Anda di halaman 1dari 21

BAB III

BAHAN PELEDAK

3.1 tujuan

1. Memahami sifat-sifat bahan peledak


2. Memahami sifat bahan peledak
3. Memahami tipe dan jenis bahan peledak industri

3.2 peralatan

1. Dummy bahan peledak


2. Contoh spesifikasi bahan peledak
3. detonator

3.3 urutan percobaan

1. Amati dummy bahan peledak dan perhatikan spesifikasinya


2. Buat sketsa jenis bahan peledak dan deskripsikan
3. Jelaskan sifat sifat bahan peledak
4. Memberikan pertimbangan dalam memilih density bahan peledak jika akan
digunakan pada daerah berair
5. Jelaskan apakah demotin cocok untuk pemakaian di tambang bawah tanah

3.4 Pendahuluan

secara praktis, bahan pledak adalah kemampuan kimia yang mampu mengurai
dengan cepat menghasilkan ledakan. Pengurai ini menghasilkan gas bertemperatur dan
bertekanan tinggi sehingga dapat kerja mekanis sekelilingnya. Agar dapat dipakai dengan
aman, bahan peledak harus mempunyai stabilitas kimia yang baik pada berbagai kondisi
seperti gesekan, impact, atau panas.

secara umum, bhan peledak bahan peledak dapat di definisikan sebagai kumpulan
unsur padat, cair, tau gas yang berkondisi meta stabil dan dapat melakukan reaksi kimia
dengan cepat tanpa ada unsure lainnya oksigen atmosfer. Reaksianya dapat dipicu secara
mekanis kejut atau panas. Ketahanan untuk melakukan reaksi mencerminkan sensitifitas
bahan peledak.
OKSIGEN

BAHAN BAKAR PENYALAAN

Gambar 4.1. Segitiga detonasi bahan peledak

Berdasarkan kategori dasar pembentukan proses ledakan maka bahan peledak dapat
dibagi sebagai berikut :

Nuclear, contoh : bom atom, uranium, plutonium


mekanis, contoh : pemanasan ait dalam wadah tertutup
kimia, contoh : kejut, dekomposisi hebat campuran kimia.

Pada kecepatan reaksi kimia semua bahan peledak bergantung pada kekuatan
gellombang kejut. Bahan peledak yang terdiri dari molekul-molekul berenergi tinggi akan
menghasilkan dekomposisi reaksi kimia sesuai dengan menurunnya amplitudo gelombang
kejutnya.

Sebaliknya, reaksi detonasi bahan peledak komersial sangat bergantung kepada


ukuran pemuatan bahan peledak dan derajat pengangkutan. Bahan peledak komersial
umumnya memiliki energi dallam rendah dan sering berupa gabungan bahan bakar dan
sering berupa gabungan bahan bakar dan oksigen yang disatukan dalam butiran yang
berbeda. Reaksi kimia bahan peledak jenis ini hanya terjadi saat peledakan. Sebagai contoh
bahan peledak yang dipakai untuk peledakan batuan adalah anfo, bahan peledak ini
merupakan campuran antara butir ammoniumnitrat (an) sebanyak 94,5% dan bahan
bakarsolar (fo) sebanyak 5,5%. Dalam bentuk ini mempunyai bobok isi sekitar 0,8 s/d 1
g/cc, dan umumnya tidak mampu untuk detonasi didalam bentuk dodol tak terkurung dengan
diameter < 50 mm.

4.6 klasifikasi dan sifat-sifat bahan peledak


1. Klasifikasi bahan peledak

Pada tabel 3.1 terlihat klasifikasi metode pemecahan batuan berdasarkan energy
yang digunakan. Dari metode yang disebutkan diatas hanya energi kimiayang dipergunakan
secara luas untuk pemberaian batuan yang kuat. Kevuali bahan peledak kimia, masih ada
bahan peledak lain , yaitu bahan peledak mekanis (mechanical explosive) dan nuklir
(nuclear) seperti yang tercantum dalam klasifikasi bahan peledak menurut manon, 1976.

Tabel 3.1 klasifikasi metode pemecahan batuan

Bentu energi yang Alat atu mesin yang


Meytode
dipergunakan dipergunakan
High explosive, blasting
Kimia Peledakan agent, liquid oxygen (olx),
black powder
Udara bertekanan tinggi,
Pneumatic
silinder carbondioxide
Mekanis Ripper teeth, dozer blade
Ripping
Hydraulic impact hammer,
Impact
drop dll
Menyemprit tanah (soil) Hydraulicking (monitor)
Fluida
menyembur batuan Hydraulic jet
Lelectric arc atau lompatan
Listrik Electrofrac machines
listrik

Menurut manon, permissible explosives digolongkan dalam bahan peledak lemah,


hal tersebut kurang tepat, karena tidak semua permessible explosives merupakan bahan
peledak lemah. Sebenarnya masih ada beberapa cara dalam menyusun klasifikasi bahan
peledak, antara lain :

Kmenurut moon (1976), bahan peledak dibagi menjadi :

a. Bahan peledak kimia


b. Bahan peledak mekanis
c. Bahan peledak nuklir
Bahan Peledak

mekanis kimia nuklir

bahan peledak kuat Bahan Peledak Lemah

VOD > Vsonic VODella < Vsonic


Tekanan > 300 MPa Tekanan < 100 MPa
Contoh = Dinamit contoh : black pouder

Primer Sekunder permissible non-permessible


- nyala apikejut - energi besar
- NG, lead azide - TNT, Comp. B
- Mercuri fulminate PETN, BP Emulsi

Gambar 4.2. klasifikasi bahan peledak menurut Manon

Menurut mike smith ( mining magazine, feb. 1988) bahan peledak dibagi menjadi :
a. Bahan peledak kuat (high explosives)
b. Blasting agents
c. Specially explosives
d. Explosive subtitues

Eksplosives

HIGH BLASTING SPECIALITY EXPLOSIVES


EXPLOSIVES AGENTS EXPLOSIVES SUBTITUTES

Tnt AN/FO Seismic Compressed air/gas


Dinamite seismic trimming exspansion agents
gelatin emulsion permessible mechanical methods
hybrid AN/FO shaped water jetz
slurry changes jet piercing
binan/LOX
liquid

Gambar 4.3. klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith


2. Bahan peledak kimia

Bahan peledak yang banyak digunakan disunia industrii pertambangan, oleh


beberapa penulis diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut rl. Ash bahan peledak kimia dibagi menjadi
a. Bahan peledak kuat (high explosives), yang memiliki sifat detonasi dengan
kecepatan detonasi 5.000 24.000 feet per second (fps)
b. Bahan peledak lemah (low explosives), yang memiliki sifat deflagasi dengan
kecepatan reaksi < 5.00 fps

Menurut anon (1977) bahan peldak kimia diklasifikasikan mejadi :

a. Bahan peledak lemah (low explosives)


b. Bahan peledak kuat (high explosives)
c. Blasting agents

Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan, atau kejutan (shock) secara cepat dengan
sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition). Penguraian ini
menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya berupa gas-gas bertekanan tinggi, karena
gas-gas tersebut menggembung pada suhu yang tinggi akibat panas yang dihasilkan dari
reaksi eksotermis.

Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan peledak terutama tergantung pada
jumlah panas yang dihasilkan selama peledakan. Ada dua macam istilah untuk reaksi yang
terjadi pada bahan peledak kimia, yaitu detonation dan deflagration. Detonation
menunjukan reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak dengan kecepatan suara yang
menyebabkan shattering effect, sedangkan deflagration menyebabkan heaving effect .

Tabel 4.2 klasifikasi bahan peledak menurut anon

Macam Reaksi Contoh


Low explosives Deflagrate (terbakar) Black pouder
High explosives Detonate (meledak) Nitro glycerin (ng),
dynamit
Blasting agents Detonate (meledak) Anfo, slurry
3. Bahan peledak lemah

Bahan peledak lemeh merupakan campuran dari potsium nitrat atau sodium nitrat,
sulphur, dan charcoal yang biasa disebut dengan black pouder. Black pouder diproduksi
dalam dua bentuk, yaitu :

a. Granular atau black blasting powder yang berbentuk butiran kecil; biasanya dikenal
dalam tong seberat 25 pound
b. Pelleted atau pellet pouder yang berbentuk silinder. Ada dua macam black blasting
powder, yaitu :
i. Grade a adalah black blasting powder yang mengandung saltpeter atau
potassium nitrat, charcoal, dan sulsur (75% : 15% : 10%). Bahan peledak ini
lebih cepat reaksinya, sedikit lebih berat dan kurang higrokopis dibandingkan
dengan grade b.
ii. Grade b adalah black blasting powder yang mengandung sodium nitrate,
charcoal, dan sulfur (72% : 16% : 12%).

Kecepatan pembakaran (burning speed) dari black blasting powder dikontrol oleh ukuran
butir. Semakin kecil ukuran butirnyaakan semakin cepat pembakaran atau reaksi kimianya.

4. Bahan peledak kuat (high explosives)

Berdasarkan fungsinya bahan-bahan (ingredients) yang digunakan untuk membuat bahan


peledak kuat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Bahan peledak dasar (explosives bases)


b. Bahan bakar (combustibles)
c. Pembawa oksigen (oxigen carriers)
d. Antacid
e. Penyerap (absorbents)

Beberapa bahan dapat mempunyai fungsi lebih dari satu. Bahan peledak dasar adalah bahan
yang berbentuk padat atau cair yang apabila dikenakan panas yang tinggi atau kejutan
(shock) akan terurai menjadi produk yang berupa gas-gas disertai pelebasan atau
pembebasan energi panas yang besar.

Combustibles dan oxigen carriers ditambahkan dalam suatu bahan peledak untuk
mendapatkan oxigen balance yang baik untuk menghindari terbentuknya no2 (nirogen
oxide) atau co (carbon monoksida). Antacid ditambahkan dalam campuran suatu bahan
peledak untuk menambahkan stabilitas pada waktu penyimpanan dan absorbends digunakan
apabila diperlukan untuk menyerap bahan peledak dasar yang berbentuk cair.

5. Sifat-sifat bahan peledak

Bahan peledak mempuanyai bermacam-macam sifat. Untuk jenis bahan peledak tertentu
sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari pabrik pembuatannya. Sifat-sifat bahan peledak
yang akan dibahas disini adalah sifat-sifat yang berguna sebagai untuk memilih bahan
peledak sifat-sifat tersebut adalah sifat fisik bahan peledak dan sifat detonasi.

Sifat fisik terdiri dari

a. Bobot isi
b. Sensitivitas
c. Ketahanan terhadap air
d. Stabilitas kimia
e. Karakteristik gas peledakan
f. Karakteristik keselamatan

Sedangkan sifat detonasi terdiri dari

g. Kecepatan detonasi (velocity of detonation)


h. Tekanan detonasi
i. Tkanan lubang ledak
j. Energi/kekuatan

Bobot isi

Bobot isi bahan peledak merupakan salah satu parameter penting dalam pemilihan
bahan peledak yang cocok untuk suatu kegiatan peledakan batuan. Bobot isi berhubungan
dengan masa bahan peledak yang menempati ruang lubang ledak. Energi bahan peledak
yang disuplai oleh bahan peledak merupakan fungsi dari jumlah masanya, semakin tinggi
bobot isi semakin besar energi peledakannya. Bahan peledak curah dapat dikirim dalam
berbagai bobot isi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur distribusi energi peledakan
pada kondsis geometri peledakan yang polanya tidak beraturan.

Bobot isi dari suatu bahan peledak dapat pula dinyatakan dalam berat jenis. Berat
jenis adalah nisbah bobot bahan peledak terhadap bobot air pada kondisi beku (standar).
Berat jenis tidak bersatua, dan bobot isi bersatuan, misalnya gr/cc, atau lb/cuft. Bobot isi
juga dapat dinyatakan dengan cartridge count atau slick count, yaitu jumlah dodol yang
berukuran standar 1.25 x 8 yang ada dalam suatu packed seberat 50 lb.

Berat jenis bahan peledak komersial adalah antara 0,6-1,7 atau coutridge count
antara 23,3-82. Bahan peledak berbentuk butiran (free running explosives) bobot isinya
sering dinyatakan dalam jumlah poun bahan peledak per feet panjang muatan dalam lubang
peledak yang ukurannya telah ditentukan (loading density, lb/ft). Biasanya bahan peledak
yang mempunyai bobot isi tinggi akan menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang
tinggi. Untuk peledakan yang kondisinya sukar atau peledakan yang diharapkan dapat
menghasilkan fragmentasi berukuran kecil diperlukan bahan peledak dengan bobot isi
tinggi, sedangkan diperlukan bahan peledak bobot isi rendah.

Bobot isi suatu bahan peledak menjadi amat penting jika bekerja di tempat yang
kondisinya berair. Karena bobot isinya harus lebih besar dari 1 gr/cc agar tidak mengapung
kedalam bantalan air. Bobot isi air dalam lubang ledak biasanya lebih besar dari 1,1 gr/cc,
karena adanya partikel padatanatau garam-garam yang terlarutkan dan sangat dianjurkan
untuk menggunakan bahan peledak yang bobot isinya lebih besar dari 1,1 gr/cc. Sensitivits,
vod, dan energi peledakan yang dipengaruhi oleh bobot isi. Sensitifitas hampir semua bahan
peledak curah menurun dengan menaikannya vod dan bobot isi. Sedangkan bobot isi untuk
bahan peledak komersial dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 3.3. Kisaran bobot isi bahan peledak

Bahan peledak Bobot isi (gr/cc) Bahan peledak Baobaot isi (gr/cc)
Anfo lepas 0,75 0,85 Emulsi 1,1 1,3
Anfo pneumatik 0,80 1,10 Campuran emulsi 1,0 1, 35
Anfo bi renadah 0,20 0,75 Water gels dan 1,0 1,3
sluries

B. Sensitivitas

Sensitivitas merupakan ukuran kemudahan bahan peledakuntuk diinisiasi, atau lebih


spesifik lagi adalah energi minimum yang meledakkan suatu bahan peledak yang sering
dinayatakan dalam cup sensitivity. Sensitiviti sering dikacaukan dengan definis
sensitiveness yang artinya adalah ukuran kemapuan bahan peledak untuk melakukan
propagasi.

Uji sensitifitas blasting cup no. 8 adalah uji standar yang sering dipakai industri
bahan peledak . Blasting cup no. 8 ini merupakan kategori yang lemah dan mempunyai
kandungan 2 gram campuran yang terdiri 80% mercury fulminate dan 20% potassium
chlorate. Sedangkan blasting cup yang lebih kuat adalah berisi petn.

C. Ketahanan terhadap air

Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah suatu ukuran dari suatu bahan peledak
berada dalam air dengan tidak merusak atau merubah /mengurangi kepekaanya (sensitivity).
Apabila terdapat air dalam lubang ledak dan waktu memuat dan meledakkan agak singkat,
bahan peledak dengan ketahanan air baik (good, 4-8 jam), sudah memenuhi. Jika waktu
bahan peledak berada dalam lubang ledak agak lama perlu dipakai bahan peledak dengan
nilai ketahanan air yang sangat baik ( 8 12 jam ) atau memuaskan (excelent, >12 jam).

Bahan peledak watergel dan emulsion memberikan tekanan terhadap kondisi


basah/air, yang walaupun demikian akan mengubah sifat-sifat lainnya. Pada dasarnya tidak
ada bahan peledak komersial yang 100% tahan air. Tetepi semua bahan peledak yang
dikatakan tahan air akan dipakai secara efektif bila bahan peledak dimuatkan dalam ubang
ledak dengan hati-hati.

D. Stabilita kimia

Secara kimia bahan kimia tidak berubah bila dijaga pada kondisi peyimpanan
tertentu namun demikian dapat dikatakan bahwa stabilitas kmia akan berubah akibat
beberapa hal.

Berikut inii adalah beberapa faktor yang memepengaruhi umur bahan peledak :

1. Formula (sususnan campuran)


2. Kelembaban dan temperatur ekstrim
3. Kualitas bahan mentah
4. Kontaminasi
5. Fasilitas pergudangan

Untuk memudahkan identitas kerusakan bahan peledak secara visual adalah sebagai berikut :

1. Kritalisasi
2. Prubahan warna
3. Kinerja lapangan buruk

E. Karakteristik gas peledakan

Diharapkan bahan peledak komersial menghasilkan uap air (h2o), karbon dioksida
(co2), dan nitrogen (n2), walaupun kadang-kadang terdapat juga hasil tambahan yang tidak
diharapkan, yaitu gas-gas beracun seperti karbon monoksida ( co akibat dari negatif neraca
oksigen), dan nitrogen oksida (no2 akibat dari positif nereca oksigen). Gas-gas beracun ini
terbentuk karena hasil suatu proses peledakan yang tidak zero oxigen balance.

Gas gas beracun ini disebut fumes dan fumes class dari suatu bahan peledak
menyatakan sifat dan jumlah dari gas-gas beracun yang terbentuk di dalam proses
peledakan. Untuk peledakan di tambang terbuka faktor gas beracun tidak merupakan suatu
persoalan. Namun untuk pekerjaan tambang bawah tanah atau pekerjaan dalam ruang
tertutup atau terkurung, nilai gas beracun dari suatu bahan peledak yang dipakai merupakan
faktor penting yang harusdipertimbangkan. Kehadiran gas-gas beracun ini dapat disebabkan
beberapa hal sebagai berikut :

1. Buruknya kontrol kualitas


2. Kerusakan pada bahan peledak
3. Perlengkapan bocor
4. Diameter muatan bahan peledak kurang, atau
5. Waktu tidur yang terlalu lama (sleep blasting terlalu lama).

Nilai gas beracun ini dari suatu bahan peledak didasarkan pada anggapan bahwa
bahan peledak diledakakkan dalam bentuk dodol ledak. Pengupasan pembungkus dodol
ledak suatu bahan peledak akan mengganggu neraca oksigen dan akan berpengaru kurang
baik terhadap gas-gas beracun yang dihasilkan dan efisiensi peledakan. Air dalam lubang
ledak dapat pula mempunyai pengaruh yang merugikan pada gas-gas beracun yang
dihasilkan pada proses peledakan, disebabkan oleh kerusakan bahan peledakan atau
penyerapan panas dari proses peledakan. Tabel 4.3. Menunjukan klasifikasi dari bahan
beracun.

Untuk memilih bahan peledak yang sesuai, juru ledak harus mengetahui kondisi fisik
batuan (kekerasan, density, struktur geologi dan sebagainya) dan kondisi tempat kerja
(keadaan air, ventilasi yang tersedia) dan tujuan dari pekerjaan peledakan. Berdasarkn
faktor-faktor tersebut dapat dipilih bahan peledak yang mempunyai sifat-sifat sesuai.

F. Karakteristik keselamatan

Bahan peledak komersial dalam penggunaanya harus mempunyai sifat-sifat yang


dapat menjamin keselamatan kerja. Oleh karena itu sebelum bahan peledak dapat dipakai
secara

Tabel 3.4. Klasifikasi fumes dari bahan peledak

Bereau of mines for permissible


Class a - 0 to 53 liters toxious gases/1,5 lb explosive
Class b - 52 to 106 toxious gases/1,5 lb explosive
Institute of maker of explosives for non permoissble
Class 1 0,00 0,16 cuft toxious gas
Class 2 0,16 0,33 cuft toxioux gas
Class 3 0,33 0,67 cuft toxious gas
kemersial beberapa uji perlu dilakukan seperti : jau tampak, batang luncur, projektil, analisa
panas diferensial, bakar dan elektrik satatik.

G. Kecepatan detonasi (vod)

Sifat bahan peledak yang sangat penting adalah kecepatan detonasi yang dapat
diukur atau dinyatakan dalam angka terkurung (confined) atau harga tidak terkurung dengan
satuan meter per detik (mpd). Kecepatan detonasi terkurung (confined detonation velocity)
adalah ukuran dari kecepatan gelombang detonasi (detonation wave) yang merambat
melalui kolom bahan peledak di dalam lubang ledak atau ruang terkurung lainnya.

Sedangkan kecepatan detonasi tidak terkurung (unconfined detonation velocity)


menunjukkan kecepatan bahan peledak apabila bahan peledak diledakkan dalam keadaan
tidak terbuka atau tidak terkurung. Karena bahan peledak umumnya dipergunakan dalam
keadaan tingkat pengurungan tertentu, harga kecepatan detonasi dalam keadaan terbuka atau
tidak terkurung lebih berarti.

Sebagian pabrik menngukur kecepatan detonasi didalam kolom bahan peledaka


berdiameter 1 1/4 inci yang tidak terkurung, walaupun beberapa pengukuran dilakukan di
dalam pengungkungan dengan pipa besi dengan diameter berbeda-beda. Kecepatan detonasi
dari suatu bahan peledak tergantung pada density, bahan-bahan (ingredients) yang terdapat
dalam bahan peledak, ukuran partikel dari bahan-bahan, ukuran muatan (charge) dan derajat
pengurungan. Pengurungan ukuran butir, penambahan diameter muatan dan penambahan
derajat pengurangan semuanyacenderung menambah kecepatan detonasi. Memilih bahan
peledak yang didasarkan atas kecepatan detonasi perlu mengetahui apakah kecepatan
tersebut terkurung atau tidak terkurung.

H. Tekanan lubang ledak

Tekanan lubang ledak yang dipulikasi oleh produsen bahan peledak seringnya
didasarkan pada kekurangan vod dengan muatan bahan peledak terkurung. Dalam
melakukan peledakan anfo, parameter bahan peledak sangat berguna karena anfo adalah
bahan peledak yang kurang sensitif oleh karenanya tekanan detonasi tinggi sangat
diharapkan. Tekanan yang berada di belakang muka detonasi menghasilkan tekanan lubang
ledak sekitar 50% tekanan detonasi dan ini adalah hasil ekspansi gas-gas. Tekanan lubang
ledak menunjukan bahwa energi gas dari bahan peledak dan nilainya bergantung kepada :

1. Pengungkungan (pengurungan)
2. Jumlah gas yang membangkitkan
3. Temperatur produk reaksi kimia bahan peledak

Tekanan lubang ledak diakibatkan dari ekspansi gas-gas reaksi kimia bahan peledak,
oleh karenanya tidak mungkn diukur karena tekanan kejutnya sangat besar dimuka detonasi
yang dapat merusakkan semua peralatan ukur.

I. Kekuatan energi (strength)

Strength (kekuatan) adalah ukuran untuk mengukur energy yang terkandung dalam
bahan peledak dan kerja yang dapat dilakukan oleh bahan peledak. Tes yang dipakai untuk
mengukur adalah ballistic mortar test. Istila strength pertam kali dipakiuntuk dinamit
dengan campuran nitrogliserin dan kieselguhr (inert filler), 60 % dinamint mengandung 60%
berat nitrogliserin dan kekuatannya 3 kali kekuatan 20% dinaamit.

Sekarang inert filler dari straigth dynamite disubtitusi dengan bahan aktif (active
ingredients) seperti sodium niitrate dan carbonaceous fuel yang akan menambah energi
dalam bahan peledak. Akibatnya 60% nitrogliserin hanya kurang lebih 1,5 kali kekuatan dari
20% straigth dynamite, karena energi yang diberikan oleh tambahan sodium nitrate dan
carbonaceous material dalam 20% straigth dinamite.
Dua macam ukuran strength yang dipakai untuk menilai bahan peledak komersial,
yaitu : wight strength adalah membandingkan kekuatan bahan peledak dengan dasar berat
yang sama dab bulk strength, yang membandingkan kekuatan bahan peledak dengan besar
volume yang sama. Secara tradisional istrength dinyatakan dalam persen dengan strength
nitroglycerin dynamite dipakai sebagai standar. Wight strength dan kekuatan dodol ledak
dari suatu bahan peledak adalah sama apabila specifik grafity dari bahan peledak adalah 1,4.

1. Weight strength

Weight strength berguna untuk membandingkan potensi kinerja suatu bahan peledak
dengan basis faktor energi. Weight strength biasanya didefineisikan sebagai berikut

Weight strength = energi tersedia dari suatu bahan peledak x 100% energi tersedia anfo

Beberapa bahan peledak kekuatannya dinyatakan adalam weight strength dan


sebagian lagi dinyatakan dengan dasar kekuatan bulk strength. Oleh karena itu penting
bagi pemakai bahan peledak mengetahui kekuatan yang mana yang dinyatakan untuk
menyatakan kekuatan bahan peledak yang akan dipakai.

Secara umum kekuatan dinamit dinyatakan denga dasar weight strength dan gelatin
dinyatakan dengan dasar kekuatan bulk strength. Walaupun ini tidak selalu benar.

2. bulk sterngth

bulk sterngth suatu bahan peledak dinyatakan sebagai perbandingan energi suatu
bahan peledak terhadap nergi yang diberikan oleh volume ekivalen bahan peledak ANFO.
bulk sterngth berguna untuk membandingkan potensi kinerja suatu bahan peledak dengan
basis volume ekivalen lubang ledak, atau panjang muatan dengan diameter lubang yang
sama.

bulk sterngth = weight strength x bobot isi x 100% bobot isi ANFO

energi yang tersedia tidak memberikan indikasi laju pelepasan energi (energy release
rate = ERR) atau roposisi suatu bahan peledak untuk bekerja secara efektif dalam
pembongkaran dan pemindahan batu. Weight dan bulk sterngths tidak memberikan energi
tersedia secara langsung memainkan hanya perkiraan kerja efektif yang bisa dilakukan oleh
suatu bahan peledak. Oleh karena itu timbul suatu istilah baru yang disebut sebagai energi
evektif.

3. energi efektif (EE)


Berdasarkan pengamatan high speed film camera, pergerakan burden pada akhirnya
menyebabkan gas ledakan bahan peledak keluar dari lubang ledak dan merekahkan massa
batuan. Gas ini mengandung sejumlah besar energi. Energi bahan peledak sesungguhnya
terdiri dari Energi Aktivasi dan pelepasan energi dalam bentuk Energi Kejut dan Energi
Gelombang.

Energi efektif (EE) adalah energi yang berguna dalam proses detonasi atau energi
yang dilepaskan oleh bahan peledak begitu tekanan gas ledakan menurun dan berhenti
dimana tekanan gas keluar dari masa batuan dan oleh karena itu berhenti melakukan kerja
efektif. Energi tersedia dapat diplot dalam bentuk Energi Kumulatif dengan menurunnya
tekanan gas. energi efektif adalah Kumulatif Pelepasan Energi hingga berhenti, yaitu pada
tekanan sekitar 100.000 kPa atau 1000 bar. Nilai Energi Efektif lebih kecil daripada energi
total atau energi tersedia, dan bergantung kepada karakteristik kurva energi Tekanan.

Pengukuran dan perhitungan energi sulit untuk dilakukan, namun metode


eksperimen lebih banyak dilakukan antaralain

Ballistic mortar
Trautzl lead block test
Underwater deonation test
Crater test
Langefors weight strength

Secara tektonik energi juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-


persamaan termodinamik. Energi yang dihitung dengan hukum-hukum termodinamik akan
lebih besar daripada hasil pengamatan eksperimenn. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
kehilangan energi saat bahan peledak di ledakkan.
BAB !V
MACAM_MACAM DETONATOR

4.1 tujuan
1. Memahami jenis-jenis detonator
2. Memahami perlengkapan peledakan dan kegunaannya
4.2 peralatan :
1. detonator
2. Kabel pe;edakan
3. Booster
4.3 urutan percobaan
1. Memasang detonator ke boster
2. Menyambungkan detonator
4.4 Detonator
Detonator termasuk kedalam perlengkapan dalam proses peledakan, yakni alat
pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan atau ledakan kecil, sebagai
bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.

Detonator disebut juga blasting capsule atau blasting cap. Pengelompokkan


detonator bisa dibedakan dari jenis detonator didasarkan atas sumber energi pemicunya,
yaitu api, listrik, dan benturan (impact) yang mampu memberikan energi panas didalam
detonator, sehingga menghasilkan letupan/ledakan kecil.

Sumber :www.google.co.id/image Gambar 2.1 Detonator

Adapun ciri fisik dari detonator, diantaranya adalah :


Bentuk : tabung silinder
Diameter : 6 8 mm
Tinggi : 50 90 mm
Bahan selubung luar : terbuat dari alumunium atau tembaga
Jenis detonator biasa : salah satu ujung tabung terbuka
Jenis detonator listrik : pada salah satu ujung tabung terdapat dua kawat
Jenis detonator Nonel : pada salah satu ujung tabung terdapat sumbu non-electric
(nonel) terbuat dari plastik
Muatan detonator : semua jenis detonator berisi bahan peledak kuat (high
explosive) dengan jumlah tertentu yang menentukan kekuatannya dan bahan
penimbul panas
Terdapat dua jenis muatan bahan peledak di dalam detonator yang masing-masing
fungsinya berbeda, yakni :

Isian utama (primary charge)


Yakni berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitif), yang menerima efek panas
dengan sangat cepat dan meledak menimbulkan gelombang kejut.
Isian dasar (base charge)
Isian dasar atau disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat dengan VoD
tinggi, yang menerima gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan besarnya
tergantung pada berat isian dasar tersebut.

Pengelompokkan detonator selain berdasarkan energi pemicunya, detonator pun


dikelompokkan berdasarkan waktu meledaknya, yang dibagi menjadi dua bagian, yakni :

Instantaneous detonator
Yakni detonator yang meledak langsung setelah sumber energi menginisiasi isian
primer dan sekunder
Delay detonator
Yakni detonator yang dapat menunda sumber energi beberapa saat, untuk
meledakkan isian primer dan sekunder.

4.2 Jenis-Jenis Detonator


Detonator yang digunakan dalam proses peledakan, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
bagian, yakni detonator biasa (Plain Detonator), detonator listrik (Electric Detonator),
detonator NONEL (NONEL Detonator). Berikut penjelasan dari jenis-jenis detonator :

4.2.1 Plain Detonator (Detonator Biasa)


Detonator biasa (plain detonator) adalah jenis detonator yang penyalaannya dengan
api atau panas yang dihantarkan melalui sumbu bakar jadi boleh dikatakan detonator biasa
selalu digunakan bersama-sama dengan sumbu bakar.

Paduan dari sumbu bakar dan detonator biasa ini adalah yang umum dipakai di stope
tambang bawah tanah karena pada peledakan seperti ini jumlah lubang relatif sedikit yakni
antara 1sampai 10 lubang ledak, serta pola sambungan sumbu dapat dibuat melingkar atau
radikal.

Sumber :www.google.co.id/image Gambar 4.2 Plain Detonator

4.2.2. Electric Detonator (Detonator Listrik)


Adalah jenis detonator yang penyalaannya dengan arus listrik yang dihantarkan
melalui kabel khusus untuk itu pada kedua ujung kabel kedalam tabung detonator listrik
dilengkapi dengan jenis kawat halus yang telanjang yang apabila dilewati arus listrik akan
berpijar.

Pada prinsipnya susunan dan jenis kandungan ini, sama dengan detonator biasa, pijar
dari kawat halus akan membakar ramuan pembakar dan kemudian menyentuh isian utama
sehingga menghasilkan gelombang sentak yang akan meledakkan isian dasar, jadi terlihat
disini bahwa prinsipnya detonator listrik sama dengan detonator biasa bedanya hanya pada
penyalaannya

Sumber :www.google.co.id/image Gambar 2.3 Electric Detonator

Penggunaan detonator listrik ini memiliki keuntungan maupun kerugian, diantaranya


adalah :

Keuntungan
Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak
Pola peledakan lebih leluasa
Hasil peledakan lebih leluasa
Penanganan lebih mudah dan praktis
Kerugian
Untuk daerah peledakan yang banyak kilat, pemakaian detonator listrik kurang
aman
Pengaruh gelombang radio, televisi dan sumber-sumber arus listrik lainnya harus
dipertimbangkan
Membutuhkan perlengkapan tambahan, seperti sumber arus listrik, alat-alat
pengetest dan lain-lain.
Setiap detonator listrik dilengkapi kabel listrik yang berhubungan langsung dengan
tabung detonator, panjang kabel dari detonator listrik bermacam-macam sehingga dapat
disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak.

Dalam proses perakitan dengan menggunakan detonator listrik, terdapat beberapa


syarat, yakni hindari sambungan-sambugan kabel sepanjang kolam ledak sehingga harus
memilih detonator yang panjang kabel listriknya (leg wire) sesuai dengan kedalaman lubang
ledak, leg wire yang baik harus lebih lentur dan tahan gesekan. Tahanan listrik dari suatu
detonator listrik bervariasi sesuai dengan panjang leg wirenya tetapi biasanya berkisar 1
hingga 5ohm untuk leg wire 1,8m, dan 2.0ohm untuk leg wire 3,6m.

Kekuatan arus listrik minimum yang diizinkan untuk dapat meledakkan detonator
listrik adalah 1 hingga 1,5 ampere, sehingga apabila ada arus listrik liar yang tidak
diinginkan masuk kedalam detonator melalui kabel lebih kecil dari 1 hingga 1,5
ampere maka diharapkan detonator tidak terpicu atau tidak meledak. Seperti detonator biasa
maka detonator listrik pun diproduksi dalam 2 jenis, biasanya bahan dasar tabung dibedakan
antara baja dan aluminium.

Detonator listrik terdiri dari beberapa jenis didasarkan pada tenggang waktu
penyalaan antara saat penyalaan dan timbulnya ledakan dan juga kegunaan khusus dari
pemakaian detonator tersebut.

Intatuneus detonator
Pada intatineus detonator, begitu arus listrik dilepas dan mengalir dari sumber arus
listrik blasting machine maka serentak pada saat itu juga detonator langsung
meledak. Dengan kata lain begitu arus listrik dilepaskan dari blasting machine
dengan kecepatan rambat arus yang tinggi maka hampir seketika itu kawat halus
dalam detonator berpijar dan membakar ramuan pembakar yang telah membakar
seketika itu langsung membakar isian utama dan menghasilkan sentakan yang
berfungsi untuk menghentak isian dasar dan rangkaian kegiatan ini berlangsung
cepat.
Intatuneus detonator umumnya dipakai untuk pola peledakan yang hanya satu baris
(single room) dan jumlah primer didalam kolom ledaknya hanya ada satu single
primer.

Sumber :www.google.co.id/image Gambar 2.4 Intatuneus Detonator


Delay detonator
Pada delay detonator begitu arus listrik dilepaskan dan mengalir dari sumber arus,
maka kawat halus dari detonator berfijar dan membakar delay elemen dan api atau
panas tersebut menjalar sepanjang delay elemen jika dibandingkan dengan
Intatuneus detonator.

Sumber :www.google.co.id/image Gambar 2.5 Delay Detonator

Berdasarkan tenggang waktunya, delay detonator dibedakan menjadi 3 (tiga)


jenis,yakni :

Half second delay adalah selang (interval) satuan waktu adalah setiap detik-
sekon misalnya , 1 , 1 ,2.
Quarter second delay adalah selang (interval) satuan waktunya adalah detik
misalnya , . 1 detik.
Milli second delay adalah satuan waktu yang dipakai adalah milli detik atau
1/1000 detik selang interval waktu tekecil yang umum adalah 25 mili detik.
Misalnya 25, 50, 75, 100, 125 milli second.
4.2.3 NONEL Detonator (Detonator NONEL)
Detonator non listrik yang penylaanya menggunakan sistem ledakan awal, baik
dengan detonator listrik/biasa, shotgun, atau blasting mechine. Bahan isian yang sangat
mudah bereaksi. Bahan isian pipa plastik ini dapat menghantarkan gelombang detonasi
sampai 2000 m/s (6000 ft/s) sumber gelombang detonasi yang dihantarkan dari sumbu ledak.
Adapun keuntungan dari detonator non listrik ini, diantaranya adalah :

Relatif aman terhadap kilat


Aman terhadap pengaruh listrik atau gelombang radio
Pipa plastiknya cukup kuat terhadap gesekan dan pukulan, cukup lentur
Struktur detonator non listrik terdiri dari :

Tube/Tabung plastik, yang isian di dalamnya adalah berupa bahan kimia reaktif
terdiri dari jenis HMX.
Detonator non lislrik (High Strenght Delay Detonator)
Connector
Label delay (delay tag)

Sumber :www.google.co.id/image Gambar 2.6 Detonator Non Listrik

Anda mungkin juga menyukai