4C Muhammad Dany 1112 Laprak Kakao1
4C Muhammad Dany 1112 Laprak Kakao1
Disusun Oleh :
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan mutu biji kakao
berdasarkan SNI 2323-2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (SNI 2323:2008), cacat pada biji kakao diantaranya yaitu biji
kakao yang berjamur, slaty, biji berserangga, biji pipih, dan biji berkecambah.
Dalam biji berjamur terdapat miselia jamur berwarna putih. Biji yang berjamur
akan memberikan rasa yang tidak disukai oleh konsumen. Biji slaty berwarna
seperti batu tulis dan bercita rasa tidak enak. Biji yang tidak terfermentasi dengan
baik tidak bisa gunakan. Serangga menyebabkan kerusakan sehingga
menghilangkan nib yang bisa dikonsumsi serta menurunkan tingkat kemurnian
biji kakao. Biji kakao yang bisa diolah harus berasal dari lot biji kakao yang tidak
ada serangan dari serangga satu pun. Biji yang sudah berkecambah tidak bisa
memberikan cita rasa cokelat karena mudah diserang oleh hama dan kapang.
Standar mutu biji kakao yang memenuhi SNI 2323:2008 harus memenuhi
persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum biji kakao yang
memenuhi SNI antara lain : kadar air maksimal sebesar 7,5%; biji tidak berbau
asap/bau asing dan tidak abnormal; bebas dari serangga hidup; kadar biji pecah
maksimal 3% dan tidak boleh tercampur dengan benda asing.
Sedangkan persyaratan khusus biji kakao yang memenuhi SNI antara lain
: standar kadar biji berjamur, kadar biji tidak terfermentasi dan kadar biji
berserangga, kadar katoran dan kadar biji berkecambah. (SNI 2323:2008)
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah biji
kakao fermentasi
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Penentuan Adanya Serangga Hidup atau Benda Asing
Biji Kakao
Diagram Alir 3.1 Penentuan Adanya Serangga Hidup atau Benda Asing
Penentuan adanya serangga hidup atau benda asing ini dilakukan dengan
pengamatan secara visual. Hal yang pertama kali dilakukan adalah persiapan biji
kakao yang ada di dalam kemasan. Pengamatan dilakukan dengan seksama agar
tidak ada hal yang terlewat. Dalam praktikum ini, hasil dari pengamatan ini
dinyatakan dalam bentuk ada atau tidak adanya serangga dan benda asing.
3.2.2 Penentuan Kadar Air
Biji Kakao
Pengecilan Ukuran
3.2.2
Penimbangan
Berikutnya dilakukan penentuan kadar air pada biji kakao. Langkah awal
yang harus dilakukan adalah persiapan alat dan bahan. Kemudian, biji kakao
dilakukan pengecilan ukuran dengan menggunakan pisau yang bertujuan untuk
memperluas permukaan dan dapat mengoptimalkan penguapan air dalam biji
sehingga dapat mempermudah analisis kadar air. Setelah itu, cacahan biji tersebut
dilakukan penimbangan sesuai dengan perlakuan dan dimasukkan dalam cawan.
Selanjutnya, cawan beserta isinya dimasukkan dalam oven untuk dilakukan
pengovenan dengan suhu 103℃ selama 16 jam untuk menguapkan air dalam biji
kakao. Lalu, cawan dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam eksikator
untuk menyeimbangkan RH. Setelah itu, dilakukan penimbangan untuk mengetahui
berat akhir sampel setelah pengovenan.
3.2.3 Penentuan Adanya Biji Berbau Asap Abnormal atau Berbau Asing
Biji Kakao
Diagram Alir 3.3 Penentuan Adanya Biji Berbau Asap Abnormal atau Berbau
Asing
Biji Kakao
Pengamatan kotoran
Biji Kakao
Pada praktikum selanjutnya, dilakukan penentuan jumlah biji per 100 gram.
Hal yang pertama kali dilakukan adalah bahan. Kemudian dilakukan penimbangan
100 gram biji kakao. Setelah itu, dilakukan perhitungan jumlah biji yang ada.
Selanjutnya dilakukan penggolongan berdasarkan SNI.
Pemotongan Memanjang
Pengamatan
Penentuan
4.1.3 Penentuan adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya
Hasil
Pengamatan
Biji Kakao Lama Biji Kakao Baru
Biji berbau asap abnormal Tidak ada Tidak ada
Biji berbau asing Tidak ada Tidak ada
4.2.3 Penentuan adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya
- Tidak dilakukan perhitungan
4.2.4 Penentuan kadar kotoran
Hasil
Pengamatan
Biji Kakao Lama (%) Biji Kakao Baru (%)
Plasenta 0,943 0,063
Biji dempet 9,681 4,095
Pecahan biji 1,322 0,79
Pecahan kulit 0,802 0,191
Biji Pipih 3,159 4,3
Ranting 0 0
Total kadar kotoran 15,907 9,439
Hasil
Pengamatan
Biji Kakao Lama (%) Biji Kakao Baru (%)
Biji berjamur 1,3 0
Biji slaty 19 10,7
Biji berserangga 0 0
Biji berkecambah 0 0
Total kadar biji cacat 20,3 10,7
BAB 5 PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan pengujian mutu biji kakao dari dua sampel
biji kakao. Pengujiannya meliputi adanya serangga, kadar air, adanya bau asing,
adanya kotoran, jumlah biji per serratus gram, dan jumlah biji cacat. Kemudian
data yang didapatkan dibandingkan dengan mutu yang ada pada SNI 2323:2008.
Pada pengamatan adanya serangga dan benda asing pada biji kakao
didapatkan data yang sama dengan SNI 2323 :2008 yaitu tidak ditemukan
adanya serangga hidup maupun benda asing dan hal tersebut sesuai dengan
syarat umumnya yaitu tidak diperbolehkan ada serangga hidup maupun benda
asing. Jadi hal tersebut menandakan bahwa sampel lolos mutu dari SNI
2323:2008.
Untuk data kadar air dari sampel kakao terdapat perbedaan yang cukup
besar antara biji lama dengan biji baru. Pada sampel biji baru mempunyai kadar
air sebesar 7.4%, sedangkan pada biji lama memiliki kadar air sebesar 7.9%.
Menurut SNI 2323:2008 pada syarat umum disebutkan bahwa kadar air
maksimal pada biji kakao adalah sebesar 7.5%. Dari hal tersebut menandakan
bahwa biji kakao baru lolos mutu sedangkan biji lama tidak lolos terhadap mutu
dari kakao yang sudah ditentukan oleh SNI 2323:2008. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kondisi selama penyimpanan
yang dikarenakan biji yang telah lama tersimpan mempunyai akumulasi kadar air
yang diserap selama waktu penyimanannnya.
Pada data biji berbau asap abnormal atau bau asing pada sampel yang
diuji memiliki kesamaan yaitu sama sama tidak ditemukan adanya bau asap
abnormal atau bau asing. Hal tersebut sudah sesuai dengan ketentuan SNI
2323:2008. Jadi dari hal tersebut menunjukan bahwa kedua sampel lolos mutu
yang diwajibkan beredar di Indonesia oleh BSN.
Pada data hasil pengujian kotoran pada dua biji kakao memiliki hasil
yang cukup jauh berbeda. Pada biji lama dan baru mempunyai kadar kotoran
berturut-turut sebesar 15.907% dan 9.439%. Mutu biji kakao yang ada pada SNI
2323:2008 pada persyaratan khusus, kadar kotoran pada mutu I maksimal adalah
1.5%, pada mutu II maksimal 2.0%, sedangkan pada mutu III maksimal 3.0%.
Berdasarkan data yang didapatkan, menunjukan bahwa kedua sampel yang diuji
tersebut tidak lolos mutu kakao karena melebihi batas maksmal kadar kotoran
yang sudah ditentukan.
Berdasarkan data yang didapatkan pada mengujian jumlah biji kakao per
100 gram, didapatkan jumlah biji pada sampel biji kakao lama dan baru
sebanyak 107 dan 86. Menurut SNI 2323:2008, penggolongan biji kakao
berdasarkan jumlah biji per 100 gram dibagi menjadi 5, yaitu AA, A, B, C, dan S.
Golongan AA memiliki maksimal 85 biji per serratus gram, pada golongan A 86-
100 biji, pada golongan B 101-110 biji.Menurut penggolongan tersebut pada
sampel biji kakao lama masuk ke dalam golongan B sedangkan sampel biji baru
masuk kedalam golongan A
Pada pengujian kadar biji cacat didapatkan hasil yang bervariasi pada
setiap parameternya. Pada kadar biji berjamur, sampel biji kakao lama dan baru
memiliki kadar 1.3% dan 0% Pada biji slaty, sampel biji kakao lama dan baru
mempunyai kadar sebesar 19.0% dan 10.7%. Pada parameter biji berkecambah
dan biji berserangga tidak ditemukan adanya biji cacat tersebut pada kedua
sampel. Menurut SNI 2323:2008, berdasarkan data yang didapatkan kedua
sampel tersebut masuk ke dalam mutu III karena memiliki kadar biji slaty yang
tinggi yaitu melebihi 10%.
Dari seluruh data yang didapatkan dari pengujian yang sudah dilakukan.
Dinyatakan bahwa kedua sampel tersebut tidak lolos mutu dari SNI 2323 : 2008.
Hal tersebut dikarenakan oleh kadar kotoran pada kedua jenis sampel biji tersebut
sangat tinggi melebihi persyaratan maksimal
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu kedua sampel yang diujikan
tidak masuk lolos uji SNI 2323:2008 dikarenakan kriteria kadar kotoran melebihi
batas yang telah ditentukan. Sedangkan menurut penggolongan biji kakao,
sampel kakao lama dan baru masuk ke dalam golongan B dan A.
6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini yaitu sebaiknya untuk praktikum
berikutnya dapat dilakukan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Penentuan adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya
- Tidak dilakukan perhitungan.
Penentuan kadar kotoran
Hasil
Pengamatan
Biji Kakao Lama (%) Biji Kakao Baru (%)
Plasenta 0,943 0,063
Biji dempet 9,681 4,095
Pecahan biji 1,322 0,790
Pecahan kulit 0,802 0,191
Biji pipih 3,159 4,3
Ranting 0 0
Total kadar kotoran 15,907 9,439
Penentuan jumlah biji kakao per seratus gram
- Tidak dilakukan perhitungan.
Penentuan kadar biji cacat pada kakao
Hasil (%Biji/Biji)
Pengamatan
Biji Kakao Lama Biji Kakao Baru
No Gambar Keterangan
1. Pengamatan secara visual untuk
menentukan adanya serangga
ataupun benda asing lainnya.