2611 7548 1 PB
2611 7548 1 PB
(Psychosocial Nursing Care for Mother who can’t Produce Breast Milk on 0-3rd days of
Postpartum Period)
ABSTRAK
Pendahuluan: Faktor utama pembentuk harapan adalah pengalaman masa lalu. Asuhan keperawatan yang akrab akan
meningkatkan tercapainya harapan yang realistis. Pengalaman terdahulu memunculkan pengetahuan yang lebih rinci tentang
layanan dan mempromosikan harapan tentang perawatan untuk periode post partum dan menyusui. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi pengalaman dan harapan asuhan keperawatan psikososial bagi ibu pada periode postpartum untuk
menangani ASI belum keluar di 0-3 hari setelah melahirkan di Puskesmas Tanah Kali kedinding Surabaya. Metode:
Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan hermaneutic-fenomenologis. Subyek penelitian adalah wanita dengan
periode postpartum lebih dari 3 hari sampai 2 minggu setelah melahirkan. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling.
Data diolah menggunakan analisis collaizi. Hasil: Hasil dikelompokkan menjadi pengalaman merasa "keluhan fisik dan
psikologis" ketika susu belum keluar, dan harapan pada perawatan psikososial untuk mengatasi ASI belum keluar. Diskusi:
Selanjutnya, disimpulkan bahwa keperawatan psikososial perawatan yang diberikan ketika susu belum keluar, bisa menjadi
pengalaman ibu dalam rangka mencapai keberlanjutan keberhasilan menyusui.
Kata kunci: ASI, pengalaman, harapan, asuhan keperawatan psikososial
ABSTRACT
Introduction: The first factor as forming expectations was past experience. Familiarity with nursing care services would
increase the likelihood of a realist expectations. Previous experience gave rise to more detailed knowledge about the services
and promoting expectations about nursing care for post partum and breastfeeding period. This study aimed to explore the
experiences and expectations of psychosocial nursing care for mothers in the postpartum period in order to deal with breast
milk has not come out in 0-3 days postnatal in Public Health Center of Tanah Kali Kedinding Surabaya. Method: This
qualitatif study used hermaneutic-phenomenological approach. Subjects were women with postpartum period was more of 3
days to 2 weeks after delivery. Samples were selected by purposive sampling technique. Data was processed using analysis of
collaizi. Results: Results are grouped into the experience felt “physical and psychological complaints” when the milk has not
come out, and expectation on psychosocial nursing care in order to deal with breast milk has not come out. Discussion:
Furthermore, it was concluded that psychosocial nursing care given when the milk has not come out, can become mother’s
experiences in order to achieve sustainability of successful breastfeeding.
Keywords: breast milk, experience, expectation, psychosocial nursing care
keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara menyebabkan bayi sulit mengisap sampai
akan bertambah bengkak atau penuh, karena areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
sekresi ASI terus berlangsung, sementara bayi Keluarnya ASI umumnya keluar setelah
tidak disusukan, sehingga tidak terjadi hari ketiga, namun ada beberapa informan
perangsangan pada puting susu yang yang mengalami bahwa ASI nya baru keluar
mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi sekitar hari ke lima:
dan ASI tidak dikeluarkan, hal ini akan “..ASI saya ndak keluar sama sekali sampai
mengakibatkan ASI tidak keluar. hari ke lima, keluar sedikit tapi ndak keluar
Ada beberapa informan yang tidak lagi sampai sekarang, sedih, bersalah,
merasakan keluhan pada payudaranya dan kecewa, rasane ndak bisa jadi ibu, padahal
merasakan kalau payudaranya kosong setelah saya ingin menyusui karena saya tidak
melahirkan. Berikut pernyataan informan bila bekerja, sedih rasanya bu, tapi yah gimana
ditanya apa yang dikeluhkan secara fisik saat lagi..”(P11).
ASI belum keluar oleh peneliti : Ibu memiliki kemampuan yang berbeda-
“...... saya tidak merasakan susu saya sakit, beda dalam memberikan ASI akan tetapi pada
ngrangsemi atau menteng-menteng, biasa dasarnya ibu memiliki kemampuan yang cukup
saja, kosong rasanya, ASI saya ndak keluar untuk pasokan ASI. Beberapa ibu yang baru
sama sekali...”(P8) melahirkan terkadang baru dapat memberikan
Namun setelah hari kedua dan ketiga ibu sudah ASI pada hari ketiga atau keempat setelah
mulai merasakan kalau nyeri pada sekitar melahirkan. Meskipun demikian umumnya
payudara, pernyataan informan tersebut kondisi keterlambatan ASI hanya dialami oleh
sebagai berikut: ibu dikelahiran bayi pertama.
“......hari pertama sampai kedua tidak sakit Nyeri payudara dan perasaan ASI
pas hari ketiga baru ngrangsemi dan keluar kosong menjadi keluhan pada ibu saat ASI
ASI sedikit...”(P3) belum keluar, beberapa juga mengeluh nyeri
Walau ASI sudah berproduksi sejak pada puting susunya sedangkan keluhan
hamil 20 minggu, namun tidak keluar dari kelelahan fisik menjadi keluhan utama yang
payudara, atau hanya keluar setetes-setetes dialami oleh semua ibu menyusui pada saat
yang ditemui saat hamil semakin besar adalah mengalami ASI belum keluar. Pernyataan
karena adanya hormone kehamilan yang tersebut sebagai berikut :
menahannya, dan hormone kehamilan ini “.... setelah melahirkan kondisi saya gemetar,
berpusat pada ari-ari. Dimana saat ibu ndredek semua badan saya, rasane lemes bu,
melahirkan, dan ari-ari ibu lepas dari rahim, persalinannya dipacu jadi rasane kesel, ASI
lalu kadar hormone kehamilan yang turun, saya belum keluar jadi ya ndak disusoni
maka ASI dapat keluar dari payudara Ibu. setelah nglahirkan....”(P4)
Namun terdapat jeda sampai 3 hari atau 72 jam
pasca bersalin, karena sisa hormon kehamilan PEMBAHASAN
yang masih tersisa di pembuluh darah ibu dan
Pengalaman merasakan keluhan fisik saat
akan semakin hilang dalam jangka waktu 3
ASI belum keluar
hari pasca bersalin, selain keluhan nyeri
Hasil wawancara didapatkan beberapa
payudara ada juga informan yang mengeluh
ibu mengeluhkan kalau payudaranya terasa
lecet dan nyeri di sekitar puting, pernyataan
nyeri dan beberapa merasakan tidak nyeri,
informan tersebut adalah sebagai berikut :
sedangkan untuk kelelahan, semua ibu yang
“......walah ngrangsemi bu, tapi belum
mengeluh ASI nya belum keluar merasakan
keluar, menteng-menteng rasane sakit bu trus
kalau dirinya merasa kelelahan setelah
putingnya lecet malah nyeri rasanya tapi
melewati persalinan, ibu merasakan kalau
belum keluar susune malah yang keluar
dalam proses persalinannya berjalan lama,
darah, perih nek disenggol bu.....”(P2)
sehingga menguras tenaganya.
Keadaan lecet pada puting dapat
Secara umum faktor fisik kesehatan
disebabkan oleh tekhnik menyusui yang
ibu menyusui dapat menyebabkan ASI belum
kurang benar serta perawatan payudara yang
keluar secara langsung setelah proses persalinan.
menggunakan sabun, lotion, cream, alkohol
Faktor fisik kesehatan ibu menyusui yang
yang dapat mengiritasi puting susu serta tali
dirasakan ibu saat ASI beum keluar antara lain
lidah (frenulum linguae) bayi pendek, sehingga
263
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 261-268
:kelelahan fisik, ibu merasakan lelah, capek adalah hormon prolaktin dan oksitosin. Bila
setelah mengalami proses persalinan dari mulai ibu dalam kondisi stress, kebingungan, pikiran
proses kala 1 sampai dengan kala 2, kontraksi kacau takut maupun cemas akan mempengaruhi
yang dialami dan dirasakan ibu tergantung dari pelepasan oksitosin dari neurohipofise sehingga
koping ibu. Ibu yang mengalami proses terjadi bloking pada reflek let down. Kondisi
persalinan yang panjang, lelah, nyeri, akan emosional distress yang dialami seorang ibu
mempengaruhi refleks oksitosin yang akhirnya akan mempengaruhi pelepasan hormon adrenalin
menekan pengeluaran ASI. Proses persalinan (epineprin) yang menyebabkan vasokonstriksi
yang panjang akan menyebabkan kelelahan pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin
fisik pada ibu, yang akan mempengaruhi tidak dapat mencapai mioepitelium (T et al.
pelepasan oksitosin dari neurohipofise sehingga 1994).
terjadi blocking pada reflek let down (T et al. Kondisi psikis bisa terganggu karena
1994). setelah melahirkan ibu memerlukan adaptasi
Nyeri pada daerah payudara, perasaan pada peran baru dan tanggung jawab menjadi
nyeri yang hebat dapat menyebabkan timbulnya seorang ibu. Dari kebiasaan ibu yang dapat
masalah yaitu ASI tidak keluar, dan akan tidur dengan nyenyak di malam hari, harus
keluar bila dilakukan perawatan payudara serta sering terbangun oleh tangisan bayi yang haus
penghisapan yang adekuat. Keadaan nyeri ataupun mengompol. Keesokan harinya ibu
payudara bila tidak segera ditangani akan harus menjalani aktifitas sebagai ibu rumah
menimbulkan masalah baru yaitu pengeluaran tangga, hal tersebut akan bertambah parah
yang tidak lancar akibat sumbatan ASI yang apabila tidak adanya dukungan keluarga untuk
tidak dihisap bayinya, adakalanya bayi setelah membantu merawat bayi dan mengerjakan
lahir tidak mau menghisap dan masih tidak pekerjaan rumah tangga. Perasaan bersalah
sadar, hal ini akibat efek pembiusan dan juga akan timbul ketika ibu merasa tidak bisa
adanya kesulitan saat kelahiran. Bayi baru lahir memberi ASI pada bayinya. Oleh karena itu,
yang mengalami stres saat kehamilan dan diharapkan ibu mampu beradaptasi dengan
persalinan bisa menjadi sangat lemah dan baik agar ibu bisa menjalani tanggung jawab
mengantuk untuk menghisap secara efektif barunya, tanpa ada perasaan tertekan ataupun
pada susu, bahkan jika kapasitas laktasional bersalah.
dari ibu cukup, maka akan menimbulkan Taking in, periode ini terjadi 1–2 hari
gangguan laktogenesis apabila pengeluaran sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya
tidak adekuat (Guyton & Hall 1996). pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
Pada payudara yang tidak ada rasa nyeri kekhawatiran akan tubuhnya sehingga cenderung
dan terasa kosong, ibu akan mendapatkan pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
pengeluaran ASI nya belum keluar lebih lama yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada
ada yang empat hari baru keluar, ada yang lima luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
hari baru keluar,dan ibu yang merasakan nyeri perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat
pada payudara setelah melahirkan akan cukup, komunikasi yang baik dan asupan
mendapati ASI nya keluar hari berikutnya, nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami
artinya bila ibu merasa ngrangsemi atau oleh ibu pada fase ini adalah: kekecewaan pada
merasakan nyeri pada payudaranya akan bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat
mendapatkan lebih cepat air susunya keluar perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah
lebih awal. karena belum menyusui bayinya, kritikan suami
atau keluarga tentang perawatan bayinya.
Pengalaman merasakan keluhan psikis saat Taking hold, periode ini berlangsung
ASI belum keluar pada hari 2–4 post partum, ibu menjadi
Penelitian ini sejalan dengan hasil perhatian pada kemampuannya orang tua yang
penelitian Dewey (2001) dari ibu yang sukses dan meningkatkan tanggung jawabnya
mengalami stres saat kehamilan dan persalinan terhadap bayi. Ibu merasa khawatir akan
mengalami masalah ASI belum keluar saat ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
masa nifas atau pascasalin. Kadar hormon dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih
estrogen dan progesteron menurun segera sensitive sehingga mudah tersinggung. Hal
setelah plasenta lahir, dua hormon yang yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
bertanggung jawab dalam dalam proses laktasi yang baik, dukungan dan pemberian
264
Asuhan Keperawatan Psikososial pada Ibu Nifas (Sherly Jeniawati, dkk)
Bingung dan cemas juga merupakan dirinya merasa lelah karena setelah melalui
respon yang dialami beberapa informan proses persalinan, dan ibu mengakui kalau
keluarga, hal ini merupakan termasuk respon untuk menyusui bayinya menunggu bayinya
negatif yang muncul saat ASI ibu belum bangun sendiri.
keluar.Tuntutan yang tinggi dari keluarga Perawatan payudara merupakan salah
untuk segera menyusui akan membuat suasana satu asuhan kebidanan yang menurut beberapa
hati tidak nyaman dan tidak rileks, minimalisir informan yang dianjurkan oleh ibu saat
perasaan stress, bantu ibu untuk rileks dan mengalami ASI belum keluar.Perawatan
mengajak ibu untuk melakukan atau payudara seperti melakukan pemijatan dan
mengerjakan hal-hal yang menyenangkan senam payudara serta kompres air hangat dan
perasaan ibu, mengajak memikirkan hal-hal dingin, berfungsi untuk menjaga bentuk
yang gembira (J 2015). payudara dan merangsang serta meningkatkan
produksi ASI (Dr. Widodo J,2015).
Pengalaman memperoleh asuhan keperawatan Rangsangan otot-otot payudara diperlukan
fisik saat ASI belum keluar untuk memperbanyak air susu ibu dengan
Pengalaman memperoleh asuhan mengaktivasi kelenjar-kelenjarnya.otot-otot
kebidanan fisik saat ASI belum keluar yaitu payudara terdiri dari otot-otot polos. Dengan
semua informan mengungkapkan adanya adanya rangsangan, otot-otot akan berkontraksi
asuhan kebidanan yang diberikan bidan dengan lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam
menasehati untuk memberikan ASI tanpa laktasi.rangsangan pada payudara dapat
jadwal on demand, dan beberapa informan dilakukan dengan masase atau mengurut atau
mengingat bahwa dirinya pernah diberikan menyiram payudara dengan air hangat dan
nasehat untuk melakukan perawatan payudara dingin secara bergantian (B.R 1997). Namun
serta pentingnya nutrisi dan asupan cairan. pengalaman beberapa informan untuk caranya
Menyusui 2-3 jam, adalah cara terbaik sering informan mengatakan kalau tidak tau
memperbanyak ASI, bayi yang baru lahir caranya, dan jarang melakukannya.
membutuhkan susu setiap 2-3 jam, tanpa Nutrisi dan asupan cairan sangat
peduli siang atau malam hari. Produksi ASI penting diperhatikan untuk ibu menyusui.
pada tubuh wanita mengikuti prinsip supply Pengalaman beberapa ibu saat ASI belum
dandemand, artinya tubuh memproduksi ASI keluar, asuhan kebidanan yang diberikan bidan
sesuai dengan kebutuhan bayi. Jadi bila ibu yaitu dengan menganjurkan ibu untuk tidak
rutin menyusui setiap 2-3 jam sampai bayi tarak makanan dan minuman kecuali kalau ibu
kenyang, payudara akan mengirim perintah ke alergi terhadap makanan tertentu sebaiknya
otak untuk memproduksi ASI sebanyak dihindari. Makanan diperlukan oleh ibu dalam
kebutuhan tersebut. Produksi ASI akan jumlah lebih banyak dari hamil sampai dengan
bertambah dalam waktu 3-7 hari sesuai menyusui, jadi ibu dianjurkan untuk tidak diet
instruksi tersebut.Bila ibu tidak konsisten dan (Walsh 2001). Diet yang tidak sehat sehingga
jarang menyusui, produksi ASI pun tidak akan menyebabkan dehidrasi dapat mempengaruhi
terjadi atau berkurang. Produksi ASI dipengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. Pastikan untuk
oleh hormon prolaktin yang jumlahnya selalu memenuhi kebutuhan nutrisi saat
ditentukan oleh seberapa banyak dan sering menyusui dan konsumsi air putih 8 gelas
ASI dikeluarkan dari payudara ibu, baik sehari. Namun hal ini diakui informan kalau
dengan menyusui atau memerah ASI. porsi untuk makanan tidak mengalami jumlah
Sehingga apabila ASI jarang dikeluarkan peningkatan sampai dua kali lipat.
dengan sendirinya ASI akan menurun atau
berhenti.Memompa ASI bisa menjadi salah Pengalaman dan persepsi memperoleh
satu cara untuk memperbanyak produksi ASI asuhan keperawatan psikososial saat ASI
(Varney et al. 2008). belum keluar
Semua informan memang mengatakan Pengalaman memperoleh asuhan
diberi nasehat untuk sering menyusui oleh kebidanan psikososial saat ASI belum keluar
bidan, namun hal ini diakui oleh informan yaitu sebagian besar informan mengungkapkan
bahwa untuk menyusui bayinya, ibu kasihan adanya asuhan kebidanan yang diberikan bidan
untuk membangunkan bayinya dan merasa dengan melaksanakan IMD setelah bayi lahir
nyaman kalau anaknya tidur dulu, karena saat persalinan, rawat gabung, memberikan
266
Asuhan Keperawatan Psikososial pada Ibu Nifas (Sherly Jeniawati, dkk)
suport, mengizinkan suami serta keluarga eksklusif, khususnya pengaruh sosial yang
untuk menemani, menciptakan suasana tenang tidak mendukung pemberian ASI seperti
dan nyaman, kemudian mengikutsertakan adanya larangan pemberian kolostrum. Petugas
keluarga dalam perawatan ibu dan bayi. kesehatan memberikan pengetahuan tentang
Menempatkan bayi di payudara ibu manfaat pemberian ASI, serta keuntungan bagi
segera setelah lahir atau Inisiasi Menyusui bayi dan ibu. Keluarga dilibatkan untuk
Dini, hal ini dapat membantu pengeluaran memberi dukungan kepada ibu, menciptakan
plasenta secara alami, begitu plasenta keluar, suasana yang menyenangkan dan memberikan
hormon pembuat susu akan berproduksi yaitu semangat yang besar bagi ibu untuk
prolaktin. Hormon ini memicu payudara untuk memberikan ASI. Keluarga harus menjauhkan
memproduksi susu dan juga memiliki efek permasalahan dari dalam hati ibu, menjaga
menenangkan dan merilekskan ibu.Ada bukti emosi, kecemasan dan kepanikan yang
bahwa bayi yang segera menyusu setelah lahir berlebihan demi kelancaran dan
mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI (Vivian 2011).
untuk tetap menyusu di akhir minggu kedua
dibandingkan bayi yang menyusu lebih lambat Harapan Asuhan Keperawatan saat
(White,A,Freeth, S,O’Brien,M,1992) Menghadapi ASI belum keluar
Mendukung roming in atau rawat Harapan asuhan keperawatan psikososial
gabung akan membantu memberikan suasana saat ASI belum keluar yaitu sebagian besar
yang menyenangkan, tenang dan nyaman akan informan mengungkapkan ingin diberikan adanya
membantu saat-saat berduaan dan terciptanya asuhan keperawatan psikososial yang tidak
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Ibu memaksa dan disesuaikan dengan keadaan
sebaiknya dijauhkan dari ketidaknyamanan dirinya artinya diberikan pilihan, memberikan
psikologis seperti emosi, panik, kecemasan dan konseling sekaligus mempraktikkannya,
kekhawatiran berlebihan. Ibu yang mengalami dukungan dari petugas berupa kata-kata yang
ganggua psikologis ini, sebaiknya berusaha meyakinkan sehingga dapat membangun
dengan motivasi dan dorongan dari dirinya kepercayaan diri dalam menyusui bayinya,
sendiri untuk mengatasi masalah-masalah menginginkan sosok petugas yang mampu
psikologis yang timbul. Ibu memerlukan menenangkan dirinya sehingga sabar untuk
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tidak tergesa-gesa memberi formula tanpa ada
yang menolong ibu agar dapat melewati masa indikasi, mendapatka pelayanan dari petugas
sulit yang dihadapinya, salah satunya adalah yang ahlinya atau kompeten yang sudah
oleh petugas kesehatan (Vivian, 2011). berpengalaman, petugas cepat tanggap untuk
Memberikan suport, mengizinkan suami segera memberikan solusi penyelesaian, jangan
serta keluarga untuk menemani, menciptakan sampai ibu dan keluarga mengambil alternatif
suasana tenang dan nyaman, kemudian sendiri yang seharusnya tidak diperbolehkan
mengikutsertakan keluarga dalam perawatan diberikan pada bayinya.
ibu dan bayi. Peran bidan sangat penting dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan 0-3
memberikan asuhan kebidanan di dalam hari pascasalin akan menentukan keberhasilan
membantu seorang ibu untuk menyusui dengan menyusui dan menjadikan sebuah pengalaman
nyaman dan menentukan keberhasilan serta harapan untuk menyusui selanjutnya.
menyusui selanjutnya secara eksklusif. Wanita Pengalaman pertama menyusui dapat
yang baru melahirkan atau pascasalin menimbulkan perasaan yang sangat kuat,
membutuhkan banyak dukungan emosional pengalaman yang sensual dan memuaskan,
dan praktikal, pada hari-hari pertama di rumah unik bagi setiap wanita dan bagi beberapa
bersalin maupun di rumah, dukungan ini tidak wanita, pengalamannya tidak bisa diungkapkan
hanya bisa dari bidan sebagai petugas dengan kata-kata (J 2015).
kesehatan tetapi juga didapat dari pasangan,
keluarga atau teman. (Jane Moody, 2006) SIMPULAN DAN SARAN
Petugas kesehatan dalam memberikan
Simpulan
dukungan kepada ibu menyusui, memiliki
peran dalam penyuluhan dan memberikan Asuhan keperawatan psikososial harus
dorongan kepada ibu dengan cara menyampaikan selalu dipegang oleh petugas kesehatan dalam
informasi tentang keberhasilan pemberian ASI rangka keberhasilan menyusui secara eksklusif
267
Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016: 261-268
268