Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN STATUS EKONOMI YANG TERDAMPAK COVID-19 DENGAN

STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN HEGARSARI KECAMATAN


PATARUMAN KOTA BANJAR

OUTLINE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi


pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Bina Putera Banjar

Oleh :
Risma Febrianti
NIM : 4002170002

STIKes BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2021
OUTLINE

Nama : Risma Febrianti

NPM : 4002170002

1.1 Masalah penelitian

Pembatasan kegiatan sosial budaya kemasyarakatan selama pandemi Covid-19

dapat menghambat akses konsumsi dan pelayanan gizi serta kesehatan anak,

termasuk pelayanan gizi di posyandu. Kondisi ini diperparah dengan

pendapatan keluarga yang menurun drastis akibat dari diberlakukannya

Pembatasan Sosial Bersekala Besar, sehingga dapat menyebabkan

peningkatan masalah gizi pada balita. Peningkatan akses pangan di tingkat

rumah tangga, terutama pemberian makan anak secara responsif dapat

menghambat penurunan status gizi anak dan mencegah terjadinya masalah

kesehatan lain pada balita.

1.2 Keilmuan

Ilmu Keperawatan Anak

1.3 Judul penelitian

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA YANG TERDAMPAK

COVID-19 DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN

HEGARSARI KECAMATAN PATARUMAN KOTA BANJAR

1.4 Latar Belakang

Sejak Pemerintah mengumumkan pandemi Covid-19 di Indonesia, tidak

lama kemudian semua Provinsi yang di Indonesia mengumumkan bahwa ada


masyarakatnya yang terjangkit Covid-19. Berbagai efek mulai bermunculan

dari adanya penyebaran virus ini sehingga menyebabkan kondisi pandemic

global Covid-19. Semua Negara diperhadapkan pada kondisi dimana

masyarakatnya terjangkit sehingga hampir semua aspek kehidupan manusia

pun mengalami perubahan. Dari berbagai sektor yang yang terganggu akibat

adanya virus ini, salah satunya adanya sektor ekonomi (Bahtiar & Saragi,

2020).

Sektor ekonomi rumah tangga pun mengalami dampak dari terjadinya

wabah Covid-19. Menteri Keuangan juga menyatakan bahwa wabah corona

akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia mengatakan,

wabah corona akan berdampak besar pada laju konsumsi rumah tangga dalam

jangka pendek. Turunnya konsumsi membuat pertumbuhan produk domestik

bruto atau PDB Indonesia bakal merosot menjadi 2,3% hingga -0,4%. Angka

ini jauh di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

2020 yang mencapai 5,3%. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi

akan turun ke 2,3% bahkan dalam skenario yang lebih buruk bisa mencapai -

0,4%. Sektor rumah tangga akan mengalami penurunan cukup besar dari sisi

konsumsi karena tidak lagi melakukan aktivitas sehingga konsumsi akan

menurun cukup tajam dari 3,22% hingga 1,60% (Warta Ekonomi, 2020).

Pendapatan keluarga yang rendah sangat berpengaruh kepada kecukupan

gizi keluarga. Kekurangan gizi berhubungan dengan sindroma kemiskinan.

Tanda-tanda sindroma kemiskinan antara lain berupa: penghasilan yang sangat

rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan


perumahan; kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah; sanitasi

lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap

pelayanan yang sangat terbatas; jumlah anggota keluarga yang banyak, dan

tingkat pendidikan yang rendah (Arlim, 2012).

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga

negara termasuk anak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang

tertuang dalam Peraturan Pemerintah no 2 tahun 2018 tentang Standar

Pelayanan Minimal dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 4 tahun 2019

tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Balita

didalamnya meliputi pemantauan pertumbuhan, perkembangan, pemberian

imunisasi dasar dan lanjutan, kapsul vitamin A dan tatalaksana balita sakit jika

diperlukan (Kemenkes RI, 2020).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Banjar mengenai jumlah balita di Kota

Banjar pada tahun 2020 mencapai 13004 jiwa, dengan jumlah balta yang

ditimbang sebanyak 12909 jiwa dengan persentase 99.3%. Dari data tentang

gizi masalah gizi di Kota Banjar pada tahun 2020 paling banyak terdapat di

Kelurahan Hegarsari Kota Banjar, dengan jumlah balita sebanyak 1667 jiwa

dengan jumlah bayi yang ditimbang sebanyak 1640 jiwa. Data tentang gizi

berdasarkan BB/TB di Wilayah Kerja Puskesmas Pataruman mencapai 205

jiwa dengan rincian jumlah balita kurus sebanyak 130 jiwa yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 69 jiwa dan perempuan 61 jiwa, status gizi gemuk


sebanyak 75 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 39 jiwa dan perempuan

sebanyak 36 jiwa (Dinkes Banjar, 2020).

Status ekonomi di Kelurahan Hegarsari Kota Banjar pada masa pandemic

Covid-19 diketahui bahwa jumlah anak menurut status ekonomi yang

tergolong dalam keluarga miskin terdapat 233 jiwa (14,2%), dan keluarga non

keluarga miskin mencapai 1407 jiwa (85.8%). Keluarga yang tergolong dalam

keluarga miskin memiliki tingkat pendapatan yang rendah atau dibawah Upah

Minimum Regional (UMR) di Kota Banjar sebesar Rp. 1.831.884,83. Tingkat

pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap masalah-masalah yang

dapat terjadi pada suatu keluarga salahsatunya masalah gizi, keluarga yang

tergolong keluarga miskin cenderung memiliki permasalahan gizi paling

banyak karena tidak memenuhi asupan makanan yang sesuai yang dibutuhkan

oleh anak.

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi status

gizi. Hal ini menyangkut daya beli keluarga untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi makan. Pola asuh gizi merupakan praktek rumah tangga yang

diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber

lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak.

Keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan mempengaruhi derajat

kesehatan keluarga tersebut misalnya anak akan mengalami gizi buruk,

keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan memenuhi kebutuhan sehari-

harinya dengan seadanya termasuk kebutuhan pangan, sehingga kebutuhan

gizi anak tidak terpenuhi (Riyadi, 2015).


Meningkatnya kasus kasus Covid-19 di Kota Banjar yang diikuti dengan

bertambahnya jumlah penderita yang ada, telah menyebabkan pengurangan

kegiatan sosial budaya masyarakat. Kebijakan untuk beraktifitas dari rumah,

selalu menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan pakai sabun

menggunakan air mengalir menyebabkan pelayanan gizi dan kesehatan anak

di beberapa tempat tidak dapat berjalan secara optimal, termasuk kegiatan

pemantauan pertumbuhan di posyandu. Kondisi ini dapat menyebabkan

pertumbuhan dan kondisi kesehatan anak tidak dapat diketahui dengan baik

(Efrizal, 2020).

Berdasarkan hasil studi dengan tekhnik wawancara terhadap 10 keluarga

yang memiliki balita diperoleh hasil dari 5 keluarga memiliki tingkat

pendapatan dibawah UMR Kota Banjar dan dari 5 keluarga tersebut 3

keluarga memiliki balita dengan gizi kurang sedangkan sisanya 2 keluarga

memiliki balita dengan gizi baik, sementara itu sisanya sebanyak 5 keluarga

memiliki tingkat pendapatan sesuai dengan UMR Kota Banjar, akan tetapi

mereka mengatakan bahwa pendapatan yang sesuai dengan UMR pun pada

saat ini hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, dari 5 keluarga

yang memiliki pendapatan yang sesuai dengan UMR mereka semuanya

memiliki balita dengan status gizi baik.

Hasil paparan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan tema hubungan status ekonomi keluarga yang

terdampak Covid-19 dengan status gizi pada balita di Kelurahan Hegarsari

Kecamatan Pataruman Kota Banjar.


1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status ekonomi keluarga yang terdampak

Covid-19 dengan status gizi pada balita di Kelurahan Hegarsari Kecamatan

Pataruman Kota Banjar.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengukur saus ekonomi keluarga yang memiliki balita di

Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

2. Untuk mengidentifikasi status gizi balita di Kelurahan Hegarsari

Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

3. Untuk menganalisis hubungan status ekonomi keluarga yang terdampak

Covid-19 dengan status gizi pada balita di Kelurahan Hegarsari

Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu

(Arikunto, 2012). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian

korelasional atau penelitian hubungan. Menurut Arikunto, (2012) penelitian

hubungan yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui

tingkat hubungan dua variabel atau lebih tanpa melakukan perubahan

tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada, yang

bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau sesuatu fenomena. Alasan


peneliti memilih rancangan penelitian korelasional adalah karena penelitian

korelasional memiliki tujuan yang sama dengan peneliti yaitu untuk

menentukan ada atau tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih,

serta kearah manakah hubungan tersebut positif atau negatif, dan seberapa

jauh hubungan yang ada antara dua variabel atau lebih yang dapat diukur.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai Hubungan status ekonomi

keluarga yang terdampak Covid-19 dengan status gizi pada balita di

Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

1.6.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian cross-

sectional yaitu jenis rancangan penelitian yang menekankan waktu

pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya

satu kali pada suatu saat (Notoatmodjo, 2015).

1.7 Populasi dan Sampel Penelitian

1.7.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki balita

Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman Kota Banjat yang berjumlah

……. orang. Merekalah yang akan menjadi responden untuk memberikan

tanggapan dan keterangan sehubungan dengan permasalahan penelitian.

1.7.2 Sampel

Arikunto, (2012) mengemukakan, bahwa “Sampel adalah bagian dari

populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Teknik pengambilan


sampel penelitian ini menggunakan random sampling. Besarnya sampel

berdasarkan teknik ini, dikemukakan Arikunto, (2012) sebagai berikut

“Untuk sekadar ancer-ancer, apabila jumlah subjek yang diteliti kurang dari

100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya disebut penelitian

populasi. Sementara, apabila lebih dari itu, peneliti dapat mengambil 10-

15%, 20-25%, atau lebih, sehingga penelitiannya disebut penelitian sampel

1.8 Srategi Analisis

1.8.1 Analisis univariat

Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase

dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2015) dengan rumus :

X
P= x 100%
N

Keterangan

P = Prosentase

X = Kriteria hasil observasi

N = Jumlah responden.

1.8.2 Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mencari pengaruh antara 2 variabel, yaitu

variabel bebas (variabel indevenden) dan variabel terikat (variabel

devenden). Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Uji chi

square adalah suatu teknik statistik yang dimaksudkan untuk mengetahui

korelasi atau menguji perbedaan antara dua kelompok atau lebih (Arikunto,

2012). Uji Chi Square digunakan untuk mengetahui korelasi data dengan
tabel 3x2 bila memenuhi syarat yaitu bila nilai expected nya kurang dari

lima mencapai 80%, apabila tidak memenuhi syarat maka akan dilakukan

uji alternatif yaitu uji Fisher (Dahlan, 2012). Uji statistik Chi Square

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Sugiyono, 2011) sebagai

berikut :

X 2 =Σ ¿ ¿

Keterangan :

2 = Chi Square

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

Ketentuannya adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada Hubungan status ekonomi keluarga yang terdampak

Covid-19 dengan status gizi pada balita di Kelurahan Hegarsari

Kecamatan Pataruman Kota Banjar.

Ha : Ada Hubungan status ekonomi keluarga yang terdampak Covid-19

dengan status gizi pada balita di Kelurahan Hegarsari Kecamatan

Pataruman Kota Banjar.

Anda mungkin juga menyukai