2B dan 2C
E. 3A, 3B dan 3C
6. Saat ini sering terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bentuk
tindak kekerasan yang menimpa para pelajar. Tindak kekerasaan tersebut sering
dikenal dengan istilah bullying. Pelaku bullying bisa dari oknum pelajar atau
pihak lainnya. Tindakan tersebut sebetulnya dapat dihindari apabila penegakkan
HAM dapat diwujudkan di berbagai lingkungan kehidupan. Sebagai seorang
pelajar, bentuk peran serta yang dapat ditampilkan untuk mencegah terjadinya
bullying sebagai bagian dari upaya penegakkan HAM, diantaranya adalah dengan
... .
A. mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk peraturan yang khusus
mengatur pencegahan terhadap bullying
B. meningkatkan pemahaman mengenai jenis-jenis bullying yang terjadi di
berbagai lingkungan kehidupan
C. melaporkan setiap tindakan bullying kepada aparat kepolisian dan kepala
sekolah
D. mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk suatu lembaga nasional
anti bullying
E. membuat tulisan tentang pencegahan tindakan bullying di media cetak nasional
mapun lokal.
7. Kasus perbudakan buruh kuali yang pernah disidangkan oleh Pengadilan Negeri
Tangerang (PN Tangerang) dengan Terdakwa YI dan kawan-kawan merupakan
salah satu kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kasus tersebut sebenarnya
dapat dihindari, apabila masyarakat berperan serta dalam upaya penegakkan
HAM untuk mencegah terjadinya pelanggaran HAM. Salah satu bentuk peran
serta yang dapat ditampilkan oleh anggota masyarakat diantaranya adalah ... .
A. mengawal pelaksanaan undang-undang tentang hak asasi manusia
B. melaporkan setiap pelanggaran ham yang terjadi di masyarakat
C. meningkatkan pemahaman mengenai hak dan kewajiban asasi manusia
D. mengawasi kinerja komnas ham sebagai salah satu instrumen penegakkan
ham
E. membuat petisi tentang efektifitas penegakkan ham oleh Pemerintah

8. Pada dasarnya upaya pemajuan, penghormatan dan penegakan hak asasi manusia
sering mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Hal tersebut
disebabkan karena penegakan hak asasi manusia masih bersifat parsial atau
berdiri sendiri. Untuk itu, dibutuhkan peran serta segenap komponen bangsa, yaitu
masyarakat dan pemerintah.
Berkaitan dengan hal tersebut, bagaimana hubungan peran pemerintah dan masyarakat
dalam upaya pengakuan, penghormatan dan penegakkan HAM?
A. Masyarakat bisa lebih berperan aktif dengan melakukan tindakan tegas dan
keras kepada semua lembaga atau organisasi yang tidak mendukung kebijakan
pemerintah dalam proses pengakuan, penghormatan dan penegakkan HAM.
B. Pemerintah dapat memaksa masyarakat untuk patuh terhadap semua kebijakan
dalam proses pengakuan, penghormatan dan penegakkan HAM, serta
memberikan sanksi kepada siapa saja yang mengkritisi kebijakan tersebut.
C. Pemerintah dapat menjadikan laporan masyarakat mengenai terjadinya
pelanggaran HAM sebagai dasar untuk bertindak tegas dengan menggunakan
kekerasan dalam rangka menjamin terwujudnya penghormatan dan
penegakkan HAM.
D. Pemerintah dan masyarakat berperan sesuai dengan kehendaknya dalam
mewujudkan pengakuan, penghormatan dan penegakkan hak asasi manusia,
karena keduanya memiliki peran yang berbeda serta tidak saling berkaitan satu
sama lain.
E. Pemerintah bertindak sebagai regulator atau pembuat kebijakan penegakkan
HAM, sementara itu masyarakat mendukung dengan tetap bersikap kritis
kebijakan pemerintah tersebut dalam proses penegakkan HAM.
9. Pada saat ini kecintaan terhadap tanah air, bangsa, dan negara tidak ditampilkan
dalam bentuk keikutsertaan dalam peperangan fisik, akan tetapi diwujudkan
dalam kegiatan pembangunan di segala bidang. Berkaitan dengan hal tersebut,
salah satu contoh sikap/perilaku yang mencerminkan kecintaan kepada tanah air
di bidang politik adalah … .
A. mengembangkan koperasi berasaskan kekekeluargaan untuk kesejahteran bersama
B. menerima pengaruh asing yang dapat memajukan dan mengembangkan
kebudayaan nasional
C. menjauhi paham kedaerahan yang dapat melemahkan persatuan dan kesatuan
bangsa
D. berani melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila terjadi pelanggaran
E. mendukung dan melaksanakan semua kebijakan pemerintah pusat dan daerah

10. Secara geografis Indonesia berada pada posisi silang, karena diapit oleh dua
benua (Asia di utata dan Australia di Selatan) dan dua samudera (Pasifik di utara
dan Hindia di selatan). Posisi silang Indonesia merupakan sebuah potensi
sekaligus ancaman bagi integrasi nasional bangsa Indonesia. Dikatakan sebuah
potensi karena akan memberikan dampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Akan tetapi, posisi silang ini juga mejadikan Indonesia sebagai negara yang tidak
terbebas dari ancaman yang dapat memecah belah bangsa. Ancaman bagi bangsa
Indonesia ada di berbagai bidang kehidupan. Salah satu bentuk ancaman terhadap
persatuan dan kesatuan bangsa di bidang sosial adalah … .
A. munculnya berbagai paham radikal dalam bentuk aksi terror kepada pemerintah
maupun masyarakat
B. gejala bangkitnya kembali komunisme, meskipun paham ini sudah dilarang oleh
negara
C. gaya hidup individualistis yang semakin melunturkan budaya gotong royong pada
masyarakat Indonesia
D. timbulnya kesenjangan yang tajam sebagai akibat dari adanya persaingan bebas
E. Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari luar seiring dengan adanya
perdagangan bebas.

11. Berikut ini beberapa aspek wawasan nusantara


1) Ideologi
2) Demografi
3) Politik
4) Geografi
5) Ekonomi
6) Kekayaan alam
7) Pertahanan/keamanan
Berdasarkan data tersebut, aspek alamiah wawasan nusantara ditunjukan oleh nomor
….
A. 1, 2 dan 3
B. 1, 3 dan 5
C. 2, 4 dan 6
D. 3, 5 dan 7
E. 4, 6 dan 7

12. Perhatikan perwujudan kepulauan nusantara di bawah ini :


(1) Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman bagi
seluruh bangsa dan negara.
(2) Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di dalam
pembelaan negara.

Dua pernyataan di atas merupakan perwujudan dari ....


A. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ideologi
B. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
C. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya
D. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik
E. Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan
13. Sebagai warga negara Indonesia kita sudah tidak asing lagi dengan slogan
Bhinneka Tunggal Ika. Slogan yang merupakan prinsip dari pandangan hidup
negara kita terhadap kemajemukan suku-suku yang ada di dalamnya. Berdasarkan
hal tersebut, fungsi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah ….
A. menjadi landasan mewujudkan persatuan dan juga kesatuan bangsa Indonesia
B. sebagai pedoman untuk mengembangkan kebudayaan daerah masing- masing
C. menjadi landasan dalam berperilaku antarsuku bangsa yang berbeda- beda
D. sebagai pedoman menyusun amandemen terhadap UUD NRI Tahun 1945
E. menjadi landasan dalam menerapkan Pancasila sebagai ideologi terbuka

14. Indonesia memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan sosial


budaya, seperti adat istiadat, bahasa, agama, kesenian, dan sebagainya. Perbedaan
atau keanekaragaman tersebut tidak menjadikan bangsa Indonesia bercerai-berai,
namun justru merupakan potensi untuk mengembangkan dirinya menjadi bangsa
yang besar. Hal ini dapat terwujud apabila setiap warga negara menampilkan
sikap atau perilaku warga negara yang dapat memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, seperti sikap toleransi dan tenggang rasa antaragama,
antarsuku, antar golongan dan antarbangsa..

Salah satu arti penting sikap/perilaku yang menunjang terciptanya persatuan dan
kesatuan bangsa adalah … .
A. memperkuat posisi kebudayaan daerah di atas kebudayaan nasional untuk
menunjang kemajuan negara
B. meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap suku atau daerhanya melebihi
kecintaannya kepada negara
C. memperkuat kedudukan pemerintah pusat di atas pemerintah daerah atau
pemerintahan tradisional
D. memperkuat kedudukan bahasa daerah sebagai salah satu simbol persatuan dan
kesatuan bangsa
E. menjadikan perbedaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai faktor
penunjang keberhasilan pembangunan

15. Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia sangat dinamis. Adakalanya persatuan
dan kesatuan bangsa itu begitu kokoh, tetapi ada juga masa ketika persatuan dan
kesatuan bangsa mendapat ujian ketika dirongrong oleh gerakan-gerakan
pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI, serta segala bentuk teror
yang bisa berdampak munculnya perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa harus dilakukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu alasan pentingnya kita menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa adalah … .
A. kemajuan ekonomi suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan rakyatnya
dalam menjaga persatuan dan kesatuan
B. persatuan dan kesatuan bangsa menentukan harkat dan derajat Bangsa Indonesia
dalam pergaulan dengan bangsa lainnya
C. paham kedaerahan akan semakin kuat apabila persatuan dan kesatuan bangsanya
pun semakin kokoh dan selalu dijaga
D. persatuan dan kesatuan merupakan alat bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur
E. Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat mensejajarkan diri dengan bangsa lain
dalam pergaulan internasional

16. Sebagai sebuah ideologi, Pancasila kaya akan nilai-nilai baik yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia pada masa dahulu, maupun budaya dan pemikiran
bangsa Indonesia pada saat sekarang. Tidak hanya itu, Pancasila juga menerima
nilai-nilai dan pemikiran dari luar budaya negara kita yang sesuai dengan
kepribadian bangsa dan negara Indonesia. Hal tersebut menjadikan Pancasila
menjadi ideologi yang penting dan dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
Berkaitan dengan hal itu, arti penting Pancasila sebagai ideologi negara adalah …
.

A. Pancasila Isinya terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang


diperlukan dan wajib ditaati oleh seluruh warga masyarakat
B. Pancasila diciptakan oleh negara, dalam hal ini penguasa negara yang mutlak
harus diikuti oleh seluruh warga masyarakat
C. Pancasila bersifat utopis, sehingga mendorong masyarakat Indonesia untuk
mempunyai cita-cita yang tinggi
D. Pancasila dapat membentuk identitas atau karakter kebangsaan yang membedakan
masyarakat Indonesia dengan masyarakat bangsa lainnya di dunia
E. Pancasila dapat mengubah pola pikir masyarakat Indonesia, karena nilai-nilainya
selalu beriringan dengan liberalisme yang dianggap lebih modern
17. Pancasila berkedudukan sebagai sumber nilai dan dasar negara. Dua kedudukan
Pancasila tersebut sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berkaitan dengan hal tersebut, makna kedudukan Pancasila sebagai sumber nilai
dan dasar negara adalah … .
A. sebagai sumber nilai, Pancasila merupakan dasar etika kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sedangkan sebagai dasar negara, Pancasila merupakan acuan
bagi Kepala Daerah dalam membuat kebijakan luar negeri
B. sebagai sumber nilai, Pancasila merupakan landasan moral bagi pemerintah
dalam menetapkan dan memberlakukan kebijakan-kebijakan negara.
Sedangkan sebagai dasar negara, Pancasila merupakan dasar pembentukan
norma hukum
C. sebagai sumber nilai, Pancasila merupakan landasan moral bagi pemerintah
dalam menetapkan dan memberlakukan kebijakan-kebijakan negara.
Sedangkan sebagai dasar negara, Pancasila merupakan dasar pembentukan
berbagai peraturan daerah
D. sebagai sumber nilai, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sedangkan sebagai dasar negara, Pancasila merupakan landasan moral bagi
pemerintah dalam menetapkan dan memberlakukan kebijakan-kebijakan
negara
E. sebagai sumber nilai, Pancasila merupakan dasar etika kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sedangkan sebagai dasar negara, Pancasila merupakan acuan
bagi Kepala Daerah dalam membuat kebijakan luar negeri

18. IPTEK di berbagai negara khususnya dalam bidang teknologi informasi,


komunikasi, dan trasportasi telah membuat dunia ini seolah-olah tanpa batas. Arus
informasi dan komunikasi dari berbagai negara menjadi cepat dan biaya yang
dikeluarkan pun cukup murah. Kondisi tersebut tentunya menjadi tantangan
tersendiri bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka. Berkaitan
dengan hal itu, bagaimana tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi negara apabila dikaitkan perkembangan IPTEK?
A. Pembangunan IPTEK harus mendorong terwujudnya sistem ekonomi berbasis
pasar dan moderen yang mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat.
B. Pembangunan IPTEK ditujukan untuk meningkatkan derajat kemerdekaan
manusia dengan segala bentuk kebabasannya.
C. Perkembangan IPTEK harus dapat mendorong masyarakat Indonesia
memanfaatkan teknologi untuk berbagai kepentingan.
D. Perkembangan IPTEK harus dapat mempertahankan nilai-nilai budaya daerah
dan budaya nasional sebagai landasan kehidupan masyarakat Indonesia.
E. Perkembangan IPTEK harus fokus pada terciptanya inovasi di berbagai bidang
yang bermanfaat bagi kehormatan dan kemajuan bangsa.

19. Globalisasi politik telah memunculkan isu demokratisasi menjadi acuan utama
bagi eksistensi suatu negara sebenarnya. Hal tersebut secara tidak langsung telah
menutup mata kita terhadap mana benar dan yang salah. Segala sesuatu peristiwa
selalu dikaitkan dengan demokratisasi. Akan tetapi demokratisasi yang diusung
adalah demokrasi yang dikehendaki oleh negara-negara adidaya yang digunakan
untuk menekan bahkan menyerang negara-negara berkembang yang bukan
sekutunya. Akibatnya adalah selalu terjadi konflik kepentingan yang pada
akhirnya mengarah pada pertikaian antar negara. Oleh karena itu, bagaimana
sikap Bangsa Indonesia dalam merespon perkembangan globalisasi politik
tersebut?
A. Bangsa Indonesia harus menyesuaikan demokrasi Pancasila yang sedang
diterapkan dengan memperhatikan nilai-nilai kebebasan yang berkembang saat
ini.
B. Bangsa Indonesia harus mempertimbangkan isu-isu internasional dalam
menetapkan kebijakan di berbagai bidang termasuk bidang politik
C. Melakukan amandemen UUD NRI 1945 untuk memasukkan nilai-nilai
kehidupan yang lebih modern supaya mendapatkan kepastian hukum.
D. Bangsa Indonesia harus memperkokoh paham kedaerahan yang berdasar pada
nilai-nilai kekeluargaan dan kedaulatan rakyat
E. Bangsa Indonesia harus mempu menunjukkan eksistensinya sebagai negara
berdaulat, namun tidak meninggalkan kerjasama dengan negara-negara lain.

20. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.


1) Meningkatnya demokratisasi, tranparansi dalam pemerintahan.
2) Meningkatkan kemakmuran masyarakat
3) Terwujudnya jaminan hak asasi manusia oleh suatu negara.
4) Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan
biaya tinggi.
5) Meningkatnya kualitas dan kuantitas partisipasi politik rakyat.
6) Meningkatkan kesempatan kerja dan devisa negara.
7) Terwujudnya kebebasan yang bertanggungjawab sehingga dapat mendorong
kreatifitas masyarakat
8) Makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi dalam negeri
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, manakah yang merupakan dampak
positif globalisasi di bidang politik?
A. 1, 3, 5 dan 7
B. 2, 4, 6 dan 8
C. 3, 4, 5 dan 6
D. 4, 6, 7 dan 8
E. 5, 6, 7 dan 8

21. Kecanggihan alat komunikasi yang ditandai dengan munculnya internet secara
langsung telah mempermudah kita untuk memperoleh informasi dari belahan
bumi lainnya, sehingga kita secara tidak langsung telah melakukan proses
tranformasi ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita. Selain itu juga, dengan adanya
informasi tersebut kita bisa mencontoh atau belajar banyak dari tata nilai
kehidupan, pola berpikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari
bangsa lain yang telah maju untuk kemajuan dan kesejahteraan kita. Kondisi
tersebut menunjukkan terjadinya globalisasi pada bidang … .
A. ideologi
B. politik
C. ekonomi
D. sosial budaya
E. pertahanan dan keamanan

22. Dalam bidang sosial, globalisasi telah membawa pengaruh dalam perilaku yang
ditampilkan oleh setiap masyarakat. Diantara pengaruh tersebut adalah dalam hal
gaya hidup, gaya pakaian, dasar ikatan hidup bermasyarakat dan semakin
mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan hal
tersebut, bagaimana sikap Bangsa Indonesia dalam merespon perkembangan
globalisasi sosial?
A. Bangsa Indonesia harus menerima sepenuhnya nilai-nilai kehidupan yang
berkembang pada masyarakat Internasional
B. Bangsa Indonesia harus meniolak sepenuhnya semua nilai-nilai kehidupan
yang berkembangsa pada masyarakat Internasional
C. Bangsa Indonesia harus bersikap terbuka terhadap berbagai pengaruh
globalisasi dengan cara meninggalkan semua tradisi kedaerahan.
D. Bangsa Indonesia harus bersikap selektif terhadap pengaruh globalisasi sosial
dengan memperkuat paham kedaerahan.
E. Bangsa Indonesia harus memanfatkan kemajuan ilmu pengetahuan dengan
tidak meninggalkan nilai-nilai kebangsaan yang selama ini diyakini
kebenarannya.

23. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, banyak nilai yang


mengatur demi keharmonisan hidup bersama, diantaranya ada yang disebut : nilai
sosial, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai moral, dan nilai agama. Dari nilai-
nilai yang ada nilai dianggap memiliki kedudukan tertinggi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, adalah …..
A. Nilai yang bersumber dari unsur rasa yang terdapat pada setiap diri manusia,
dan biasa disebut dengan nilai estetika yang bersumber dari yang indah.
B. Nilai yang bersumber dari nilai-nilai ketuhanan tersimpan dalam ajaran
agama, bersumber dari yang maha tinggi dan menjamin kebahagiaan dunia
dan ahirat.
C. Nilai yang besumber dari kehendak atau kemauan, dengan nilai ini manusia
dapat bergaul dengan baik diantara sesame manusia lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat.
D. Nilai yang melakat pada masyarakat berkaitan dengan sikap dan tindakan
manusia nilai ini menjadi ciri bahwa manusia tidak dapat hidup mandiri.
E. Nilai yang bersumber dari akal manusia. Nilai ini mutlak dibawa sejak lahir.
Oleh karenanya ada yang menyatakan nilai ini merupakan kodrat dari Tuhan.

24. Demi kelangsungan kehidupan dibutuhkan berbagai nilai sosial, Notonagoro


membagi nilai-nilai sosial demi menunjang kelangsungan hidupnya kedalam :
nilai material, nilai vital, dan nilai rohani. Nilai vital berkaitan dengan ….
A. Nilai sosial yang berguna bagi meneuhi kebutuhan rohani atau spiritual
manusia yang sifatnya lebih universal atau umum.
B. Nilai sosial yang berguna bagi aktivitas atau kegiatan manusia dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari.
C. Nilai sosial yang berguna bagi jasmani manusia, termasuk benda-benda nyata
yang dapat dimanfaatka bagi pemenuhan kebutuhan fisik.
D. Merupakan nilai ketuhanan yang mengandung satu keyakinan atau
kepercayaan oleh manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
E. Nilai yang berkaitan dengan perasaan dan jiwa keindahan manusia, atau sering
juga disebut sebagai nilai estetika.
25. Moral memiliki arti sangat luas, ada yang menyatakan sebagai aturan kesusilaan
berkaitan dengan benar, salah, baik, maupun buruk. Moral pada prinsipnya
sebagai perangkat pengaturan dalam kehidupan bermasyarakat ….
A. Alat untuk mengukur kadar baik dan buruknya sebuah tindakan manusia,
mungkin sebagai anggota masyarakat (member of society) atau sebagai
manusia yang memiliki posisi tertentu.
B. Perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, juga berarti tata
cara, kebiasaan, dan adat, yang telah menjadi kebiasaan sebagai budaya.
C. Akhlak yang sesuai dengan perautran sosial, atau menyangkut hukum atau adat
kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
D. Berhubungan dengan apa yang benar dan salah dalam perilaku manusia,
dianggap benar dan baik oleh kebanyakan orang sesuai standar yang berlaku.
E. Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti, dan susila.
26. Jean Piaget sebagai ahli perrkembangan Kognitif membagi perkembangan konitif
seorang ke dalam tahap : 1) tahap sensori motor; 2) tahap operasional; 3) tahap
praoperasional konkret; dan 4) tahap operasional formal. Tahap operasional
formal ini merupakan tahap yang paling tinggi dari tahap perkembangan kognitif
seorang anak manusia dapat dipahami dari pernyataan di bawah ini, yakni ….
A. Pada tahap ini anak dicirikan dengan tindakannya yang suka meniru dan
bertindak secara refleks, orang-rang dewasa disekitarnya menjadi teladan
baginya.
B. Pada tahap ini anak mulai mengunakan simbol dan bahasa, dengan
penggunaan bahasa anak mulai memikirkan yang terjadi sekarang, tetapi yang
sudah lalu.
C. Pada tahap ini anak sudah mulai berpikir transpormasi. Pada tahap ini anak
mulai mampu membuat klasifikasi, anak sudah mengerti sebab akibat.
D. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir formal, abstrak, berpikir deduktif,
induktif, dan menyusun hipotesis.
E. Pada tahap dimana anak tidak dapat berpikir rasional tanpa dituntun oleh yang
lebih dewasa, dan selamanya harus dipandu.
27. Norma yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dilihat dari daya pengikatnya
terhadap kehidupan sosial di masyarakat dapat berupa : cara (usuge), Tata
kelakuyarakat baian (mores), adat istiadat (custom), Hukum (law), dan norma
mode atau norma fashion. Norma yang berkaitan dengan mengatur di lingkungan
masyarakat diantaranya Hukum (law), yang dicirikan ….
A. Norma yang lahir dari adanya kehadiran gaya dan cara anggota masyarakat
yang cenderung berubah, bersifat baru dan diikuti masyarakat.
B. Tata kelakuan yang terintegrasi kemudian menjadi kuat keberadaannya dengan
pola perilaku masyarakat dan terus meningkat sehingga menjadi kebiasaan.
C. Kebiasaan yang tidak semata-mata dianggap sebagai suatu cara dalam suatu
cara berperilaku, namun dapat diterima sebagai norma pengatur.
D. Mengacu pada bentuk perbuatan-perbuatan yang lebih menonjolkan pada
hubungan yang terjadi antar individu.
E. Lahir dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang dicirikan oleh adana penegak hukum dalam menertibkan
pelanggar.

28. Tiap hubungan mengandung nilai, moral, dan norma, yakni tidak ada hubungan
sosial yang terlepas tanpa hubungan susila. Hubungan sosial ini ada yang bersifat
social horizontal, dan social vertical. Yang dimaksud dengan hubungan social
horizontal berkaitan dengan ….
A. hubungan yang bersifat pribadi antara individu dengan tuhannya, bersifat
transendental atau hubungan rohaniah.
B. hubungan yang terjadi antara sesama antar manusia dalam kehidupan
bermasyarakat secara umum.
C. hubungan yang dilakukan antar pribadi dengan pribadi lainnya sesama manusia
dalam memenuhi kebutuhan hajat hidupnya.
D. hubungan pribadi sesama manusia dengan tuhannya yang bersifat alamiah
sebagai mahluk tuhan.
E. hubungan antara Negara secara dan warga Negara dalam hubungannya dengan
hak kewajibannya.

29. Penerapan secara nyata tentang nilai, moral, dan norma dan kaidah-kaidah
masyarakat lainnya dalam kehidupan setidaknya memiliki dua alasan pokok,
yakni :
A. Kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat tertentu yang ada
dalan Negara tersebut.
B. Kepentingan Negara dan kepentingan pemerintahan Negara semata.
C. Kepentingan dirinya sendiri sebagai individu dan kepentingan stabilitas
kehidupan masyarakat.
D. Kepentingan tiap-tiap individu berdasarkan kepentingannya masing-
masingdalam komunitasnya.
E. Kepentingan stabilitas masyarakat sebagai warga Negara terhadap negaranya
dalam menjalankan hak dan kewajibannya.

30. Simak ceritera moral dan norma berikut; Hendra dijebloskan ke dalam penjara
selama 20 tahun karena ia telah membobol sebuah toko obat dan mencuri obat
demi kesembuhan ibunya, karena kemiskinan. Namun baru 2 tahun ia kabur dari
tahanan, dan ia berhasil keluar dari pulau Jawa dengan nama samaran, di luar
Pulau Jawa ia berhasil mendirikan pabrik obat dengan banyak mempekerjakan
karyawan. 20 tahun berlalu, ada seseorang yang mengenali Hendra si boss
pabrik obat sebagai bekas narapidana yang kabur dari tahanan di pulau Jawa.
Pertanyaannya apakah orang yang melihat tersebut sebagai warga Negara yang
baik harus melaporkannya ke Polisi ?
A. Melaporkannya, sebab ia akan mendapat hukuman bila tidak melaporkan,
dan dianggap melindungi.
B. Tidak melaporkan, sebab lebih baik melihat orang bahagia daripada
menderita, dan ia cari selamat saja.
C. Tidak melaporkannya, karena kesalahan Hendra telah tergantikan dengan
kebaikannya mempekerjakan karyawan pabrik.
D. Tidak melaporkannya, sebab ia tidak ada urusan atau masalah dengan
dirinya dan keluarganya.
E. Melaporkannya, karena mungkin ia akan memperoleh imbalan atau
penghargaan dari pemerintah atau masyarakat.
Kunci Jawaban Tes Sumatif:
1. B 11. C 21. D
2. B 12. E 22. E
3. A 13. A 23. B
4. C 14. E 24. B
5. B 15. D 25. B
6. B 16. D 26. D
7. C 17. D 27. E
8. E 18. E 28. B
9. E 19. E 29. E
10. C 20. A 30. A

Anda mungkin juga menyukai