Gel Betametason
Gel Betametason
Disusun oleh:
Ismayati
P17335114014
JURUSAN FARMASI
2015
SEDIAAN GEL STERIL BETAMETASON BENZOAT 0,1%
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu mengetahui formulasi yang tepat dalam pembuatan gel steril betametason
benzoat 0,1%
Mampu membuat sediaan pembuatan gel steril betametason benzoat 0,1%
Mampu mengevaluasi sediaan gel steril betametason benzoat 0,1%
II. PENDAHULUAN
Obat topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam
terapi dermatologi. Obat ini terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif.
Kecermatan memilih bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi kelainan
kulit merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan terapi topikal, di
samping faktor lain seperti: konsentrasi zat aktif obat, efek fisika dan kimia, cara
pakai, lama penggunaan obat, agar diperoleh efikasi yang maksimal dan efek samping
minimal.
Gel atu sering disebut dengan jelly, merupakan sistem semipadat (massa
lembek) terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik besar, terpenetrasi oleh cairan (Syamsuni, 2006). Dalam fase cairnya
membentuk dalam suatu matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom
sintetis) yang tingkat ikatan silang fisik atau kadang-kadang kimianya tinggi. Polimer-
polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel meliputi gom alam tragakan,
pectin, karagen, agar, asam alginate serta bahan-bahan sintetis dan semisintites seperti
metilselulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa dan karbopol (Lachman,
2008).
Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan gel steril pada
praktikum ini adalah Betametason Benzoat 0,1%. Digunakan betametason benzoat
dikarenakan betametason benzoat memiliki efek farmakologi sebagai kortikosteroid
pada penggunaan topikal. Sehingga digunakan betametason bentuk ester yaitu
betametason benzoat.
III. TINJAUAN PUSTAKA
i. Definisi
Gel atu sering disebut dengan jelly, merupakan sistem semipadat
(massa lembek) terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh cairan (Syamsuni, 2006).
Dalam fase cairnya membentuk dalam suatu matriks polimer tiga dimensi
(terdiri dari gom alam atau gom sintetis) yang tingkat ikatan silang fisik atau
kadang-kadang kimianya tinggi. Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk
membuat gel meliputi gom alam tragakan, pectin, karagen, agar, asam alginate
serta bahan-bahan sintetis dan semisintites seperti metilselulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa dan karbopol (Lachman, 2008).
ii. Penggolongan Gel
1. Berdasarkan sifat fasa koloid
Gel anorganik, contoh : bentonit magma.
Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
2. Berdasarkan sifat pelarut
Hidrogel (pelarut air)
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik
yang sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik. Hidrogel memiliki inokompatibilitas yang tinggi
sebab hidrogel memiliki tegangan permukaan yang rendah dengan
cairan biologi dan jaringan sebagian meminimalkan kekuatan
absorbansi protein dan adhesi sel. Hidrogel bersifat lembut atau
lunak, elastis sebagian meminimalkan iritasi karena friksi atau
mekanik pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel adalah
memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah setelah
mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin
Organogel
Pelarut bukan air atau pelarut organik. Contoh : plastiase yaitu
suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak
mineral dan didihkan secara sock coold dan dispersi logam stearat
dalam minyak
Xerogel
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah, oleh
evaporasi pelarut. Sebagian sisa-sisa kerangka gel yang tertinggal.
Kondisi ini dikembalikab pada keadaan semula dengan
penambahan yang mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin
kering, tragakan dan acacia tears dan sellulosa kering dan
polystyrene
Emulgel
Dalam emulsi air O/W atau W/O yang dibuat gel dengan
mencampurkan dengan gelly agent. Keunggulan emulgel adalah
kelebihan daya hantar obat yang baik seperti gel maupun emulsi.
3. Berdasarkan jenis fase terdispersi
o Gel fase tunggal
Terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang tersipersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari
makromolekul sintetik misalnya ; karbomer atau dari gom alam
misal ; tragakan, molekul organik larut dalam fase kotinu.
o Gel sistem dua fase
Terbentuk jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang
terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi
relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma.
Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan
terdispersi pada fase kotinu.
iii. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Salep Mata
1) Keuntungan salep mata
Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu
lapisan. Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim. Gel juga baik
dipakai pada lesi di kulit yang berambut.
Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak
digunakan pada kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan
gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik,
disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan absorpsi.
2) Kekurangan
Utuk hidrogel : arus meuaka zat aktif ya larut dalam air seia
diperluka peuaa peikta kelaruta seperti surfakta aar el tetap jeri pada
eraai peruaa temperatur, tetapi el terseut saat muda dicuci atau ila
saat erkeriat, kadua surfkata ya tii dapat meyeaka iritasi pada kulit.
Penggunaan emollien golongan ester harus diminimalkan atau
dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
III.1.1 Farmakologi
Obat kortikosteroid mempunyai daya kerja antialergi dan antiradang.
Penggunaan obat kortikosteroid dalam obat topikal, kadang – kadang
kurang jelas daya kerjanya. Tapi yang jelas, obat kulit topikal
kortikosteroid sangat efektif terhadap penyakit eksem. Obat kortikosteroid
yang mengandung fluor seperti Betametason, Flucinolon, dan Klobetasol
mempunyai daya kerja yang lebih besar. Akan tetapi penggunaan obat
kortikosteroid yang mengandung fluor dalam jangka waktu lama, dapat
menyebabkan pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus yang bersifat
permanen sampai terjadi atropi kulit. (Sartono, 1996)
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak ; dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot
lurik, sistem syaraf dan organ lain. Karena fungsi kortikosteroid penting
untuk kelangsungan hidup organisme, maka dikatakan bahwa korteks
ardenal berfungsi homeostatik, artinya penting bagi organisme untuk
dapat mempertahankan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan
(Suharti, 1995 ).
Betametason benzoat adalah salah satu golongan steroid yang
mempunyai sifat sebagai antipruritik dan vasokontriktif. Betametason
dapat diabsorpsi oleh saluran cerna, juga pada pemberian secara lokal.
Saat digunakan secara lokal, khususnya pada penggunaan transdermal
atau pada kerusakan kulit, sejumlah betametason dapat diabsorbsi dan
selanjutnya memberikan efek sistemik. Pada pemakaian topikal,
betametason di indikasikan untuk pruritus eritema dan pembengkakan
dikaitkan dengan dermatosis, dan sebagian lesi psoriasis.
III.1.2 Dosis
Gel betametason benzoat mengandung 0,05%, digunakan 4 kali sehari.
Perhitungan dosis
0,05% dalam 1 g
0,05 %
× 1 g=0,5 g sekali oles
0,1 %
jadi, penggunaan gel betametason benzoat0,1% sebanyak 0,5 g
sekali oles yang digunakan 4 kali sehari.
pH stabilitas 5,0-7,4
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Ester
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Sediaan gel
Cara sterilisasi sediaan : Radiasi ion Co60 , 25 Kgy
Kemasan : Tube gel steril
2. Propilparaben
Pemerian Putih; kristal; serbuk; tidak berabu dan tidak berwarna.
3. Dinatrium Edetat
4. Carbomer
5. Triethanolamin (TEA)
6. Propilen glikol
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak
berbau; menyerap air pada udara lembab.
(HOPE, 6th ed 2009, hal: 608)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan
kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
(HOPE, 6th ed 2009, hal: 608)
Stabilitas Pada suhu sejuk, propylene glycol stabil dalam wadah tertutup
baik, namun dalam suhu tinggi, dibuka, mudah teroksidasi yang
meningkatkan produksi: propin aldehid, asam laktik, asam
piruvat dan asam asetat. Propylene glycol stabil saat dicampur
etanol (95%), gliserin atau air.
VIII. STERILISASI
a. Alat
b. Wadah
c. Bahan
XI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini membuat sediaan semisolida steril yang digunakan
secara topikal, yaitu sediaan gel steril dengan bahan aktif betemateason benzoat
sebesar 0,1 %. Gel atu sering disebut dengan jelly, merupakan sistem semipadat
(massa lembek) terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh cairan (Syamsuni, 2006). Dalam fase
cairnya membentuk dalam suatu matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam
atau gom sintetis) yang tingkat ikatan silang fisik atau kadang-kadang kimianya tinggi
Pada praktikum pembuatan sediaan gel steril kali ini zat aktif yang digunakan
adalah Betametason benzoat sebesar 0,1% yang akan dibuat dalam bentuk sediaan gel
steril. Pembuatan gel steril betametason benzoat 0,1% didasarkan pada katerangan
yang terdapat dalam literatur bahwa betametason benzoat merupakan salah satu
golongan obat topikal kortikosteroid yang digunakan secara topikal dalam bentuk
sediaan gel. Untuk sediaan gel digunakan bentuk ester dari betametason yaitu
benzoat.
Sediaan gel betametaso benzoat 0,1% ini ditujukan untuk penggunaan topikal
serta efek farmakologi sebagai anti-inflamasi maka sediaan gel tersebut memenuhi
persyaratan sterilitas sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, dikarenakan
sebagai anti-inflamasi, zat aktif yaitu betametason benzoat terabsorbasi bagian kulit
dermis serta dibuat sediaan steril untuk meminimalisir kontaminasi dengan mikroba.
Bahan tambahan yang digunakan oleh praktikan sebagai basis gel adalah karbomer
dengan konsentrasi ya digunakan yaitu 2%. Pada sistem yang kurang polar ataupun
nonpolar dapat dinetralkan dengan golongan amina, misalnya trietanolamin,
dietanolamin, ataupun dengan basa amina misal diisopropanolamin, aminoetil
propanol, tetra hidroksi propel etilendiamin dan trometamin. Netralisasi yang
berlebihan pada karbomer dapat berakibat turunnya viskositas dari karbomer
(Lachman, 2008). Sehingga untuk membentuk massa gel pada sediaan gel
ditambahkan TEA sebagai pembentuk massa gel dan penetral pada sistem yang
kurang polar. Netralisasi yang berlebihan pada karbomer dapat berakibat turunnya
viskositas dari karbomer (Lachman, 2008).
Sediaan gel yang dibuat digunakan secara multiple dose maka ditambahkan zat
antimikroba yaitu kombinasi metilparaben sebesar 0,18% dan propilparaben sebesar
0,02% untuk mencegah kontaminasi mikroba pada sediaan selama proses pemakaian,
serta menghindari masuknya kontaminan mikroba pada saat wadah tube dibuka. Tube
yang digunakan untuk sediaan gel betametason benzoat terbuat dari bahan
alumunium, oleh karena itu ditambahkan dinatrium edetat sebanyak 0,005% sebagai
chelating agent yang berfungsi untuk mengikat logam-logam berat yang mungkin
dapat membahayakan dan mengiritasi pada mata. Serta sediaan yang ditujukan untuk
pemakaian topikal sehingga ditambahkan emollient, yaitu propilen glikol. Tujuan
penambahan emollient ini untuk melembutkan dan menghaluskan kulit, emollient
bekerja dengan mengurangi kehilangan cairan pada permukaan kulit yang
menyebabkan kulit kering. selain sebagai emollient, propilen glikol pula befungsi
sebagai pelarut metilparaben dan propilparaben yang sukar larut dalam air.
Setelah melakukan proses sterilisasi peralatan, praktikan melakukan penggerusan
karbomer dikarenakan karbomer yang tersedia sudah mengeras dan berbentuk butiran
yang kasar, sehingga dilakukan penggerusan untuk memperkecil ukuran partikel dari
karbomer tersebut. Kemudiaan, praktikan melakukan penimbangan bahan-bahan yang
akan digunakan dalam pembuatan sediaan semisolida gel steril diruang grey area.
Setelah penimbangan selesai, bahan-bahan tersebut kemudian dimasukan kedalam
box isolator dan dipindahkan ke ruang white area (Grade C), pemindahan dari grey
area menuju ruang white area dilakukan karena praktikan akan melakukan proses
pencampuran bahan-bahan, dimana untuk sediaan yang akan dilakukan sterilisasi
akhir maka pencampuran dilakukan pada ruang white area dengan Grade C.
Pada proses pembuatan sediaan gel, karbomer dikembangkan dengan sejumlah
aqua pro injeksi kemudiaan dibentuk massa gel dengan penambahan tetedemi tetes
TEA sambil terus digerus. Pada saat penambahan TEA, praktikan terlalu banyak
menambahkan TEA sehingga basis gel yang terbentuk menjadi padat, viskositas dari
karbomer menurun dan tidak membentuk basis gel yang baik. Selain karena
penambahan TEA yang terlalu banyak, diduga karena zat karbomer yang telah
menurun kualitasnya, sehingga tidak membentuk basis gel yang baik. Bahan
tambahan lain, dilarutkan dengan sejumlah kecil aqua pro injeksi. Basis gel yang telah
terbentuk dicampur dalam mortir steril dengan bahan tambahan yang telah dilarutkan.
Perbandingan.... setelah semua basis gel dan bahan tambahan tercampur, hasil dari
sediaan gel membentuk sediaan yang baik. Pada awalnya basis gel kurang baik,
namun setelah dicampurkan dengan bahan tambahan lain basis gel tidak padat lagi.
Kemudiaan sediaan dikemas dalam wadah tube gel dengan bantuan kertas perkamen
agar memudahkan pada proses pemasukan kedalam tube.
Sediaan yang sudah dikemas tersebut kemudian dibawa ke ruang sterilisasi untuk
dilakukan sterilisasi akhir. Sterilisasi akhir pada sediaan gel steril betametason
benzoat menggunakan radiasi ion Co60 dengan dosis minimun 25 Kgy. Namun pada
praktikum kali ini dilakukan dispensasi tidak melakukan proses sterilisasi akhir pada
sediaan gel, karena keterbatasan peralatan dan waktu.
Sediaan yang sudah disterilisasi akhir kemudian diberi etiket dan dikemas
kedalam kemasan sekunder kemudian dilakukan evaluasi pada sediaan. Evaluasi
sediaan meliputi: Uji organoleptik, uji kebocoran, uji isi minimum, viskositas, uji
homogenitas, uji pelepasan bahan aktif, uji difusi bahan aktif, pH sediaan, uji
sterilitas, uji efektifitas pengawet. Namun evaluasi yang dilakukan hanya meliputi, uji
organoleptik, pH sediaan, uji homogenitas, uji kebocoran tube dan uji isi minimum
sediaan. Evaluasi sediaan yang lainnya tidak dilakukan karena keterbatasan peralatan
dan waktu. Dari uji evaluasi secara organoleptik didapatkan hasil untuk sediaan gel
steril betametason benzoat adalah sediaan berwarna putih bening, tidak berbau serta
memiliki konsistensi gel yang cukup baik. Untuk uji homogenitas dilakukan dengan
cara mengeluarkan sediaan gel dan meletakkannya pada kaca arloji, diratakan dengan
sudip setelah itu dilihat distribusi partikel dari sediaan, dari hasil uji homogenitas pada
sediaan gel steril betametason benzoat, partikel dalam sediaan gel terdistribusi
homogen ketika di oleskan pada kaca arloji. Untuk uji isi minimum sediaan dilakukan
dengan menimbang wadah kosong terlebih dahulu setelah itu menimbang wadah yang
telah berisi sediaan, isi bersih merupakan selisih dari wadah yang telah berisi sediaan
dikurangi dengan berat wadah tanpa sediaan, dari hasil evaluasi uji minimum untuk
tube 1 berat sediaan 6,001 gram, untuk tube 2 berat sediaan 6,021 gram, untuk tube 3
berat sediaan 6,000 gram. Dari hasil uji isi minimum sediaan, untuk berat rata-rata
tube adalah sebesar 6,007 gram, bobot sediaan tersebut kurang dari 100% seperti yang
tertera pada etiket. Pada uji kebocoran, tube gel dibalikkab selama 5 menit dan
hasilnya adalah sediaan gel betametason benzoat tidak terjadi kebocoran. Uji pH
sediaan dengan cara melarutkan sediaan gel dengan sejumlah kecil aqua pro injeksi,
kemudiaan dicek dengan pH meter dan didapatkan pH sediaan sebesar 7,8. Besar pH
ini tidak memenuhi syarat dikarenakan tidak masuk ke dalam rentang pH spesifikasi
sediaan yaitu 5,0-7,4.
XII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan gel steril betametason benzoat 0,1%
adalah sebagai berikut :
Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa sediaan gel betametason benzoat 0,1395%
Dari uji evaluasi secara organoleptik didapatkan hasil untuk sediaan gel steril
betametason benzoat adalah sediaan berwarna putih bening, tidak berbau serta
memiliki konsistensi gel yang cukup baik. Dari hasil uji homogenitas pada sediaan gel
steril betametason benzoat, partikel dalam sediaan gel terdistribusi homogen ketika di
oleskan pada kaca arloji. Dari hasil uji isi minimum sediaan, untuk berat rata-rata tube
adalah sebesar 6,007 gram, bobot sediaan tersebut kurang dari 100% seperti yang
tertera pada etiket. Dari hasil uji kebocoran tube gel, sediaan gel betametason benzoat
tidak terjadi kebocoran. Uji pH didapatkan pH sediaan sebesar 7,8. Besar pH ini tidak
memenuhi syarat dikarenakan tidak masuk ke dalam rentang pH spesifikasi sediaan
yaitu 5,0-7,4.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Howard C, Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Jakarta :UI-press.
Lund,W. 1994. The Pharmaceutical Codex, 12th ed. London : Pharmaceutical Press.
Pharmaceutical Press.
Sweetman Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th ed. London :
Pharmaceutical Press.
Tjay, dkk. 2008. Obat-Obat Penting, Ed. ke 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
USP 30 convention. 2009. United State Pharmacopeia and The National Formulary.
Betben®
Komposisi
Aturan pakai
Farmakologi
Penyimpanan
Kemasan
Tube @ 5 gram
No Reg : DKL9700100328A1
No Batch : 11150503
Diproduksi Oleh:
PT BETA FARMA
Bandung - Indonesia
Etiket Salep