Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT DAN MESIN BUDIDAYA PERTANIAN


“IDENTIFIKASI ALAT PENYIANG GULMA”

Disusun oleh:

NAMA : Vavo Janmartin Sitanggang


NIM : 185100207111005
KELOMPOK : E4
ASISTEN : 1. FARIDA KURNIASARI
2. WAHYU TRIYANTO

LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN


JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Assidiqi (2020), ,menyatakan bahwa “Dalam pengendalian gulma pada tanaman padi
dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida atau penyiangan gulma dengan cara manual,
semi mekanis, dan mekanis. Namun penggunaan herbisida tidak baik untuk kesehatan petani
dan masyarakat luas yang mengkonsumsi bahan pertanian yang mengandung residu
herbisida. Selain itu penggunaan herbisida juga belum serratus persen efektif dan dapat
memberikan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan. Sedangkan pengendalian gulma
dengan cara manual membutuhkan tenaga yang banyak. Disamping itu ada kencenderungan
upah jasa buruh tani mengalami peningkatan yang disebabkan semakin sulit mencari jasa
buruh tani.”.

Rizza, dkk (2020), menyatakan bahwa “Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang
paling membutuhkan energi dalam budi daya tanaman. Untuk menciptakan lingkungan fisik
tanah yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman perlu dilakukan tahap pengolahan tanah.
Menutut Oisat sistem pengolahan tanah terbagi menjadi dua, yaitu pengolahan secara
konvensional dan konservatif. Pengolahan tanah secara konservatif dilakukan dengan cara
mencangkul, membajak, atau menggunakan peralatan mekanis lainnya untuk mempersiapkan
lahan bagi budi daya tanaman. Keuntungan pengolahan tanah dengan cara konservatif yaitu
mampu mengendalikan gulma, memutus siklus hidup hama, memperbaiki aerasi tanah, dan
memudahkan untuk aktivitas budi daya lainnya.”.

1.2 Tujuan

Mempelajari bagian-bagian dan cara kerja alat penyiang gulma serta kekurangan dan
kelebihannya.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian Gulma

Palijama, dkk (2012), menyatakan bahwa “Gulma merupakansalah satu Organisme


PenggangguTanaman (OPT) yang menghambat partumbuhan,perkembangan dan
produktivitastanaman. Kehadiran gulma disekitar tanamanbudidaya tidak dapat dihindarkan,
terutamajika lahan tersebut ditelantarkan.”. Menurut Prayogo, dkk (2017), Gulma ialah
tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia. Keberadaan gulma
menyebabkan terjadinya persaingan antara tanaman utama dengangulma. Gulma yang
tumbuh menyertai tanamanbudidaya dapat menurunkan hasil baik kualitas maupun
kuantitasnya. Vegetasi gulma adalah sebagai tumbuhan yang bila dibiarkan berkembangbiak
dalam sistem budidaya akan menimbulkan kerugian dalam berbagai tanaman budidaya dan
mengganggu kepentingan terhadap suatu areal atau lahan budidaya (Afrianto, 2016).

2.2. Jenis-Jenis Tanah dan Penjelasannya

Kurniawan (2011), menyatakan bahwa “Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis


tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu tanah humus, tanah
pasir, tanah alluvial (endapan), tanah podzolid, dan lainnya. Tanah Humus adalah tanah yang
sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
Tanah Pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan
beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil. Tanah Aluvial / Endapan
adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang
memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Tanah podzolit adalah tanah
subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu
rendah/dingin.”.

Rahayu, dkk (2014), menyatakan bahwa “Pada tingkat grup, tanah yang kering
dikategorikan ke dalam grup Dystrustepts. Hal ini dikarenakan, pedon tanah kering
mempunyai kejenuhan basa kurang dari 60% pada keseluruhan horison diantara kedalaman
25 cm dan 75 cm serta tidak mengandung karbonat bebas. Sementara itu, tanah yang
disawahkan mempunyai grup endoaquepts, karena mempunyai endosaturasi yang
ditunjukkan adanya RMF pada keseluruhan horisonnya dan tidak dapat dimasukkan kedalam
grup yang lain. Secara umum, tanah kering mempunyai sub grup Aquic Dystrustepts.”. Tanah
di klasifikasikan ke dalam ordo inceptisol karena mempunyai horison penciri berupa horison
kambik dan bersifat tidak rapuh. Regim kelembaban ustik sehinggapada kategori sub ordo
diberi nama usteps. Usteps tidak mempunyai duripan, horison kalsik, dan mengandung
karbonat bebas pada seluruh horison sehingga pada kategori great group diberi nama
haplusteps (Rajamuddin dan Sanusi, 2014).

2.3. Defenisi Cultivator dan Jenis-Jenis Cultivator

Rizza, dkk (2020), menyatakan bahwa “Alat penyiang mekanis seperti cultivator
merupakan alat pengolah tanah untuk pemeliharaan tanaman. Umumnya peralatan ini
digunakan setelah kegiatan penanaman dilakukan. Dalam artian luas alat penyiang mekanis
seperti cultivator ini dapat digunakan sebelum maupun sesudah tanam sebagai salah satu
peralatan pengolahan tanah. Salah satu fungsi utama alat ini juga sebagai pengendalian
gulma, penyiangan yang dilakukan untuk mencabut gulam yang berada di sela–sela tanaman
pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah. Keuntungan penyiangan dengan alat ini
antara lain: ramah lingkungan, ekonomis, hemat tenaga, meningkatkan kandungan udara
dalam tanah.”.

Assidiqi (2020), menyakan bahwa “Penyiangan gulma secara semi mekanis (landak)
dilengkapi dengan roda silinder, jari pencabut dan pembenam rumput. Landak mempunyai
cara kerja digerakkan menggunakan tenaga dorong manusia. Gaya tersebut diteruskan
melalui tangkai kemudi dan menuju ke silinder. Alat landak bergerak maju diikiuti jari pencabut
pada silinder ikut berputar sehingga dapat menjalankan fungsi jari pencabut. Dengan adanya
bagian pelampung pada bagian depan landak, maka landak tidak akan terbenam. Selain
sebagai pencabut, bagian melengkung pada jari pencabut juga dapat sebagai pembenam
rumput pada saat roda silinder berputar. Jenis alat penyiang gulma landak yaitu Single-row
dan Double-row weeder.”. Penggunaan mesin siang gulma mekanis yang menggunakan
sumber tenaga penggerak dari engine dan diteruskan ke gearbox dan speed reducer. Dari
gearbox tenaga diteruskan ke roda dan dari speed reducer tenaga diteruskan ke penyiang
(Hasman, 2019).

2.4. Prinsip Kerja Cultivator

Assidiqi (2020), menyatakan bahwa “Landak mempunyai cara kerja digerakkan


menggunakan tenaga dorong manusia. Gaya tersebut diteruskan melalui tangkai kemudi dan
menuju ke silinder. Alat landak bergerak maju diikiuti jari pencabut pada silinder ikut berputar
sehingga dapat menjalankan fungsi jari pencabut. Dengan adanya bagian pelampung pada
bagian depan landak, maka landak tidak akan terbenam. Selain sebagai pencabut, bagian
melengkung pada jari pencabut juga dapat sebagai pembenam rumput pada saat roda silinder
berputar.”. Alat penyiang mekanis seperti cultivator ini dapat digunakan sebelum maupun
sesudah tanam sebagai salah satu peralatan pengolahan tanah. Salah satu fungsi utama alat
ini juga sebagai pengendalian gulma, penyiangan yang dilakukan untuk mencabut gulma yang
berada di sela – sela tanaman pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah (Rizza, dkk,
2020).

2.5 Aplikasi Cultivator dalam Keteknikan Pertanian

Rizza, dkk (2020), menyatakan bahwa “Cultivator dibuat dengan besi cor untuk
menjamin kekuatan pada saat mengolah berbagai jenis lahan. Dengan teknologi terkini berupa
berbagai macam implement tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengolahan berbagai jenis
lahan, dimulai dari pembajakan, pencacahan, penyiangan, hingga pembuatan gludan atau
bedengan dapat dilakukan dengan satu alat. Lebar dari kerja dan kecepatan putar pada alat
ini juga dapat diatur untuk menyesuaikan kebutuhan tanam sehingga mengoptimalkan hasil
pengolahan. Aspek terkahir yang sangat penting yaitu keamanan dan kenyamanan dalam
penggunaan alat. Cultivator dengan desai ketinggian hand dan lebar yang dapat disesuaikan
dengan operator.”.

Assidiqi (2020), menyatakan bahwa “Penyiangan gulma secara mekanis


memanfaatkan tenaga motor sebagai pengerak. Pada dasarnya penggunaan mesin di bidang
pertanian untuk memudahkan petani, oleh karena dasar itu pengembangan alat semi mekanis
menjadi mekanis sangat diperlukan. Penggunaan alat mekanis seperti power weeder hanya
digunakan pada tanaman padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1, kedalaman
lumpur 20 cm, dilakukan satu kali penyiangan pada umur 30 hari”.
BAB III

METODE

3.1. Bagian Alat dan Fungsi (Hand Cultivator (Kacip dan Round Blade), Tine Cultivator, Mower,
dan Quick Cultivator Cakar Baja)

Hand Cultivator

- handle = untuk pegangan saat menggunakan kacip

- mata kacip = untuk memotong gulma dengan cara ditarik atau didorong

Quick Cultivator Cakar Baja

- setang = menyerap getaran akibat perputaran mesin

- Tuas transmisi = untuk mengatur transmisi (2 kecepatan maju, netral dan mundur)

- knalpot = sebagai pembuangan gas sisa pembakaran pada mesin

- tutup v-belt = untuk melindungi v-belt

- rotor = tempat pemasangan pisau-pisau dari bajak putar

- tutup pengisian oli mesin = untuk mencegah agar oli tidak keluar atau menahan oli tetap pada
tempatnya atau tempat pengisian oli

- tutup tangka bbm = untuk pengisian bbm

- filter udara = membersikan udara dari kotoran dan debu, serta mengurangi kecepatan udara
masuk ke ruang bakar

- gagang starter = menghidupkan mesin dengan cara recoil starter

- fuel valve lever = mensuplai kebutuhan bahan bakar ke dalam silinder sesuai dengan
kebutuhan mesin

- knope choke = membuka dan menutup katub choke didalam karburator

- batang penarik/drag bar = mengontrol kedalaman menggaru

- Tuas throttle = mengontrol kecepatan putaran mesin

- pengatur tinggi setang = penyesuaian tinggi setang dengan operator

Mower

- Tutup tangka = untuk mengisi bbm

- Tangki = tempat bbm

- tombol merah = pemutus arus/mematikan mesin

- tuas gas = pengatur rpm mesin

- kipas pendingin bagian belakang = menstabilkan suhu mesin


- handle = pegangan untuk tongkat mower

- pisau = bagian yang berputar untuk memotong rumput

3.2. Cara Kerja (Hand Cultivator (Kacip dan Round Blade), Tine Cultivator, Mower, dan
Quick Cultivator Cakar Baja)

Hand Cultivator Kacip dan Round Blade

Siapkakan kacip/Round Blade

Tarik kacip/round blade pada lahan penyaingan gulma

Dorong kacip/round blade pada lahan penyaingan gulma

Lahan siap digunakan

Tine Cultivator

Siapkan Traktor dan Implemen

Hubungkan Implemen ke PTO

Posisikan Implemen pada gulma yang akan dihilangkan

Tarik implement menggunakan traktor

Mower

Siapkan Mower

Posisikan saklar ke posisi on

Putar katurp choke searah jarum jam

Tarik starter

Mower siap untuk digunakan


Quick Cultivator Cakar Baja
Cara pengoprasian

Siapkan Quick Cultivator Cakar Baja

Putar Saklar mesin ke posisi on

Geser fuel velve ke kanan


Hingga batas maksium
Geser knop choke ke kanan
Hingga posisisetengah
batas maksimum
Tarik gagang starter hingga cultivator menyala

Geser tuas transmisi ke posisi 1 atau 2


Untuk menggerakan
cultivator sesuai dengan
kebutuhan
Tarik tuas kopling utama

Jalankan cultivator

Menghentikan Quick Cultivator Cakar Baja

Geser Tuas Throttle


Hingga posisi
netral
Geser knop choke
Hingga batas
maksimum
Geser tuas throttle berlawanan arah jarum jam
Hingga batas
maksimum
Putar saklar mesin ke posisi off
3.3. Gambar masing-masing alat

Mower

Tine Cultivator

Quick Cultivator Cakar Baja


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengertian Masing-Masing Cultivator (Hand Cultivator (Kacip dan Round Blade), Tine
Cultivator, Mower, dan Quick Cultivator Cakar Baja)

Kacip adalah gunting yang tajam sebelah dan sendinya berada diujung dan biasanya
digunakan sebagai perkakas untuk membelah pinang. Round blade adalah mata pisau yang
berbentuk bundar/lingkaran yang digunakan untuk memotong sayuran. Tine Cultivator adalah
alat penyiang yang terdiri atas tine dan cultivator. Tine adalah suatu tangkai yang berbentuk
lengkung yang memegang sweep (bagian yang mengaduk gulma). Cultivator berupa tiga buah
sweep yakni sweep separuh penyapu kanan, separuh penyapu kiri, dan sweep penuh
ditengah. Mower adalah mesin pemotong rumput yang digunakan untuk pengurangan gulma,
pemanenan rumput untuk pakan ternak, dan lain sebagainya. Mower juga biasanya
menggunakan mesin dua langkah dilengkapi dengan oli samping. Quick cultivator cakar baja
adalah cultivator yang digunakan untuk pengolahan tanah sekunder dengan cakar baja.

4.2. Kelebihan dan Kekurangan (Hand Cultivator (Kacip dan Round Blade), Tine Cultivator,
Mower, dan Quick Cultivator Cakar Baja)

Pada kacip memiliki kelebihan yaitu tidak menimbulkan emisi, harga alat murah, dan
mudah dioperasi. Untuk kekurangannya yaitu kacip yang digunakan sangat manual sehingga
membutuhkan banyak tenaga dan waktu.Tenaga yang dibutuhkan diantaranya penempatan
biji mente pada mata kacip, disaat hendak dan akan mengkacip mutlak dibutuhkan 2 tangan.
Tangan yang satu mengarah biji dan tangan yang lain mengarah handel kacip hingga
menyayat kulit biji mente, setelah terkacip tangan yang mengarah handel mengembalikan
keposisi semula dan tangan yang lain mengeluarkan biji yang terkacip ketempat lain, begitu
seterusnya. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mendapakan 1 biji kacang mente
dibutuhkan waktu ± 2-3 menit (Yokasing, dkk, 2017).

Round Blade adalah alat pemotong yang berbentuk bulat digunakan untuk memotong
sayuran. Alat ini memiliki kelebihan yaitu dapat memotong buah dengan mudah dibandingkan
alat pemotong lainnya karena berbentuk bulat dan tidak menimbulkan emisi. Alat ini sangat
membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktu yang banyak juga.

Tine cultivator adalah alat penyiang gulma untuk skala lahan besar. Pada praktikum
yang telah dilakukan, kelebihan tine cultivator yang telah dijelaskan yaitu diaplikasikan pada
lahan yang luas, lebih cepat dalam pengerjaan lahan dan hemat tenaga dan biaya pekerja.
Kekurangan tine cultivator yaitu menimbulkan emisi dan tidak dapat digunakan untuk lahan
yang kecil.

Yanto, dkk (2020), menyatakan bahwa “Mesin pemotong rumput (Mower) adalah jenis
mesin yang telah banyak digunakan oleh orang dimanapun. Dengan menggunakan mesin
pemotong rumput ini, pekerjaan akan lebih ringan dan lebih cepat. Namun, pisau dari mesin
pemotong rumput dapat membahayakan operatornya dan ketinggian pisau pemotong pada
pemotongan rumput tidak dapat diatur konstan sehingga hasil pemotongan sangat bergantung
kepada keahlian operatornya. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu sistem kontrol agar
mesin pemotong rumput dapat dioperasikan tanpa membahayakan operatornya dan dapat
pula melakukan pemotongan rumput dengan ketinggian yang merata.”.

Quick Cultivator Cakar Baja adalah alat penyiang gulma dan pengolahan tanah
sekunder semi otomatis yang menggunakan cakar baja. Menurut praktikum yang dilakukan,
kelebihan alat ini adalah dapat mempercepat pengerjaan lahan lebih cepat dan lebih fleksibel
karena dapet digunakan pada lahan yang sempit dan luas. Keuntungan penyiangan dengan
alat cultivator antara lain: ramah lingkungan, ekonomis, hemat tenaga, meningkatkan
kandungan udara dalam tanah. Penyiangan dengan menggunakan tenaga manusia diperoleh
sebesar 0,0277 Ha/jam, sedangkan dengan menggunakan alat mekanis pertanian terbilang
efektif dan efisien. Dari segi waktu dihasilkan 0,8033 Ha/jam (Rizza, dkk, 2020). Untuk
kekurangan alat ini yaitu menimbulkan emisi.

4.3. Proses Penyiang Gulma

Assidiqi (2020), menyatakan bahwa “Mesin penyiang bermotor (Power Weeder) untuk
padi sawah adalah suatu mesin yang digunakan untuk menyiang gulma guna memberantas
gulma pada tanaman padi sawah. Mesin ini dalam pengoperasiannya di lahan sawah
dioperasikan oleh 1 operator yang berjalan dibelakang mesin sambil memegang stang kemudi,
sehingga dinamakan walking type. Alat tersusun atas beberapa komponen standar dan
komponen buatan (fabricated) dengan kontruksi dapat dibongkar pasang (knock down)
sehingga mudah dalam transportasinya. Kemudi stang yang ketinggiannya dapat diatur sesuai
dengan tinggi badan operator. Ciri khas mesin ini yaitu pada bagian yang aktif untuk
penyiangan menggunakan hexagonal rotor (bentuk segi enam) yang pada keenam sisinya
terpasang cakarcakar penyiang, hexagonal ini pada saat bekerja di lahan sawah berputar
dengan kecepatan putar 120 - 125 rotasi per menit (rpm). Pada saat operasional mata
penyiang alat penyiang padi berputar, cakar-cakar penyiang yang terdapat pada silinder
penyiang akan mencabut dan menenggelamkan gulma beserta menghancurkan tanah yang
ada dibawahnya. Sehingga gulma yang tenggelam bisa menjadi pupuk bagi tanaman padi.”.

Rizza, dkk (2020), menyatakan bahwa “Berdasarkan pada tahapan kegiatan, hasil
kerja dan dalamnya tanah yang diolah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan mejadi dua yaitu
pengolahan tanah tahap awal dan pengolahan tanah tahap kedua. Pada tahap pertama, tanah
dipotong yang kemudian diangkat lalu dibalik agar sisa tanaman yang ada dipermukaan tanah
dapat terbenam ke dalam tanah. Pada tahap pengolahan tanah kedua, bongkah tanah dan
sisa tanaman yang terpotong pada tahap pengolahan pertama akan dihancurkan menjadi lebih
halus sekaligus mencampurnya dengan tanah.”.

4.4. Tingkat Keergonomisan Cultivator Tradisional dan Modern

Assidiqi (2020), menyatakan bahwa “Di negara berkembang yaitu negara Indonesia,
sumber tenaga di bidang pertanian sebagian besar masih menggunakan tenaga manusia
dengan tenaga fisik tertentu untuk melakukan kerja mekanis. Tenaga menusia selalu
digunakan di bidang pertanian walaupun sudah ada tenaga bantu tenak dan motor. Energi
yang dikeluarkan oleh manusia untuk tiap-tiap pekerjaan adalah menebang pohon : 8,5
kkal/menit, membajak dengan traktor tangan : 8,9 kkal/menit, menggaru dengan traktor tangan
: 8,5 kkal/menit, penyiapan tanah dengan cangkul : 6 – 11 kkal/menit. Penggunaan kedua
sumber tersebut selain mempunyai keuntungan juga mempunyai beberapa kelemahan.
Keuntungan penggunaan tenaga manusia di bidang pertanian yaitu dapat digunakan pada
berbagai tempat, setiap saat dapat digunakan, dapat melakukan beberapa gerakan tanpa
perlu alat transmisi (terutama manusia). Kelemahan penggunaan tenaga manusia di bidang
pertanian yaitu kapasitasnya terbatas, baik besar tenaganya maupun lama penggunaannya,
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan kesehatan dan penggunaan tenaga manusia
terutama untuk pekerjaan yang berat kurang manusiawi.”.

Rizza, dkk (2020), menyatakan bahwa “Cultivator dibuat dengan besi cor untuk
menjamin kekuatan pada saat mengolah berbagai jenis lahan. Dengan teknologi terkini berupa
berbagai macam implement tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengolahan berbagai jenis
lahan, dimulai dari pembajakan, pencacahan, penyiangan, hingga pembuatan gludan atau
bedengan dapat dilakukan dengan satu alat. Lebar dari kerja dan kecepatan putar pada alat
ini juga dapat diatur untuk menyesuaikan kebutuhan tanam sehingga mengoptimalkan hasil
pengolahan. Aspek terkahir yang sangat penting yaitu keamanan dan kenyamanan dalam
penggunaan alat. Cultivator dengan desai ketinggian hand dan lebar yang dapat disesuaikan
dengan operator. Tuas pada alat ini pun terletak di lokasi yang mudah dijangkau oleh tangan
operator, sehingga sangat aman pada saat penggunaannya.”.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang paling membutuhkan energi dalam budi
daya tanaman. Untuk menciptakan lingkungan fisik tanah yang kondusif bagi pertumbuhan
tanaman perlu dilakukan tahap pengolahan tanah. Menutut Oisat sistem pengolahan tanah
terbagi menjadi dua, yaitu pengolahan secara konvensional dan konservatif. Pengolahan
tanah secara konservatif dilakukan dengan cara mencangkul, membajak, atau menggunakan
peralatan mekanis lainnya untuk mempersiapkan lahan bagi budi daya tanaman. Keuntungan
pengolahan tanah dengan cara konservatif yaitu mampu mengendalikan gulma, memutus
siklus hidup hama, memperbaiki aerasi tanah, dan memudahkan untuk aktivitas budi daya
lainnya. Pada Praktikum ini dapat diambil kesimpulan yaitu alat penyiangan gulma dengan
cara modern lebih menguntungkan karena lebih menghemat tenaga, waktu, biaya dan
pengerjaan juga lebih mudah. Kekurangan pada alat penyiangan gulma modern yaitu
menimbulkan emisi.

5.2. Kritik dan Saran

Sitasi pada TM dan laporan sangat susah dicari. Saran saya tolong lah pakai hati
ngasih bagian yang ada sitasinya. Terima kasih sudah mengajarkan materi yang belum saya
dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Fahruddin. 2016. IDENTIFIKASI PERTUMBUHAN GULMA PADA PENYIAPAN


MEDIA TANAM TANAH GAMBUT SETELAH PEMBERIAN KAPUR DOLOMIT.
Anterior Jurnal 15(2) : 161-171

Assidiqi, Rasid. 2020. MODIFIKASI ALAT PENYIANG GULMA (POWER WEEDER) PADA
TANAMAN PADI SAWAH. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Medan

Hasman, Elvin. 2019. RANCANG BANGUN PROTOTIPE MESIN PENYIANG MEKANIS


PADA LAHAN DENGAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION. Journal of Applied
Agricultural Science and Technology 3(1) : 166-177

Kurniawan, Sheva Hendy. 2011. PENGARUH PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP


NILAI DAYA DUKUNG TANAH. Tugas Akhir. Fakultas Teknik. Universitas Atma Jaya
Yogyakarta. Yogyakarta

Palijama, dkk. 2012. KOMUNITAS GULMA PADA PERTANAMAN PALA (Myristica fragrans
H) BELUM MENGHASILKAN DAN MENGHASILKAN DI DESA HUTUMURI KOTA
AMBON. Jurnal Agrologia 1(2) : 134-142

Prayogo, dkk. 2017. PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN


HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA BERBAGAI SISTEM
OLAH TANAH. Jurnal Produksi Tanaman 5(1) : 24-32

Rahayu, dkk. 2014. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA LAHAN KERING
DAN LAHAN YANG DISAWAHKAN DI KECAMATAN PERAK KABUPATEN
JOMBANG. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 1(2) : 79-87

Rajamuddin dan Sanusi. 2014. KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH


INCEPTISOL PADA BEBERAPA SISTEM LAHAN DI KABUPATEN JENEPONTO
SULAWESI SELATAN. Jurnal Agroland 21(2) : 81-85

Rizza, dkk. 2020. Pertanian Tanaman Jagung dengan Alat Penyiang bagi Petani Jagung Desa
Pulungdowo Kabupaten Malang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia
1(4) : 262-271
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Yanto, dkk. 2020. Sistem Kendali Mesin Pemotong Rumput Berbasis Arduino Menggunakan
Koneksi Bluetooth. JURNAL TEKNIK MESIN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG 10(1)
: 33-40

Yokasing, dkk. 2017. Kacip Termodifikasi dengan Delapan Mata Penyayat Guna Mendukung
Usaha Kacang Mente. Jurnal Flywheel 8(2) : 24-28
LAMPIRAN

1.1
2.1
2.2.
2.3
2.4
2.5
Lampiran Tambahan

4.2.
4.3.
4.4.

Anda mungkin juga menyukai