Anda di halaman 1dari 21

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI

KEPENDIDIKAN

Nama Mahasiswa : 1. Muhammad Farhan (5201131007)


2. Putri Adzania (5202431005)
3. Rafif Mahdi Lubis (5203131017)
4. Suhardi (5202131002)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Julaga Sitomorang,M.Pd


Mata Kuliah : Profesi Kependidikan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah PROFESI KEPENDIDIKAN
berjudul “ Hakikat Organisasi dan Kode Etik Profesi Kependidikan ’’.
Makalah ini membahas tentang Hakikat Organisasi dan Kode Etik Profesi
Kependidikan . Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Dosen Profesi Pendidikan Bapak Julaga Situmorang.
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek
kualitas maupun aspek kuantitas dari materi yang disajikan. Semua ini didasarkan dari
keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa
yang akan datang.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, pengorbanan yang telah diberikan
oleh semua pihak sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan Tuhan Yang
Maha Esa dapat memberikan balasan yang setimpal serta melimpahkan rahmatnya kepada
kita semua. Amin.

Medan, Maret 2021


Penulis

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................................. 4
2.1 Konsep dasar dan peranan organisasi professional keguruan Pengertian, Tujuan dan Fungsi Organisasi
Profesional .......................................................................................................................................................... 4
2.1.1 Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia. ............................................................................................ 6
2.2 Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini .................................................................... 9
2.2.1 Keadaan yang Ditemui ........................................................................................................................... 9
2.2.2 Permasalahan yang Ada....................................................................................................................... 10
2.3 Kode Etik Guru ............................................................................................................................................ 11
2.3.1 Apakah Etika Profesi itu ? .................................................................................................................... 11
2.3.2 Tujuan Kode Etik ................................................................................................................................. 11
2.3.3 Penetapan Kode Etik ............................................................................................................................ 12
2.3.4 Sanksi Melanggar Kode Etik ............................................................................................................... 12
2.3.5 Kode Etik Guru Indonesia................................................................................................................ 12
2.3.6 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan ................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................................................... 19
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................................................ 19
3.1 SIMPULAN ................................................................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai seorang pendidik perlu diketahui hakikat yang dimilikinya. Profesi kependidikan
tentunya memiliki seperangkat aturan dan manajemen yang harus diketahui oleh setiap guru.
Sehingga setiap guru mengetahui dengan baik profesi yang diembannya.
Seperangkat hakikat yang perlu diketahui profesi kependidikan diantaranya syarat profesi,
kode etik profesi keguruan, dan organisasi professional keguruan. Penting sekali seorang
pendidik mengetahui hal ini, dalam melaksanakan amanah profesi yang diemban seorang
pendidik akan berada dijalan yang benar, teratur, dan teratah. Sehingga tidak keluar dari jalur
pendidik yang menyalagi aturan profesinya.
Dengan adanya penjelasan hal ini, kualitas layanan seorang pendidik dapat meningkat
dengan baik. Sehingga bukan lagi materi yang akan dikejar tetapi seorang pendidik dapat
mengetahui dengan baik amanah pendidik dalam melayani peserta didik dengan benar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Organisasi Profesional Keguruan?
1.2.2 Apa pengertian dan Syarat Profesi?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Kode Etik Profesi Keguruan?

1.3 Tujuan

Tujuan utama dari penulisan makalah ini ialah mampu memahami terkait dengan konsep profesi.
Adapun tujuan penulisan makalah ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1.3.1 mengetahui organisasi profesional keguruan.

3
1.3.2 mengetahui pengertian profesi dan syarat profesi;
1.3.3 mengetahui kode etik profesi keguruan;

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar dan peranan organisasi professional keguruan Pengertian,


Tujuan dan Fungsi Organisasi Profesional

Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga kata, yaitu organisasi, profesi dan
keguruan (guru).Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari organisasi,
diantaranya sebagai berikut:

1. Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

2. Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
3. Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Di samping itu, organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan
organisasi non-formal. Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang
mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang
rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya. Organisasi informal
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama
yang tidak disadari.Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD.

Jadi organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan yang orang-orang yang memiliki
suatu keahilan khusus yang merupakan ciri-ciri khas dari bidang keahilan tertentu. Dikatakan ciri
khas oleh karena bidang pekerjaan tersebut diperoleh bukan secara kebutulan oleh sembarang

4
orang, tetapi diiperoleh melalui suatu jalur khusus, boleh jadi melalui perguruan tinggi, atau
melalui penekunan secara sistematis dan mendalam.

oleh sembarang orang, tetapi diiperoleh melalui suatu jalur khusus, boleh jadi melalui
perguruan tinggi, atau melalui penekunan secara sistematis dan mendalam.

Seorang guru dapat dikatakan memiliki hak professional jika memiliki lima aspek pokok
yang perlu diwujudkan yakni :

1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum, terhadap batas wewenang keguruan


yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam
batas tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan
setempat.
3. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam rangka menjalankan tugasnya sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha dan prestasi
yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan komptensi professional secara individual
maupun secara institusional.

Organisasi professional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, meningkatkan


kesejahteraan para anggotanya. Mengikat para anggota dimaksudkan agar para anggota
dikalangan suatu profesi dapat berkumpul dalam satu wadah dan dapat saling tukar pengalaman
anatara sesama anggota dalam melaksanakan praktek profesi. Mengawasi dimaksudkan agar para
anggota profesi agar selalu berpegang kepada Kode Etik Profesi, dan selalu menjaga kualifikasi
para anggota di samping itu dapat pula mengawasi praktek profesi yang tidak berwenang dalam
melaksanakan profesi.

Organisasi professional berfungsi sebagai pengendalian keseluruhan profesi baik secara


sendiri, maupun secara bersama-sama dengan pihak lain yang relevan. Fungsi lain dari organisasi
profesional ini adalah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi
kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat penguna jasa kependidikan. Dengan

5
mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki
kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama yaitu
upaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi
kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat penguna jasa profesi ini. Organisasi ini
juga berfungsi sebagai Peningkatan Kemampuan Profesi. Guru sebagai anggota profesi harus
bisa meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui organisasi tersebut. Dengan mengikuti
organisasi tersebut diharapkan guru dapat meningkatkan dan mengembangkan
karier,kemampuan, kewenangan professional,martabat dan kesejahteraan.

2.1.1 Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia.


Seperti halnya guru merupakan satu pekerjaan yang tak dapat dilakukan oleh sembarang
orang, agar seseorang dapat diangkat menjadi seorang guru, ia harus memiliki kualifikasi ilmu
tentang keguruan yang diperoleh melalui pendidikan keguruan. Disamping harus memiliki
kewenangan mengajar yang sesuai dengan disiplin ilmunya, kewenangan mengajar yang sesuai
dengan displin ilmunya, kewenangan professional keguruan ini menutut otonomi dan tanggung
jawab dalam melaksanakan tugasnya. Adapun berbagai organisasi guru yang ada di Indonesia ini
antara lain :
1) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun
1932. Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
1. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi perjuangan).
2. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan (organisasi profesi).
Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as public service, not commodity”.
3. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib buruh pada umumnya
(organisasi ketenagakerjaan).
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :
1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi guru.
2. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam
meningkatkan mutu profesi dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru Indonesia.

6
4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi, dan akreditasi bagi
pengukuhan kompetensi profesi guru.
5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di bidang
pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra dengan PGRI.
6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di semua jenis,
jenjang, dan satuan pendidikan guna mneningkatkan pengabdian dan peran serta
dalam pembangunan nasional.
7. Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata melalui anak lembaga dan
badan khusus.
8. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga
pendidikan, organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, dan atau organisasi
kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan
kebudayaan.

2) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)


MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran
yang berada di suatu sanggar atau kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling
berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja
guru sebagai praktisi atau perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas
(Depdiknas,2004: 1).Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan forum atau wadah
profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
Tujuan MGMP menurut pedoman MGMP (2004: 2) adalah:
Tujuan umum:
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan
profesionalisme guru.
Tujuan khusus.
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya mewujudkan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat proses pembelajaran yang
menyenangkan, mengasyikkan dan, mencerdaskan siswa.

7
3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran.

3) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi
kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya.
Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19
Mei 1984.

Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu:

1) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia


2) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
3) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka
membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara;
4) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu, seni, dan
teknologi pndidikan;melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota;
5) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan
6) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.

Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang
terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan
Ilmu Alam, dan lain sebagainya.

4) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


IPBI didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi
kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan
ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagai guru pembimbing.Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se-
Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi
dalam rangka peningkatan mutu layanannya.Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini:
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.

8
2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik, alat
dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian
dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
3. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan tenaga
ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan bimbingan
.

2.2 Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini


2.2.1 Keadaan yang Ditemui

Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya Undang-


undang Rep. Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam UU
tersebut, tenaga kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang-bidang lain.
Ada 6 pasal (pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga
kependidikan. Ini menunjukan bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam
rangka upaya memajukan pendidikan secara keseluruhan.

Bertitik tolak dari problema internal guru sebagai tenaga kependidikan, yaitu sebagai
seorang pengajar telah menurun kualitas guru tersebut karena rendahnya kejahteraan yang
diterima guru dan diskriminasi status guru membuat kita gerah dan bertanya-tanya, apakah
pekerjaan sandang guru suatu profesi? para ahli dan pakar pendidikan sudah lama
menggolongkan pekerjaan guru suatu profesi, demikian juga banyak definisi menggolongkan
pekerjaan guru sebagai profesi. Jika kita pandang keberadaan guru dan problema internal guru
maka pekerjaan guru bukan suatu profesi. Sedangkan kriteria profesi yang melekat pada
pekerjaan guru yang kurang sempurna. .
Kegiatan pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keterampilan untuk meningkatkan mutu
proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada
umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya .
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar
guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas pada bidang pengembangan profesi meliputi
kegiatan sebagai berikut :

9
a. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan.
b. Membuat alat pelajaran/alat peraga/alat bimbingan.
c. Menciptakan karya seni.
d. Menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan.
e. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
2.2.2 Permasalahan yang Ada
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru masa
sekarang ini adalah sebagai berikut :
1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam peraturan
yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta kesejahteraannya, seperti
keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam
Lingkungan Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
2. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih
terara, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan profesional dengan
pembentukan kemampuan akademik guru, dengan memberikan peluang kepada setiap
calon guru untuk melatih unjuk kinerjanya sebagai calon guru yang profesional.
3. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak pendidikan
prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan.
4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk
pelaksanaan proses profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang jelas
mengenai profesi guru dan profesi lainnya.
5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu prilaku
profesional yang tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan sanksi-sanksi terhadap
penyimpangannya.
6. Pemasyarakatan kode etik guru diterapkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh
masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap
profesi guru itu.

10
2.3 Kode Etik Guru
2.3.1 Apakah Etika Profesi itu ?

Dalam filsafah, etika adalah siuatu studi evaluasi tentang perilaku manusia ditinjau dari
prinsip-prinsip moral atau kesusilaan (Ethic philosophy is the study and evaluation of human
conduct in the light of moral principles). Etika yaitu tentang filsafat moral, yait mengenai nilai,
perilaku dan yang menyelidiki mana yang baik dan yang benar. Secara singkat dapat
dirumusukan, bahwa Etika adalah suatu system prinsip-prinsip kesusilaan atau moral, yang
merupakan standard atau norma – norma bertindak bagi orang – orang dalam suatu profesi,
misalnya dalam profesi kedokteran, keguruan dan sebagainya. Sehingga etika suatu profesi
(Profesional Ethics) adalah prinsip – prinsip atau norma – norma kesusilaan/moral yang
merupakan “pedoman” bagi sikap dan perilaku anggota-anggota suatu profesi.
Mengacu pada uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan bahwa etika profesi keguruan
adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan “pedoman” bertindak bagi
para anggota profesi dibidang keguruan, dalam hal ini adalah para guru. Dalam proses
pendidikan, banyak unsur – unsur yang terlibat agar proses pendidikan dapat berjalan dengan
baik. Salah satunya adalah guru sebagai tenaga pendidik. Pendidik harus memiliki etika yang
sesuai dengan kode etik profesi keguruan.

2.3.2 Tujuan Kode Etik


a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Setiap kode etik suatu profesi akan melarang
berbagai bentuk yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Yang dimaksud
kesejahteraan disini berupa kesejahteraan materiil dan spiritual/mental. Dalam
kesejahteraan materiil dan spiritual pada anggota profesi, kode etik umumnya mengadakan
larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan
kesejahteraan anggotnya, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyangkut hal-hal
yang oleh masyarakat dianggap sebagai peruatan tercela, pembatasan tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur bagi anggota profesi dalam hal interaksinya dengan sesama
rekan-rekan anggota profesi

11
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Dalam hal ini bertujuan
pengabdian generasi tertentu, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugas
profesinya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi. Kode etik juga memuat norma-norma tentang anjuran
agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu para anggotanya
sesuai dengan bidang pengabdiannya
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Dengan adanya wadah organisasi profesi
dapat meningkatkan kualitas anggotanya sehingga dapat terbina dengan baik.

2.3.3 Penetapan Kode Etik


Penetapan kode etik hanya dapat dilakukan oleh organisasi suatu perkumpulan
atau perserikatan suatu profesi untuk para anggotanya.penetapan kode etik lazim
dilakkukan pada suatu kongres organisasi profesi. Kode etik dati suatu organisasi hanya
akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin dikalangan profesi
tersebut, jika orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung. Apabila setiap orang
yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau
ikatan professional,maka ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni
dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhadap
kode etik dapat dikenakan sanksi.

2.3.4 Sanksi Melanggar Kode Etik


Sanksi pada dasarnya merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan
pelanggaran dan juga untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. Pemerintah
mencampuri urusan profesi ini, pencampuran tersebut bersifar memberikan sanksi-sanksi
hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Pemberian sanksi dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia

2.3.5 Kode Etik Guru Indonesia

Apa yang dimaksud dengan “ Kode etik”? Kode adalah kumpulan peraturan-peraturan
atau norma-norma perilaku atau perbuatan professional (Code is a set of rules for or standards of

12
professional practice or behavior..) jadi kode etika suatu profesi adalah sekumpulan peraturan-
peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi perbuatan atau perilaku orang-orang dalam suatu
profesi.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional. Undang-Undang Nomor 14


Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk
selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kode Etik Guru Indonesia selanjutnya disebut KEGI adalah norma dan asas yang
disepakati dan diterima guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga Negara.
Kode Etik Guru Indonesia yang telah disepakati Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, memiliki relevansi, sesuai kompentensi pedagogik dan profesional seorang guru
karena di dalamnya juga mengatur hubungan antara guru, peserta didik, orangtua, masyarakat,
teman sejawat, serta organisasi profesi lain maupun profesinya sendiri.

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari:


1. Nilai-nilai agama dan Pancasila.
2. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
3. Nilai-nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual
Substansi Kode Etik Guru Indonesia :
1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
a. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan
hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual
dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk
kepentingan proses kependidikan.

13
e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.
f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan
menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu
peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk
kemampuannya untuk berkarya.
i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya.
j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-
hak peserta didiknya.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian
bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari
kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan,
dan keamanan.
n. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak
ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
o. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik
dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.
p. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya
untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid


a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.

14
f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan
pendidikan.
g. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali
siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

3. Hubungan Guru dengan Masyarakat


a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.
e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.
f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
g. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.

4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat


a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan
proses pendidikan.
c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.
e. Guru menghormati rekan sejawat.
f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan
standar dan kearifan profesional.
h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat
profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap
tindakan profesional dengan sejawat.

15
k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan
keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
pendidikan dan pembelajaran.
l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah
agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
m. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru berkaitan dengan kualifikasi dan
kompetensi sejawat atau calon sejawat.
n. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan
marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
o. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat
siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
p. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung
akan memunculkan konflik dengan sejawat.

5. Hubungan Guru dengan Profesi


a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata
pelajaran yang diajarkan.
c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-
tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual,
dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan
martabat profesionalnya.
g. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
h. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan
tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan
pembelajaran.

6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinya


a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam
melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan
manfaat bagi kepentingan kependidikan.

16
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan
komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-
tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan
martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
g. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan
pribadi dari organisasi profesinya.
h. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Hubungan Guru dengan Pemerintah


a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang
pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-
undangan lainnya.
b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
d. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan
pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

2.3.6 Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan


PGRI telah mengeluarkan Kode Etik Guru yang pada dasarnya mengatur perilaku etis
guru, melindungi profesi dan individu guru, mengatur batasan kewenangan guru, dan
mempertahankan kesejahteraan guru. Ke arah kode etik inilah seharusnya profesionalisasi
diarahkan, meliputi dimensi-dimensi: pengetahuan (know-what), keterampilan (know-how), dan
sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan keterampilan pengalaman dan
kemauan.

17
Oleh karena itu penyimpangan terhadap kode etik yang dikeluarkan oleh PGRI
seharusnya pula dapat diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hendaknya menjadi patokan
perilaku anggotanya, agar setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar pula
dari sanksi yang mungkin dibeikan oleh organisasi profesi

Saat ini sudah dibentuk Dewan Kehormatan Guru di seluruh kabupaten dan kota di
Indonesia yang akan menerima laporan atas pelanggaran KEGI yang dilakukan guru. Untuk itu,
semua guru tanpa kecuali harus mentaati kode etik ini dan jika dalam melaksanakan profesinya
terbukti menyalahi kode etik, maka akan dijatuhi sanksi tegas sebagaimana diatur dalam Kode
Etik Guru Indonesia.

18
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN


3.1 SIMPULAN

Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan yang orang-orang yang


memiliki suatu keahilan khusus yang merupakan ciri-ciri khas dari bidang keahilan tertentu.
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya Undang-undang Rep.
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam UU tersebut, tenaga
kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang-bidang lain. Ada 6 pasal
(pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga kependidikan. Ini
menunjukan bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya
memajukan pendidikan secara keseluruhan.
Organisasi professional bertujuan untuk mengikat, mengawasi, meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya. Mengawasi dimaksudkan agar para anggota profesi agar selalu
berpegang kepada kode etik
Kode Etik adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan. Tujuan kode etik itu sendiri adalah untuk menunjang tinggi martabat profesi: menjaga
dan memelihara kesejahteraan para anggota ; meningkatkan pengadian para anggota profesi;
meningkatkan mutu profesi
Kode Etik Profesi, dan selalu menjaga kualifikasi para anggota di samping itu dapat pula
mengawasi praktek profesi yang tidak berwenang dalam melaksanakan profesi. Sedangkan
meningkatkan kesejahteraan dimaksudkan agar organisasi profesi selalu dapat memperjuangkan
anggotanya dalam mendapatkan jaminan kesejahteraan atas jasa yang telah diberikan. Beberapa
contoh organisasi profesi: PGRI, ABKIN, ISPI, ISMaPI, MGMP .

3.2 Saran
Pengelolaan dan pemberdayaan guru perlu dibina lagi, pemahaman hakikat seorang guru
mesti ditanamkan dalam hati dan pikiran seorang pendidik. Penjelasan terakait professional guru
perlu ditambahkan lagi wawasannya, seiring berjalannya waktu akan ada penyesuaian sistem.
Agar sistem yang ada tidak ketertinggalan dengan perkembangan zaman.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oermar. 2002. Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:

PT.Bumi Aksara

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

Satory, Djam’an dkk. 2009. Profesi Keguiruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Soetjipto, Kosasi Raflis. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Umbu, Sumardjono. 2014. Profesi Kependidikan. Yogyakarta: PT Ombak

Wau, Yasadarto.2016 Profesi Kependidikan .Medan: UNIMED-PRESS

Andrew Walsh and Padma Inala. 2010. Active Learning Techniquesfor Librarian, UK: Chandos
Publishing.
Beth Luey. 2008. A different kind of Profession. Canada:Univeristy of Toronto.
Gideonse, Hendrick D. 1982. The Necessary Revolution in Teacher Education. Bloomington,
Ind: Phi Delta Kappa.
Hoyle and Megarry. A Code of Conduct for Success and Happiness in Your Professional Life
TIPS FOR Graduates Revised Edition Susan Morem. New York : ferguson, 2010.
Katherine Cheshire and David Pligrim. 2004. A Short Introduction to Clinical Psychology,
London: Sage Publication.
Stinnet, T.M., dan Huggett, Albert J. 1963. Professsional Problems of Teachers. Second Edition.
New York: The Macmillan Company
Sylvia Cruesss, R, dkk. 2003. Profession a working definition for medical educator.
Canada:McGill University.
Tim Dosen MKDK. 2018. PPTK. Jakarta.: Universitas Negeri Jakarta
Ornstein, Allan C., dan Levine, Daniel U. 1984. An Introduction to the Foundations of
Education. Third Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

20

Anda mungkin juga menyukai