Anda di halaman 1dari 22

BUDIDAYA DOMBA GARUT

Oleh :
Kelas E
Kelompok 1

Bianda Alfia Kurnia Hati 200110190081


Muhammad Rio Henri Prayoga 200110190150
Musthofa Ridlo Khoiruddin 200110190152
Indah Nurfauziah 200110190240
Franka Florenza 200110190245
Muhammad Rizky Yunisa 200110190325
Adhira Alfansa Exa P. 200110190327

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2019

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami sehingga kemi dapat menyelesaikan makalah Pengantar
Ilmu Peternakan tentang Budidaya Domba Garut. Makalah ini berisi tentang (……).
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan informasi kepada siapapun
yang membacanya, terlebih untuk pengetahuan mengenai Budidaya Domba garut.

Selain itu, kami sadar bahwa pada makalah ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Kami berharap makalah sederhana kami
dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membacanya. Kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang kurang berkenan.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Ilustrasi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Domba Garut


Kabupaten Garut telah lama menjalani usaha ternak, terutama ternak domba. Ternak
domba umumnya dipelihara secara tradisional yang berfungi sebagai tabungan, sumber
pupuk kandang, sumber pendapatan, maupun sebagai hewan kesayangan. Rata-rata
kepemilikan domba umumnya rendah, yaitu di bawah 10 ekor per keluarga petani.
Namun, Kabupaten Garut memiliki komoditas unggulan, yaitu Domba Garut. Domba
Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli Indonesia, domba
Merino dari Asia Kecil, dan domba ekor gemuk dari Afrika. Domba Garut memiliki
ciri fisik yang besar dan kuat, sehingga dikenal juga sebagai domba laga yang harganya
relatif mahal.

Domba Garut termasuk dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Mamalia,
Famili Bovidae, Genus Ovis, dan Spesies Ovis aries. Domba Garut memiliki
karakteristik tubuh yang besar dan leher yang kuat. Domba jantan memiliki bobot
badan sekitar 40-80 kg, dan betina memiliki bobot badan sekitar 30-40 kg. Bulu Domba
Garut sangat halus dan panjang yang berwarna putih, coklat, ataupun kombinasi.
Domba Garut jantan memiliki tanduk besar dan kuat yang berwarna kehitaman atau
kecokelatan, melengkung ke belakang membentuk spiral sehingga pangkal tanduk
kanan dan kiri hamper menyatu. Sedangkan, Domba Garut betina tidak memiliki
tanduk. Bentuk telinga Domba Garut adalah kecil (rumpung) dengan panjang < 4 cm
sampai sedang (ngadaun hiris) dengan panjang antara 4 – 8 cm. Garis muka Domba
Garut adalah cembung. Garis punggung Domba Garut lurus sampai agak cekung,
bentuk ekor segitiga dengan bagian pangkal lebar dan mengecil ke arah ujung.
Temperamen Domba Garut agresif, terutama domba jantan. Wilayah sebaran Domba
Garut adalah di provinsi Jawa Barat dengan daerah penyebaran antara lain : Garut,
Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang,
Indramayu, dan Purwakarta.

Seperti halnya manusia, hewan ternak juga menmiliki perilaku khas, dan beberapa
kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Tingkah laku hewan biasanya dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain hormon dan
sistem saraf, sedangkan faktor luar antara lain cahaya, suhu, dan kelembapan (Grier,
1984). Tingkah laku hewan dapat diketahui berdasarkan komunikasi; keagresifan dan
struktur social; irama biologis dan tidur; tingkah laku seksual; tingkah laku maternal
(keibuan); dan tingkah laku makan dan minum (Houpt, 2005). Menurut Hafez et al.,
(1969), tingkah laku domba secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.

No Tingkah Laku Gambaran Karakteristik


.
Merumput, makan tunas-tunas,
mengunyah, menjilat garam,
1. Ingestif
menyusui, dan mendorong dengan
hidung.
Bergerak ke bawah pohon, ke dalam
kandang, berkumpul bersama untuk
menjauhkan lalat, saling berdesakan
2. Shelter-seeking
pada keadaan iklim yang sangat
dingin, dan membuat lubang di tanah
serta berbaring.
3. Investigatory (memeriksa Mengangkat kepala, mengarahkan
lingkungan) mata dan telinga serta hidung ke arah
gangguan atau mencium domba
lainnya.
Berjalan, berlari, merumput, tidur
4. Allelomimetik (berkelompok) sama, dan menumbuk rintangan
dengan kaki tegak secara bersamaan.
Mengkais, menanduk, mendorong
dengan bahu, lari bersama, dan
5. Agonistik menerjang (menendang dan
berkelahi, melarikan diri dan
menanduk).
Posisi untuk urinasi,
membungkukkan punggung dan
6. Eliminatif (pengeluaran)
membengkokkan kaki (anak domba
jantan).
Menjilati serta menggigit membran
plasenta pada anak, membungkukkan
punggung untuk memberi
kesempatan anak menyusu, mencium
7. Care-giving
anak domba mulai dari ekor, dan
mengembik/berteriak pada ternak
dewasa bilamana dipisahkan dari
kelompoknya.
Keterangan: Hafez, et al., (1969).

Selain tingkah laku yang disebutkan di atas, domba juga memiliki beberapa
kebiasaan khusus dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, bersuara,
beristirahat, dan lain-lain. Aktivitas makan pada domba secara umum dilakukan dengan
cara mengambil pakan langsung menggunakan bibir atas dan bibir bawah kemudian
dikunyah sebelum ditelan. Jika pakan dalam wadah tinggal sedikit, domba mengambil
pakan menggunakan lidahnya, hal ini diperkirakan untuk mempermudah pengambilan
pakan. Sedangkan aktivitas minum pada domba dilakukan dengan cara mendekatkan
mulutnya ke tempat air minum yang telah disediakan, kemudian lidahnya dijulurkan ke
dalam air secara berulang-berulang, ujung lidah digerakkan sehingga air dapat masuk ke
dalam mulutnya.

Selain tingkah laku makan dan minum, domba juga memiliki tingkah laku agonistik
yang dapat dilakukan untuk melindungi dirinya dan kelangsungan hidupnya. Tingkah
laku agonistik merupakan interaksi sosial antar satwa yang dikategorikan dalam
beberapa tingkat konflik, yaitu dalam memperoleh makanan, pasangan seksual dan
perebutan wilayah istirahat dengan melakukan tindakan yang bersifat mengancam,
menyerang, dan perilaku patuh (Hart,1985). Pada umumnya, sebelum berkelahi domba
akan mengendus-endus dan akan terus berkelahi sampai salah satu dari mereka
menyerah dan berhenti. Tingkah laku agonistik pada domba jantan diperlihatkan pada
saat berkelahi dengan mundur terlebih dahulu kemudian menyerang dengan cara
menumbukkan kepala atau tanduknya pada kepala lawan (Ensminger, 2002).

Kotoran domba memiliki bentuk yang khas yaitu bulat berwarna hitam,
sedangkan urin berbentuk cair berwarna kuning. Domba jantan pada saat membuang
kotoran cukup berdiri tegak serta menggoyangkan ekornya. Domba dapat melakukan
defekasi (buang air besar) atau urinasi (buang urin) di sembarang tempat dan bukan pada
tempat yang sama, seperti khusus di sudut kandang. Aktivitas defekasi pada domba
dilakukan dengan cara mengangkat ekor baik dengan melengkung atau berdiri lurus
kemudian menggoyang-goyangkannya atau menggerak-gerakkannya sampai keluar
kotoran. Setelah itu, ekor digerak-gerakkan kembali. Aktivitas membuang kotoran ini
dapat dilakukan bersamaan dengan aktivitas makan, berdiri, bergerak, bermain, merawat
diri, dan istirahat. Proses urinasi yang umum pada jantan yaitu air mengucur ke bawah
dari bawah perut. Jumlah dan komposisi urin berubah-ubah, dipengaruhi oleh bahan
makanan, berat badan, usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan seperti suhu,
kelembapan, aktivitas tubuh, dan kondisi kesehatan. Posisi domba pada saat urinasi yaitu
cukup dengan berdiri dan sedikit merenggangkan kedua kaki belakang.

Domba juga memerlukan aktivitas istirahat, karena aktivitas istirahat penting untuk
memamah biak, mencerna makanan, memproduksi energi, dan memberi kesempatan
pada otot untuk mengendurkan otot yang tegang akibat aktivitas yang telah dilakukan.
Menurut Fraser (1990), tingkah laku istirahat dan tidur berfungsi untuk menghindari
bahaya predator agar posisinya tidak mudah terlihat dan tidak mudah ditemukan oleh
pemangsa, serta untuk menghemat energi yang digunakan oleh tubuh. Aktivitas istirahat
pada domba dilakukan dengan cara menekuk kedua pergelangan kaki depan ke arah
belakang, menundukkan kepala kemudian dilanjutkan dengan menekuk pergelangan
kedua kaki belakang dan merebahkan tubuh.

Tingkah laku bersuara sering terjadi pada domba sebagai salah satu bentuk dari
keinginan makan, minum atau berkomunikasi dengan domba lainnya. Tingkah laku
bersuara dapat dilakukan saat hewan berdiri atau sedang istirahat.

Perilaku merawat diri dilakukan dengan cara seperti mencari kutu atau parasit,
yaitu menggosok-gosokkan tubuh dan kepala ke benda keras dan menjilati bulu-bulu
dengan menggunakan lidah. Aktivitas merawat diri pada domba banyak dilakukan pada
bagian badan dan kaki. Perilaku merawat diri sering dilakukan pada saat hewan istirahat
atau pada posisi berdiri.

1.2 Manfaat Domba bagi Kehidupan Manusia


Saat ini, populasi Domba Garut berkualitas kian menyusut dan dapat terancam
punah. Penyebabnya adalah kurangnya perhatian serius terhadap sektor usaha
pembibitan Domba Garut. Penyusutan populasi ini juga menjadikan Domba Garut kian
mahal harganya,
Kondisi tersebut sangat disayangkan, terlebih bila kita tahu potensi ekonomis
Domba Garut yang tidak hanya identik dengan domba aduan, namun daging Domba
Garut juga memiliki nilai gizi yang cukup baik dibandingkan dengan kambing. Tidak
hanya dagingnya saja, kulit Domba Garut dapat dijadikan bahan baku pembuatan jaket
berkualitas. Kotoran ternak Domba Garut pun dapat memberikan keuntungan dan nilai
manfaat bila diolah dengan baik, yaitu sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.
Potensi pasar terbesar Domba Garut adalah untuk memenuhi kebutuhan tahunan
ibadah kurban. Kemudia menyusul kebutuhan konsumsi daging harian baik untuk
kebutuhan rumah tangga, restoran, maupun warung sate. Selanjutnya adalah kebutuhan
aqiqah, dan terakhir adalah penghobi yang selalu mencari bibit Domba Garut jantan
unggulan.
Seni adu Domba Garut juga cukup terkenal di Indonesia, khususnya di Provinsi
Jawa Barat. Hal ini dapat meningkatkan nilai jual Domba Garut, sehingga keinginan
memiliki Domba Garut pun seharusnya meningkat.
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Perkembangbiakan Ternak

Dalam beternak Domba Garut, jenis kelamin tidak mempengaruhi bobot


lahir, namun yang mempengaruhi adalah jumlah anak per kelahiran. Selain itu,
bobot lahir dan bobot sapih juga tidak dipengaruhi oleh tahun kelahiran dan
musim. Bobot lahir, bobot sapih, dan pertumbuhan bobot badan prasapih dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut.

Pertambahan Bobot
Bobot Lahir Bobot Sapih
  Badan Prasapih
Jantan 1,84 kg - 11,50 kg 101,40 gr/hari
Betina 3,42 kg 10,75 kg 93,50 gr/hari
Kelahiran Tunggal 2,37 kg 11,47 kg 101,10 gr/hari
Kelahiran Kembar
1,71 kg 9,31 kg 84,80gr/hari
2
Kelahiran Kembar
1,43 kg 10,17 kg -
3 (atau lebih)
Dari Induk yang
2,44 kg
Tua
Tidak dipengaruhi umur induk
Dari Induk yang
2,19 kg
Muda
Tabel Bobot Domba Garut

Bobot lahir adalah bobot berat badan yang ditimbang dalam kurun waktu 24
jam setelah dilahirkan. Domba yang memiliki bobot lahir tinggi (di atas rata-
rata) umumnya akan memiliki kemampuan hidup lebih tinggi dalam melalui
masa kritis, pertumbuhan lebih cepat, dan akan memiliki bobot sapih yang lebih
tinggi.

Seiring dengan pertambahan usia, domba kelak akan mencapai fase dewasa.
Fase dewasa pada domba dibagi menjadi 2, yaitu dewasa kelamin dan dewasa
tubuh. Kondisi dewasa kelamin adalah kondisi saat domba memasuki masa
birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini
dicapai saat domba berumur 6-8 bulan (baik jantan maupun betina). Kondisi
dewasa tubuh adalah kondisi saat domba siap dikawinkan. Fase ini dicapai pada
umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan
berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi. Tanda-tanda birahi antara
lain : gelisah; mengembik; nafsu makan berkurang; mendekati dan menaiki
pejantan; dan alat kelamin mengeluarkan lendir, sedikit bengkak, dan
kemerahan. Waktu mengawinkan domba : bila terlihat tanda birahi pada pagi
hari maka waktu mengawinkan yang tepat adalah siang hari sampai sore hari,
atau sekitar 6-10 jam setelah tanda birahi mulai muncul. Siklus birahi adalah
sekitar 17-21 hari. Bila domba betina sudah dikawinkan, 17 hari kemudian
perlu diperiksa. Bila tanda birahi muncul lagi, maka domba betina tersebut
harus dikawinkan lagi. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengawinkan domba
adalah jangan mengawinkan domba dengan saudara sedarahnya atau
keturunannya.

Lama kebuntingan domba adalah 150 hari (sekitar 5 bulan). Induk yang
bunting harus diberi makanan yang baik dan teratur, diberi ruang gerak yang
lapang, dan dipisahkan dari domba lainnya. Menjelang kelahiran, kandang
harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas dapat berupa karung
goni/jerami kering. Obat yang perlu disiapkan untuk proses kelahiran adalah
jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang
akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilaku sebagai
berikut : keadaan perut menurun dan pinggul mengendur; buah susu membesar
dan putting susu terisi penuh; alat kelamin membengkak, berwarna kemerahan,
dan lembap; ternak tampak gelisah dan nafsu makan berkurang; dan sering
kencing. Proses kelahiran biasanya berlangsung sekitar 15-30 menit, jika 45
menit setelah ketuban pecah anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu.
Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih. Bila
tidak dibersihkan oleh induknya, anak domba yang baru lahir harus dibersihkan
menggunakan lap kering agar dapat bernapas.. Induk domba yang subur
biasanya mampu menghasilkan 2-3 ekor anak domba sekelahiran.

1.2 Cara Pemberian Makanan


Terdapat beberapa jenis pakan yang dapat diberikan kepada domba, di
antaranya adalah : pakan hijauan, pakan konsentrat (penguat), daan pakan
tambahan. Pakan hijauan terdiri dari 2 macam, yaitu hijauan segar dan hijauan
kering. Contoh hijauan segar berupa rumput-rumputan adalah rumput gajah,
rumput benggala, rumput raja, dan rumput liar. Contoh hijauan segar berupa
daun-daunan adalah lamtoro/petai cina, daun kedelai, daun kacang panjang,
daun ubi jalar, daun waru, daun nangka, dan daun ketela. Sedangkan hijauan
kering biasanya berupa jerami yang memiliki kandungan serat kasar.
Contohnya adalah jerami padi, jerami pucuk tebu, dan jerami jagung. Pakan
konsentrat (penguat) berfungsi sebagai pelengkap kebutuhan protein. Pakan ini
harus mengandung zat gizi tinggi, mudah dicerna, dan berserat rendah. Pakan
ini juga berfungsi sebagai sumber energi dan protein bagi domba. Pakan
konsentrat bisa berupa biji-bijian, umbi-umbian, serta limbah olahan hasil
pertanian seperti bungkil kedelai dan ampas tahu. Pakan konsentrat dapat
diberikan bersamaan dengan hijauan, dan dapat juga dipisah. Pakan tambahan
diperlukan untuk memicu produktivitas domba. Pakan tambahan biasanya
terdiri dari garam mineral, vitamin, hormon, dan probiotik. Pakan tambahan
selain garam mineral tidak wajib diberikan. Makanan domba perah berbeda
dengan domba pedaging. Sebagai patokan, domba pedaging hanya dapat
mengandalkan padang rumput, rumput kering, dan sejumlah kecil (atau bahkan
nol) jumlah biji-bijian. Sedangkan, makanan domba perah atau domba yang
sedang bunting biasanya dilengkapi dengan pakan komersial, yang
mengandung biji-bijian dengan jumlah yang lebih tinggi.
Pemberian pakan domba bisa dilakukan dengan cara digembalakan dan
disediakan. Memberi pakan dengan cara digembalakan dilakukan dengan
melepas ternak untuk mencari pakan sendiri di padang penggembalaan selama
6-8 jam sehari. Penggembalaan dilakukan setelah hijauan bebas dari embun dan
sore hari sekitar pukul 15.00. Pakan untuk ternak yang dipelihara terus menerus
dalam ksndang diberikan dengan cara disediakan. Pakan yang diberikan terdiri
dari hijauan, pakan penguat, dan garam atau feed supplement. Bahan pakan
berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah. Pengawetan
hijauan adalah salah satu cara efisiensi pakan, yaitu penyimpanan pakan yang
berlimpah di saat musim hujan untuk dapat digunakan di musim kemarau saat
produksi hijauan biasanya menurun. Banyak peternak menempatkan piringan
dengan soda kue di dalam kandang, sehingga domba memiliki akses 24 jam ke
makanannya. Soda kue diketahui dapat memperbaiki pH rumen dan membantu
pencernaan, terutama makanan yang mengandung banyak biji-bijian. Dalam
semua kasus, domba harus memiliki akses 24 jam pada air bersih di dalam
kandang mereka. Tempat minum air juga harus ditempatkan di 2-3 tempat
jauhnya dari tanah lapang. Untuk efisiensi penggunaan bahan pakan, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : mencincang hijauan, pemberian
Urea Molasses Block (UMB), dan pemberian urea. Mencincang hijauan
menjadi ukuran 5-10 cm bertujuan agar lebih mudah dikonsumsi oleh domba
karena bentuknya yang kecil-kecil. Pemberian UMB sebesar 4 gram/hari/kg
berat badan harian domba mampu meningkatkan pertambahan berat badan
harian domba. Selain itu, dapat meningkatkan daya serap pakan berserat kasar
cukup tinggi, seperti kulit dan tongkol jagung. Urea merupakan bahan
potensial yang mengandung non-protein nitrogen (NPN). Di dalam rumen,
(NPN) dpaat dicerna menjadi NH3 yang merupakan bahan pembentuk protein.
Namun, penggunaan urea perlu dibatasi, tidak lebih dari 1% bahan kering
hijauan atau tidak lebih dari 2% konsentrat.
Jumlah pakan hijauan yang diberikan pada domba dewasa rata-rata 10% dari
berat badan atau 4,5-5 kg/ekor/hari yang disahikan sedikit demi sedikit 2-3 kali
sehari. Hal ini dimaksudkan agar domba daoat beristirahat dan memiliki
kesempatan untuk memamah biak. Khasiat hijauan dapat meningkat lebih dari 2
kali lipat bila pemberiannya diatur sedikit demi sedikit. Pemberian pakan yang
disajikan sekaligus untuk jatah sehari dalam jumlah banyak akan merangsang
domba makan terud menerus sehingga jumlah hijauna yang dimakan menjadi
banyak dan bahan pkana yang masuk ke dalam rumen memadat. Jika hijauan
terlalu lama di dalam rumen, penghancuran pakan oleh bakteri akan
berlangsung terlalu lama dan mengakibatkab sebagian zat gula dan protein yang
telah ducerna dipecah menjadi gas dan panas sehingga kurang bermanfaat bagi
tubuh. Bahan pakan penguat, misalnya bungkkil kelapa, tidak dapat diberikan
sebagai pakan tunggal, tetapi harus dicampur dengan bahan pakan lain. Takaran
maksimal bungkil kelapa sebagai salah satu bahan pakan campuran adalah
sebanyak 50%. Garam hendaknya tersedia setiap waktu karena kebutuhan tubuh
dimba akan sumber mineral ini sekitar 7 gram/ekor/hari. Untuk menjamin
kebutuhan garam, sebaiknya pada tiao ruang kendang disediakan garam bata
yang ditaruh pada kotak kecil.
1.3 Cara Pemeliharaan Domba
Dalam pemeliharaan domba, salah satu hal penting yang harus diperhatikan
adalah perkandangan. Hal-hal penting mengenai perkandangan antara lain :
- Kendang dibuat dengan kuat sehingga daapt digunakan dalam jangka
waktu yang cukup lama;
- Ukuran kendang harus disesuaikan dnegan jumlah ternak yang
diperilahara;
- Kendang harus bersih, mendapatkan sinar matahari pagim dan
mempunyai sirkulasi udara yang cukup;
- Sebaiknya landing dibuat lebih tinggu untuk menghindari kebanjiran;
- Atap kendang diusahakan terbuat dari bahan yang ringan dan memiliki
daya serap panas relative kecil (misalnya atap rumbia);
- Kendang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu :
a. Kendang induk/utama : tempat domba digemukkan. Seekor domba
membutuhkan luas kendang 1 x 1 m.
b. Kendang induk dan anaknya : tempat induk menyusui anaknya
selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1.5 m x 1 m,
sedangkan anak domba memerlukan luas 0.75 m x 1 m.
c. Kendang pejantan : tempat domba jantan yang akan digunakan
sebagai pemancak. Luasnya 2 m x 1.5 m/ pemancak.
- Di dalam kendang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung
makanan dan minuman, Gudang makanan, tempat umbaran (tempat
domba saat kendang dibersihkan), dan tempat kotoran/lompos.

Tipe kendang pada umumnya dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Tipe kendang panggung. Tipe kendang ini memiliki kolong yang


bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digaki dan dibuat lebih
rendah dari permukaan tanah sehinggs kotoran dan air kencingnya tidak
berceceran. Alas kendang terbuat dari kayu/bamboo yang telah
diawetkan. Tinggi panggung dari tanah minimal 50 cm (atau 2 m untuk
peternakan besar). Palung makanan harus dibuat rapat, agar maknan
tidak tercecer keluar.
2. Tipe kendang lemprak. Kendang lemprak tidak dilengkapi dengan alas
kayu, namun beralaskan kotoran dan sisa-sosa hijauan pakan. Kendang
tidak dilengkai dengan palung maknan, tetapi keranjang rumput yang
diletakkna di atas alas. Pemberian paan sengaja berlebihan, agar
mendapatkan hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah
sekitar 1-6 bulan.

Penyakit yang biasanya menyerang domba antar lain : mencret (pengobatan :


antibiotic dan sulfa yang diberikan lewat mulut, penyakit radang pusar
(oengobatan : antibiotic, sulfa, dan ousar dikompres dengan larutan rivanol),
penyakit orf (pengendalian : sanitasi lingkungan), penyakit ngorok
(pengendalian : antibiotic lewat air minum atau suntikan), penyakit radang
limpah (oengendalian : menyuntikkan antibiotic Pracai penicillin G), dll. Secara
umum, pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba daoat
dilakukan dengan :

 Menjaga kebersihan kendang dan mengganti alas kendang secara rutin.


 Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
 Memberi nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral,
kalsium, dan mangan.
 Memberi makanan sesuai jadwal dan jumlahnya. Hijauan pakan yang
baru dipotong sebaiknya dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan.
 Hindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang
terkontaminasi siput (sebaiknya dicuci dahulu sebelum diberikan).
 Sanitasi yang baik, sering memandikan dan mencukur bulu domba.
 Tata laksana kendang diatur dengan baik.
 Melakukan vaksinasi dang pengobatan pada domba yang sakit.
 Air minum bersih harus tersedia setiap saat. Air yang digunakan harus
berasal dari sumber air yang bersih (sumur). Air yang berasal dari sumber
air yang terbuka beresiko mengandung larva cacing hati Fasciola sp.
yang dapat menyebabkan serangan penyakit hati.
 Ciptakan kondisi lingkungan yang meningkatkan nafsu makan (tempat
makan selalu dibersihkan minimal 2 kali sehari). Tidak boleh ada pakan
sisa hari kemarin, karena bau dari pakan yang membusuk akan
menurunkan nafsu makan domba.
 Perhatikan siklus hidup cacing parasite, biasanya pada pucuk rumput
yang berembun mungkin terdapat larva atau anak cacing parasit.
 Domba yang terserang penyakit segera diobati dan dipisahkan daru ternak
yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikkan vaksin pada
domba-domba yang sehat.

Domba merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia, baik sebagai


penghasil daging maupun sebagai hewan kurban. Namun produktivitasnya,
terutama domba lokal masih relatif rendah. Rendahnya tingkat produktivitas
domba lokal pada umumnya selain disebabkan oleh faktor genetik, juga
dikarenakan faktor lingkungan, diantaranya adalah pakan dan iklim mikro.
Beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas
ternak domba di Indonesia adalah kualitas nutrisi pakan yang rendah dan iklim
tropis yang panas yang menyebabkan ternak mengalami stres panas. Oleh karena
itu, peningkatan produktivitas domba lokal dapat dilakukan melalui perbaikan
nutrisi pakan, diantaranya dengan memanfaatkan berbagai limbah industri pangan.
Salah satu limbah industri pangan yang berpotensi menjadi bahan pakan yang baik
adalah limbah tauge kacang hijau. Selain itu, peningkatan produktivitas, juga dapat
dilakukan melalui perbaikan manajemen pemberian pakan dengan memanfaatkan
fenomena iklim mikro di daerah tropis ( pada siang hari suhu tinggi dan pada
malam hari suhu rendah).
Kesimpulan
Domba Garut adalah domba yang berasal dari daerah Limbangan, Kabupaten Garut.
Domba Garut termasuk dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas Mamalia,
Famili Bovidae, Genus Ovis, dan Spesies Ovis aries. Domba Garut memiliki
karakteristik tubuh yang besar dan leher yang kuat.
Macam-macam tingkah laku Domba Garut yaitu : ingestif, shelter-seeking,
investigatory, allelomimetik, agonistik, eliminative, care-giving. Domba Garut tidak
hanya dimanfaatkan dagingnya saja, tetapi kulit Domba Garit dapat dijadikan bahan
baku pembuatan jaket berkualitas.
Daftar Pustaka

https://www.garutkab.go.id/page/domba-garut

file:///C:/Users/User/Downloads/domba.PDF

http://bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Domba%20Garut.pdf

http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/10207/4636

file:///C:/Users/User/Downloads/D12sla.pdf

https://intannursiam.wordpress.com/2009/12/01/domba-garut/

http://jabar.litbang.pertanian.go.id/images/stories/Brosur/16_-Juknis-budidaya-domba-2015.pdf

https://www.neliti.com/publications/164284/pengaruh-jumlah-anak-sekelahiran-dan-jenis-
kelamin-terhadap-kinerja-anak-domba-s

https://alamtani.com/ternak-domba/

https://www.peternakankita.com/cara-memberi-pakan-domba/

https://wikifarmer.com/id/cara-memberi-pakan-domba/

http://www.kambingakikah.com/kadar-dan-tata-cara-pemberian-pakan-pada-domba/

http://panoramajatinangor.blogspot.com/2014/05/pemeliharaan-budi-daya-ternak-domba.html
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83526

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83458

Anda mungkin juga menyukai