Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Botani cryptogamae merupakan disiplin ilmu yang mengkaji berbagi jenis tumbuhan
berupa thallus, tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Dalam dunia botani cryptogamae
dikenal berbagai divisi yang termasuk ke dalam tumbuhan rendah antara lain Schyzophyta,
Thallophyta, Beragamnya makhluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan dengan
adanya variasi bentuk, penampilan, serta ciri-ciri yang lainnya.

Botani Cryprogamae merupakan ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan


tingkat rendah yang berkembang biak tidak memakai biji. Organ-organ tubuh masih belum
sempurna, meskipun ada yang sudah dapat dibedakan akar, batang, dan daun (golongan paku-
pakuan). Daunnya mengandung spora untuk alat kembang biaknya. Karena tidak berbunga,
kelompok cryptogamae di artikan kelompok tumbuhan yang tidak menghasilkan bunga dan
biji atau sering pula diartikan sebagai golongan tumbuhan penghasil spora.1

Tumbuhan cryptogamae tidak kalah besarnya dalam segi keanekaragaman dengan


tumbuhan tingkat tinggi, tumbuhan cryptogamae memiliki keanekaragaman jenis yang
berlimpah. Tumbuhan cryptogamae memiliki berbagai kelompok dan divisi yang masing-
masing memiliki karakter yang berbeda. Ada yang termasuk kedalam kelompok Scyzophyta,
Algae, Fungi (jamur atau cendawan dan kapang), Lichenes (lumut kerak), Bryophyta (lumut),
dan Pteridophyta (paku-pakuan). Kelompok algae dan fungi merupakan tumbuhan yang tidak
bervaskuler (Thalophyta). Kelompok tumbuhan rendah yang memiliki vaskuler (pembuluh)
adalah kelompok Bryophyta (lumut) dan Pteridophyta (paku). Bryophyta merupakan
tumbuhan rendah yang mulai hidup di darat dari segi evolusi dan merupakan tumbuhan
peralihan. Disebut tumbuhan peralihan karena anggotanya memperlihatkan tanda-tanda
adanya peralihan dari bentuk thalus ke bentuk kormus.2

B. Rumusan Masalah
1
Syarifah Widya Ulfa, Botani Cryptogamae, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hal. 57.

2
Suroso. Pengantar Cryptogamae, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1992), hal. 92.
1. Bagaimana struktur tubuh dari Bryophyt, Pteridophyta, dan fungi ditemukan ?
2. Jelaskan habitat/ substrat tempat melekat dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi
yang ditemukan ?
3. Bagaimana tekstur dan permukaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang
ditemukan ?
4. Bagaimana warna/ pigmen dari Bryophyta, Pteridophyta, dan fungi yang
ditemukan ?
5. Bagaimana untuk mengetahui klasifikasi dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi
yang ditemukan ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan struktur tubuh dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang
ditemukan.
2. Menjelaskan habitat/ substrat tempat melekat dari Bryophyta, Pteridophyta, dan
Fungi yang ditemukan.
3. Menjelaskan tekstur dan permukaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi
yang ditemukan.
4. Menjelaskan warna/ pigmen dari Bryophyta, Pteridophyta, dan fungi yang
ditemukan.
5. Menuliskan klasifikasi dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang ditemukan.

D. Manfaat
Dengan penulisan ini di harapkan agar pembaca memiliki pengetahuan dan
dapat memahami tentang keanekaragaman tumbuhan cryptogamae. Selain itu di
harapkan pembaca dapat memanfaatkan tumbuhan tingkat rendah dengan benar agar
dapat berguna bagi kehidupan manusia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Hakikat Tumbuhan Cryptogamae
Cryptogamae adalah segolongan tumbuhan yang mempunyai alat kelamin tersembunyi
atau golongan tumbuhan rendah. Organ-organ tubuh masih belum sempurna (thalus),
meskipun ada yang sudah dapat dibedakan akar, batang, dan daun (golongan paku-pakuan).
Daunnya mengandung spora untuk alat kembang biaknya. Karena tidak berbunga, kelompok
cryptogamae diartikan kelompok tumbuhan yang tidak menghasilkan bunga dan biji atau
sering pula diartikan sebagai golongan tumbuhan penghasil spora. Dari keseluruhan
tumbuhan tersebar di muka bumi, diantaranya berada di Indonesia. Tumbuhan yang tingkat
perkembangannya lebih rendah, yaitu tumbuhan tingkat rendah (cryptogamae), terdiri dari
Algae, Fungi, Lichenes, Bryophyta, dan Pteridophyta.3

Ciri-ciri tumbuhan cryptogamae diantaranya adalah:

1. Sel telah berinti, tetapi belum berdeferensiasi

2. Spongaria dan gametangianya belum diselubungi oleh dinding sel

Manusia telah memanfaatkan tumbuhan sebagai tanaman sumber bahan makanan


(tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman sayuran, dan tanaman buah-buahan, sumber
bahan obat, sumber bahan rempah/bumbu, sumber tanaman hias, sumber bahan
kerajinan/industri, sumber bahan sandang, dan sumber bahan papan.

3
Suroso. Pengantar Cryptogamae, (Bandung: Penerbit Tarsito, 1992), hal. 94.
Tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang lebih menonjol dari pada lumut,
walaupun kelompok tersebut jumlah jenisnya jauh lebih besar (sekitar 20.000 jenis). Diduga
tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang menghuni daratan bumi. Fosilnya dijumpai pada
batu-batuan zaman Karbon, yaitu kira-kira 345 juta tahun yang lalu. Tumbuhan paku ada
yang hidup di air (hidrofit), hidup di tempat lembab (higrofit), hidup menempel pada
tumbuhan lain (epifit), dan ada yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah-sampah
(saprofit).

Paku tersebar di seluruh dunia, tetapi terbanyak di daerah tropic lembab. Kebanyakan
paku memiliki perawakan yang khas, sehingga tidak mudah keliru dengan macam tumbuhan
lain. Sebagian dari kekhasan itu adalah adanya daun muda yang bergelung  yang akan
membuka jika dewasa, cirri yang hamper unik ini disebut vernasi bergelung. Ukuran dan
bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari paku pohon yang dapat mencapai tinggi
sekitar 5 meter sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan sering
tertukar dengan lumut (Loveless, 1989).

            Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam
dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya
berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi  (Gandjar, 1999).

Fungi adalah heterotrof  yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorption).


Dalam cara nutrisi ini, molekul-molekul organic kecil  diserap dari mdium sekitarnya. Fungi
akan mencerna makanan di luar tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik
yang sangat ampuh pada ke dalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan
molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap dan digunakan
oleh fungi (Campbell, 1999).

Menurut Tjitrosomo(1990), Thallophyta yang tidak berklorofil dapat dibedakan atas:

1. Phylum Schizomycophyta (bakteri)


2. Phylum Myxomycophyta (jamur lendir)
3. Phylum Eumycophyta (jamur benar)
Phylum Eumycophyta terbagi atas 4 class, yaitu:

1. Class Phycomycetes (jamur ganggang)


2. Class Ascomycetes
3. Class Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna)
4. Class Basidiomycetes.

Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat lembab.


Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang
haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf), 
tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri  yang hidup bebas. Sporofit
tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri,
menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan. Beberapa
tumbuhan lumut masih mempunyai  talus, tidak mempunyai akar, batang, dan daun.
Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya
ada rhizoid (Birsyam, 2004).

Bryophyta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi secara aseksual


terjadi melalui pembentukan spora. Spora ini dihasilkan dari sporangium (kotak spora)
melalui pembelahan secara meiosis. Spora yang dihasilkan adalah spora haploid (n). Spora ini
kemudian akan tumbuh menjadi protonema. Adapun reproduksi secara seksual Bryophyta,
yaitu dengan cara penyatuan gamet betina yang dihasilkan arkegonia berupa sel telur dan
gamet jantan yang dihasilkan oleh antheridia berupa sperma. Sperma bergerak menuju sel
telur di arkegonia dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan sperma menyebabkan
terjadinya fertiliasi yang menghasilkan zigot. Zigot membelah secara mitosis menjadi
protonema. Protonema terus berkembang menjadi sporofit yang diploid (2n)(Birsyam, 2004).

Menurut Gembong (1989),  tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam dua kelas
dengan cirri-ciri yang jelas yaitu:

1. Hepaticae (lumut hati)


2. Musci (lumut daun)
Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan
gametangium serta sporogoniumnya. Keduanya selalu berwarna hijau, autotrof dan sebagai
hasil asimilasi telah terdapat zat tepung.

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase
utama: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase
sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofitnya dinamakan
protalus(prothallus) atau protalium(prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil yang berupa
lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar(tetapi memiliki rizoid sebagai
penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di
tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteredium(antheredium, organ penghasil
spermatozoid atau sel kelamin  jantan) dan arkegonium(archegonium, organ penghasil ovum
atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid
berpindah menuju archegonium. Ovum yang dibuahi berkembang menjadi zigot, yang pada
gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru(Anonim, 2006).

B. Keanekaragaman Tumbuhan Cryptogamae

Anda mungkin juga menyukai