A. Pendahuluan
1
sendiri. Pengembangan karyawan/pegawai merupakan komponen usaha
organisasi yang diperlukan untuk bersaing dalam ekonomi baru, untuk
menjawab tantangan persaingan global dan perubahan sosial, serta
memadukan kemajuan dan perubahan teknologi dalam desain pekerjaan.
Pengembangan karyawan/ pegawai merupakan kunci untuk memastikan
bahwa karyawan/pegawai memiliki kompetensi yang diperlukan untuk
melayani pelanggan dan menciptakan produk baru dan solusi pelanggan.
Pengembangan karyawan juga penting untuk memastikan bahwa organi-
sasi/perusahaan mempunyai talenta manajerial yang dibutuhkan
melaksanakan strategi pertumbuhan dengan sukses. Terlepas strategi bisnis
apa, sperti yang dijelaskan Noe, et al, (2009), pengembangan karyawan/
pegawai itu penting untuk mempertahankan karyawan yang bertalenta.
Kecuali itu, karena perusahaan/ organisasi dan karyawan harus terus menerus
belajar dan berubah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan bersaing di
pasar yang baru, Karena itu, penekanan terhadap penting dan urgensinya
pelatihan dan pengembangan semakin meningkat.
2
Menurut Thomson (2002), mengembangkan sumber daya manusia di
dalam organisasi dapat membantu menyediakan dukungan kelebihan
kompetensi sejauh ketiga tuntutan dasar ini terpenuhi :
3
tributor “bottom line” kinerja korporat/organisasi. Pelatihan telah
berkembang secara substansial pada ahir-akhir ini dengan bukti yang
menunjukan semakin besar investasi organisasi terhadap pelatihan dan
pengembangan. Para pemimpin organisasi tersebut yang memahami
bagaimana mendorong hasil bisnis di lingkungan yang semakin kompetitif
dan global menyadari bahwa tenaga kerja yang terlatih lebih baik
meningkatkan kinerja dan investasi terhadap pembelajaran dan
pengembangan karyawan/pegawai sangat penting untuk mencapai kesusesan.
Dengan investasinya terhadap pembelajaran, para eksekutif mengemukakan
keyakinan mereka bahwa pembelajaran dan pengembangan
karyawan/pegawai merupakan hal yang krusial bagi keberlangsungan,
pemulihan kembali, dan pertumbuhan perusahaan/organisasi di masa yang
akan datang.
4
1. Manfaat Pelatihan
a. Organisasi
5
(g) Penyelesaian konflik yang fungsional sehingga tercipta rasa
persatuan dan kekeluargaan
b. Individu (Karyawan)
6
Pengembangan yang efektif harus meningkatkan perkembangan pribadi dan
kepuasan kerja karyawan. Apa manfaatnya pengembangan? Menurut Minor
(1995: 15-6), pengembangan memberikan banyak manfaat bagi sejumlah
pihak:
a. Bagi bisnis, pengembangan mampu:
(a) Menaikkan produktivitas dan kinerja pekerja.
(b) Meningkatkan retensi pekerja.
(c) Menjamin tersedianya tenaga kerja yang baik karena reputasinya
yang baik
(d) Menambah motivasi dan komitmen terhadap nilai dan visi
perusahaan/ organisasi.
(e) Memungkinkan karyawan merespons perubahan dengan cepat dan
dengan lebih menyenangkan.
7
C. Mitos-Mitos tentang Pelatihan
8
(c) Setiap orang bisa memfasilitasi pelatihan. Pemikiran ini absurd
atau sama sekali tidak masuk di akal sebagaimana seseorang yang
mengatakan setiap orang bisa melakukan bedah otak atau
menerbangkan pesawat. Memfasilitasi pelatihan membutuhkan
keterampilan, pengetahuan, talenta dan pengalaman.
(d) Pelatihan hanya diperlukan ketika seseorang berada dalam
peran baru atau memangku tanggung jawab baru. Hal ini tidak
benar. Setiap pekerja harus memiliki rencana perkembangan
individu. Pemimpin yang baik tahu bahwa cara untuk
mengembangkan perusahaan dan tim ialah memiliki strategi yang
focus dan berkelanjutan agar setiap orang dalam tim menumbuh-
kembangkan keterampilan/ keahliannya.
(e) Pelatihan itu formal dan dilakukan di dalam kelas. Pelatihan di
dalam kelas hanya salah satu bentuk pelatihan. Ada banyak bentuk
dan metode penyampaian yang lain yang lebih baik dan efektif biaya,
dan mungkin punya dampak lebih besar. Jika Anda berpikir tentang
pelatihan, pelatihan lebih dari ruang kelas. Misalnya, on-the job-
training yang meliputi program orientasi, magang, rotasi pekerjaan,
konseling, dll.
(f) Anda dapat mengurangi waktu pelatihan dan hal itu masih
efektif. Sebagian pimpinan beranggapan bahwa pelatihan dapat
dipadatkan, misalnya dari 8 pertemuan menjadi 4 pertemuan, dengan
mengurangi sebagian latihannya. Profesional sejati tahu bahwa
pembelajaran membutuhkan waktu dan latihan merupakan
kesempatan peserta pelatihan menerapkan konsep dan di mana
pembelajaran yang sebenarnya terjadi.
(g) Pelatihan itu mahal. Pelatihan tidak harus mahal, terutama jika
dilakukan secara internal. Pelatihan eksternal juga bisa tidak mahal.
9
Misalnya, bahan pelatihan diberikan sebelumnya untuk dipelajari
yang selanjutnya pertemuan digunakan untuk membahas hal-hal yang
belum jelas.
(h) Jika kita memiliki e-learning, hal itu akan mengganti pelatihan
di dalam kelas. E-learning bisa jadi sangat baik untuk pendidikan
dan untuk pra-penugasan, tetapi tidak dapat menggantikan kelas
karena di dalam kelas pembelajaran terjadi melalui latihan, diskusi,
dan dialog.
(i) Eksekutif tidak perlu pelatihan. Hal itu tidak benar. Eksekutif,
pimpinan juga memiliki kebutuhan pengembangan. Dan pelatihan
merupakan salah satu jawaban terhadap kebutuhan tersebut.
10
(b) Ketika ada masalah kinerja. Berulang-ulang seorang karyawan
mengalami kegagalan karena mereka ingin melakukan yang terbaik
dalam perannya, tetapi tidak diberi pelatihan secukupnya atau mereka
tidak tahu bagaimana melakukan pekerjaannya.
(c) Ketika pelatihan merupakan bagian dari rencana pengembangan
individu. Setiap karyawan harus memiliki rencana pengembangan
individu – rencana pengembangan yang dikaitkan dengan sasaran
jangka panjang karyawan. Ada banyak manfaat rencana
pengembangan itu. Di antaranya ialah meningkatnya produktivitas,
lebih mudah menemukan talenta untuk mengisi posisi manajerial
pada suatu hari.
(d) Ketika ada perubahan besar-besaran yang sedang terjadi di
dalam organisasi. Jika terjadi perubahan di dalam perusahaan,
divisi, atau tim, para pekerja perlu dilatih bagaimana menanganinya.
Berilah mereka pelatihan secara berkelompok; hal ini akan memberi
kesempatan kepada mereka melakukan diskusi yang mendalam
mengenai masalah dan tantangan yang mereka hadapi.
(e) Ketika ada produk, proses, atau prosedur baru. Jika ada program/
perangkat lunak baru yang diperkenalkan, mereka harus dilatih
bagaimana menggunakannya. Jika kebijakan baru SDM
diimplementasikan, adakan pelatihan untuk sosialisasi kebijakan baru
itu.
(f) Ketika organisasi membangun kekuatan cadangan sebagai
bagian dari rencana suksesi. Setiap organisasi memiliki talenta di
masa yang akan datang – penyelia, manajer, dan eksekutif pada setiap
departemen. Pertanyaannya adalah apakah organisasi akan merekrut
talenta itu dari dalam atau dari luar organisasi. Keuntungan
mengembangkan talenta dari dalam ialah begitu seseorang berhenti,
11
posisi itu diisi dengan cepat oleh talenta yang sudah disiapkan. Jika
dari luar organisasi, akan memakan waktu lama, bisa berbulan-bulan.
(g) Ketika para pekerja meminta. Kebanyakan karyawan yang
meminta pelatihan pada umumnya bersemangat dan merasa mereka
membutuhkannya. Jika kasusnya seperti itu, pimpinan harus
mengabulkan permintaannya selama mereka membutuhkan
pengetahuan atau keterampilan untuk pekerjaan saat ini atau di masa
yang akan datang.
E. Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
12
pembelajaran untuk mencapai kinerja yang efektif dalam suatu aktivitas atau
sejumlah aktivitas. Tujuannya dalam situasi pekerjaan ialah mengembangkan
kemampuan individu dan untuk memenuhi kebutuhan organisasi saat ini dan
di masa yang akan datang. Dengan demikian, menurut Janis Fisher Chan
(2010), tujuan pelatihan adalah membantu orang mempelajari sesuatu yang
mereka perlu ketahui atau bisa mereka lakukan untuk tujuan spesifik –
mencapai tujuan dan sasaran organisasi, menjalankan tugas khusus,
menyiapkan tanggung jawab baru, atau mencapai sasaran karir.
13
Dengan kata lain, baik pelatihan maupun pengembangan melibatkan
pembelajaran. Yaitu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku,
kognisi/pemikiran, atau afeksi/emosi yang terjadi sebagai akibat interaksi
seseorang dengan lingkungan. Dalam pengertian tersebut, terdapat beberapa
aspek yang amat penting dalam belajar. Pertama, fokus belajar adalah
perubahan, baik melalui penguasaan sesuatu yang baru (seperti ketrampilan
mengoperasikan komputer), atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada
(seperti seorang prajurit semakin akurat dalam menembak). Kedua,
perubahan itu berlangsung lama sebelum kita mengatakan bahwa belajar
telah terjadi. Jika seorang pegawai administrasi dapat mengingat perintah-
perintah yang diperlukan untuk menciptakan operasi makro dalam program
pemrosesan kata pada hari kedua pelatihan tetapi tidak dapat mengingat lagi
perintah-perintah itu pada hari keempat pada saat bekerja, dapat dikatakan
tidak terjadi belajar. Ketiga, fokus belajar bisa berupa perilaku, kognisi,
afeksi, gerak atau kombinasi dua atau ketiganya. Hasil belajar mungkin
berbasis ketrampilan (memanjat), koginitif (prosedur mengajukan bantuan
riset), atau afeksi (menjadi semakin sadar terhadap keselamatan). Terakhir,
belajar sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan. Belajar tidak
mencakup perubahan perilaku yang disebabkan kematangan fisik atau
kondisi sementara (seperti rasa sakit atau obat).
14
TABEL 7.1
PERBANDINGAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Pelatihan Pengembangan
15
menentukan keberhasilan proses dengan cara menggali riwayat
pengembangan dan potensinya di masa depan. Dalam pengembangan :
(a) Orang harus memiliki motivasi yang dating dari diri sendiri dan
mandiri;
(b) Lebih bersifat holistic, mempertimbangkan situasi sebagai suatu
kesatuan;
(c) Lebih berorientasi jangka panjang
Lebih berkaitan dengan situasi “tidak ada jawaban yang benar atau salah”
F. Tren Pelatihan
Beberapa tren menunjukkan bahwa waktu dan uang yang dianggarkan untuk
pelatihan akan meningkat pada dekade mendatang, Hal ini disebabkan
adanya merger, akuisisi, perampingan perusahaan, pergeseran pekerjaan dari
industri manufaktur ke jasa/kreatif. Dalam pandangan Cascio (2006), berikut
ini adalah beberapa tantangan besar yang harus hadapi para pekerja/pegawai:
16
menciptkan strategi bisnis/ model dan struktur organisasi yang terus
menerus.
(b) Pergeseran kekuatan kepada Pelanggan. Dengan menggunakan
internet, pelanggan dapat mengakses data base yang memungkin
mereka membandingkan harga dan memeriksa uraian produk; dengan
demikian yang selalu ada kebutuhan memenuhi kebutuhan produk
dan jasa pelanggan.
(c) Kolaborasi lintas batas organisasi dan geografis. Dalam beberapa
kasus, supplier bersanding dengan produsen/pengusaha pabrikan dan
berbagi akses terhadap tingkat stok. Akliansi internasional strategis
sering mengarah pada penggunaan tim multinasional, yang harus
memperhatikan issu-issu budaya dan bahasa.
(d) Kebutuhan untuk memepertahankan tingkat talenta yang tinggi.
Karena jasa dan produk bias ditiru, kemampuan tenaga kerja
berinovasi, menyempurnakan proses, memecahkan masalah, dan
membentuk hubungan menjadi satu-satunya keunggulan bersaing.
Memikat, mempertahankan, dan mengembangkan orang dengan
kompetensi kritis merupakan hal yang sangat penting keberhasilan
(Criticical Success Factor).
(e) Perubahan pada Tenaga Kerja. Pergeseran demografis
menunjukkan bahwa banyak orang muda tidak trampil dan kurang
terdidik akan dibutuhkan untuk entry-level job, dan kelompok ras dan
etnik minoritas yang kurang dimanfaatkan, wanita, dan orang tua
akan membutuhkan pelatihan.
(f) Perubahan Teknologi memaksa mensyaratkan pelatihan dan
pelatihan kembali pada pakerja yang ada.
(g) Tim. Karena semakin banyak perusahaan melibatkan karyawan dan
tim di tempat kerja, anggota tim perlu mempelajari perilaku seperti
17
meminta ide, menawarkan bantuan tanpa diminta, ketrampilan
menyimak dan umpan balik, mengakui dan mempertimbangkan
gagasan-gagasan orang lain.
Tren ini mengisyaratkan tanggung jawab ganda : Organisasi
bertanggung jawab menyediakan suasana yang mendukung dan mendorong
perubahan, dan individu bertanggung jawab memperoleh manfaat yang
maksimum atas kesempatan belajar yang diberikan. Hal ini melibatkan
penguasaan informasi, ketrampilan, sikap baru, atau pola-pola perilaku
social melalui pelatihan dan pengembangan.
18
karyawan harus belajar tiga jenis ketrampilan baru : (1) kemampuan
menggunakan teknologi baru, (2) kemampuan mempertahankannya,
dan (3) kemampuan mendiagnosis maslah system. Pada pasar yang
semakin kompetitif, kemampuan mengimplementasikan perubahan
yang cepat dalam produksi dan teknologi kerap merupakan
persyaratan utama mempertahankan keuunggulan bersaing.
(b) Akumulasi anggaran dunia bisnis untuk pelatihan tidak
memadai. Oleh karena, Masyarakat Amerika untuk Pelatihan dan
Pengembangan mendesak dunia usaha meningkatkan anggaran untuk
pelatihan sampai sekurang-kurangnya dua persen dari gaji tahunan
untuk pelatihan – lebih dari rata-rata industry Amerika sekitar 1,2
persen. Perusahaan-perusahaan terkemuka menginvestasikan jauh
lebih banyak : General Electric (4,6 persen dari gaji tahunannya), US
Robotics (4,2 persen), Motorola (4 persen), dan Texas Instruments (3
persen).
(c) Dunia usaha mengeluhkan sekolah memberi gelar, tetapi gelar
itu bukan jaminan telah menguasai ketrampilan. Akibatnya,
dunia usaha harus mengalokasi dana yang besar untuk melatih
kembali karyawan dalam ketrampilan-ketrampilan dasar. Dalam
survey terbaru, perusahan melaporkan bahwa rata-rata 3,4 persen
pelamar kurang memiliki literasi tempat kerja fungsional –
kemampuan membaca instruksi, menulis laporan, atau mengerjakan
hitungan pada tingkat untuk mengerjakan tugas-tugas di tempat kerja.
Akan tetapi, hanya sekitar 6,5 persen perusahaan menyediakan
pelatihan remedial dalam ketrampilan dasar ini.
(d) Meskipun secara retorika, pelatihan dipandang sebagai investasi,
aturan akunting menuntut bahwa pelatihan dianggap sebagai
biaya. Dunia usaha akan mengalokasi dana lebih besar jika aturan
19
akuntansi direvisi. Tidak seperti investasi pada peralatan, yang
muncul dalam pembukuan sebagai asset, sedang pengeluaran pada
pelatihan dipandang semata-mata sebagai biaya yang harus
dikurangi.
(e) Perusahaan dan sekolah harus mengembangkan hubungan yang
lebih erat. Sekolah sering dipandang sebagai tidak tanggap terhadap
permintaan pasar. Dunia usaha dipandang tidak mengomunikasikan
permintaannya ke sekolah.
H. Pelatihan Berdaya Ungkit Tinggi
1. Pendekatan Sistematik
20
Banyak perusahaan mengadopsi pandangan yang lebih luas ini, yang
dikenal sebagi pelatihan berdaya-ungkit tinggi (High-Leverage Training).
Pelatihan ini dikaitkan dengan sasaran dan tujuan bisnis strategis,
menggunakan proses desain pembelajaran untuk memastikan bahwa
pelatihan itu efektif, dan membandingkan program pelatihan perusahaan
dengan program pelatihan di perusahaan lain.
21
TABEL 7.2
PROSES PELATIHAN
1 Penilaian kebutuhan
Analisis organisasi; Analisis orang; Analisis tugas
2 Memastikan kesiapan karyawan untuk pelatihan
Sikap dan motivasi; dan Ketrampilan dasar
3 Menciptakan lingkungan belajar
Identifikasi tujuan pembelajaran dan hasil pelatihan; Materi yang
bermakna;
Praktek; Umpan balik; Observasi terhadap orang lain; Pelaksanaan dan
koordinasi program
4 Memastikan terjadinya transfer pelatihan
Strategi manajemen pribadi; Dukungan teman sesama dan manajer
5 Menyeleksi metode pelatihan
Metode presentasi; Metode hands-on; Metode kelompok
6 Evaluasi program pelatihan
Identifikasi hasil pelatihan dan desain evaluasi; Analisis biaya -
keuntungan
22