Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan lumut (Bryophyta) adalah tumbuhan yang mampu hidup
dimana saja, contohnya pada pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah
dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup.
Tumbuhan lumut disebut sebagai tumbuhan perintis yaitu tumbuhan yang
bisa membuka lahan hidup untuk organisme lain.
Bryophyta merupakan tumbuhan yang tidak berakar, tidak mempunyai
batang dan tidak mempunyai ikatan pembuluh serta berkembang biak dengan
spora. Bryophyta termasuk salah satu kolompok tumbuhan rendah, bagian
dari keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian dan
merupakan salah satu penyokong keanekaragaman flora.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Bryophyta?
1.2.2 Bagaimanakah ciri-ciri Bryophyta?
1.2.3 Bagaimanakah klasifikasi dari Bryophyta?
1.2.4 Bagaimanakah siklus hidup Bryophyta?
1.2.5 Apakah Bryophita dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini yaitu :
1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan Bryophyta.
1.3.2 Mengetahui ciri-ciri dari Bryophyta.
1.3.3 Mengetahui klasifikasi dari Bryophita.
1.3.4 Mengetahui siklus hidup dari Bryophita.
1.3.5 Mengetahui manfaat Bryophyta dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini adalah menambah pengetahuan dan wawasan penulis
dan pembaca mengenai Bryophyta.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bryophyta


Bryophyta adalah nama lain dari tumbuhan lumut yaitu tumbuhan
dengan struktur tubuh yang sel-sel penyusunnya sudah terspesialisasi, termasuk
kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis
substrat. Substrat yang umum dapat di tumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu
mati, kayu lapuk, serasah, tanah dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab
dan penyinaran yang cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti, suhu, kelembaban dan cahaya. Sebagian besar Bryophyta
berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa,
sedangkan yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 cm tingginya atau
panjangnya.
Bryophyta merupakan salah satu kelompok tumbuhan rendah dan
bagian dari keanekaragaman hayati yang belum banyak mendapat perhatian
(Abdurahman, 2008). Terdapat 24.000 spesies Bryophyta yang dikenal, dan
semua membutuhkan kondisi lingkungan yang lembab yang masuk ke dalam
siklus kehidupan tumbuhan tersebut. Meskipun menyukai habitat yang lembab,
Bryophyta merupakan tumbuhan darat, dan yang tumbuh di air tawar hanya
merupakan adaptasi sekunder terhadap kehidupan air. Sifat ini tercermin dari
kenyataan bahwa Bryophyta air tetap mempertahankan sifat khas bagi
tumbuhan darat, antara lain sporanya mengandung kutin dan dipencarkan oleh
angin (Loveless,1983).
Walaupun bryophyta selalu dapat dikenali dari strukturnya, mereka
juga mudah dibedakan dari tumbuhan darat lain menurut daur hidupnya. Daur
hidup bryophyta, seperti halnya kebanyakan tumbuhan, mengalami pergiliran
keturunan antara generasi seksual atau generasi gametofit yang berkembang
biak secara seksual dan kadang-kadang juga secara vegetatif, dan generasi
aseksual atau generasi sporofit yang berkembang biak dengan spora. Lumut
dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali
Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain

2
itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan
menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga
berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004).

2.2 Ciri-ciri Bryophyta

Ciri-ciri lumut (Bryophyta) yaitu :

1. Bryophyta merupakan organisme multiseluler dan eukariotik.


2. Belum memiliki akar, daun, dan batang yang jelas (Thallophyta), namun
ada yang sudah memiliki akar, batang, dan daun yang jelas (Kormophyta).
Sehingga sering disebut sebagai tumbuhan peralihan antara Thallophyta
dan Kormophyta.
3. Belum memiliki akar sejati, dan struktur mirip akar pada Bryophyta
disebut rhizoid. Peranan Rhizoid membawa air dan nutrisi ke seluruh
jaringan. Rhizoid tidak memiliki pembuluh untuk mendistribusikan air dan
nutrisi, sehingga Bryophyta sering disebut tumbahan non-tracheophyta.
4. Reproduksi/perkembangbiakan secara metagenesis, yaitu terjadi pergiliran
keturunan antara fase sporofit yang diploid (2n) dan fase gametofit yang
haploid (n).
5. Beberapa jenis lumut dapat bersifat kosmopolit karena dapat ditemukan di
berbagai tempat.
6. Lumut mempunyi klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh di
berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika
pada hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut
hutan lumut.

Ukuran tumbuhan lumut relatif kecil dan jarang ada yang mencapai
15 cm, bahkan ada yang tingginya hanya beberapa millimeter saja. Bentuk
tubuhnya pipih sepereti pita dan ada pula seperti batang dengan daun-daun
kecil. Tumbuh tegak atau mendatar pada substratnya dengan perantaraan
rhizoid. Lumut memiliki dua macam alat reproduksi, yaitu anteridium yang
menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang menghasilkan ovum.
Tangkai anteridium disebut anteridiofor, sedangkan tangkai arkegonium

3
disebut arkegoniofor. Berdasarkan letak alat kelaminnya (gametangia), lumut
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu lumut berumah satu, bila anteridium
dan arkegonium terletak pada satu individu dan lumut berumah dua, bila
anteridium dan arkegonium terletak pada individu yang berlainan.

2.3 Klasifikasi Bryophyta

Menurut Carl von Linne (Latin : Carolus Linnaeus), tumbuhan


lumut dibedakan dalam tiga kelas, yaitu Kelas Hepaticae (lumut hati), Kelas
Musci (lumut daun) dan Kelas Anthocerotae (lumut tanduk).

1. Lumut Hati (Hepaticae)


Lumut hati biasa hidup di tempat yang basah sehingga tubuhnya
berstruktur higromorf. Ada juga yang hidup di tempat-tempat yang sangat
kering, seperti di kulit pohon, di atas tanah, atau batu cadas sehingga
tubuhnya berstruktur xeromorf. Di dalam tubuh lumut terdapat alat
penyimpan air sehingga dalam keadaan kekeringan tidak mengakibatkan
lumut mati. Lumut hati merupakan tumbuhan penutup tanah yang daunnya
berbentuk lembaran-lembaran yang berkelok di bagian pinggirnya, memiliki
semacam akar yang tumbuh dari permukaan bawah tumbuhan. Hidup di tempat
yang lembap, dan tidak terkena cahaya matahari. Protonema lumut hati
kebanyakan hanya berkembang menjadi suatu buluh pendek dan sebagian besar
lumut hati memiliki sel yang mengandung minyak astri. Lumut hati dapat
berkembang biak secara aseksual dengan pembentukan kuncup atau gemma
dan secara seksual dengan pembentukan anteridium penghasil sperma dan
pembentukan arkegoniumpenghasil ovum. Lumut hati juga mengalami
pergiliran keturunan (metagenesis).
Klasifikasi Tumbuhan Lumut Hati :

Kingdom : Plantae
Divisi : Hepaticopsida
Kelas : Jungermannidae
Ordo : Calobryales
Famili : Haplomitriaceae
Genus : Haplomitria

4
Spesies : Haplomitrium sp.
2. Lumut Daun (Musci)
Lumut daun adalah tumbuhan kecil yang berklorofil yang tumbuh
di hutan lembab dan rawa. Mereka berkembang dengan jarak yang rapat
sehingga membentuk karpet. Lumut daun termasuk tumbuhan pertama
yang tumbuh di terra firma.Seperti leluhurnya, alga mereka bergantung
pada air dalam beberapa hal, terutama untuk reproduksi.
Lumut daun memiliki daun dan tangkai sederhana. Daun memiliki
klorofil yang memungkinkan mereka memproduksi makanan sendiri
melalui fotosintesis. Tidak seperti tumbuhan yang berkembang, lumut
daun tidak memiliki akar atau jaringan khusus untuk mengangkat air dan
substansi nutrisi. Mereka menyediakan makanan sendiri dengan
menyerap air dan mineral langsung melalui tangkai, daun dan rhizoidnya.
Lumut daun tidak memiliki bunga. Terdapat sekitar 15.000 spesies lumut
daun.Umumnya, lumut daun ditemukan di tanah yang lembab, karang
atau batang pohondan kadang-kadang di air tawar.
Klasifikasi Tumbuhan Lumut Daun :

Divisi : Bryopsida (Musci)


Kelas : Sphagnidae
Ordo : Sphagnales
Famili : Sphagnaceae
Genus : Sphagnum
Spesies : Sphagna sp.

3. Lumut Tanduk (Anthocerotae)


Nama umum dan saintifik filum ini (dari kata Yunani keras,tanduk)
mengacu pada bentuk sporofit yang panjang dan meruncing. Sporofit
biasanya dapat tumbuh setinggi 5cm.Tidak seperti sporofit lumut hati
atau lumut daun, sporofit lumut tanduk tidak memiliki seta dan hanya
terdiri atas sporangium. Gametofit yang biasanya berdiameter 1-2 cm,
biasanya tumbuh secara horizontal dan seringkali dilekati oleh sporofit

5
majemuk. Lumut tanduk merupakan spesies pertama mengolonisasi
wilayah terbuka dengan tanah lembab.
Bentuk tubuh lumut tanduk sepertilumut hati yaitu berupa talus
tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya
mempunyai satu kloroplas. Hidup ditepi sungai, danau, atau sepanjang
selokan.
Klasifikasi Tmbuahan Lumut Tanduk

Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophita
Kelas : Anthocerotopsida
Ordo : Anthocerothales
Famili : Anthocerothaceae
Genus : Anthocerota
Spesies : Anthoceros sp.

2.4 Siklus Hidup Bryophyta


Bryophita mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian
generasi heteromorfik. Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran
generasi gametofit dan sporofit yang secara morfologi berbeda. Generasi
yang dominan adalah gametofit, sementara sporofitnya secara permanen
melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya
mendapat makanan dari gametofit (Mishler et al., 2003).

6
Metagenesis Lumut

Spora Sporangium

Protonema

Sporogonium
Gametofit

Sporofit
Anteridium Arkegonium

Spwematozoid Ovum Zigot

Gambar 1. Sikus Hidup Tumbuhan lumut


(Sumber : tolwb.org/bryophita)

Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofitmenghasilkan spora


yang akan berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema
akan muncul gametofit. Generasi gametofit mempunyai satu set kromosom
(haploid) dan menghasilkan organ sex (gametangium) yang disebut
arkegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan anteridium (jantan)
yang menghasilkan sperma berflagella (antherezoid dan spermatozoid).
Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut bract
(daun pelindung) atau oleh tipe struktur pelindung lainnya (Mishler et al.,
2003).

Gametangium jantan (anteridium) berbentuk bulat atau seperti


gada, sedangkan betina(arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian
lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan

7
dan betina dapat dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada
tanaman berbeda (dioceous) (Gradstein, 2003).

Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigotdengan dua


set kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya
pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai
pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian
ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui meiosis.
Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus
hidup telah lengkap (Hasan dan Ariyanti, 2004).

2.5 Manfaat Bryophyta dalam kehidupan sehari-hari


Manfaat lumut Tumbuhan lumut tidak berperan langsung dalam
kehidupan manusia, tetapi ada spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh
penduduk untuk mengobati hepatitis, yaitu Marchantia polymorpha. Selain
itu jenis jenis lumut gambut dari genus Sphagnum dapat digunakan sebagai
pembalut atau pengganti kapas. Tumbuhan lumut juga memiliki peran dalam
ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang
menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan.
Manfaat lumut bagi kehidupan manusia sangat besar. Suatu
penelitian yang menyangkut kegunaan dan manfaat lumut (Bryophyta)
diseluruh dunia telah dilakukan. Berdasarkan data yang ada, lumut dapat
digunakan sebagai bahan untuk hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan
untuk ilmu pengetahuan dan sebagai indikator biologi untuk mengetahui
degradasi lingkungan. Beberapa contoh lumut yang dapat digunakan tersebut
adalah Calymperes, Campylopus dan Sphagnum (Glime & Saxena, 1991
dalam Tan, 2003). Selain sebagai indikator lingkungan, keberadaan lumut di
dalam hutan hujan tropis sangat memegang peranan penting sebagai tempat
tumbuh organisme seperti serangga dan waduk air hujan (Gradstein, 2003).
Lumut sering juga digunakan untuk pertamanan dan rumah kaca.
Beberapa manfaat dari tumbuhan lumut antara lain sebagai media
tanaman (pengganti ijuk): Lumut daun, dapat mencegah erosi, sebagai
vegetasi perintis karena tumbuhan yang paling awal terbentuk, Lumut tanduk

8
dapat dimanfaatkan sebagai indikator ekologi, indikator pencemaran air dan
udara dan indikator deposit mineral (Ahirra, 2014).

9
BAB III
PEMBAHASAN

Lumut merupakan kelompok tumbuhan berklorofil (autotrop) yang


talusnya mempunyai struktur seperti organ “akar”, “batang”, dan “daun”. Akan
tetapi semua organ tersebut tidak sejati karena tidak adanya sistem jaringan
yang terkoordinasi membentuk struktur organ. Misalnya tidak ada sistem
pembuluh angkut xilem dan floem. Kelompok tumbuhan ini dinamakan
tumbuhan lumut.

Tumbuhan lumut mengalami pergiliran generasi (metagenesis), yaitu


adanya talus fase gametofit dan talus fase sporofit. Talus gametofit merupakan
talus tumbuhan lumut yang umum kita lihat di alam, terutama jika tumbuhan
lumut tersebut tidak membentuk sporogonium. Sedangkan sporogonium yang
menghasilkan spora merupakan talus sporofit.

Talus sporofit lumut bersifat diploid (2n) yang mempunyai ciri-ciri umur
hidupnya pendek, hidup menempel pada talus gametofit untuk memperoleh
nutrient. Pangkal sporofit tertanam pada gametofit. Sporofit tidak bercabang
dan membentuk sporangium tunggal (atau beberapa) pada ujungnya.Talus
gametofit lumut bersifat haploid (n) yang mempunyai ciri-ciri umur hidupya
lama, dominan pada talus, hidup pada substrat misalnya tanah. Gametofit
berasal dari hasil perkecambahan spora yang membentuk protonema (stadium
muda lumut). Gametofit ini membentuk struktur akar atau rhizoid, batang, dan
daun. Gametofit menghasilkan anterizoid berflagel 2 (whiplash) dan sel telur.

Gametangium jantan (anteridium) pada tumbuhan lumut berbentuk seperti


gada, yang dapat menghasilkan anterizoid. Sedangkan gametangium betina
(arkegonium) pada lumut berbentuk seperti botol, yang dapat membentuk satu
sel telur (ovum). Pada bagian perut dari arkegonium terdapat lebih dari satu
lapisan sel-sel steril, sedangkan pada bagian leher hanya ada satu lapisan-
lapisan sel steril.

10
Proses siklus hidup lumut sebagai berikut :
1.Antheridium yang masak akan mengeluarkan sel-sel sperma, kemudian sel
sperma berenang menuju arkhegonium untuk membuahi ovum (pembuahan
terjadi apabila kondisi basah)
2.Ovum yang terbuahi akan tumbuh sporofit yang tidak mandiri, karena
hidupnya masih disokong oleh gametofit. Sporofit ini bersifat diploid (x = 2n)
serta berusia pendek (± 3-6 bulan untuk mencapai tahap kemasakan)
3.Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporongonium pada bagian
ujung
4.Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis.
Sporogonium yang masak akan mengeluarkan atau melepaskan spora
5. Spora tumbuh menjadi suatu berkas yang disebut dengan protonema, berkas
ini akan tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit
baru.

11
BAB IV
SIMPULAN
Bryophyta adalah nama lain dari tumbuhan lumut yaitu tumbuhan dengan
struktur tubuh yang sel-sel penyusunnya sudah terspesialisasi, termasuk
kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis
substrat. Bryophyta merupakan organisme multiseluler dan eukariotik. Belum
memiliki akar, daun, dan batang yang jelas (Thallophyta), namun ada yang
sudah memiliki akar, batang, dan daun yang jelas (Kormophyta). Sehingga
sering disebut sebagai tumbuhan peralihan antara Thallophyta dan
Kormophyta.
Menurut Carl von Linne (Latin : Carolus Linnaeus), tumbuhan lumut
dibedakan dalam tiga kelas, yaitu Kelas Hepaticae (lumut hati), Kelas Musci
(lumut daun) dan Kelas Anthocerotae (lumut tanduk). Bryophita mengalami
siklus hidup diplobiontik dengan pergantian generasi heteromorfik.
Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran generasi gametofit dan
sporofit yang secara morfologi berbeda.
Berdasarkan data yang ada, lumut dapat digunakan sebagai bahan untuk
hiasan rumah tangga, obat-obatan, bahan untuk ilmu pengetahuan dan sebagai
indikator biologi untuk mengetahui degradasi lingkungan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, D., 2008, Biologi Kelompok Pertanian, PT. Grafindo Media


Pratama, Jakarta
Loveless A.R, 1983. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik I.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hasan, M dan Ariyanti, N. S., 2004. Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman
Nasional Gunng Gede Pangrango Volum 1. Balai Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango. Cibodas.
Mishler, B.D., Lewis, L.A., Buchheim, M.A. et al. 2003. Phylogenetic
relationships of the green algae and bryophytes. Ann. Mo. Bot. Gard.
Aslam, M., Tan, C. K., Prayitno, A., 2003. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy),
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Gradstein, S.R., 2003. Ecology of Bryophyta. A Handout Lecture of Regional
Training Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and
Lichens. Bogor. Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai