Anda di halaman 1dari 3

RESUME Bab XIII Teori Etnometodologi hal.

146 - 156 pada Buku Ringkasan Kumpulan


Mazhab Teori Sosial, penulis Hastuti dkk, 2018, Penerbit CV Pustaka Taman Ilmu Makasar.

Nama : iqbal rezka


NIM : 20190510049

Etnometodologi

Teori ini berhubungan erat dengan fenomenologi (Langsdorf, 1995 cit Ritzer, 2012:
371)karena pencetusnya, Harold Garfinkel, merupakan murid Alfred Schutz, pencetus
fenomenologi.

A. Sejarah Etnometodologi
Cara untuk mempelajari etnis atau suku atau bangsa berdasarkan akal sehat dan
rangkaian prosedur dan pertimbangan sehingga masyarakat dapat memahami, mencari tahu,
dan bertindak berdasarkan situasi di mana mereka menemukan dirinya sendiri (Ritzer dan
Goodman, 2008: 322). Di sini manusia dipandang rasional, tetapi dalam menyelesaikan
masalah kehidupan sehariharinya digunakan penalaran praktis bukan logika formula
(Surbakti, 2010: 185) dengan pendekatan filsafat fenomenologi transendental, yang berbeda
dengan fenomenologi eksistensial. Walaupun keduanya berlainan pendapat dalam
mengartikan beberapa konsep, akan tetapi kedua-duanya samasama memusatkan perhatian
pada soal kesadaran (Phillipson, 1972: 120–121). Kemunculan etnometodologi tidak bisa
dilepaskan dari pengaruh pemikiran sebelumnya. Misalnya teori fungsional dari Talcott
Parsons dan Merton, strukturalisme Durkheim, interaksionalisme simbolis Mead, dramaturgi
Goffman, fenomenologi Alfred Schutz dan Husserl. Selain itu juga karya Weber, Manheim,
Aaron Gurwitsch, Merleu-Ponty, dan lain-lain. Garfinkel sendiri mengakui bahwa karyanya
diilhami oleh Talcott Parsons (Giddens, 1994: 22). Sesudah Grafinkel muncullah beberapa
pakar yang mengembangkan studi etnometodologi di antaranya Jack Douglas, Egon Bittner,
Aaron Cicourel, Roy Turner, Don Zimmerman dan D. Lawrence Wieder. Di antara para
pakar ini Jack Douglas-lah, mempelajari alasan orang bunuh diri sebagai dasar menetapkan
adanya unsur kesengajaan (Furchan,1992: 39), yang paling lengkap pembahasan
etnometodologinya. Dengan demikian etnometodologi mampu dimasukkan dalam teori –
teori umum (Hilber, 2012: 255).
B. Asumsi dan Teori
1. Asumsi-asumsi Etnometodologi memiliki beberapa asumsi (McQuarrie, 1995:
323) sebagai bidang kajian dari sosiologi, yaitu:
a. Terjadi asas reciprocal
b. Objektivitas dan ketidakraguan dari apa yang tampak
c. Adanya proses yang sama
d. Pengetahuan umum yang masuk
e. Adanya proses indexicality (daftar istilah).
f. Adanya proses reflectivity sebagai gambaran tentang arti
g. Untuk mendapatkan kebenaran peneliti tidak boleh sampai menyakitkan
masyarakat.

2. Teori yang Dikembangkan


Sekalipun etnometodologi oleh beberapa pakar dipandang sebagai sebuah studi
pembaharuan dalam sosiologi, etnometodologi memiliki kesamaan dengan beberapa
pendekatan sosiologi sebelumnya, yaitu fenomenologi, interaksionis simbolik, dan Talcott
Parsons (Poloma, 1994: 283). Jika pada fenomenologi lebih fokus tentang apa yang
dipikirkan orang, maka etnometodologi lebih memperhatikan tentang apa yang dilakukan
orang (Ritzer, 2012: 371) sehingga berupaya menjelaskan mengapa seseorang melakukan
sesuatu.

Tujuan analisis percakapan untuk memahami sacara rinci struktur fundamental


interaksi melalui percakapan (Zimmerman, 1988 cit Ritzer, 2012: 673). Percakapan
didefinisikan dalam arti yang sama dengan unsur dasar perspektif etnometodologi yaitu
percakapan adalah aktivitas interaksi yang menunjukkan aktivitas yang stabil dan teratur
yang merupakan kegiatan yang dapat dianalisis.

Selanjutnya Zimmerman (1988) cit Ritzer (2012: 674-675) merinci lima prinsip dasar
dalam menganalis percakapan, yaitu:
a. Analisis percakapan memerlukan pengumpulan dan analisis data
b. Bahkan percakapan rinci yang paling baik sekalipun harus sebagai
pencapaian yang teratur.
c. Interaksi pada umumnya dan percakapan pada khususnya mempunyai sifat
stabil dan teratur yang dicapai oleh aktor yang terlibat.
d. Kerangka percakapan fundamental adalah organisasi teratur
e. Rangkaian interaksi percakapan dikelola atas dasar tempat

C. Kritikan
Ada beberapa kritikan yang diberikan pada teori ini.
1. Etnometodologi cenderung memusatkan perhatian pada masalah sepele dan mengabaikan
isu isu penting pada masyarakat
2. Etnometodologi dinilai kehilangan akar fenomenologisnya dan keterkaitannya pada proses
kesadaran lognitif
3. Parah ahli memandang bahwa etnometodologi cenderung memandang sebagai teori
jembatan pembagian mikro dan makro
4. Metode ini kehilangan sifat reflektivitas radikan dari bentuknya yang asli
5. sikap pendekatan etnometodologi untuk menerima metode yang digunakan oleh orang
yang sedang diteliti. Bukan menggunakan metode yang universal.

D. Penutup
Dalam kehidupan ada sifat ketergantungan antar manusia yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku melalui interaksi sosial. Kompleksnya interaksi yang terjadi tersebut
menimbulkan berbagai macam teori sosial, salah satunya etnometodologi yang dipelopori
oleh Harold Garfinkel. Teori ini mulai berkembang di tahun 1950 dan baru dikenal oleh
kalangan luas akhir 1960-an dan awal 1970-an yang memusatkan perhatian pada perilaku
manusia yang aktif bernalar dan berpengetahuan sehingga perlu analisis.

Anda mungkin juga menyukai