LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir Kajian ini berisi 7 (tujuh) bab yang menjelaskan mengenai
Pendahuluan, Kajian Literatur, Metode Kajian yang digunakan, Dinamika UKM
dalam Sektor Agribisnis, Gambaran Sentra Agribisnis Fasilitasi Kementerian
Koperasi dan UKM, Penumbuhan Klaster Agribisnis dalam Sentra UKM, serta
Kesimpulan dan Saran.
PT. La’Mally
i
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 1
UKM Berbasis Agribisnis
1 Pendahuluan
Kajian literatur awal menunjukkan bahwa di masa lalu telah terdapat program
pengembangan UKM berbasis kelompok yang dilakukan dalam kerangka program
pemerintah seperti melalui (1) extension workers, (2) penyediaan motivator kepada
kelompok usaha, (3) pemberian dukungan teknis melalui unit pelayanan teknis dan
BDS, (4) pelaksanaan trade fairs untuk mengembangkan jejaring pemasaran UKM,
(5) pembuatan trading house, dan lain-lain. Beberapa nama juga telah dikaitkan
dengan model pendekatan kelompok ini misalnya: Sentra UKM, Klaster,
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 2
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
Di beberapa negara yang menjadi rujukan, Klaster bisnis telah menjadi mekanisme
yang ampuh untuk mengatasi keterbatasan UKM dalam hal ukuran usaha dan
untuk mencapai sukses dalam lingkungan pasar dengan persaingan yang
senantiasa meningkat. Langkah kolaboratif yang melibatkan UKM dan perusahaan
besar, lembaga pendukung publik dan swasta serta pemerintah lokal dan regional,
semuanya akan memberikan peluang untuk mengembangkan keunggulan lokal
yang spesifik dan daya saing perusahaan yang tergabung dalam klaster.
Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang ditujukan
untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster bisnis merupakan suatu sistem
terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok
perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan
institusi-institusi terkait dalam suatu bidang tertentu.
Pembentukan klaster menjadi issue yang penting karena (sekali lagi) secara
individual UKM seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang
membutuhkan jumlah volume produksi yang besar, standar yang homogen dan
penyerahan yang teratur. UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala
ekonomis dalam pembelian input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses
jasa-jasa keuangan dan konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan
yang signifikan untuk internalisasi beberapa fungsi pendukung penting seperti
pelatihan, penelitian pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat
menghambat pembagian kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara
keseluruhan fungsi-fungsi tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.
Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama dalam
1
BPS-KPKM kemudian dilebur ke dalam struktur Kementerian Koperasi dan UKM pada
bulan Agustus 2001 sesuai dengan Keppres 103/2001.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 3
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
klaster adalah:
Dengan demikian Klaster bisnis dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi
hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu
lingkungan pasar yang semakin kompetitif.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 4
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
Salah satu sasaran dari pelaksanaan program sentra UKM adalah terciptanya
mekanisme yang terstruktur untuk mentransformasikan sentra-sentra UKM menjadi
klaster-klaster bisnis UKM yang dinamis dan berdaya saing. Klaster bisnis yang
diharapkan terbentuk ini dapat berkembang dari sebuah sentra atau dari gabungan
beberapa sentra yang memiliki produk/kompetensi yang saling mendukung.
Keinginan “sentra ke klaster” ini didasarkan pada kenyataan bahwa klaster
memberikan ruang tumbuh yang lebih luas dibandingkan sentra.
Untuk itu, sejak tahun 2001 hingga tahun 2005, Kementerian Koperasi dan UKM
telah memfasilitasi 1.111 sentra UKM di seluruh Indonesia, memberikan dukungan
keuangan kepada sentra sebesar lebih dari Rp 200 milyar, dan
menugaskan/mengembangkan 920 konsultan lokal untuk membantu memberikan
dukungan non keuangan kepada sentra-sentra tersebut.
Dalam kajian ini, pandangan lebih diarahkan pada dinamika transformasi sentra ke
klaster di sektor agribisnis. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar pekerjaan
masyarakat Indonesia bergerak di lapangan usaha yang berkaitan dengan sektor
ini, menurut hasil kajian sebelumnya sentra-sentra yang bergerak di sektor
agribisnis ini memiliki kesiapan dan peluang yang besar untuk dikembangkan
menjadi klaster bisnis, dan pengembangan sektor ini merupakan salah satu
wahana yang dipilih oleh pemerintah untuk memperluas basis dan kesempatan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 5
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 6
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
Sentra
Sentra
UKM
UKM
UKM
Persaingan yang
sehat
Akses Pemasaran
Peningkatan
Kemampuan Ekspor Daya Saing
SDM Lokal
SDA Lokal UKM
KLASTER
Ekonomi Lokal BISNIS UKM
Keunggulan Kompetitif
Teknologi &
Teknologi Informasi
Sinergi &
Kemitraan
Dukungan perkuatan
a. Keuangan
b. Non Keuangan
Pemerintah Lokal/Pusat
Lembaga Keuangan
BUMN/BUMD
Swasta
Perguruan Tinggi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 7
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
Dengan demikian pada tujuan pertama, kajian adalah menyusun profil sentra yang
diamati, mengukur indikator keluaran sentra (baik kapasitas maupun produktivitas),
mengidentifikasikan indikator leverage dari dukungan perkuatan yang diterima
sentra, mengukur indikator efektifitas perkuatan sentra dan penumbuhan klaster,
dan mengidentifikasikan keberadaan ciri-ciri klaster di sentra yang bersangkutan.
Untuk tujuan kedua, kajian mengolah lebih lanjut data dan informasi hasil tujuan
pertama agar dapat mengkategorikan sentra yang diamati ke dalam kelompok
“mendekati klaster” dan kelompok “tidak mendekati klaster”. Berdasarkan
pengelompokkan ini, kajian mengidentifikasikan variabel-variabel dalam indikator
leverage, indikator efektifitas perkuatan dan keberadaan ciri-ciri klaster untuk
menemukan variabel-variabel determinan yang dimiliki oleh sentra-sentra yang
termasuk dalam kategori “mendekati klaster”. Berdasarkan pengetahuan ini
diharapkan dapat diidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi
penumbuhan klaster bisnis agribisnis dari sentra-sentra Kementerian Koperasi dan
UKM.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 8
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
Manfaat yang dapat diperoleh dari kajian ini adalah diketahuinya informasi terakhir
sentra agribisnis fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM dan rekomendasi
langkah penumbuhan klaster bisnis yang efektif yang dapat dijadikan referensi bagi
pemberdayaan UMKM melalui pendekatan sentra.
"# Deskripsi efektifitas sentra UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM
berbasis agribisnis;
"# Laporan Desain Kajian yang memuat desain penelitian dan instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data.
$# Laporan Sementara atau draf laporan akhir yang berisi hasil pelaksanaan
penelitian.
%# Laporan Akhir kajian yang harus memuat: (a) deskripsi efektifitas sentra
UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis UKM yang berbasis agribisnis,
(b) deskripsi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penumbuhan dan
pengembangan klaster bisnis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis,
dan (c) rekomendasi model penumbuhan dan pengembangan klaster
bisnis yang berbasis agribisnis dan persyaratan kondisi lingkungannya.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 9
UKM Berbasis Agribisnis
Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan, yang terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat, serta Output Kajian.
Bab 3 Metode Kajian, yang terdiri dari: jenis metode, lokasi kajian, jenis dan cara
pengumpulan data, metode sampling yang digunakan, dan metode analisis
yang dilaksanakan.
Bab 7 Simpulan dan Saran, menyajikan butir-butir kesimpulan dan saran yang
dapat ditarik dari seluruh kajian ini.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 10
UKM Berbasis Agribisnis
2 Kajian Literatur
!" Merujuk dari segi usaha (business), klaster diidentifikasikan atas daerah
yang luas di sepanjang pertalian-pertalian industri. Ini artinya bisa
mencakup satu desa, kabupaten, provinsi bahkan lintas provinsi yang
berkaitan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 11
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Kementerian Koperasi dan UKM seperti tersurat dalam buku Pemberdayaan UKM
Melalui Pemberdayaan SDM dan Klaster Bisnis, menunjukkan pengertian klaster
sebagai kelompok kegiatan yang terdiri atas industri inti, industri terkait, industri
penunjang, dan kegiatan-kegiatan ekonomi (sektor-sektor) penunjang dan terkait
lain, yang dalam kegiatannya akan saling terkait dan saling mendukung.
Mudrajat, melalui buku Analisis Spasial dan Regional, lebih banyak bicara
mengenai klaster industri. Dalam bukunya, Klaster Industri awal diasosiasikan
dengan Marshallian Industrial District. Menurut pemahaman Marshallian ini sentra
industri merupakan klaster produksi tertentu yang berdekatan. Ia membedakan
antara kota manufaktur dan sentra industri sebagai berikut:
!"#$%&' ()*%"$' ()+*&"' %+,-(*&%' .)&$-("*' $","' ("*-' /0*"' .)("&' "*"-' 1).%23''
4%"$' /0*"' .)("&' %+%' *)1"2' #)+5",%' $)#%#$%+' ,"1"#' *)/+%/' %+,-(*&%' ,"+'
$)&,"6"+6"+7',"+'()."6%"+'.)("&'$)+,-,-/+8"'#)&-$"/"+'$"&"'$)+6&"5%+3''
9)*)1"2' $".&%/:$".&%/' #)#)&1-/"+' 1).%2' ."+8"/' &-"+6' ,"&%$","'
().)1-#+8";' $","2"1' +%1"%' *"+"2' #-1"%' *%+66%;' #"/"' *)&5",%1"+' $)&6)&"/"+'
#)+-5-' $%+66%&"+' <1-"&=' /0*"7' ,"+' $".&%/:$".&%/' ."&-' #)+6"1"#%'
$)&*-#.-2"+'8"+6'$)("*',%',")&"2'$)&,)(""+',"+'/0*":/0*"'/)>%13'
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 12
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
JENIS
Perusahaan atau
Perusahaan Kecil
bengkel dengan
berbagai pabrik/skala
Perilaku dan
kebijakan
nasional/lokal
Dilihat dari struktur Kelembagaan, perbedaan jelas terlihat antara sentra industri
yang hanya terdiri atas perusahaan kecil dan menengah (UKM) dan sentra industri
dimana UKM diorganisir di seputar perusahaan-perusahaan inti. Gambar 3
mengilustrasikan bahwa kedua jenis sentra industri ini mampu menciptakan
penghematan skala ekonomis dan penghematan cakupan secara eksternal dan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 13
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
lokal.
Seberapa jauh penghematan ini dapat dilakukan tergantung sepenuhnya pada ciri
jaringan wirausaha yang berkaitan dan jaringan pasar tenaga kerja yang terdapat
dalam sentra-sentra industri tersebut. Selain itu juga tergantung dari sejauh mana
jaringan-jaringan tersebut diorganisasi untuk proses pembelajaran dan inovasi.
Jenis kategori klaster yang kedua menggunakan kerangka dua dimensi, yaitu
tingkat kepemilikan dan koordinasi, lihat gambar 4.
Tinggi
Lokasi
Tingkat Integrasi UKM
Kepemilikan
Rendah
Rendah Tinggi
Tingkat
Koordinasi
Sumber: Mudrajat Kuncoro
Kategori ke tiga mencoba membedakan antara klaster dewasa dan klaster baru.
Pembedaan ini didasarkan atas asal sejarah dan peranan kebijakan pemerintah.
Klaster dewasa biasanya terbentuk karena faktor sejarah, klaster ini sering
dikaitkan dengan sentra industri tradisional yang telah lama dikenal seperti pusat
industri kerajinan.
Tidak seperti klaster dewasa yang mengalami evolusi historis, klaster industri yang
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 14
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Menilik penjelasan diatas, pemahaman Klaster dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
Klaster bisnis dan klaster industri. Dalam studi literatur, lebih banyak ditemukan
definisi untuk klaster industri, sedangkan Klaster bisnis lebih banyak dikaitkan
dengan klaster industri. Pengembangan klaster industri dapat digunakan untuk
mengembangkan industri yang bersifat luas (broad base) dan terfokus
(spesialisasi) pada jenis-jenis produk yang berpeluang memiliki daya saing
internasional yang tinggi di pasar domestik dan global.
Lingkup geografis klaster dapat sangat bervariasi, terentang dari satu desa saja
atau salah satu jalan di daerah perkotaan sampai mencakup sebuah kecamatan
atau provinsi. Sebuah klaster dapat juga melampaui batas negara menjangkau
beberapa negara tetangga (mis. Batam, Singapore, Malaysia).
Biasanya, kedua klaster ini ada dalam satu wilayah yang sama.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 15
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Banyak klaster artisanal bersifat tidur (dormant), dengan pengertian bahwa selama
beberapa tahun praktis hampir tidak ada pengembangan pasar, peningkatan cara
produksi dan pengembangan produk. Beberapa penulis merujuk klaster artisanal
yang tidur sebagai klaster bertahan hidup (survival klaster) dari perusahaan mikro
dan kecil. Namun demikian, klaster lainnya telah berkembang dengan cepat dari
segi peningkatan ketrampilan, teknologi, dan keberhasilan penetrasi pasar
domestik dan ekspor.
Pemerintah
Pusat
Propinsi
Asosiasi
Nasional/
Propinsi
Kabupaten
/ Kota
Pasar
Pasar Pasar Nasional
lokal Regional
Produsen
INPUT PEMASOK DISTRIBUTOR
Input Nasional/
Internasional
Lembaga
Pasar
BDS Keuangan
Pemasok Nasional/
Lembaga
Internasiona
Peralatan SDM/R&D
Dalam perjalanan waktu, banyak klaster aktif makin menjadi kompleks dari segi
struktur dan berkembang menjadi klaster industri maju. Terjadi peningkatan
spesialisasi dan kerjasama antar perusahaan, dan klaster tersebut menarik serta
mengembangkan pemasok input khusus, komponen dan peralatan, penyedia jasa-
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 16
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Contoh yang menonjol klaster industri maju dengan orientasi ekspor di negara
berkembang ialah manufaktur sepatu di Brazil, India, dan Mexico; peralatan bedah
di Pakistan; garmen di Peru atau mebel di Indonesia.
Klaster-klaster maju seringkali tumpang tindih dan saling terkait dengan klaster-
klaster lainnya dalam daerah yang sama. Pengelompokkan klaster-klaster
demikian atau distrik industri (terminologi Italia) merupakan bentuk susunan klaster
yang paling kompleks dimana berbagai sektor yang berbeda saling bergantung
dan saling memberikan manfaat. Contoh pengelompokkan klaster ialah sekitar
timur laut Italia (tourism, makanan, fashion, mebel, produksi permesinan); bagian
selatan Jerman (industri kendaraan, elektronika, produksi permesinan, software
dan greater London (perbankan, asuransi, software, penerbitan, film, musik,
tourism, fashion, periklanan, jasa-jasa bisnis).
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 17
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
a. Pembentukan Klaster
Secara teoritis, sentra/klaster terbentuk karena dua hal yaitu (1) Faktor Sejarah
dan (2) faktor Bentukan/Manipulasi. Dua faktor ini akan membentuk dua jenis
klaster yaitu (1) Klaster Dewasa dan (2) Klaster Baru.
Jika Klaster Dewasa muncul secara “alami”. Maka kemunculan Klaster Bentukan
terjadi karena kesengajaan pemerintah atau institusi lain yang berkeinginan untuk
membentuk sebuah klaster. Klaster-klaster bentukan sering disebut sebagai
Klaster Baru karena pendiriannya cenderung lebih muda usianya dibandingkan
klaster tradisional yang ada saat ini.
Sinergi atau kerja sama antar anggota klaster tentunya didasari oleh faktor
ekonomi dan keuangan. Kajian literatur menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga
jenis penghematan yang dapat terjadi akibat sinergi anggota dalam sebuah klaster
tertentu yaitu: (1) Konsentrasi pekerja trampil, (2) berdekatannya para pemasok
spesialis, dan (3) tersedianya fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan. Adanya
jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar memudahkan terjadinya penghematan
dari sisi tenaga kerja. Lokasi para pemasok yang berdekatan menghasilkan
penghematan akibat spesialisasi yang muncul dari terjadinya pembagian kerja
yang meluas antar perusahaan dalam aktivitas dan proses yang saling
melengkapi. Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti
meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi melalui proses
bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan organisasi secara
umum.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 18
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Hasil hubungan faktor-faktor ini mungkin akan menunjukkan pola klaster, dimana
hubungan antara bisnis (dan organisasi) seharusnya mendukung pencapaian
competitive advantage.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 19
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
$" Spatial identity, yang relevan dengan agen dan organisasi di dalam klaster
ataupun yang di luar klaster. Misalnya Asosiasi Peternak Susu Lembang,
$" Interaksi antar usaha dalam sistem pendukung institusi yang lebih luas
Dengan menggabungkan dimensi-dimensi ini, kita akan tiba pada kerangka yang
memberikan definisi klaster sebagai berikut:
Speciali- Competi-
zation tiveness
KLASTER
Kombinasi Spatial
sumberdaya/ proximity
kompetensi
yang berbeda
Identity
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 20
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
organisasi lain, meningkatkan daya saing, spesialisasi dan identitas mereka dalam
perekonomian global”
Tetapi transaksi seperti apa yang penting? Pertama, pengklasteran dilihat dalam
konteks pergerakan barang secara fisik dan pertukaran jasa diantara perusahaan.
Khususnya dalam manufaktur, klaster diartikan sebagai sistem saluran dari supply
chain. Klaster telah diasosiasikan , secara khusus, dengan meningkatnya
kebutuhan pada metode pengiriman just in time dalam insutri otomotif. Kendati
demikian, bukti hubungan antara sistem logistik baru dengan kemunculan klaster
spatial belumlah terlalu kuat (Sadler, 1994). JIT, tampak semakin terbatas pada
jenis komponen yang besar dengan nilai tambah yang kecil. Perhatian kemudian
dialihkan dari dimensi aliran fisik kepada aspek-aspek manajemen rantai pasokan
dan pembelajaran antara perusahaan, yaitu hubungan dari material ke immaterial.
Kajian lain diseputar analisis klaster tampak semakin menekankan pada upaya
kolaborasi dan penciptaan saling kepercayaan sebagai salah satu kunci timbulnya
daya saing. “It is this hidden dimension of co-operation that helps give cluster their
competitive advantage (Cooke, 1995).
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 21
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
1. Faktor Input
Faktor input dalam analisis Porter adalah variable-variable yang sudah ada dan
dimiliki oleh suatu cluster industri seperti sumber daya manusia (human resource),
modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur
informasi (information infrastructure), infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi
(scientific and technological infrastructure), infrastruktur administrasi
(administrative infrastructure), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas
faktor input ini, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya
saing dan produktivitas.
2. Kondisi Permintaan
Adanya industri pendukung dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi
dalam Clusters. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama dalam transaction
cost, sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan
oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri pendukung dan terkait
adalah akan terciptanya daya saing dan produktivitas yang meningkat.
Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena
kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk selalu meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya
persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari strategi baru yang cocok
dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 22
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Model Best bisa menjelaskan proses secara evolusi dari suatu klaster yang tidak
aktif bertransformasi menjadi dinamis. Prosesnya adalah:
Klaster
Spesialisasi
Perusahaan
Integrasi Peusahaan
horosontal Entrepreneurial
/re-integrasi Spin-off
Variasi Teknologi
Spesialisasi
Karakteristik kunci klaster yang dinamis dapat disimpulkan dalam tiga hal:
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 23
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Dinamika klaster mempengaruhi daya saing dari pelaku yang terlibat di dalam
klaster. Dinamika klaster juga meningkatkan kinerja ekonomi secara regional.
Impact pengembangan klaster dengan demikian ada di dua tataran. Meskipun
demikian, hubungan antara pengembangan bisnis dan wilayah ini tidaklah
langsung, masih perlu ditemukan, dalam kondisi apa pengembangan klaster bisnis
ini memberikan manfaat kepada pengembangan wilayah.
Menurut Scorsone (2002) klaster UMKM yang berbasis pada komunitas publik
memiliki manfaat baik bagi UMKM itu sendiri maupun bagi perekonomian di
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 24
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
b. Pemusatan tenaga kerja. Klaster akan menarik tenaga kerja dengan berbagai
keahlian yang dibutuhkan klaster tersebut, sehingga memudahkan UMKM
pelaku klaster untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya dan mengurangi
biaya pencarian tenaga kerja.
c. Akses pada pertukaran informasi dan patokan kinerja. UMKM yang tergabung
dalam klaster dapat dengan mudah memonitor dan bertukar informasi
mengenai kinerja supplier dan nasabah potensial. Dorongan untuk inovasi dan
teknologi akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan perbaikan
produk.
d. Produk komplemen. Karena kedekatan lokasi, produk dari satu pelaku klaster
dapat memiliki dampak penting bagi aktivitas usaha UMKM yang lain.
Disamping itu kegiatan usaha yang saling melengkapi ini dapat bergabung
dalam pemasaran bersama.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 25
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 26
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
C
A = Demand condition
A B = Factor Condition
C = Firm strategy, structure and rivalry
B
D = Related and supporting industries
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 27
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Pembentukan dan konsolidasi modal sosial menjadi unsur inti dalam penguatan
klaster. Modal sosial klaster ini sebagai ikatan internal akan menjembatani dalam
hubungan dengan pihak eksternal. Secara skematis klaster aktif yang
direkomendasikan untuk kondisi Indonesia adalah:
Pada klaster aktif – dinamis, keterkaitan kelima faktor dari diamond model Porter
akan membentuk rantai nilai (value chain) yang kuat. Sebagai ilustrasi suatu
mekanisme rantai nilai dalam konteks suatu klaster industri, misalnya terbentuknya
suatu hubungan dengan suatu pasar baru akan memicu terbentuknya suatu
kelompok produsen-produsen (UMKM baru) yang mempunyai spesialisasi dalam
kegiatan logistik dan penjualan.
Pada saat ini, proses pengembangan tersebut masih terus bergulir untuk
menyelesaikan tahapan 3 tahun pengembangan menuju dinamika klaster. Pada
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 28
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Sentra Sentra
UKM UKM
Kemampuan Ekspor
Peningkatan
SDM Lokal KLASTER UKM Daya Saing UKM
SDA Lokal
Ekonomi Lokal Keunggulan
Kompetitif
SINERGI &
KEMITRAAN Teknologi Informasi
DUKUNGAN PERKUATAN
Pemerintah
Lokal/Pusat
a. Keuangan
Lembaga Keuangan
b. Non Keuangan
BUMN/BUMD
Swasta
Berbeda dengan Jaringan Bisnis yang merupakan sistem tertutup yang ditujukan
untuk mengembangkan proyek bersama, Klaster Industri merupakan suatu sistem
terbuka yang melibatkan lebih banyak pelaku dan merupakan kelompok
perusahaan yang saling terhubung dan berdekatan secara geografis dengan
institusi-institusi terkait dalam suatu bidang tertentu.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 29
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Pembentukan klaster menjadi isu yang penting karena secara individual, UKM
seringkali tidak sanggup menangkap peluang pasar yang membutuhkan jumlah
volume produksi yang besar, standar yang homogen dan penyerahan yang teratur.
UKM seringkali mengalami kesulitan mencapai skala ekonomis dalam pembelian
input (seperti peralatan dan bahan baku) dan akses jasa-jasa keuangan dan
konsultasi. Ukuran kecil juga menjadi suatu hambatan yang signifikan untuk
internalisasi beberapa fungsi pendukung penting seperti pelatihan, penelitian
pasar, logistik dan inovasi teknologi; demikian pula dapat menghambat pembagian
kerja antar perusahaan yang khusus dan efektif secara keseluruhan fungsi-fungsi
tersebut merupakan inti dinamika perusahaan.
Beberapa contoh keuntungan yang dapat ditarik dari sebuah kerjasama adalah:
Dengan demikian Klaster Industri dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi
hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu
lingkungan pasar yang semakin kompetitif.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 30
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Melalui strategi ini, sentra UKM dijadikan titik masuk kedalam upaya
pemberdayaan UKM. Pendekatan ini didasarkan pemikiran untuk memberikan
layanan kepada UKM secara lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan
sumber daya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UKM yang lebih luas.
Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya
dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan
permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lain-
lain. Disamping itu, sentra-sentra UKM akan menjadi pusat pertumbuhan (growth
pool) di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan penyerapan
tenaga kerja, nilai tambah dan ekspor.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 31
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Hal ini merupakan salah satu keunggulan yang disandang oleh strategi ini, dan ini
dipandang sesuai dalam konteks pengembangan UKMK di Indonesia. Sejumlah
keunggulan lain yang dapat digunakan oleh strategi ini adalah, antara lain
pemerintah tidak perlu lagi melakukan pembinaan yang berulang-ulang untuk
obyek yang sama, yang penting dipantau adalah kemajuannya. Disitulah institusi-
institusi pembinaan (dinas UKM pemerintah) bertanggung jawab. Dengan
demikian, diharapkan implementasi program akan berjalan secara terarah, efektif
dan efisien dalam rangka pengembangan UKMK yang eksis ditengah derasnya
kompetisi global.
Inisiatif pengembangan klaster di Indonesia sudah dimulai pada tahun 1950-an dan
di-intensifkan akhir tahun 1970-an melalui program BIPIK (Program Pembinaan
dan Pengembangan Industri Kecil) pada Departemen Perindustrian. Program
tersebut memberi prioritas pada klaster (sentra) yang berskala kecil tetapi yang
mempunyai prospek. Instrumen kebijakan utama terdiri dari pelatihan untuk
perusahaan dalam klaster melalui tenaga penyuluh lapangan pemerintah.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 32
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 33
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
$" Dengan penetapan jangka waktu yang cukup akan terjadi proses
pengguliran program secara berkelanjutan, bukan sekedar pengguliran
dana.
%" Hadirnya dukungan non finansial akan mengawal proses dinamika klaster
yang tidak terpaku pada pengembangan jenis industri yang ada, sehingga
eksistensi UKM di dalam klaster dapat terus menanggapi setiap
perubahan.
Adapun beberapa hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan dasar
sebuah klaster, agar dapat berkembang secara sehat:
!" Dalam setiap sentra yang akan ditumbuhkan sebagai klaster harus
memiliki satu usaha sejenis yang prospek pasarnya jelas. Sekurang-
kurangnya terdapat 50 unit usaha kecil yang melakukan kegiatan sejenis.
#" Omzet dari keseluruhan unit usaha dalam klaster tersebut paling sedikit
Rp 500 juta,-/bulan. Angka ini akan memungkinkan timbulnya pasar jasa
pengembangan yang dapat tumbuh secara sehat, industri pendukung
yang terdorong masuk dan pengembangan outlet yang layak. Dari segi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 34
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 35
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 36
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 37
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 38
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 39
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
melalui langkah-langkah :
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 40
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 41
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Sejauh ini sentra-sentra tersebut merupakan calon klaster yang tidak aktif atau
sedang tidur (dormant). Di dalam sentra, pelaku usaha tidak banyak melakukan
perubahan terhadap produk, proses produksi maupun pasarnya. Kondisinya tidak
banyak berubah dari tahun ke tahun bahkan sampai generasi berikutnya. Secara
lebih rinci dari studi yang dilakukan oleh JICA (2004) menyebutkan secara garis
besar kondisi klaster di Indonesia adalah sebagai berikut:
c. Sebagian besar UMKM dalam klaster tidak memiliki keterikatan internal satu
sama lain sehingga upaya “membangun kepercayaan” (trust building) sulit
dilakukan.
e. Sebagian besar klaster memiliki struktur sosial yang mudah bercerai berai dan
masih berkutat pada strategi untuk mempertahankan hidup.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 42
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Pengembangan sentra industri kecil (SIK) di berbagai daerah turut didukung pula
oleh pendirian Unit Pelayanan Teknis (UPT) sesuai dengan potensi dan kebutuhan
utamanya di bidang teknologi. Program pemerintah yang dominan dan populer
bagi pengembangan usaha kecil adalah penyediaan berbagai skema kredit.
Berikut adalah beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan
mengadopsi konsep klaster sebagai strategi pengembangan ekonomi daerah.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 43
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Pendekatan klaster akan menjadi landasan kebijakan di bidang riset dan teknologi,
khususnya terkait dengan pengembangan techno-industrial dan aliansi strategis.
a. Departemen Perindustrian
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 44
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
iii. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan klaster antara lain adalah:
a) Sistem yang ada belum berjalan dengan baik, yaitu sulitnya melakukan
koordinasi dengan instansi terkait untuk menyatukan tindakan
bersama dalam mengembangkan klaster.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 45
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
ii. BAPPENAS telah melakukan penelitian untuk lapangan usaha tekstil dan
umbi-umbian. Lapangan usaha yang dikaji sejauh ini masih dalam bentuk
sentra-sentra produksi. Pada industri tekstil, selain menganalisa backward
dan forward linkage juga dilakukan analisa terhadap pelaku-pelaku lain,
misalnya pedagang makanan yang berperan melayani pekerja pabrik
tekstil. Keberadaan industri tekstil menjadi penting karena mempengaruhi
kelangsungan lapangan usaha pedagang makanan. Analisa ini untuk
mengetahui apakah sektor ekonomi yang akan dikembangkan menjadi
klaster benar-benar merupakan lapangan usaha yang utama (yang
mempengaruhi keberadaan lapangan usaha lainnya) dalam
pengembangan ekonomi masyarakat di lingkungan klaster tersebut.
" Bentuk ideal untuk mengembangkan sentra menjadi klaster yang aktif
adalah dalam bentuk kelompok. Bentuk kelompok yang ideal yang ada
sampai saat ini adalah koperasi. Koperasi di wilayah pertanian dapat
menjadi fasilitator pengembangan klaster. Contoh yang bisa dilihat
adalah budidaya rumput laut di Sulawesi. Diantara pelaku – pelaku
terdapat ikatan yang cukup kuat. Mereka melakukan budidaya secara
bersama yang disatukan dalam wadah koperasi sehingga kegiatan
produksi dari hulu – hilir dapat dilakukan. Pada tingkat hulu, koperasi
menyediakan kebutuhan bahan baku /modal untuk budidaya rumput
laut. Pada tingkat hilir, koperasi melakukan kegiatan pengolahan
pasca panen bersama (pengeringan rumput laut) dan pemasaran
bersama.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 46
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
" Demikian juga pada sektor peternakan. Pada umumnya di Pulau Jawa
peternakan sapi dilakukan secara individual. Tetapi pada peternakan
sapi di Kalimantan Selatan dilakukan secara kelompok (koloni).
Mereka membuat kandang bersama. Satu kandang dimiliki oleh 3
orang petani. Kandang ini dikelola bersama baik pakannya,
pemeliharaan dsb. Kegiatan produksi ini sangat menguntungkan,
karena dapat menghemat tenaga pemeliharaan dan tempat untuk
kandang.
Pada contoh diatas, dinas terkait menjadi penggerak dalam pengembangan klaster
rumput laut dan peternakan sapi.
" Kendala yang dihadapi adalah fasilitator klaster (dalam contoh dari
Perguruan Tinggi) yang ada masih tergantung pada program
Pemerintah. BDS tersebut memperoleh bantuan dari Kementerian
Koperasi dalam bentuk dana pendampingan dan dana bergulir.
Sehingga ketika program selesai, keberlanjutan BDS masih
dipertanyakan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 47
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
ii. Hasil dari kajian yang telah dilakukan bahwa kegagalan dalam
mengembangkan klaster dikarenakan :
ii. Agar linkage dan nilai tambah dapat diperoleh, maka pengembangan
klaster dilakukan melalui pendekatan partisipatory. Langkah-langkah yang
dilakukan sebagai berikut (mengacu pada contoh proses pembentukan
klaster di Tegal-Jawa Tengah) :
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 48
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
" Hasil analisa rantai nilai dan kompetensi inti ini untuk
menentukan kepada siapa/kemana pembiayaan perlu
diberikan.
Contoh pendekatan klaster yang cukup berhasil adalah yang dilakukan di Tegal.
Melalui peran pemerintah daerah dalam hal ini Kepala Bappeda yang berkomitmen
mengembangkan UMKM, maka terbentuk 5 klaster yang berkembang yaitu: klaster
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 49
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
engine dan aplikasinya, komponen kapal, pariwisata, sapi potong dan jagung
hibrida.
Keberhasilan yang diperoleh dapat dilihat dan diukur dari tingkat pendapatan yang
meningkat dari pelakupelaku yang ada pada klaster. Sebagai gambaran
pendapatan petani jagung hibrida yang bertambah. Harga hasil pertanian seperti
pada umumnya sangat berfluktuasi. Petani pada posisi tawar yang tidak seimbang
terhadap pembeli (umumnya tengkulak yang berfungsi sebagai penebas hasil
panen). Ketika proses mengembangkan klaster, petani difasilitasi agar
memperoleh harga yang wajar dan penebas pun memperoleh keuntungan yang
diharapkan. Caranya dengan mengajak petani untuk mengatur waktu tanam serta
memperluas areal dan mengajak penebas untuk melakukan tebasan secara
periodik dalam kondisi jagung sudah mencapai umur produksi siap tebas.
ii. Untuk mendukung peran tersebut, BPPT memperoleh bantuan dari Uni
Eropa dalam bentuk dana hibah (grant). Dana hibah ini digunakan untuk
program teknologi informasi kepada Koperasi. Pertimbangannya adalah
dari pengalaman banyak negara yang telah menggunakan teknologi
informasi khususnya internet untuk memasarkan produk-produk
UMKM/IKM. Pemasaran melalui cara ini terbukti sangat efektif untuk
meningkatkan penjualan.
f. Departemen Pertanian
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 50
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Kebijakan di tingkat pusat ini, lebih jauh juga menjadi inspirasi bagi pemerintah-
pemerintah di daerah dalam mengembangkan ekonomi masyarakatnya. Salah satu
pemerintah daerah yang melakukan program pengembangan klaster adalah
Pemerintah Daerah (Pemda) Propinsi Jawa Tengah. Program di tingkat propinsi
tersebut diakomodasikan dan dikoordinasikan dengan pemda-pemda di tingkat
kabupaten.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 51
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Pada tahun 2000, Shujiro Urata sebagai Penasehat Senior JICA kepada Menteri
Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri di masa itu, kembali
merekomendasikan pengembangan UKM melalui klaster. Dalam rekomendasinya,
Urata mendorong pengembangan klaster UKM karena memiliki banyak
keuntungan. Beberapa diantaranya adalah : (a) memudahkan UKM untuk
mengatasi masalah pengadaan bahan baku dan mesin, (b) promosi penjualan
produk, dan (c) mengurangi risiko akibat fluktuasi permintaan dengan membuat
skala yang sesuai pada suatu klaster. Disamping itu, melalui klaster juga akan
memperoleh manfaat untuk tukar menukar informasi tentang desain baru, metode
pengolahan dan pengembangan produk baru serta berbagi dalam pengeluaran
untuk penelitian dan pengembangan.
Menurut data tahun 1996, jumlah usaha dalam klaster berkisar sebanyak 475.000
unit, sementara jumlah industri kecil dan rumah tangga adalah sekitar 2.875.000
unit. Artinya sekitar 17% industri kecil dan rumah tangga yang terkonsentrasi
dalam klaster.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 52
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalamnya adalah sebanyak 1.295.000 orang,
sementara itu jumlah tenaga kerja total yang terserap oleh industri kecil rumah
tangga adalah 14.375.000 pada tahun 1996. Berarti ada sekitar 9% dari tenaga
kerja yang terlibat dalam industri kecil dan rumah tangga yang terkonsentrasi pada
klaster. Jika dibandingkan antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah UKM-nya,
maka setiap UKM rata-rata mempekerjakan 3 orang tenaga kerja.
Tabel 2 menunjukkan sepuluh subsektor terbesar dalam hal tenaga kerja. Sepuluh
subsektor terbesar ini mewakili 68% dari keseluruhan klaster, sekitar 75% dari
seluruh tenaga kerja dalam klaster dan sekitar 78% dari seluruh usaha dalam
klaster. Subsektor terbesar adalah subsektor anyaman kayu/bambu/rotan, yang
jumlahnya mencapai 18% dari keseluruhan tenaga kerja dalam klaster.
Pada tahun 1996, rata-rata nilai tambah yang dihasilkan per tenaga kerja dari
seluruh klaster diperkirakan sebesar Rp 1 juta atau sekitar Rp 2,675 juta per UKM.
Sumatera 2511
Jakarta 92
Sampai dengan 1998 sudah terbentuk atau berkembang 12.162 klaster dengan
rincian di Jakarta ada 92 klaster, Jawa (diluar Jakarta) ada 5.623 klaster, Sumatera
ada 2.511, Bali dan Nusa Tenggara 1.313, Maluku dan Papua 381 klaster,
sedangkan di Kalimantan dan Sulawesi terdapat 2242 klaster. Menurut Noer
Soetrisno (2002) jumlah UKM yang terpantau dalam sentra sebagai embrio klaster
diperkirakan mencapai 475 ribu unit. Dilihat dari penyebarannya meliputi sekitar
58% sentra yang ada di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 53
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
daerah terpencil, dalam klaster hanya memiliki sedikit UKM yang layak. Produk
yang dihasilkan adalah komoditi regional, sedangkan pasar yang dilayani adalah
pasar regional, biasanya bagi produk-produk pengganti, dan berada dalam pasar
yang sempit. Teknologi yang digunakan adalah teknologi tradisional.
Tim studi JICA yang dipimpin oleh Koizumi Hajime (2003) telah melakukan kajian
selama dua tahun di Indonesia (2002-2003) tentang " Strengthening Capacity of
SME Cluster". Tim studi JICA ini mengusulkan "Master Concept and Strategy
for SME Cluster Development from Lessons Learnt". Tim ini telah mengkaji 10
sentra UKM di Jawa yaitu (1) sentra logam di Tegal, Sukabumi dan Sidoarjo; (2)
sentra furniture kayu di Klaten-Serenan; (3) sentra gambir di Harau-50 Kota; (5)
sentra minyak Atsiri (vetiver) di Garut; (6) sentra pandai besi pembuatan alat-alat
pertanian (Blacksmith) di Tanjung Batu; (7) sentra tahu dan tempe di Mampang
(Jakarta) dan Bekasi; dan (8) sentra batu bata dan genteng di Kebumen.
Dari ke sepuluh sentra di atas, Tim studi JICA memilih 3 sentra, yaitu sentra logam
di Sidoarjo, sentra furniture kayu di Klaten-Serenan, dan sentra batu bata dan
genteng di Kebumen, Jawa Tengah untuk dikaji dan diamati secara saksama dan
rutin. Adapun hasil dari kajian tersebut, Tim JICA akhirnya membuat rekomendasi
tentang strategi pengembangan sentra/klaster UKM, seperti yang tampak dalam
gambar 11.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 54
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
UKM Dinamis
UKM
BDS UKM Mampu Daya Saing
ATAS (Viable)
UKM dengan
BAWAH Keinginan Pendidikan dan
BDS Kuat Merubah Pelatihan
K-BDS Modalitas Bisnis
Secara perlahan
akan mati
Intensifikasi
Modal
Pengrajin Teknologi
Klaster UKM Intensifikasi Tenaga Intensifikasi
Kerja Teknologi Pasar terbatas Pemasaran
Penolakan Manajemen
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 55
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Clustering
Value Chain
COOPERATION CONCENTRATION
(Under Distributive (Under General Justice)
Justice)
Klaster Individu
Koperasi Bukan Klaster
Sistem
Informasi Koperasi Keinginan Tidak Ada Kerjasama
Tertutup Kuat Keinginan
Klaster
Koperasi Kelompok Kelompok
Sistem “3C”
Informasi Klaster Cooperation
Terbuka Koperasi PT Kemitraan Competition
Concentration
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 56
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Adapun upaya atau pendekatan untuk mendorong UKM mampu (viable) dan
kompetitif dapat dilakukan dengan cara seperti yang ditampilkan dalam gambar 14.
Sedangkan untuk penguatan klaster UKM dapat dilakukan pendekatan “3C”
(Competition, Cooperation, dan Concentration). Hal ini dapat digambarkan dalam
gambar 13.
DEPERINDAG MENEGKOP&UKM
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 57
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 58
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
UKM dalam sentra, hanya rasio PAD terhadap APBD yang berpengaruh dan
pengaruhnya positif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi kemampuan Propinsi
Sumatera Utara membiayai dirinya sendiri akan meningkatkan nilai tambah per unit
UKM.
Berbeda dengan fenomena yang terjadi di Propinsi Jawa Timur. Hanya indikator
pangsa PDRB dan rasio pengeluaran pembangunan terhadap PDRB yang
mempengaruhi nilai tambah per UKM dalam suatu sentra dan pengaruhnya negatif
dan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kedua indikator tersebut
justru menurunkan nilai tambah per UKM. Dengan kata lain, kebijakan ekonomi di
Jawa Timur belum menyentuh UKM.
Lain halnya fakta yang muncul di Propinsi Sulawesi Selatan, hanya satu indikator
yang berpengaruh terhadap nilai tambah sentra UKM dan pengaruhnya bermakna
dan negatif, yaitu tingkat pengangguran. Artinya, apabila pengangguran di
Sulawesi Selatan meningkat maka nilai tambah UKM akan menurun. Hal ini
mengindikasikan bahwa penurunan daya beli masyarakat akibat menganggur akan
menurunkan nilai tambah yang diciptakan oleh sentra UKM di Sulawesi Selatan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 59
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Perbandingan kinerja sentra UKM yang berada di Pulau Jawa dan luar Pulau
Jawa, menunjukkan ada perbedaan pengaruh faktor produksi terhadap kinerja
sentra UKM. Pengaruh perubahan jumlah tenaga kerja terhadap nilai tambah
sentra UKM di Pulau Jawa lebih kecil 0,06% dibandingkan di luar Pulau Jawa.
Demikian pula dengan pengaruh perubahan nilai produksi terhadap nilai tambah
sentra UKM di Pulau Jawa lebih kecil 0,24% relatif terhadap luar Pulau Jawa.
Berbeda dengan pengaruh perubahan jumlah unit usaha dan nilai bahan baku
terhadap nilai tambah sentra UKM di Pulau Jawa lebih besar 0,07% dan 0,27%
dibandingkan dengan sentra UKM di luar Pulau Jawa. Sedangkan pengaruh
perubahan nilai investasi terhadap nilai tambah UKM antara Pulau Jawa dan luar
Pulau Jawa tidak berbeda. Oleh karena itu, pengembangan nilai tambah sentra
UKM di Pulau Jawa dapat dilakukan dengan memfokuskan pada peningkatan unit
usaha dan penggunaan bahan baku.
Adapun hasil estimasi berdasarkan perbedaan sentra UKM yang maju dengan
yang kurang maju menunjukkan hasil yaitu pengaruh perubahan jumlah unit usaha
dan bahan baku terhadap nilai tambah sentra UKM berbeda. Pada UKM yang
maju pengaruh bahan baku dan jumlah unit usaha tersebut lebih besar
dibandingkan UKM kurang maju. Lain halnya dengan faktor produksi tenaga kerja
dan nilai produksi pengaruhnya terhadap nilai tambah sentra UKM maju relatif
lebih kecil daripada UKM yang belum maju. Baik pada UKM yang maju dan belum
maju, pengaruh faktor produksi investasi tidak berbeda dan umumnya memiliki
pengaruh terhadap perkembangan kinerja sentra UKM. Dengan demikian untuk
mengembangkan sentra UKM yang tergolong belum maju dalam suatu sentra
dilakukan dengan menambah tenaga kerja dan meningkatkan nilai produksinya.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 60
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Propinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat dinamika sentra UKM dipengaruhi
pula secara positif oleh investasi, dan di Propinsi Kalimantan Selatan kinerja sentra
UKM dipengaruhi pula secara negatif oleh tenaga kerja.
Hasil estimasi berdasarkan perbedaan UKM yang maju dengan yang kurang maju
menunjukkan pengaruh perubahan bahan baku dan nilai produksi terhadap
kinerja sentra UKM berbeda. Pada sentra UKM yang maju pengaruh bahan baku
tersebut lebih besar dibandingkan sentra UKM kurang maju. Lain halnya dengan
nilai produksi pengaruhnya terhadap nilai tambah sentra UKM maju relatif lebih
kecil daripada sentra UKM yang belum maju.
Fenomena di Propinsi Sumatera Selatan, selain bahan baku dan nilai produksi,
faktor produksi investasi dan jumlah unit usaha memberikan pengaruh yang
berbeda antara UKM yang maju dan kurang maju. Pengaruh investasi pada UKM
yang maju relatif lebih besar dan pengaruh jumlah unit usaha pada UKM yang
maju relatif lebih kecil dibandingkan dengan UKM yang kurang maju.
Berbeda dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan, selain bahan
baku dan nilai produksi, faktor produksi investasi memiliki pengaruh pula yang
lebih besar terhadap nilai tambah UKM yang maju daripada UKM yang belum
maju. Oleh karena itu, untuk mengembangkan nilai tambah UKM yang tergolong
belum maju dalam suatu sentra dilakukan dengan meningkatkan nilai produksinya.
Nilai tambah komoditas yang dihasilkan oleh UKM dalam suatu sentra pada
umumnya dipengaruhi secara bermakna dan positif oleh nilai produksi dan
dipengaruhi secara negatif oleh bahan baku, kecuali untuk komoditas tempe dan
garment selain dipengaruhi secara bermakna dan positif oleh nilai produksi,
dipengaruhi pula secara negatif oleh investasi (untuk tempe) dan secara positif
oleh investasi (untuk garment).
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 61
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Pembedaan berdasarkan komoditas yang dihasilkan UKM di Pulau Jawa dan luar
Pulau Jawa menunjukkan pola yang tidak sama. Untuk komoditas genteng,
meubel, dan gerabah tidak ada perbedaan faktor produksi yang mempengaruhi
nilai tambah komoditas. Komoditas gula, kerupuk dan garment memiliki kesamaan,
yaitu bahan baku memiliki pengaruh yang berbeda terhadap nilai tambah
komoditas yang lebih besar di Pulau Jawa dibandingkan dengan luar Pulau Jawa
dan nilai produksinya memiliki perbedaan dalam mempengaruhi nilai tambah
komoditas UKM, pengaruhnya terhadap nilai tambah komoditas UKM lebih kecil di
Pulau Jawa.
Faktor nilai produksi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap nilai tambah
komoditas anyaman dan batu bata yang dihasilkan UKM di Pulau Jawa
dibandingkan dengan UKM di luar Pulau Jawa, namun bahan baku sebaliknya.
Secara umum pengaruh faktor produksi bahan baku dan investasi terhadap nilai
tambah komoditas pada UKM yang maju relatif lebih besar daripada UKM yang
kurang maju, namun pengaruh tenaga kerja lebih besar pada UKM yang kurang
maju.
Produktivitas UKM yang berada dalam sentra diukur dengan laju perubahan nilai
tambahnya. Nilai tambah per unit usaha akan meningkat apabila investasi dan
nilai produksi ditingkatkan, sedangkan faktor tenaga kerja tidak berpengaruh. Hal
ini mengindikasikan bahwa mesin dan/atau peralatan yang digunakan lebih
mendukung peningkatan produktivitas per unit usaha dibandingkan tenaga kerja.
Dapat dikatakan bahwa tenaga kerja hanya berperan sebagai operator peralatan
atau mesin.
Pengaruh unit usaha terhadap nilai tambah per unit usaha yang negatif
mengindikasikan bahwa rata-rata nilai tambah per unit usaha telah mengalami
penurunan. Demikian pula pengaruh bahan baku yang negatif terhadap nilai
tambah per unit usaha dalam sentra mengindikasikan bahwa pemanfaatan bahan
baku dalam proses produksi pada usaha kecil dan menengah dalam suatu sentra
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 62
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
belum efisien.
Apabila pembedaan berdasarkan UKM yang berada pada sentra yang maju dan
tidak maju, maka perbedaan yang muncul adalah pengaruh jumlah tenaga kerja,
bahan baku, dan nilai produksi terhadap nilai tambah per unit usaha. Pengaruh
bahan baku terhadap nilai tambah per unit usaha pada UKM yang maju relatif lebih
besar 0,80% dibandingkan UKM yang kurang maju, namun pengaruh jumlah
tenaga kerja dan nilai produksi terhadap produktivitas per unit usaha dalam sentra
yang diukur dengan nilai tambah per unit usaha relatif lebih kecil dibandingkan
UKM yang kurang maju dalam sentra. Dengan demikian untuk meningkatkan
kinerja nilai tambah per unit usaha pada UKM yang kurang maju dilakukan dengan
menambah tenaga kerja dan nilai produksi.
Kinerja nilai tambah per UKM dalam sentra, secara umum dipengaruhi secara
positif dan bermakna oleh nilai produksi dan dipengaruhi negatif oleh bahan baku
serta jumlah unit usaha. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap UKM dalam sentra
perlu memikirkan strategi meningkatkan nilai produksi, misal melalui innovasi.
Indikasi yang lain adalah rata-rata nilai tambah per UKM mencapai tingkat yang
menurun.
Untuk di Propinsi Jawa Barat dan NTB, selain nilai produksi faktor produksi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 63
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
investasi mempengaruhi nilai tambah per UKM secara bermakna dan positif.
Artinya, untuk kedua propinsi tersebut tersedianya dana untuk investasi relatif lebih
penting dibandingkan faktor produksi lainnya.
Analisis berdasarkan pemisahan per UKM yang maju dan kurang maju di sentra di
setiap propinsi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh bahan baku
terhadap nilai tambah per UKM. Pengaruh bahan baku tersebut relatif lebih besar
pada UKM yang lebih maju. Artinya, apabila pada UKM yang maju ditingkatkan
penggunaan bahan bakunya maka pengaruhnya terhadap nilai tambah per UKM
relatif lebih besar dibandingkan hal yang sama diterapkan pada UKM yang belum
maju. Hal yang berbeda terjadi pada UKM di Propinsi NTB, antara UKM maju dan
belum maju tidak terdapat perbedaan besar-kecilnya pengaruh faktor produksi
terhadap nilai tambah per UKM.
Kinerja UKM yang berada dalam sentra yang telah maju relatif lebih baik
dibandingkan dengan UKM yang berada dalam sentra yang belum maju. Hasil
kajian mengindikasikan sentra yang dinamis di Indonesia umumnya memiliki
kriteria sebagai berikut:
! Jumlah omzet penjualan atau nilai produksi dari seluruh UKM di dalam
sentra rata-rata di atas Rp 2.737.500.000,00 per tahun
Pembinaan sentra UKM harus didasarkan pada potensi sentra UKM yang dapat
dikembangkan secara cepat. Untuk itu, perlu ditentukan kriteria sentra yang dapat
segera dikembangkan, antara lain:
! Jumlah omzet penjualan atau nilai produksi dari seluruh UKM di dalam
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 64
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
2.4.1. Di Italia
Italia, khususnya di Italia bagian Tengah-Utara sebagai pusat pergerakan jejaring
klaster UKM. Menurut C. Richard Hatch (2000), bahwa pada awal tahun 1980-an
pusat pertumbuhan yang pesat di daerah Emilia-Romagna dan sekitamya menjadi
perhatian para pakar di kawasan Eropa dan Amerika. Hasil studi menunjukkan
pertumbuhan yang pesat di daerah ini terjadi karena kerjasama yang kuat antara
asosiasi bisnis, dukungan teknologi, dan keinginan belajar dari pengalaman
kerjasama dalam jejaring melalui klaster UKM yang telah mendukung keberhasilan
tersebut.
2.4.2. Di Denmark
Keberhasilan di bagian Tengah-Utara Italia telah mendorong para pakar untuk
melakukan kajian dalam pengembangan jejaring UKM melalui klaster. Denmark
diantaranya telah mengambil konsep Italia untuk diterapkan dalam proyek
pengembangan UKM pada tahun 1989 melalui pendekatan klaster. Adapun yang
mendorong keberhasilan pengembangan jejaring bisnis melalui klaster UKM di
Denmark adalah peran dari "the Danish Technological Institute". Secara prinsip
program pengembangan jejaring bisnis dilakukan secara transparan melalui mass
media (cetak dan elektronik). Disamping itu juga mengajak pelaku bisnis sukses
dan tentunya dukungan pemerintah dalam bentuk "grant" untuk pengembangan
jejaring produk baru atau memasuki pasar baru, dan program pelatihan bagi
pialang jejaring bisnis guna mendorong kerjasama diantara UKM.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 65
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
2.4.3. Di Chile
Salah satu proyek jejaring bisnis dengan pendekatan klaster yang juga sangat
penting adalah proyek yang dikembangkan oleh "the Chilean SME Assistance
Agency, SERCOTEC" pada akhir tahun 1990. Proyeknya disebut "Chile's
Proyectos de Fomento or PROFO program". Proyek ini, ditujukan untuk
mengorganisasikan 10 sampai 30 UKM dalam kelompok untuk mendorong
kerjasama dan menstimulus permintaan layanan SERCOTEC.
2.4.4. Di India
Development Alternatives Inc. (DAI) melalui bantuan USAID dengan proyek
Microenterprise Best Practice telah mengembangkan program kaji tindak yang
melibatkan klaster perusahaan kecil-kecil di bagian Utara kota-kota dan desa-desa
di India. Upaya ini ditujukan untuk membangun jejaring yang efektif antara usaha
mikro, kecil dan menengah. Seperti di negara-negara lain, pendekatan
pengembangan jejaring UKM dengan klaster juga melibatkan pialang bisnis, BDS
Providers, dan dana padanan untuk memacu percobaan produk dan pasar baru.
Dalam hal ini kepercayaan antar pengusaha dan adanya kemauan yang keras
untuk bekerjasama menjadi kunci penting bagi suksesnya pengembangan klaster
UKM untuk mendorong terjadinya jejaring bisnis. Pada sisi lain, peranan BDS
Providers juga sangat penting dan oleh karena itu setiap BDS Providers harus
menguasai operasionalisasi bisnis secara rutin. Secara konsepsi bahwa disadari
pemanfaatan layanan BDS secara bersama dalam kelompok menjadi semakin
ringan kalau jumlah UKM dalam sentra atau klaster semakin besar.
2.4.5. Thailand
Satu pelajaran dari sesama negara Asia dapat diambildari Thailand. Thailand
memiliki program yang disebut One Tambun One Product (OTOP), yang berarti
“satu desa satu produk”. Pendekatan OTOP ini adalah pendekatan kelompok
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 66
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
#" Mengkaji sistem bisnis dan operasi secara internal setiap pelaku bisnis
yang akan dikembangkan.
%" Merancang skim subsidi yang efisien yang dapat mencegah terjadinya
distorsi untuk menutupi biaya awal bagi pialang jejaring bisnis.
(" Memberikan perhatian dari berbagai usulan kajian yang dilakukan oleh
staf, pihak-pihak yang bekerjasama, pialang bisnis termasuk BDS
Providers dalam penyempurnaan setiap konsep yang akan dikembangkan
dalam pengembangan klaster UKM.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 67
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Supporting
Institution
Agro Institution
Agro Services
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 68
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Suatu sistem agribisnis menekankan pada keterkaitan dan integrasi vertikal antara
beberapa subsistem bisnis dalam satu sistem komoditas. Pendekatan dengan
sistem agribisnis akan memperbesar potensi pertanian karena akan memberikan
nilai tambah yang lebih besar bagi produk-produk pertanian dan dapat mendorong
efisiensi usaha.
Kondisi ini tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi
kompetisi global yang semakin ketat. Selain tidak mampu bersaing, manfaat
ekonomi yang dapat dihasilkan dan dinikmati relatif kecil dibandingkan manfaat
yang dapat diciptakan. Berdasarkan hal tersebut maka pembangunan sistem
agribisnis Indonesia diarahkan menuju ke pembangunan sistem agribisnis ditahap
berikutnya.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 69
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Konsep cluster dapat dibagi menjadi dua sistem cluster yaitu cluster yang
memusatkan aktivitasnya dalam suatu lokasi tertentu dari hulu sampai hilir. Ini
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 70
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
merupakan cikal bakal dari terbentuknya kawasan industri atau kota industri.
Sedangkan jenis cluster yang kedua adalah pengelompokan aktivitas industri
berdasarkan aktivitasnya, hal ini dikenal dengan istilah spatial cluster.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 71
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 72
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
! Profitabilitas meningkat
Daya saing meningkat ini dapat digambarkan dalam struktur piramida “Integrated
Clusters” seperti ditampilkan dalam gambar 17.
Export-based
Industries
Supplier Industries
!" Laju perubahan nilai tambah, laju nilai tambah akan meningkat jika
investasi dan nilai produksi ditingkatkan
#" Peningkatan penggunaan bahan baku dan tenaga kerja atau peralatan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 73
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
#" Ditandai dengan adanya kerjasama antar perusahaan, hal ini menjadi
sangat penting karena menyangkut ketersediaan sumberdaya,
pembiayaan dan fleksibelitas serta proses pembelajaran bersama antar
perusahaan.
Dukungan lain dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu cluster adalah
dukungan pemerintah baik berupa kebijakan (policy) maupun pembinaan terhadap
sistem cluster yang sedang berkembang.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 74
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
Tujuan Efektifitas
Proyek
Efisiensi
Efisiensi adalah input dihubungkan dengan output. Sebuah proses disebut efisien
jika untuk jumlah output yang sama, dibutuhkan jumlah input yang lebih sedikit.
Outcome dari proses adalah sesuatu yang menjadi konsekuensi atau hasil yang
mengikuti output. Contoh outcome adalah peningkatan daya saing, pertumbuhan
ekonomi, dan lain sebagainya.
2.6.1. Deadweight
Deadweight berhubungan dengan pertanyaan “apa yang terjadi dalam perusahaan
UKM jika dukungan tidak diberikan”. Pengukuran deadweight dapat dilakukan
dengan membandingkan antara perusahaan yang memperoleh perkuatan dengan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 75
UKM Berbasis Agribisnis K
Kajian Literatur
! Zero deadweight. Jika tanpa program perusahaan sama sekali tidak dapat
berjalan.
2.6.2. Additionality
Additionality didefinisikan sebagai “apakah sebuah dukungan merangsang private
investment yang tadi nya tidak ada/tidak mungkin”. Additionality dapat berada
pada input, output, atau behavioral.
2.6.3. Displacement
Displacement timbul ketika dukungan yang diberikan mengantikan private
investment. Displacement adalah efek negatif dari bantuan negara yang
menganulir (sebagian) efektifitas bantuan/program/proyek.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 76
UKM Berbasis Agribisnis
Sistem Agribisnis Sentra UKM
3 Metode Kajian
Secara umum, kajian mengamanahkan 2 hal utama yaitu: (1) mengukur efektifitas
program sentra UKM dalam menumbuhkan klaster bisnis di bidang agribisnis dan
(2) mencari sumber efektifitas tersebut. Berdasarkan hal itu, maka langkah-
langkah di bawah dijalankan.
Dalam kajian ini, klaster yang diamati dapat berupa klaster bisnis (khususnya yang
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 77
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Sesuai tujuannya, kajian memusatkan perhatian pada siklus perkuatan diri antara
pembentukan dan perkembangan klaster dengan mengamati mekanisme yang
dikembangkan oleh pelaksana-pelaksana program dan menarik pelajaran
daripadanya.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 78
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Ketiga ukuran ini dimasukkan untuk menilai efektifitas dari sisi dinamika
masyarakat akibat pelaksanaan program. Dengan demikian, berdasarkan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 79
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Penjelasan lebih lanjut dari konsep-konsep ini kemudian disajikan dalam bab
Kajian Literatur.
Dalam gambar 20, ukuran eksternal umum sebuah klaster dapat dilihat dalam
lingkaran eksternal yang melingkupi klaster. Kajian yang dilakukan akan mengukur
efektifitas model dengan mengukur ke 6 variabel keluaran ini.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 80
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Wilayah Kajian
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 81
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Rekomendasi kebijakan
pengembangan sentra ke klaster
bisnis agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 82
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Untuk mendukung hasil analisis kuantitatif dan kualitatif tersebut, kajian juga
berkeinginan memperoleh masukan stakeholder pengembangan UKM melalui
klaster bisnis. Untuk itu di beberapa daerah diadakan FGD untuk
mengkonfirmasikan gambaran mengenai akar masalah yang dihadapi, ide
perbaikan pendekatan yang harus dilakukan, dan besarnya biaya dan manfaat
sosial yang dipikul stakeholder jika pendekatan tersebut dijalankan, dan lain-lain.
Informasi-informasi ini digunakan untuk memperkaya kajian sehingga diharapkan
mampu memunculkan rekomendasi yang baik.
'" Melakukan diskusi kelompok terarah untuk menggali informasi kondisi dan
permasalahan sentra, serta untuk membantu proses formulasi rumusan
rekomendasi;
)" Menyusun kebijakan publik berdasarkan hasil kajian dan publikasi hasil
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 83
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
kajian.
*" Melakukan koordinasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM serta dinas
yang membidangi koperasi dan UKM di Propinsi kajian.
Secara umum, ada tiga jenis metode penelitian yaitu penelitian eksploratoris (untuk
memperdalam dan menajamkan perumusan masalah), penelitian, deskriptif (untuk
menerangkan cara kerja suatu sistem dan implikasinya) dan penelitian kausal
(untuk mencari hubungan sebab akibat antara obyek pengamatan dengan faktor
yang mempengaruhinya). Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, kajian ini
dapat digolongkan sebagai kegiatan penelitian deskriptif dengan konsentrasi
pada mekanisme transformasi sentra ke klaster.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 84
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Kalsel
Lampung
Sulsel
Jabar
Jateng Jatim
NTB
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 85
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
agribisnis UKM
1
Kajian literatur dan Sampel sentra
pendahuluan UKM
agribisnis
2 Identifikasi
kategori sentra
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 86
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Modul kedua dan ketiga merupakan modul yang diturunkan langsung dari hasil
survey lapangan. Dalam modul 2, kajian memilah sampel menjadi 3 kategori
sentra yaitu (1) sentra yang berhasil bertahan dan tumbuh menjadi klaster dinamis,
(2) sentra yang berhasil bertahan tetapi tidak berkembang menjadi klaster dan (3)
sentra yang tidak bertahan/tidur. Sedangkan modul 3 diarahkan untuk
memaparkan kondisi umum setiap sentra yang diamati. Kondisi umum misalnya,
(1) identitas, karakteristik, dan kinerja sentra dalam deret waktu yang berkala, (2)
masalah dan akar masalah, (3) harapan pengembangan terbaik dari kondisi saat
ini.
Hasil pengelompokkan dan data identitas, kinerja dan kondisi umum ini kemudian
diumpankan ke modul 4 untuk saling diperbandingkan. Hasil perbandingan ini
membawa kajian menemukan faktor dominan penumbuhan klaster bisnis UKM di
bidang agribisnis. Kemudian berdasarkan masukan dari proyeksi kondisi masa
depan dan perumusan akar masalah, hasil modul 4 ini diekstraksi menjadi
rekomendasi dan kesimpulan.
Langkah umum tersebut diatas diharapkan dapat mendekati masalah yang harus
dijawab oleh kajian ini.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 87
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Ya Adakah ciri
penumbuhan klaster?
Indikator 5
Informasi karakteristik, Kebutuhan kebijakan
kondisi, kinerja
Indikator 6
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 88
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
INDIKATOR KEENAM adalah indikator untuk (1) mencatat identitas sentra secara
umum, (2) mengukur kinerja kuantitatif sentra, dan (3) memberikan gambaran
usaha tani yang dilakukan pengusaha dalam sentra.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 89
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 90
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 91
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Kajian Literatur
Data Sekunder
Pengamatan
Wawancara
Kuesioner
Kualitatif
Nominal
Interval
Ordinal
Gambaran keberadaan dan perkembangan O X X BPS, Departemen teknis
sentra/klaster di Indonesia terkait, literatur lainnya
Posisi komoditi sentra agribisnis yang diamati dalam O O X X
perekonomian Indonesia
Model pengembangan klaster agribisnis teoritis O X X Kajian literatur, diskusi
dengan pakar
Identitas sentra agribisnis yang diamati, O O X X Pelaksana program
Kinerja perkembangan sentra yang diamati O O X X X Pelaksana program,
BDS, UKM, KSP
Analisis komponen Leverage O X Bagian dari analisis
Analisis Kesisteman O X mekanisme pelaksanaan
model
Analisis spatial O O X X
Pelaksana program,
Analisis Kelembagaan O O X X BDS, UKM, KSP
Analisis Usaha Tani O O X X
Analisis Subsistem Agribisnis O X
Keberadaan dan tingkat interaksi antar perusahaan O X Pelaksana program,
Keberadaan dan peran institusi bersama yang O X peserta program, institusi
mendukung klaster lain yang berhubungan
Additionality O X
Akar masalah pelaksanaan program O X Forum FGD dalam
Tujuan masa depan O X kerangka PCM dan RIA
Alternatif strategi O X
Dimensi RIA dari alternatif strategi O O X X
Dalam tabel, suatu dimensi/elemen kadang memiliki beberapa jenis data dan cara
pengumpulan. Maksud hal tersebut adalah, dimensi/elemen tersebut dipecah lagi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 92
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
menjadi beberapa item pertanyaan yang diperkirakan memiliki jenis data dan cara
pengumpulan yang berbeda.
!" Daftar kebutuhan data dan informasi primer yang harus diperoleh dari
responden dan pihak-pihak lain dalam survey ke daerah. Daftar ini
merupakan ringkasan data dan informasi utama yang kritis bagi
keberhasilan kegiatan survey.
$" Daftar kebutuhan data dan informasi sekunder yang harus diperoleh dari
responden dan pihak-pihak lain dalam kunjungan ke daerah.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 93
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
3.8. Sampel
3.8.2. Responden
Responden kajian terdiri dari: pengusaha anggota sentra, pengelola BDS,
pengurus/pengelola Koperasi penyalur MAP, dan pihak lainnya yang terlibat dalam
pelaksanaan program sentra UKM seperti Dinas terkait di daerah dan perguruan
tinggi.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 94
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 95
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Data diolah dalam bentuk spreadsheet agar mudah dilakukan pengolahan lebih
lanjut dengan berbagai program aplikasi statistik lainnya.
#" Analisis Efektivitas Program. Tujuan kajian yang lain adalah mengukur
efektifitas program sentra UKM dalam menumbuhkan klaster. Tujuan ini
didekati menggunakan Analisis Asosiasi menggunakan metode Chi-
Square. Asosiasi yang dianalisis adalah antara kategori sentra yang
berhasil menumbuhkan ciri klaster secara lengkap dengan tingkat
dukungan BDS dan MAP yang diperolehnya. Analisis efektifitas juga
dilakukan dengan melihat nilai sentral dari variabel additionalitas dan
deadweight dari masing-masing sentra. Nilai sentra yang rendah pada
dua variabel ini mengindikasikan efektifitas yang rendah dari program
yang dilaksanakan.
$" Bagian Analisis PCM. Dalam rangka mengidentifikasi akar masalah dari
pelaksanaan sebuah sentra UKM yang diamati, berdasarkan penilaian dari
pemangku kepentingan digunakan pendekatan project cycle management
(PCM) dalam pelaksanaan FGD di daerah kajian. Melalui kerangka PCM
dapat disusun peta hubungan sebab-akibat antar “hal” yang dinilai
pemangku kepentingan berpengaruh dalam penumbuhan klaster bisnis
UKM berbasis agribisnis yang diikutinya. Pendekatan ini dapat
mengidentifikasi permasalahan utama dalam pelaksanaan program,
perumusan alternatif kebijakan strategis dan penentuan indikator kinerja
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 96
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Kajian ini dilakukan melalui 7 tahapan modul dan tiap modul dilengkapi dengan
tahapan-tahapan aktivitas dan hasil analisis nya, yaitu :
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 97
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Klaster Bisnis ! Mengumpulkan data dan informasi mengenai ! Hasil kajian praktik terbaik model
Indonesia, Identifikasi keberadaan klaster bisnis di Indonesia (khususnya penumbuhan klaster agribisnis di
Sentra UKM berbasis yang berbasis agribisnis) dan posisinya dalam dunia
agribisnis, dan
Identifikasi model-
perekonomian nasional
! Hasil kajian faktor umum penumbuhan
model teoritis
pengembangan
! Identifikasi sentra UKM agribisnis fasilitasi klaster agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 98
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 99
UKM Berbasis Agribisnis
Sistem Agribisnis Sentra UKM
4.1. Pendahuluan
Sebagian pertanyaan yang ingin dijawab oleh bab ini adalah “Kenapa harus sektor
agribisnis yang dikembangkan?” Dalam kajian ini, komoditas agribisnis dipahami
sebagai komoditas yang dihasilkan oleh subsektor tanaman bahan makanan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, atau dalam khazanah ekonomi
yang disebut dengan sektor pertanian.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 100
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Secara umum, dalam perekonomian Indonesia, posisi sektor ini sebenarnya tidak
terlalu “bersinar”. Ini dapat dilihat dari posisi sektor terhadap beberapa indikator
ekonomi seperti tampak dalam tabel diatas. Tampak bahwa sumbangan sektor
pertanian terhadap pendapatan nasional, jumlah investasi, serta jumlah ekspor
yang dilakukan tidaklah terlalu fenomenal besarnya dan pertumbuhannya
cenderung menurun.
Perdagangan, hotel,
restoran
17% Pengolahan
Pengolahan
28%
Bangunan 78%
6%
Tetapi jika perhatikan proporsi jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang ada di
sektor ini, yang nilainya hampir mencapai 50%, menunjukkan bahwa sektor ini
adalah sektor yang paling banyak digeluti dan pekerjaan yang paling banyak
dilakukan oleh rakyat Indonesia. Disamping itu, komoditas yang dihasilkan oleh
sektor ini merupakan komoditas strategis penunjang ketahanan pangan bagi
Indonesia secara keseluruhan. Dengan demikian tidaklah berlebihan jika pada
RPJM pemerintah mencantumkan sektor ini sebagai sektor yang perlu lebih dahulu
dikembangkan karena akan memberikan dampak pengali yang amat luas terhadap
perekonomian masyarakat.
Sektor ini umumnya bersifat padat karya dengan penerapan teknologi yang relatif
sederhana dan tepat guna, sehingga peran usaha kecil dan menengah pada sektor
ini cukup besar. Produk sektor ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat
terutama sebagai produk yang dikonsumsi langsung dalam bentuk pangan oleh
rumah tangga maupun sebagai bahan baku dalam proses produksi sektor lainnya.
disamping itu produk pertanian ini juga menjadi komoditas ekspor, khususnya dari
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 101
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Pada tahun 2006, jumlah unit usaha pada sektor ini sebanyak 26.209.399 unit
usaha yang terdiri dari 99,99% berskala usaha kecil, 0.006% skala usaha
menengah dan 0.0002% berskala usaha besar. Jumlah unit usaha UKM
mengalami pertumbuhan yang relatif lambat yaitu sebesar 0,79% per tahun selama
periode tahun 2004-2006.
Bangunan
0% Bangunan
1% Pertambangan
Listrik, gas, air
Pengolahan
0% Pengolahan Listrik, gas, air 1%
13%
7% 0%
Pertambangan
1%
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, UKM sektor pertanian mampu menyerap
sebesar 99.8% tenaga kerja di sektor pertanian, atau sebesar 43.66% dari
keseluruhan tenaga kerja nasional. Secara umum, jumlah tenaga kerja yang
terserap di sektor pertanian tumbuh sebesar 1,48% pertahun sejak periode 2004
hingga 2006.
Pada tahun 2006, kontribusi Usaha kecil dan menengah dalam pembentukan PDB
sektor pertanian adalah sebesar 95,74%, sedangkan kontribusi terhadap total PDB
nasional adalah sebesar 14.69%. Pertumbuhan PDB sektor pertanian,
perkebunan, perikanan dan perkebunan selama periode tahun 2004-2006 sebesar
2,82% per tahun. Angka pertumbuhan ini masih dibawah pertumbuhan PDB non
migas nasional periode yang sama yang sebesar 6.33%.
Dalam sektor pertanian ini, di tahun 2006 sub-sektor tanaman pangan memberikan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 102
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB sektor ini yaitu sebesar 49,45%
kemudian berturut-turut sub sekor perkebunan 15,72%, sub sektor perikanan
15,66%, sub sektor peternakan 12,75% dan sub sektor kehutanan 6,42%.
Dari sisi PDB, secara umum sektor pertanian menyumbangkan 15.34% kepada
PDB nasional di tahun 2006. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2004 yang
16.41%. Penurunan terbesar terjadi pada subsektor peternakan, diikuti oleh
subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Jika
dilihat sub sektor pembentuknya, maka akan tampak bahwa sektor tanaman bahan
makanan memberikan sumbangan paling besar (49.45%) terhadap PDB sektor
pertanian secara keseluruhan diikuti subsektor perkebunan (15.72%), subsektor
perikanan (15.66%), peternakan (12.75%) dan kehutanan (6.42%).
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 103
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Data jumlah investasi yang dilakukan secara umum menunjukkan angka kenaikan
dibandingkan tahun 2004 (kenaikan per tahunnya rata-rata 6%). Namun secara
jika diperhatikan sumbangan investasi subsektor pembentuknya terhadap investasi
nasional, tampak bahwa sumbangan subsektor mengalami penurunan
dibandingkan pertambahan investasi nasional. Hal ini menunjukkan minat
investasi di sektor ini tidak setinggi minat investasi di sektor lainnya. Jika
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 104
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Indeks harga implisit sektor pertanian secara umum tumbuh diatas pertumbuhan
indeks harga implisit nasional menunjukkan kenaikan harga komoditas di pasar
nasional dan dunia. Jika diperhatikan, tampak bahwa kenaikan harga dinikmati
oleh subsektor tanaman bahan makanan, kehutanan dan peternakan. Sedangkan
subsektor perikanan dan peternakan menunjukkan pertumbuhan indeks harga
implisit yang lebih rendah dibandingkan nasional, hal ini menunjukkan penurunan
harga komoditas ke dua subsektor ini di pasar domestik dan/atau ekspor.
Pada tahun 2006, peran usaha kecil dan menengah sangat besar pada empat sub
sektor yaitu sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Sedangkan pada sub sektor kehutanan, peran usaha kecil masih relatif kecil,
dimana peran ini di dominasi oleh HPH yang dimiliki oleh pengusaha besar dan
menengah.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 105
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
terdiri dari subsistem-subsistem yang terkait satu dengan yang lainnya. Keterkaitan
antar sub sistem ini bertujuan untuk memandang kegiatan pertanian sebagai suatu
kegiatan bisnis yang memiliki daya saing.
Agribisnis menurut Davis and Goldbergh, Sonka and Hudson, Farell and Funk
(dalam Saragih, 2000) dinyatakan sebagai suatu cara lain untuk melihat pertanian
sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari subsistem-subsistem yang terkait satu
dengan yang lain. Subsistem-subsistem tersebut adalah subsistem agribisnis hulu
(up-stream agribusiness), subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness),
subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) dan subsistem jasa
penunjang (supporting institution)
Supporting
Institution
Agro Institution
Agro Services
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 106
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Pemasok Pedagang
Bahan Baku
Pemasok
Mesin dan Alat KLASTER UKM Konsumen
Produksi
Koperasi
Perusahaan
Besar
(Subcontracting)
SDM
Lembaga Pendukung :
! Pemerintah
! Universitas
! LSM
! Perusahaan Besar
! Dll
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 107
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi produk-produk pertanian agar lebih
kompetitf serta dapat mendorong efisiensi usaha.
Secara umum tampak bahwa hampir 90% sektor ini dibentuk oleh Usaha Kecil dan
Menengah.
100% 0.01%
0.00% 0.11%
2.08% 4.26% 7.85%
90% 8.96%
24.23% 11.15%
80%
70%
60%
42.44%
50% 99.99% 97.81%
86.78%
40% 81.00%
30%
20%
33.33%
10%
0%
Unit Usaha Tenaga Kerja PDB Investasi Ekspor
Sektor pertanian ini dibentuk oleh 5 sub-sektor, (1) Subsektor Tanaman Bahan
Makanan, (2) Subsektor Perkebunan, (3) Subsektor Peternakan, (4) Subsektor
Kehutanan dan (5) Subsektor Perikanan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 108
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
ini gambaran dinamika Usaha Kecil dan Menengah dalam masing-masing sub-
sektor tersebut.
PDB Investasi
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM dan BPS 2006, diolah
Dalam struktur permintaan pangan menurut skala usaha, seperti terlihat pada
Gambar diatas, menunjukkan bahwa permintaan pangan lebih di fokuskan kepada
pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri (90% untuk memenuhi permintaan
antara dan akhir dan hanya sekitar 1% untuk ekspor). Mengingat bahwa komoditi
pangan seperti beras, jagung dan kacang kedelai merupakan komodi yang
strategis sehingga orientasi permintaan pangan tidak mengarah kepada ekspor.
Jika dilihat struktur penyediaan tanaman bahan makanan nasional dari tabel I-O
tahun 2000 tampak bahwa sebanyak 78,12% berasal dari usaha kecil, impor
20,63% dan usaha menengah hanya 1,25%. Pada skala usaha kecil penyediaan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 109
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
pangan terbesar dari komoditi padi yaitu 16%, tanaman umbi-umbian 15,6% dan
sayuran 15,16%. Usaha besar belum memberikan kontribusi dalam penyediaan
pangan nasoional. Hal ini menunjukkan sistem pertanian tanaman pangan di
Indonesia masih relatif bersifat padat karya.
Pada tahun 2000 struktur penyediaan bahan pangan yang disediakan di dalam
negeri hanya 79,37% selebihnya berasal dari impor yaitu sebanyak 20,63%.
Sedangkan struktur permintaan pada sub sektor ini masih berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan domestik baik untuk industri pengolahan maupun untuk
kebutuhan konsumsi langsung masyarakat. Mengingat komoditi pangan sebagai
komoditi strategis dan masih tingginya penyediaan yang bersumber dari impor
maka diharapkan kepada pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan melalui
program intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pangan yang berkelanjutan.
Struktur permintaan pada sub sektor ini masih berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan domestik baik untuk industri pengolahan maupun untuk kebutuhan
konsumsi langsung masyarakat. Mengingat komoditi pangan sebagai komoditi
strategis dan masih tingginya penyediaan yang bersumber dari impor maka
diharapkan kepada pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan melalui
program intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pangan yang berkelanjutan.
Peran sub sektor ini sangat strategis dalam mendukung sektor riil di Indonesia,
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 110
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Tabel 12. Perkembangan PDB, Indeks Harga Implisit dan Investasi Sub
Sektor Tanaman Bahan Makanan Menurut Skala Usaha Periode 2004-
2006
Variabel Skala Usaha Tanaman Bahan Makanan
2004 2006 Tumbuh
’04-‘06
PDB ADH Konstan 2000 Usaha Kecil 121,733,800 128,281,000 2.65%
(Juta Rp) Usaha Menengah 877,900 930,200 2.94%
Usaha Kecil + Menengah 122,611,700 129,211,200 2.66%
Usaha Besar - - -
Total Sub Sektor 122,611,700 129,211,200 2.66%
% Total Sub Sektor thd Sektor 49.61% 49.45% -0.16%
% Total Sub Sektor thd Nasional 8.14% 7.59% -3.46%
Jumlah Investasi ADH Usaha Kecil 2,941,461 3,189,889 4.14%
Konstan 2000
Usaha Menengah 1,178,326 1,279,540 4.21%
(Juta Rp)
Usaha Kecil + Menengah 4,119,787 4,469,429 4.16%
Usaha Besar - - -
Total Sub Sektor 4,119,787 4,469,429 4.16%
% Total Sub Sektor thd Sektor 25.31% 25.28% -0.07%
% Total Sub Sektor thd Nasional 1.16% 1.10% -2.50%
Laju Indeks Harga Usaha Kecil 2.06 14.65 166.68%
Implisit (%)
Usaha Menengah 2.14 14.52 160.48%
Usaha Besar - - -
Total Sub Sektor 2.06 14.65 166.68%
Sumber : BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM 2006, diolah
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 111
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Selama periode tahun 2004-2006 sub sektor ini hanya mengalami pertumbuhan
PDB sebesar 2.66% per tahun. Di tahun 2006, investasi sub sektor Tanaman
Bahan Makanan sekitar 25,28% dari total sektor pertanian atau sekitar 1,10% dari
total investasi nasional. Investasi pada skala usaha besar di sub sektor ini pada
tahun 2004 dan 2006 belum ada.
Laju indeks harga implisit sub sektor ini sebesar 166.68% dan berada di atas
indeks harga implisit secara nasional yang sebesar 39.96%. Tingginya
pertumbuhan laju indeks harga implisit selama periode 2004-2006 menunjukkan
naiknya harga-harga produk tanaman bahan makanan di pasar nasional.
Sub sektor tanaman bahan makanan memiliki rasio input antara 16,15%, yang
berarti 16,15% output yang dihasilkan digunakan untuk membeli input dari industri
lainnya dan mampu menghasilkan nilai tambah 83,85% dari output yang
dihasilkan. Usaha kecil memiliki rasio input yang lebih rendah yaitu 12,67%
sedangkan pada usaha menengah yaitu 23,48%.
Kebutuhan antara untuk sektor ini pada usaha kecil dipasok oleh usaha kecil
sebesar 60,45%, usaha besar 14,77% impor 14,22% dan usaha menengah
10,66%. Sedangkan kebutuhan antara untuk usaha menengah dipasok oleh usaha
kecil sebesar 45,24%, impor 30,01%, usaha besar 13,91% dan usaha menengah
10,83%. Dilihat dari kebutuhan antara yang dibutuhkan, baik bahan baku, bahan
bakar maupun bahan penolong lainnya maka ketersediaan input antara untuk
usaha menengah relatif lebih dipengaruhi oleh kondisi pasar global yang memiliki
kecenderungan harga input antara dari impor yang lebih tinggi sehingga skala
usaha ini relatif tidak stabil dibandingkan dengan usaha kecil. Sehingga surplus
usaha usaha kecil lebih besar dari pada usaha menengah.
Peran koperasi dan UKM di sektor ini cukup besar, mengingat sifat sub sektor ini
yang padat karya. Koperasi dan UKM berperan sebagai pelaku dalam kegiatan
budidaya, penyedia bahan baku, pemasaran maupun proses pengolahan. Banyak
koperasi yang berperan dalam proses kegiatan on-farm maupun off-farm, seperti
koperasi pertanian.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 112
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 113
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
hanya 6,20%.
Indeks derajat kepekaan sebesar 21,8 menunjukkan bahwa sub sektor ini memiliki
daya dorong yang tinggi untuk meningkatkan 21,8 kali kapasitas produksi dan
produktivitas yang menggunakan komoditi perkebunan sebagai input dalam proses
produksinya. Rasio permintaan antara sub sektor ini pada usaha kecil relatif
tinggi 84,9% dari output subsektor perkebunan digunakan sebagai input dalam
proses produksi industri lainnya. Sedangkan usaha menengah dan usaha besar
masing-masing 78,7% dan 92,7% (BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM
2004).
Tabel 14. Perkembangan PDB, Investasi, dan Indeks Harga Implisit Sub
Sektor Perkebunan Menurut Skala Usaha Periode 2000-2003
Variabel Skala Usaha Perkebunan
2004 2006 Grow/year
PDB ADH Konstan 2000 Usaha Kecil 29,152,500 30,774,400 2.74%
(Juta Rp) Usaha Menengah 5,699,200 6,018,400 2.76%
Usaha Kecil + Menengah 34,851,700 36,792,800 2.75%
Usaha Besar 3,997,600 4,288,900 3.58%
Total Sub Sektor 38,849,300 41,081,700 2.83%
% Total Sub Sektor thd Sektor 15.72% 15.72% 0.01%
% Total Sub Sektor thd Nasional 2.58% 2.41% -3.29%
Jumlah Investasi ADH Usaha Kecil 1,589,589 1,719,848 4.02%
Konstan 2000
Usaha Menengah 1,675,571 1,814,493 4.06%
(Juta Rp)
Usaha Kecil + Menengah 3,265,160 3,534,341 4.04%
Usaha Besar 1,946,865 2,137,081 4.77%
Total Sub Sektor 5,212,025 5,671,422 4.31%
% Total Sub Sektor thd Sektor 32.02% 32.07% 0.08%
% Total Sub Sektor thd Nasional 1.47% 1.40% -2.35%
Laju Indeks Harga Usaha Kecil 6.05 7.79 13.47%
Implisit (%)
Usaha Menengah 4.22 7.79 35.87%
Usaha Besar 5.42 6.53 9.76%
Total Sub Sektor 5.73 7.65 15.55%
Sumber: BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM 2006, (diolah)
Investasi sub sektor ini sebesar 32,07% dari total investasi sektor pertanian atau
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 114
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Sub sektor perkebunan memiliki rasio input antara 25,96%, yang berarti 25,96%
output yang dihasilkan digunakan untuk membeli input dari industri lainnya dan
mampu menghasilkan nilai tambah 74,04% dari output yang dihasilkan. Usaha
menengah memiliki rasio input yang lebih rendah yaitu 24,46% dari pada usaha
kecil dan usaha besar yaitu masing-masing 25,82% dan 27,43% (BPS dan
Kementerian Koperasi dan UKM 2004).
Laju indeks harga implisit sub sektor perkebunan sebesar 15.55% berada jauh di
bawah indeks harga implisit secara nasional yang sebesar 39.96%. Rendahnya
pertumbuhan laju indeks harga implisit selama periode 2004-2006 terutama pada
skala usaha besar mengindikasikan adanya kemungkinan penurunan harga
komoditi perkebunan yang cukup signifikan di pasar domestik atau dunia.
Sub sektor perkebunan memiliki rasio input antara 25,96%, yang berarti 25,96%
output yang dihasilkan digunakan untuk membeli input dari industri lainnya dan
mampu menghasilkan nilai tambah 74,04% dari output yang dihasilkan. Usaha
menengah memiliki rasio input yang lebih rendah yaitu 24,46% dari pada usaha
kecil dan usaha besar yaitu masing-masing 25,82% dan 27,43%.
Kebutuhan antara untuk sektor ini pada usaha kecil dipasok oleh usaha kecil
sebesar 39,87%, usaha menengah 13,47%, usaha besar 33,00% dan impor
13,67%. Untuk kebutuhan antara untuk usaha menengah sebagian besar dipasok
dari usaha kecil yaitu 43,73% dan pasokan impor paling rendah, hanya 13,07%.
Sedangkan usaha besar pasokan input antara dari impor impor bila dibandingkan
dengan UKM. Dilihat dari kebutuhan antara yang dibutuhkan, baik bahan baku,
bahan bakar maupun bahan penolong lainnya maka ketersediaan input antara
untuk usaha besar dari impor yaitu 22,71% yang memiliki kecenderungan harga
input antara relatif tidak stabil dibandingkan dengan usaha kecil. Hal ini
merupakan faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya surplus usaha besar
dibandingkan dengan UKM .
Pengembangan Koperasi dan UKM dibidang agribisnis khususnya pada sub sektor
perkebunan diharapkan berperan besar dalam percepatan pemulihan ekonomi
nasional melalui perannya dalam menghasilkan devisa dan membuka lapangan
kerja baru. Jenis komoditi perkebunan yang dikembangkan adalah kelapa sawit,
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 115
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
kopi, gambir, nilam dan sabut kelapa. Bantuan perkuatan tersebut diberikan
dengan pola perguliran melalui Koperasi. Program percontohan pengembangan
usaha Koperasi di bidang agribisnis perkebunan meliputi:
Komoditas serat rami, gambir dan sabut kelapa tersebut dapat dilaksanakan
dengan teknologi yang terjangkau oleh UKM dan memiliki pasar domestik dan
ekspor yang cukup luas. Hal ini menunjukkan potensi pengembangan UKM di
sektor perkebunan sangatlah besar. Dengan adanya program dan kebijakan
bantuan perkuatan dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengembangkan
usaha Koperasi dan UKM dibidang agribisnis, seperti program bergulir untuk
sarana pengolahan kopi, gambir, sabut kelapa, pengembangan budidaya dan
agroindustri serat rami dan Pabrik Kelapa Sawit skala kecil, disamping menjadi
stimulan yang dapat memotivasi Pemerintah Daerah dalam memberikan
pembinaan dan bantuan dalam rangka pemberdayaan koperasi, usaha kecil dan
menengah di masa mendatang, juga diharapkan akan menggerakkan kegiatan
produktif masayarakat setempat.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 116
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Sub sektor peternakan memiliki keterkaitan industri yang tinggi dengan indeks
daya penyebaran 6,5 yang terdiri dari usaha kecil 2,1 usaha menengah 2,2 dan
usaha besar 2,2. Indeks derajat kepekaan 5,8 yang berarti setiap kenaikan satu
unit permintaan akhir subsektor perkebunan akan meningkatkan output sektor lain
secara keseluruhan sebesar 5,8 unit.
Struktur penyediaan sub sektor ini, sebanyak 78,19% berasal dari usaha kecil,
usaha menengah 15,39%, usaha besar 2,07%, sedangkan impor hanya 4,35%.
Indeks derajat kepekaan sebesar 5,8 menunjukkan bahwa sub sektor ini memiliki
daya dorong yang tinggi untuk meningkatkan 5,8 kali kapasitas produksi dan
produktivitas yang menggunakan sub sektor ini sebagai input dalam proses
produksinya. Rasio permintaan antara sub sektor ini pada usaha kecil relatif
tinggi 60,2% dari output subsektor peternakan digunakan sebagai input dalam
proses produksi industri lainnya. Sedangkan usaha menengah dan usaha besar
masing-masing 59,3% dan 67,9%.
Selama periode tahun 2004-2006 sub sektor ini mengalami pertumbuhan PDB
2,55% yang sebagian besar disumbangkan oleh Usaha Kecil. Investasi sub sektor
ini sekitar 0.3% dari total investasi nasional atau sekitar 6.85% dari total sektor
pertanian pada tahun 2006.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 117
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Laju indeks harga implisit sub sektor peternakan sebesar 55.08% berada di atas
indeks harga implisit secara nasional (39.96%). Tingginya pertumbuhan laju
indeks harga implisit selama periode 2004-2006 terutama pada usaha menegah
dan besar yang naik hampir 100% pada tahun 2006. Hal ini mengindikasikan
adanya kenaikan harga komoditi peternakan yang cukup signifikan di Indonesia.
Penyebabnya diduga dampak recovery dari berlalunya wabah penyakit flu burung,
penyakit kuku dan mulut sapi yang melanda Asia Tenggara termasuk Indonesia
pada tahun 2001-2004 yang lalu.
Sub sektor peternakan memiliki rasio input antara 43,33%, yang berarti 43,33%
output yang dihasilkan digunakan untuk membeli input dari industri lainnya dan
mampu menghasilkan nilai tambah 56,67% dari output yang dihasilkan. Usaha
kecil memiliki rasio input antara yang lebih rendah yaitu 40,64% dari pada usaha
menengah dan usaha besar yaitu masing-masing 43,87% dan 45,47%.
Kebutuhan antara untuk sektor ini pada usaha kecil dipasokan didominasi dari
usaha menengah sedangkan impor paling rendah pasokannya 6,53%. Hal yang
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 118
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
sama juga terjadi pada usaha menengah dan usaha besar juga mendapat
pasokan kebutuhan antara dari usaha menengah yaitu masing-masing 48,77% dan
45,79%. Dilihat dari kebutuhan antara yang dibutuhkan, baik bahan baku, bahan
bakar maupun bahan penolong lainnya maka ketersediaan input antara untuk
usaha UKM maupun usaha besar masih didominasi dari produksi domestik atau
dalam negeri.
Sub sektor ini memiliki keterkaitan industri yang tinggi dengan indeks daya
penyebaran 2,4 yang terdiri dari usaha kecil 0,8 usaha menengah 0,8 dan usaha
besar 0,8. Indeks derajat kepekaan 2,4 yang berarti setiap kenaikan satu unit
permintaan akhir subsektor kehutanan akan meningkatkan output sektor lain
secara keseluruhan sebesar 2,4 unit.
Dalam struktur permintaan sub sektor ini menurut skala usaha menunjukkan
bahwa usaha kecil dalam memenuhi permintaan ekspor lebih tinggi yaitu 7,32%
dari usaha menengah maupun besar. Permintaan tersebut lebih di fokuskan
kepada pemenuhan bahan baku industri dalam negeri.
Struktur penyediaan sub sektor ini, didominasi dari usaha menengah yaitu
43,55%, usaha besar 32,93% dan usaha kecil sebesar 21,71% sedangkan impor
hanya 1,81%.
Indeks derajat kepekaan sebesar 2,4 menunjukkan bahwa sub sektor ini memiliki
daya dorong yang relatif tinggi untuk meningkatkan 2,4 kali kapasitas produksi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 119
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Kebutuhan antara untuk sektor ini, untuk usaha kecil pasokan didominasi dari
usaha kecil sebesar 45,69% dan pasokan impor, lebih sedikit dari usaha
menengah maupun usaha besar yaitu sebesar 10,97%. Sangat berbeda dengan
usaha menengah dimana kebutuhan antara sebagian besar dipasok dari impor
yaitu 36,70%. Sedangkan usaha besar pasokan input antaranya didominasi dari
UKM, hanya 15,43% berasal dari impor. Dilihat dari kebutuhan antara yang
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 120
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
dibutuhkan, baik bahan baku, bahan bakar maupun bahan penolong lainnya maka
usaha menengah diduga harga input antara relatif tidak stabil.
Sub sektor ini memiliki keterkaitan industri yang tinggi dengan indeks daya
penyebaran 4,1 yang terdiri dari usaha kecil 1,4 usaha menengah 1,4 dan usaha
besar 1,3. Indeks derajat kepekaan 6,8 yang berarti setiap kenaikan satu unit
permintaan akhir subsektor kehutanan akan meningkatkan output sektor lain
secara keseluruhan sebesar 6,8 unit.
Dalam struktur permintaan sub sektor ini menurut skalah usaha menunjukkan
bahwa usaha besar dalam memenuhi permintaan ekspor lebih tinggi 6,50% dari
usaha menengah maupun besar. Berdasarkan Tabel 5.14 menunjukkan bahwa
permintaan pada sub sektor perikanan lebih besar untuk permintaan akhir
terutama untuk konsumsi rumah tangga secara langsung dari pada memenuhi
kebutuhan untuk bahan baku industri dan kegiatan produktif.
Struktur penyediaan sub sektor ini, didominasi dari usaha kecil yaitu 86,58%,
usaha menengah 12,07% dan usaha besar sebesar 1,25% sedangkan impor
hanya 0,12%.
Indeks derajat kepekaan sebesar 6,8 menunjukkan bahwa sub sektor ini memiliki
daya dorong yang relatif tinggi untuk meningkatkan 6,8 kali kapasitas produksi
dan produktivitas yang menggunakan komoditi perikanan sebagai input dalam
proses produksinya. Rasio permintaan antara sub sektor ini pada usaha besar
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 121
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
relatif tinggi yaitu 38.7% dari output subsektor perikanan digunakan sebagai input
dalam proses produksi industri lainnya. Sedangkan usaha menengah dan usaha
kecil masing-masing 24.1% dan 22.8%.
Sub sektor kehutanan memiliki rasio input antara 21,29%, yang berarti 21,29%
output yang dihasilkan digunakan untuk membeli input dari industri lainnya dan
mampu menghasilkan nilai tambah 78,71% dari output yang dihasilkan. Hampir
semua skala usaha memiliki rasio input yang relatif sama yaitu 23,30% untuk
usaha kecil, 23,32% usaha menengah dan 24,45% usaha besar.
Kebutuhan antara untuk sektor ini, untuk usaha kecil usaha dan menengah
pasokan input antara yaitu lebih didominasi dari usaha keci, sedangkan pasokan
impornya relatif lebih rendah yaitu masing 11,44% dan 11,72%. Sangat berbeda
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 122
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
dengan usaha besar dimana kebutuhan input antara juga sebagian besar usaha
kecil, namun pasokan dari impor juga jauh lebih tinggi dari UKM yaitu sekitar
29,61%. Dilihat dari kebutuhan antara yang dibutuhkan, baik bahan baku, bahan
bakar maupun bahan penolong lainnya maka usaha kecil dan menengah diduga
harga input antara relatif stabil dibandingkan usaha besar.
Peningkatan jumlah penduduk dunia saat ini berjalan dengan cepat, peningkatan
secara umum rata-rata sebesar 78 juta jiwa setiap tahunnya, Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) memperkirakan pada tahun 2030, populasi dunia akan mencapai 8
milyar jiwa. Peningkatan populasi penduduk dunia ini membawa konsekuensi
meningkatnya permintaan produk pangan dunia. Untuk memenuhi kebutuhan
akan pangan tersebut, pada tiga dekade terakhir, luas kawasan yang digunakan
untuk pertanian dan perkebunan di negara-negara berkembang telah berkembang
menjadi dua kali lipat, yaitu dari 50 juta hektar menjadi 100 juta hektar atau sama
dengan tiga kali luas propinsi Jawa Barat saat ini. Disamping peningkatan
populasi penduduk, permintaan akan produk pertanian dan perkebunan juga
didorong oleh meningkatnya pendapatan rata-rata penduduk dunia dan urbanisasi
penduduk di negara berkembang. Urbanisasi penduduk menurunkan kapasitas
sumberdaya manusia yang mengolah tanah pertanian, sedangkan meningkatnya
pendapatan merubah pola konsumsi dan belanja. Dua hal ini mendorong
peningkatan permintaan produk pangan dan pertanian lainnya. Hal-hal ini secara
umum menunjukkan peluang pasar komoditas agribisnis yang dapat diraih
Indonesia di masa depan.
Prospek yang masih terbuka luas dibidang agribisnis sebagai upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat dunia ini perlu ditangani secara serius dan sistematis,
mengingat potensi Indonesia sebagai negara agraris besar yang memiliki hampir
semua kebutuhan faktor-faktor pendukung pertanian (iklim, geografis, tenaga kerja,
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 123
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Beberapa komoditas pangan dunia adalah (1) Grain – Biji-bijian (termasuk beras,
gandum, jagung, barley), (2) Dairy – susu dan produk tutunannya (susu, susu
bubuk, susu non-fat, mentega, keju), (3) Lifestock – Daging-dagingan (daging sapi,
daging babi, daging ayam), (4) Fish – perikanan (baik hasil perikanan tangkap dan
budidaya, termasuk rumput laut). Jika diperhatikan, secara umum UKM Indonesia
masih berpeluang untuk terjun dalam industri agribisnis komoditas pangan dunia
tersebut karena data menunjukkan Indonesia sendiri masih menjadi tujuan ekspor
yang besar dari negara-negara penghasil pangan dunia tersebut untuk beberapa
komoditas utama seperti beras (Indonesia mengimpor dari Thailand, Vietnam, dan
Amerika Serikat) , susu (Indonesia mengimpor dari Amerika Serikat dan New
Zealand), dan daging sapi (Indonesia mengimpor dari Australia). Sedangkan
produk perikanan menunjukkan Indonesia sebagai salah satu negara eksportir
produk perikanan terbesar dunia, padahal potensi perikanan sendiri belum digali
secara penuh dan masih lebih banyak dimanfaatkan (dicuri) oleh negara lain.
Tabel di atas menunjukkan bahwa kebutuhan beras di dalam negeri masih lebih
besar dari ketersediaan beras yang dapat dipasok oleh produksi pertanian
nasional. Sehingga untuk memenuhinya diambil langkah impor beras. Situasi
defisit tersebut, apabila berkelanjutan akan berdampak pada meningkatnya
ketergantungan pada pangan impor, yang pada gilirannya melemahkan tingkat
kepastian pangan dan ketahanan pangan nasional. Untuk menekan tingkat defisit
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 124
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Tabel 21. Produksi, Konsumsi dan Impor Beras Oleh Indonesia Tahun
2003-2007 (November)
Tahun 2003/04 2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 Pertumbuhan
Produksi (000 ton) 35,024 34,830 34,959 33,300 34,000 -1.25%
% terhadap produksi dunia 8.95% 8.70% 8.37% 7.97% 8.07%
Konsumsi (000 ton) 36,000 35,850 35,739 35,550 36,150 -0.31%
% terhadap konsumsi dunia 8.72% 8.78% 8.60% 8.49% 8.52%
Impor (000 ton) 650 500 539 1,900 1,600 30.76%
% terhadap impor dunia 2.39% 1.72% 1.87% 6.57% 5.41%
Sumber: USDA, 2007
Potensi komoditas beras lainnya dapat dilihat dari turunnya produksi beras dunia.
Jika dilihat catatan secara global, produksi padi pada tahun 2006 meningkat 0,49%
atau meningkat sebesar 3,097 juta ton, namun pada tahun 2007 ini, diramalkan
oleh FAO produksi padi dunia akan menurun menjadi 633 juta ton atau sebesar
0.25%. Penurunan ini disebabkan prospek pertanian yang kurang baik di
beberapa negara utama produsen padi khususnya Banglades, Kamboja, India,
Jepang, Republik Negara Korea, Negeri Nepal dan Thailand. Faktor yang
mempengaruhi turunnya produksi padi dunia disebabkan pemanasan global yang
menimbulkan iklim yang tidak menentu hal ini menyebabkan banyaknya lahan
pertanian padi yang rusak akibat bencana alam (kekeringan, banjir dan longsor).
Jika diperhatikan data produksi dan konsumsi beras dunia tahun 2003 hingga
2007, maka diduga akan terjadi defisit produksi beras dunia pada tahun berikutnya.
Selisih antara konsumsi dan produksi tersebut, seperti yang tampak dalam gambar
diatas, tidak berarti terjadinya shortage/kelangkaan beras karena sesungguhnya
dunia masih memiliki stock beras dari tahun-tahun sebelumnya. Angka tersebut
sebenarnya menunjukkan potensi impor beras yang akan dilakukan oleh negara-
negara yang menghadapi defisit produksi beras dan negara-negara yang ingin
menjaga stock berasnya. Dengan demikian angka ini mencerminkan potensi pasar
beras yang dapat diraih oleh sektor agribisnis Indonesia melalui komoditas beras
jika berhasil memanfaatkan kebutuhan beras dunia.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 125
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
430,000
420,000
380,000
370,000
2003 2004 2005 2006 2007
Produksi Konsumsi
Sebagai gambaran, di tahun 2008 impor beras yang akan dilakukan oleh pasar
dunia diperkirakan sebesar 19 juta ton. Jika harga beras (Thailand) di pasar
internasional tahun 2007 adalah sebesar kurang lebih USD 360 per ton nya, maka
potensi pasar komoditas beras yang dapat diraih adalah sebesar kurang lebih USD
6840 juta, atau sekitar Rp 61,56 trilyun (asumsi kurs Rp 9000/USD). Namun jika
potensi pasar hanya dihitung dari nilai defisit produksi beras dunia, maka angka
potensi ini menjadi sekitar Rp 9,72 trilyun (3 juta ton defisit beras x USD 360 x Rp
9000) dalam satu tahun. Sebuah nilai yang cukup besar.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 126
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
digolongkan sebagai negara importir utama produk susu bubuk Amerika Serikat di
Asia disamping Cina, Malaysia, Filipina dan Taiwan.
Tabel 23. Pasar Utama Susu Bubuk Whole Milk Amerika Serikat Tahun
2003-2006 (ton)
Negara 2003 2004 2005 2006 Pertumbuhan
Algeria 136,419 171,562 170,067 167,264 -1.30%
Venezuela 92,081 123,407 96,849 120,479 1.40%
Saudi Arabia 84,780 109,870 92,070 90,493 -9.00%
Nigeria 54,722 70,634 56,294 67,945 0.20%
China 98,774 96,145 76,093 73,458 -2.20%
Sri Lanka 54,520 57,220 65,377 65,144 6.90%
Indonesia 79,301 68,850 78,505 77,714 6.50%
Malaysia 92,748 91,302 70,610 71,227 -0.90%
UAE 29,439 42,559 43,696 52,819 11.80%
Cuba 28,376 39,392 51,148 46,042 9.90%
Total 751,161 870,940 800,709 832,584 -2.00%
Sumber: USDA, 2007
Tabel 24. Tujuan Ekspor Susu Bubuk Non Fat Amerika Serikat di
ASEAN Tahun 2004-2006 (ton)
Negara 2004 2005 2006 Pertumbuhan
Indonesia 13,337 23,419 36,264 39.57%
Philippines 22,788 22,522 33,332 13.51%
Malaysia 11,431 14,089 19,027 18.51%
Vietnam 7,575 16,591 15,852 27.91%
Singapore 4,757 5,495 6,977 13.62%
Thailand 5,939 7,704 5,999 0.34%
Sumber: USDA, 2007
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 127
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Praktik berhasil industri agribisnis susu ini sudah dapat dilihat di Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Di Lembang, Jawa Barat, misalnya, Koperasi Peternak
Sapi Perah Bandung Utara yang berhasil tumbuh pesat sehingga memiliki lini
produk yang beragam, unit pengolahan yang modern, dan asset sekitar Rp 40
milyar di tahun 2006, tanpa bantuan terlalu banyak dari Pemerintah.
Potensi pendapatan dari komoditas susu yang dapat diraih, dapat dihitung dari
besarnya impor yang dilakukan oleh pasar Asia. Jika diperhatikan kebutuhan
impor susu bubuk untuk pasar Asia Tenggara adalah sebesar 591,000 ton di tahun
2007. Jika harga susu diasumsikan sebesar USD 3 per kg nya, maka nilai impor
ini adalah sebesar US 1.77 atau sekitar Rp 15.9 trilyun (kurs Rp 9000/USD).
Pada tahun 2002, 70% total produksi ikan dunia dimanfaatkan oleh industri
pengolahan. Dari jumlah tersebut, 63% di antaranya adalah untuk industri
pengolahan ikan untuk konsumsi dan sisanya sebagai produk non makanan.
Meskipun terdapat beragam bentuk pengolahan ikan, produk ikan segar tetap
menjadi produk yang paling diterima di pasar dunia. Selama periode tahun 1990
sampai dengan tahun 2002, proporsi ikan yang dipasarkan dalam bentuk ikan
hidup/ikan segar meningkat bila dibandingkan dengan produk ikan lain (ikan
kaleng, ikan beku, ikan yang diawetkan), yaitu sebesar 30%. Sedangkan untuk
ikan olahan, pembekuan masih menjadi metode paling banyak digunakan untuk
pemrosesan ikan konsumsi, yaitu sebesar 53%. Kemudian diikuti oleh
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 128
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Tingkat konsumsi ikan per kapita penduduk dunia pada tahun 2004 berada pada
kisaran angka 16,5 kg/kapita/tahun. Angka ini meningkat lebih dari 20% bila
dibandingkan dengan tahun 1992 yang hanya sebesar 13,1 kg/kapita/tahun.
Tingkat konsumsi ikan perkapita pertahun tertinggi dipegang oleh Jepang sebesar
110 kg/kapita/tahun. Sementara Hongkong, Singapura, Taiwan, Korea Selatan dan
Amerika Serikat berturut-turut sebesar 80 kg, 70 kg, 65 kg, 60 kg dan 35 kg per
kapita pertahun. Sedangkan tingkat konsumsi ikan Indonesia pada tahun 2004
berada pada kisaran 23 kg/kapita/tahun.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 129
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Pertumbuhan tingkat konsumsi ikan dunia ini sebagian besar disumbangkan oleh
China, yang diperkirakan memberikan kontribusi pada peningkatan konsumsi ikan
perkapita penduduk dunia dari 16% menjadi 33% pada tahun 2004. Peningkatan
konsumsi ikan per kapita penduduk dunia ini dikarenakan semakin pentingnya
posisi ikan sebagai salah satu sumber protein dan micronutrient. Hal ini dipicu oleh
meningkatnya kesadaran masyarakat dunia untuk mengkonsumsi protein hewani
yang sehat.
Dalam 25 tahun terakhir banyak sekali penemuan ilmiah dari para ahli gizi dan
kesehatan dunia yang membuktikan bahwa ikan dan jenis seafood lainnya sangat
baik untuk kesehatan serta kecerdasan manusia. Kenyataan ini disebabkan karena
ikan (seafood) rata-rata mengandung 20% protein yang mudah dicerna dengan
komposisi asam amino esensial yang seimbang. Ikan juga mengandung omega-3
yang sangat penting bagi perkembangan jaringan otak, dan mencegah terjadinya
penyakit jantung, stroke dan darah tinggi.
Laut Indonesia yang sangat luas menyimpan potensi perikanan yang masih sangat
besar. Untuk seluruh kawasan lautnya, Indonesia masih mempunyai potensi ikan
laut sekitar 6,4 juta ton per tahun atau sekitar 7% dari total potensi lestari ikan laut
dunia. Yang baru dimanfaatkan hanya sebesar 4,8 juta ton. Jadi laut Indonesia
masih mempunyai sumberdaya yang masih bisa dimanfaatkan sekitar 25 persen
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 130
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
yaitu sekitar 1,6 juta ton per tahun. Terdapat beberapa kelompok sumberdaya
yang pemanfaatannya sudah mendekati optimal yaitu pada golongan ikan pelagis
besar (80,8%) dan ikan demersal (97,4%). Meskipun ada juga pemanfaat
beberapa jenis ikan yang dinilai sudah berlebihan pemanfaatannya (over exploited)
yaitu pada kelompok ikan karang konsumsi (135%), kelompok udang peneid
sebesar 210% dan cumi-cumi sebesar 378%.
Berdasarkan potensi total perikanan laut yang ada saat ini di perairan laut
Indonesia, maka secara keseluruhan Indonesia masih mempunyai peluang
pengembangan yang relatif besar yaitu sekitar 25%. Ini merupakan peluang emas
yang harus diantisipasi secara serius.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 131
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Arafuru, laut Banda, laut Sulawesi, laut Maluku, dan lautan Hindia masih kaya akan
potensi ikan laut seperti ikan tuna, tongkol, pelagis kecil, cakalang, dan tenggiri.
Apabila sumberdaya laut ini dapat dikelola dengan baik dan benar maka ini
merupakan potensi laut yang sangat besar untuk dapat menghadapi tantangan
pasar di era globalisasi.
Pada bagian awal telah disebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam negara
produsen perikanan tangkap terbesar di dunia setelah China, Peru, Chili dan
Amerika Serikat. Perkembangan produksi perikanan tangkap Indonesia dari tahun
ke tahun menunjukkan peningkatan, namun angka laju pertumbuhan cenderung
menurun. Dalam periode 5 tahun terakhir (2000-2004), produksi perikanan tangkap
meningkat rata-rata sebesar 3,61% per tahun, yaitu dari 4,12 juta ton pada tahun
2000 menjadi 4,97 juta ton pada tahun 2005. Sedangkan bila dilihat perkembangan
dari tahun 2004 ke 2005, maka laju pertumbuhan produksi kurang dari 2%, di
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 132
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
mana produksi pada tahun 2004 sebesar 4,88 juta ton sedangkan pada tahun
2005 sebesar 4,9 juta ton.
Produksi ikan tangkap Indonesia masih didominasi oleh ikan pelagis, baik pelagis
besar maupun pelagis kecil. Secara ekonomis, ikan jenis ini nilainya dipasaran
kurang tinggi, kecuali spesies-spesies tertentu seperti tuna atau cakalang. Pada
tahun 2004, produksi ikan paling banyak adalah ikan layang (325 ribu ton), yang
diikuti oleh ikan cakalang (233 ribu ton) dan ikan kembung (201 ribu ton). Produksi
beberapa jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan dapat dilihat pada tabel
28.
Bila dilihat dari sisi nilainya, maka nilai produksi perikanan tangkap tertinggi dicapai
oleh jenis udang windu (1.798.3951,18 juta rupiah), kemudian diikuti oleh udang
jerbung (1.546.036,81 juta rupiah). Dari jenis ikan, nilai tertinggi dicapai oleh ikan
tongkol komo dengan nilai produksi pada tahun 2004 mencapai 1.485.336,21 juta
rupiah atau meningkat sebesar 24 % dibanding tahun 2003 yang nilainya
mencapai 1.196.542 juta rupiah. Kemudian diikuti oleh ikan tenggiri yang nilainya
pada tahun 2004 mencapai 1.342.354,41 juta rupiah. Perkembangan nilai produksi
beberapa jenis ikan tangkap dapat dilihat pada tabel 29.
Tabel 28. Volume Produksi Beberapa Jenis Ikan Tangkap Tahun 2000 –
2004 (dalam kg)
Jenis Ikan 2000 2001 2002 2003 2004
Selar 129913 132998 149193 154866 138923
Layang 255375 258393 301115 297937 325187
Tembang 172219 185912 182026 153771 145428
Lemuru 88744 103710 132170 136436 103361
Teri 173944 190182 168959 161141 154811
Peperek 69512 87757 89936 92838 90859
Kakap Merah 62306 67773 62303 74233 91339
Tongkol Komo 250522 233051 266955 267339 133000
Cakalang 236275 214077 203102 208626 233319
Kembung 207037 214387 221634 194427 201882
Madidihang 163241 153110 148439 151926 94904
Udang Jerbung 66644 65269 69508 66501 68699
Udang Windu 40987 43759 38088 34190 34533
Kepiting 8774 11752 11240 14802 20129
Rajungan 14053 22040 19988 30530 21854
Cumi-cumi 39838 60529 62133 51482 69357
Sumber: DKP, diolah
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 133
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 134
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
memberikan kontribusi masing-masing 16% dari total produksi ikan Indonesia pada
tahun 2004.
Jika diperhitungkan dari sektor perikanan tangkap saja, total nilai nya saat ini
mencapai sekitar Rp 14 trilyun per tahun. Jika peluang disebutkan sebesar 25%
dari nilai saat ini, maka potensi perikanan tangkap adalah sebesar paling tidak Rp
3.5 trilyun per tahun.
Tabel 31. Volume dan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Utama Indonesia
KOMODITAS 2001 2002 2003 2004 2005 *)
Udang Volume (ton) 128.830 124.765 137.636 139.450 147.000
Nilai (USD 1000) 934.986 836.563 850.222 887.127 955.960
Tuna/Cakalang Volume (ton) 84.205 92.797 117.092 94.221 124.780
Nilai (USD 1000) 218.991 212.426 213.179 243.937 316.500
Rumput Laut Volume (ton) 27.874 28.560 40.162 51.011 63.020
Nilai (USD 1000) 17.230 15.785 20.511 25.296 39.970
Mutiara Volume (ton) 22 6 12 2 10
Nilai (USD 1000) 25.257 11.471 17.128 5.866 19.980
Ikan Hias Volume (ton) 2.682 3.514 3.378 3.516 4.010
Nilai (USD 1000) 14.603 15.054 15.809 15.809 20.440
Lainnya Volume (ton) 243.503 316.097 559.504 614.158 560.960
Nilai (USD 1000) 420.832 479.054 526.693 602.798 624.149
Jumlah Volume (ton) 487.116 565.739 857.784 902.358 909.770
Nilai (USD 1000) 1.631.899 1.570.353 1.643.542 1.780.833 1.976.999
Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap DKP RI
*) Angka Perkiraan
Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah eucheuma, sp dan gracilaria.
Di samping sebagai bahan untuk industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 135
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
campuran makanan seperti burger dan lain-lain, rumput laut adalah juga sebagai
bahan baku industri kosmetika, farmasi, tekstil, kertas, keramik, fotografi, dan
insektisida. Mengingat manfaatnya yang luas, maka komoditas rumput laut ini
mempunyai peluang pasar yang bagus dengan potensi yang cukup besar.
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi
negara dan budidayanya merupakan sumber pendapatan petani nelayan, dapat
menyerap tenaga kerja, serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di
kepulauan Indonesia yang sangat potensial.
Rumput laut merupakan bahan baku dari berbagai jenis produk olahan bernilai
ekonomi tinggi untuk tujuan pangan maupun non pangan, yaitu : agar-agar,
karaginan, dan alginate. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan
karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, natrium, besi,
yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan
C, betakaroten.
Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut yang
merupakan hidrokoloid seperti agar, karaginan, dan alginat juga banyak diperlukan
dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan penstabil,
pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk busa, pembentuk
film. Karaginan banyak dimanfaatkan oleh industri farmasi, kosmetik, makanan dan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 136
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Jika diperhatikan tabel 33 dan 34, tampak bahwa peluang pasar komoditas rumput
laut masih terbuka lebar. Memperhatikan panjangnya garis pantai yang dimiliki
Indonesia, iklim yang amat mendukung, dan kebutuhan teknologi yang terjangkau
oleh UKM, maka komoditas rumput laut amat strategis untuk dikembangkan oleh
Indonesia. Jumlah peluang pasar rumput laut kering diperkirakan rata-rata
sebesar 150.000 ton per tahun. Jika harga rumput laut kering sebesar Rp 5500
per kilogram maka potensi ini bernilai sekitar Rp 825 milyar per tahunnya. Jika
petani mampu membangun pabrik pemrosesan rumput laut tahap 1 (tahap
pemasakan menjadi rumput laut setengah jadi), maka nilai ini dapat ditingkatkan
menjadi sekitar Rp 3 trilyun per tahun karena harga rumput laut setengah jadi
untuk bahan baku produk makanan adalah sebesar USD 2.5 per kilogram atau Rp
20 per kilogram di pasaran internasional.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 137
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Tabel 34. Prediksi Peluang Pasar Rumput Laut Tahun 2006-2010 (ton)
Jenis Bahan Baku 2006 2007 2008 2009 2010
Kebutuhan (Jenis 202.300 218.100 235.300 253.900 274.100
Eucheuma)
Produksi Luar Negeri 135.000 140.000 145.000 155.000 165.000
Peluang pasar 67.300 78.100 90.300 98.900 109.100
Kebutuhan (Jenis 79.200 87.040 95.840 105.440 116.000
Glacilaria sp.)
Produksi Luar Negeri 40.500 44.000 48.500 54.000 61.000
Peluang pasar 38.700 43.040 47.340 51.440 55.000
Sumber : Jana T. Anggadireja, Tim RL BPPT, 2005
4.3.5. Jagung
Jagung adalah bagian dari tanaman pangan dunia yang penting bagi Indonesia.
Disamping dikonsumsi, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri pakan.
Produksi jagung dan kedelai pada tahun 2006 sebesar 11.61 juta ton jagung
pipilan dan 749.04 ton biji kedelai kering. Kedua komoditas ini mengalami
penurunan dari sisi luas panen namun mengalami kenaikan dari sisi produktivitas
lahan dibandingkan tahun sebelumnya. Upaya intesifikasi pertanian perlu terus
dilakukan mengingat Indonesia saat ini mulai menghadapi keterbatasan lahan dan
tenaga kerja serta modal yang tersedia untuk sektor pertanian.
Tabel 35. Produksi, Konsumsi dan Impor Jagung Indonesia Tahun 2003-
2007 (November) (000 ton)
2003/04 2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 Pertum
buhan
Produksi 6,350 7,200 6,500 6,700 7,000 1.97%
% terhadap produksi dunia 1.01% 1.01% 0.93% 0.95% 0.91%
Konsumsi 7,350 7,900 7,900 7,900 8,000 1.71%
% terhadap konsumsi dunia 1.13% 1.15% 1.12% 1.10% 1.05%
Impor 1,436 541 1,443 1,200 1,000 -6.98%
% terhadap impor dunia 1.82% 0.71% 1.75% 1.32% 1.07%
Sumber: USDA, 2007
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 138
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Produksi daging sapi tahun 2007 ini diprediksi mencapai 418,2 ribu ton (dari 2006
yang sebesar 395,8 ribu ton). Sedangkan, ayam ras pedaging tahun ini akan
diproduksi sebesar 6,4% lebih tinggi dari 2006 (861,3 ribu ton). Sementara itu,
ternak domba akan memasok 84 ribu ton daging dan babi sebesar 198,9 ribu ton
tahun ini.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 139
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
baru mengkonsumsi 1 butir telur setiap 8 hari sekali. Padahal penduduk Malaysia
setiap tahunnya memakan telur sebanyak 245 butir atau rata-rata 2 butir telur
dalam tiga hari sekali. Konsumsi susu masyarakat Indonesia juga sangat rendah,
yakni sekitar 7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia sudah mencapai 20
kg/kapita/tahun.
Konsumsi daging, telur dan susu yang rendah menyebabkan target konsumsi
protein hewani sebesar 6 gram/kapita/hari belum tercapai. Padahal untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, rata-rata konsumsi protein hewani ideal
adalah 26 gram/kapita/hari (Tuminga et. al. 1999). Analisis paling akhir yang
dilakukan Prof. I.K Han, guru besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional
Seoul (1999) menemukan sebuah fakta menarik. Ia menyatakan bahwa terdapat
relasi positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup
(UHH) dan pendapatan perkapita. Semakin tinggi konsumsi protein hewani
masyarakat di suatu negara semakin tinggi umur harapan hidup dan pendapatan
domestik bruto (PDB) negara tersebut.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 140
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
mental. Konsumsi protein hewani yang rendah pada anak usia pra sekolah dapat
mengakibatkan anak-anak berbakat normal menjadi sub-normal atau bahkan
defisien. Peningkatan konsumsi protein hewani dapat mengurangi frekuensi
kejadian defisiensi mental. Selain untuk kecerdasan, protein hewani dibutuhkan
untuk daya tahan tubuh (stamina). Hasil pengamatan Shiraki et al. (1972)
membuktikan peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia pada
orang yang menggunakan otot untuk bekerja keras. Gejala anemia tersebut
dikenal dengan istilah “sport anemia”. Penyakit ini dapat dicegah dengan
mengkonsumsi protein yang tinggi, dimana sebanyak 50% dari protein yang
dikonsumsi harus berasal dari protein hewani. Protein hewani diduga berperan
terhadap daya tahan eritrosit (butir darah merah) sehingga tidak mudah pecah.
Protein hewani juga berperan dalam mempercepat regenerasi sel darah merah.
Protein hewani memiliki komposisi asam amino yang lengkap dan dibutuhkan
tubuh. Nilai hayati protein hewani relatif tinggi. Nilai hayati menggambarkan berapa
banyak nitrogen (N) dari suatu protein dalam pangan yang dimanfaatkan oleh
tubuh untuk pembuatan protein tubuh. Semakin tinggi nilai hayati protein suatu
bahan pangan makin banyak zat N dari protein tersebut yang dapat dimanfaatkan
untuk pembentukan protein tubuh. Hampir semua pangan asal ternak mempunyai
nilai hayati 80 ke atas. Telur memiliki nilai hayati tertinggi yakni 94-100
(Hardjosworo, 1987 dalam Rusfidra, 2005c).
Kedua, tidak meratanya tingkat ketersediaan daging, susu dan telur di seluruh
penjuru tanah air. Bahan pangan tersebut melimpah di kota-kota besar dan
sekitarnya tetapi sangat langka di daerah yang jauh dari perkotaan. Ketiga,
pengaruh kemampuan produksi dalam negeri terhadap konsumen protein hewani.
Keempat, selera selektif dari masyarakat Indonesia. Bila dibandingkan dengan
negara-negara Barat yang lebih tinggi tingkat ekonominya, variasi jenis ternak
yang dijadikan sumber pangan di Indonesia sangat sempit. Sebagai contoh dari
ternak unggas hanya ayam yang disukai, sedangkan itik dan puyuh baru
sebagaian kecil yang memanfaatkan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 141
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Tabel 38. Kebutuhan Impor Daging Sapi Beberapa Negara (000 ton)
Negara 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008** Pertumbuhan
Algeria 22 53 103 112 82 98 98 23.79%
Angola 54 76 79 90 101 101 101 9.36%
Chile 143 180 178 200 124 161 161 1.71%
Congo(Brazzaville) 7 8 13 17 23 23 23 18.52%
Georgia 17 27 20 23 20 20 20 2.35%
Iran 23 61 100 27 93 187 187 34.90%
Israel 82 89 102 86 103 103 103 3.31%
Jordan 24 53 46 59 68 68 68 16.04%
Kuwait 16 32 34 58 79 79 79 25.62%
Lebanon 19 28 34 34 39 39 39 10.82%
Libya 3 2 17 23 30 36 36 42.62%
Malaysia 133 136 171 169 158 158 158 2.49%
Oman 14 13 13 16 17 17 17 2.81%
Philippines 124 127 161 137 136 160 160 3.71%
Saudia Arabia 75 80 100 101 101 101 101 4.34%
Singapore 25 26 25 25 27 31 31 3.12%
Switzerland 10 11 15 19 22 20 20 10.41%
United Arab 53 43 44 69 71 71 71 4.27%
Emirates
Vietnam 1 1 2 20 29 29 29 61.78%
Keterangan: * Angka ementara, ** Angka forecasting
Sumber: USDA, 2007
Tabel 39. Kebutuhan Impor Daging Ayam Beberapa Negara (000 ton)
Negara 2002 200 2004 200 2006 2007* 2008** Pertumbuhan
3 5
Angola 80 99 86 103 130 130 130 7.18%
Azerbaijan, 16 37 67 47 17 30 30 9.40%
Bahrain 21 22 23 28 21 26 28 4.20%
Columbia 24 24 13 23 23 23 23 -0.61%
Congo 22 33 23 29 23 23 23 0.64%
Cuba 92 89 119 113 115 130 135 5.63%
Gabon 16 17 29 25 21 25 25 6.58%
Ghana 24 36 45 51 52 52 52 11.68%
Guatemala 49 63 59 57 58 58 58 2.44%
Haiti 24 29 17 22 22 22 22 -1.24%
Iraq 56 76 119 116 110 120 120 11.50%
Jordan 2 11 23 27 18 33 35 50.51%
Kazakhstan, 5 12 13 8 38 15 15 16.99%
Oman 47 52 45 46 39 39 39 -2.63%
Philippines 13 14 22 27 35 40 40 17.42%
Qatar 26 30 31 39 41 41 41 6.72%
Singapore 86 103 85 96 97 100 100 2.18%
Vietnam 11 1 36 6 29 70 70 30.26%
Yemen 93 87 108 94 75 80 85 -1.28%
Keterangan: * Angka ementara, ** Angka forecasting
Sumber: USDA, 2007
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 142
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 143
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Seperti telah digambarkan dalam contoh permintaan daging sapi diatas, dalam
penyediaan lahan pertanian, masalah yang dihadapi adalah kompetisi antara
kebutuhan pertanian dan pelestarian alam. Kompetisi ini masih bisa dilengkapi
dengan kebutuhan lahan untuk hunian dan infrastruktur, serta industri.
Hunian dan
Pertanian Infrastruktur
LAHAN
Pelestarian
Industri alam
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudera Hindia dan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 144
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Luas lahan pertanian Indonesia yang sebagian besar terdiri dari lahan perkebunan
dan lahan pertanian saat ini mencapai 169,727 km persegi (BPS, 2007) yang
terdiri dari 121,656 km persegi lahan pertanian padi dan 48,071 km persegi lahan
perkebunan. Luas ini baru sekitar 9.6% dari area daratan pulau utama Indonesia.
Menurut data Nation Master tahun 2005, luas area daratan Indonesia yang dapat
digunakan untuk kegiatan ekonomi adalah sebesar kurang lebih 478,000 km
persegi. Dari luas lahan tersebut, sekitar 50% nya (230,000 km persegi)
merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok tanam. Hal
ini menunjukkan masih adanya lahan yang dapat dikelola secara lestari dan
berkelanjutan untuk kebutuhan pengembangan kegiatan agribisnis.
Masalahnya adalah, angka diatas dihitung secara agregat, yaitu total gabungan
dari seluruh luas lahan yang tersebar di seluruh Indonesia. Padahal, disamping
luas totalnya, kegiatan pengembangan agribisnis yang efektif juga membutuhkan
kecukupan luas minimal, lokasi yang sesuai, dan komposisi kimia lahan untuk
pelaksanaan kegiatan agribisnis yang sesuai dan efektif.
Misalnya, (1) untuk kegiatan penanaman padi yang efektif dan lestari diperlukan
luasan lahan tertentu yang cukup besar dan dalam satu area yang tidak terlalu
jauh terpisah-pisah. Dengan demikian pengaturan irigasi dan distribusi bahan
baku menjadi lebih mudah dilakukan. Akan sulit mengembangkan pertanian padi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 145
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Hal ini menunjukkan pentingnya pengaturan dan penjagaan tata guna lahan di
suatu daerah. Di sebuah propinsi, sejak awal perlu dianalisis kecocokan lahan dan
ditetapkan tata guna lahannya, mana yang tepat untuk kegiatan pengembangan
agribisnis, mana yang dapat untuk keperluan lainnya. Ketetapan tata guna ini
perlu dijaga agar di masa depan pengembangan agribisnis dapat lestari.
Masalah yang dihadapi adalah, tata guna lahan agribisnis dapat melampaui batas
wilayah kabupaten. Di Gorontalo, misalnya, untuk keperluan pengembangan
tanaman jarak penghasil bio diesel, perlu luas lahan yang meliputi lebih dari tiga
kabupaten. Jika antara kabupaten ini tidak ada kemauan untuk bekerjasama
untuk bersama-sama mengatur tata guna lahan bagi kegiatan agribisnisnya dan
lebih memilih untuk menggunakan lahan sebesar-besarnya untuk keperluan hunian
dan pembangunan bangunan komersial, maka program pengembangan agribisnis
yang dicanangkan tidak akan lestari di masa depan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 146
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, melalui efek rumah kaca. Kesimpulan
dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik,
termasuk semua akademi ilmu pengetahuan nasional dari negara-negara G8.
Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan temperatur
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100. Adanya beberapa hasil yang berbeda diakibatkan oleh
penggunaan skenario-skenario berbeda pula dari emisi gas-gas rumah kaca di
masa mendatang juga akibat model-model dengan sensitivitas iklim yang berbeda
pula. Walaupun sebagian besar penelitian memfokuskan diri pada periode hingga
2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut
selama lebih dari seribu tahun jika tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Dampak dari pemanasan global ini secara garis besar antara lain meningkatnya
temperatur global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang
lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang
ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan
global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletzer dan
punahnya berbagai jenis hewan. Emisi gas rumah kaca mengalami kenaikan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 147
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Kenaikan suhu (temperatur) bumi sampai mencapai akibat pemanasan global ini
bisa mencapai tingkat 11 derajat C lebih tinggi daripada suhu semula (BBC,
Desember 1999). Peristiwa ini akan memicu mencairkan berjuta-juta kubik lapisan
es di kedua Kutub Utara dan Selatan secara bersamaan yang pada gilirannya
terjadi peningkatan luar biasa volume air laut di seluruh dunia.
Hal ini menyebabkan juga terjadi peningkatan permukaan air laut di bumi ini hingga
mencapai 1 meter lebih tinggi daripada level semula. Dapat dibayangkan luas areal
daratan pantai yang bakal tergenang air laut, bahkan lebih dahsyat bakal tidak
terhitung lagi jumlah gugusan pulau dan kepulauan yang akan hilang lenyap
secara tiba-tiba ditelan air laut. Suatu bencana yang tidak kalah dahsyatnya dari
gelombang pasang tsunami dengan cakupan yang lebih mengglobal.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 148
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
sebagai akibat pemanasan global, karena perubahan iklim mengurangi luas lahan
pertanian di negara berkembang. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, FAO,
mengatakan perubahan iklim dapat mengurangi 300 juta ton produksi pangan, dan
akibat paling parah adalah di Afrika Sub-Sahara. Sebuah laporan FAO
memperkirakan bahwa sampai 90 juta hektar lahan di Afrika dapat menjadi tidak
sesuai untuk pertanian kalau pemanasan global terus berlangsung tanpa
hambatan dalam puluhan tahun mendatang. Namun, Badan PBB tadi mengatakan
iklim serupa dapat meningkatkan produksi pertanian di Negara-negara Industri di
belahan bumi Utara. Selain itu, badan dunia PBB meramalkan bahwa panen
makanan pokok seperti gandum, beras dan jagung dapat merosot sampai 39%
dalam 100 tahun mendatang akibat pemanasan global yang terjadi (Konferensi
Perubahan Iklim VII, Maroko, November 2001). Suatu ancaman yang sangat
serius, apalagi pertumbuhan penduduk dunia ke depan terus melaju tidak
terkendalikan.
Jadi perubahan iklim bumi merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi
dunia di abad ke-21 ini.
Pemanasan global sudah dirasakan Indonesia dengan naiknya permukaan laut 0,8
cm per tahun yang berdampak pada tenggelamnya pulau-pulau Nusantara hampir
satu meter dalam 15 tahun ke depan. Indonesia sebagai negara kepulauan
menjadi pihak yang sangat merasakan dampak pemanasan global ini perlahan
tetapi pasti jika tak diatasi sejak sekarang.
Diperkirakan, dengan laju kenaikan muka air laut seperti saat ini, maka pada tahun
2010 permukaan air laut akan naik 1 meter dari muka laut saat ini. Hal ini akan
membuat sekitar 2000 pulau Indonesia hilang akibat tenggelam dan beberapa
kabupaten yang berada di daerah pesisir akan merasakan dampak berkurangnya
luas wilayah daratannya. Jika laju kenaikan ini tidak dikendalikan, maka
diprediksikan pada tahun 2100 muka air laut akan bertambah setinggi 7 meter, dan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 149
UKM Berbasis Agribisnis
Dinamika UKM Dalam Agribisnis
Indikasi pemanasan global lain yang begitu jelas dirasakan misalnya kenaikan
suhu yang ekstrim beberapa waktu belakangan ini, misalnya suhu di Kalimantan
yang biasanya sekitar 35 derajat Celsius naik menjadi 39 derajat Celsius.
Sebagian tulisan ada yang berpendapat bahwa kenaikan muka air laut dan
berkurangnya luas daratan mungkin dapat dipandang sebagai hal yang positif bagi
sebuah negara kepulauan seperti Indonesia. Karena luas potensi kelautan yang
dimilikinya menjadi begitu besar. Masalah adalah, kajian terbaru menunjukkan
perubahan suhu bumi dan pencairan es di kutub juga mempengaruhi aliran panas
air laut yang mengakibatkan perubahan arus air laut. Perubahan ini ternyata
berdampak buruk bagi kelestarian biota laut dan ketersediaan ikan di dalamnya.
Dengan demikian pemanasan global memang menjadi momok bagi kita semua.
Peningkatan suhu, perubahan pola angin, perubahan arus laut dan perubahan
pertukaran panas menyebabkan perubahan iklim seperti suhu dan curah hujan,
yang pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan panen dari produk agribisnis
yang dikembangkan.
Pulau Sumatera, misalnya, yang biasanya suhu berkisar pada 33-34 derajat naik
menjadi 37 derajat, dan di Jakarta yang biasanya 32-34 naik menjadi 36 derajat
Celsius, ujarnya. Untuk seluruh Indonesia, dampak yang dirasakan adalah berupa
pergeseran iklim dari yang seharusnya Juni 2006 sudah musim kemarau, untuk
Kalimantan dan Sumatera masih mengalami banjir besar dan bulan September
yang seharusnya sudah dimulai musim hujan bergeser mulai November.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 150
UKM Berbasis Agribisnis
5 Gambaran Sentra
Agribisnis Fasilitasi
Kementerian Koperasi
dan UKM
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 151
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
sentra perikanan air tawar di Metro-Lampung dimana ada perusahaan yang ingin
bekerjasama melakukan ekspor fillet daging ikan patin ke China namun karena
ketidakmampuan sentra dalam menyediakan suplai secara kontinyu sebesar 6 ton
per hari maka kerjasama ini hingga sekarang belum dapat direalisasikan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 152
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
#" Inclusive, mencakup tidak hanya perusahaan berskala keci dan menengah
saja tetapi juga perusahaan besar dan lembaga pendukung.
'" Terciptanya kemitraan dan jaringan yang baik, ditandai dengan adanya
kerjasama antar perusahaan, hal ini menjadi sangat penting karena
menyangkut ketersediaan sumberdaya, pembiayaan dan fleksibelitas
serta proses pembelajaran bersama antar perusahaan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 153
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
#" Lokasi yang sesuai, Lokasi klaster yang dimaksud adalah memiliki tujuan
untuk mengukur keberlanjutan dari aktivitas industri yang ada di lokasi
tersebut. Faktor yang terkait dengan lokasi klaster ini adalah ketersediaan
sumberdaya (input = bibit, pupuk atau makanan ternak, tenaga kerja) dan
lahan, biaya transportasi, harga faktor lokal, kemungkinan produksi dan
subtitusi, struktur pasar, kompetisi dan informasi. Tujuan akhirnya adalah
tercapainya suatu efisiensi dan efektifitas serta keberlanjutan dalam
pengelolaan untuk menghasilkan komoditi unggulan dari klaster tersebut.
Dukungan lain dalam menentukan berhasil atau tidak nya suatu klaster adalah
pentingnya dukungan pemerintah baik berupa kebijakan (policy) maupun
pembinaan terhadap sistem klaster yang sedang berkembang.
Jika dilihat sebaran dari sentra-sentra agribisnis ini menurut pulau utama, maka
tampak bahwa sentra-sentra agribisnis yang di fasilitasi kebanyakan berada di
pulau Sumatera (124 sentra), Jawa (88 sentra) dan Sulawesi (83 sentra). Ke tiga
pulau ini meliputi sekitar 73% dari jumlah sentra agribisnis yang difasilitasi.
Sedangkan sisanya tersebar di Kalimantan (38 sentra), Nusa Tenggara Barat dan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 154
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
Sedangkan jika diperhatikan produk yang dibuatnya, maka akan tampak bahwa
sekitar 40% sentra agribisnis yang di fasilitasi menghasilkan produk-produk di
subsektor perikanan (perikanan laut dan hasil laut lainnya termasuk rumput laut
dan udang, perikanan darat dan hasil perairan darat), kemudian perkebunan
(22%), peternakan (21%), tanaman bahan makanan (10%) dan produk-produk dari
subsektor kehutanan (7%).
24
38
124 81
9
88
32
Tanaman bahan
makanan
10%
Perikanan
40%
Peternakan
21%
Perkebunan
22%
Sumber: Data SMECDA, diolah
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 155
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
Peternakan 39 9.85%
Kopi 12 3.03%
Sayur-sayuran 10 2.53%
Udang 8 2.02%
Jagung 7 1.77%
Buah-buahan 5 1.26%
Karet 5 1.26%
Padi 3 0.76%
Tembakau 3 0.76%
Cengkeh 2 0.51%
Sumber: SMECDA, Diolah
Adalah menarik untuk melihat seperti apa kinerja produk pertanian tersebut dalam
perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Untuk itu kita dapat menggunakan
matriks nilai tambah terhadap output seperti yang tersaji dalam gambar 42.
Matriks nilai tambah terhadap output memetakan nilai tambah yang diberikan dari
produksi suatu produk dan jumlah output yang dihasilkannya. Sebelum dipetakan,
nilai tambah dan output dari masing-masing produk dibandingkan terlebih dahulu
dengan rata-rata nilai tambah dan output produk yang diamati. Dengan demikian
akan diperoleh informasi mengenai produk yang memberikan nilai tambah diatas
(atau dibawah) nilai rata-rata kelompok dan yang menghasilkan jumlah output
diatas (atau dibawah) rata-rata output kelompok.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 156
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
Misalnya seperti yang tersaji dalam gambar 42. Tampak bahwa bidang matriks
terbagi ke dalam 4 kuadran. Kuadran 1 adalah kuadran produk yang memiliki nilai
tambah diatas rata-rata namun memiliki jumlah output yang lebih rendah dari rata-
rata. Kuadran 2 adalah kuadran produk yang memiliki nilai tambah dan jumlah
output diatas rata-rata kelompok. Kuadran 3 adalah kuadran produk yang memiliki
nilai tambah dan jumlah output yang lebih kecil dibandingkan rata-rata kelompok.
Dan Kuadran 4 adalah kuadran produk yang memiliki nilai tambah dibawah rata-
rata namun memiliki jumlah output yang lebih tinggi dari rata-rata
4.00
K-1 K-2
3.50
Padi
3.00
Nilai Tambah Bruto
2.50
Buah-buahan 2.00
Perikanan laut 1.50
dan hasil laut Unggas
lain 1.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
0.50
K-3 K-4
0.00
Output
Sumber: BPS, 2004
Posisi terbaik tentu pada kuadran 2, dimana produk yang dihasilkan berada diatas
rata-rata. Jika diperhatikan hasil yang diperoleh, tampak bahwa produk padi dan
unggas adalah produk yang relatif memberikan nilai tambah dan output yang
diatas rata-rata produk agribisnis lainnya. Sedangkan buah-buahan dan perikanan
laut, kendati tidak menghasilkan output diatas rata-rata, namun memberikan nilai
tambah bruto yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata produk agribisnis yang
diamati.
Hasil ini memberikan petunjuk tentang seperti apa arah pengembangan yang
dapat ditetapkan bagi produk-produk sentra. Misalnya sentra yang menghasilkan
produk unggas perlu dijaga agar nilai tambah yang dihasilkannya dapat naik
sehingga ia tidak turun ke kuadran 4 atau 3. Sentra yang menghasilkan buah-
buahan dan yang bergerak dibidang perikanan laut dan hasil laut lainnya, perlu
didorong agar menghasilkan output yang meningkat. Ini akan mendorong kedua
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 157
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
Kondisi seperti ini tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi
kompetisi global yang semakin ketat. Selain tidak mampu bersaing, manfaat
ekonomi yang dapat dihasilkan dan dinikmati relatif kecil dibandingkan manfaat
yang dapat diciptakan. Berdasarkan hal tersebut maka pembangunan sistem
agribisnis Indonesia diarahkan menuju ke pembangunan sistem agribisnis ditahap
berikutnya.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 158
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 159
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
Upaya penyediaan bibit unggul dan pakan ternak dilakukan sebagai upaya untuk
menjaga kontinuitas usaha tani yang telah ada, baik untuk bidang pertanian,
peternakan maupun perikanan. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, untuk
sentra sapi kereman di Winong-Pati, penyediaan bibit sapi dapat diperoleh di
kabupaten yang sama untuk bibit lokal (desa Pucakwangi dan desa Jaken) disisi
lain, peternak juga dapat mendatangkan bibit sapi dari daerah lain yang masih
dalam cakupan regional yang sama, yaitu dari Solo, Boyolali, Ambarawa, Pamotan
dan Jatirogo.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 160
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
perlu diselesaikan. Akibatnya saat ini, sentra secara umum memasuki tahapan
evolusi yang menurun.
Masalah bibit yang menarik juga dapat dilihat di sentra kelinci di Jawa Timur.
Produk utama sentra adalah kelinci anakan untuk dijual sebagai kelinci hias. Di
sentra saat ini belum ada upaya pemurnian bibit kelinci sehingga tidak diketahui
lagi galur murni yang terbaik untuk kondisi sentra saat ini. Kondisi bibit tampak
telah mengalami degradasi sehingga mutu warna, corak dan umur kelinci anakan
yang dihasilkan tidak bagus lagi. Pada saat ini sebagian peternak di sentra
sedang dicoba dibujuk agar mau melakukan spesialisasi pada kegiatan pembibitan
ini.
Di sentra rumput laut, Sulawesi Selatan, pengadaan bibit rumput laut tampak tidak
menjadi masalah karena bibit rumput laut dapat di diperoleh dengan menyisihkan
hasil panen sebelumnya. Dan bagi petani yang ingin menambah bentang dapat
membeli bibit rumput laut dari petani lain di daerah tersebut atau dari koperasi Baji
Pamae yang memang menyediakan bibit rumput laut bagi anggotanya. Yang perlu
diperhatikan adalah pengetahuan tentang karakter rumput laut yang diterima oleh
industri-industri dunia saat ini. Produk pengolahan rumput laut, sebelum
memasuki industri, pada umumnya adalah menjadi bentuk bubuk, chip, atau
lembaran. Perlu dicari tahu dan disosialisasikan jenis rumput laut mana yang
cocok untuk menghasilkan masing-masing produk akhir tersebut. Pihak Industri
dalam menerima rumput laut petani, selain menilai kebersihan dan kandungan
airnya, juga memperhatikan kandungan Gelistrine yang dikandung oleh rumput laut
mentah yang dihasilkan. Perlu diteliti jenis rumput laut mana dan lama penanaman
yang dibutuhkan untuk menghasilkan kandungan gelistrine yang optimal sesuai
dengan iklim dan keadaan arus di sentra. Petani yang belajar secara
otodidak/turun temurun budidaya rumput laut ini jelas tidak memiliki pengetahuan
yang lengkap mengenai hal ini.
Di sentra gula merah di Nusa Tenggara Barat, bibit menjadi masalah utama untuk
keberlangsungan hidup sentra. Saat ini petani memanfaatkan pohon-pohon tua
peninggalan zaman orang tua mereka. Belum tampak upaya penambahan pohon
aren untuk penyadapan nira secara sengaja dan terencana. Alasan petani
memanfaatkan hanya pohon yang sudah ada lebih karena kepercayaan bahwa
pohon aren memiliki ”kemauan” sendiri untuk tumbuh. Upaya penanaman yang
sengaja dipercaya tidak akan menghasilkan pohon yang baik dan banyak
menghasilkan air nira. Petani memang menghormati pohon nira, ini tercermin dari
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 161
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
bagaimana mereka bernyanyi untuk membujuk pohon agar mau memberikan air
niranya, sebelum proses penyadapan dilakukan.
Sentra gula merah di Lampung juga menghadapi hal yang kurang lebih sama,
dimana kelimpahan pohon kelapa belum membuat petani membutuhkan upaya
pembibitan mandiri yang intensif. Namun di masa depan ketika kebutuhan lahan
kemudian berkompetisi dengan kebutuhan yang lain, sumber bahan baku sentra ini
akan menjadi terancam.
Dalam melakukan usaha tani, tenaga kerja yang digunakan masih terbatas pada
tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah (SD hingga SLTA), tingkat
pendidikan yang sudah tinggi terlihat pada sentra perikanan darat, dimana cukup
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 162
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
banyak petani pemilik kolam memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1).
Sebagian besar tenaga kerja yang digunakan masih merupakan tenaga kerja dari
desa setempat, penggunaan tenaga kerja dari luar desa cukup banyak digunakan
di sentra pengolahan ikan di Juwana. Sebagian besar penggunaan tenaga kerja
masih mengandalkan kepercayaan pemilik kepada tenaga kerjanya, sehingga
sebagian besar tenaga kerja yang digunakan diutamakan dari keluarga terdekat
dahulu sebelum menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 163
UKM Berbasis Agribisnis
Gambaran Sentra UKM Agribisnis
daerah. Sistem pembayaran yang dilakukan sebagian besar secara tunai, kecuali
untuk di sentra pengolahan ikan Juwana yang banyak UKM menerapkan sistem
penjualan dengan pembayaran tunda, tiga kali pengiriman ikan maka pada kiriman
yang keempat produk yang pertama baru dibayarkan. Konsekuensinya UKM di
sentra ini memerlukan modal yang kuat karena setiap kali pengiriman bisa
mencapai kisaran harga penjualan 15 hingga 24 juta rupiah.
Untuk sentra pembibitan sapi di Lampung Utara, proses down stream sub system
nya belum berjalan karena bantuan baru berjalan sekitar 1,5 tahun dan sapi baru
memulai proses pembibitan satu generasi sebesar 60% dari bantuan yang
diberikan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 164
UKM Berbasis Agribisnis
6 Penumbuhan Klaster
Agribisnis Dalam Sentra
UKM
6.1. Pendahuluan
Dalam SK Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002,
tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra
UKM, SENTRA didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu
dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama,
menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk
dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan KLASTER adalah pusat kegiatan UKM
pada sentra yang telah berkembang, ditandai oleh munculnya pengusaha-
pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-
masing UKM dan kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung. Dari
definisi ini, tampak bahwa klaster adalah bentuk lain dari sentra yang telah
berkembang dan maju.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 165
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Dengan demikian Klaster bisnis dapat menjadi alat yang baik untuk mengatasi
hambatan akibat ukuran UKM dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu
lingkungan pasar yang semakin kompetitif.
%" Pembentukan dan interaksi antar usaha dalam institusi pendukung yang
berfungsi membantu klaster secara keseluruhan
Disisi internal, karakteristik klaster dimulai dengan ciri adanya konsentrasi unit
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 166
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
usaha yang sejenis dan/atau saling mendukung dalam satu wilayah yang relative
berdekatan baik secara geografis maupun secara transportasi ekonomis.
Kedekatan spatial ini kemudian diikuti oleh interaksi antar perusahaan untuk
mendukung produk sentra. Interaksi dan komitmen ini kemudian diikuti dengan
kemauan mengkombinasikan sumberdaya dan kompetensi yang dimiliki. Untuk
itu, kadang pengusaha perlu membentuk satu atau lebih institusi bersama.
Speciali- Competitive-
zation ness
Pengelompok Interaksi antar
kan Spatial perusahaan
(network/
supply chain)
KLASTER
Institusi Kombinasi
Bersama sumberdaya/
kompetensi
yang berbeda
Sisi Internal
Sedangkan dari sisi eksternal, setidaknya ada 3 elemen yang dapat diperhatikan
yaitu:
#" Competitiveness, atau daya saing yang lebih baik dalam konteks dinamis
dan global, misalnya berhubungan erat dengan innovasi dan adopsi
praktik terbaik.
$" Identity, yang relevan dengan agen dan organisasi di dalam klaster
ataupun yang di luar klaster. Misalnya Asosiasi Peternak Susu Lembang,
Proses internal yang dilakukan biasanya akan membawa pengusaha yang terlibat
untuk melakukan spesialisasi pada mata rantai produksi yang paling dikuasai
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 167
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
F F F Sp
F F
inov F inov F inova inov Daya Identit
Sp Sp Sp Sp saing as
ator ator tor IB ator
F F
F F
F F Sp Sp Sp Sp
IB
Sp Sp
Spesialisasi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 168
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Sedangkan pengertian klaster bagi Kementerian Koperasi dan UKM lebih bersifat
terbuka, dimana disamping melayani anggota klaster tempat geografisnya
bergabung, seorang anggota klaster tidak dilarang untuk juga melayani permintaan
atau penawaran dari luar klaster. Hubungan yang terbuka ini dinilai lebih
sederhana dan memberi kesempatan kepada anggota mengeksplorasi potensi
pasar lain dan tetap diyakini dapat mencapai tujuan spesialisasi, efisiensi dan
peningkatan daya saing.
Sebuah sistem yang tertutup meminta pihak-pihak yang terlibat membuat kontrak
kerjasama diantara mereka. Hal ini sebenarnya positif karena para anggota
menjadi lebih disiplin dalam memenuhi hak dan kewajibannya. Sebuah sistem
yang tertutup juga memberi ruang belajar yang lebih besar kepada UKM.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 169
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Semakin banyak area dari posisi tengah yang dapat diisi oleh sentra, maka
diasumsikan semakin berhasil sentra tersebut memiliki ciri klaster dalam
sentranya. Jika diperhatikan, hanya ada sekitar 2 sentra dari 22 sentra yang
diamati, (sekitar 9.1%) yang mampu secara penuh memiliki ciri klaster setelah
mendapat perkuatan lebih dari 2 tahun. Mereka adalah sentra rumput laut di
Janeponto dan sentra ikan air tawar di Metro Lampung.
Diluar ke dua sentra ini, ada 5 sentra lain yang hampir memenuhi karakteristik
medium klaster, mereka adalah sentra kelinci di Jawa Timur, sentra itik di Jawa
Barat, sentra penggemukan sapi di Lampung Utara, sentra budidaya ikan hias di
Tulungagung Jawa Timur, dan sentra sayuran di Pasuruan Jawa Timur. Masing-
masing sentra ini hanya kekurangan 1 karakteristik untuk berhasil secara utuh
memunculkan ciri klaster. Jika jumlah sentra yang berhasil penuh dan hampir ini
digabungkan, maka dari 22 sentra yang diamati ada sekitar 31% sentra yang
berhasil memiliki ciri klaster di dalamnya.
Berdasarkan hasil ini, kajian ingin melihat kinerja program sentra UKM untuk
menumbuhkan klaster agribisnis. Kegiatan penumbuhan dinilai berhasil jika
karakteristik klaster yang dimiliki sentra berasosiasi dengan keberadaan dukungan
yang diberikan. Jika asosiasi ini signifikan, berarti dukungan yang diberikan oleh
program sentra benar-benar berhasil menumbuhkan karakteristik klaster di sentra
yang diamati. Jika asosiasi ini tidak signifikan maka karakteristik klaster yang
dimiliki oleh sentra tumbuh bukan karena keberadaan dukungan dari program
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 170
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
sentra UKM.
4 4 4 4
identitas Interaksi identitas Interaksi
identitas
3
Interaksi identitas 3 Interaksi 3 3
2 2 2 2
1 1 1 1
Ikan Gula merah Sayur Kelinci
0 0 0 0
mid mid mid mid
dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi
spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama
spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama
4 4 4 4
identitas Interaksi identitas Interaksi identitas Interaksi identitas Interaksi
3 3 3 3
2 2 2 2
1 1 1 1
Padi Itik Ikan Sapi
0 0 0 0
mid mid mid mid
dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi
spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama
spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama
2 2 2 2
1 1 1 1
Tembakau Gula merah Ikan Laut Paprika
0 0 0 0
mid mid mid mid
dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi
spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama spesialisasi institusi bersama
konsentrasi w ilayah
konsentrasi w ilayah
5
5
4
4
identitas 3 Interaksi
identitas 3 Interaksi
2 2
1 1
Paprika Ikan Hias
0 0
mid mid
dayasaing kombinasi kompetensi dayasaing kombinasi kompetensi
Variabel Keberadaan MAP dan BDS diukur dalam skala 1 hingga 5, dimana
semakin besar nilainya berarti semakin tinggi dan nyata dukungan yang diberikan.
Hasil perhitungan yang ditampilkan dalam tabel 41 dan 42 menunjukkan bahwa
antara dukungan yang diberikan dengan kelengkapan pemilikan karakteristik
klaster ternyata tidak berasosiasi secara signifikan. Pandangan terhadap hasil
pengamatan menunjukkan bahwa sentra yang memiliki ciri klaster yang lengkap
tidak pernah mendapatkan dukungan BDS dan hanya sebagian yang memperoleh
dukungan MAP dengan baik. Hal ini berarti pemilikan karakteristik klaster tidak
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 171
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.850a 4 .427
Likelihood Ratio 4.178 4 .382
Linear-by-Linear
.069 1 .792
Association
N of Valid Cases 22
a. 8 cells (80.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .09.
Count
Tabel 42. Asosiasi Kategori Karakteristik Klaster Sentra terhadap
Dukungan BDS
Keberadaan layanan BDS
1.00 2.00 3.00 5.00 Total
Kategori Tidak lengkap 10 2 6 2 20
Lengkap 2 2
Total 12 2 6 2 22
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.833a 3 .608
Likelihood Ratio 2.591 3 .459
Linear-by-Linear
1.283 1 .257
Association
N of Valid Cases 22
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .18.
Berdasarkan hasil tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa program sentra UKM
belum efektif dalam memicu penumbuhan klaster di sentra agribisnis.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 172
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Deadweight Additionalitas
50 60
55
50
40 41
45
40
30 32
27 30
20
20
10
10
Percent
Percent
0 0
1.00 3.00 5.00 1.00 5.00
Deadweight Additionalitas
Hasil score deadweight dan additionalitas ini cukup baik karena pelaksanaan
program sentra tetap terbukti meningkatkan kondisi masyarakat dan UKM
sehingga berkembang dan dinamis.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 173
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Tampak bahwa sebagian besar karakteristik memiliki nilai “tidak ada” atau
“sederhana”. Hal ini menunjukkan karakteristik klaster belum banyak muncul di
sentra-sentra yang diamati. Pada beberapa bagian, profil karakteristik klaster
kemudian akan dihubungkan dengan profil indikator umum sentra untuk
memperoleh gambaran yang saling melengkapi.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 174
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 175
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Indikator umum sentra yang ditampilkan adalah (1) keberadaan kelompok, (2)
keberadaan kerjasama di bidang produksi, (3) keberadaan kerjasama di bidang
pemasaran, (4) Tahap produk sentra, (5) Tahap perkembangan sentra, (6)
keberadaan dukungan non keuangan dari BDS, (7) keberadaan dukungan
keuangan dari Koperasi (Dana MAP), (8) kecukupan lahan bagi pengembangan
sentra, (9) tingkat penggunaan teknologi, (10) sumber keahlian pekerja, dan (11)
potensi pasar di masa depan. Profil yang dibuat dapat diikuti dalam tabel 44.
Disini daerah yang di beri batas tebal dan diarsir gelap menunjukkan respon utama
yang dipilih oleh responden.
Profil karakteristik, secara umum menunjukkan kelemahan sisi internal sentra yang
diamati. Sedangkan dari sisi eksternal, kendatipun nilai spesialisasi masih
dianggap rendah, namun daya saing produk sentra dan identitas produk dinilai
telah mencapai nilai cukup.
Untuk itu kajian lebih ingin mengukur spesialisasi yang muncul dalam kurun
periode perkuatan. Jika ini yang diukur, maka hasil tersebut menjadi masuk akal
karena tidak ada perkuatan non-keuangan (lihat tabel 43) yang menggerakkan
perubahan struktur dan perilaku di sentra. Akibatnya nilai spesialisasi menjadi
rendah (rata-rata dinilai tidak ada).
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 176
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Hasil ini didukung oleh hasil pengamatan terhadap kerjasama yang dilakukan
dalam sentra. Perhitungan median terhadap respons anggota sentra terhadap
kerjasama yang dilakukan menunjukkan kerjasama produksi berada dalam kisaran
nilai “ada namun sederhana” sedangkan kerjasama pemasaran berada dalam
kisaran nilai “tidak ada” (lihat tabel 44). Secara umum, tampak bahwa pengusaha
anggota sentra tidak mendorong interaksi yang terjadi ke dalam bentuk kerjasama
formal yang lebih maju.
tidak
76% tidak
81%
Kelengkapan Dukungan
Salah satu pokok masalah yang dihadapi untuk mencapai hal ini adalah, hampir
seluruh sentra tidak memperoleh dukungan yang lengkap. Jika diperhatikan
rancangan awalnya, sebuah sentra seharusnya menerima 2 jenis dukungan, (1)
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 177
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3
Tahap Produk
Teori daur siklus produk menyatakan bahwa pertumbuhan sebuah produk akan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 178
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
mengikuti sebuah daur yang tetap yaitu Perkenalan, Tumbuh, Dewasa, dan
Menurun. Perpindahan antar tahapan ini, salah satunya, dicirikan oleh perubahan
arah pertambahan penjualan. Pada awal pertumbuhan dan perkembangannya,
penjualan biasanya memiliki pertambahan yang positif-meningkat, sedangkan
pada tahap dewasa dan menurun, biasanya memiliki pertambahan penjualan yang
semakin menurun bahkan negatif. Jika secara rata-rata produktivitas sentra
menurun setelah mendapat perkuatan, maka salah satu kemungkinannya adalah
karena sentra yang diperkuat sebenarnya telah berada dalam tahap siklus yang
dewasa atau menurun.
Output
Siklus
Hidup
Waktu
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Perkenalan Pertumbuhan Dewasa Penurunan
Salah satu contoh bagaimana perkuatan mendorong upaya “evolusi” produk yang
sudah ada dalam tahapan dewasa dapat dilihat di sentra kelinci di Batu Jawa
Timur. Setelah bertahun-tahun melakukan budidaya kelinci anakan (untuk dijual
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 179
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Pabrik
konsentrat
Petani Pasar
Budidaya
Anakan Koperasi
Pencari kelinci
rumput/
sayuran
bekas
Pedagang
pengumpul
Petani
penghasil
pakan kelinci
siap pakai
Petani
Anakan
kelinci Daerah
Petani Lain
penyedia
indukan
Pencari
rumput/
sayuran
bekas
Pedagang
pengumpul
Petani Petani
pengolah pengolah kulit
daging
Ini tercermin dari pangsa pasar yang dibentuknya dan margin keuntungan yang
diperoleh. Pada saat ini, beberapa daerah di sekitar Batu, seperti Lumajang, mulai
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 180
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
melirik untuk ikut berternak kelinci anakan. Ketika itu terjadi, sentra kelinci Batu
tidak masuk ke tahapan decline karena persaingan, sentra malah berevolusi untuk
menjajagi menjadi penyedia indukan, pakan, pasar, informasi bagi daerah lain
yang tertarik menjadi peternak kelinci anakan, pengolahan kerajinan kulit kelinci
dan industri pengolahan daging kelinci. Saat ini di sentra telah mulai muncul unit-
unit usaha yang mengolah daging kelinci apkir menjadi abon atau unit usaha yang
mengolah kulit kelinci apkir untuk menjadi kerajinan tangan. Hasil ini
sesungguhnya menjadi cikal klaster budidaya kelinci di masa depan, dengan Batu
sebagai salah satu simpul utamanya diluar Lembang Jawa Barat.
Di masa depan, jika upaya pemurnian dan penjagaan mutu bibit dapat dilakukan
dan diterima dengan baik, maka pasokan kelinci afkiran akan semakin banyak.
Hal ini akan menjadi sumber pertumbuhan industri pengolahan daging dan kulit
kelinci.
Contoh lain mengenai perkuatan mendorong upaya evolusi dapat di lihat di sentra
rumput laut di Jeneponto Sulawesi Selatan. Kondisi pantai Jeneponto
memungkinkan penanaman rumput laut dengan metode yang sederhana dan
murah akibatnya saat ini hampir seluruh garis pantai Jeneponto telah digunakan
untuk budidaya rumput laut.. Hal ini telah berjalan sekitar 15 tahun. Saat ini pasar
telah terbentuk dengan pangsa pasar yang baik dan terus meningkat.
Pasar kemudian meminta pengumpul besar rumput laut di daerah Jeneponto untuk
mengirim rumput laut dalam bentuk yang sudah matang, namun tetap masih
setengah jadi. Untuk itu, dengan bantuan dari Kementerian Koperasi dan UKM
dan Pemerintah Kabupaten Jeneponto, dibangun sebuah pabrik pemasakan dan
pembersihan rumput laut. Bersama pabrik senilai Rp 2 milyar ini, sentra rumput
laut Jeneponto sempat mengekspor rumput laut matang setengah jadi olahannya
ke China. Amat disayangkan pada saat ini pabrik sudah tidak berfungsi selama
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 181
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
kurang lebih 1 tahun. Alasan yang dikemukakan adalah tidak adanya modal kerja.
Pengamatan menduga ketidakmampuan SDM untuk mengelola keuangan pabrik
sebagai pangkal ketidakmampuan sentra menjaga pabrik yang disalurkan
kepadanya.
Unit gudang,
sortir, dan
pembersihan
Unit gudang,
sortir, dan
pembersihan
Pabrik masak
rumput laut
Eksportir
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 182
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Tahap Sentra
! Sentra dalam tahap baru TERBENTUK baru memiliki 1 atau 2 unit usaha
innovator/pioneer yang memulai usahanya, dan Tenaga kerja didatangkan
dari daerah lain
! Sentra ini sedang BEREVOLUSI (TURUN) jika jumlah unit usaha dalam
sentra menurun, pengusaha memilih berusaha di bidang lain, pasokan
bahan baku berkurang, pemerintah daerah tidak menganggap sentra
strategis, dan daya saing produk sentra berkurang.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 183
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Evolusi
Berkembang
Pertumbuhan
Pembentukan
Contoh masalah dan peluang terjadi di sentra rumput laut Jeneponto, misalnya.
Selama ini, penanaman rumput laut biasanya dilakukan di pantai dengan
kedalaman antara 1 hingga 4 meter, di sepanjang pesisir kabupaten Jeneponto.
Pada area kedalaman ini, teknologi budidaya yang digunakan cenderung
sederhana dan tidak memerlukan investasi yang besar.
Saat ini, area pantai dengan kedalaman 1 hingga 4 meter ini telah habis digunakan
sehingga saat ini, jika petani ingin menambah bentang penanaman rumput nya, ia
harus masuk ke daerah pantai dengan kedalaman antara 4 hingga 20 meter.
Untuk daerah dalam seperti ini, kebutuhan investasi dan peralatan jelas menjadi
berbeda dan lebih mahal seperti jumlah tali penambat yang lebih panjang,
kebutuhan kapal, kebutuhan pematang yang berbeda dan lain-lain. Jika
kebutuhan peluang ini dapat dijawab oleh sentra maka sentra rumput laut
Jeneponto berpeluang berevolusi menjadi salah satu klaster agribisnis rumput laut
yang Indonesia.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 184
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Contoh masalah sentra dewasa yang lain dapat dilihat dalam sentra agribisnis apel
di Malang, Jawa Timur. Sentra apel di Malang telah ada sejak lebih dari 15 tahun
yang lalu. Pada saat ini kondisi kesuburan tanah dan umur pohon telah berada
dalam kondisi yang menurun akibatnya jumlah produksi apel per pohon dan per
hectare nya menjadi menurun. Sentra ini sebenarnya berpeluang untuk tetap
tumbuh dan ikut serta membentuk klaster agribisnis apel bersama komponen
pengusaha yang lainnya.
Kecukupan Lahan
Komoditas agribisnis tentu amat sensitif terhadap kecukupan lahan. Dari sisi
lahan, secara umum sentra agribisnis yang diamati masih memiliki sisa lahan yang
cukup untuk pengembangan kapasitas produk sentra jika memperoleh dukungan
yang cukup untuk masalah tata gunanya. Lahan mungkin masih mencukupi bagi
upaya pengembangan sentra dalam jangka pendek. Namun dalam kerangka
jangka panjang pemerintah daerah harus mulai memetakan kawasan dan tata
guna lahannya agar kelangsungan hidup sentra dapat dipertahankan di masa
depan. Tanpa pengaturan tata guna dan peruntukan lahan yang baik,
pengembangan komoditas agribisnis oleh UKM akan terhambat dan berubah
merusak kelestarian alam.
Disamping pengaturan tata guna, kendala lahan dapat diatasi dengan penggunaan
metode tanam dan/atau bibit yang berbeda. Ke dua hal ini membutuhkan
perubahan perilaku petani dan kebutuhan investasi. Dalam pengamatan, perilaku
ini dan kemauan investasi ini tidak mudah untuk dirubah/dimunculkan tanpa
pemahaman dan komitmen yang sungguh-sungguh serta jelas dari semua pihak
yang terlibat.
Pasar Produk
Responden menganggap pasar bagi produk yang dihasilkan sentranya masih tetap
ada dan berkembang di masa mendatang, meskipun jika dilihat pendapat
responden mengenai pertumbuhan pasar, maka sebagian besar responden
menduga bahwa ukuran pasar 2 hingga 3 tahun ke depan akan sama saja dengan
ukuran pasar tahun ini.
Ada satu sentra yang responnya terhadap pertumbuhan pasar relatif lebih optimis
dibandingkan sentra yang lain, dia adalah sentra rumput laut di kabupaten
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 185
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Bulukumba Sulawesi Selatan. Hal ini dapat dimengerti karena sentra ini masih
berada dalam tahap perkembangan. Usaha budidaya rumput laut belum terlalu
lama dijalankan di daerah ini. Rantai pasok produk masih sama dengan rantai
pasok produk sentra rumput laut Jeneponto pada tahap awalnya. Pada saat ini,
hasil budidaya dinilai sangat baik dan petani percaya bahwa di masa depan,
ukuran pasar produk rumput laut dari Bulukumba akan terus meningkat.
Analisis Diskriminan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 186
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
persamaan diskriminan.
Classification Resultsb,c
Predicted Group
Membership
Tidak
Kategori Lengkap Lengkap Total
Original Count Tidak Lengkap 15 0 15
Lengkap 0 7 7
% Tidak Lengkap 100.0 .0 100.0
Lengkap .0 100.0 100.0
Cross-validateda Count Tidak Lengkap 13 2 15
Lengkap 2 5 7
% Tidak Lengkap 86.7 13.3 100.0
Lengkap 28.6 71.4 100.0
a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross
validation, each case is classified by the functions derived from all cases
other than that case.
b. 100.0% of original grouped cases correctly classified.
c. 81.8% of cross-validated grouped cases correctly classified.
Analisis dimulai dengan menggunakan metode enter together. Metode ini dipilih
untuk melihat perilaku diskriminan ketika semua variabel pengamatan dimasukkan.
Hasilnya meskipun belum 100% tetapi cukup memuaskan dimana fungsi
diskriminan yang dihasilkan mampu memetakan ulang hingga 80% dari kelompok
yang divalidasi.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 187
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Secara umum metode stepwise memiliki kinerja pembedaan yang cukup baik
dimana fungsi yang diperoleh berhasil membagi sampel secara benar hingga 90%.
Sedangkan variabel yang masuk ke dalam fungsi diskriminan, jika dilihat dari
beberapa variasi pengelompokkan yang digunakan adalah (1) KEBERADAAN
KELOMPOK, (2) KOMBINASI SUMBERDAYA, (3) INTERAKSI DALAM INSTITUSI
BERSAMA, (4) TAHAP SENTRA dan (5) SPESIALISASI.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 188
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
untuk meningkatkan nilai tambah produk sentra. Keputusan ini berarti kerja keras
bagi seluruh anggota sentra karena jika pabrik tidak berjalan dengan baik, maka
koperasi (anggota) akan menanggung akibatnya bersama-sama. Contoh lain
adalah sentra susu sapi di Lembang yang mendirikan pabrik pengolahan susu
kemasan dan yogurt berdasarkan keputusan bersama untuk meningkatkan nilai
tambah produknya.
Kategori
Tidak
Lengkap Lengkap
Keberadaan kelompok 2.770 4.822
Kombinasi sumberdaya .841 2.150
(Constant) -3.979 -13.068
Fisher's linear discriminant functions
Classification Function Coefficients
Kategori
Tidak lengkap Lengkap
Tahap sentra 3.639 5.946
Spesialisasi 4.336 9.868
(Constant) -9.820 -35.769
Fisher's linear discriminant functions
Kategori
Hampir
Tidak lengkap lengkap Lengkap
Keberadaan kelompok 4.060 6.292 10.505
Kombinasi sumberdaya -.984 -.557 -4.735
Interaksi dalam Institusi
2.088 3.093 7.875
bersama
(Constant) -5.529 -14.624 -32.326
Fisher's linear discriminant functions
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 189
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
mendukung anggota dan unit usaha pengolah daging kelinci afkir (sudah tua)
untuk membantu anggota merotasi indukannya. Anggota masyarakat di sentra
perikanan di Nusa Tenggara Barat mencoba memformalkan usaha pembuatan
ikan kering yang tadinya hanya upaya untuk memanfaatkan hasil tangkap jika
sedang berlebihan. Upaya-upaya spesialisasi, baik ke hulu maupun ke hilir, sama-
sama membutuhkan proses yang tidak sebentar, untuk itu kesamaan cara
pandang dari anggota sentra amat penting, disinilah mungkin peran variabel
kelompok dan kombinasi sumberdaya memainkan peranannya.
Hasil perhitungan menunjukkan nilai koefisien TAHAPAN SENTRA dari sentra yang
memiliki ciri klaster yang lengkap adalah lebih tinggi dibanding sentra yang tidak
lengkap. Artinya sentra yang ada dalam tahapan berkembang dan dewasa
memiliki peluang yang lebih besar untuk menumbuhkan ciri klaster. Hal ini dapat
dimengerti karena sentra-sentra tersebut telah teruji oleh waktu dan pasar mampu
menghasilkan produk yang dibutuhkan. Hasil ini menunjukkan kemungkinan
variabel ketersediaan pasar sebagai salah satu variabel pendukung utama juga.
Untuk sementara variabel pasar tidak muncul karena sentra yang diamati termasuk
sentra-sentra historikal, yaitu sentra yang telah berdiri cukup lama (lebih dari 15
tahun).
Analisis Faktor
Hasil pengelompokkan variabel yang dihasilkan oleh analisis faktor tidak selalu
logis untuk digunakan, tetapi ia dapat digunakan untuk alat untuk mempelajari
kemungkinan pengelompokkan masalah dan perilaku variabel pengamatan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 190
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Hasil analisis faktor awal menunjukkan hanya 13 variabel yang dapat digunakan
untuk analisis lebih lanjut. Mereka adalah (1) keberadaan kelompok, (2)
kerjasama produksi, (3) kerjasama pemasaran, (4) tingkat penggunaan teknologi,
(5) keahlian tenaga kerja, (6) ekspektasi pasar, (7) konsentrasi spatial, (8) interaksi
antar perusahaan, (9) kombinasi sumberdaya dan kompetensi, (10) interaksi
dalam institusi bersama, (11) spesialisasi (12) daya saing dan (13) Additionalitas.
Component
1 2 3 4
Keberadaan kelompok .229 .817 .221 .206
Kerjasama produksi 9.923E-02 .763 8.971E-03 .458
Kerjasama pemasaran .861 .160 .107 -4.00E-02
Tingkat penggunaan teknologi .720 .164 4.292E-02 .238
Keahlian tenaga kerja .757 -.209 .466 6.938E-02
Ekspektasi pasar .620 .291 -.104 .248
Konsentrasi spatian .336 .215 7.516E-02 .697
Interaksi antar perusahaan .154 .669 .238 .508
Kombinasi sumberdaya 1.564E-02 .231 .884 .340
Interaksi dalam Institusi bersama 8.719E-02 .238 .902 8.927E-02
Spesialisasi .271 .812 .357 -.239
Daya saing .689 .420 -5.57E-02 .280
Additionalitas .127 .100 .371 .754
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 6 iterations.
Agak sulit untuk memberikan nama kepada masing-masing faktor yang diusulkan
oleh analisis. Setidaknya usulan pengelompokkan ini memberikan pandangan
tentang apa yang sebaiknya dilakukan untuk menumbuhkan klaster.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 191
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Misalnya faktor 1, jika dilihat variabel pembentuknya maka, mungkin, nama faktor
yang tepat adalah “KEMAMPUAN MEMENUHI KEBUTUHAN PASAR”. Untuk faktor 2,
namanya adalah “INTERKASI KELOMPOK UNTUK KERJASAMA PRODUKSI”, untuk
faktor 3, mungkin cocok dengan ”INSTITUSI BERSAMA” dan faktor 4 adalah
“KEMAUAN INVESTASI”.
Hasil analisis diskriminan dan analisis faktor yang dilakukan secara umum
menunjukkan tidak adanya variabel tunggal yang dominan menjelaskan perbedaan
antara sentra yang berhasil memunculkan karakteristik klaster dengan sentra yang
tidak berhasil.
Jika diperhatikan hasil analisis faktor dan diskriminan yang dilakukan, tampak
bahwa variabel terikat yang dipengaruhi (dependent variabel) yang digunakan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 192
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Dalam kasus pengembangan sentra UKM, massa (M) adalah sentra UKM yang
akan ”dipindahkan” dari tataran lama (B1 – sentra sederhana) ke tataran baru (B2
– sentra dinamis dan klaster). Untuk mengangkat massa ini Pemerintah melalui
Kementerian Koperasi dan UKM memberikan daya penggerak (D) berbentuk
fasilitasi dan dukungan perkuatan kepada sentra. Daya penggerak ini
ditransmisikan oleh tuas pengungkit (P) ke massa UKM di sentra dengan bertumpu
pada titik tumpu (T). Yang diharapkan terjadi adalah Pemerintah dapat
menyalurkan Daya yang cukup dan disalurkan secara efektif melalui tuas
pengungkit sehingga mengangkat Massa UKM dari tataran B1 ke B2.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 193
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
D
(Daya Penggerak) (A)
M
(Massa UMKM)
P
(Tuas Pengungkit)
T B2 (Tataran klaster)
(Tumpuan)
B1 (Tataran sentra)
(B)
D
M
B2 (Tataran klaster)
T
B1 (Tataran sentra)
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 194
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Daya pengerak terlalu kecil dapat dipandang sebagai (1) Sejak awal memang daya
perkuatan yang disediakan terlalu kecil dibandingkan dengan massa UKM yang
harus diangkatnya, atau (2) pada awalnya daya perkuatan yang disediakan cukup,
namun karena suatu keadaan daya tekan ini menjadi melemah sehingga menjadi
terlalu kecil untuk mampu mengangkat sentra ke tataran baru nya.
Kondisi pertama biasanya terjadi pada sentra yang rata-rata omzet per anggota
per bulan nya, jauh lebih besar dari total jumlah dana MAP yang dialokasikan pada
sentra tersebut. Sedangkan kondisi kedua terjadi jika salah satu komponen daya
pengerak menghilang atau melemah. Dari dua keadaan ini, kondisi kedua adalah
hal yang lebih banyak terjadi.
Gambar 54. Kondisi Daya Penggerak Terlalu Kecil atau Hilang Tidak
Mampu Mengangkat Massa UKM/Sentra
D
(Daya Penggerak M
mengecil) Massa tidak terangkat
T B2 (Tataran klaster)
B1 (Tataran sentra)
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 195
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
mengangkat sentra UKM ke tingkat kapasitas dan produktivitas yang lebih tinggi,
apalagi menumbuhkannya ke tahapan klaster..
Fenomena hilangnya daya penggerak mungkin tidak lepas dari sifat program
sentra yang cenderung dipandang oleh pihak Kementerian, Dinas bersangkutan di
daerah, dan lembaga pengembang usaha sebagai program jangka pendek dan
“tabrak-lari” (hit and run). Padahal ide program ini amatlah baik jika dapat
dilaksanakan secara berkelanjutan.
Kebutuhan untuk mau bermain jangka panjang juga muncul dalam hasil analisis
diskriminan yang memunculkan variabel Tahap Sentra sebagai salah satu
pembeda. Kajian menunjukkan sentra dengan score tahap sentra yang lebih tinggi
cenderung mampu menumbuhkan ciri klaster. Hal yang dapat ditarik dari hal ini
adalah, sentra butuh waktu untuk mencapai tahapan tertentu sebelum akhirnya
mampu melewati ambang batas kemampuan ekonomisnya dan bertransformasi
menumbuhkan ciri-ciri klaster dengan lebih mudah.
Modal sosial ini kebanyakan dibentuk oleh faktor perilaku seperti: kemauan dan
kebiasaan untuk bekerjasama, berkelompok, dan kemauan berkomitmen pada
tujuan bersama jangka panjang (unsur kelompok dan interaksi ini muncul baik
dalam analisis diskriminan dan faktor yang dilakukan). Ketika unsur perekat ini
hilang, upaya yang dilakukan (daya penggerak/perkuatan yang diberikan)
kendatipun menghasilkan pergerakan, tetapi tidak menyebabkan massa UKM
terangkat ke tataran yang lebih tinggi. Massa cenderung pecah dalam
pergerakan/perkuatan.
Hasil ini tercermin dari hasil pengamatan kepada sentra yang menunjukkan bahwa
pembentukan kelompok atau kebiasaan berkelompok hanya ada di 39% dari
sentra yang diamati. Sedangkan 61% sisanya tidak menunjukkan tanda-tanda
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 196
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Gambar 55. Massa UKM Tidak Solid Dalam Proses Perkuatan Membuat
Sentra Tidak Terangkat Dalam Proses Perkuatan
D
P
B2 (Tataran klaster)
T
B1 (Tataran sentra)
Hal lain yang meningkatkan kerapuhan sentra adalah persaingan yang tidak sehat.
Persaingan sesungguhnya merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan
untuk menumbuhkan klaster yang sehat (Porter), tetapi hal ini akan berbalik
merugikan jika pertumbuhan kapasitas akibat perkuatan diarahkan untuk
melakukan persaingan antar anggota yang saling mematikan, bukan pada
dorongan untuk melakukan inovasi berkelanjutan, meningkatkan daya saing dan
menjaga kepentingan bersama yang lebih jauh.
ada
39%
tidak
61%
tidak
76% tidak
81%
Keberadaan Kelompok Kerjasama Pemasaran Kerjasama Bahan Baku
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 197
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
P
Pengungkit
D terlalu M
lentur/rapuh
B2 (Tataran klaster)
T B1 (Tataran sentra)
Hampir seluruh sentra yang difasilitasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM
adalah sentra historikal, artinya kegiatan di sentra telah berlangsung secara terus
menerus selama lebih dari satu generasi, sehingga penduduk generasi ke dua
(anak) dan ke tiga (cucu) yang tinggal di sentra biasanya telah “mewarisi”
kompetensi untuk memproduksi produk sentra dari pengalaman kerja dan
pengetahuan umum di dalam sentra. Dengan demikian, kompetensi masyarakat
untuk melakukan produksi dalam kapasitas dan produktivitas yang lebih tinggi
adalah transmisi dari upaya perkuatan kepada pertumbuhan sentra. Namun
kompetensi masyarakat semata ternyata tidak mencukupi, hal ini masih harus
didukung oleh faktor-faktor lain seperti tersebut diatas.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 198
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 199
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Faktor titik tumpu ini adalah kemauan/etos kerja yang kuat, pola pikir wirausaha,
kemampuan berinovasi, keunikan produk, ketersediaan pasar, dukungan
keberadaan sarana dan prasarana industri dan keuangan di daerah, konsistensi
dan keberlanjutan kebijakan, serta penegakan aturan.
Contoh paling sering ditemui dari kondisi ini adalah lemahnya penegakan
peraturan (yang dapat terjadi karena ketidakmampuan SDM atau ketidakjelasan /
ketidaklengkapan peraturan) yang menyebabkan usaha mengembangkan dan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 200
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
P B2 (Tataran klaster)
B1 (Tataran sentra)
T
Dalam kajian ini, faktor perilaku seperti kemauan, etos kerja, serta karakter dari
pengusaha dan aparat di Pusat dan daerah menjadi menonjol karena kadang
menjadi salah satu akar masalah kebuntuan pengembangan sentra. Pengamatan
kepada dinamika sentra menunjukkan beberapa masalah muncul karena faktor
perilaku ini. Macetnya dana MAP akibat keengganan pengusaha, gagalnya
penerapan teknologi, menghilangnya BDS, tidak terkoordinasinya pelaksanaan
dan perawatan sentra adalah beberapa contoh masalah yang diakibatkan oleh
faktor perilaku ini.
Hingga saat ini faktor ketersediaan pasar tetap menjadi titik tumpu utama dalam
kemampuan menggerakkan sentra. Pengamatan menunjukkan sentra agribisnis
dengan pasar yang mampu menyerap produk dengan baik akan menghasilkan
pertumbuhan pemupukan MAP dan kemampuan koperasi membayar angsuran
dana MAP melalui bank perantara.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 201
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
Masalah lain dari kemampuan program sentra UKM menumbuhkan klaster UKM
berbasis agribisnis adalah upaya perkuatan yang diberikan tidak
disalurkan/ditransmisikan pada tempat yang tepat sehingga kehilangan efektifitas
daya perkuatannya.
D
P
B2 (Tataran klaster)
T
B1 (Tataran sentra)
Masalah ini umumnya muncul ketika upaya perkuatan yang diberikan tidak sesuai
dengan kebutuhan sesungguhnya dari sentra UKM/pengusaha tersebut. Salah
satu sentra agribisnis apel di Jawa Timur misalnya, sentra ini jika dilihat dari
tahapan daur produknya, sesungguhnya telah mencapai tahapan dewasa (mature)
bahkan menurun (decline). Hal ini tercermin dari menurunnya kapasitas pohon
secara terus menerus dan tidak adanya bibit baru yang dapat diambil untuk
melakukan penyulaman. Kebutuhan sentra yang sesungguhnya adalah
peremajaan pohon secara terencana sehingga kapasitas sentra dapat kembali
seperti semula. Kebutuhannya adalah investasi. Masalahnya adalah pada sentra
yang menuju decline ini diberikan perkuatan keuangan yang kemudian digunakan
untuk modal kerja, membeli pupuk dan obat-obatan, tanpa memperbaiki kualitas
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 202
UKM Berbasis Agribisnis
Penumbuhan Klaster Agribisnis
pohonnya. Akibatnya, kendatipun telah dipupuk dan diobati dengan baik, panen
petani tetap menurun yang menyebabkan petani terlilit hutang dan tidak mampu
membayarnya. Ini adalah salah satu contoh bagaimana upaya perkuatan tidak
diletakkan di titik yang benar.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 203
UKM Berbasis Agribisnis
7 Simpulan Dan
Saran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 204
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
INVESTASI.
Daya penggerak adalah kecukupan jumlah, waktu dan durasi dukungan keuangan
dan non keuangan yang diberikan kepada sentra.
Faktor transmisi dibentuk oleh kompetensi daerah dan masyarakat, kualitas SDM
pelaksana dukungan, kejelasan dan kelengkapan peraturan pelaksanaan,
kejelasan visi dan kesiapan aparat pemerintah daerah, serta koordinasi dan
komunikasi yang efektif antar pelaku.
Faktor titik tumpu ini adalah kemauan/etos kerja yang kuat, pola pikir wirausaha,
kemauan berinvestasi, kemampuan berinovasi, keunikan produk, ketersediaan
pasar, dukungan keberadaan sarana dan prasarana industri dan keuangan di
daerah, konsistensi dan keberlanjutan kebijakan, serta penegakan aturan.
Sedangkan faktor perekat/Modal sosial dibentuk oleh faktor perilaku: kemauan dan
kebiasaan untuk bekerjasama, berkelompok, dan kemauan berkomitmen pada
tujuan bersama jangka panjang.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 205
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
klaster bisnis UKM berbasis agribisnis diatas, maka beberapa hal ini perlu
dilakukan:
#" Menyusun road map pengembangan usaha nasional yang jelas dan
terukur, dengan tetap memperhatikan prinsip pasar dan keadilan sosial.
'" Menciptakan basis data unit usaha yang valid dan mutakhir secara
nasional untuk mempermudah proses monitoring, evaluasi, dan
perencanaan.
(" Menciptakan basis data sentra/klaster, baik yang telah difasilitasi maupun
yang tidak difasilitasi, yang valid dan mutakhir secara nasional dan
terjamin ketertelusuran terhadap basis data unit usaha nasional, untuk
mempermudah proses monitoring, evaluasi, dan perencanaan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 206
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 207
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
Khusus yang berkenaan dengan uoaya membangun klaster bisnis, maka beberapa
catatan berikut ini diharapkan dapat digunakan sebagai patokan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 208
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
! Fokus pada keterkaitan dan rantai supply daripada komoditi atau sektor;
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 209
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
Praktis tidak mungkin untuk sekaligus berperan sebagai anggota dan sebagai
koordinator suatu proses. Implikasi bagi pemerintah ialah:
Lingkup daerah geografis klaster sangat berbeda, tidak selalu sesuai dalam
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 210
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 211
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
seperti pelabuhan laut dan bandar udara bukan hanya untuk satu klaster
saja tetapi juga untuk banyak klaster di daerah. Oleh karena itu perlu
dikaji-ulang apakah pembagian tugas saat ini memang cukup memadai
dengan pelimpahan fungsi pengembangan ke kabupaten-kabupaten.
Mungkin lebih bijak memberikan peran pengembangan infrastruktur yang
lebih besar ke pemerintah pusat dan secara khusus pemerintahan
Provinsi. Mengembangkan infrastruktur sangat mahal, re-alokasi
tanggung-jawab seyogianya disertai re-distribusi yang memadai untuk
anggaran dan wewenang perpajakan di daerah masing-masing.
Fokus diskusi saat ini di Indonesia ialah sekitar penyusunan suatu strategi
pengembangan nasional berdasarkan konsep klaster sebagai tiang penyangga
perumusan kebijakan berikut implementasi pengembangan industri dan teknologi
nasional dan regional. Pekerjaan yang sedang berjalan ialah, antara lain di
Bappenas (dengan bantuan World Bank), Depperindag (dengan bantuan Jepang)
dan, dengan fokus pada sistem inovasi nasional, di Menneg Ristek (dengan
bantuan Jerman). Sementara itu tampaknya masih terdapat kebingungan tentang
apa dan bagaimana bentuk suatu ‘strategi persaingan nasional berdasarkan
klaster’.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 212
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
suatu proses belajar panjang. Sementara waktu tampaknya lebih baik mengikuti
contoh pendekatan strategi yang telah dilakukan di sejumlah negara dan disajikan
disini dengan versi Afrika Selatan. Di Afrika Selatan dengan strategi
pengembangan klaster tourism, terdapat tiga elemen penting:
! Proses klaster judul dengan fokus pada ‘pilot project’ untuk penjabaran
hal-hal (issues) yang harus dikerjakan dalam rangka pengembangan
strategi dan pasar bagi segmen pasar khusus;
! Jamin perlakuan yang adil dan merata bagi semua pelaku bisnis:
Menjamin persaingan sehat, monitor dan batasi akumulasi kekuatan
pasar, dan menjamin bahwa persaingan antara klaster yang berbeda di
Indonesia tidak terganggu. Implikasi hal ini secara khusus ialah penentuan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 213
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
Agar mampu bertahan sebagai koordinator yang terpercaya, aturan utama (the
golden rule) bagi pemerintah pusat ialah jangan memilih diantara klaster
individual, tetapi fokus pada kegiatan yang akan memberi manfaat bagi semua
klaster (yang serupa). Namun demikian, perlu dipertimbangkan pengecualian bagi
klaster di daerah terpencil yang kurang menguntungkan dan tidak memiliki dana
cukup untuk pengembangan mandiri berupa bantuan khusus dan pembiayaan-
bersama (co-financing). Dalam hal ini seyogianya ditempuh suatu pendekatan
non-diskriminatif, yaitu seleksi-diri.
Untuk frekwensi dan bobot agregat ekonomi, beberapa jenis klaster perlu
mendapat perhatian nasional secara khusus. Untuk jenis-jenis tersebut,
pemerintah pusat seyogyanya memulai proses thematik yang mencakup:
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 214
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 215
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 216
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
Sementara, pada tahap awal, fasilitas-1 dan fasilitas-2 seyogianya terbuka bagi
semua klaster untuk meningkatkan kapasitas lokal, maka fasilitas-3 dapat dibatasi
untuk mendukung daerah yang kurang menguntungkan serta klaster yang
memerlukan investasi infrastruktur yang signifikan untuk menjangkau pasar yang
dinamis. Sumber dana kontribusi kelompok pemimpin lokal bagi kegiatan dapat
bervariasi – sementara investasi infrastruktur didukung oleh anggota sektor publik
(birokrasi lokal), maka kegiatan pasar dapat di biayai oleh anggota sektor swasta.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 217
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 218
UKM Berbasis Agribisnis
Simpulan dan Saran
! Dirikan suatu focal point di satu universitas atau pusat Litbang yang aktif
dalam riset klaster, pengembangan metodologi yang disesuaikan dengan
kebutuhan lokal dan (bahasa local), tool-boxes untuk pengembangan
klaster maupun dalam proyek bersama (joint projects) dengan pusat riset
asing. Hal ini tidak berarti harus menambah sumberdaya tetapi reorientasi
penggunaan yang sudah ada secara lebih efektif.
Memulai pertukaran pengalaman dengan klaster di daerah lain dan selalu berada
mengikuti inisiatif pengembangan klaster pada tingkat nasional.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 219
UKM Berbasis Agribisnis
Daftar Pustaka
Abdullah, Piter, dkk. 2002. Daya Saing Daerah: Konsep dan Pengukurannya di
Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank
Indonesia. BPFE. Yogyakarta.
Canela, Eduardo. 2001. Business Development Services for Small and Medium
Enterprises and Cooperatives in Indonesia: Some Key Guidelines and
Needs. Laporan Kajian. USAID dan BPSKPKM.
Cockburn, John et.all. 1998. Measuring Competitiveness and Its Source: The
Case of Mali’s Manufacturing Sectors. CREFA. Universite Laval.
Humprey, John and Schmitz, Robert. 1995. Principles for Promoting Clusters
and Networks of SMEs. UNIDO. Austria.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. 2001. Petunjuk Teknis
Perkuatan Permodalan UKMK dan Lembaga Keuangannya dengan
Penyediaan Modal Awal dan Padanan (MAP) Melalui Koperasi Simpan
Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 220
UKM Berbasis Agribisnis
Daftar Pustaka
Nadvi, Khalid. 1995. Industrial Clusters and Networks: Case Studies of SME
Growth and Innovation. UNIDO. Austria
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 221
UKM Berbasis Agribisnis
Daftar Pustaka
LAPORAN AKHIR
Nomor Formulir : ______________________
F ORM UL IR P E N G U MP UL A N
D ATA
KOPERASI PENYALUR DANA MAP
2007
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 1
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-2: Sentra
A. Identitas Koperasi
1 Nama koperasi Alamat Koperasi Berdiri sejak
Telpon
2 Nama Pengurus Alamat Pengurus Bentuk koperasi
Telpon
3 Terlibat dalam lingkungan Klasifikasi/peringkat koperasi Tahun klasifikasi/pemeringkatan
sentra sejak
B. Keuangan Koperasi
Saat Ini Sebelum Perkuatan
Jumlah anggota Orang Orang
Simpanan pokok Rp Rp
Simpanan wajib Rp Rp
Simpanan Anggota Rp Rp
sukarela Bukan anggota Rp Rp
Sisa Hasil Usaha Rp Rp
Cadangan Rp Rp
Modal pinjaman Rp Rp
Pemberian pinjaman Rp Rp
Total asset Rp Rp
KSP disarankan melampirkan: (1) Fotokopi laporan tahunan koperasi
C. Dana MAP
1 Menyalurkan dana MAP sejak: Jumlah MAP yang diterima: Bank perantara penyaluran
Rp
2 Alokasi dana MAP oleh koperasi Kesulitan yang dihadapi saat pencairan MAP
! pengembangan koperasi : ____%
! disalurkan ke pengusaha : ____%
! disalurkan ke pihak lain: : ____%
! lainnya: : ____%
Saat Ini Awal Perkuatan
3 Jumlah pengguna dana MAP orang orang
4 Pemupukan dana MAP Rp Rp
5 MAP Bermasalah % %
6 MAP Macet % %
7 Apakah KSP sudah mengembalikan Seluruh dana MAP yang ditempatkan di KSP ke rekening operasi (di bank daerah)
! Sudah, sejak
! Belum, karena
KSP disarankan melampirkan: (1) Fotokopi daftar anggota yang menerima dana MAP, (2) Fotokopi laporan MAP
F ORM UL IR P E N G U MP UL A N
D ATA
PENGUSAHA ANGGOTA SENTRA
2007
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 1
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-1: Pengusaha
A. Identitas Responden
1 Nama Jenis Kelamin Usia
!L !K tahun
2 Alamat: Jalan Kelurahan/Desa Kecamatan Kabupaten/Kota
3 Pendidikan Terakhir
! Tidak Sekolah, ! SD, ! SMP, !SMA, ! D3, ! S1, ! S2/S3, ! Pelatihan bersertifikasi
4 Keluarga Jumlah Anak Jumlah Tanggungan
! Belum Menikah, ! Sudah Menikah, ! Janda orang orang
5 Nama koperasi yang diikuti Alamat Koperasi Anggota sejak
6 Terjun ke dunia usaha sejak Terlibat dalam sentra sejak Kedudukan usaha dalam keuangan keluarga
! Sumber nafkah utama
! Usaha sampingan (dari usaha utama: )
3 Tahap perkembangan produk ! start, !grow, ! mature, ! decline ! start, !grow, ! mature, ! decline
4 Posisi produk dalam rangkaian rantai ! Sama dengan produk utama sentra ! Sama dengan produk utama
pasok ! Bahan baku produk utama ! Bahan baku produk utama
! Produk berbahan baku produk utama ! Produk berbahan baku produk utama
! Layanan penjualan produk utama ! Layanan penjualan produk utama
! Layanan membantu produksi produk ! Layanan membantu produksi produk
utama utama
5 Alasan tidak memproduksi produk utama sentra
! Menghasilkan produk utama tidak menguntungkan, ! Saya ingin fokus pada kegiatan ini karena lebih sesuai keahlian saya
! Saya melihat teman-teman lain membutuhkan produk/layanan ini, ! Saya melihat konsumen membutuhkan produk/layanan ini
! Lainnya:
Saat Ini Sebelum Perkuatan
6 Proses Produksi ! Sederhana, ! Kompleks ! Sederhana, ! Kompleks
! Lini, ! Majemuk ! Lini, ! Majemuk
! Pesanan, ! Mass ! Pesanan, ! Mass
7 Teknologi produksi ! Sederhana, ! Tepat guna, ! Madya ! Sederhana, ! Tepat guna, ! Madya
8 Gambaran proses produksi
(gunakan kertas lain jika perlu)
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 2
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-1: Pengusaha
8 Adakah perubahan dalam proses produksi Pihak yang mengusulkan perubahan Apakah proses produksi saat ini menjadi
lebih efisien?
! Tidak ada, karena: ! Sendiri ! Tidak, karena:
! BDS
! Ada, yaitu: ! Koperasi ! Ya, karena::
! Dinas: _____________
! Lainnya: _______________
Saat Ini Sebelum Perkuatan
9 Volume produksi per 1 siklus produksi Unit Unit
Lama 1 siklus produksi= _________
10 Kebutuhan bahan baku per siklus
produksi
17 Harga ! Lokal Rp Rp
penjualan ! Antar daerah Rp Rp
! Nasional Rp Rp
18 Potensi pasar ! Lokal ! Terbuka lebar, ! Menurun ! Terbuka lebar, ! Menurun
di masa ! Antar daerah ! Terbuka lebar, ! Menurun ! Terbuka lebar, ! Menurun
depan
! Nasional ! Terbuka lebar, ! Menurun ! Terbuka lebar, ! Menurun
19 Daya saing produk ! Tinggi, karena ! Tinggi, karena
! Rendah, karena ! Rendah, karena
20 Biaya pemasaaran per siklus produksi Rp Rp
21 Telusuri peran program (pengaruh BDS,
KSP, Dinas) Jika ada perubahan dalam
tujuan penjualan, harga, potensi pasar,
dan daya saing
Saat Ini Sebelum Perkuatan
22 Jumlah tenaga kerja digunakan Orang Orang
23 Jumlah tenaga kerja ahli digunakan Orang Orang
Upah tenaga kerja Rp Rp
Biaya tenaga kerja per siklus produksi Rp Rp
22 Keahlian tenaga kerja ! Pengalaman turun temurun ! Pengalaman turun temurun
! Perlu pendidikan khusus/magang ! Perlu pendidikan khusus/magang
! Perlu pendidikan formal ! Perlu pendidikan formal
! Perlu sertifikasi ketrampilan ! Perlu sertifikasi ketrampilan
! Lainnya _ ! Lainnya _
23 Asset Usaha Nilai total asset usaha Rp Rp
! Tanah Rp Rp
! Bangunan Rp Rp
! Mesin Rp Rp
! Peralatan Rp Rp
24 Struktur Modal ! Uang sendiri Rp Rp
! Pinjaman Rp Rp
! Lainnya __________ Rp Rp
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 3
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-1: Pengusaha
25 Biaya ! Bahan baku Rp Rp
produksi/ ! Tenaga kerja Rp Rp
pengadaan
per siklus ! Pemasaran Rp Rp
produksi ! Lainnya __________ Rp Rp
19 Penerimaan per siklus produksi Rp Rp
20 Total biaya per siklus produksi Rp Rp
21 Keuntungan per siklus produksi Rp Rp
22 Volume produksi per Tenaga Kerja
23 Omzet per Tenaga Kerja
24 Apakah produktifitas meningkat? Apakah kapasitas usaha meningkat Apakah daya saing produk meningkat
! Ya ! Ya ! Ya
! Tidak ! Tidak ! Tidak
Apa faktor kunci produktifitas Apa faktor kunci kapasitas Apa faktor kunci daya saing
25 Apakah keterlibatan dalam program sentra (memperoleh MAP dan memperoleh bantuan non keuangan dari BDS) membuat pengusaha
melakukan investasi tambahan?
! Tidak, karena
! Ya, karena
Saat Ini Sebelum Perkuatan
26 Kerjasama produksi yang dilakukan ! Tidak ada ! Tidak ada
! Ada, yaitu ! Ada, yaitu
28 Gambaran Rantai Pasok produk yang dihasilkan responden dalam kerangka sentra
" Rantai pasok adalah gambarkan/paparan tahapan perubahan fase produk dan pihak/aktor/pelaku yang terlibat, mulai dari bahan baku hingga ke tangan konsumen akhir.
" Identifikasikan (1) Nama/jenis aktor (nama umum dari tugas/peran yang dilakukannya, misalnya petani, pengumpul, dll), (2) jumlah dari masing-masing aktor/pelaku
" Identifikasikan juga (3) harga beli barang dari pelaku sebelumnya dan/atau ongkos produksi yang dikeluarkan untuk pengolahan, (4) harga jual barang ke pelaku sesudahnya, dan
(5) tingkat keuntungan (dalam %) yang dinikmatinya.
1.
! aktor = ______
! buy = ______
P buy =rp_____
HPP = ______
! sell = ______
P sell =rp_____
∏ = ______
4 Apakah peran BDS meningkatkan efisiensi Layanan apakah yang sesungguhnya anda Hal yang perlu diperhatikan untuk
produksi, daya saing, atau produktifitas harapkan dapat diperoleh/disediakan oleh meningkatkan peran BDS
BDS?
! Tidak, ! Ya, misalnya:
E. Perkuatan Lain
1 Bentuk perkuatan lain yang diterima Keterangan (darimana, bentuknya, nilainya, lamanya)
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 5
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-1: Pengusaha
F. Hambatan dan Masalah
1 Menurut anda apakah program sentra berhasil? Menurut anda apakah program sentra bermanfaat?
! Berhasil, karena ! Bermanfaat, karena
! Tidak, karena ! Tidak, karena
2 Kekuatan usaha Kekurangan usaha Hambatan usaha Peluang usaha
G. Perilaku
1 Adakah kebiasaan Apakah anda menjadi anggota Apakah anda bekerja sama dalam melakukan usaha
berkelompok kelompok
! Ada, ! Tidak ! Ya, ! Tidak ! Ya, dalam bidang: ___________________
! Tidak, karena: ____________________
2 Apakah responden Ya/tidak Keterangan
Memperhatikan pasar ! Ya, ! Tidak
Merubah produk sesuai keinginan pasar ! Ya, ! Tidak
Suka bereksperimen/melakukan inovasi produk ! Ya, ! Tidak
Gemar membuka relasi baru ! Ya, ! Tidak
Mampu memperhitungkan kelayakan/resiko usaha ! Ya, ! Tidak
Memiliki rencana usaha ! Ya, ! Tidak
Melakukan pembukuan usaha ! Ya, ! Tidak
Memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha ! Ya, ! Tidak
Kemauan bekerjasama dengan pihak lain ! Ya, ! Tidak
Kemauan mengembangkan usaha ! Ya, ! Tidak
Kemauan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan ! Ya, ! Tidak
Kemauan bekerjakeras ! Ya, ! Tidak
H. Catatan Klaster
Dalam kerangka program sentra, apakah Keterangan
1 Apakah resp. mengenali setiap anggota sentra dan peran ! Ya, ! Tdk
produknya
2 Apakah resp. bersepakat dengan anggota yang lain untuk ! Ya, ! Tdk
menghasilkan/mendukung suatu produk utama sentra
3 Apakah kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk kontrak ! Ya, ! Tdk
tertulis
4 Apakah produk/kegiatan yang resp. lakukan berhubungan dengan ! Ya, ! Tdk
kesepakatan tersebut
5 Apakah resp. dan anggota sentra yang lain membentuk sebuah ! Ya, ! Tdk
institusi bersama untuk membantu proses produksi/pemasaran
produk sentra
6 Apakah resp. peduli terhadap usaha anggota lain ! Ya, ! Tdk
7 Apakah pemerintah anda nilai memiliki arah dukungan ! Ya, ! Tdk
pengembangan usaha sentra yang jelas
8 Apakah anda memahami aturan pelaksanaan program sentra ! Ya, ! Tdk
UKM?
9 Apakah hukum dan peraturan ditegakkan secara jelas ! Ya, ! Tdk
10 Apakah sarana infrastruktur di daerah anda mendukung usaha ! Ya, ! Tdk
Nomor Formulir : ______________________
F ORM UL IR P E N G U MP UL A N
D ATA
GAMBARAN SENTRA
2007
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 1
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-2: Sentra
A. Identitas Sentra
1 Nama Sentra (jika ada) Produk utama sentra Klasifikasi sentra
! A, ! B, ! C
3 Nama paguyuban/kelompok (jika ada) Nama pengurus (jika ada) Alamat pengurus (jika ada)
1.
! aktor = ______
! buy = ______
P buy =rp_____
HPP = ______
! sell = ______
P sell =rp_____
∏ = ______
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 2
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-2: Sentra
Memperhatikan pola rantai pasok sentra, maka sentra ini memiliki model
! Joint production, ! Sub-kontrak, ! Integrasi vertikal
! Integrasi horizontal
Memperhatikan pola rantai pasok sentra, maka sentra ini berada Dimana produk startegis utama yang didukung oleh subsistem
dalam subsistem: sentra adalah
! Subsistem Hulu, ! Subsistem Produksi, ! Subsistem Hilir
! Subsistem Penunjang
3 Infrastruktur Klaster (gunakan kertas lain jika diperlukan)
! Sentra memiliki produk utama/produk bersama
! Ada anggota sentra yang secara sadar membentuk rantai pasok untuk mendukung produksi produk utama sentra
! Anggota sentra memiliki kepedulian atas keberhasilan/kegagalan usaha anggota yang lain
! Anggota sentra saling bekerjasama dan membagi tugas dalam kerangka rantai pasok untuk menghasilkan produk bersama
! Ada institusi bersama yang dibentuk oleh anggota sentra untuk mendukung proses penelitian, produksi dan pemasaran
Faktor utama yang perlu ada agar sentra dapat berkembang baik.
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 3
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-2: Sentra
C. Gambaran Perkembangan Sentra
Saat Ini Sebelum Perkuatan
1 Jumlah unit usaha Unit usaha Unit usaha
2 Karakteristik/ ! Kel. Besar
ciri unit usaha ! Kel. Menengah
! Kel. Kecil
3 Proporsi unit ! Kel. Besar % %
usaha ! Kel. Menengah % %
! Kel. Kecil % %
4 Rerata volume ! Kel. Besar Unit Unit
produksi per ! Kel. Menengah Unit Unit
siklus
! Kel. Kecil Unit Unit
5 Rerata volume ! Kel. Besar Unit Unit
penjualan per ! Kel. Menengah Unit Unit
siklus
! Kel. Kecil Unit Unit
6 Rerata harga ! Kel. Besar Rp Rp
penjualan ! Kel. Menengah Rp Rp
yang dinikmati
! Kel. Kecil Rp Rp
7 Pasar tujuan ! Kel. Besar ! Lokal, ___%, ke: ! Lokal, ___%, ke:
! Regional, ___%, ke: ! Regional, ___%, ke:
! Ekspor, ___%, ke: ! Ekspor, ___%, ke:
! Kel. Menengah ! Lokal, ___%, ke: ! Lokal, ___%, ke:
! Regional, ___%, ke: ! Regional, ___%, ke:
! Ekspor, ___%, ke: ! Ekspor, ___%, ke:
! Kel. Kecil ! Lokal, ___%, ke: ! Lokal, ___%, ke:
! Regional, ___%, ke: ! Regional, ___%, ke:
! Ekspor, ___%, ke: ! Ekspor, ___%, ke:
8 Rerata jumlah ! Kel. Besar Orang Orang
tenaga kerja ! Kel. Menengah Orang Orang
! Kel. Kecil Orang Orang
9 Rerata jumlah ! Kel. Besar Orang Orang
tenaga kerja ! Kel. Menengah Orang Orang
non keluarga
! Kel. Kecil Orang Orang
10 Rerata omzet ! Kel. Besar Rp Rp
per siklus ! Kel. Menengah Rp Rp
! Kel. Kecil Rp Rp
11 Rerata asset ! Kel. Besar Rp Rp
! Kel. Menengah Rp Rp
! Kel. Kecil Rp Rp
12 Rerata ! Kel. Besar Rp Rp
Keuntungan ! Kel. Menengah Rp Rp
! Kel. Kecil Rp Rp
2 Bentuk koperasi Terlibat dalam lingkungan Klasifikasi/peringkat koperasi Menyalurkan dana MAP sejak:
sentra sejak
3 Jumlah MAP yang diterima: Jumlah dana MAP yang dapat Apakah penyaluran MAP sesuai Apakah KSP masih ada dan
disalurkan kepada pengusaha petunjuk pelaksanaan aktif?
Rp Rp ! Ya, ! Tidak, karena ! Ya, ! Tidak, karena
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 4
UKM Berbasis Agribisnis
FORM-2: Sentra
Saat Ini Awal Penyaluran
4 Jumlah pengusaha yang sudah menerima Unit Unit
dana MAP
5 Jumlah dana MAP Rp Rp
6 Total Asset Koperasi Rp Rp
b. BDSP
1 Nama BDS yang melayani Alamat BDS Nama Ketua
E. Sistem Agribisnis
Catatan keadaan subsistem HULU
G. Catatan Lain
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 239
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAMPIRAN 2
GAMBARAN BEBERAPA SENTRA AGRIBISNIS
FASILITASI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
(DRAF)
Namun jika diamati lebih jauh, maka tampaknya tidak ada satu sentra pun yang
berjalan sesuai dengan harapan awal program sentra. Ketidak lengkapan dapat
terjadi pada struktur atau pada prosesnya. Dari sisi struktur, biasanya salah satu
komponen sudah tidak ada. Sedangkan dari sisi proses, yang terjadi adalah
proses pembagian MAP tidak sesuai target pengusaha dan peruntukan, proses
pembayaran cicilan MAP, proses pembinaan, proses pengawasan dan proses
penegakan hukum tidak dilaksanakan.
Dari 20 sentra tersebut, akhirnya dipilih 2 sentra yang akan dikunjungi lebih
lanjut, yaitu (1) sentra rumput laut di Jeneponto dan (2) sentra rumput laut di
Bulukumba. Sentra rumput laut Jeneponto dipilih karena di tahun 2004 lalu,
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 240
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 241
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Pada kunjungan terakhir tahun 2004, sentra ini didampingi oleh primkopin Julu
Atia yang memiliki 2 unit, yaitu produksi (menampung rumput laut dari anggota)
dan simpan pinjam. Pada saat ini, Koperasi Julu Atia telah “dibagi” dua, agar
unit-unitnya menjadi koperasi yang berdiri sendiri. Dengan demikian, saat ini, di
sentra ada KSP Julu Atia, yang khusus menangani permodalan anggota, dan
Primkopin Baji Pamae, yang khusus menangani produksi (penjualan bibit,
pembalian hasil panen, pengolahan dan penjualan). Spin-off ini tidak murni
karena kebutuhan anggota yang semakin spesifik dan besar, tetapi lebih untuk
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 242
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Dalam pertemuan hari hari ini, kami tidak memiliki kesempatan menemui
pengurus KSP Julu Atia karena pengurus KSP (ketua) juga bertugas sebagai
anggota KPU yang sedang sibuk membantu pelaksanaan pilkada Sulsel.
Sedangkan pengurus lainnya (sekertaris dan Bendahara) sedang ke Makassar
untuk urusan lain. Pertemuan sepakat dilakukan pada hari Senin saja ketika
kunjungan ke dua dilakukan.
Produk utama sentra adalah rumput laut kering untuk bahan baku industri.
Infrastruktur sentra lengkap dari jalan yang baik dan jaringan transportasi publik
yang cukup, listrik, air bersih pompa, telepon kabel, bank dan lembaga keuangan
lainnya, pasar rumput laut, areal produksi, dan areal pemukiman.
Produk utama sentra saat ini berkembang menjadi 2, yaitu (1) rumput laut kering
(telah berjalan baik) dan (2) rumput laut hasil olah setengan jadi (baru dimulai
tahun 2006).
Jika dilihat dari sisi tahap produk, maka produk rumput laut kering tampak sudah
memasuki tahap dewasa sedangkan rumput laut olahan setengah jadi berada
dalam tahapan pembentukan. Sedangkan jka diperhatikan, dan dibandingkan
dengan keadaan tahun 2004, dapat dikatakan bahwa sentra sekarang sedang
ada dalam tahapan evolusi (yang belum jelas antara evolusi naik atau evolusi
turun). Di tahun 2004, sentra sedang dalam tahap berkembang.
Proses Produksi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 243
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Satu siklus produksi rumput laut kering mentah berlangsung selama kurang lebih
60 hari: 3 hari untuk persiapan, 50 hari untuk pemasangan, pembesaran, dan
perawatan, dan sekitar 3 hari untuk penjemuran/pengeringan.
Proses pengolahan rumput laut mentah (RLM) menjadi rumput laut matang
setengah jadi (RLMSJ) membutuhkan waktu kurang lebih 10 hari untuk
memenuhi kapasitas 20 ton (1 kontainer). Proses yangdilakukan adalah
Biaya bahan bakar untuk produksi 20 ton tersebut adalah Rp 12,000,000, Biaya
pembelian bahan baku adalah Rp 165,000,000 (30 ton x Rp 5.500) – (rendemen
sekitar 65-70%). Harga KOH adalah Rp 11,000 per liter. Secara total,
diperkirakan biaya produksi untuk menghasilkan 1 kg RLSJ adalah rp 15,000.
Harga jual RLSJ adalah antara USD 2.5 hingga USD 2.7 per kilogram atau dari
pengalaman ekspor yang telah dilakukan harga adalah Rp 20,250 per kg.
Ide pembuatan pabrik berasal dari buyer di China. Dana investasi mesin dan
gedung yang dialokasikan adalah Rp 2 M dari kementerian koperasi, tanah dan
pagar dari kabupaten, biaya transport mesin, pembuatan rumah genset dan
boiler, dan penambahan pagar sebesar Rp 300 juta dari koperasi. Bersama
mesin pengolahan ini Koperasi telah sempat melakukan 2 kali pengiriman ke
China tetapi sekarang terhenti karena embargo produk perikanan Indonesia oleh
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 244
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Masalah yang dihadapi saat ini adalah modal kerja. Koperasi tidak memiliki
kecukupan modal untuk melakukan operasi pengolahan secara kontinu (membeli
bahan baku). Jika diperhatikan di atas, kebutuhan modal kerja untuk 1 siklus
produksi (mengisi 1 kontainer) adalah sebesar kuarng lebih 200 juta. Jika proses
pengisian dapat dilakukan dalam waktu 10 hari, maka dalam 1 bulan dapat
dilakukan pengiriman sebagnyak 3 kontainer. Jika tempo pembayaran adalah
setelah barang dikirimkan/diterima di tujuan maka kebutuhan modal kerja
minimal adalah untuk 2 kali siklus produksi atau sekitar Rp 400 juta.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 245
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Gambaran Anggota
Secara umum ada 3 jenis anggota: (1) biasa, (2) besar, dan (3) kecil. Perbedaan
anggota ini dilihat dari jumlah bentang yang dimilikinya. Angota biasa, biasanya
memiliki antara 300 hingga 700 bentang penanaman rumput laut. Anggota besar
memiliki lebih dari 1000 hingga 3000 bentang. Sedangkan anggota kecil
biasanya hanya memiliki sekitar 100 bentang.
Satu bentang tali penanaman rumput laut memiliki panjang 30 m. Satu bentang
menghasilkan 15 kg rumput laut kering.
Dari jumlah anggota saat ini yang 250 orang. Sekitar 100 (40%) diantaranya
tergolong besar, 50% biasa, dan 10% kecil.
Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, upaya
peningkatan produksi jagung nasional juga sangat berpeluang untuk mengisi
pasaran dunia (Pingali 2001 dan Kasryno 2002). Peluang peningkatan produksi
jagung dalam negeri masih terbuka lebar baik melalui peningkatan produktivitas
maupun perluasan areal tanam utamanya pada lahan kering di luar Jawa. Secara
umum, produktivitas jagung nasional baru 3,2 t/ha. Kegiatan penelitian telah
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 246
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Jika produksi jagung dalam negeri berhasil ditingkatkan, maka import jagung
dapat di kurangi atau ditiadakan. Bahkan lebih jauh dari itu, pasar jagung
regional dan global yang terbuka dapat dimanfaatkan Indonesia. Hal tersebut
pada gilirannya tidak hanya menghemat devisa melainkan juga meningkatkan
cadangan devisa yang sangat diperlukan untuk memulihkan perekonomian
negara.
Petani anggota koperasi yang ditemui adalah petani pemilik tanah. Rata-rata
luas tanah yang mereka garap adalah antara 1 Ha hingga 1.5 Ha. Berikut
penuturan mereka.
Satu siklus produksi penanaman jagung berlangsung selama sekitar 100 hari.
Diluar waktu tersebut diperlukan tamgahan waktu untuk persiapan lahan dan
penanaman (3 hari), pemanenan (sekitar 3 hari) dan penjemuran (2-3 hari). Jika
musim sedang baik, dalam 1 tahun petani dapat melakukan 2 kali penanaman.
Bibit yang digunakan adalah bibit BISI-2. Bibit ini banyak disediakan di toko-toko
pertanian di jeneponto. Ketika ditanya apakah ini bibit yang terbaik, meskipun
tidak secara pasti, tetapi mereka berpendapat biit ini terbukti memerlukan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 247
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
perawatan yang tidak terlalu banyak dan cukup tahan terhadap hama. Harga
bibit di toko pertanian adalah sebesar Rp 30.000/kg. 1 hektare tanah
membutuhkan bibit sebanyak 20 kg.
Disamping biaya bibit dan biaya pupuk, petani juga perlu mengeluarkan biaya
tenaga kerja. Dalam proses persiapan lahan, penanaman bibit dan perawatan,
petani biasanya dibantu dengan 2 orang tenaga harian. Mereka diupah Rp
25.000 per hari (termasuk makan, kopi dan rokok). Diperkirakan waktu kerja
mereka adalah selama 25 hari.
Melihat penuturan tersebut, maka biaya produksi penanaman jagung kuning per
hektarenya diperkirakan sebesar Rp 1.705.000 per satu siklus tanam [Rp
600.000 (bibit), Rp 480.000 (pupuk), dan Rp 625.000 (tenaga kerja)].
Satu hektare lahan diperkirakan menghasilkan antara 3 hingga 6 ton jagung yang
dapat dijual dengan harga antara Rp 1.000 hingga Rp 1.300 per kilogram, harga
tahun 2007. Hasil ini membuat dugaan pendapatan petani per siklus tanam per
hektare adalah sebesar rp5.175.000 (4.500 kg x Rp 1.150/kg). Dengan
demikian, rerata keuntungan usaha per siklus tanam adalah Rp 3.470.000 per
siklus tanam (100 hari).
Pada saat-saat tertentu ketika harga jatuh, harga jual per kg adalah sebesar Rp
600. pada saat itu rerata keuntungan usaha petani adalah sebesar Rp 995.000
(Rp 2.700.000 – Rp 1.705.000). Dengan demikian variansi penerimaan
keuntungan petani jagung kuning di Kelara adalah sebesar Rp 2.475.000/rp
2.232.500 = 1.108.
Hasil panen jagung dijual kepada pembeli pengumpul yang tetap. Disebut
pedagang. Jumlahnya di sentra Kelara ada 5 orang. Hubungan dengan
pengumpul ini sudah berlangsung lama. Meskipun tidak diakui, tetapi pengurus
koperasi menyatakan tidak tertutup kemungkinan petani juga meminjam uang
kepada pedagang pengumpul jika tidak dapat meminjam kepada koperasi
(karena plafon atau hal lainnya).
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 248
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Jumlah anggota sentra kemungkinan besar secara relatif tidak bertambah terlalu
besar dalam 3 tahun terakhir ini. Perubahan angota sentra lebih disebabkan oleh
penerusan pengolahan tanah dari orang tua kepada anak, pembagian tanah
kepada anak, atau karena migrasi dan kematian. Penambahan anggota yang
signifikan diragukan karena jumlah tanah dikatakan tidak berubah (tidak ada
pembukaan lahan baru). Catatan koperasi menunjukkan anggota koperasi
meningkat dari 50 anggota pada awal tahun fasilitasi dan berkembang menjadi
243 saat ini. Hal ini menunjukkan yang bertambah adalah minat masyarakat
untuk menjadi anggota koperasi atau perluasan layanan koperasi menjangkau
desa lain di sekitar desa Tolo Selatan.
Tidak ada kerjasama pemasaran dan produksi yang dilakukan antar anggota
sentra. Kerjasama produksi yang dilakukan adalah pembuatan kesepakatan
waktu tanam dan jenis komoditas yang ditanam. Kesepakatan waktu tanam dan
jenis komoditas yang ditanam dilakuikan untuk meminimalkan gangguan hama.
B.1. Sentra Ikan Air Tawar; Kec. Metro Barat, Kota Metro -
Lampung
Potensi pengembangan budidaya ikan air tawar di Kota Metro masih sangat
menarik, mengingat dengan budidaya ikan seperti lele dan patin, masa panen
produk yang lebih singkat dibandingkan menanam padi, disisi lain banyak petani
ikan yang sudah mampu membuat pakan ikan dan melakukan pembibitan sendiri
dari limbah industri hasil pertanian lainnya, sehingga biaya produksi menjadi
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 249
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
lebih murah dan nilai jual produk menjadi lebih kompetitif. Hal ini yang
menyebabkan semakin banyak petani padi di Kota Metro mulai beralih ke usaha
budidaya ikan air tawar.
Ikan Hidup
Ikan Segar
Ikan Hidup Ikan Utuh
Ikan Beku
Pengalengan Beku
Pengasapan Kering/Asin
Penggaraman
Ekstrak Ikan
Pengeriangan
Kecap Ikan
Lainnya
Tepung Ikan
Minyak Ikan
Konsumen
akhir
(Masyarakat)
Indukan Ikan Pembenihan Pembesaran
Ikan Ikan Pedagang
lokal/ antar
daerah Restoran &
rumah makan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 250
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
! Visi sentra dalam pengembangan produk ikan air tawar serta fokus
utama pengembangan ikan lele dan patin membantu sentra dalam
mengembangkan sektor hulu dan hilir komoditas ini secara
konsisten. Pemahaman yang baik akan visi dari pengembangan
sentra terlihat dengan mulai diperkuatnya sektor-sektor di hulu dari
pengembangan agribisnis ikan air tawar. Perkuatan di sektor hulu
terbukti mampu menekan biaya produksi, hal ini menyebabkan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 251
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 252
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
daya tarik yang kuat terhadap pengembangan usaha ini dimasa yang
akan datang.
Daya saing produk sentra ini terletak pada low cost production
dibandingkan sentra ikan air tawar lainnya (terutama untuk ikan patin
yang 98% pasokan pakannya telah berhasil diproduksi sendiri oleh
petani di sentra tersebut). Hal ini berdampak pada tingginya nilai
kompetitif produk baik dari sisi persaingan harga jual maupun interest
yang dihasilkan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 253
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
! Modal sosial dalam sentra. Modal sosial dalam sentra antara lain
terlihat dengan eratnya hubungan sosial diantara warga, aktivitas
keagamaan maupun pertemuan antar sesama peternak ikan
dijadikan ajang tukar-menukar informasi dan kerjasama sesama
petani.
Sentra ini sebagian besar memproduksi ikan lele dan ikan patin, bentuknya baik
dalam bentuk benih maupun dalam bentuk siap konsumsi. Benih ikan lele
maupun ikan patin saat ini sudah berhasil diproduksi sendiri di dalam sentra.
Benih yang diproduksi di sentra inovasi penggunaan bahan-bahan alternatif (roti
expired, ikan asin expired, biskuit, bungkil kelapa, dll) dalam pembuatan pakan
ikan membantu petani untuk menekan harga pakan ikan sehingga memiliki daya
saing yang baik di pasaran.
Benih ikan lele atau patin yang dapat dibeli sesama anggota sentra atau di
biakkan sendiri ini, waktu pembenihan untuk patin atau lele memakan waktu 2
bulan. Untuk tahap pembesaran harus dipindah ke kolam yang memadai.
Pembesaran ikan lele 2 hingga 3 bulan atau dengan perhitungan telah mencapai
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 254
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
8 hingga 12 ekor untuk satu kilogramnya, sedangkan untuk patin bila ingin dijual
di pasaran memerlukan waktu 5 hingga 6 bulan atau 2 hingga 3 ekor untuk satu
kilogramnya.
Perawatan yang mudah dan daya tahan terhadap penyakit yang cukup tinggi
untuk kedua ikan ini menjadi salah satu daya tarik semakin banyak petani yang
bergerak untuk memeliharanya. Dalam kurun waktu antara 2 sampai 3 bulan
untuk lele dan 5 hingga 6 bulan untuk patin ini hanya perlu diperhatikan masalah
kualitas air dan ketersediaan pakan. Pekerja yang terlibat berkisar 2 hingga 3
orang ditambah pemiliknya sendiri.
Ikan-ikan yang siap panen biasanya sudah ada yang menampung, baik pembeli
datang sendiri ke kolam ikannya atau petani yang mengantarkan ikan hasil
panennya. Pemasaran ikan di lampung cukup baik karena sentra ini sudah
dikenal sehingga sirkulasi penjualan lancar
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 255
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
dan aktivitas jasa penunjang (koperasi dan bank). Kegiatan lain yang
berkembang dengan dasar ketersediaan sumber daya alam serta kebutuhan
untuk pengolahan ikan adalah tambak garam dan tambak ikan bandeng serta
industri pengolahan ikan (industri pengolahan ikan bandeng, ikan asin dan
bandeng presto duri lunak). Konsep hulu-hilir (off farm) serta on farm yang mulai
terbentuk di wilayah ini harus diperkuat dengan intervensi teknologi serta
peningkatan sumber daya manusia, penggunaan presto sebagai salah satu cikal
bakal pengembangan teknologi pengolahan ikan sudah mulai diterapkan walau
masih sebatas ikan bandeng, penggunaan alat seperti presto ini juga sebagai
upaya meningkatkan kualitas produk berupa meningkatkan taste (rasa) produk
dan menambah daya tahan produk dari kerusakan. Kerjasama dan komunikasi
sudah terjalin diantara sesama pengusaha pengolahan ikan maupun dengan
pengusaha pendukung (pemilik kapal, nelayan, koperasi, dsb), namun yang
masih menjadi kendala adalah kurangnya bimbingan dari pihak pemerintah
maupun perguruan tinggi atau lembaga riset lainnya dalam upaya membantu
pengembangan sektor-sektor off farm dan on farm di kluster pengolahan ikan ini.
Sentra pengolahan ikan yang merupakan salah satu industri yang berkembang di
kawasan Juwana – Pati ini. Selain industri pengolahan ikan, banyak industri lain
yang berkaitan dengan daya dukung alam dan segala aktivitas yang berkembang
di kawasan pantai Juwana. Kebutuhan modal yang besar menjadi kendala bagi
nelayan dan industri ikan yang ada di sana, terlebih dengan meningkatnya harga
BBM yang membuat nelayan semakin sulit untuk melaut karena membutuhkan
biaya yang sangat besar untuk setiap kali berangkat melaut. Sehingga saat ini
nelayan banyak yang tidak melaut karena kesulitan modal. Hal ini berdampak
pada industri di sentra pengolahan ikan, para bakulan mengalami kesulitan
berproduksi karena bahan bakunya yang berupa ikan-ikan layang, tongkol dan
ikan-ikan kecil lainnya sulit diperoleh. Kesulitan ini memicu peningkatan harga
ikan dan ketidakstabilan pasokan, sehingga tidak jarang pasokan ikan
didatangkan dari Pekalongan atau Tegal.
Kesulitan modal juga dialami oleh pengusaha pengolahan ikan di sentra ini,
dimana untuk menjalankan proses produksi yang berlangsung dalam satu hari
membutuhkan modal antara 15 hingga 25 juta, sedangkan penjualan ikan olahan
dibayarkan dengan sistem tunda untuk 3 hingga 4 kali pengiriman untuk tiap satu
kali pembayaran.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 256
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Aplikasi teknologi dalam pengolahan ikan yang perlu bimbingan lebih lanjut agar
para pengusaha dapat meningkatkan kualitas produk baik dari sisi rasa (taste),
daya tahan dan hygienitas (kebersihan produk). Perlunya intervensi pemerintah
maupun lembaga riset (perguruan tinggi) dalam membantu masyarakat
mengembangkan dan menerapkan teknologi baru di pengolahan ikan agar daya
saing produk klaster di pasaran tetap tinggi serta membangun inovasi produk
baru agar pasar tidak jenuh dengan produk yang sudah ada, disisi lain klaster
yang terbentuk dapat menjadi leader dalam pengolahan ikan sehingga tercipta
persaingan yang sehat diantara klaster pengolahan ikan lain.
Pada komoditi sapi potong di Lampung peranan usaha kecil dan menengah
sangat penting, terutama dalam usaha pembibitan dan penggemukan. Yang
perlu didorong terus adalah meningkatkan kemitraan dengan para peternak serta
perannya dalam membangun sistem perbibitan sapi, sehingga ketergantungan
terhadap sapi bakalan impor, secara bertahap dapat dikurangi. .
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 257
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Sapi Hidup
(live cow)
Daging Segar
(fresh meat)
Sapi Utuh
Sapi (whole)
Daging beku
(frozen meat)
Daging Segar
(fresh meat)
Daging Dendeng
Kalengan (Dried meat)
(in container)
Sapi Olahan
(prepared)
Daging Asap
(Smoked)
Abon
Keterangan : Komoditas
Sentra
Konsumen Akhir
(Masyarakat)
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 258
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 259
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
koperasi.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 260
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
! ketersediaan pasar.
! Konsistensi kebijakan
! Omset sentra
! Modal sosial dalam sentra. Modal sosial dalam sentra antara lain
terlihat dengan eratnya hubungan sosial diantara warga, aktivitas
keagamaan maupun pertemuan antar sesama peternak sapi
dijadikan ajang tukar-menukar informasi dan kerjasama sesama
petani. .
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 261
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
farm).
Karakteristik klaster untuk sentra ini belum dapat terlihat karena sentra ini baru
berdiri dan belum menunjukkan perkembangan atau proses produksi. Sistem
pemeliharaan sapi diserahkan koperasi kepada peternak masing-masing 2 ekor.
Kemudian para petani membentuk kelompok tani yang masing-masing terdiri dari
5 orang petani. Pengembangan komponen agribisnis yang dapat diusahakan
dengan model klaster hingga masih perlu diamati perkembangannya dalam
beberapa tahun mendatang.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 262
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Ikan Hidup
Ikan Segar
Ikan Hidup Ikan Utuh
Ikan Beku
Pengalengan Beku
Pengasapan Kering/Asin
Penggaraman
Ekstrak Ikan
Pengeriangan
Kecap Ikan
Lainnya
Tepung Ikan
Minyak Ikan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 263
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Pengolahan Konsumen
Ikan Pindang Akhir
(Masyarakat)
Ikan Laut
Hasil Pedagang
Tangkapan Tempat Antar Daerah
Pelelangan
Ikan Restoran &
Rumah
Pengolahan Makan
Ikan Asin
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 264
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
ini para pemilik UKM pengolahan ikan atau yang lebih dikenal
dengan istilah ”bakulan” telah membangun KUD atas inisiatif sesama
pengusaha ikan tersebut, modal awal Koperasi dikumpulkan dari
masing-masing anggota.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 265
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 266
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 267
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 268
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
! Modal sosial dalam sentra. Modal sosial dalam sentra antara lain
terlihat dengan eratnya hubungan sosial diantara warga di
kecamatan Juwana, kondisi sosial pedesaan yang masih baik
didukung oleh ikatan keagamaan yang kuat membantu dan
menunjang kelancaran komunikasi antar peternak. Adanya kegiatan
arisan dan pengajian rutin yang menjadikan cikal bakal para
pengusaha membentuk koperasi baru (koperasi serba usaha rukun
mina barokah) yang tujuan utamanya untuk mensuplai kebutuhan
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 269
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Bahan baku ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang masuk di Tempat
Pelelangan Ikan Bojomulyo-Juwana-Pati. Ikan yang digunakan untuk industri
pengolahan ikan ini adalah ikan-ikan kecil, yaitu jenis ikan Banyan, tongkol kecil,
sero/layang, sistem pembelian yang dilakukan dengan cara lelang. Pelelangan
terjadi dari subuh hingga menjelang siang hari.
Proses pengolahan ikan untuk pindang adalah sebagai berikut, Dari bakulan
yang mampunyai anak buah utk melakukan pembelian secara lelang, dibawa ke
gudang, lalu dicuci setelah dicuci disusun didalam besek bambu dengan jumlah 4
hingga 6 ekor ikan satu besek, selanjutnya besek disusun 9-12 besek per ikatan,
lalu ikatan tersebut digabungkan dengan ikatan-ikatan lain, digabung diatas
lempengan bambu, selanjutnya ikan-ikan tersebut dimasak di atas bak berisi
larutan garam jenuh dengan tungku api berbahan bakar kayu selama 15-20
menit, setelah dimasak lalu diangkat dengan dipikul menuju tempat selesai
produksi untuk ditiriskan lalu di angin-anginkan. Hingga tahap ini proses produksi
sudah selesai selanjutnya produk siap masukkan ke truk untuk dipasarkan.
Tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahan produk ikan pindang bisa mencapai
20 hingga 35 orang, sedangkan untuk ikan asin sekitar 3 sampai 8 orang.
Biasanya terdiri dari tenaga kerja wanita untuk bagian membersihkan ikan dan
menyusun ikan di dalam besek sedangkan untuk bagian merebus dan
mengangkut ikan dari satu tahapan pekerjaan ke tahapan pekerjaan lainnya
dilakukan oleh tenaga kerja pria. Tingkat pendidikan pekerja sebagian besar
masih rendah dengan tingkat keahlian yang sederhana untuk menangani
pembuatan ikan pindang atau ikan asin.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 270
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
tiga atau ke empat diterima oleh pedagang maka pembayaran untuk pembelian
produk yang pertama baru dilakukan. Lamanya waktu pembayaran ini
menyebabkan tingkat kebutuhan modal yang cukup besar agar proses produksi
dapat terus berjalan tanpa terganggu oleh pengendapan modal produksi di
pedagang.
Untuk memenuhi kebutuhan modal, banyak cara yang dilakukan oleh para
bakulan ikan ini, yaitu dapat melalui pinjaman koperasi, pinjaman dari bank atau
pinjaman antar pribadi di dalam keluarga atau tetangga. Telah banyak bank yang
berada di kota Juwana, seperti BRI dan LIPPO. Pinjaman dari bank juga banyak
yang digunakan untuk membeli sarana transportasi produk ke pedagang, yaitu
berupa truk dengan sistem pembayaran cicilan perbulan.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 271
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
industri pengolahan ikan (industri pengolahan ikan bandeng, ikan asin dan
bandeng presto duri lunak). Konsep hulu-hilir (off farm) serta on farm yang mulai
terbentuk di wilayah ini harus diperkuat dengan intervensi teknologi serta
peningkatan sumber daya manusia, penggunaan presto sebagai salah satu cikal
bakal pengembangan teknologi pengolahan ikan sudah mulai diterapkan walau
masih sebatas ikan bandeng, penggunaan alat seperti presto ini juga sebagai
upaya meningkatkan kualitas produk berupa meningkatkan taste (rasa) produk
dan menambah daya tahan produk dari kerusakan. Kerjasama dan komunikasi
sudah terjalin diantara sesama pengusaha pengolahan ikan maupun dengan
pengusaha pendukung (pemilik kapal, nelayan, koperasi, dsb), namun yang
masih menjadi kendala adalah kurangnya bimbingan dari pihak pemerintah
maupun perguruan tinggi atau lembaga riset lainnya dalam upaya membantu
pengembangan sektor-sektor off farm dan on farm di kluster pengolahan ikan ini.
Sentra pengolahan ikan yang merupakan salah satu industri yang berkembang di
kawasan Juwana – Pati ini. Selain industri pengolahan ikan, banyak industri lain
yang berkaitan dengan daya dukung alam dan segala aktivitas yang berkembang
di kawasan pantai Juwana. Kebutuhan modal yang besar menjadi kendala bagi
nelayan dan industri ikan yang ada di sana, terlebih dengan meningkatnya harga
BBM yang membuat nelayan semakin sulit untuk melaut karena membutuhkan
biaya yang sangat besar untuk setiap kali berangkat melaut. Sehingga saat ini
nelayan banyak yang tidak melaut karena kesulitan modal. Hal ini berdampak
pada industri di sentra pengolahan ikan, para bakulan mengalami kesulitan
berproduksi karena bahan bakunya yang berupa ikan-ikan layang, tongkol dan
ikan-ikan kecil lainnya sulit diperoleh. Kesulitan ini memicu peningkatan harga
ikan dan ketidakstabilan pasokan, sehingga tidak jarang pasokan ikan
didatangkan dari Pekalongan atau Tegal.
Kesulitan modal juga dialami oleh pengusaha pengolahan ikan di sentra ini,
dimana untuk menjalankan proses produksi yang berlangsung dalam satu hari
membutuhkan modal antara 15 hingga 25 juta, sedangkan penjualan ikan olahan
dibayarkan dengan sistem tunda untuk 3 hingga 4 kali pengiriman untuk tiap satu
kali pembayaran.
Aplikasi teknologi dalam pengolahan ikan yang perlu bimbingan lebih lanjut agar
para pengusaha dapat meningkatkan kualitas produk baik dari sisi rasa (taste),
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 272
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Sapi Hidup
(live cow)
Daging Segar
(fresh meat)
Sapi Utuh
Sapi (whole)
Daging beku
(frozen meat)
Daging Segar
(fresh meat)
Daging Dendeng
Kalengan (Dried meat)
(in container)
Sapi Olahan
(prepared)
Daging Asap
(Smoked)
Abon
Keterangan : Komoditas
Sentra
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 273
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 274
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 275
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 276
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 277
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Namun potensi pasar yang masih prospektif ini juga harus mendapat
proteksi dari pemerintah, baik dari tindakan maupun dalam membuat
kebijakan yang berpihak dan melindungi para peternak lokal, karena
ditinjau dari tingkat kompetitifnya sentra ini masih jauh bila harus
bersaing dengan produk sapi pedaging dari luar negeri (Australia
atau New Zealand). Kondisi yang buruk pernah terjadi di tahun 2003
hingga 2005 dimana pasar dibanjiri oleh produk sapi pedaging dari
Australia sedangkan peternak lokal tidak mampu menekan biaya
produksi, sehingga kerugian besar pernah dialami para peternak sapi
kereman di masa itu.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 278
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 279
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
! Modal sosial dalam sentra. Modal sosial dalam sentra antara lain
terlihat dengan eratnya hubungan sosial diantara warga di
kecamatan Winong, kondisi sosial pedesaan yang masih baik
didukung oleh ikatan keagamaan yang kuat membantu dan
menunjang kelancaran komunikasi antar peternak
Bibit sapi yang dibeli di lokasi pembibitan atau didatangkan ke Desa Winong
sebelum di kirim ke pasar hewan di kab Pati. Biaya kirim sapi setelah transaksi
pembelian ditanggung oleh penjual. Sapi biasanya dikandangkan di tempat yang
tertutup beratap dan menyatu dengan bangunan rumah. Sapi sering dimandikan,
kebersihan kandang kurang terjaga walaupun ada usaha membersihakan
kandang setiap hari. Tenaga kerja yang digunakan untuk merawat sapi-sapi ini
yang utama hanyalah pemiliknya, kadang dibantu oleh anggota keluarganya.
Bibit sapi yang dibeli dalam bentuk bibit sapi muda yang memiliki kriteria tertentu
agar bisa digemukkan dengan cepat. Bibit sapi kereman berasal dari lokal
kabupaten maupun dari provinsi lain, lokal kabupaten yaitu dari Desa
Pucakwangi dan dari provinsi lain yaitu dari Mojokerto, Pamotan, Tuban, Jawa
Timur. Sapi yang digemukkan ada dua jenis yaitu sapi Jawa lokal dan sapi
Brahma (blasteran lokal dengan sapi Australia) Masa penggemukkan rata-rata
berkisar 5-7 bulan. Pakan utamanya adalah jerami dicampur dengan dedak.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 280
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Untuk tambahan pakan, ditambahkan ampas tapioka yang diperoleh dari pabrik
tapioka di lokal kabupaten dan konsentrat pakan sapi untuk penggemukkan yaitu
berupa campuran daun-daunan dan biji-bijian yang diproduksi oleh pembuatan
pakan ternak di Klaten-Jawa Tengah.
Sub Sistem Agribisnis sebagai Ciri Klaster di Sentra Sapi Kereman Winong
1. Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness ) Wilayah jangkauan
lokal regional nasional ekspor impor
- pasokan bibit :
Lokal : Pucakwangi dan Jaken
Regional : Solo, Boyolali, Ambarawa, Pamotan, Jatirogo
- pasokan pakan :
Jerami : Winong (lokal desa)
Dedak : Winong (lokal desa)
Air : Winong (lokal desa)
Konsentrat : Klaten (regional propinsi)
Ampas Tapioka : Pati Utara (lokal kabupaten)
Kesulitan bahan pakan ternak saat kemarau biasanya memicu kenaikan harga
pakan, yang besar pengaruhnya yaitu harga dedak yang bisa mencapai 800/kg
dari harga normalnya 400 s.d. 500/kg. Masa pemeliharaan biasanya 5 hingga 7
bulan. Sistem penjualannya yaitu para kulakan sapi yang sebagian besar
merupakan penduduk lokal juga berkeliling desa untuk mencari sapi yang sudah
siap dijual, bila telah ditemukan yang sesuai, maka transaksi dilakukan, harga
sapi berkisar 9 hingga 16 juta rupiah per ekor tergantung besar dan berat
sapinya. Berat sapi dilakukan berdasarkan perkiraan saja. Bila harga telah
disepakati maka sapi dibeli dengan pembayaran tunai atau tempo. Ada juga
penjualan sapi melalui pasar sapi di Winong, Sapi dibawa ke pasar sapi dan
didaftarkan selanjutnya penjualan dapat dilakukan oleh pemilik maupun dapat
diserahkan kepada broker atau yang lebih dikenal dengan blantik sapi.
LAPORAN AKHIR
Kajian Efektifitas Model
Penumbuhan Klaster Bisnis 281
UKM Berbasis Agribisnis
Lampiran
Selanjutnya sapi yang telah berpindah ke tangan para kulakan sapi antar daerah
dibawa ke berbagai daerah di pulau Jawa dengan truk ke rumah pemotongan
hewan (RPH) untuk dipotong dan disebarkan melaui lagi kepasar-pasar modern
maupun tradisional, hasilnya bisa langsung ke konsumen akhir atau diolah
terlebih dahulu menjadi bakso, abon, dendeng ataupun dimanfaatkan kulitnya
untuk industri pengolahan kulit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Ciri klaster yang baru tampak hanyalah ketersediaan pakan ternak yang dapat
dipenuhi oleh dalam lingkup lokal wilayah, hal ini pun masih dibayangi oleh
fluktuasi harga karena masalah musim. Sedangkan identitas klaster lainnya
dinilai masih terlalu lemah tampak dari sentra ini.
Keberadaan sentra sapi kereman di Desa Winong merupakan salah satu mata
pencaharian masyarakatnya, tetapi sebagian besar usaha sapi kereman ini
merupakan usaha yang harus berdampingan dengan usaha utamanya yaitu
menanam padi. Alasannya karena pakan utama sapi yang dibesarkan ini adalah
jerami kering padi sisa hasil panen padi mereka. Selain jerami, campuran pakan
ternak lainnya yaitu dedak, ampas tapioka, konsentrat dan air. Rata-rata
peternak memelihara dua ekor sapi untuk dibesarkan, hal ini terkait dengan
keterbatasan modal dan ketersediaan bahan pakan ternak.
Kondisi sentra sapi kereman di Kecamatan Winong, saat ini tetap ada, BDS-nya
masih ada namun sudah tidak aktif membina sentranya, pendampingan yang
seharusnya dilakukan BDS, saat ditanyakan ke ukm-ukm di sentra ternyata tidak
berjalan sejak diterimanya modal awal dan padanan (MAP). Koperasi, koperasi
unit desa ”Winong” saat ini masih tetap ada, namun pengelolan modal awal dan
padanan saat ini tidak berjalan, pengembalian modal yang dikelolanya
mengalami kemacetan, hanya beberapa ukm yang mencicil bunga dari
pinjamannya sebesar 117ribu rupiah perbulan, sedangkan pokok pinjamannya
belum ada yang dikembalikan. Total pengembalian bunga dan pokok pinjaman
dana bergulir sebesar 15 juta rupiah atau 7.5% dari 200 juta rupiah total dana
MAP yang disalurkan di sentra ini
LAPORAN AKHIR