Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN OBSERVASI ANALISIS RISIKO KESEHATAN

LINGKUNGAN DI KELURAHAN 5 ULU


PALEMBANG

Disusun Oleh:

Ayu Nirmala Maharani U (10031281823033)


Bernitha Tisya Yulanda (10031181823007)
Harits (10031281823023)
Elsa Agustiani (10031281823029)
Khupyati Octa (10031281823039)
Syafira Isya Hilma (10031381823048)
Rara Badria Salsabilla (10031381823050)
M Yogi Putra Okba (10031381823062)

DOSEN PENGAMPU :
Elvi Sunarsih, S.KM.M.KES

KESEHATAN LINGKUNGAN A
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVRSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmad dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberi hidayah dan
taufik-Nya, sehingga pelaksanaan Studi EHRA Kelurahan 5 Ulu dapat terselesaikan.

Dengan tersusunnya laporan ini, kami berharap dapat lebih memahami tentang risiko
kesehatan yang ada di lingkungan. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah menyediakan
waktu dan tenaga untuk bersama-sama menyelesaikan proses Studi EHRA ini. Masukan dan
koreksi sangat kami perlukan untuk menyempurnakan Studi EHRA dimasa yang akan datang.

Indralaya, 21 Maret 2020

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................2
1.4 Waktu Pelaksanaan studi EHRA..............................................................2
BAB II METODOLOGI PENELITIAN...........................................................5
2.1 Lokasi Penelitian.......................................................................................5
2.2 Waktu Penelitian......................................................................................5
2.3 Bentuk Penelitian.....................................................................................5
2.4 Sumber Data Penelitian............................................................................5
2.5 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................6
BAB III HASIL STUDI EHRA .........................................................................7
3.1 Informasi Responden..................................................................................7
3.2 Pengolahan Sampah Rumah Tangga.........................................................9
3.3 Pembuangan Air Kotor/ Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja.........11
3.4 Drainase Lingkungan/ Selokan Sekitar Rumah dan Banjir.......................14
3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah angga.....................................................20
3.6 Perilaku Hegiene dan Sanitasi....................................................................20
3.7 Kejadian Penyakit Diare............................................................................24
3.8 Indeks Risiko Sanitasi...............................................................................25
BAB IV PENUTUP.............................................................................................29
FOTO DOKUMENTASI....................................................................................30

ii
DAFTAR TABEL
3.1.1 Informasi Responden ...................................................................................7
3.4.1 Area BeresikoGenangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA.....................19
3.6.1HygieneSanitasi.............................................................................................23
3.7.1 Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi............................24
3.8.1 Indeks Risiko Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA..............................26

iii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.2.1 Pengolahan Sampah..........................................................................10
Grafik 3.2.2 Pemilahan Sampah............................................................................11
Grafik 3.3.1 Persentase Tempat Buang Air Besar................................................12
Grafik 3.3.2 Tempat Penyaluran Akhir Tinja.......................................................13
Grafik 3.3.3 Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik........................................13
Grafik 3.3.4 Praktik Pengurasan TankiSeptic.......................................................14
Grafik3.4.1 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir................15
Grafik3.4.2 Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin...............15
Grafik3.4.3 Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir.......................................16
Grafik3.4.4 Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah.................................................17
Grafik3.4.5 Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga..................................18
Grafik3.4.6 Presentase SPAL yang Berfungsi di Kelurahan 5 Ulu......................19
Grafik 3.6.1 CTPS di Lima Waktu Penting..........................................................21
Grafik 3.6.2 Waktu Melakukan CTPS..................................................................22
Grafik 3.6.3 BABS................................................................................................23

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi lingkungan permukiman merupakan aspek penting terkait langsung
dengan kesehatan masyarakat. Masih tingginya angka kesakitan khususnya penyakit
waterbomedisease (urutan ke-2 tertinggi) membuktikan bahwa masih terdapat
masalah sanitasi di pernukiman.
Palembang dengan luas 4006 km2 memiliki jumlah penduduk 1.452.840
(sensus BPS, 2009) termasuk kota metropolitan yang masih memiliki permasalahan
utama di bidang kesehatan masyarakat. Keberadaan sungai Musi dengan anak-anak
sungainya digunakan sebagai sumber air bagi kebutuhan aktifitasrnandi, cuci, rnasak
maupun MCK khususnya bagi masyarakat yang bemukim di bantaran sungai. 5 Ulu
ialah kelurahan yang terdapat di kecamatan Seberang Ulu 1 Palembang yang
merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Palembang dan memiliki sanitasi
lingkungan yang buruk, maka diperlukan proses analisis risiko kesehatan lingkungan.
Analisis risiko adalah padanan istilah untuk riskassessment, yaitu karakterisasi
efek yangpotensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan.
Analisis risiko merupakan suatu alat pengelolaan risiko, yaitu proses penilaian
bersama para ilmuwan dan birokrat untuk memprakirakan peningkatan risiko
kesehatan pada manusia yang terpajan oleh zat-zat toksik.
Analisis risiko kesehatan lingkungan merupakan penilaian atau penaksiran
risiko kesehatan yang bisa terjadi di suatu waktu pada populasi manusia berisiko.
Kajian prediktif ini menghasilkan karakteristik risiko sacarakuantiitatif, pilihan –
pilihan manajemen risiko dan strategi komunikasi untuk meminimalkan risiko
tersebut. Data kualitas lingkungan yang bersifat agentspesific dan sitespesific,
karakterisktikantropometri dan pola aktivitas populasi terpajan di butuhkan untuk
kajian ini.

1.2 Tujuan
Mengetahui karakteristik dari pemukiman yang ada di sekitar tepian sungai musi
1. Untuk menganalisis lingkungan di sekitar pemukiman
2. Untuk melihat hegiene sanitasi dan hegiene personal masyarakat di kelurahan 5
Ulu
3. Untuk mengetahui penyakit spesifik yang ada di pemukiman tersebut

1
1.3 Manfaat
Manfaat dari observasi ini dapat mengetahui karakteristik dari pemukiman
tersebut, mengetahui penyakit spesifik di sana seperti diare. Mengetahui persepsi
masyarakat tentang pentingnya air bersih, lingkungan yang bersih dan terbebas dari
vektor penyakit. Kemudian kurangnya perhatian maupun bantuan dari pemerintah
setempat, jikapun ada bantuan, bantuan tersebut tidak merata keseluruhan masyarakat
disana. Hanya sebagian RT yang mendapatkan bantuan, sehingga RT yang lain belum
mendapatkan bantuan.

1.4 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA


Jadwal pelaksanaan Studi EHRA Kelurahan 5 Ulu dilaksanakan mulai dari
Awal Maret sampai tanggal 21 Maret 2020.

Jadwal Pelaksanaan Studi EHRA 2020 Kelurahan 5 Ulu


No Kegiatan Maret
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
1 Pelaksanaan Studi
. EHRA
1.1 Persiapan Studi
EHRA
Rapat persiapan
untuk :
a. Membangun
kesepahaman
tentang studi
EHRA
b. Membentuk
Tim Pelaksana
studi EHRA
c. Menyiapkan
anggaran studi
EHRA
1.2 Penentuan area
studi
a. Penentuan

2
Stratifikasi
Desa/Keluraha
n wilayah
studi EHRA
b. Penentuan
desa/kelurahan
wilayah studi
EHRA
c. Penentuan
responden
terpilih dalam
setiap
desa/kelurahan
1.3 Pelatihan
supervisor,
enumerator, dan
petugas entri data
a. Pemilihan
supervisor,
enumerator
dan petugas
entri data
b. Pelatihan
Studi EHRA
praktik
wawancara
bagi
enumerator
dan pelatihan
entri data
1.4 Pelaksanaan studi
EHRA
1.5 Pengolahan,
Analisis Data dan
penulisan laporan
a. Entri Data

3
b. Analisis Data
c. Penulisan
Laporan

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di kelurahan 5 ulu, Palembang. Lingkungan
ini masih berstatus lingkungan kumuh. Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan
dengan tingkat kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh
masyarakat miskin.

4
2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 maret 2020, mulai pukul
10.00 sampai 17.00.

2.3 Bentuk Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Bog dan
Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau
perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2010: 4) Metode kualitatif deskriptif
menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan informan. Pemilihan metode ini
dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam bentuk angka dan peneliti lebih
mendeskripsikan segala fenomena yang ada di masyarakat secara jelas. Penelitian ini
dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal yang telah dikemukakan di atas, yaitu
untuk memperoleh data secara lengkap. Data yang telah didapat dari proses
wawancara dan observasi adakan disajikan dengan bentuk deskripsi dengan
menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti. Selain itu ada juga data yang
mendukung yaitu foto-foto hasil observasi.

2.4 Sumber Data Penelitian


Sumber data dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu melalui wawancara,
observasi, foto, dan lainnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

 Sumber Data Primer


Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di
lapangan. Sumber data primer merupakan data yang diambil langsung oleh
peneliti kepada sumber nyata pada perantara dengan cara menggali sumber asli
secara langsung melalui responden. Sumber data primer dalam penelitian ini
adalah masyarakat sekitar.

2.5 Teknik Pengumpulan Data

5
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara memperoleh data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan antara lain
sebagai berikut:
 Observasi
Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data
yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di
lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid
dalam laporan yang akan diajukan. Observasi adalah metode pengumpulan data
dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian (W. Gulo, 2002: 116).
Dalam observasi ini peneliti menggunakan jenis observasi non partisipan,
yaitu peneliti hanya mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti
tidak aktif dan ikut serta secara langsung (Husain Usman, 1995: 56). Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati suatu fenomena yang ada
dan terjadi. Observasi yang dilakukan diharapkan dapat memperoleh data yang
sesuai atau relevan dengan topik penelitian. Hal yang diamati yaitu keadaan
lingkungan sekitar masyarakat dan tempat tinggal.

 Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J.
Meleong, 2010: 186).
Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari
informasi dan sumber informasi. Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai macam
pertanyaan-pertanyaan tetapi muncul berbagai pertanyaan lain saat meneliti. Melalui
wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari
subyek penelitian. Wawancara dilakukan kepada masyarakat sekitar.

6
BAB III
HASIL STUDI EHRA

3.1 Informasi Responden

Pelaksanaan survey EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi


eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait
dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan
masyarakat didasarkan pada :

1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


2) Pembuangan Air Limbah Domestik
3) Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir
4) Sumber Air
5) Perilaku Higiene dan
6) Kasus Penyakit Diare.

Responden pada Studi EHRA ini adalah masyarakat yang telah menikah, berumur
antara 20 s/d >60 tahun sesuai dengan area survey yang telah ditentukan di 4 RT dikelurahan
5 Ulu Palembang. Informasiumum mengenai respondenStudi EHRA dikelurahan 5 Ulu
Palembang,dapat dilihat pada Tabel 3.1.1 berikut ini :

Jumlah RT Total
Variabel Kategori
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51
UmurResp 20-40 tahun 16 5 2 4 27
40-60 tahun 9 4 2 2 17
onden > 60 tahun 2 1 1 2 6
MilikSendiri 18 7 3 6 34
BerbagiDeng
Status anKeluarga 2 0 0 0 2
dariRumah Lain
yang di Kontrak 2 3 2 1 8
MilikOrangtu
Tempati
a/anak/saudar 5 0 0 1 6
a
Tingkat TidakSekolah
6 1 1 1 9
pendidikan Formal
SD 8 6 1 2 17
SMP 10 1 0 3 14
SMA 2 2 2 2 8
SMK/Kejuru 0 0 0 0 0

7
an
Universitas/A
1 0 1 0 2
kademi
SuratKetera
Ya 2 5 1 1 9
nganTidak
Mampu Tidak 25 5 4 7 41
JaminanKes Ya 12 9 2 1 24
ehatanResp
Tidak 15 1 3 7 26
onden
MemilikiAn Ya 26 10 4 6 46
ak Tidak 1 0 1 2 4

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kelompok umur dari 50 responden


bervariasi yaitu kelompok umur yang terbanyak menjadi responden pada kelompok umur
20-40 tahun (27 orang) dan kelompok umur yang sedikit pada kelompok umur>60 tahun (6
orang).

Untuk status rumah yang di tempati responden berjumlah 34 orangmenempati


rumah sendiri, hal ini berarti bahwa potensi partisipatif untuk dilaksanakan pengembangan
sanitasi akan lebih besar karena senseofownershipresponden juga lebih besar,selebihnya
berbagi dengan keluarga lainberjumlah 2 orang, kontrak 8 orang danstatu rumah milik
orang tua/ anak/ saudara berjumlah 6 orang.

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamatan SD sebanyak 17 orang,


kondisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan warga Kelurahan 5 Ulu adalah
sebagian besar tamat SD sehingga potensi pengetahuan warga dalam program sanitasi
tergolong masih rendah. Kemudian diikuti tamat SMP sebanyak 14 orang, jenjang pendidikan
SMA berjumlah 8 orang, Universitas/Akademi sebanyak 2 orang, dan selebihnya tidak
sekolah formal yaitu berjumlah 9 orang.

Diketahui bahwa dari sebanyak 50 orang yang di survei, sekitar 9 orang tidak
memiliki surat keterangan tidak mampu dan sekitar 41 orang memiliki surat keterangan surat
keterangan tidak mampu. SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu ) adalah Surat yang
menerangkan bahwa Keluarga pemegang surat tersebut adalah termasuk Keluarga tidak
mampu. Dari data tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar keluarga di Kelurahan 5
Ulu bukan termasuk Keluarga Miskin

8
Untuk kepemilikan Kartu Jaminan Kesehatan (JAMKES) diketahui bahwa dari
responden yang disurvei sebanyak 50 orang, sekitar 24 orang yang memiliki kartu jaminan
kesehatan dan sekitar 26 orang yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian responden bukan Keluarga Miskin.
Sedangkan untuk responden yang di survey sebanyak 50 orang dengan jumlah 46
orang memiliki anak sedangkan 4 orang tidak memiliki anak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa reponden yang memiliki anak lebih dominan sehingga untuk pengeluaran
biaya tanggungan hidup lebih besar di setiap keluarga di kelurahan 5 Ulu.

3.2 Pengolahan Sampah Rumah Tangga


Sampah merupakan limbah padat atau semi padat yang timbul bersamaan dengan
aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya. Pengaruh
sampah terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik yaitu : menimbulkan
kondisi yang kurang/tidak nyaman dan mengurangii keindahan, merusak harta benda,
merusak kehidupan flora dan fauna, merusak atau mengganggu kesehatan manusia,
merusak genetik dan reproduksi serta menyebabkan kerusakan ekosistem yang lebih luas.
Pengelolaan sampah rumah tangga adalah pengelolaan sampah dengan aman pada tingkat
rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang dan mendaur
ulang. Pengelolaan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaurulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara tidak membahayan
kesehatan.
Pada saat ini sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan terutama
sampah yang dihasilkan rumah tangga yang semakin hari semakin komplek
permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem persampahan yang ada. Maka
untuk menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu adanya
peran serta masyarakat. Pengelolaan sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga
dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya
sampah dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Faktor resiko yang dilihat
pada survei ini yang berhubungan dengan persampahan adalah : 1) cara pengelolaan
sampah rumah tangga. 2) frekuensi pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang
menerima layanan pengangkutan sampah.
Dalam kaitan dengan PHBS tatanan rumah tangga, perilaku membuang sampah
disembarang tempat seperti disungai, kebun, maupun laut masih banyak dilakukan di

9
Kabupaten Tapanuli Tengah. Walaupun sudah ada dari pihak pemerintah yang melakukan
pengangkutan secara rutin tapi tidak semua wilayah atau desa/kelurahan yang dijangkau.
Untuk pengolahan sampah di Kelurahan 5 Ulu sampai dengan saat ini belum
dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat. Dari hasil Study EHRA yang dilakukan
pada 50 orang responden yang tersebar di beberapa Kecamatan menunjukkan bahwa
sebagian besar pengelolaan sampah di desa/kelurahan dimusnahkan dengan cara dibakar
dan dibuang ke sungai, untuk lebih detilnya dapat dilihat pada grafik 3.2.1 dibawah ini.

Grafik 3.2.1 Pengolahan Sampah


100%
90%
80%
tidak tahu
70%
Dibuang kelahan
60% kosong/kebun/hutan dan
dibiarkan membusuk
50%
Dibuang ke
40% sungai/kali/laut/danau
dibakar
30%
Dikumpulkan dan dibuang
20% ke TPS
10%
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

Pada gambar 3.2.1diatas dijelaskan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan 5 Ulu
melakukan pengolahan sampah rumah tangga dengan cara dibakar sebesar 6 0rang kemudian
dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 1 orang, dibuang ke
sungai/kali/laut/danau sebesar 28 orang, sedangkan masyarakat yang melakukan pengolahan
sampah dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke TPS hanya sebesar 14 orang, dan lainnya
berjumlah 1 orang.

Sampah yang tidak dipilah sebelum dibuang akan beresiko menimbulkan kecelakaan
(untuk sampah jenis pecahan kaca dan logam), menjadi tempat perindukan serangga dan
nyamuk (untuk sampah bekas wadah yang bisa menampung air bila terjadi hujan),
menyulitkan penguraian oleh mikroba (untuk sampah plastic) dan bisa menimbulkan bahaya
kebakaran ( untuk sampah yang mudah terbakar seperti kertas dan daun-daun kering).

Perilaku praktik pemilahan sampah rumah tangga masyarakat di Kelurahan 5 Ulu


tidak melakukan pemilahan sampah sebelum di buang, dengan persentase sebesar 100% .

10
presentase tertinggi dari jumlah 50 reponden dengan jumlah 27 orang di RT 9, 10 orang di
RT 10, 5 orang di RT 11, dan 8 orang di RT 51yang tidak melakukan pemilahan sampah
rumah tangga. Grafik pemilahan sampah dapat dilihat di bawah ini.

Grafik 3.2.2 Pemilahan Sampah


100%
90%
80%
70%
60%
50% Tidak
Ya
40%
30%
20%
10%
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja.

Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman dapat menjadi salah satu
faktor risiko bagi tercemarnya lingkungan dan akan mengakibatkan turunnya status kesehatan
masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air
minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di
ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di
rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan
tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan
sumber air minum. Selain itu, kondisi jamban juga mempengaruhi resiko kejadian penyakit,
semakin bersih kondisinya, tentunya semakin kecil resiko terjangkitnya penyakit.

Gambaran mengenai Pembuangan Air Limbah Domestik Rumah Tangga di


Kelurahan 5 Ulu, sebagai berikut :

Gambar 3.3.1 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar

11
Tempat Buang Air Besar di Kelurahan 5 Ulu

Ke Ke selokan/parit/got
Ke sungai/pantai/laut
WC Helikopter
4%
MCK/WC 2%
umum
8%
12%
Jamban pribadi
74%

Jamban pribadi MCK/WC umum Ke WC Helikopter


Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/perkarangan Ke selokan/parit/got
Ke lubang galian Lainnya Tidak tahu

Berdasarkan gambar 3.3.1 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar (BAB) hasil Studi
EHRA, terlihat bahwa tempat buang air besar (BAB) di Kelurahan 5 Ulu rumah tangga yang
telah memanfaatkan jamban pribadinya untuk BAB persentase sekitar 74%, kemudian ada
8% masyarakat yang masih memanfaatkan sungai/pantai/laut sebagai tempat untuk BAB,
0% ke kebun/pekarangan, 12% ke MCK/WC Umum, 4% ke selokan/parit/got, 0% ke lubang
galian, 0% lainnya dan 2% ke WC helikopter.

Dari hasil survey tersebut diatas terlihat bahwa masih ada masyarakat yang BAB di
sembarang tempat seperti sungai, pantai kebun dan lain-lain selain itu penggunaan tangki
septik secara kualitas belum semuanya aman. Artinya bahwa lingkungan di Kelurahan 5 Ulu
masih rawan tercemar terutama air dan tanahnya . Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat tentang pentingnya akan kepemilikan jamban keluarga masih kurang.

Dari Grafik 3.3.2dibawah ini dapat dijelaskan bahwa sebagian masyarakat di


Kelurahan 5 Ulu telah memiliki tangki septik sebagai tempat saluran pembuangan akhir tinja
yaitu sebesar 46% dan sebagian lagi menggunakan sungai/danau/pantai sebagai tempat
saluran pembuangan akhir tinja yaitu sebesar 36%. Dan lainnya 10%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Kelurahan 5 Ulu akan pentingnya pembuangan
akhir tinja masih kurang.

Gambar 3.3.2 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

12
Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Tidak tahu
10%
Sungai/danau/panta Tangki septic
i 46%
36% Cubluk/lobang
tanah
8%

Tangki septic Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase


Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu

Gambar 3.3.3 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik

Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septic


100% 0
3.7 0
3.7
90% 3.7 20 25
80%
50 0
70% 20
51.9 25
60% 0
50% 20
40%
30%
50 50
20% 40.7 40
10%
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

Tidak tahu Tidak pernah Lebih dari 10 tahun


Lebih dari 10 tahun yang lalu 1-5 tahun yang lalu 0-12 bulan yang lalu

Berdasarkan grafik hasil Studi EHRA diatas, terlihat bahwa waktu terakhir
pengurasan tangki septik rumah tangga masyarakat di Kelurahan5 Ulu, yang terdapat di RT
9, RT 10, RT 11, dan RT 51. Diketahui 40,7% tidak tahu, 51,9% tidak pernah, 3,7% 10 tahun
, 3,7% > 10 tahun yang lalu, dan 3,7% 1 – 5 tahun yang lalu di RT 9. Selanjutkan 50% tidak
tahu, 50% tidak pernah pada RT 10. Sedangkan RT 11 40% tidak tahu , 20% tidak pernah,
20% 1-5 tahun yang lalu, 20% 0-12 bulan yang lalu. Dan untuk RT 51 50% tidak tahu, 25%
tidak pernah, 25% 0-12 bulan yang lalu. Dari hasil Survei ini dapat diindikasikan sangat
berpeluang terhadap timbulnya pencemaran lingkungan terutama sumber air.

Gambar 3.3.4 Grafik Praktik Pengurasan TankiSeptic

13
Pengurasan Tanki Septic
100%
90%
80%
70% 60
60% 75
88.9
50% 100
40% 0
30% 20
0
20%
10% 20 25
7.4
0 0 0 0
0% 3.7
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

Layanan sedot tinja Membayar petugas Dikosongkan sendiri


Bersih karena banjir Tidak tahu

Berdasarkan gambar 3.3.4 Grafik praktik pengurasan tangki septik hasil Studi EHRA,
terlihat bahwa pada RT 9 sebanyak 3,7% mengosongkan sendiri tanki septic, 7,4% bersih
karena banjir dan 88,9% tidak mengetahui tentang praktik pengurasan tanki septic. Pada RT
10, responden 100% tidak mengetahui tentang praktik pengurasan tanji septic. Pada RT 11,
20% responden membayar petugas, 20% dikosongkan sendiri dan 60% lainnya tidak
mengetahui praktik pengurusan tanki septic. Sedangkan pada RT 53, sebanyak 25%
responden membayar petugas dan 75% tidak mengetahui praktik pengurasan tanki septic.

3.4 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir.

Drainase lingkungan merupakan sarana yang penting dalam sanitasi. Selain itu drainase
berfungsi juga mengalirkan limbah cair dari rumah tangga seperti dapur, kamar mandi,
tempat cucian dan juga wastafel. Drainase yang buruk akan menimbulkan banjir pada waktu
hujan, selain itu juga akan membuat genangan air dari limbah cair rumah tangga. Bila
kondisinya demikian akan menjadi tempat perindukan nyamuk yang bisa menularkan
berbagai penyakit seperti demam berdarah, chikungunya, juga filariasis.

Gambar 3.4.1 Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir

14
Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir
100%
90% 20 25
33.3 30
80%
70%
60% 40 25
22.2 30
50%
40% 25
30% 33.3 30 0
20% 40
10% 25
3.7
7.4 10
0 0
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

Tidak tahu Sekali atau beberapa dalam sebulan


Beberapa kali dalam setahun Sekali dalam setahun
Tidak pernah

Berdasarkan gambar grafik 3.4.1 diatas, persentase Rumah Tangga yang pernah
mengalami banjir yang terjadi di masyarakat terlihat, bahwa di Kelurahan 5 Ulu yang
menjadi sampel penelitian, pada RT 9 sebagian besar tidak pernah mengalami banjir sebesar
33,3%, sekali dalam setahun sebesar 22,2%, beberapa dalam setahun sebesar 33,3%, sekali
atau beberapa dalam sebulan sebesar 3,7%, tidak tahu sebesarr7,4%. Sedangkan pada RT 10
sebagian besar rumah tangga yang tidak pernah mengalami banjir sebesar 30%, sekali dalam
setahun sebesar 30%, beberapa dalam setahun sebesar 30%, sekali atau beberapa dalam
sebulan sebesar 10%. Kemudian pada RT 11 sebagian besar tidak pernah mengalami banjir
sebesar 20%, sekali dalam setahun sebesar 40%, beberapa dalam setahun sebesar 40%. Dan
pada RT 51 yang tidak pernah mengalami banjir sebesar 25%, sekali dalam setahun sebesar
25%, beberapa kali dalam setahun 25%, dan tidak tahu sebesar 25%.

Gambar 3.4.2 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin

15
Rumah Tangga yang Mengalami
Banjir Rutin
100% RT 9; 0 RT 10; 0 RT 11; 0
90%
80%
70% RT 9; 63 RT 10; 70
60% RT 11; 80
50%
40%
30%
20% RT 9; 37 RT 10; 30
10% RT 11; 20 RT 51; 0
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

Gambaran persentase rumah tangga yang mengalami banjir rutin berdasarkan grafik
di atas dapat dilihat bahwa pada RT 9tidak mengalami banjir rutin sebesar 63%, dan rumah
tangga yang mengalami banjir rutin sebesar 37%. Sedangkan pada RT 10 70% tidak
mengalami banjir rutin, mengalami banjir rutin sebesar 30%. Dan pada RT 11 tidak
mengalami banjir rutin sebesar 80%, tidak mengalami banjir rutin 20%. Dan pada RT 51
sebesar 0%. Dari kondisi ini dapat dilihat bahwa sebagian besar rumah tangga tidak
mengalami banjir rutin.

Gambar 3.4.3 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir

Lama Air Mengenang Jika Terjadi Banjir


100%
90%
33.3
80% 40 40
50
70%
60% 18.5 10
50% 20
7.4 10 12.5
40% 7.4 0
30% 20 20 12.5
20% 22.2
12.5
10 0
10% 20
11.1 10 0 12.5
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

kurang dari sejam Antara 1-3 jam Setengah hari


Satu hari Lebih dari 1 hari Tidak tahu

16
Berdasarkan gambar grafik 3.4.3diatas, persentase lama air menggenang jika terjadi banjir
yang terjadi di masyarakat terlihat, sebagian masyarakat tidak tahu lama air menggenang jika
terjadi banjir berjumlah 33,3%, lebih dari 1 hari sebesar 18,5%, satu hari 7,4%, setengah hari
7,4%, antara 1-3 jam sebesar 22,2%, dan lebih dari 1 jam sebesar 11,1% menggenang.
Sedangkan pada RT 10 sebagian masyarakat tidak tahu lama air menggenang jika terjadi
banjir berjumlah 40%, lebih dari 1 hari sebesar 10%, satu hari 10%, setengah hari 20%,
antara 1-3 jam sebesar 10%, dan kurang dari 1 jam sebesar 10%. Kemudian pada RT 11
masyarakat tidak tahu lama air menggenang jika terjadi banjir berjumlah 40%, lebih dari 1
hari sebesar 20%, setengah hari 20%, antara 1-3 jam sebesar 20%, dan kurang dari 1 jam
sebesar 20%. Dan pada RT 51 sebagian masyarakat tidak tahu lama air menggenang jika
terjadi banjir berjumlah 50%, lebih dari 1 hari sebesar 12,5%, satu hari 12,5%, setengah hari
12,5%, dan kurang dari 1 jam sebesar 12,5%.

Gambar 3.4.4 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah

Lokasi Genangan di Sekitar Rumah

Di halaman rumah 100

Di dekat dapur 0

Di dekat kamar mandi 0

Di dekat bak penampungan 0

0 20 40 60 80 100 120

Persentase

Berdasarkan pengamatan dari grafik diatas, terlihat bahwa genangan air di sekitar
rumah tangga yang menjadi sampel penelitian yaitu sebagian besar berada di halaman rumah
yaitu 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa halaman rumah masyarakat di Kelurahan 5 Ulu
termasuk dalam kondisi rawan genangan.

Gambar 3.4.5 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

17
Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga

100% 0 0 0
90%
80%
70%
60% 87.5
50% 100 100 100
40%
30%
20%
10% 12.5
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

Ada genangan air Tidak ada genangan air

Berdasarkan grafik 3.4.5 diatas hasil studi EHRA diatas, dapat dilihat bahwa akan
terjadi genangan air dari rumah yang memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL).
Pada RT 9, RT 10, dan RT 11 sebanyak 100%, sedangkan RT 51 tidak memiliki SPAL
sebanyak 87,5%, dan yang ada genangan sebanyak 17,5%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat di Kelurahan 5 Ulu memiliki SPAL di sekitar rumah tangga.
Untuk RT 51 tersebut perlu adanya kesadaran yang tinggi akan pentingnya kepemilikan
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kelurahan 5 Ulu, berdasarkan grafik


hasil studi EHRAyang menjadi sampel penelitian pada presentase SPAL yang berfungsi di
Kelurahan 5 Ulu pada RT 9, RT 10, RT 11 sebanyak 100% tidak berfungsi, sedangkan pada
RT 51 memiliki SPAL yang berfungsi berjumlah 87,5%, tidak berfungsi sebanyak 12,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi saluran pembuangan air limbah di
Kelurahan 5 Ulu dalam keadaan Tidak berfungsi dan dapat memberi dampak/resiko yang
besar terhadap adanya genangan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut :

18
Gambar 3.4.6 Grafik Presentase SPAL yang Berfungsi di Kelurahan 5 Ulu

Pesentase SPAL yang Berfungsi di Kelurahan 5 Ulu


100% 0 0 0

90%

80%

70%

60%
87.5
50% 100 100 100

40%

30%

20%

10%
12.5
0 0 0 0
0%
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

Tidak ada saluran Tidak dapat dipakai, saluran kering


Tidak Ya

Tabel 3.4.1 Area BeresikoGenangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Jumlah RT Total
Variabel Kategori
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51
YA 27 10 5 1 43
Adanyagenangan air TIDAK
0 0 0 7 7
ADA
Total

Jadi, berdasarkan tabel diatas dapat di lihat bahwa area beresiko terjadi genangan di
Kelurahan 5 Ulu pada RT 9 yang tergenang sebesar 27 orang, tidak tergenang sebesar 0

19
orang. Sedangkan pada RT 10 yag tergenang sebesar 10 orang, tidak tergenang 0 orang. Dan
pada RT 11 yang tergenang 5 orang, tidak tergenang 0 orang. Dan pada RT 51 tergenang air
sebesar 1 orang dan 7 yang tidak tergenang.

3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga.

Salah satu komponen yang di perlukan dalam kehidupan manusia yaitu air. Air
merupakan kebutuhan utama dari setiap individu dan masyarakat. Kualitas, ketersediaan air
dan pencegahan kontaminasi sumber air bersih terhadap jamban sangat berpengaruh
terhadap individu masyarakat dan kesehatan lingkungan. Jenis-jenis sumber air memiliki
tingkat keamanannya tersendiri terutama sumber air minum yang secara global dinilai
sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali
terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara
bersih dan terlindungi). Sumber-sumber air minum yang dianggap memiliki resiko yang lebih
tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam tubuh manusia yaitu sumur atau mata air
yang tidak terlindungi dan air permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi.

Menurut pakar higinitas bahwa suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor
yang mengurangi resiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Dari
sejumlah studi yang telah dilakukan oleh beberapa pakar menginformasikan bahwa mereka
yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko terkena diare yang lebih
rendah, hal ini disebabkan karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan
kegiatan higinitas secara lebih teratur, dan sebaliknya kelangkaan air dapat dimasukkan
sebagai salah satu faktor resiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti
gejala diare atau kesakitan yang disebabkan oleh air lainnya.
Oleh karena itu perlu upaya untuk menjaga kualitasnya agar aman di komsumsi dan tidak
menjadi media lingkungan penularan penyakit. Salah satu upaya yang perlu dilakukan yaitu
melakukan pengelolaan air minum pada setiap prosesnya di mulai dari pengolahan,
penyimpanan dan pemanfaatan air minum serta air yang digunakan untuk produksi makanan
dan keperluan lainnya.

3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi.

20
Perilaku higiene dan sanitasi adalah semua perilaku kesehatan yang di lakukan atas
kesadaran sehingga individu dapat menolong diri dan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan
tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk mencapai kondisi sanitasi total
dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat sehingga
suatu komunitas tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola
air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan aman dan mengelola limbah
cair rumah tangga dengan aman.

Perilaku higiene/sehat seperti mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat
memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces)
adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran
yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah
melalui 4F (Wagner&Lanoix, 1958) yakni fluids(air), fields(tanah), flies(lalat), dan
fingers(jari/tangan).

Cuci tangan pakai sabun adalah pencegahan cemaran yang sangat efektif dan efisien
khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai
sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena
penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yaitu:
1) sesudah buang air besar (BAB),
2) sesudah mencebokipantat anak,
3) sebelum menyantap makanan,
4) sebelum menyuapi anak,
5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga.

Gambar 3.6.1 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting

21
CTPS DI LIMA WAKTU PENTING
Tidak
2%

Ya
98%

Gambaran mengenai perilaku higiene di Kelurahan 5 Ulu, berdasarkan grafik hasilStudi


EHRA di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat di Kelurahan 5 Ulu tidak
melakukan CTPS di lima waktu penting sebesar 2% dan yang melakukan CTPS di lima
waktu penting hanya sebesar 98%. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat akan
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat sudah ada, akan tetapi masih perlu dilakukan
sosialisasi perilaku higiene dan sanitasi agar masyarakat yang belum sadar mau melakukan
CTPS lima waktu penting.

Berdasarkan Grafik Hasil Studi EHRA dibawah ini, terlihat bahwa Perilaku Higiene
tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) masyarakat di Kelurahan 5 Ulu yang menjadi
sampel penelitian dari RT 9, RT 10, RT 11, dan RT 51 adalah pada waktu sebelum
menyiapkan makan 0%, Sesudah makan 3%, sebelum makan 10%, setelah buang air besar
18%, dan yang setelah menceboki anak 18%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakaKrlurahan tentang pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) pada 5 waktu
penting tersebut masih kurang.

Gambar 3.6.2 Grafik Waktu Melakukan CTPS

22
Waktu Melakukan CTPS di Kelurahan 7 Ulu

Sebelum menyiapkan makanan 0

Sesusah makan 3

Sebelum makan 10

Setelah buang air besar 18

Setelah menceboki anak 18

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Waktu CTPS

Untuk praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Kelurahan 5 Ulu


persentasenya sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dalam grafik persentase praktik BABs
(gambar 3.20). Dari gambar tersebut dapat dilihat rumah tangga yang menjadi sampel
penelitian di RT 9, RT 10, RT 11, RT 51. Pdiketahui di RT 9 bahwa anggota keluarga yang
sudah tidak melakukan praktek BABS sebesar 88,9% dan hanya sebesar 11,1% yang masih
melakukan praktek BABS. RT 10 bahwa anggota keluarga yang sudah tidak melakukan
praktek BABS sebesar 100% dan hanya sebesar 0% yang masih melakukan praktek BABS.
RT 11 bahwa anggota keluarga yang sudah tidak melakukan praktek BABS sebesar 80% dan
hanya sebesar 20% yang masih melakukan praktek BABS, dan RT 51 bahwa anggota
keluarga yang sudah tidak melakukan praktek BABS sebesar 75% dan hanya sebesar 25%
yang masih melakukan praktek. Hal ini disebabkan masih 56,1% rumah tangga yang belum
memiliki jamban pribadi dan MCK/WC Umum, sehingga praktik BABS kesungai/pantai/laut,
ke kebun/pekarangan, ke selokan/parit/got masih ada.

Gambar 3.6.3 Grafik BABS

23
120

100

80

60 80 75
88.9
100
40

20
20 25
11.1 0
0
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51

BABS Tidak BABS

Table 3.6.1 Hygiene Sanitasi


Variabel Kategori Jumlah RT Total
RT 9 RT 10 RT 11 RT 51
Apakahresponden Tidak
24 10 4 6 44
BABS BABS
BABS 3 0 1 2 6
CTPS Ya 26 10 5 8 49
Tidak 1 0 0 0 1
Apakah Jamban bebas Ya 19 8 4 3 34
Tidak 8 2 1 5 16
dari kecoa dan lalat?
Apakah terlihat ada Ya 23 7 5 2 37
Tidak
Sabun di dalam atau
23 7 5 2 37
di dekat jamban?
Pencemaran pada Ya
9 5 3 2 19
wadah penyimpanan Tercemar
Tidak
dan penanganan air 18 5 2 6 31
Tercemar

3.7 Kejadian Penyakit Diare.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, di sebabkan
dua faktor dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Apabila faktor lingkungan

24
tidak sehat karena tercemar kuman diare, serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit
diare.

Gambaran mengenai kejadian diare pada penduduk di Kelurahan 5 Uludapat dilihat


pada tabelhasil Studi EHRA Tahun 2020 di bawah ini :

Tabel 3.7.1 Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi

Variabel Kategori Jumlah RT Total


RT 9 RT 10 RT 11 RT 51
Kapan waktu paling Kemarin 0 0 0 0 0
1 minggu
deket anggota 3 2 0 0 5
terakhir
keluarga terkena
1 bulan
diare 1 1 0 0 2
terakhir
3 bulan
3 2 0 0 5
terakhir
6 bulan 0 0 0 0 0
yang lalu
Lebih dari 6
bulan yang 0 1 0 1 2
lalu
Tidak
20 4 5 7 36
pernah
Anak-anak Balita Ya 2 3 0 1 6
Anak-anak non balita Ya
Anak remajalaki-laki Ya 1 0 0 0 1
Anak remaja 1 0 0 0 1
Ya
perempuan
Orang dewasa laki- 1 0 0 0 1
Ya
laki
Orang dewasa 3 2 0 0 5
Ya
perempuan

Berdasarkan tabel hasil Studi EHRA tahun 2020 untuk Kejadian Diare di Kelurahan 5
Ulu, diketahui masyarakat terkena penyakit diare sebanyak 36 orang tidak pernah mengalami

25
kejadian Diare, dan yang terbesar kasusnya terjadi pada anak-anak balita sebanyak 6 orang,
orang dewasa perempuan sebanyak 5 orang, kemudian orang dewasa laki-laki 1 orang, anak
remaja laki-laki sebanyak 1 orang, anak remaja perempuan sebanyak 1 orang dan Anak-anak
non balita sebanyak 0, sedangkan waktu terjadinya diare terbanyak lebih lebih dari 6 bulan
yang lalu sebesar 14 orang.

3.8 Indeks Risiko Sanitasi (IRS).

Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan
atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup
bersih dan sehat. Area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan penilaian dan
pemetaan tingkat resiko berdasarkan : kondisi sumber air, pencemaran karena air limbah
domestik, pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga, kondisi drainase dan perilaku
hidup bersih sehat (aspek perilaku cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air
minum, dan buang air besar sembarangan). Manfaat penghitungan Indeks Resiko Sanitasi
(IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukan area beresiko sanitasi.

Tabel 3.8.1 Indeks Risiko Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA

Variabel Kategori Jumlah RT Total


RT 9 RT 10 RT 11 RT 51
Kelangkaan air Ya 10 4 2 5 21
Tidak 17 6 3 3 29
Pengelolaan sampah Ya 1 0 0 1 2
Tidak 26 10 5 7 48
Frekuensi Ya 1 0 0 3 4
Tidak
pengangkutan sampah
26 10 5 5 46

Ketepatan Ya 1 0 0 1 2
Tidak 26 10 5 7 48
pengangkutan sampah
Adanya genangan air Ya 27 10 5 1 43
Tidak 0 0 0 7 7
Apakah responden Tidak
24 10 4 6 44
BABS BABS
BABS 3 0 1 2 6
CTPS Ya 26 10 5 8 49
Tidak 1 0 0 0 1
Apakah Jamban bebas Ya 19 8 4 3 34
Tidak 8 2 1 5 16
dari kecoa dan lalat?

26
Apakah terlihat ada Ya 23 7 5 2 37
Tidak
Sabun di dalamatau di
23 7 5 2 37
dekatjamban?
Pencemaran pada Ya
9 5 3 2 19
wadah penyimpanan Tercemar
Tidak
dan penanganan air 18 5 2 6 31
Tercemar

Berdasarkan grafik hasil Studi EHRA diatas, terlihat bahwa yang menjadi resiko
sanitasi dan menjadi prioritas di RT 9 adalah kelangkaan air sebanyak 10 orang dan sebanyak
17 orang tidak mengalami kelangkaan air, pengelolaan sampah sebanyak 1 orang dan
sebanyak 26 orang tidak melakukan pengolahan sampah, frekuensi pengangkutan sampah
sebanyak 1 orang dan sebanyak 26 orang tidak melakukan frekuensi pengangkutan sampah,
ketepatan pengangkutan sampah sebanyak 1 orang dan sebanyak 26 orang tidak melakaukan
ketepatan pengangkutan sampah, adanya genangan air sebanyak 27 orang sedangkan yang
tidak sebanyak 0, untuk responden yang tidak BABS sebanyak 24 orang dan sebanyak 3
orang masik melakukan BABS, untuk CPTS sebanyak 26 orang dan sebanyak 1 orang tidak
melakukan CTPS, sebanyak 19 orang dengan jamban terbebas dari kecoa dan lalat sedangkan
yang tidak berjumlah 8 orang, yang terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban
sebanyak 23 orang dan yang tidak ebanyak 23 orang, pencemaran pada wadah penyimpanan
dan penanganan air sebanyak 9 orang yang tercemar dan sebanyak 18 yang tidak tercemar.

Berdasarkan grafik hasil Studi EHRA diatas, terlihat bahwa yang mendesak sesuai
dengan hasil Studi EHRA diatas , disimpulkan di RT 10 adalah kelangkaan air sebanyak 4
orang dan sebanyak 6 orang tidak mengalami kelangkaan air, pengelolaan sampah sebanyak
0 orang dan sebanyak 10 orang tidak melakukan pengolahan sampah, frekuensi pengangkutan
sampah sebanyak 0 orang dan sebanyak 10 orang tidak melakukan frekuensi pengangkutan
sampah, ketepatan pengangkutan sampah sebanyak 0 orang dan sebanyak 10 orang tidak
melakaukan ketepatan pengangkutan sampah, adanya genangan air sebanyak 10 orang
sedangkan yang tidak sebanyak 0, untuk responden yang tidak BABS sebanyak 10 orang dan
sebanyak 0 orang masik melakukan BABS, untuk CPTS sebanyak 10 orang dan sebanyak 0
orang tidak melakukan CTPS, sebanyak 8 orang dengan jamban terbebas dari kecoa dan lalat
sedangkan yang tidak berjumlah 2 orang, yang terlihat ada sabun di dalam atau di dekat
jamban sebanyak 7 orang dan yang tidak ebanyak 7 orang, pencemaran pada wadah

27
penyimpanan dan penanganan air sebanyak 5 orang yang tercemar dan sebanyak 5 yang tidak
tercemar.

Berdasarkan grafik hasil Studi EHRA diatas, terlihat bahwa yang mendesak sesuai
dengan hasil Studi EHRA diatas , disimpulkan di RT 11 adalah kelangkaan air sebanyak 2
orang dan sebanyak 3 orang tidak mengalami kelangkaan air, pengelolaan sampah sebanyak
0 orang dan sebanyak 5 orang tidak melakukan pengolahan sampah, frekuensi pengangkutan
sampah sebanyak 0 orang dan sebanyak 5 orang tidak melakukan frekuensi pengangkutan
sampah, ketepatan pengangkutan sampah sebanyak 0 orang dan sebanyak 5 orang tidak
melakaukan ketepatan pengangkutan sampah, adanya genangan air sebanyak 5 orang
sedangkan yang tidak sebanyak 0, untuk responden yang tidak BABS sebanyak 4 orang dan
sebanyak 1 orang masik melakukan BABS, untuk CPTS sebanyak 5 orang dan sebanyak 0
orang tidak melakukan CTPS, sebanyak 4 orang dengan jamban terbebas dari kecoa dan lalat
sedangkan yang tidak berjumlah 1 orang, yang terlihat ada sabun di dalam atau di dekat
jamban sebanyak 5 orang dan yang tidak ebanyak 5 orang, pencemaran pada wadah
penyimpanan dan penanganan air sebanyak 3 orang yang tercemar dan sebanyak 2 yang tidak
tercemar.

Dan berdasarkan grafik hasil Studi EHRA diatas, terlihat bahwa yang mendesak
sesuai dengan hasil Studi EHRA diatas, disimpulkan di RT 51 adalah kelangkaan air
sebanyak 5 orang dan sebanyak 3 orang tidak mengalami kelangkaan air, pengelolaan
sampah sebanyak 1 orang dan sebanyak 7 orang tidak melakukan pengolahan sampah,
frekuensi pengangkutan sampah sebanyak 3 orang dan sebanyak 5 orang tidak melakukan
frekuensi pengangkutan sampah, ketepatan pengangkutan sampah sebanyak 1 orang dan
sebanyak 7 orang tidak melakaukan ketepatan pengangkutan sampah, adanya genangan air
sebanyak 1 orang sedangkan yang tidak sebanyak 7 orang, untuk responden yang tidak
BABS sebanyak 6 orang dan sebanyak 2 orang masik melakukan BABS, untuk CPTS
sebanyak 8 orang dan sebanyak 0 orang tidak melakukan CTPS, sebanyak 3 orang dengan
jamban terbebas dari kecoa dan lalat sedangkan yang tidak berjumlah 5 orang, yang terlihat
ada sabun di dalam atau di dekat jamban sebanyak 2 orang dan yang tidak ebanyak 2 orang,
pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air sebanyak 2 orang yang tercemar
dan sebanyak 6 yang tidak tercemar.

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Studi EHRA merupakan suatu rangkaian kegiatan Program Percepatan Sanitasi


Permukiman (PPSP). Data yang dikumpulkan dari studi EHRA ini digunakan sebagai salah
satu syarat agar bisa lulus mata kuliah Analisis Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
penetapan area observasi yaitu di Kelurahan 5 Ulu Kota Palembang.

Hambatan dan kendala dalam pelaksanaan studi EHRA di Kelurahan 5 Ulu ini adalah
kurangnya perencanaan dalam pelaksanaan EHRA. Ada beberapa rekomendasi/saran yang
bisa dijadikan pembelajaran agar pelaksanaan EHRA periode selanjutnya dapat lebih baik
antara lain :

 Menyusun rencana secara efektif dan efisien khususnya dalam hal anggaran kegiatan
studi EHRA, sehingga pada pelaksanaannya tidak ditemukan adanya hambatan .
 Tim pewawancara harus memahami tata cara pelaksanaan survei, pemahaman kuesioner ,
teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar
pengisian tidak terdapat kesalahan sehingga tidak berimbas pada hasil akhir studi EHRA.

Belajar dari pelaksanaan studi EHRA yang pertama ini, masih banyak terdapat
keterbatasan yang dimilikinya baik waktu, dana, maupun tenaga, maka di masa yang akan
datang kiranya perlu dipikirkan secara matang sistem perencanaan penganggaran agar
pelaksanaan studi EHRA berikutnya dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan bersama.

Berdasarkan hasil pengamatan EHRA sebagian besar masyarakat Kelurahan 5 Ulu


melakukan pengolahan sampah rumah tangga dengan cara dibakar sebesar 6 0rang kemudian
dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 1 orang, dibuang ke
sungai/kali/laut/danau sebesar 28 orang, sedangkan masyarakat yang melakukan pengolahan
sampah dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke TPS hanya sebesar 14 orang, dan lainnya
berjumlah 1 orang.
Terlihat juga bahwa masih ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat seperti
sungai, pantai kebun dan lain-lain selain itu penggunaan tangki septik secara kualitas belum
semuanya aman. Artinya bahwa lingkungan di Kelurahan 5 Ulu masih rawan tercemar
terutama air dan tanahnya . Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang
pentingnya akan kepemilikan jamban keluarga masih kurang.

29
Kejadian penyakit diare di kelurahan 5 ulu sering dialami oleh anak-anak
balita dengan frekuensi 6 orang.

4.2 Foto Dokumentasi

Wawancara dengan responden studi EHRA di RT 9 Kelurahan 5 Ulu Kota


Palembang

30
Wawancara dengan responden studi EHRA di RT 10 Kelurahan 5 Ulu Kota
Palembang

Wawancara dengan responden studi EHRA di RT 11 Kelurahan 5 Ulu Kota


Palembang.

31
Wawancara dengan responden studi EHRA di RT 51 Kelurahan 5 Ulu Kota
Palembang.

Kondisi perumahan warga di Kelurahan 5 Ulu pada RT 51 Kota Palembang.

32
Kondisi kamar mandi masyarakat di Kelurahan 5 Ulu Kota Palembang di RT 10

Terlihat banyak sampah yang berserakan karena kebiasaan masyarakat yang


membuang sampahnya sembarangan.

33
Kondisi kamar mandi masyarakat di Kelurahan 5 Ulu Kota Palembang.

34

Anda mungkin juga menyukai