4-2003
PENGERTIAN BAHAN PELEDAK
KLASIFIKASI
KARAKTERISTIK
TIPE DAN JENIS HANDAK INDUSTRI
DEFINISI BAHAN PELEDAK
(industri / komersial)
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan,
gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat
cepat yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai
panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Kriteria:
diesel oil
– Melibatkan reaksi kimia
– Okdigen tersedia berlebih di udara bebas
– Motor bakar (bensin atau solar): tidak perlu tangki oksigen
– Metoda pemadaman kebakaran: isolasi benda terbakar dari oksigen
LEDAKAN (EXPLOSION)
Ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara
keras dan efek mekanis yang merusak.
Contoh:
Tangki bertekanan meledak
Balon karet meletus
Kriteria:
Tidak melibatkan reaksi kimia
Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis)
Disertai panas dan bunyi
DEFLAGRASI (DEFLAGRATION)
Liquid
Densitas
Sensitivitas
Ketahanan Thd. Air
Kestabilan Kimiawi
Karakteristik Gas
HUBUNGAN DENSITAS DAN
SENSITIVITAS HANDAK
Densitas kritis terbentuk bila partikel2 pembentuk handak terlalu
rapat, shg tidak terdapat voids sebagai ruang bagi terbentuknya hot
spots agar terjadi detonasi
Densitas handak berhubungan erat dengan sensitivitasnya
Deadpressing terbentuk bila voids untuk gas rusak, misalnya
karena tekanan, gelombang kejut, shg mengurangi sensitivitasnya.
Kekuatan Detonasi
Kecepatan Detonasi
Tekanan Detonasi
Tekanan Thd. Lubang Ledak
Daya Ledakan
Energi Efektif
TEKANAN DETONASI
(detonation pressure)
• Tekanan yg terjadi disepanjang zona reaksi peledakan
hingga terbentuk reaksi kimia seimbang sampai ujung
handak yang disebut dgn bidang Chapman-Jouguet (C-
J plane). Umumnya memp satuan MPa.
• Dari penelitian oleh Cook menggunakan foto sinar-x,
diformulasi tekanan detonasi sbb:
PD ρe x VD x U p
ρe x VD 2
PD
Up 0,25 x VD 4
Dimana: PD = tekanan detonasi, kPa
• ANFO dgndensitas 0,85 gr/cc dan VOD
e = densitas handak, gr/cc
3700 m/s
VD==2900
memiliki PD kecep
MPadetonasi, m/s
TEKANAN THD LUBANG LEDAK
(borehole pressure)
• Tekanan terhadap dinding
lubang ledak akibat ekspansi
detonasi gas
• Biasanya sekitar 50% dari
tekanan detonasi
• Volume dan laju kecep gas
yang dihasilkan peledakan
mengontrol tumpukan dan
lemparan fragmen batuan
dikelompokkan sbb:
ALUMINIUM
BAHAN PELEDAK
BAHAN PELEDAKAN
LUMPUR BERALUMINIUM
LUMPUR
(aluminized slurry
(slurry explosive)
explosive)
• Densitas:
– Poured (gr/cc) 0,80 – 0,85
– Blow Loaded (gr/cc) 0,85 – 0,95
• Energi (MJ/kg): 3,7
• RWS (%): 100 (373 kj/gr)
• RBS:
– Poured (%) 100 (317 kj/cc)
– Blow Loaded (%) 116
• Diameter lubang ledak min.:
– Poured (mm) 75
– Blow Loaded (mm) 25
• Ketahanan thd. air: buruk
• Shelf Life:
– Maks. 6 bulan tergantung temperatur dan
kelembaban gudang
– Gudang yang bersuhu dan kelembaban tinggi akan
membuat ANFO rusak, ditandai dgn pengerasan atau
caking yg akan mengurangi kinerja peledakan
• Waktu Tidur (Sleep Time) :
– Dalam kondisi normal kering dengan lubang tertutup
stemming yang baik, ANFO dapat ditidurkan sampai
6 bulan
– Kehadiran air dalam lubang akan menurunkan secara
dramatis waktu tidur
BULK ANFO (1) Oxygen Balance
3800 joules of heat / gr expl.
100
90
80
60
Non-absorbent dense Absorbent porous prill
prill 50
FO diserap merata dengan
Distribusi FO tdk merata, perbandingan yang
shg oxygen balance buruk proporsional 40 deficient FO -
excess Oxygen
30
excess FO -
20
deficient Oxygen
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PRODUSEN
SIFAT DAHANA DYNO ICI SASOL SMX
NOBEL EXPLOSIVE
Merk dagang Dayagel magnum Emulite Seri Powergel Seri Emex
Berat/karton, kg 20 25 20 --
VOD, m/s 4600 – 5600 5000 – 5800 4600 – 5600 4600 – 5600
Diameter, mm 25 – 65 25 – 80 25 – 65 25 – 65
Ketahanan thd air Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Penyimpanan, thn 1 1 1 1
RUANG BUTIRAN 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
UDARA ANFO
% ANFO
CAMPURAN
RUANG UDARA EMULSI / ANFO 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
TERISI OLEH
EMULSI
% EMULSI
DENSITAS, gr/cc
4700 6000
KEMAMPU-POMPAAN
Tidak dapat diulir
Dapat diulir (auger) dengan mudah ke arah atas
KEMAMPU-ULIRAN
Didefinisikan sebagai bahan-bahan pembantu
peledakan yang HABIS PAKAI, yaitu:
»DETONATOR«
»SUMBU PELEDAKAN«
»SAMBUNGAN«
Mempersiapkan
detonator dan sumbu-
sumbu peledakan
PENTING
1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang
peka (sensitif), berfungsi menerima efek panas dengan sangat
cepat dan meledak menimbulkan gelombang kejut. Bahannya
disebut ASA, yaitu campuran lead azide atau lead stypnate dan
aluminium.
2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah
bahan peledak kuat dengan VoD tinggi. Fungsinya menerima
gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan yang besarnya
tergantung pada berat isian dasar tersebut. Jenis bahan
peledaknya adalah PETN, TNT, atau kombinasi keduanya
dengan perbandingan tertentu.
1. DETONATOR BIASA (PLAIN DETONATOR)
2. DETONATOR LISTRIK (ELECTRIC DETONATOR)
3. DETONATOR NONEL (NONEL DETONATOR)
4. DETONATOR ELEKTRONIK (ELECTRONIC DET.)
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya dan
diidentifikasi sbb: (dari ICI Explosive)
1. detonator No. 6 = 0,22 gr PETN
2. detonator No. 8 = 0,45 gr PETN
3. detonator No. 8* = 0,80 gr PETN
kabel listrik
plastik berwarna
leg wire
selubung kabel
penyumbat
penyumbat
fusehead : elemen
- kawat halus yg waktu tunda
memijar
tabung silinder
- ramuan pembakar
tabung silinder
isian utama
isian dasar
SIMULTANEOUS DELAY
dst. dst.
1. Connecting wire; kawat penyambung leg wire antar lubang
Kondisi udara normal dan kering digunakan kawat tembaga berukuran 20 AWG yang
diisolasi plastik PVC.
Untuk menyambung sampai ke dalam lubang, karena leg wire terlalu pendek, dan kondisi
basah dipakai kawat tembaga berdiameter antara 21 – 23 AWG dan diisolasi plastik PVC.
2. Bus wire, adalah kawat tembaga tanpa isolasi atau kawat terbuka berukuran 10, 12 atau
14 AWG yang diperlukan untuk peledakan bawah tanah. Kawat alumunium dilarang
karena khawatir teroksidasi (resistensi tinggi)
tabung silinder isian dasar BAGIAN-BAGIAN UTAMA DAN
(shell) (base charge)
MEKANISME PELEDAKANNYA
SUMBU API
blackpowder bersentuhan
Blackpowder dengan ramuan pembakar
dibakar dalam detonator
Multiple Fuse Ignitor (MFI)
adalah:
• Alat bantu penyulut beberapa sumbu api berupa silinder terbuat dari tembaga atau
alumunium dan didalamnya terdapat ramuan pembakar.
• Diameter silinder dirancang sesuai dengan jumlah sumbu api yang bisa
dimasukkan, umumnya sekitar 8 sumbu dan sebuah sumbu pokok (master fuse).
• Sumbu pokok adalah sumbu yang menghantarkan rambatan api ke dalam silinder
MFI untuk menyulut 8 sumbu lainnya secara bersamaan melalui ramuan
pembakaran.
3
BEANHOLE
Bean-hole
Anyaman tekstil
sintetis
Serat nylon
Special 25 Special 50
Sumbu api
Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8
peledakan
Leg wire
Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8
peledakan
2. Untuk menginisiasi digunakan alat pemicu khusus yang disebut Shot firer atau
Shot gun atau menggunakan detonator listrik atau biasa nomor 8. Ketika inisiasi
impact dilakukan, transmisi signal energi rendah bergerak disepanjang sumbu
dgn kecepatan propagasi enam kali kecepatan suara (2000 m/s), shg detonator
nonel meledak.
1. Sumbu nonel, telah diuraikan sebelumnya
“J” hook + label tunda
2. Detonator nonel, yang berkekuatan nomor 8.
Komponen utama dalam detonator nonel sama
dengan detonator listrik yang membedakannya
sumbu nonel
hanya pada mekanisme pembentukan energi
panasnya. Bagian-bagiannya sudah diuraikan
sebelumnya. deto. nonel
3. Label tunda, yaitu label dengan warna tertentu
yang menandakan tipe priode tunda halfsecond,
quartersecond, atau millisecond dan waktu
nominal ledaknya. Hanya saja label ini bisa rusak
sumbu nonel
atau lepas, sehingga identitas waktu tunda tidak label tunda
diketahui. Bila hal tersebut terjadi bisa
membingungkan dan berbahaya.
4. “J”Hook, adalah alat untuk menyisipkan
detonating cord. Fasilitas ini tidak selalu ada atau “J” hook
modelnya yang berbeda. Nomor tunda biasanya
juga dituliskan pada “J” Hook ini.
• iN-hOLE atau dOWNLINE, yaitu satu set detonator nonel yang
dimasukkan ke dalam lubang ledak (sebagai primer)
• tRUNKLINE atau sURFACE, yaitu satu set detonator nonel
yang dipasang di permukaan sebagai penyambung antar lubang
• cONTROL LINE, adalah satu baris sambungan nonel sebagai
pengontrol inisiasi seluruh lubang ledak. Letaknya tergantung
pola peledakan yang dikehendaki. Pada peledakan tambang
terbuka, umumnya diletakkan paling depan sejajar dengan
bidang bebas, tapi bila digunakan pola peledakan Box Cut
diletakkan pada baris tengah sejajar bidang bebas
• Dengan demikian waktu tunda (delay system) pada peledakan
nonel dapat terjadi di dalam lubang ledak maupun dipermukaan.
PENYAMBUNG NONEL DI PERMUKAAN
(SURFACE)
Dari Dyno Nobel Explosives Class: 1.1B U.N. No: 0360
B. KELEMAHANNYA:
• Perlu ekstra hati-hati mengatur waktu tunda di permukaan maupun di dalam
lubang ledak agar tidak gagal ledak
• Urut-urutan waktu tunda memerlukan perhatian yang cukup, sehingga
mempengaruhi kecepatan perangkaian
• Membutuhkan peralatan peledakan khusus untuk menginisiasi, paling tidak
memerlukan satu detonator listrik atau detonator biasa.
POSISI PRIMER DALAM KOLOM
LUBANG LEDAK
Dari detonator bisa berupa:
- Kabel listrik ; - Sumbu Ledak
- Sumbu nonel ; - Sumbu Api
Penyumbat
(stemming)
Kolom lubang
ledak
BOTTOM
PRIMING
PEMBUATAN PRIMER
1)
a. Cara ke 1 b. Cara ke 2
Detonator listrik
2)
3)
DIKELOMPOKKAN MENJADI:
1. Peralatan yang langsung berhubungan
dengan teknik peledakan
2. Peralatan pendukung peledakan
PERALATAN YG BERHUBUNGAN
LANGSUNG DGN PELEDAKAN
OHT 25
• Nama lain adalah TEMPER
• Disarankan tongkat terbuat dari bambu atau sejenisnya
• Bila menggunakan logam, pakailah bahan alumunium. Tidak
diperkenankan menggunakan tongkat besi yang dapat
menghantar listrik
• Panjang tongkat antara 5 – 7 m
• Bahan peledak (khususnya ANFO) tidak boleh ditumbuk, cukup
dengan hanya menekan perlahan-lahan agar butirannya tidak
hancur. Penekanan dimaksudkan agar butiran menyebar
kedinding lubang (COUPLING)
• Stemming perlu ditumbuk hingga butirannya saling mengunci,
karena fungsi stemming sebagai penyumbat agar energi ledak
tidak mengarah keatas atau terjadi stemming ejection.
1. Alat pencampur bahan peledak harus memenuhi beberapa
persyaratan, sebab hasilnya berupa bahan peledak kuat yang
berbahaya bagi keselamatan kerja. Persyaratan tersebut yaitu:
• Bahan yang kontak dengan AN terbuat dari stainless-steel atau diberi lapisan
epoxy.
• Pada waktu bekerja tidak menimbulkan panas yang berlebih atau listrik statis.
2. Pengisian lubang ledak dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan alat bantu mekanis. Cara pengisian
dibedakan berdasarkan diameter lubang ledak dan untuk
alasan tersebut lubang ledak dikelompokkan menjadi:
• Diameter “Kecil” : < 50 mm (2”)
• Diameter “Sedang” : 50 – 100 mm (2” – 4”)
• Diameter “Besar” : > 100 mm (4”)
OHT 27
ALAT PENCAMPUR DAN PENGISI ANFO
Poros tempat engkol
bila alat dioperasikan
tangan
Corong untuk
butiran AN
Inlet untuk
Fuel Oil
Pencampur ANFO
“COXAN” (ICI Expl.)
ANFO loader
ALAT PENGISI
LUBANG KECIL
Pneumatic cartridge
charger (blow
PENGISIAN BAHAN PELEDAK PADA
PENGGALIAN BAWAH TANAH
Cartridge
Tongkat pendorong
dan pemadat
Primer
Tongkat
pendorong
OHT 29
PENGISIAN MANUAL LUBANG LEDAK PADA
TAMBANG TERBUKA
2,5 m 2,5 m
Arah lemparan
batuan
B
4 3 2 1
B y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM
PELEDAKAN 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
Peledakan serentak antar baris, S/B
berpola staggered
Arah lemparan batuan
B
1 1 1 1
B
B y
2 2 2 2
1,4B
B
3 3 3 3
SEBELUM
PELEDAKAN 2B 2B 2B 2B
Bidang bebas yang memanjang, pola
V-cut persegi panjang
B
4 3 2 1 2 3 4
B y
6 5 4 3 4 5 6
B
8 7 6 5 6 7 8
SEBELUM
PELEDAKAN B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B B
(BENCH BLASTING GEOMETRY)
( )
KEUNTUNGAN:
– Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
– Untuk jenis batuan yang sama, asesoris bor berumur lebih panjang
– Bahan peledak lebih sedikit
– Biaya pengeboran lebih kecil
KELEMAHAN:
– Potensi terbentuk toe dan backbreak besar
– Lereng kurang stabil terhadap getaran, perlu analisis kestabilan lereng
– Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
– Permukaan bidang bebas sering tidak rata
KEUNTUNGAN:
– Akan diperoleh jenjang yang stabil
– Mengurangi resiko timbulnya toe dan backbreak
– Bentuk muck pile lebih baik
– Dapat diterapkan pada batuan yang lemah
– Permukaan bidang bebas lebih mungkin rata
KELEMAHAN:
– Sulit melakukan pengeboran miring yang akurat
– Umur asesoris bor lebih pendek
– Diperlukan supervisi yang ketat
Membentuk Flyrock
dome di
permukaan
Burden
Burden atau
Burden atau kedalaman
kedalaman kritis optimum
Burden masih kuat, hanya Mulai terjadi runtuhan di Runtuhan permukaan dan sub-
terjadi penggerusan di permukaan. Burden tak permukaan hampir terbentuk.
sekitar lubang dan retakan runtuh. Beberapa dome Kenampakannya seperti dua lapis
tarik radial terbentuk ke arah terbentuk di permukaan (papan) batuan yang tak pecah. Dome
luar lubang tersebut. di permukaan menggelembung.
(d) B = 6’ (e) B = 3’
Wall holes
atau rib holes
Cut holes
Tinggi
abutment
Cut spreader holes
atau raker holes
A. MENGHITUNG VOLUME
a. VS = B x S x H; VS = 3,6 x 3,6 x 13 = 168,50 m³ (bank)/lubang bank=insitu
b. Volume total hasil peledakan (VS-total ) = 100 x 168,5 = 16.850 m³ (bank)
c. Berat hasil peledakan (W) = 16.850 x 2,5 = 42.125 ton (bank)
BxSxH 16.850
d. VL = = = 20.548,80 m³ (loose)
SF 0,82
B. MENGHITUNG BERAT HANDAK
c. PF = = 0,60 kg/m³
101,20
d. PF 168,50
yang ideal berdasarkan pengalaman berkisar antara 0,20 – 0,30 kg/m³
e. Rancangan tersebut menghasilkan pemborosan karena PF terlalu besar,
perlu dimodifikasi dengan melakukan uji coba mengubah dimensi parameter
geometri peledakan dan jumlah bahan peledak dengan tolok ukur :
(1) ukuran fragmentasi, (2) keselamatan kerja, dan (3) lingkungan
f. Misalnya dilakukan modifikasi terhadap B, S dan penghematan bahan
peledak menjadi sebagai berikut:
VS = B x S x H; VS = 3,6 x 5 x 13 = 234 bcm/lubang
Volume seluruh hasil peledakan (VS-total ) = 100 x 234 = 23.400 bcm
Dari hasil uji coba berkali-kali ternyata bahan peledak dari gudang bisa dikurangi
dari 10.120 kg menjadi 7.500 kg per peledakan
7.500
g. PF = = 0,31 kg/m³
23.400
SAAT PELAKSANAAN
PELEDAKAN (aba-aba 1)
Memberikan aba-aba peringatan secara bertahap untuk memberi
kesempatan pekerja lain menghindari lokasi yang akan
diledakkan
Aba-aba pertama (berupa peringatan melalui megaphone atau
HT):
Semua orang yang berada di area peledakan harus menyingkir dan
berlindung
Minta ijin ke sentral informasi bahwa jalur komunikasi untuk
sementara diambil alih oleh team peledakan, jadi seluruh bagian
tidak diperkenankan menggunakan jalur tersebut, kecuali bila
mengetahui di area peledakan terdapat sesuatu yang
membahayakan.
Semua jalan masuk ke area peledakan ditutup atau diblokir
Pada saat itu kedua ujung kawat utama (lead wire) masih terkait
satu sama lainnya dan belum disambung ke pemicu ledak (B M)
SAAT PELAKSANAAN
PELEDAKAN (aba-aba 2 dan 3)
• Aba-aba kedua (persiapan akhir):
– Pekerjaan pada aba-aba pertama sudah dilaksanakan dan Mandor atau
Foreman atau Pengawas Peledakan sedang melakukan pemeriksaan akhir
– Kondensator dalam pemicu ledak sedang diisi arus listrik
– Kawat utama sudah disambung dengan pemicu ledak (exploder)
– Masih mungkin peledakan ditunda apabila Pengawas Peledakan menilai
terdapat kondisi tidak aman melalui komunikasi dan aba-aba khusus.
• Aba-aba ketiga (peledakan) :
– Peledakan dilakukan, biasanya dengan hitungan mundur bisa dari 5 atau 3,
misalnya 5….4….3….2….1….”tembak !!”. Hitungan tersebut ada baiknya
disalurkan juga melalui jalur komunikasi agar seluruh karyawan
mengetahui detik-detik peledakan.
– Sampai tahap ini jalur komunikasi masih dikuasai team peledakan sebelum
dilakukan pemeriksaan hasil peledakan dan dinyatakan bahwa peledakan
aman dan terkendali.
• Menaksir volume fragmentasi hasil peledakan merujuk ke volume
berdasarkan perhitungan geometri dengan mempertimbangkan faktor
berai (swell factor). Misalnya sbb:
– Vs = 16.850 m³ (bank) merupakan hasil perkalian BxSxH
– Faktor Berai (swell factor) = 82% (diberikan oleh Peng.Peledakan)
– VL = Vs/SF =16.850 / 0.82 = 20.549 m³ (loose) taksiran volume yang
dilaporkan
• Menaksir distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan mulai dari
bongkah sampai ukuran kecil. Penaksiran distribusi “paling tidak”
menampilkan seperti contoh berikut ini:
> 100 cm = …. %
50 – 100 cm = …. %
20 – 49 cm = …. %
< 20 cm = …. %
Total = 100%
• Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola Peledakan dengan
mengisi format laporan “Hasil Peledakan” yang tersedia.
• Mengukur atau menaksir lemparan batu terjauh.
Cara penaksiran dilakukan sbb:
– berdasarkan lebar jenjang, yaitu bila tinggi jenjang 10
m, dgn bahan peledak ANFO, maka lemparan batu
terbang minimal 500 m
– menggunakan peta untuk lemparan yang jauh
• Periksa ada-tidaknya pemukiman disekitar batu
terbang tersebut
• Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola
Peledakan dengan mengisi format laporan “Hasil
Peledakan” yang tersedia.
• Boulders adalah fragmentasi hasil peledakan berupa
bongkah besar yang tidak dapat diambil oleh alat
muat dan tidak masuk ke dalam crusher. Biasanya
berukuran 80 cm
• Boulders adalah ukuran fragmentasi maksimum yang
dapat diterima oleh proses berikutnya.
• Harus dipisahkan dari tumpukan hasil peledakan yang
berukuran sesuai menggunakan bantuan alat mekanis,
misalnya excavator, wheel loader, atau didorong
bulldozer.
• Boulders dipisahkan sebaiknya tidak jauh dari
tumpukan hasil peledakan dan siap diledakkan ulang.
OHT 49
• Menghitung jumlah boulders yang akan diledakkan ulang,
misalnya n bongkah
• Menghitung volume setiap bongkah dengan toleransi 10%
dengan cara menyesuaikan bentuk bangun relative setiap
bongkah tersebut, misalnya:
– seperti balok, maka harus diukur panjang (p), lebar (ℓ), dan tinggi (t),
kemudian volumenya dihitung (p x ℓ x t) m³,
– seperti bola, maka harus diukur diameternya (d), dan volume dihitung
1/6 d³
– seperti prisma, maka volume = Lt, di mana L dan t masing-masing
adalah luas alas dan tinggi
– seperti limas atau kerucut, maka volume = 1/3 Lt, di mana L dan t
masing-masing adalah luas alas dan tinggi.
• Menghitung volume total bongkah, yaitu menjumlahkan setiap
volume bongkah, atau V1+V2+V3+…+Vn.
OHT 50
OHT 51
2
3 34
arah
pengeboran
(A) (B)
OHT 54
5300
Penyumbat Inisiator Diam. primer, Tekanan detonasi
Kurva