MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT X
DI SUSUN OLEH:
Dosen Pembimbing:
Agus Suryaman, S.Kep., Ns., M.Kep
Ruang Nusa Indah adalah ruang rawat inap untuk pasien dengan kasus bedah (peri operatif
dan post operatif) yang terdiri dari ruang kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan ruang isolasi dengan
kapasitas 34 tempat tidur.
- Jumlah Kunjungan
Bulan
No Uraian Total
Oktober November Desember
4 Pasien keluar
Mati 3 3 1 7
- Rata-rata persentase pemakaian tempat tidur (BOR) Ruang Nusa Indah (55,72%)
- rata-rata lamanya perawatan seorang pasien (LOS) Ruang Nusa Indah (3,6 hari)
- rata-rata tempat tidur tidak ditempati (TOI) Ruang Nusa Indah (2,7 hari)
- rata-rata frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) Ruang Nusa Indah 4,6 kali
- Distribusi Ketenagakerjaan
- Tingkat Pendidikan
- Masa Kerja
Ruang
R. Dokter R. Isolasi
R. 1A R. 1B confrense
R. 2A R. 2B
R. Tindakan
3 Perlak 11 Baik
5 Kasur 38 Baik
7 Bantal 38 Baik
1 Sterilisator 1 Baik
2 Suction 2 Baik
3 Kursi roda 1 Baik
4 Torniquet 1 Baik
6 Manometer O2 5 Baik
12 Nierbeken 4 Baik
21 Pispot 10 Baik
25 Brancar 1 Baik
26 Timbangan 1 Baik
30 WWZ 1 Baik
31 Ambubag 1 Baik
33 Nebu 1 Baik
34 Korentang 2 Baik
Visi Menjadi Rumah Sakit Terpercaya dan Pilihan Utama di
Kabupaten X tahun 2025
Misi 1. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional,
bermutu, terjangkau.
2. Mengupayakan peningkatan sarana dan prasarana Rumah
Sakit yang mamadai.
3. Mewujudkan peningkatan sumber daya manusia rumah Sakit
4. Mengembangkan system informasi Rumah Sakit berbasis IT
yang handal
1 Pengkajian 72
3 Perencanaan 77,14
4 Implementasi 30
5 Evaluasi 45
Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat
No Kriteria Jumlah Persen
1 Puas 9 56,25
Jumlah 16 100
1 Puas 10 52,63
Jumlah 19 100
Sumber :
Dari tiga perhitungan jumlah tenaga perawat diatas yang paling tepat digunakan
diruangan nusa indah adalah perhitungan menurut Douglas. Karena, menurut
observasi yang dilakukan dari tanggal 04-06 Januari 2021 jumlah tenaga perawat
diruangan sudah mencukupi kebutuhan pasien yang ada.
(Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika)
4) Metode apakah yang digunakan Ruang Nusa Indah dalam melaksanakan MPKP?
Metode yang digunakan dalam ruangan nusa indah adalah Metode Tim: Metode tim
merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1992).
b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan/peraturan yang berlaku
(bulanan, mingguan, harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau
tenaga lain yang bekerja di ruang rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan
optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah
pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga dalam
batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan
benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala
UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
c) Pergerakan (Actuating)
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses
keperawatandilaksanakan(didokumentasikan), mendengar laporan
dari perawat primer.
d) Evaluasi (Controlling)
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3) bagi pelaksana keperawatan
dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya
untuk berbagai kepentingan (naik pangkat/golongan, melanjutkan
sekolah)
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan
serta obat–obatan secara efektif dan efisien, mengawasi pelaksanaan
sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta
mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
Kepala Ruangan
A. Tinjauan Teori
1. Manajemen Keperawatan
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara
singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen
mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,
2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan
Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya,
maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan
sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber
daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan
rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu
atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga
selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang
efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.
2. Fungsi Manajemen
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),
Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).
1) Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
- Membantu dalam koping dengan situasi kritis
- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan
masa lalu dan akan datang.
- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
- Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses
yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik
yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan
untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
- Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard
untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana
tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan
menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan,
standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai
terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
- Memudahkan kordinasi
- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara
jelas
- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
- Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi
keperawatan
- Memodifikasi gaya manajemen
- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-
fakta tentang masa yang akan datang
- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2) Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya.
- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan.
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang.
3) Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu
organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan
staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan
Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu
kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan
suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup
personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan
adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang
diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan
pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan
medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi
secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis,
struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis,
pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan
merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan
di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas
meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada
situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini
dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus
berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
4) Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.
Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai
tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok)
membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar
mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu :
- Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
- Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
- Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
5) Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang
lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,
serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan
fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur,
misalnya menepati jam kerja.
- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
- Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap
kegiatan program.
- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran
dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja.
- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
- Harus memandang ke depan
- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
- Harus objektif
- Harus fleksibel
- Harus menunjukkan pola organisasi
- Harus ekonomis
- Harus mudah dimengerti
- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta
pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-
tujuan keperawatan adalah:
- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas
dalam keperawatan.
- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-
akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat,
maka akan diperoleh manfaat :
- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan
standard atau rencana kerja.
- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya
- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan
dan telah digunakan secara benar.
- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan
latihan lanjutan.
Kepala Ruangan
Pasien/klien
2. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim
terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu,
yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim
adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif
antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk
membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien
masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat
menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian
dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
Kepala Ruangan
3. Metode primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar
metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan
ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan
manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan
klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,
dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
Perawat Primer
Pasien / Klien
4. Metode kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti:
isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus,
sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum
dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama.
Kepala Ruangan
a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena
saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat
juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi
terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan
Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.
Kepala Ruang
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
D. Perhitungan Douglass
Rumus Douglas
Jumlah Pasien x Perawatan Minimal
Jumlah Pasien x Perawatan Parsial
Jumlah Pasien x Perawatan Total +