Anda di halaman 1dari 17

ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT

MAKALAH

TUGAS Etika dan Tanggung Jawab Profesi


Disusun Oleh :

1. Clara Ripty Pratiwi 010117112


2. Fanni Kurniawan 010117104
3. Ferlita Juliani 010117114
4. Indah Komalasari 010117088
5. Monica Rossa 010117132
6. Muhammad Fauzi Said 010117125
7. Wylda Yunita 010117137

Kelas CD Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor

2021

( ......................................... )

Dosen Mata Kuliah

Iwan Darmawan , S.H,.M.H


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga penyusun berhasil
menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu untuk menyelesaikannya yaitu makalah
Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum yang berjudul “Etika Sebagai Cabang
Filsafat”

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Bogor, Maret 2021

Penyusun
BAB 1 Isakbasjfbjdsfbdjbfjsddsambf,jsdbdj,fbsfjbsjfbs,jfbs,fbs,jfbs,jfbs,f
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pada dewasa ini terlihat gejala-gejala kemerosotan etika. Kata-kata etika,
tidak hanya terdengar dalam ruang kuliah saja badan tidak hanya menjadi
monopoli kaum cendikiawan. Diluar kalangan intelektual pun sering disinggung
tentang hal-hal seperti itu. Jika seseorang membaca surat kabar atau majalah,
hampir setiap hari ditemui kata-kata etika. Berulang kali dibaca kalimat-kalimat
semacam ini. Dalam dunia bisnis etika semakin merosot. Di televisi akhir-akhir ini
banyak iklan yang kurang memerhatikan etika. Bahkan dalam pidato para pejabat
pemerintah kata etika banyak digunakan, tetapi kenyataaannya masih banyak
pejabat justru melanggar etika. Etika merupakan yang berbicara nilai etika dan
norma etika, membicarakan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang
filsafat, etika sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan
mengenai norma etika. Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional
mengenai nilai etika dan pola perilaku hidup manusia. Etika membicarakan soal
nilai yang merupakan salah satu dari cabang filsafat. Etika bermaksud membantu
manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan karena
setiap tindakannya selalu dipertanggung jawabkan.
Etika sebagai cabang filsafat merupakan sebuah peranan seperti halnya
agama, politik, bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung yang telah ada sejak dahulu kala
dan diwariskan secara turun temurun. Etika sebagai cabang filsafat menjadi
refleksi krisis terhadap tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk
membuat orang bertindak sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus
bertindak berdasarkan pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau
membangun tingkah laku baik.
Dalam hal ini akan mencoba memberikan alternatif pemecahan dengan membahas
tentang “Etika Sebagai Cabang Filsafat”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Cabang filsafat yang paling tua menurut Poedjawijatna

2. Sistematika filsafat yang dikenal menurut Eerste Nederlandse Sytematich


Ingerichte Encyclopaedie (E.N.S.I.E.)

3. Bagaimana hubungan etika dengan filsafat ?

1.3 Tujuan

Supaya menambah wawasan dan pengetahuan tentang Cabang dan sistematika filsafat,
serta hubungan antara etika dengan filsafat.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik buruk. Etika
disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang pertimbangan-pertimbangan
tentang tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia.
Etika dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral
dari kata mores yang berarti cara hidup atau adat. Ada perbedaan antara etika dan moral.
Moral lebih tertuju pada suatu tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, bisa juga
berarti sistem ajaran tentang nilai baik buruk. Sedangkan etika adalah adalah pengkajian
secara mendalam tentang sistem nilai yang ada, Jadi etika sebagai suatu ilmu adalah
cabang dari filsafat yang membahas sistem nilai (moral) yang berlaku. Moral itu adalah
ajaran system nilai baik-buruk yang diterima sebagaimana adanya, tetapi etika adalah
kajian tentang moral yang bersifat kritis dan rasional. Dalam perspektif ilmu, istilah ajaran
moral Jawa berbeda dengan Etika Jawa dalam hal cakupan pembahasannya. Banyak
pendapat tentang etika, dalam tulisan ini sengaja hanya dikutip sedikit pendapat yang
memadai.

“Ethic (from Greek Ethos “character” is the systematic study of the nature of value
concept, “good” , “bad”, “ought”, “right” , “wrong” , etc. and of the general principles
which justify us in applaying them to anything; also called „moral philosophy‟. “
(Encyclopedia Britanica: 752)

“The term „Ethics is used in three different but related ways, signifying 1) a general
pattern or way of life, 2) a set rules of conduct or moral code, 3) inquiry about way of life
of rules of conduct”. (Edwards, Encyclopedia of Philosophy: 81)

Secara umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis; pertama etika deskriptif
yang menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan masalah baik-
buruk tindakan manusia dalam hidup bersama. Yang ke dua etika normatif, suatu kajian
terhadap ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu perlu mengajukan alasan
rasional terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan mengapa hal itu sebagai suatu keharusan.
Etika normatif terbagi menjadi dua: etika umum yang membicarakan tentang kebaikan
secara umum, dan etika khusus yang membicarakan pertimbangan baik buruk dalam
bidang tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pengertian etika sering disamakan dengan
moral, bahkan lebih jauh direduksi sekedar etiket. Moral berkaitan dengan penilaian baik-
buruk mengenai halhal yang mendasar yang berhubungan dengan nilai kemanusiaan,
sedang etika /etiket berkaitan dengan sikap dalam pergaulan, sopan santun, tolok ukur
penilaiannya adalah pantas-tidak pantas.

Di samping itu ada istilah lain yang berkaitan dengan moral, yaitu norma. Norma
berarti ukuran, garis pengarah, aturan, kaidah pertimbangan dan penilaian. Norma adalah
nilai yang menjadi milik bersama dalam suatu masyarakat yang telah tertanam dalam
emosi yang mendalam sebagai suatu kesepakatan bersama (Charis Zubair: 20) Norma ada
beberapa macam: norma sopan santun, norma hukum, norma kesusilaan (moral), norma
agama. Masing-masing norma ini mempunyai sanksi.

Fenomena yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa ini adalah bahwa
masyarakat hanya takut pada norma hukum yang mempuyai sangsi yang jelas dan tegas
yang pelaksanaannya berdasarkan kekuatan memaksa. Sedang norma moral yang
pelaksanaannya berdasarkan kesadaran sebagai manusia, tidak ada sangsi yang nyata mulai
ditinggalkan. Esensi pembeda antara manusia dan makhluk lain adalah pada aspek
moralnya. Pada moral lah manusia menemukan esensi kemanusiaannya, sehingga etika dan
moral seharusnya menjadi landasan tingkah laku manusia debgan segala kesadarannya.
Ketika norma moral (moralitas) tidak ditakuti/dihargai maka masyarakat akan kacau.
Moralitas mempunyai nilai yang universal, dimana seharusnya menjadi spirit landasan
tindakan manusia. Norma moral muncul sebagai kekuatan yang amat besar dalam hidup
manusia. Norma moral lebih besar pengaruhnya dari pada norma sopan santun (pendapat
masyarakat pada umumnya), bahkan dengan norma hukum yang merupakan produk dari
penguasa. Atas dasar norma morallah orang mengambil sikap dan menilai norma lain.
Norma lain seharusnya mengalah terhadap norma moral. (Magnis Suseno: 21) Thomas
Aquinas berpendapat bahwa suatu hukum yang bertentangan dengan hukum moral akan
kehilangan kekuatannya.Filsafat adalah kajian masalah mendasar dan umum tentang
persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa. Istilah ini
kemungkinan pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras.

Filsafat merupakan suatu cara memandang sebuah kebenaran yang bersumber dari
panca indera (maaf mengartikan sendiri, namanya juga belajar menalar). Dalam filsafat
dikenal cabang-cabang filsafat diantaranya logika, epistemologi, etika, estetika dan
metafisika.
1) Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya suatu pemikiran kita.
Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan
sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan seseorang akan dapat menerapkan asas
bernalar sehingga dapat menarik kesimpulan dengan tepat

2) Epistemologi
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang menerangkan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan
kesahihan pengetahuan. Contohnya dalam filsafat ilmu yaitu mempelajari tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi
dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta
mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya.

3) Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik-buruk. Etika dapat membantu kita mengetahui dan
memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori tertentu. Jadi objek material
etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar dan bebas.
Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan.
4) Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dari
estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar estetika diharapkan dapat
membedakan antara estetika filsafat dan estetika ilmiah, teori-teori keindahan, definisi
seni, nilai seni dan teori penciptaan dalam seni.

5) Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Metafisika
membicarakan sesuaru di balik yang tampak. Dengan belajar metafisika maka seseorang
akan mengenal Tuhannya. Perosalan metafisis dibagi tiga yaitu ontologi, kosmologi, dan
antropologi. Contoh persoalan metafisika antara lain apakah ruang dan waktu itu?manusia
sebagai mahluk bebas atau tidak bebas?

Itulan cabang filsafat dan saya yakin bagi para pemula seperti saya akan rumit sekali
mencernanya. Saya kagum pada dosen filsafat yang bisa menjelaskan tentang hal-hal
tersebut.

Sejarah Filsafat Yunani


Lahirnya filsafat yunani diperkirakan pada abad ke 6 SM. Orang yunani yang hidup
pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus
diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu
kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos (dongeng-dongeng). Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli
pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isi
alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini
sebagai suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan meninggalkan
hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu
kebebasan berfikir, ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang
dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek
Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.Pelaku filsafat
adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada
dasarnya isi sejarah filsafat. Memang pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga
tempat yaitu indera, akal dan hati. Namun, akal dan hatilah yang paling menentukan.
Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah
berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya samasama menang. Diantara
keduanya dalam sejarah telah terjadi perebutan dominasi siapa yang kuasa dalam
mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis
yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam
dada. Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat. Sedangkan
hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik,
iman termasuk disini.91 Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana
mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Dalam sejarah filsafat yunani biasanya
dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam
alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada
keteranganketerangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan
tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan
itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari
jawabannya apakah sebetulnya alam itu.

2.2 Cabang Filsafat

Menurut IR. Poedjawijatna membagi filsafat itu menjadi :

• Ontologia / Metaphysica,, (Filsafat Ada Umum)


• Theodicea, (Filsafat Ada Mutlak)
• Antropologia, (Filsafat Manusia)
• Ethica, (Filsafat Tingkah Laku)
• Logica (Filsafat Budi),
• Aesthetica (Filsafat Keindahan)
2.3 Sistematika Filsafat menurut Eerste Nederlandse Sysytematich Ingerichte
Encyclopaedie (E.N.S.I.E.)

• Metafisika;
• Logika;
• Filsafat mengenal;
• Filsafat pengetahuan;
• Filsafat alam;
• Filsafat kebudayaan;
• Etika;
• Aestetika; dan
• Anthropologi.

2.4 Hubungan Etika dengan Ilmu Filsafat


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala sesuatu yang ada dan
yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Bagian-bagiannya meliputi:
o Metafisika yaitu kajian dibalik alam yang nyata,
o Kosmologia yaitu kajian tentang alam,
o Logika yaitu pembahasa tentang cara berpikir cepat dan tepat,
o Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia,
o Teologi yaitu pembahasan tentang ketuhanan,
o Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat.
Banyak ilmu yang pada mulanya merupakan bagian dari filsafat, tetapi karena ilmu
tersebut kian meluas dan berkambang, akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan
terlepas dari filsafat. Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih
diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, ia merupakan ilmu yang mempunyai
identitas sendiri.(Alfan: 2011).
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina seperti indera bersama,
estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa manusia untuk memperoleh konsep-konsep
dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia
berpisah dengan badan, maka ia selamanya akan berada dalam kesenangan. Jika ia
berpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi hawa nafsu.
Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina memberi petunjuk dalam
pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih
lanjut menjadi konsep ilmu etika.
Ibn Khaldun dalam melihat manusia mendasarkan pada asumsi-asumsi
kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran Islam. Ia
melihat sebagai mekhluk berpikir. Oleh karena itu, manusia mampu melahirkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk
lainnya. Lewat kemampuan berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya,
tetapi juga menaruh perhatian pada berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-
proses semacam ini melahirkan peradaban. Dalam pemikiran ilmu, Ibn Khaldun tampak
bahwa manusia adalah makhluk budaya yang kesempurnaannya baru akan terwujud
manakla ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang perlunya
pembinaan manusia, termasuk dalam membina etika. Gambaran tentang manusia yang
terdapat dalam pemikiran filosofis itu akan memberikan masukan yang amat berguna
dalam merancang dan merencanakan tentang cara-cara membina manusia,
memperlakukannya, dan berkomunikasi dengannya. Dengan cara demikian akan tercipta
pola hubungan yang dapat dilakukan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan damai
(M.Yatimin Abdullah: 2006).
Etika sebagai cabang filsafat dapat dipahami bahwa istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai ketentuan baik atau buruk.
Etika memiliki objek yang sama dengan filsafat, yaitu samasama membahas tentang
perbuatan manusia. Filsafat sebagai pengetahuan berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya berdasarkan pikiran. (Yatimin: 2006) Jika ia memikirkan pengetahuan jadilah ia
filsafat ilmu, jika memikirkan etika jadilah filsafat etika. (Ahmad Tafsir: 2005)

2.5 Etika Sebagai Ciri Khas Filsafat


Etika filsafat merupakan ilmu penyelidikan bidang tingkah laku manusia yaitu
menganai kewajiban manusia, perbuatan baik buruk dan merupakan ilmu filsafat tentang
perbuatan manusia. Banyak perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik atau buruk,
tetapi tidak semua perbuatan yang netral dari segi etikanya. Contoh, bila di pagi hari saya
menganakan lebih dulu sepatu kanan dan kemudian sepatu kiri, perbuatan itu tidak
mempunyai hubungan baik atau buruk. Boleh saja sebaliknya, sepatu kiri dulu baru
kemudian sepatu kanan. Cara itu baik dari sudut efisiensi atau lebih baik karena cocok
dengan motorik saya, tetapi cara pertama atau kedua tidak lebih baik atau lebih buruk dari
sudut etika. Perbuatan itu boleh disebut tidak mempunyai relevansi etika Immanuel Kant
(1724-1804) berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan etika yang tertanam dalam
jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi
perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan baik. Etika filsafat merupakan suatu tindakan
manusia yang bercorak khusus, yaitu didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan
buruk. Etika sebagai cabang filsafat sebenarnya yang membedakan manusia daripada
makhluk Tuhan lainnya dan menempatkannya bila telah menjadi tertib pada derajat di atas
mereka. (M. Yatimin Abdullah: 2006).
Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Mohamad Mufid: 2009 bahwa etika
sering disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai
tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan utama hidupnya. Etika membahas baik-
buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti
kewajiban-kewajiban manusia. Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya
berbuat atau bertindak. Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika
menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semuah norma dari luar dan dari
dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moral yang otonom. Etika menyelidiki dasar
semua norma moral. Dalam etika biasanya dibedakan antara etika deskriptif dan etika
normatif.
1. Etika Deskriptif Etika deskriptif menguraikan dan menjelaskan kesadaran-kesadaran dan
penngalaman moral secara deskriptif. Ini dilakukan dengan bertitik pangkal pada
kenyataan bahwa terdapat beragam fenomena moral yang dapat digambarkan dan
diuraikan secara ilmiah. Etika deskriptif berupaya menemukan dan menjelaskan kesadaran,
keyakinan dan pengalaman moral dalam suatu kultur tertentu. Etika deskriptif dibagi
menjadi dua, yaitu:
i. Sejarah moral, yang meneliti cita-cita, aturan-aturan dan
normanorma moral yang pernah berlaku dalam kehidupan manusia
dalam kurun waktu dan tempat tertentu.
ii. Fenomenologi moral, yang berupaya menemukan arti dan makna
moralitas dari beragam fenomena yang ada.
Fenomenologi moral berkepentingan untuk menjelaskan fenomena moral yang terjadi
masyarakat. Ia tidak memberikan petunjuk moral dan tidak mempersalahkan apa yang
salah.

2. Etika Normatif Etika normatif dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran
atau norma yang dapat dipakai untuk menanggapi menilai perbuatan. Etika ini dapat
menjelaskan tentang nilai-nilai yang seharusnya dilakukan serta memungkinkan manusia
untuk mengukur tentang apa yang terajdi. Etika normatif menagandung dua bagian besar,
yaitu: pertama membahas tentang teori nilai (theory of value) dan teori keharusan (theory
of obligation).
Kedua, membahas tentang etika teologis dan etika deontelogis. Teori nilai
mempersoalkan tentang sifat kebaikan, sedangkan teorin keharusan membahas tingkah
laaku. Sedangkan etika teolog berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh
konsekuensinya. Adapun deontologis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan
ditentukan oleh sebab-sebab yang menjadi dorongan dari tindakan itu, atau ditetukan oleh
sifat-sifat hakikinya atau oleh keberadaannya yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan
prinsipprinsip tertentu. (Muhammad In’am Esha, 2010) Ciri khas etika filsafat itu dengan
jelas tampak juga pada perbuatan baik-buruk, benar-salah, tetepi diantara cabang-cabang
ilmu filsafat mempunyai suatu kedudukan tersendiri. Ada banyak cabang filsafat, seperti
filsafat alam, filsafat sejarah, filsafat kesenian, filsafat hukum, dan filsafat agama. Sepintas
lalu rupanya etika filsafat juga menyelidiki suatu bidang tertentu, sama halnya seperti
cabang-cabang filsafat yang disebut tadi. Semua cabang filsafat berbicara tentang yang
ada, sedangkan etika filsafat membahas yang harus dilakukan. Karena itu etika filsafat
tidak jarang juga disebut praktis karena cabang ini langsung berhubungan dengan perilaku
manusia, dengan yang harus atau tidak boleh dilakukan manusia. Perlu diakui bahwa etika
sebagai cabang filsafat, mempunyai batasan-batasan juga. Contoh, mahasiswa yang
memperoleh nilai gemilang untuk ujian mata kuliah etika, belum tentu dalam perilakunya
akan menempuh tindakan-tindakan yang paling baik menurut etika, malah bisa terjadi nilai
yang bagus itu hanya sekedar hasil nyontek, jadi hasil sebuah perbuatan yang tidak baik
(M. Yatim Abdullah: 2006).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik buruk. Etika
disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang pertimbangan-pertimbangan
tentang tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia.
Etika dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral
dari kata mores yang berarti cara hidup atau adat. Ada perbedaan antara etika dan moral.
Moral lebih tertuju pada suatu tindakan atau perbuatan yang sedang dinilai, bisa juga
berarti sistem ajaran tentang nilai baik buruk. Sedangkan etika adalah adalah pengkajian
secara mendalam tentang sistem nilai yang ada, Jadi etika sebagai suatu ilmu adalah
cabang dari filsafat yang membahas sistem nilai (moral) yang berlaku.
Secara umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis; pertama etika deskriptif
yang menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan masalah baik-
buruk tindakan manusia dalam hidup bersama. Yang ke dua etika normatif, suatu kajian
terhadap ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu perlu mengajukan alasan
rasional terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan mengapa hal itu sebagai suatu keharusan.
Etika normatif terbagi menjadi dua: etika umum yang membicarakan tentang kebaikan
secara umum, dan etika khusus yang membicarakan pertimbangan baik buruk dalam
bidang tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pengertian etika sering disamakan dengan
moral, bahkan lebih jauh direduksi sekedar etiket. Moral berkaitan dengan penilaian baik-
buruk mengenai halhal yang mendasar yang berhubungan dengan nilai kemanusiaan,
sedang etika /etiket berkaitan dengan sikap dalam pergaulan, sopan santun, tolok ukur
penilaiannya adalah pantas-tidak pantas.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Bagian-bagiannya meliputi:
o Metafisika yaitu kajian dibalik alam yang nyata,
o Kosmologia yaitu kajian tentang alam,
o Logika yaitu pembahasa tentang cara berpikir cepat dan tepat,
o Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia,
o Teologi yaitu pembahasan tentang ketuhanan,
o Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia.
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina seperti indera bersama,
estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa manusia untuk memperoleh konsep-konsep
dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia
berpisah dengan badan, maka ia selamanya akan berada dalam kesenangan. Jika ia
berpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi hawa nafsu.
Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina memberi petunjuk dalam
pemikiran filsafat terhadap bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih
lanjut menjadi konsep ilmu etika.
Ibn Khaldun dalam melihat manusia mendasarkan pada asumsi-asumsi
kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran Islam. Ia
melihat sebagai mekhluk berpikir. Oleh karena itu, manusia mampu melahirkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk
lainnya. Lewat kemampuan berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya,
tetapi juga menaruh perhatian pada berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-
proses semacam ini melahirkan peradaban. Dalam pemikiran ilmu, Ibn Khaldun tampak
bahwa manusia adalah makhluk budaya yang kesempurnaannya baru akan terwujud
manakla ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang perlunya
pembinaan manusia, termasuk dalam membina etika. Gambaran tentang manusia yang
terdapat dalam pemikiran filosofis itu akan memberikan masukan yang amat berguna
dalam merancang dan merencanakan tentang cara-cara membina manusia,
memperlakukannya, dan berkomunikasi dengannya. Dengan cara demikian akan tercipta
pola hubungan yang dapat dilakukan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan damai
(M.Yatimin Abdullah: 2006).
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.slideshare.net/mobile/AGADEFRA/etika-sebagai-cabang-filsafat
2. https://www.kompasiana.com/faridalaily/5df107d1d541df43ad1b99d5/analisis-
kajian-filsafat-ilmu-ii
3. http://repository.iainbengkulu.ac.id/4099/1/Bahan%20Ajar%20%20Filsafat%20%2
0Jilid%20I%20Edi%20Sumanto%2C%20M.Ag.pdf
4. http://nikarlina.blogspot.com/2013/09/dasar-dasar-filsafat.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai