Ilustrasi Foto
526957301.doc 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
526957301.doc 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
RINGKASAN EKSEKUTIF..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................................4
DAFTAR GRAFIK.....................................................................................................................................5
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................................6
IV. PENUTUP................................................................................................................................33
LAMPIRAN...........................................................................................................................................34
526957301.doc 3
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten/ Kota .....................10
526957301.doc 4
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA.......................................................9
526957301.doc 5
I. PENDAHULUAN
Sudi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan
Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami
kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke
kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat
2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat
kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda
3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan
kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa
4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor
pemerintahan secara eksklusif
5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat
kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun
advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa
526957301.doc 6
II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2011
Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang
dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal
lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi
kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk
menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”.
Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten/ Kota ... mengingat area sumber data yang akan
diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.
Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai
berikut:
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/
kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan
kelurahan/ desa.
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif
menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh
ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)
Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100%
∑ KK
Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten/ Kota ... menghasilkan katagori klaster
sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat
526957301.doc 7
pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko
kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu
klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada
klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area
berisiko Kabupaten/Kota ....
Klastering wilayah di Kabupaten/ Kota ... menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan
pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap
memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian,
kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili
kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.
Misalkan hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten/ Kota ... yang terdiri atas 151
desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut:
526957301.doc 8
1) klaster 0 sebanyak 0%.
2) klaster 1 sebanyak 3%,
3) klaster 2 sebanyak 5%,
4) klaster 3 sebanyak 8%, dan
5) dan klaster 4 sebanyak 10 %.
Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 1. Distribusi
desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA
Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA
Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel
RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada
dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga
harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random,
sehingga akan ada minimal 5 responden per RT
Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota
digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana:
n adalah jumlah sampel
N adalah jumlah populasi
526957301.doc 9
d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih
dapat ditolerir 5% (d = 0,05) Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05,
sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.
Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 38497 KK maka jumlah sampel minimum yang harus
dipenuhi adalah sebanyak 396. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan
berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten/ Kota ... metetapkan jumlah kelurahan yang
akan dijadikan target area survey sebanyak X1 sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak
X1 X 40 = ..... responden.
Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten Aceh besar.
Jml
Jumlah Jumlah Jumlah
No Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Dusun/RT
Dusun RT Responden
terpilih
1 4 Ingin Jaya
Suka
2 3
Makmur
3 2
4 1
5 0
Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per
RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8
(delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.
Urutkan RT per RW per kelurahan.
526957301.doc 10
Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan
jumlah yang akan diambil.
Jumlah total RT kelurahan : X.
Jumlah RT yang akan diambil : Y
Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y
(dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z
Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka
random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.
Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak ( random sampling), hal ini bertujuan
agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya,
penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu
sendiri. Tahapannya adalah sbb.
Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah
tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.
Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal
5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh
dibawah misal angka mulai 2
Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.
526957301.doc 11
III. HASIL STUDI EHRA 2011 KABUPATEN ACEH BESAR
Dalam masalah persampahan, EHRA mempelajari sejumlah hal pokok, yakni: 1) Kondisi sampah di
lingkungan rumah, 2) cara pengelolaan sampah rumah tangga,3) pengelolaan barang bekas, 4) praktik
pemilahan sampah, 5) frekuensi & pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah
tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah.
Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasikan melalui jawaban verbal
yang disampaikan responden. Dalam kuesioner tersedia 6 (enam) opsi jawaban. Tujuh opsi tersebut,
yakni 1) Diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS, 2) dibuang dan dikubur di lubang, 3)dibakar,
4)dibuang ke sungai/kali/laut/danau, 5) dibiarkan saja, 6) dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan.
Diantara enam opsi jawaban tersebut, cara – cara yang berada di bawah opsi 1,2 dan 3 yang
mendapat layanan pengangkutan merupakan cara – cara yang memiliki risiko kesehatan paling
rendah. Bebebrapa literatur menyebutkan bahwa cara pembuangan sampah di lobang sampah khusus,
baik dihalaman atau diluar rumah, merupakan cara yang aman pula. Namun, dalam konteks wilayah
perkotaan, dimana kebanyakan rumah tangga memiliki keterbatasan dalam hal laha, penerapana cara
– cara itu dapat mendatangkan risiko kesehatan yang cukup besar.
Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan dan ketepatan waktu
dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, risiko kesehatan tetap
tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Sementara,
ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten
ketepatan/kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku.
Di banyak kota di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam
banyak kasus, bebansampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem
persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat
pentingnya pengelolaan/ pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan
pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar
belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan – pertanyaan yang terkait dengan
kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga seta melakukan pengamatan yang tertuju pada
kegiatan – kegiatan pengomposan.
Secara mendetail grafik di bawah ini menggambarkan cara – cara utama penegelolaan sampah rumah
tangga di Kabupaten Aceh besar. Dalam tabel di bawah ini terlihat bahwa yang paling banyak dijumpai
adalah rumah tangga yang membuang sampahnya dengan cara dibakar, yakni sebesar 88,78%.
526957301.doc 12
Sedangkan mereka yang membuang ke lahan kosong sebesar 4,26% Berikutnya sampah yang
dibuang ke sungai/kali/laut/danau, yakni 2,32%. Sementara pengelolaan sampah rumah tangga yang
diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS sebanyak 2,19%. Pengelolaan sampah yang dibuang dan
dikubur sekitar 1,50%, dan sampah yang dibiarkan saja mencakup 0,63%.
Grafik berikutnya menggambarkan kebersihan rumah tangga dan lingkungannya dari keberadaan
sampah. Seperti yang dapat disimak, sekitar 25,4% rumah tangga yang dijumpai memiliki kondisi
sampah dengan lalat berkembang biak. Sementara sekitar 21,1% dilaporkan memiliki sampah dengan
banyak tikus dan cacing. Sedangkan, sekitar 19,1% saluran drainase yang mampet dan sekitar 11,4%
dilaporkan bau busuk yang mengganggu tetangga dari sampah. Yang terakhir yang mengatakan tidak
ada masalah dengan sampah sebesar 39,7%.
526957301.doc 13
Grafik 3.1.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
C2 Bagaimana sampah rumah tangga dikelola?
Data sedetail grafik di atas memang kurang banyak bermanfaat menyediakan gambaran mengenai
tingkat resiko kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat. Seperti telah disampaikan di
muka, penanganan sampah yang aman adalah di mana rumah tangga mendapat layanan
pengangkutan yang memadai.
Untuk kepentingan identifikasi tingkat risiko kesehatan lingkungan, rincian cara pembuangan di atas
kemudian disederhanakan utamanya berdasarkan dua kategori besar, yakni 1)penerima layanan
sampah dan 2) non penerima layanan sampah.
526957301.doc 14
Seperti diketahui secara luas, rumah tangga sebetulnya dapat ikut berperan dalam mengurangi volume
sampah dengan berbagai cara. Contoh yang cukup populer adalah dengan melakukan pemilahan dan
memanfaatkan kembali atau mengolah sampah – sampah tertentu. Terkait dengan ini, EHRA di
Kabupaten Aceh besar mencoba mengetahui praktik pemilahan di rumah tangga.
Grafik 3.1.4. Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
C4 Apakah Bapak/Ibu melakukan pemilahan/pemisahan sampah di rumah sebelum dibuang?
Dari EHRA diperoleh gambaran bahwa hanya sekitar 3,1% yang selalu melakukan pemilahan sampah.
Sedangkan hampir 42,3% tidak pernah melakukan pemilahan sampah.
Dari proporsi rumah tangga yang melakukan pemilahan sampah, terlihat sampah yang dipilah adalah
sampah berupa plastik, gelas/kaca dan besi/logam.
526957301.doc 15
Tabel 3.1.1. Jenis Sampah Yang Dipilah
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban ganda
C5 Apa saja jenis sampah yang dipilah/dipisahkan sebelum dibuang?
Jenis Sampah Prosentase
Total
Ya Tidak
Sampah organik/sampah basah 12,1 87,9 100,0
Plastik 18,0 82,0 100,0
Gelas/kaca 82,0 18,0 100,0
Kertas 9,1 90,9, 100,0
Besi/logam 45,3 52,7 100,0
Lainnya, 1,5 98,5 100,0
Tidak tahu 12,1 87,9 100,0
Secara umum dapat dikatakan bahwa proporsi ini masih sedikit untuk membantu pengurangan volume
sampah Kabupaten. Dengan kata lain, masih banyak kerja yang diperlukan untuk mengajak warga
berpartisipasi dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Masih sedikitnya rumah tangga di Kabupaten Aceh besar yang berpartisipasi dalam pengelolaan
sampah di tingkat rumah tangga juga tertangkap selama pengamatan di rumah. Seperti terbaca pada
grafik dibawah hanya sekitar 15,41% rumah tangga di Kabupaten Aceh besar yang diamati mendaur
ulang sampah. Dengan kata lain, mayoritas rumah tangga di Kabupaten Aceh besar masih membuang
sampah rumah tangga begitu saja tanpa mempertimbangkan potensi-potensi ekonomi dengan
memanfaatkan kembali sampah, misalnya sebagai bahan kompos yang dapat digunakan sebagai
pupuk tanaman.
526957301.doc 16
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
C7 Seberapa sering petugas mengangkut sampah dari rumah?
Bagi yang mendapatkan layanan, maka frekuensi pengangkutan yang paling umum diterima adalah
diangkut setiap hari, yakni 1,3%. Sekitar 1,0% diangkut dalam beberapa kali dalam seminggu dan yang
menerima layanan pengangkutan sampah sekali dalam sebulan sebesar 3%. Sisanya adalah mereka
yang tidak tahu dikarenakan tidak mendapat layanan pengangkutan sampah sebesar 67,0%.
Standar minimum dalam indikator – indikator global tentang layanan angkutan sampah rumah tangga
adalah seminggu sekali. Dengan demikian, maka kebanyakan rumah tangga di Kabupaten Aceh besar
yang menerima layanan pengangkutan sampah dikategorikan belum mendapat layanan yang
memadai. Hanya sedikit yang telah mendapatkan layanan yang memadai dalam hal frekuensi
pengangkutan.
Bila rumah tangga diminta menilai layanan pengangkutan dalam sebulan terakhir, maka seperti tampak
pada grafik di bawah, kebanyakan menilainya cukup positif sebesar 0,87%, dan yang menilai sering
terlambat sebesar 0,67%.
526957301.doc 17
Grafik 3.1.8. Pembayaran Layanan Pengangkutan Sampah
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
C9 Apakah Layanan pengangkutan sampah oleh tukang sampah dibayar?
526957301.doc 18
Grafik 3.1.9. Pembayaran Layanan Pengangkutan Sampah
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
C10 Kepada Siapa membayarnya?
Tabel 3.2.1. Tempat Buang Air Besar Anggota Keluarga Yang Sudah Dewasa
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban ganda
D1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar?
Prosentase
Jenis Jamban Total
Ya Tidak
Jamban pribadi 54,7 45,3 100,0
MCK/WC Umum 24,9 75.1 100,0
Ke WC helikopter 5,0 95,0 100,0
Ke sungai/pantai/laut 2,6 97,4 100,0
Ke kebun/pekarangan 22,0 78,0 100,0
Ke selokan/parit/got 1,3 97,8 100,0
Ke lubang galian 3,4 93,8 100,0
Lainnya, 4,1 95,9 100,0
Tidak tahu ,3 97 100,0
526957301.doc 19
Tabel 3.2.2. Perilaku BAB
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban ganda
D2 Apakah masih ada orang di luar anggota keluarga yang sering buang air besar di tempat terbuka
(kebun, halaman, sungai, pantai, laut, selokan/got, saluran irigasi?
Prosentase
Anggota Keluarga Total
Ya Tidak
Anak laki-laki umur 5-12 tahun 15,5 84,5 100,0
Bagian ini memaparkan
Anak perempuan umur 5-12 tahun 15,5 84,5 100,0
Remaja laki-laki 6,3
fasilitas sanitasi rumah
93,7 100,0
Remaja Perempuan 6,8 93,2 100,0
tangga beserta beberapa
Laki-laki dewasa 13,0 87,0 100,0 perilaku yang terkait
Perempuan dewasa 13,8 86,2 100,0 dengannya. Fasilitas
Laki-laki tua 8,2 91,8 100,0 sanitasi difokuskan pada
Perempuan tua 13,0 91,8 100,0 fasilitas buanginya ke
Masih ada tapi tidak jelas siapa 33,1 66,9 100,0 dalam air besar (BAB)
Lainnya, 4,7 95,3 100,0 yang mencakup jenis
jamban yang tersedia,
penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya.
Untuk jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 4 jenis jamban, yakni (1) kki septic. Padahal, yang
dimaksud adalah tangki loset duduk leher angsa; (2) kloset jongkok leher angsa; (3) plengsengan; (4)
cemplung.
Karena informasi tentang jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka
kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan
sarana penyimpanan/pengolahan. Warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki yang
tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Karenanya, EHRA juga
mengajukan sejumlah pertanyaan konfirmasi yang dapat mengindikasikan status keamanan tangki
septic yang dimiliki rumah tangga. Pertanyaan – pertanyaan yang dimaksud antara lain, Apakah tangki
septic itu pernah dikosongkan?; Kapan tangki septik dikosongkan?; dan Sudah berapa lama tangki
septic itu dibangun?
Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan
jamban/WC/ yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/fasilitas yang diamaati oleh Tim Survei,
misalnya ketersediaan air, sabun. Tim Survei juga mengamati aspek – aspek yang terkait dengan
kebersihan jamban dengan melihat apakah ada tinja menempel atau tidak? Selain itu, Tim Survei juga
mengamati apakah ada lalat beterbangan di jamban atau sekitarnya.
Terakhir, bab ini pun memaparkan informasi tentang jumlah pengguna jamban yang mengindikasikan
besarnya beban yang ditanggung oleh fasilitas sanitasi rumah tangga.
526957301.doc 20
Survei EHRA menemukan fasilitas BAB di Kabupaten Aceh besar yang paling umum dilaporkan oleh
rumah tangga adalah jamban dengan jenis kloset jongkok leher angsa. Proposrsinya adalah sekitar
73,4%. Sementara, proporsi rumah tangga yang menggunakan jamban jenis cemplung sebanyak
21,0%. Sedangkan yang memakai jamban jenis plengsengan sebanyak 7,0% dan yang menggunakan
jamban jenis kloset duduk siram leher angsa sebanyak 4,9%.
Dari hasil wawancara diperoleh sekitar 46,5% rumah tangga di Kabupaten Aceh besar yang
melaporkan menggunakan tangki septic. Namun, data yang didasarkan pada laporan verbal ini tidak
member petunjuk tentang kualitas atau keamanan tangki septik yang digunakan rumah tangga. Untuk
melihat apakah yang dilaporkan sebagai tangki septic adalah benar tangki septic. EHRA kemudian
menindaklanjuti dengan pertanyaan: Apakah tangki septik itu pernah dikosongkan?; dan Sudah berapa
lama tangki septk itu dibangun? Secara mudah klaim tangki septik diragukan atau dicurigai keliru bila
tangki septik dibangun lebih dari lima tahun lalu namun belum pernah dikuras atau dikosongkan
sekalipun. Bila pernah dikosongkan, EHRA mencurigai bahwa klaim responden itu benar.
Secara visual proses mengindetifikasi kasus suspek (dicurigai) tangki septik ataupun cubluk/bukan
tangki septic adalah sebagai berikut:
Dasar mengindetifikasi suspek tangki septic atau cublukpun dalam studi EHRA menggunakan rentang
waktu pengurasan atau pengososngan tinja di tangki septik. Untuk ukuran dan teknologi tangki septik
yang paling umum, tangki septic perlu dikosongkan atau dikuras paling tidak sekali dalam setiap 5
tahun. Bila dalam kurun waktu 5 tahun tangki septic belum pernah dikuras atau dikosongkan, maka
dicurigai bahwa yang diklaim responden sebagai tangki septic sebetulnya adalah cubluk. Bila diringkas
maka kriterianya adalah sebagai berikut :
526957301.doc 21
D4 Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja?
526957301.doc 22
Kriteria suspek aman adalah sebagai berikut :
1. Dibangun kurang dari lima tahun
2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras/dikosongkan kurang dari lima tahun lalu
Seperti teramati pada diagram di atas, dari sekitar 46,5% yang melaporkan menggunakan jamban ke
tangki septic, sementara hanya sekitar 1,1% melaporkan tangki septiknya dibangun antara 5-10 tahun
lalu. Dari sejumlah itu, mayoritas atau sekitar 42,0% melaporkan bahwa tangki septiknya belum pernah
dikosongkan sama sekali sehingga mengidentifikasikan bahwa yang digunakan mereka bukan tangki
septic melainkan cubluk atau tangki yang tidak kedap udara alias merembes ke luar tangki.
Dari sekitar 440 rumah tangga yang melaporkan pernah mengosongkan tangki septic, hanya sekitar
1,1% melaporkan mengosongkan lebih dari 5 -10 tahun lalu. Kasus yang ,masuk dalam 1,1% ini pun
dapat diindikasikan sebagai suspek cubluk. Sebaliknya, rumah tangga yang masuk kategori pernah
mengosongkan 0-12 bulan dan antara 1 - 5 tahun lalu dikategorikan sebagai kasus suspek aman.
Dari penelusuran menggunakan rentang waktu pengosongan diperoleh bahwa dari 1597 rumah tangga
di Kabupaten Aceh besar yang melaporkan memiliki akses pada tangki septic, sebetulnya sekitar
46,5% darinya patut dicurigai menggunakan cubluk atau tangki septic yang tidak kedap suspek tidak
aman).
Selain cemaran akibat tangki septic yang tidak aman, risiko lingkungn juga dapat meningkat akibat
pembuangan isi tinja yang tidak tepat, seperti membuang kotoran ke sungai atau lahan di rumah yang
tidak diolah lebih lanjut. Sebelum melihat tempat-tempat pembuangan tinja yang telah dikumpulkan di
tangki septic, EHRA terlebih dahulu mengidentifikasikan cara pengurasan/pengosongan tangki septic.
526957301.doc 23
Seperti dapat dilihat pada diagram di bawah ini, dari mereka yang melaporkan pernah mengosongkan
tangki septic, mayoritas meminta jasa layanan pengosongan sedot tangki/truk tinja, yakni sekitar
17,8%. Sementara, proporsi yang melaporkan mengosongkan tangki septik dengan membayar tukang,
yakni sebesar 11,2%.
Hal lain yang dipelajari EHRA adalah tempat pembuangan isi tangki septik. Namun, ini hanya berlaku
pada rumah tangga yang melaporkan menyuruh tukang atau mengosongkan tangkinya sendiri. Mereka
526957301.doc 24
yang menggunakan truk sedot tinja tidak ditanya tentang tempat pembuangan tinja dengan asumsi
bahwa mereka sulit mengetahui ke mana truk itu pergi dan membuang/mengolah ti nja hasil
sedotannya.
Dari mereka yang menguras sendiri atau menyuruh tukang (N=47) sekitar 3,6% melaporkan
membuangnya ke sungai/selokan/parit dan sekitar 9,0% menguburnya dipekarangan/lahan rumah.
526957301.doc 25
Terkait dengan kondisi kebersihan fasilitas WC di rumah, apapun jenis WC nya, Tim Survei EHRA
menjumpai sedikit WC yang terlihat kotor. Dari pengamatan kader, sekitar 39,7% WC yang terlihat
memiliki tinja yang terlihat, namun terdapat hanya 44,1% terlihat jamban bebas dari kecoa dan lalat.
Pembuangan tinja anak adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu mendapat perhatian khusus,
karena masyarakat pada umumnya kerap menganggap masalah ini sebagai hal biasa dan sepele.
Grafik 3.2.8. Perilaku BAB anak berumur 0-5 Tahun
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
D9 BILA ADA ANAK BERUMUR 0-5 TAHUN DI LINGKUNGAN RUMAH TEMPAT TINGGAL Bapak/Ibu
Apakah mereka masih terbiasa buang air besar di lantai, di kebun, di jalan, di selokan/got atau sungai?
526957301.doc 27
Grafik 3.2.11 Alat Yang digunakan Untuk Mencebokkan Anak Setelah BAB
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
D13 Apakah anak dicebokkan setelah buang air besar? Jika Ya, dengan menggunakan apa?
526957301.doc 28
2.5. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir
Narasi, grafik dan table pada skala seluruh sampel kabupaten/ kota dan per klaster mengenai
Lokasi Genangan di Sekitar Lingkungan Rumah.
Ulasan topografi wilayah
Bagian ini memaparkan kondisi saluran air dan kebanjiran rumah tangga di Kabupaten Aceh besar.
Saluran air merupakan objek yang perlu diperhatikan EHRA karena saluran air yang tidak memadai
berisiko memunculkan berbagai penyakit, termasuk DBD yang saat ini kembali merebak di Kabupaten
Aceh besar.
Dalam masalah saluran air, EHRA mengharuskan Tim Survei mengamatai keberadaan sarana
pengolahan air limbah selain tinja sekitar rumah terpilih, Kemana air bekas buangan/air limbah selain
tinja dibuang yang berasal dari dapur, kamar mandi, tempat cuci pakaian dan wastafel.
526957301.doc 29
Hasil pengamatan Tim Survei di Kabupaten Aceh besar menunjukkan bahwa hanya sekitar 32,1%
memiliki akses pada saluran air di depan atau di sekitar rumahnya. Sedangkan yang menggunakan
sumur serapan, yakni sebesar 7,5%. Sementara, sekitar 53,1% rumah tangga teramati tidak memiliki
akses pada saluran air limbah.
526957301.doc 30
Pokok kedua dalam bagian ini adalah kebanjiran yang didefenisikan secara sederhana yakni
datangnya air ke lingkungan atau ke dalam rumah yang tengah disurvei. Air yang datang bisa berasal
dari manapun termasuk luapan sungai, laut ataupun air hujan. Besarnya banjir tidak dibatasi. Artinya,
air bisa setinggi dada ataupun lebih rendah dari tinggi tumit orang dewasa.
Tabel 4. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir
Jumlah Jumlah Kelurahan/Desa
No. Kecamatan Kelurahan/Desa Sering Banjir
1
2
3
4
5
6
...
Jumlah
526957301.doc 31
Dari sisi frekuensi, seperti dapat disimak pada diagram di halaman berikut ini, yang paling umum
dialami rumah tangga di Kabupaten Aceh besar adalah yang terjadi sekali dalam setahun atau sekitar
10,4%, sementara yang mengatakan beberapa kali dalam setahun, yakni 1,6%. Sedangkan yang
mengalami banjir sekali atau beberapa kali dalam sebulan sebesar 3,0%. Seperti terlihat pada diagram
di bawah, proporsi terbesar, sekitar 69,9% rumah tangga, melaporkan tidak pernah mengalami banjir.
526957301.doc 32
Dari wawancara pun ditemukan bahwa bagi kebanyakan rumah tangga yang pernah mengalami
kebanjiran (362 rumah tangga), mayoritas atau sekitar 44,4% mengalaminya secara rutin dalam kurun
waktu tertentu. Sementara, 54,7% rumah tangga melaporkan kejadian banjir tidak berlangsung rutin.
Cukup banyak rumah tangga yang mengalami banjir dalam waktu cukup lama. Seperti terbaca pada
diagram di atas, sekitar 11,1% rumah tangga yang mengalami banjir secara rutin, mengalaminya dalam
waktu lebih dari sehari. Proporsi yang paling banyak adalah rumah tangga yang mengalami banjir lebih
dari satu hari, yakni yang besarnya sekitar 35,0%. Proporsi ini terdiri dari rumah yang mengalami banjir
satu hari (10,0%), antara 1-3 jam (5,0%), sekitar kurang dari sejam (20,0%).
526957301.doc 33
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
E6 Jika banjir, apakah kamar mandi dan WC/jamban juga terendam banjir?
Narasi dan Grafik pada skala seluruh sampel kabupaten/ kota dan per klaster mengenai pemakaian
sumber air bersih rumah tangga serta tata cara penanganannya di rumah serta sumber air untuk
minum dan untuk memasak,
Bagian ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum bagi rumah tangga di
Kabupaten Aceh besar. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) sumber air
526957301.doc 34
yang biasa digunakan, dan 2) pengolahan, penyimpanan dan penanganan Air yang Baik dan Aman.
Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di
suaturumah tangga.
Sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang
secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur
gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih
dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber – sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai
media transmisi patogen ke dalam tubuh manusi, diantaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak
terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi.
Suplai atau kualitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang
memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan diare. Sejumlah studi menkonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air
yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, lebih karena sumber air
yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Karenanya, kelangkaan
air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-
kesakitan seperti gejala diare.
Hasil survei EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Aceh besar terdapat 3(tiga) sumber air minum
yang menonjol sebagaimana tabel dibawah ini, yakni 1) Penjual air isi ulang, 2) Sumur, 3) Air
ledeng/PDAM.
Dari tabel dibawah ini terlihat bahwa sumber air minum yang paling banyak digunakan adalah dari
penjual isi ulang, yakni sebesar 54,4%. Selanjutnya air sumur merupakan sumber air minum utama
kedua rumah tangga yaitu sekitar 22%.
526957301.doc 35
Grafik.3.4.1. Layanan PDAM
Grafik.3.4.3. Jarak Sumber Air Minum Dari Sumur Gali Ke Pembuangan Tinja
526957301.doc 36
F14 Jika sumber air minum Bapak/Ibu berasal dari sumur gali atau sumur bor/pompa tangan, berapa
jarak sumber air tersebut ke tempat penampungan/pembuangan tinja?
526957301.doc 37
Panci atau ember tertutup 46,7 53,3 62,5 37,5 22,9 77,1 27,1 72,9
Tempayan terbuka 2,8 97,2 7,4 92,6 27,4 72,6 26,0 74,0
Tempayan dengan tutup 24,7 75,3 27,4 72,6 7,5 92,5 8,6 91,4
Galon air isi ulang 35,9 64,1 3,9 96,1 ,4 99,6 1,2 98,8
Lainnya 3,9 96,1 3,2 96,8 8,2 91,8 8,3 91,7
526957301.doc 38
Grafik 3.4.7. Cara Penyimpanan Air Minum
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban tunggal
F26 Apakah Bapak/Ibu menyimpan air yang sudah diolah sebelum digunakan?
526957301.doc 39
Tabel.3.4.5. Penggunaan Air Minum
N=1597, Filter : ,Bobot :besar populasi Gampong,wawancara, jawaban ganda
F28 Selain untuk minum, untuk apalagi Bapak/Ibu menggunakan air yang sudah diolah seperti tersebut
diatas?
Narasi dan Grafik indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) atau hygiene:
Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 + 1 waktu penting.
Ketersediaan sarana CTPS di jamban
Pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari,
526957301.doc 40
Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah
Ada-tidaknya masalah sampah di lingkungan rumah
Bagian lain dari penilain studi EHRA adalah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Mengapa CTPS
menjadi bagian penting lainnya dikarenakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perilaku
hidup bersih dan sehat masyarakat. Disamping itu berbagai sumber penyakit dari tangan yang kotor
dapat dengan mudah masuk ketubuh manusia terutama diare.
Sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare. Bukan hanya itu, diare juga ikut
menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global
disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh
diare. Secara khusus dari data yang disampaikan Dinas Kabupaten Aceh besar tahun 2009, bahwa
kasus penyakit diare menempati urutan teratas dengan jumlah....kasus dibandingkan dengan penyakit
yang ditimbulkan oleh sanitasi yang buruk lainnya.
Diare sebetulnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% risiko terkena diare dapat
dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu
yang tepat. Bila dikonversikan, sekitar 1 juta anak dapat diselamatkan hanya dengan mencuci tangan
pakai sabun (Laporan studi EHRA Kota Tegal 2008).
Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare.
Pencemaran tinja/kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain
penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia,
termasuk balita, adalah melalui 4F yakni fluids (ais), fields(tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan).
Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk
memblok transmisi melalui jalur fingers (Laporan Studi EHRA Kota Tegal 2008)
Waktu –waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi
risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5(lima) waktu
penting yakni, 1) sesudah busng sir besar, 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap
makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi
keluarga.
Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehari-hari di Kabupaten Aceh
besar, EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan
apakah Bapak/Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan
pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh EHRA terbatas pada
mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin.
526957301.doc 41
Studi EHRA menemukan hampir semua rumah tangga di Kabupaten Aceh besar menggunakan miliki
akses pada sabun. Rumah tangga yang melaporkan menggunakan sabun pada hari diwawancara atau
sehari sebelumnya mencakup sekitar 99,5% dari populasi. Hanya kurang dari 1% atau 0,5% saja yang
melaporkan tidak menggunakan sabun pada hari saat diwawancara atau sehari sebelumnya.
Akses terhadap sabun adalah satu hal. Mereka yang memiliki akses tidak serta merta akan
memanfaatkan akses itu untuk kepentingan higinitas, khususnya cuci tangan di waktu – waktu penting.
Seperti terlihat pada tabel, proporsi ibu yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan mencakup
526957301.doc 42
Di sumur 66,8 33,2 100,0
Di sekitar penampungan 92,4 7,6 100,0
Di tempat cuci piring 14,7 85,3 100,0
Di dapur 73,7 26,3 100,0
Lainnya 1 99,0 100,0
Tidak tahu 6,9 93,1 100,0
526957301.doc 43
3.6 Kejadian Penyakit Diare
Narasi & grafik pada skala seluruh sampel kabupaten/ kota dan per klaster mengenai prevalensi atau
angka kesakitan karena penyakit diare.
526957301.doc 44
IV. PENUTUP
Paparan singkat tentang manfaat studi EHRA dari aspek promosi sanitasi kepada masyarakat
secara langsung (walaupun sebatas kepada responden) dengan keterlibatan kader/ petugas
kesehatan/ PKK dll.
Paparan singkat tentang rencana pemanfaatan hasil studi EHRA sebagai bahan advokasi
pengarusutamaan pembangunan sanitasi.
Paparan singkat tentang pemanfaatan studi EHRA dalam Buku Putih (area berisiko) dan
penyusunan Strategi Komunikasi yang menjadi bagian dari SSK.
Paparan singkat tentang studi ehra yang idealnya dilakukan secara berkala, dan studi kali ini
(pertama) berupakan baseline bagi hasil studi EHRA selanjutnya.
526957301.doc 45
LAMPIRAN
526957301.doc 46