Anda di halaman 1dari 125

SNI No. 13-6979.

4-2003
PENGERTIAN BAHAN PELEDAK
KLASIFIKASI
KARAKTERISTIK
TIPE DAN JENIS HANDAK INDUSTRI
DEFINISI BAHAN PELEDAK
(industri / komersial)
 Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas, benturan,
gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat
cepat yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai
panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.

 Hasil ledakan: (Langefors, 1978)


– P = 100.000 atm  101.500 kg/cm2  10.000 Mpa
– T =  4000° C
– Daya (energi) =  25.000 MW = 25 x 106 kW = 5.950.000 kcal /s (1 kW = 0,238 kcal /s)

 Bandingkan, Steel barrel:


 Kekuatan sampai dengan 5.000 atm 500 MPa
 Titik leleh = 1.500° C
 Titik didih = 3.000° C

 Energi Gelatin explosive dalam 1 m kolom lub.ledak:


• Power = 1.200 kcal/kg/m ; kecep. detonasi = 4.000 m/s
kcal m
• Didalam lubang ledak = 1200 x 4000  48 x 105 kcal/s
m s
PEMBAKARAN (COMBUSTION)
 Reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya
oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya
berupa pelepasan gas-gas.

 Contoh: CH3(CH2)10CH3 + 18½ O2  12 CO2 + 13 H2O

 Kriteria:
diesel oil
– Melibatkan reaksi kimia
– Okdigen tersedia berlebih di udara bebas
– Motor bakar (bensin atau solar): tidak perlu tangki oksigen
– Metoda pemadaman kebakaran: isolasi benda terbakar dari oksigen
LEDAKAN (EXPLOSION)
Ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara
keras dan efek mekanis yang merusak.
Contoh:
 Tangki bertekanan meledak
 Balon karet meletus

Kriteria:
 Tidak melibatkan reaksi kimia
 Transfer energi ke gerakan massa (efek mekanis)
 Disertai panas dan bunyi
DEFLAGRASI (DEFLAGRATION)

 Adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi


dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (heat/thermal
conductivity)
 Merupakan fenomena reaksi permukaan di mana reaksinya meningkat
menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu antara 300-1000
m/s, atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic)
 Deflagrasi terjadi pada reaksi peledakan LOW EXPLOSIVE (black
powder):
- Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S  6Na2CO3 + Na2SO4+ 3Na2S +14CO2 +10CO + 10N2
- Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S  6K2CO3 + K2SO4+ 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2
DETONASI (DETONATION)
 Adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga
menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun ekspansi
gaya yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat cepat dan diawali dengan
panas tersebut menghasilkan gelombang tekanan kejut (shock compression wave)
dan membebaskan energi dengan mempertahankan shock wave serta berakhir
dengan ekspansi hasil reaksinya.
 Contoh:
TNT meledak : C7H5N3O6  1,75 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
ANFO meledak : 3 NH4NO3 + CH2  CO2 + 7 H2O + 3 N2
NG meledak : C3H5N3O9  3 CO2 + 2,5 H2O + 1,5 N2 + 0,25 O2
NG + AN meledak : 2 C3H5N3O9 + NH4NO3  6 CO2 + 7 H2O + 4 N4 + O2
 Kriteria:
- Melibatkan reaksi kimia
- Oksigen utk reaksi terdapat dalam bahan itu sendiri (tanpa oksigen dari udara)
- Handak dapat digunakan dalam lubang ledak
- Reaksi ledakan tidak dapat dipadamkan
- Reaksi sangat cepat (> Kecepatan suara  supersonic); contoh VoDANFO = 4500 m/s
- Shock compression: mempunyai daya dorong sangat tinggi, merobek retakan yang sudah
ada sebelumnya
- Shock wave: bahaya symphatetic detonation, menentukan safety distance
- Ada ledakan (gerakan massa, bunyi dan panas)
SEGITIGA DETONASI
KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK
BAHAN PELEDAK

BAHAN PELEDAK KUAT BAHAN PELEDAK LEMAH


(HIGH EXPLOSIVES) (LOW EXPLOSIVES)

PRIMER SEKONDER TERSIER


PROPELAN PIROTEKNIK
CONTOH: CONTOH: CONTOH:
Pb Azide NG AN CONTOH:
Pb Stypnate TNT AP Thermite
Hg Fulminate PETN DNT Delay composition
Dinamit Ignition charge
Emulsi
ANFO
LIQUID PADAT

SINGLE TRIPLE COMPOSITE


MONO KOMPOSIT DOUBLE
BASE BASE BASE
CONTOH:
CONTOH: CONTOH:
CONTOH: NC / NG / AP /
Nitramine LOx CONTOH: CONTOH:
NC / NG / NQ Al / RDX
Hydrazine Fuel Nitro cellulose NC / NG
KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK
INDUSTRI
BAHAN PELEDAK
INDUSTRI (Mike Smith, 1988)

BAHAN AGEN BAHAN PELEDAK PENGGANTI


PELEDAK KUAT PELEDAKAN KHUSUS BAHAN PELEDAK

Seismik Compressed air/ gas


TNT ANFO
Trimming
Dinamit Expansion agents
Slurries
Permissible
Gelatine
Emulsi Mechanical methods
Shaped charges
Hybrid ANFO Jet piercing
Binary
Slurry
mixtures LOX Water jets

Liquid
Densitas
Sensitivitas
Ketahanan Thd. Air
Kestabilan Kimiawi
Karakteristik Gas
HUBUNGAN DENSITAS DAN
SENSITIVITAS HANDAK
 Densitas kritis terbentuk bila partikel2 pembentuk handak terlalu
rapat, shg tidak terdapat voids sebagai ruang bagi terbentuknya hot
spots agar terjadi detonasi
 Densitas handak berhubungan erat dengan sensitivitasnya
 Deadpressing terbentuk bila voids untuk gas rusak, misalnya
karena tekanan, gelombang kejut, shg mengurangi sensitivitasnya.
Kekuatan Detonasi
Kecepatan Detonasi
Tekanan Detonasi
Tekanan Thd. Lubang Ledak
Daya Ledakan
Energi Efektif
TEKANAN DETONASI
(detonation pressure)
• Tekanan yg terjadi disepanjang zona reaksi peledakan
hingga terbentuk reaksi kimia seimbang sampai ujung
handak yang disebut dgn bidang Chapman-Jouguet (C-
J plane). Umumnya memp satuan MPa.
• Dari penelitian oleh Cook menggunakan foto sinar-x,
diformulasi tekanan detonasi sbb:

PD  ρe x VD x U p
ρe x VD 2
PD 
Up  0,25 x VD 4
Dimana: PD = tekanan detonasi, kPa
• ANFO dgndensitas 0,85 gr/cc dan VOD
e = densitas handak, gr/cc
3700 m/s
VD==2900
memiliki PD kecep
MPadetonasi, m/s
TEKANAN THD LUBANG LEDAK
(borehole pressure)
• Tekanan terhadap dinding
lubang ledak akibat ekspansi
detonasi gas
• Biasanya sekitar 50% dari
tekanan detonasi
• Volume dan laju kecep gas
yang dihasilkan peledakan
mengontrol tumpukan dan
lemparan fragmen batuan
dikelompokkan sbb:

 AGEN PELEDAKAN (BLASTING


AGENTS)
 BAHAN PELEDAK BERBASIS “NG”
 PERMISSIBLE EXPLOSIVE
 BLACK POWDER
KLASIFIKASI AGEN PELEDAKAN
AMMONIUM NITRAT (NH4NO3)

BAHAN BAKAR KARBON


AIR, NITRAT INORGANIK, ZAT PEREKAT, ZAT PENGENDAP
(biasanya solar atau Fuel
Oil/FO)

CAMPURAN LAIN ASAM PENGOKSIDA PARAFIN, ZAT GULA, ALUMINIUM


ALUMINIUM UNTUK MENINGKATKAN (oxidizing acid) KARBON, DLL
DENSITAS (sensitizer bukan bahan
peledak)

AGEN PELEDAKAN KERING AGEN PELEDAKAN KERING


BERALUMINIUM DENSITAS TINGGI AGEN PELEDAKAN AGEN PELEDAKAN LUMPUR
(aluminized dry blasting agent) (densifieddry blasting agent) AGEN PELEDAKAN
LUMPUR MENGANDUNG LUMPUR MENGANDUNG ALUMINIUM
ASAM (slurry blasting agent) (aluminized slurry blasting
AGEN PELEDAKAN KERING (acid slurry blasting agent) agent)
ATAU ANFO
(dry blasting agent - ANFO)
"AGEN PELEDAKAN LUMPUR"
(slurry blasting agent)
"AGEN PELEDAKAN KERING"
(dry blasting agent)
TNT, TEPUNG NITROSTARCH
TAK BERASAP
(sensitizer bahan peledak)

ALUMINIUM

BAHAN PELEDAK
BAHAN PELEDAKAN
LUMPUR BERALUMINIUM
LUMPUR
(aluminized slurry
(slurry explosive)
explosive)

"BAHAN PELEDAK LUMPUR"


(slurry explosives)
SIFAT-SIFAT ANFO (2)
(Data diperoleh dari Dyno Nobel untuk Prilled ANFO)

• Densitas:
– Poured (gr/cc) 0,80 – 0,85
– Blow Loaded (gr/cc) 0,85 – 0,95
• Energi (MJ/kg): 3,7
• RWS (%): 100  (373 kj/gr)
• RBS:
– Poured (%) 100  (317 kj/cc)
– Blow Loaded (%) 116
• Diameter lubang ledak min.:
– Poured (mm) 75
– Blow Loaded (mm) 25
• Ketahanan thd. air: buruk
• Shelf Life:
– Maks. 6 bulan tergantung temperatur dan
kelembaban gudang
– Gudang yang bersuhu dan kelembaban tinggi akan
membuat ANFO rusak, ditandai dgn pengerasan atau
caking yg akan mengurangi kinerja peledakan
• Waktu Tidur (Sleep Time) :
– Dalam kondisi normal kering dengan lubang tertutup
stemming yang baik, ANFO dapat ditidurkan sampai
6 bulan
– Kehadiran air dalam lubang akan menurunkan secara
dramatis waktu tidur
BULK ANFO (1) Oxygen Balance
3800 joules of heat / gr expl.
100

90

80

ENERGI PER KG (RWS), %


70

60
Non-absorbent dense Absorbent porous prill
prill 50
FO diserap merata dengan
Distribusi FO tdk merata, perbandingan yang
shg oxygen balance buruk proporsional 40 deficient FO -
excess Oxygen
30
excess FO -
20
deficient Oxygen
10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

FUEL OIL, % (berat)


BAHAN PELEDAK SLURRY
ATAU WATERGEL
Istilah slurries dan watergel adalah sama artinya, yaitu campuran
oksidator, bahan bakar, dan pemeka (sensitizer) di dalam media air
yang dikentalkan memakai gums, semacam perekat, sehingga
campuran tersebut berbentuk jeli atau slurries dan mempunyai
ketahanan terhadap air yang sempurna.

Sebagai campurannya adalah:


• oksidator bisa dipakai sodium nitrat atau ammonium nitrat
• bahan bakarnya adalah solar atau minyak diesel,
• pemekanya bisa berupa bahan peledak atau bukan bahan peledak

Semuanya diaduk dalam 15% media air.


PRINSIP EMULSIONS (1)
• Adalah matriks yang terbentuk dari fase
larutan oksidator di dalam fase fuel yang AN (AMMONIUM NITRAT)
dipertahankan sifat-sifatnya (continuous fuel
phase) ditambah emulsifier (biasanya cuka) 94%

agar campuran tetap bersatu. Komposisi ini


ANFO +6%
disebut tipe water in oil.
(94% AN + 6% FO) FO
• Ukuran partikel menjadi kecil berbentuk
droplets emulsi handak 81%

• Konsentrasi matriks emulsi tidak larut air +18%


• Dapat dibuat di pabrik atau pada truck MMU EMULSI AIR

• Densitas antara 1,1 – 1,35 gr/cc (76% AN + 5% FO + 18% +1%


AIR + 1% EMULSIFIER)
• VOD antara 4500 – 5800 m/s dan RWS < EMULSI
ANFO tapi RBS > ANFO FIER
EMULSIONS (2)

ANFO 2,00 mm Semua 3500 -


padat 4500

Dynamit 0,20 mm Semua 4000


padat

Slurry 0,20 mm Padat / 3300


liquid

Emulsi 0,001 Liquid 5000 -


mm 6000

Bampfield & Morrey, 1984


JENIS HANDAK BERBASIS EMULSI
(kemasan berbentuk cartridge)

PRODUSEN
SIFAT DAHANA DYNO ICI SASOL SMX
NOBEL EXPLOSIVE
Merk dagang Dayagel magnum Emulite Seri Powergel Seri Emex

Desitas, gr/cc 1,25 1,18 – 1,25 1,16 – 1,32 1,12 – 1,24

Berat/karton, kg 20 25 20 --

RWS, % 119 111 98 – 118 74 – 186

RBS, % 183 162 140 – 179 97 – 183

VOD, m/s 4600 – 5600 5000 – 5800 4600 – 5600 4600 – 5600

Diameter, mm 25 – 65 25 – 80 25 – 65 25 – 65

Ketahanan thd air Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik

Penyimpanan, thn 1 1 1 1
RUANG BUTIRAN 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
UDARA ANFO

% ANFO
CAMPURAN
RUANG UDARA EMULSI / ANFO 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
TERISI OLEH
EMULSI
% EMULSI

0,80 1,10 1,24 1,33 1,35 1,28 1,29 1,30

DENSITAS, gr/cc

Tidak Sedang Sangat baik

KETAHANAN THD. AIR

4700 6000

VoD TEORITIS, m/s


Sulit Dapat dipompa
Tidak dapat dipompa dipompa dengan mudah

KEMAMPU-POMPAAN
Tidak dapat diulir
Dapat diulir (auger) dengan mudah ke arah atas

KEMAMPU-ULIRAN
Didefinisikan sebagai bahan-bahan pembantu
peledakan yang HABIS PAKAI, yaitu:

»DETONATOR«
»SUMBU PELEDAKAN«
»SAMBUNGAN«
Mempersiapkan
detonator dan sumbu-
sumbu peledakan
PENTING

1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang
peka (sensitif), berfungsi menerima efek panas dengan sangat
cepat dan meledak menimbulkan gelombang kejut. Bahannya
disebut ASA, yaitu campuran lead azide atau lead stypnate dan
aluminium.
2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah
bahan peledak kuat dengan VoD tinggi. Fungsinya menerima
gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan yang besarnya
tergantung pada berat isian dasar tersebut. Jenis bahan
peledaknya adalah PETN, TNT, atau kombinasi keduanya
dengan perbandingan tertentu.
1. DETONATOR BIASA (PLAIN DETONATOR)
2. DETONATOR LISTRIK (ELECTRIC DETONATOR)
3. DETONATOR NONEL (NONEL DETONATOR)
4. DETONATOR ELEKTRONIK (ELECTRONIC DET.)

Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya dan
diidentifikasi sbb: (dari ICI Explosive)
1. detonator No. 6 = 0,22 gr PETN
2. detonator No. 8 = 0,45 gr PETN
3. detonator No. 8* = 0,80 gr PETN
kabel listrik

plastik berwarna
leg wire
selubung kabel

penyumbat
penyumbat

fusehead : elemen
- kawat halus yg waktu tunda
memijar
tabung silinder
- ramuan pembakar
tabung silinder
isian utama

isian dasar

SIMULTANEOUS DELAY

MEKANISME PELEDAKAN DETONATOR LISTRIK


1. Setelah listrik mengalir melalui legwire, kawat halus (bridge wire) yang diselubungi ramuan pembakar, secara
keseluruhan disebut fusehead, di dalam detonator akan memijar.
2. Apabila pijar dari kawat halus terbentuk, maka ramuan pembakar langsung terbakar dan timbul energi panas
dalam ruang detonator yang akan menginisiasi isian utama.
3. Untuk detonator tunda, energi panas dirambatkan dulu melalui elemen tunda yang lamanya sesuai panjang
elemen tunda atau jenis bahan lain penghambat panas sebelum menginisiasi isian utama.
4. Selanjutnya ledakan isian utama menginisiasi isian dasar yang menghasilnya intensitas ledakan lebih besar
sesuai beratnya.
A. KELEBIHANNYA:

• Jumlah lubang yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak


• Dengan adanya elemen tunda dalam detonator, pola peledakan menjadi
lebih bervariasi dan arah serta fragmentasi peledakan dapat diatur dan
diperbaiki. Demikian juga getaran bisa dikurangi.
• Penanganan lebih mudah dan praktis
B. KELEMAHANNYA:
• Tidak boleh digunakan pada cuaca mendung apalagi disertai kilat, karena
kilatan dapat mengaktifasi aliran listrik, sehingga terjadi peledakan premature.
• Dipengaruhi gelombang radio, televisi, dan “arus liar” atau stray currents dan
listrik statis (static electricity) dari dalam bumi serta arus listrik lainnya dapat
mengaktifasi aliran listrik pada detonator
• Membutuhkan peralatan peledakan khusus listrik, yaitu sumber arus listrik,
alat penguji tahanan, penguji arus, detektor kilat dan peralatan listrik lainnya
yang memerlukan biaya.
A. CIRI-CIRI KHUSUS:

• Dilengkapi sepasang kawat (kabel) dengan warna yang berbeda keluar


dari detonator yang disebut LEG WIRE
• Terdapat waktu tunda yang ditempel pada ujung kawat dengan penomoran
dari 0, 1, 2, 3, …. dst
B. •SIFAT-SIFAT
Kedua ujung kawat selalu dihubungkan sebelum dilakukan perangkaian
PENTING:
• Bisa meledak bila terkena panas yang berlebih atau dibakar, dipukul-pukul,
dan dibanting keras.
• Dapat terinisiasi oleh arus liar (stray currents), listrik statis (static electricity)
dari dalam bumi, petir atau kilat serta arus listrik lainnya dapat mengaktifasi
aliran listrik
• Untuk menginisiasi harus digunakan alat pemicu khusus yang disebut
BLASTING MACHINE atau EXPLODER
WASPADAI DETONATOR LISTRIK YG RUSAK, BILA:
 LEGWIRE TIDAK ADA ATAU HANYA SATU ATAU PANJANG SEBELAH
 SELUBUNGNYA PENYOK, BERLUBANG DAN KARET PENYUMBAT TIDAK ADA
Nomor dan nilai nominal waktu tunda
detonator listrik
ICI Explosives
(1989) Du Pont ms Delay Series (1980)
"L" Series Carrick Nominal
No. Half Second
Short Delays Delays Delay Time Delay Tag Color
Delay Delays (ms)
(ms) (ms) (ms)
0 5 5 0 0 --
1 30 30 500 25 Black
2 55 55 1000 50 Red
3 80 80 1500 75 Blue
4 105 135 2000 100 Lilac
5 130 165 2500 125 Green
6 155 195 3000 150 Orange
7 180 230 3500 175 White
8 205 265 4000 200 Olive
9 230 300 4500 250 Brown
10 255 410 5000 300 Buff
11 280 480 5500 350 White
12 305 560 400 White
13 335 650 450 White
14 365 500 White
15 395 600 White

dst. dst.
1. Connecting wire; kawat penyambung leg wire antar lubang
 Kondisi udara normal dan kering digunakan kawat tembaga berukuran 20 AWG yang
diisolasi plastik PVC.
 Untuk menyambung sampai ke dalam lubang, karena leg wire terlalu pendek, dan kondisi
basah dipakai kawat tembaga berdiameter antara 21 – 23 AWG dan diisolasi plastik PVC.
2. Bus wire, adalah kawat tembaga tanpa isolasi atau kawat terbuka berukuran 10, 12 atau
14 AWG yang diperlukan untuk peledakan bawah tanah. Kawat alumunium dilarang
karena khawatir teroksidasi (resistensi tinggi)
tabung silinder isian dasar BAGIAN-BAGIAN UTAMA DAN
(shell) (base charge)
MEKANISME PELEDAKANNYA

1. Bagian-bagian utama detonator biasa


ramuan pembakar
isian utama adalah Ramuan Pembakar (ignition
(Ignition mixture)
(primer charge) mixture), Isian Utama (primary charge),
ruang kosong disediakan untuk dan Isian Dasar (base charge).
sumbu bakar (safety fuse) 2. Terdapat ruang kosong pada salah satu
ujungnya yang berfungsi untuk
menyisipkan sumbu api atau sumbu
bakar atau safety fuse.
3. Mekanisme peledakan detonator biasa
diawali dari sumber panas yang berasal
langsung dari api melalui sumbu api
yang akan membakar Ramuan
Pembakar.
4. Panas yang ditimbulkan oleh Ramuan
Pembakar akan menginisiasi Isian
Utama, yang selanjutnya meledakkan
Isian Dasar.
A. KELEBIHANNYA:
• Tidak dipengaruhi oleh gelombang radio dan “arus liar” dari dalam
bumi serta arus listrik lainnya karena tidak ada unsur listrik
• Lebih praktis, murah dan mudah mengontrol bila digunakan untuk
meledakkan beberapa lubang ledak (kurang dari 10 lubang) dalam cuaca
normal / kering atau untuk secondary blasting.
B. KELEMAHANNYA:
• Jumlah lubang yang diledakkan terbatas karena detonator biasa
sangat dipengaruhi oleh kelembaban
• Harus terlebih dahulu disambung dengan sumbu api ( safety fuse)
• Tidak ada detonator biasa tunda, kecuali hanya dengan membedakan
panjang sumbu apinya, sehingga akurasi tunda sulit dicapai
• Membutuhkan alat penguat sambungan (cramper) ketika sumbu api
disisipkan ke dalam detonator biasa.
• Membutuhkan pengalaman yang cukup lama untuk trampil dalam
proses penyambungan detonator biasa dengan sumbu api.
A. CIRI-CIRI KHUSUS:
• Salah satu bagian ujungnya terbuka untuk menyisipkan sumbu
api
• Panjang detonator relatif sama
• Dikemas dalam dos (kotak) yang isinya 100 detonator per
kotak
B. SIFAT-SIFAT PENTING:
• Bisa meledak bila terkena panas yang berlebih atau dibakar, dipukul-
pukul, dan dibanting keras.
• Untuk menginisiasi dengan cara menyambungnya terlebih dahulu
dengan sumbu api, kemudian sumbu api dibakar menggunakan korek
api atau alat khusus yang menghasilkan pijar (ignitor)
WASPADAI :
 JANGAN MENGOREK-NGOREK ISIAN DETONATOR MENGGUNAKAN APA SAJA
 DETONATOR BIASA RUSAK BILA SELUBUNGNYA PENYOK ATAU BAGIAN
ALASNYA BERLUBANG BERLUBANG
• Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke
detonator biasa pada peledakan dengan
menggunakan detonator biasa. Dapat dikata-kan
bahwa sumbu merupakan pasangan detonator
biasa, karena detonator biasa tidak dapat
digunakan tanpa sumbu api.

• Bagian inti dari sumbu api adalah blackpowder


atau gunpowder yang tergolong bahan
peledak lemah (low explosive) dan dibungkus
oleh tekstil serta dilapisi material kedap air,
misalnya aspal dan plastik.
• Dikemas dalam gulungan (rol) dengan
panjang 12,5 m/ rol atau 250 m/rol
• Fungsi sumbu api untuk merambatkan api dengan kecepatan tetap.
Perambatan api dapat menyalakan ramuan pembakar (ignition
mixture) di dalam detonator biasa, sehingga dapat meledakkan isian
primer dan isian dasarnya.

• Sumbu api merambat (deflagrate) dengan kecepatan rambat yang


biasa diperdagangkan adalah:
1. Ketentuan di Amerika, 130 ±10 det/meter bila terletak di daerah
permukaan laut
2. Ketentuan di Eropa 120 ±10 det/meter pada kondisi yang sama
dengan di atas
3. Ketentuan di Australia 100 ±10 det/meter pada kondisi sama
dengan di atas (60 cm / menit)
MEMASANG SUMBU API DENGAN
DETONATOR BIASA

Cramper alat untuk


menjepit (mengklem)
sambungan sumbu
api dengan detonator
biasa

bagian ujung yang bagian ujung yang


dipotong miring dipotong tegak lurus

SUMBU API

blackpowder bersentuhan
Blackpowder dengan ramuan pembakar
dibakar dalam detonator
Multiple Fuse Ignitor (MFI)
adalah:
• Alat bantu penyulut beberapa sumbu api berupa silinder terbuat dari tembaga atau
alumunium dan didalamnya terdapat ramuan pembakar.
• Diameter silinder dirancang sesuai dengan jumlah sumbu api yang bisa
dimasukkan, umumnya sekitar 8 sumbu dan sebuah sumbu pokok (master fuse).
• Sumbu pokok adalah sumbu yang menghantarkan rambatan api ke dalam silinder
MFI untuk menyulut 8 sumbu lainnya secara bersamaan melalui ramuan
pembakaran.

No. 1, 2 dan 3 adalah


master fuse dan yg
lainnya adalah sumbu
api yang masuk ke
1
masing-masing lubang
ledak
2

3
BEANHOLE

Bean-hole

Penyambungan sumbu api dan bean-


hole dengan PIC-cepat
SLOT CONNECTOR

Slot penyambung Penyambungan sumbu api


dengan PIC-lambat dan
penyambung slot
• Berbagai nama untuk sumbu ledak yang dikenal di lapangan antara lain detonating cord,
detonating fuse, atau cordtex.
• Sumbu ledak adalah sumbu yang pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN, yaitu
salah satu jenis bahan peledak kuat dengan kecepatan rambat sekitar 6000 – 7000 m/s. Jadi
sumbu ledak adalah BAHAN PELEDAK KUAT berbentuk sumbu.
• Komposisi PETN di dalamnya bervariasi dari 3,6 – 70 gr/m. Yang sering digunakan adalah
sumbu ledak dengan isian PETN 3,6 gr/m atau 5 gr/m karena akan mengurangi kerusakan
stemming, bahan peledak dlm kolom lubang ledak, dan pengaruh air blast.

Anyaman tekstil
sintetis
Serat nylon

Selubung PETN Inti katun


plastik
SUMBU LEDAK DARI DYNO NOBEL

Explosives Class: 1.1D U.N. No: 0065

Explosive Type PETN.


Velocity of Detonation (m/sec) (min) 6500

Special 25 Special 50

Colour Green Blue


Nominal
Core Load (g/m) 5.0 10.0
Nominal
Diameter (mm) 4.2 5.0
Minimum
Strength (kg) 90 113
Packing Reels (m) 2 x 500 2 x 305

WASPADAI !!! SUMBU LEDAK YANG RUSAK BILA:


 TERENDAM DALAM LARUTAN MINYAK ATAU AIR 
 SELUBUNGNYA SOBEK, PATAH, ATAU TERLALU MENEKUK 
Menggunakan semua jenis detonator standar nomor 6 atau 8 yang
ditempelkan kuat (diselotip) pada sumbu ledak.

Sumbu api
Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8
peledakan

Sumbu ledak Selotip kuat

Leg wire
Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8
peledakan

Sumbu ledak Selotip kuat


SAMBUNGAN ANTAR SUMBU LEDAK

Sambungan Sambungan ikat Sambungan ikat bunga cengkeh dgn


“L” bunga cengkeh ujung diseloitip kearah downline

Sambungan 3 putaran Penyambung plastik antara Simpul mati untuk memper-


trunkline dan downline panjang trunkline
BAGIAN-BAGIAN DETONATOR NONEL

tabung alumunium elemen transisi penyumbat anti-


statis
pelapis baja sumbu nonel

isian utama elemen tunda plug penutup


isian dasar
tidak tembus air

WASPADAI DETONATOR NONEL YG RUSAK, BILA:


 TABUNGNYA BERLUBANG, PENYOK, PLUG PENUTUPNONEL LEPAS, ATAU
SUMBU NONELNYA TERLIPAT-LIPAT
1. Berfungsi sebagai saluran signal energi menuju detonator nonel. Pada bagian ujung
sumbu dipres atau ditutup yang disebut dengan ultrasonic seal. Jangan coba-coba
memotong ultrasonic seal ini karena uap air akan masuk kedalam sumbu dan dapat
menyebabkan gagal ledak. Sumbu nonel terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
Lapisan luar
– Lapisan luar: untuk ketahanan terhadap goresan dan Lapisan tengah
perlindungan terhadap ultra violet
– Lapisan tengah: untuk daya regang dan ketahanan
terhadap zat kimia
– Lapisan dalam: menahan bahan kimia reaktif, yaitu
jenis HMX atau octahydrotetranitro-tetrazine dan
aluminium. HMX bersuhu stabil dan memiliki densitas HMX satu layer
serta kecep detonasi yang tinggi. Lapisan dalam Dari Dyno
Nobel

2. Untuk menginisiasi digunakan alat pemicu khusus yang disebut Shot firer atau
Shot gun atau menggunakan detonator listrik atau biasa nomor 8. Ketika inisiasi
impact dilakukan, transmisi signal energi rendah bergerak disepanjang sumbu
dgn kecepatan propagasi enam kali kecepatan suara (2000 m/s), shg detonator
nonel meledak.
1. Sumbu nonel, telah diuraikan sebelumnya
“J” hook + label tunda
2. Detonator nonel, yang berkekuatan nomor 8.
Komponen utama dalam detonator nonel sama
dengan detonator listrik yang membedakannya
sumbu nonel
hanya pada mekanisme pembentukan energi
panasnya. Bagian-bagiannya sudah diuraikan
sebelumnya. deto. nonel
3. Label tunda, yaitu label dengan warna tertentu
yang menandakan tipe priode tunda halfsecond,
quartersecond, atau millisecond dan waktu
nominal ledaknya. Hanya saja label ini bisa rusak
sumbu nonel
atau lepas, sehingga identitas waktu tunda tidak label tunda
diketahui. Bila hal tersebut terjadi bisa
membingungkan dan berbahaya.
4. “J”Hook, adalah alat untuk menyisipkan
detonating cord. Fasilitas ini tidak selalu ada atau “J” hook
modelnya yang berbeda. Nomor tunda biasanya
juga dituliskan pada “J” Hook ini.
• iN-hOLE atau dOWNLINE, yaitu satu set detonator nonel yang
dimasukkan ke dalam lubang ledak (sebagai primer)
• tRUNKLINE atau sURFACE, yaitu satu set detonator nonel
yang dipasang di permukaan sebagai penyambung antar lubang
• cONTROL LINE, adalah satu baris sambungan nonel sebagai
pengontrol inisiasi seluruh lubang ledak. Letaknya tergantung
pola peledakan yang dikehendaki. Pada peledakan tambang
terbuka, umumnya diletakkan paling depan sejajar dengan
bidang bebas, tapi bila digunakan pola peledakan Box Cut
diletakkan pada baris tengah sejajar bidang bebas
• Dengan demikian waktu tunda (delay system) pada peledakan
nonel dapat terjadi di dalam lubang ledak maupun dipermukaan.
PENYAMBUNG NONEL DI PERMUKAAN
(SURFACE)
Dari Dyno Nobel Explosives Class: 1.1B U.N. No: 0360

NONEL tube colour Pink


NONEL tube diameter (mm) 3.0 (STD)
NONEL tube VOD (m/sec) 2100  300
SNAPLINE clip capacity 5 STD tubes

1. Will not initiate detonating cord.


2. Tested using standard procedures at 20C.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
DETONATOR NONEL
A. KELEBIHANNYA:
• Jumlah lubang yang dapat diledakkan cukup banyak, bisa mencapai ratusan
• Dengan adanya waktu tunda di dalam lubang ledak maupun di permukaan, maka:
– akan menghasilkan arah lemparan fragmentasi hasil peledakan lebih presisi,
– butiran fragmentasi lebih baik dibanding peledakan lainnya, dan
– getaran dapat lebih dikurangi
• Dapat dikombinasikan dengan sumbu ledak
• Tidak terinisiasi oleh arus listrik normal, shg dpt digunakan walaupun cuaca mendung

B. KELEMAHANNYA:
• Perlu ekstra hati-hati mengatur waktu tunda di permukaan maupun di dalam
lubang ledak agar tidak gagal ledak
• Urut-urutan waktu tunda memerlukan perhatian yang cukup, sehingga
mempengaruhi kecepatan perangkaian
• Membutuhkan peralatan peledakan khusus untuk menginisiasi, paling tidak
memerlukan satu detonator listrik atau detonator biasa.
POSISI PRIMER DALAM KOLOM
LUBANG LEDAK
Dari detonator bisa berupa:
- Kabel listrik ; - Sumbu Ledak
- Sumbu nonel ; - Sumbu Api

Penyumbat
(stemming)

Kolom lubang
ledak

Bahan peledak TOP


utama (COLLAR)
DECK
(Primary Charge) PRIMING
(MIDDLE)
PRIMING

BOTTOM
PRIMING
PEMBUATAN PRIMER

1)

a. Cara ke 1 b. Cara ke 2

Detonator listrik

2)

3)

Detonator biasa dengan a. Cara ke 1 b. Cara ke 2

sumbu api Sumbu ledak


BOOSTER YANG DIRANCANG
UNTUK PRIMER DARI PABRIK
BAHAN PELEDAK BERBASIS NG
DAN PERMITTED EXPLOSIVE
CARA MENGINISIASI
DETONATOR
Didefinisikan sebagai perangkat pembantu peledakan
yang dapat dipakai berulang kali

DIKELOMPOKKAN MENJADI:
1. Peralatan yang langsung berhubungan
dengan teknik peledakan
2. Peralatan pendukung peledakan
PERALATAN YG BERHUBUNGAN
LANGSUNG DGN PELEDAKAN

• Alat pemicu ledak:


– Pada peledakan listrik (Blasting Machine)
– Pada peledakan nonel (Shot gun/ Shot firer)
• Alat bantu peledakan listrik:
– Blasting Ohmmeter (BOM)
– Pengukur kebocoran arus listrik
– Multimeter peledakan
– Pengukur kekuatan blasting machine
– Pelacak kilat (lightning detector)
• Alat bantu peledakan lain:
– Kabel listrik utama (lead wire) atau sumbu nonel utama (lead-in line)
– Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan det.biasa)
– Meteran (50 m) dan tongkat bambu (± 7 m) diberi skala
• Alat pencampur dan pengisi
 Disebut Blasting Machine (BM) atau Exploder
 FUNGSI : untuk menyuplai energi listrik yang
cukup pada sistem peledakan listrik
 CIRI-CIRIkhusus / bagian-bagian penting:
terdapat dua slot kutub listrik, terdapat
engkol atau kunci kontak, dan lampu
indikator
TIPE GENERATOR: Pengumpulkan energi listrik menggunakan
gerakan mekanis dengan cara memutar engkol (handle) yang telah
disediakan. Putaran engkol dihentikan setelah lampu indikator
menyala yang menandakan arus sudah maksimum dan siap
dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang digunakan.

TIPE BATERAIPengumpulan energi listrik melalui baterai, yaitu


dengan cara mengontakkan kunci kearah “starter” dan setelah
lampu indikator menyala berarti kapasitor penuh dan arus sudah
maksimal serta siap dilepaskan

Untuk pengamanan engkol dan kunci harus bisa dilepas dan


hanya dipegang oleh Juru Ledak
• Disebut dengan shot gun atau shot firer atau nonel starter
• FUNGSI : sebagai penyuplai gelombang kejut pada
detonator nonel melalui sumbu nonel (nonel tube)
• TIPE : didasarkan atas pemicunya, digerakkan secara
mekanis atau oleh baterai untuk membentuk gelombang kejut
terhadap HMX yang terdapat di dalam sumbu nonel
• CIRI-CIRI khusus : untuk tipe yang digerakkan secara
mekanis dilengkapi Shot Shell Primer, sedangkan yang
menggunakan baterai dapat menimbulkan percikan api
bertekanan tinggi
• Striker, sebagai penutup nonel starter sekaligus media yang apabila
dipukul atau diinjak kaki akan menggerakkan per di dalam barrel
yang akan memberi efek impact terhadap Shot Shell Primer.
• Barrel, adalah badan nonel starter sebagai penampung Shot Shell
Primer dan sumbu nonel yang disisipkan kedalamnya
• FUNGSI: Untuk membantu kelancaran sistem
peledakan listrik agar tidak terjadi gagal ledak
• JENIS:
 pengukur tahanan (blastohmeter)
 pengukur kebocoran arus (earth leakage tester )
 penguji kapasitas BM (rheostat dan fussion tester)
 multimeter peledakan (blasting multimeter)
 detektor kilat (lightning detector), dan
 kawat utama (lead wire atau lead lines atau firing line).
Blastometer digital model 104
buatan Thomas Instruments, Inc.
Diproteksi oleh bahan yang tidak
mudah pecah. Ukuran 76 x 76 x
38 mm, berat 340 gr

Blastometer 80 buatan ICI Explosives


dapat mengukur tahanan antara 0–30
ohms dan 0 – 300 ohms. Diproteksi
oleh plastik yg dicetak dan kokoh.
Ukuran 95 x 140 x 60 mm, berat 500 gr.
OHT 13
ALAT PENGUKUR KEBOCORAN ARUS DAN
MULTIMETER PELEDAKAN

PENGUKUR KEBOCORAN MULTIMETER PELEDAKAN


LISTRIK
DETEKTOR KILAT
(LIGHTNING DETECTOR)

A. THOR LIGHTNING SENTRY, ICI EXPLOSIVE B. MODEL 350, THOMAS INSTRUMENTS,


INC
• Panjang kabel utama ditetapkan berdasarkan ukuran jarak paling
aman antara lokasi peledakan dengan tempat berlindung agar
terhindar dari kemungkinan lemparan batu
• Kabel utama ditarik ke arah berlawanan atau samping kiri atau
kanan dari arah lemparan hasil peledakan
• Ukuran kabel (kawat) yang cocok sebagai lead wire:
untuk peledakan pada kondisi normal adalah kawat tembaga
ganda berukuran 23/0,076 yang diisolasi dengan plastik PVC
dengan tahanan 5,8 ohms per 100 m atau dapat pula digunakan
kawat tembaga ganda berukuran 24/0,20 mm dengan tahanan
4,6 ohms per 100 m
untuk peledakan yang berat (heavy duty) dipakai kawat
tembaga berukuran 70/0,76 mm dengan isolasi plastik PVC
mempunyai tahanan 1,8 ohms/100 m atau dapat dipakai kawat
tembaga 50/0,25 mm dengan tahanan 1,4 ohms/100 m.
CONTOH KABEL UTAMA PADA
PELEDAKAN LISTRIK

a. Untuk kondisi normal b. Untuk peledakan berat


• Sumbu nonel tergolong pada “perlengkapan peledakan” karena hanya
dapat dipakai satu kali. Tidak seperti kabel utama pada peledakan listrik
yang dapat digunakan berulang kali.
• Panjang sumbu nonel sudah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya, yaitu
antara 500 – 3000 m per gulung (rol). Dimensi rol sekitar tinggi 30 cm
dan diameter 40 cm.
• Recomendasi penyambungan yang diberikan Dyno Nonel sbb:
CONTOH SUMBU NONEL UTAMA
BUATAN DYNO NOBEL
• Alat khusus yang digunakan untuk menjepit atau mengikat kuat
detonator biasa dengan sumbu api
• Sumbu api dikatagorikan juga sebagai sumbu non-electric
• CARA PENGGUNAAN:
– Masukkan sumbu api ke dalam detonator biasa. Persyaratan
pemotongan sumbu api harus dipenuhi sebelum dimasukkan ke
dalam detonator biasa.
– Yakinkan bahwa sumbu api benar-benar telah menyentuh sumbu
pembakar dalam detonator biasa.
– Posisikan cramper pada ujung detonator biasa, kemudian jepit
detonatornya. Saudara bisa melakukan penjepitan lebih dari satu kali
untuk meyakinkan sambungan cukup kuat
• Umumnya menggunakan meteran berbentuk rol dengan panjang ± 50 m
• Meteran terbuat dari plastik atau bahan yang tahan terhadap air dan tahan
terhadap tarikan
• Fungsi meteran pada peledakan:
– mengukur kedalaman lubang ledak
– mengukur burden dan spasi, serta
– ketinggian jenjang
• Cara pemakaian meteran untuk mengukur kedlm’an lubang ledak :
– Gunakan pemberat yang diikat kuat pada ujung meteran berskala nol
– Turunkan perlahan-lahan ke dalam lubang sampai ke dasar lubang
– Apabila penurunan pemberat tidak lancar, maka perlu di tekan menggunakan
tongkat bambu secara perlahan. Kuncinya selalu diupayakan kondisi lubang
ledak sebagaimana mestinya
– Catat kedalaman lubang ledak tersebut

OHT 25
• Nama lain adalah TEMPER
• Disarankan tongkat terbuat dari bambu atau sejenisnya
• Bila menggunakan logam, pakailah bahan alumunium. Tidak
diperkenankan menggunakan tongkat besi yang dapat
menghantar listrik
• Panjang tongkat antara 5 – 7 m
• Bahan peledak (khususnya ANFO) tidak boleh ditumbuk, cukup
dengan hanya menekan perlahan-lahan agar butirannya tidak
hancur. Penekanan dimaksudkan agar butiran menyebar
kedinding lubang (COUPLING)
• Stemming perlu ditumbuk hingga butirannya saling mengunci,
karena fungsi stemming sebagai penyumbat agar energi ledak
tidak mengarah keatas atau terjadi stemming ejection.
1. Alat pencampur bahan peledak harus memenuhi beberapa
persyaratan, sebab hasilnya berupa bahan peledak kuat yang
berbahaya bagi keselamatan kerja. Persyaratan tersebut yaitu:
• Bahan yang kontak dengan AN terbuat dari stainless-steel atau diberi lapisan
epoxy.
• Pada waktu bekerja tidak menimbulkan panas yang berlebih atau listrik statis.
2. Pengisian lubang ledak dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan alat bantu mekanis. Cara pengisian
dibedakan berdasarkan diameter lubang ledak dan untuk
alasan tersebut lubang ledak dikelompokkan menjadi:
• Diameter “Kecil” : < 50 mm (2”)
• Diameter “Sedang” : 50 – 100 mm (2” – 4”)
• Diameter “Besar” : > 100 mm (4”)

OHT 27
ALAT PENCAMPUR DAN PENGISI ANFO
Poros tempat engkol
bila alat dioperasikan
tangan

Corong untuk
butiran AN

Pipa saluran pengeluaran


ANFO (extruder) sistem
auger

Inlet untuk
Fuel Oil

Pencampur ANFO
“COXAN” (ICI Expl.)

ANFO loader

ALAT PENGISI
LUBANG KECIL
Pneumatic cartridge
charger (blow
PENGISIAN BAHAN PELEDAK PADA
PENGGALIAN BAWAH TANAH
Cartridge

Tongkat pendorong
dan pemadat

Primer

Pengisian manual lubang ledak


pada pembuatan terowongan

Tongkat
pendorong

Pengisian manual lubang ledak pada


penambangan batubara bawah tanah

OHT 29
PENGISIAN MANUAL LUBANG LEDAK PADA
TAMBANG TERBUKA

Seseorang meme- ANFO dituang ke Hose pengukur keda-


gang legwire lubang ledak laman bahan peledak
PENGISIAN LUBANG LEDAK SECARA MEKANIS

Pengisian bahan peledak menggunakan Mobile Mixing/Manufacturing


Unit pada lubang ledak besar dan produksi besar di tambang terbuka
(PT Dahana Indonesia)
a. alat pendukung utama, berhubungan
dengan aspek keselamatan dan keamanan
kerja, serta lingkungan, misalnya alat
pengangkut dan alat pengaman
b. alat pendukung tambahan, terfokus pada
penelitian peledakan yang tidak selalu
dipakai pada peledakan rutin, misalnya
alat pengukur kecepatan detonasi,
pengukur getaran, dan pengukur
kebisingan.
ALAT PENDUKUNG AKTIFITAS
PELEDAKAN
1. PENGANGKUT BAHAN PELEDAK
– Alat atau kendaraan tidak digerakkan oleh listrik
– Tempat atau penampung bahan peledak dapat ditutup
– Bahan peledak kuat dan detonator sebaiknya diangkut dalam
kendaraan terpisah. Apabila tidak memungkinkan, boleh diangkut
dalam kendaraan yang sama dan kedua bahan peledak tersebut
harus berada dalam tempat atau penampung yang terpisah.
– Bagian kendaraan yang kontak dengan bahan peledak terbuat dari
kayu atau bahan lain yang bersifat isolator, misalnya dilapisi belt
conveyor bekas.
– Terdapat alat pemadam kebakaran dan tanda “dilarang merokok”.
– Pada bagian luar terdapat tanda peringatan “bahan peledak” atau
“Explosive” yang dapat terbaca dengan jelas atau membawa
bendera merah.
2. ALAT PENGAMANAN PELEDAKAN
– Detektor kilat (lightning detector), dipergunakan untuk memantau
kemungkinan adanya petir (lihat Gambar 1.6). Peralatan ini hanya
dipakai untuk operasi peledakan dengan sistem peledakan listrik
dan untuk daerah-daerah dengan intensitas petir tinggi.
– Radio komunikasi portable atau handy-talky (HT)
– Sirine dengan tenaga listrik AC atau DC.
– Bendera merah atau pita pembatas area yang akan diledakkan dan
rambu-rambu di lokasi yang diperkirakan terkena dampak negatif
langsung akibat peledakan

Faktor keselamatan dan keamanan kerja harus menjadi


pertimbangan utama dalam melaksanakan operasi peledakan
3. ALAT PEMANTAU PELEDAKAN
– Pemantau getaran (vibration)
– Pemantau kebisingan suara (noise level indicator)
4. ALAT UNTUK TUJUAN PENELITIAN PELEDAKAN
DAN KINERJA BAHAN PELEDAK
• VOD meter
• Video camera kecepatan tinggi
Adalah semua kegiatan baik teknis maupun tindakan
pengamanan yang ditujukan untuk dapat melaksanakan
suatu peledakan dengan efisien dan aman
Topik bahasan:
POLA PENGEBORAN DAN PELEDAKAN
GEOMETRI PELEDAKAN JENJANG
POWDER FACTOR
MENGATASI GAGAL LEDAK (MISFIRE)
MENANGANI BONGKAHAN BATU (BOULDERS)
3m 3m a. Pola bujursangkar
3m
3m b. Pola persegi
panjang
c. Pola zigzag
Bidang bebas
(b) Bidang bebas bujursangkar
(a)
d. Pola zigzag persegi
panjang
3m 3m

2,5 m 2,5 m

Bidang bebas Bidang bebas


(c) (d)
 Secara umum pola peledakan menunjukkan urutan atau sekuensial ledakan
dari sejumlah lubang ledak akibat adanya jeda waktu atau waktu tunda
(delay time).
 Pola peledakan pada tambang terbuka dan bukaan di bawah tanah berbeda
karena adanya faktor pola pengeboran
 Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda
pada sistem peledakan antara lain adalah:
– Mengurangi getaran
– Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)
– Mengurangi gegaran akibat airblast dan suara (noise).
– Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
– Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan
 Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakkan
sekaligus, akan terjadi dampak merugikan, a.l. mengganggu lingkungan
dan hasilnya tidak efektif dan tidak efisien.
Urutan peledakan yang tidak logis bisa
disebabkan oleh :
 penentuan waktu tunda yang terlalu dekat,
 penentuan urutan ledakannya yang salah,
 dimensi geometri peledakan tidak tepat,
 bahan peledaknya kurang atau tidak sesuai
dengan perhitungan.
Acuan dasar penentuan pola peledakan
pada tambang terbuka, yaitu :
 Peledakan tunda antar baris.
 Peledakan tunda antar beberapa lubang.
 Peledakan tunda antar lubang.
PENGARUH ORIENTASI RETAKAN
THD. POLA PELEDAKAN
(R.L. ASH dan KONYA, 1980)

1. Bila orientasi antar retakan hampir tegak lurus,


sebaiknya S = 1,41 B
2. Bila orientasi antar retakan mendekati 60 sebaiknya
S = 1,15 B dan menerapkan interval waktu long-
delay
3. Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka
ratio spasi dan burden (S/B) dirancang dengan pola
bujursangkar (square pattern).
4. Bila peledakan dilakukan pada bidang bebas yang
memanjang, maka arah lemparan sebaiknya terfokus
ke depan (tidak menyebar)
Orientasi antar retakan hampir tegak lurus,
sebaiknya S = 1,41 B

Arah lemparan
batuan

B
4 3 2 1
B y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM
PELEDAKAN 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
Peledakan serentak antar baris, S/B
berpola staggered
Arah lemparan batuan

B
1 1 1 1
B
B y
2 2 2 2
1,4B
B
3 3 3 3
SEBELUM
PELEDAKAN 2B 2B 2B 2B
Bidang bebas yang memanjang, pola
V-cut persegi panjang

Arah lemparan batuan


w

B
4 3 2 1 2 3 4
B y
6 5 4 3 4 5 6
B
8 7 6 5 6 7 8
SEBELUM
PELEDAKAN B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B B
(BENCH BLASTING GEOMETRY)

• Diameter lubang ledak (  )


• Burden ( B )
• Spasi ( S )
B
• Stemming ( T )
• Tinggi jenjang ( H ) T
• Kedalaman lubang ledak ( L )
B
• Subdrilling / Subdrill / Sub H
L
grade ( J ) α PC
• Isian utama / primary charge (
PC)
• Sudut kemiringan lubang ledak J

( )
 KEUNTUNGAN:
– Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
– Untuk jenis batuan yang sama, asesoris bor berumur lebih panjang
– Bahan peledak lebih sedikit
– Biaya pengeboran lebih kecil
 KELEMAHAN:
– Potensi terbentuk toe dan backbreak besar
– Lereng kurang stabil terhadap getaran, perlu analisis kestabilan lereng
– Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
– Permukaan bidang bebas sering tidak rata

 KEUNTUNGAN:
– Akan diperoleh jenjang yang stabil
– Mengurangi resiko timbulnya toe dan backbreak
– Bentuk muck pile lebih baik
– Dapat diterapkan pada batuan yang lemah
– Permukaan bidang bebas lebih mungkin rata
 KELEMAHAN:
– Sulit melakukan pengeboran miring yang akurat
– Umur asesoris bor lebih pendek
– Diperlukan supervisi yang ketat
Membentuk Flyrock
dome di
permukaan

Burden
Burden atau
Burden atau kedalaman
kedalaman kritis optimum

(a) B = 15’ (b) B = 12’ (c ) B = 9’

Burden masih kuat, hanya Mulai terjadi runtuhan di Runtuhan permukaan dan sub-
terjadi penggerusan di permukaan. Burden tak permukaan hampir terbentuk.
sekitar lubang dan retakan runtuh. Beberapa dome Kenampakannya seperti dua lapis
tarik radial terbentuk ke arah terbentuk di permukaan (papan) batuan yang tak pecah. Dome
luar lubang tersebut. di permukaan menggelembung.

(d) B = 6’ (e) B = 3’

Ledakan kawah penuh, burden Ledakan kawah penuh, volume yang


hancur seluruhnya. Runtuhan dihasilkan lebih sedikit dibanding dgn. Berat bhn.peledak
permukaan dan sub-permukaan fragmentasi butir halus. Terbentuk ANFO diasumsikan =
bergerak ke arah bidang bebas. kawah seperti mangkuk, noise dan 18 kg ( 40 lb)
flyrock.
 ( Burden, ft ; de, inci )
SGe
B  3,15 de 3
SGr
☺ Serentak tiap baris lubang ledak (instantaneous single-row blastholes)
H  2B
H  4B  S  H  4B  S  2B
3
☺ Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single-row blastholes)
H  7B
H  4B  S  H  4B  S  1,4B
8
☺ Stemming (T):
– Batuan massif, T=B
– Batuan berlapis, T = 0,7B
☺ Subdrilling (J) = 0,3B
☺ Tinggi jenjang (H) dan burden (B) ditentukan oleh ratio H/B (Stifness Ratio)
Potensi yang terjadi akibat variasi
stiffness ratio (C.J. Konya, 1972)

Stifness Fragmen- Ledakan Batu Getaran


Komentar
Ratio tasi udara terbang tanah
1 Buruk Besar Banyak Besar Banyak muncul back-break di bagian
toe. Jangan dilakukan dan rancang
ulang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang Bila memungkinkan, rancang ulang

3 Baik Kecil Sedikit Kecil Kontrol dan fragmentasi baik

4 Memuaskan Sangat Sangat Sangat Tidak akan menambah keuntungan


kecil sedikit kecil bila stiffness ratio di atas 4
• Tinggi jenjang (H) dan diameter lubang ledak (d) merupakan
pertimbangan pertama yang dipertimbangkan
• Hmaks ditentukan berdasarkan kemampuan jangkauan alat muat
dan peraturan Pemerintah
• Secara empiris H = 60d – 140d
• Burden (B) antar baris; B = 25d – 40d
• Spasi antar lubang ledak sepanjang baris (S) = 1B – 1,5B
• Subgrade (J); J = 8d – 12 d
• Stemming (T); T = 20d – 30d
• Powder Factor (PF) =
Berat bahan peledak (Berat/m) x (Panjang isian)

Volume batuan (B x S x H)
Sebuah perusahaan mendapat proyek untuk
memotong tebing yang akan digunakan jalan raya.
Tinggi jenjang maksimum 30 ft. Karena alat yang
akan digunakan kecil, maka fragmentasi harus sesuai
dengan ukuran peralatan tersebut. Terdapat 2 unit
alat bor yang masing-masing bisa membuat lubang
ledak berdiameter 5 inci dan 7 inci. Rancang
geometrinya agar pembongkaran tebing berhasil
menggunakan:
1. cara Konya
2. rule of thumb dari “ICI Explosive”
• Center cut / pyramid / diamond cut
• Wedge cut / V-cut / angled cut / cut
bentuk baji
• Drag cut / pola kipas
• Burn cut / cylinder cut
Center cut / pyramid /
diamond cut
Wedge cut / V-cut / angled cut
/ cut bentuk baji
Drag cut / pola kipas
Burn cut / cylinder cut
PENGELOMPOKKAN LUBANG LEDAK
PADA PEMBUATAN TEROWONGAN
Roof holes atau
back holes

Stoping holes atau


Tinggi helper holes atau
busur reliever holes

Wall holes
atau rib holes

Cut holes
Tinggi
abutment
Cut spreader holes
atau raker holes

Floor holes atau


lifter holes
• Peledakan khusus dikelompokkan menjadi : Controlled blasting, Precutting,
Demolition, dan Construction Blasting
• Controlled blasting: Lubang ledak perimeter diledakkan terakhir
– Cushion blasting, teknik kontrol peledakan setelah peledakan produksi selesai dengan tujuan memangkas
dinding pada batas akhir penambangan agar rata
– Smooth blasting, sama dengan cushion blasting, tapi pada pembuatan terowongan
– Buffer blasting, teknik kontrol peledakan yg dikerjakan selama produksi berlangsung dimana jarak burden,
spasi dan bahan peledak pada baris lubang terakhir dikurangi

• Precuting: Lubang ledak perimeter diledakkan pertama kali


– Prespliting, teknik kontrol peledakan sebelum peledakan produksi yang dibuat pada garis batas
penambangan dengan spasi lubang yang rapat dan bermuatan handak sedikit, sehingga setelah diledakkan
akan terbentuk retakan terbuka yang menerus sepanjang garis batas akhir penambangan tersebut
– Line drilling, teknik kontrol peledakan yang dibuat pada garis batas akhir penambangan, dengan spasi
lubang sangat rapat dan membentuk bidang lemah, sehingga setelah peledakan produksi didepannya
diledakkan akan menghasilkan dinding yang rata.
– Fracture control blasting, teknik kontrol peledakan dimana dua sisi dalam lubang bor dibuat celah alur
(grooved) untuk mengarahkan retakan antar lubang sebelah menyebelah
• Lubang ledak perimeter adalah lubang-lubang ledak yang disiapkan untuk menghindari terjadinya
overbreak / backbreak agar terbentuk dinding akhir yang rata dan mulus
• Fully Coupled, yaitu lubang bor diisi penuh bahan peledak,
sehingga:
– tekanan gas hasil peledakan terhadap dinding lubang (bore hole pressure)
akan maksimal
– getaran dan gegaran tinggi
– batuan akan hancur oleh gelombang tekan dan tarik yang diproduksi
peledakan
• Decoupled, yaitu sepanjang kolom lubang, diameter lubang bor
lebih besar dari pada bahan peledakan, sehingga:
– mengurangi daya kerja
– bore hole pressure akan berkurang
– hasil kerja tidak tersalurkan sepenuhnya ke seluruh massa batuan yang
diledakkan dan hanya menghasilkan retakan
Berat bahan peledak (Berat/m) x (Panjang isian)
PF  
Volume batuan (B x S x H)

Contoh: Setelah melalui perhitungan dan berbagai pertimbangan, diper-


oleh d = 4,75”; S = B = 3,6 m; H = 13 m; L = 14 m; T = 3 m;
jumlah lub. ledak (n) = 100. Bhn peledak ANFO dgn densitas
0,8 gr/cc. Hitung PF.

A. MENGHITUNG VOLUME
a. VS = B x S x H; VS = 3,6 x 3,6 x 13 = 168,50 m³ (bank)/lubang  bank=insitu
b. Volume total hasil peledakan (VS-total ) = 100 x 168,5 = 16.850 m³ (bank)
c. Berat hasil peledakan (W) = 16.850 x 2,5 = 42.125 ton (bank)

BxSxH 16.850
d. VL = = = 20.548,80 m³ (loose)
SF 0,82
B. MENGHITUNG BERAT HANDAK

 Gunakan loading density chart untuk mendapatkan berat handak/m


 Kalikan jumlah handak/m dengan panjang PC dalam kolom lubang ledak
akan didapatkan berat handak/lubang
 Keperluan handak total yang harus di “bon” dari gudang diperoleh dengan
mengalikan handak/lubang dengan n.
 Diketahui diameter lubang ledak 4,75 “(121 mm) dengan panjang kolom PC = 11
m (lihat Gambar). Bahan peledak yang digunakan ANFO densitas 0,80 gr/cc. Maka
bahan peledak yg dibutuhkan sebagai berikut:
 Wtotal handak = n x PC x d

 Whandak/lub. = 1 x 11 m x 9,2 kg/m = 101,20 kg/lub.


 Wtotal handak = 100 x 11 m x 9,2 kg/m = 10.120 kg
= 10,12 ton
C. MENGHITUNG POWDER FACTOR (PF)
a. Dari item “A” diperoleh volume (bank) peledakan 168,50 m³/lubang
b. Dari item “B” diperoleh berat bahan peledak 101,20 kg/lubang

c. PF = = 0,60 kg/m³
101,20
d. PF 168,50
yang ideal berdasarkan pengalaman berkisar antara 0,20 – 0,30 kg/m³
e. Rancangan tersebut menghasilkan pemborosan karena PF terlalu besar,
perlu dimodifikasi dengan melakukan uji coba mengubah dimensi parameter
geometri peledakan dan jumlah bahan peledak dengan tolok ukur :
(1) ukuran fragmentasi, (2) keselamatan kerja, dan (3) lingkungan
f. Misalnya dilakukan modifikasi terhadap B, S dan penghematan bahan
peledak menjadi sebagai berikut:
 VS = B x S x H; VS = 3,6 x 5 x 13 = 234 bcm/lubang
 Volume seluruh hasil peledakan (VS-total ) = 100 x 234 = 23.400 bcm
 Dari hasil uji coba berkali-kali ternyata bahan peledak dari gudang bisa dikurangi
dari 10.120 kg menjadi 7.500 kg per peledakan

7.500
g. PF = = 0,31 kg/m³
23.400
SAAT PELAKSANAAN
PELEDAKAN (aba-aba 1)
 Memberikan aba-aba peringatan secara bertahap untuk memberi
kesempatan pekerja lain menghindari lokasi yang akan
diledakkan
 Aba-aba pertama (berupa peringatan melalui megaphone atau
HT):
 Semua orang yang berada di area peledakan harus menyingkir dan
berlindung
 Minta ijin ke sentral informasi bahwa jalur komunikasi untuk
sementara diambil alih oleh team peledakan, jadi seluruh bagian
tidak diperkenankan menggunakan jalur tersebut, kecuali bila
mengetahui di area peledakan terdapat sesuatu yang
membahayakan.
 Semua jalan masuk ke area peledakan ditutup atau diblokir
 Pada saat itu kedua ujung kawat utama (lead wire) masih terkait
satu sama lainnya dan belum disambung ke pemicu ledak (B M)
SAAT PELAKSANAAN
PELEDAKAN (aba-aba 2 dan 3)
• Aba-aba kedua (persiapan akhir):
– Pekerjaan pada aba-aba pertama sudah dilaksanakan dan Mandor atau
Foreman atau Pengawas Peledakan sedang melakukan pemeriksaan akhir
– Kondensator dalam pemicu ledak sedang diisi arus listrik
– Kawat utama sudah disambung dengan pemicu ledak (exploder)
– Masih mungkin peledakan ditunda apabila Pengawas Peledakan menilai
terdapat kondisi tidak aman melalui komunikasi dan aba-aba khusus.
• Aba-aba ketiga (peledakan) :
– Peledakan dilakukan, biasanya dengan hitungan mundur bisa dari 5 atau 3,
misalnya 5….4….3….2….1….”tembak !!”. Hitungan tersebut ada baiknya
disalurkan juga melalui jalur komunikasi agar seluruh karyawan
mengetahui detik-detik peledakan.
– Sampai tahap ini jalur komunikasi masih dikuasai team peledakan sebelum
dilakukan pemeriksaan hasil peledakan dan dinyatakan bahwa peledakan
aman dan terkendali.
• Menaksir volume fragmentasi hasil peledakan merujuk ke volume
berdasarkan perhitungan geometri dengan mempertimbangkan faktor
berai (swell factor). Misalnya sbb:
– Vs = 16.850 m³ (bank)  merupakan hasil perkalian BxSxH
– Faktor Berai (swell factor) = 82% (diberikan oleh Peng.Peledakan)
– VL = Vs/SF =16.850 / 0.82 = 20.549 m³ (loose)  taksiran volume yang
dilaporkan
• Menaksir distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan mulai dari
bongkah sampai ukuran kecil. Penaksiran distribusi “paling tidak”
menampilkan seperti contoh berikut ini:
> 100 cm = …. %
50 – 100 cm = …. %
20 – 49 cm = …. %
< 20 cm = …. %
Total = 100%
• Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola Peledakan dengan
mengisi format laporan “Hasil Peledakan” yang tersedia.
• Mengukur atau menaksir lemparan batu terjauh.
Cara penaksiran dilakukan sbb:
– berdasarkan lebar jenjang, yaitu bila tinggi jenjang 10
m, dgn bahan peledak ANFO, maka lemparan batu
terbang minimal 500 m
– menggunakan peta untuk lemparan yang jauh
• Periksa ada-tidaknya pemukiman disekitar batu
terbang tersebut
• Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola
Peledakan dengan mengisi format laporan “Hasil
Peledakan” yang tersedia.
• Boulders adalah fragmentasi hasil peledakan berupa
bongkah besar yang tidak dapat diambil oleh alat
muat dan tidak masuk ke dalam crusher. Biasanya
berukuran  80 cm
• Boulders adalah ukuran fragmentasi maksimum yang
dapat diterima oleh proses berikutnya.
• Harus dipisahkan dari tumpukan hasil peledakan yang
berukuran sesuai menggunakan bantuan alat mekanis,
misalnya excavator, wheel loader, atau didorong
bulldozer.
• Boulders dipisahkan sebaiknya tidak jauh dari
tumpukan hasil peledakan dan siap diledakkan ulang.

OHT 49
• Menghitung jumlah boulders yang akan diledakkan ulang,
misalnya n bongkah
• Menghitung volume setiap bongkah dengan toleransi 10%
dengan cara menyesuaikan bentuk bangun relative setiap
bongkah tersebut, misalnya:
– seperti balok, maka harus diukur panjang (p), lebar (ℓ), dan tinggi (t),
kemudian volumenya dihitung (p x ℓ x t) m³,
– seperti bola, maka harus diukur diameternya (d), dan volume dihitung
1/6  d³
– seperti prisma, maka volume = Lt, di mana L dan t masing-masing
adalah luas alas dan tinggi
– seperti limas atau kerucut, maka volume = 1/3 Lt, di mana L dan t
masing-masing adalah luas alas dan tinggi.
• Menghitung volume total bongkah, yaitu menjumlahkan setiap
volume bongkah, atau V1+V2+V3+…+Vn.
OHT 50
OHT 51
2
3  34
arah
pengeboran

(A) (B)

(A) Block holing


(B) Snake holing
(C) Mud capping /
plaster blasting (C)
OHT 52
a. Pendorong proyektil metal b. Mengatasi batu macet di draw
(shaped directional charges) point menggunakan pendorong
proyektil metal

OHT 54
5300
Penyumbat Inisiator Diam. primer, Tekanan detonasi
Kurva

Kecepatan detonasi ANFO, m/s


(stemming) inci primer, kbars
A
4640 A 3 240
B 2 12 240
Bahan peledak 3980 B C 2 240
utama D 1 240
(Primary Charge)
3320 C
BOOSTER Konstan
2660
D
BOTTOM
2000
PRIMING 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Jarak dari primer, cm

a. Perbedaan booster dan primer b. Karakter energi peledakan ANFO dengan


dalam kolom lubang ledak variasi diameter primer (Junk,1968)

Anda mungkin juga menyukai