Anda di halaman 1dari 54

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

STUNTING DI DESA LOBU KECAMATAN


MOUTONG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi


Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

NUR HIKMA
201601031

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
STUNTING DI DESA LOBU KECAMATAN
MOUTONG

SKRIPSI

NUR HIKMA
201601031

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul HUBUNGAN


POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STUNTING DI DESA LOBU
KECAMATAN MOUTONGadalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pergutuan tinggi
manapun. Sumber informasi yag berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu.

Palu, Agustus 2020

NUR HIKMA
NIM. 201601031

iii
ABSTRAK

NUR HIKMA. Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di desa Lobu Kecamatan
MoutongTahun 2020. Dibimbing oleh HADIJAH BANDO dan AFRINA JANUARISTA.

Sekitar 200 juta anak usia kurang dari 5 tahun gagal untuk mencapai potensi mereka
dalam perkembangan kognitif. Asia merupakan wilayah kedua setelah Afrika yang
memiliki prevalensi anak stunting tertinggi yaitu 26,8% atau 95,8 juta anak. Data
Stunting diProvinsi Sulawesi Tengah pada angka 41% pada tahun 2017 dan pada tahun
2018 angka stunting Sulawesi Tengah turun menjadi 32,5%. Data Dinas Bapelitbangda
Kabupaten Parigi Moutong jumlah bayi dan balita yang mengalami stunting berjumlah
33,7%. Berdasarkan data stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong berjumlah 32
orang. Tujuan penilitian ini diketahuinya Hubungan Pola Asuh dengan Stunting di desa
Lobu Kecamatan Moutong. jenis penelitian kuantitatif desain penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
anak di Desa Lobu Kecamatan Moutong. Sampel pada penelitian ini berjumlah 32 orang
dengan teknik pengambilan sampel meggunakan Total sampling. hasil uji Fisher exact:
0,000 (p value < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada Hubungan Pola
Asuh dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong. Simpulan Penelitian ini
membuktikan bahwa ada Hubungan Pola Asuh dengan Stunting. Oleh sebab itu saran
bagi petugas di Desa Lobu Kecamatan Moutong disarankan dapat memberikan tambahan
pengetahuan kepada ibu balita tentang pola asuh yang baik dan tanda dari balita stunting.

Kata kunci: Pola Asuh, orang tua, Stunting.

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STUNTING


DI DESA LOBU KECAMATAN
MOUTONG

SKRIPSI

NUR HIKMA
201601031

Skripsi ini telah Disetujui


Untuk Diseminarkan

Tanggal 23 September 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Hadijah Bando, S.ST., M.Kes Ns. Afrina Januarista, S.Kep., M.Sc


NIK.20080901003 NIK. 20130901030

Mengetahui
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Stikes Widya Nusantara Palu

Dr. Tigor Situmorang, M. H.,M.Kes


NIK. 20080901001

v
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STUNTING


DI DESA LOBU KECAMATAN
MOUTONG

SKRIPSI
NUR HIKMA
201601031

Skripsi ini Telah Di Ujikan


Tanggal 23 September 2020

Hadijah Bando,S.St.,St.,M.Kes
NIK. 20080901003 (..................................)

Ns. Afrina Januarista, S.Kep., M.Sc (..................................)


NIK. 20130901030

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu

Dr. Tigor Situmorang, M. H.,M.Kes


NIK. 20080901001

vi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tepat pada waktunya dengan judul
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Stunting di desa Lobu Kecamatan
Moutong” Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW yang senantiasa kita jadikan teladan dalam aktifitas seharian kita.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan
arahan dari berbagai pihak pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ayahanda Husain Marade dan Ibunda Patni yang telah melahirkan,
mengasuh, membesarkan, mendidik dan memberikan doa restu serta dukungan
moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Dr. Pesta Corry Sihotang, Dipl. Mw., S.KM., M.Kes. selaku ketua yayasan
Stikes Widya Nusantara dan selaku penguji 1
2. Dr. Tigor Situmorang, M.H.,M.Kes. Selaku Ketua Stikes Widya Nusantara
3. Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Ners

4. Hadijah Bando, S.ST., M.Kes Pembimbing I yang setiap saat meluangkan


waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
Skripsi ini.
5. Ns.Afrina Januarista, S.Kep., M.ScPembimbing II yang setiap saat
meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak / Ibu Dosen dan seluruh staf STIKes Widya Nusantara Palu yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama penulis
mengikuti pendidikan.
7. Kepala Desa Lobu Kecamatan Moutong, yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.
8. Terimakasih kepada semua resonden yang telah bersedia menjadi responden
dalam pengambilan penelitian yang peneliti telah laksanakan sehingga peneliti
dapat menyelesaikan tugas akhir.

vii
9. Bapak / Ibu Dosen dan seluruh staf STIKes Widya Nusantara Palu yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama penulis
mengikuti pendidikan.
10. Teristimewa teman-teman angkatan 2016yang telah memberikan support
serta semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, semoga
Allah SWT berkenan membalasnya dan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.

Palu, September 2020

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
PERNYATAAN.................................................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
.......................................................................................................
....................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan umum tentang Stunting............................................. 5
B. Tinjauan umum Pola Asuh Orangtua....................................... 11
C. Kerangka Konsep..................................................................... 14
D. Hipotesis.................................................................................. 14

BAB III METODE PENELITIAN


A. DesainPenelitian...................................................................... 15
B. Tempat dan waktu penelitian................................................... 15
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................... 15
D. Variabel Penelitian................................................................... 16
E. Definisi Operasional................................................................ 16
F. Instrumen Penelitian................................................................ 17
G. Teknik pengumpulan data........................................................ 18
H. Analisis Data............................................................................ 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum lokasi Penelitian......................................... 21
B. Hasil Penelitian........................................................................ 21
C. Pembahasan............................................................................. 24

ix
BAB V SIMPULAN & SARAN
A. Simpulan.................................................................................. 30
B. Saran........................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkanumur.............................................. 21

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan.................................... 22

Tabel 4.3Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan....................................... 22

Tabel 4.4Pola Asuh di Desa Lobu Kecamatan Moutong Tahun 2020.............. 23

Tabel 4.5Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong Tahun 2020.................. 23

Tabel 4.6Hubungan Pola Asuh dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan


Moutong Tahun 2020......................................................................... 23

xi
DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep .......................................................................14


Gambar 3.1 Alur Penelitian.............................................................................20

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Daftar Pustaka


Lampiran 2. Jadwal Penelitian
Lampiran 3.Permohonanpengambilandata awal
Lampiran 4.Surat balasan pengambilan data awal
Lampiran5. Surat Permohonan Turun Penelitian
Lampiran6. Permohonan menjadi Responden
Lampiran7. Kuesioner
Lampiran8. Permohonan Persetujuan Responden
Lampiran9.Surat balasan Penelitian
Lampiran10. Master Tabel
Lampiran 11. Hajil Olahan Data SPSS
Lampiran 12. Dokumentasi
Lampiran 13. Riwayat Hidup

Lampiran 14. Lembar Bimbingan Proposal Skripsi

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara global menurut World health organization (2015) jumlah anak
stunting usia kurang dari 5 tahun sebanyak 165 juta anak atau 26%. Asia
merupakan wilayah ke-2 setelah Afrika yang memiliki presentase anak
stunting tertinggi yaitu 26,8% atau setara dengan 95,8 juta anak. Sedangkan
presentase anak stunting untuk yang ada wilayah Asia Tenggara adalah
27,8% atau setara dengan 14,8 juta anak. Penurunan dan keterlambatan
pertumbuhan anak di Negara-negara berkembang didominasi 30% dengan
usia anak balita.1
Berdasarkan hasil data Riset Kesehatan Dasar 2018 proporsi status
gizi pendek sebesar 11,5% dan status gizi pendek sebesar 19,3%. 2 Presentase
stunting di wilayah Indonesia sangat tinggi dari pada negara-negara di Asia
Tenggara.2 Stunting merupakan keadaan anak lebih pendek dibandingkan
anak-anak seusianya, atau dengan kata lain, dimana tinggi badan balita berada
dibawah standar. Standar digunakan sebagai pedoman adalah kurva
pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia. 2
Data yang Stunting di Provinsi Sulawesi Tengah pada angka 41%
pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 angka stunting di Sulawesi Tengah
menurun menjadi 32,5% sedangkan untuk data yang di dapat dari elektronik
pencegahan laporan gizi yang berbasis masyarakat Sulawesi tengah dengan
sasaran mempriotitaskan balita. Hasil dari entry data sasaran 73,6% dari data
jumlah balita yang real menunjukkan angka stunting balita ter entry tinggi
badan perumur pada angka 22,9%. Data Dinas Bapelitbangda Kabupaten
Parigi Moutong jumlah bayi dan balita yang mengalami stunting berjumlah
33,7%. 8
Periode sangat penting untuk tumbuh kembang yaitu terjadi pada
balita. Sekitar 200 juta anak usia kurang dari 5 tahun gagal untuk mencapai
potensi mereka dalam perkembangan kognitif karena disebabkan oleh

1
2

beberapa hal ini disebabkan oleh beberapa afaktor yang dapat mengancam
berupa ekonomi yang rendah, status kesehatan yang kurang memadai, cara
orang tgua mengasuh anaknya. Faktor penyebab terjadinya kejadian mal
nutrisi hngga berdampak pada perkembangan anak sehingga anak terkena
stinting ini tidak terlepas dari asupan gizi anak yang kurang baik.4
Dampak yang timbul dari fenomena stunting ini sangat berpengaruh
pada perkembangan otak anak.5 Stunting membuuat lemahnya kapasitas anak
kedepannya dan membuat kinerjanya menjadi menurun yang nantinya akan
berpengaruh pada pendapatannya. Bukti buktinya ini di tunjukan oleh
hilangnya 11% Gross Dosmestic product (GDP) dan ini juga dapat
mempengauhi gaji ayang akan diperoleh nantinya. Stunting juga dapat
memperburuk kesenjangan yang dapat menyebabkan pengurangan 10% dari
total pendapatan seumur hidup hal ini dapat menimbulkan kemiskinan antar
generasi.6 pengasuhan yang diberikan juga sebagai pencetus kejadian tubuh
pendek yaitu beresiko 1,3 kali lebih tinggi.7
penerapan pola asuh orang tua dalam keluarga yang tidak baik akan
sangat berpengaruh kedepannya pada tumbuh kembang anak juga dapat
membpengaruhi kpndisi fisik, mental dan psikososial anak sehari-hari.
Tradisi atau budaya dalam keluarga mempengaruhi kebasaan yang dilakukan
anak dalam kehidupannya sehari-hari. Intrepetasi sedimikian rupa dalam pola
asuh orang tua dilingkungannya menjadi pencetus terjadinya stunting anak
usia 24 – 59 bulan.7
Penelitian Nurmayasanti dan Mahmudiono (2019) dengan judul
“Status Sosial Ekonomi dan Keragaman Pangan Pada Balita Stunting dan
Non-Stunting Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Wilangan
Kabupaten Nganjuk” pada penelitian ini dadapatkan hasil tidak ada
keterkaitan antara munculnya stunting dengan berbagai jenis makanan pada
balita (p=0,048). Ekonomi keluarga yang rendah berpengaruh pada jenis
makanan yang mereka konsumsi. Hasil chi-square menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara keragaman pangan dengan kejadian stunting (p=1,000)
3

dan bukanlah faktor risiko balita stunting (OR = 1,000). Pendapatan keluarga
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting. Keragaman
pangan tidak berhubungan dengan stunting.
Penelitian Nur Alam Fajar, Misnaniarti (2019) dengan judul
“Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting balita dari keluarga miskin di
Kota Palembang” Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting balita pada
keluarga yang miskin di Kota Palembang sebesar 29%. Terdapat adanya
hubungan yang signifikan antara kebiasaan pemberian makan (p-value =
0,000), kebiasaan pengasuhan (p-value = 0,001), kebiasaan kebersihan (p-
value = 0,021) dan kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan (p-value =
0,000) dengan kejadian stunting balita. Anak yang tidak mengalami stunting
serta pengasuhan yang diterapkan orang tuanya dalam memperhatikan status
kesehatan anaknya lebih baik daripada anak dengan pengasuhan status social
ekonomi yang sama.
Berdasarkan data stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong
berjumlah 32 orang adanya permasalahan gizi terutama stuntinghal ini
dikarenakan masih terdapat pola asuh ibu balita yang kurang serta sosial
ekonomi yang kurang memadai yang berhubungaan dengan pemberian
makanan tambahanserta memberikan nutrisi yang lebih seimbang secara tepat
sasaran dan tepat waktu.Berdasarkan data serta kajian jurnal maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh
orang tua dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong.Pola
asuhterhadap anak dimanifestasikan dalam beberapa hal berupa pemberian
ASI eklusif dan makanan tambahan, rangsangan psikososial, praktek
kebersihan dan sanitasi lingkungan, perawatan anak dalam keadaan sakit
berupa praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan
terdekat.

B. Rumusan Masalah
4

Berdasarkan uraian latar belakang dengan permasalahan gizi terutama


stunting degan pemberian nutrisi yang kurang seimbangtersebut, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Hubungan Pola Asuh orang
tua dengan Stuntingdi Desa Lobu Kecamatan Moutong?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Telah menganalisis Hubungan Pola Asuh orang tua dengan
Stuntingdi Desa Lobu Kecamatan Moutong.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya Pola Asuh orang tua di Desa Lobu Kecamatan
Moutong
b. TeridentifikasinyaStunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong
c. TeranalisisnyaHubungan Pola Asuh orang tua dengan Stuntingdi
Desa Lobu Kecamatan Moutong
D. Manfaat Penelitian
1. Ilmu Pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan edukasi mengenai Hubungan Pola
Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong dan
dijadikan sebagai bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai
Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu
Kecamatan Moutong.
3. Bagi Penelitian lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penelitian
yang sama dengan variabel-variabel yang luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang Stunting


1. Pengertian
Stunting merupakan gangguan yang dialami anak-anak kita dalam
tahap tumbuh kembah karena memiliki asupan gizi yang kurang,
terjadinya infeksi yang berlangsung barkali-kali, serta feed back dari
kesehatan mental dan sosialnya, hal ini dapat dilihat dari nilai z-score
tinggi badan menurut usia (TB/U) < -2 standar deviasi yang berdasarkan
standar World health organization.1
Makanan yang masuk kedalam tubuh kemudian tubuh melakukan
metabolisme yang mana makanan tadi diserap kemudian zat-zat yang
dihasilkan tapi tidak di serap oleh tubuh diubah menjadi energy dari
pertumbuhan dan fungus nirmal organ-organ. Jika gizi tidak terpenuhi
mengakibatkan gizi yang bermasalah. Masalah gizi pada anak akan
mengalami dampak yaitu tidak seimbangnya penyerapan serta pengeluaran
zat gizi, absorbsi yang berlebih atau menurun pengeluarannya, kesalahan
dalam memilih makanan juga dapat terjadi pada saat memilih bahan yang
akan dimakan.7
Anak dengan stunting akan menunjukkan tinggi badan yang kurang dari
pengukuran normal ukuran tinggi badan normal untuk usianya.3 Stunting
dapat didiagnosis dari pemeriksaan antropometri. Tinggi badan anak
ditentukan pada jumlah standar nilai tengah (median of references) dilakukan
pengukuran secara internasional sebagai rujukan berdasarkan umur serta jenis
kelamintinggi badan anak dengan stunting berdasarkan usia yang kurang dari
-2SD, jika nilai dibawah dari -3SD menunjukkan bahwa keadaan yang sangat
parah. Anak dengan stunting memiliki masalah pada tumbuh kembangnya,
pada dasarnya mempunya kecerdasan dibawah dari anak usianya.8
2. Penyebab Stunting
Penyebab stunting yaitu bentuk dari masa tumbuh kembang maupun
memang karena penyakit hal ini dikarenakan ada dua pencetus utama yaitu
mengkonsumsi makanan yang tidak bergizi dan dapat berpotensi pada

5
6

kejadian meningkatnya infeksi pada tubuh anak yang menimbulkan penyakit.


Stunting memiliki penyebab munculnya yang diklasifikan atas 2 penyebab
antara lain: secara langsung dimana berdasarkan makanan yang masuk
kedalam tubuh yang tidak adekuat, penyakit infeksi, berat badan lahir rendah
dan genetik. Sedangkan secara tidak langsung adalah defisiensi pengetahuan
mengenai asupan gizi yang baik, pendidikan orang tua, faktor ekonomi, pola
asuh orang tua, besarnya supan nutrisi serta keluarga yang banyak. 8
Faktor penyebab stunting, sebagai berikut :
1) Zat Gizi
Zat gizi adalah beragam jenis yang sangat penting dalam proses
perumbuhan dan perkembangan ketika sedang hamil serta tumbuhnya
balita, jika zat gizi kurang terpenuhi maka akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan.
2) ASI Ekslusif dan MP-ASI
Anak yang pemberian ASI ekslusifnya ataupun pemberian MP-ASI
yang tidak sesuai serta tidak terpenuhinya makanan yang adekuat atau
berkualitas hal ini akan sangat berkontribusi memberikan stunting. 1
3) Penyakit Infeksi
Anak yang terkena penyakit infeksi bisa timbul stunting namun
dilihat dari beratnya penyakit yang diderita penyakit infeksi yang
berulang yang menyerang anak-anak kemudian kurangnya asupan
makanan yang bergizi dalam proses penyembuhan. Contoh penyakit yang
biasa terjadi adalah ISPA dan diare yang terkena pada balita 8
4) Jumlah balita dalam keluarga
Stunting dengan masalahgizi biasanya ditemukan paada banyaknya
anak pada keluarga hal ini dapat menyebabkan kurangnya mengkonsumsi
maakanan yang bergizi atau asupan makanan yang bergizi tidak adekuat
Jumlah anak dalam keluarga yang banyak sangat mempengaruhi juga
pada kunjungan rutin ibu ke posyandu sehingga berpengaaruh pada status
gizi pada balita jika ibu mempunyai anak yang ideal sehingga ibu akan
lebih memerhatikan kondisi anaknya, namun ketika ada lebih dari satu
balita yang menyalami sakit maka focus ibu dalam merawat menjadi
terbagi.8
7

5) Sosial Ekonomi
Pendapatan social eonomi orang tua juga menjadi faktor adanya
stunting, hal ini dikarenakan kondisi rumah tangga yang tergolong kurang
mampu akanberpengaruh pada pendidikan yang rendah, daya belanja
yang kuang serta pelayanan kesehatan yang terbatas (jarang berkunjung
ke posyandu). 8
6) Pendidikan
Keluarga dengan pendidikan rendah akan sulit menerima pengarahan
pada pemenuhan gizi pada balita sebagian besar keluarga tidak
mempedulikan pentingnya pelayanan kesehatan serta kebutuhan gizi
pada balita. Sebaliknya makin tinggi pendidikan maka pengetahuan dan
keterampilan cenderung lebih baik dalam keluarga dibanding keluarga
dengan pendidikan rendah. Sehingganya pola asuh yang akan diberikan
cenderung baik, dan keluarga akan lebih memamfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
7) Pola Asuh
Pola asuh orangtua merupakan suatu proses mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma dalam masyarakat.
8) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah dan prematur sering terjadi secara
bersamaan, faktor tersebut sangat berkaitan dengan kejadian morbiditas
dan mortalitas bayi baru lahir. Berat badan lahir rendah sering
mendapatkan penyakit dengan komplikasi dikarenakan kurang matang
organ karena kelahiran dengan prematur. 9
9) Jenis Kelamin balita
Kejadian stunting sebagian besar dialami pada anak dengan jenis
kelamin laki-laki. Hal ini terjadi karena, pada anak laki-laki
perkembangan motorik kasar cenderung lebih cepat di banding
perempuan, sehingganya energi yang di butuhkan lebih besar. Fenomena
stunting yang terjadi terhadap anak berjenis kelamin lakilaki juga
dipengaruhi oleh asupan makan yang diberikan belum pada waktunya.9
8

10) Usia Balita


Kejadian stunting yang menyerang balita sebagian basar terkena pada
balita yang memiliki umur ≥12 bulan dibandingkan yang berusia <12
bulan. Ini dikarenakan bertambahnya umur pada anak-anak akan
mempengaruhi juga kebutuhan asupan nutrisinya sehari-hari yang akan
makin bertambah. 9
3. Dampak Stunting
Stunting menimbulkan efek bagi anak-anak dalam hidupnya, WHO
(2016) membagi kedalam 2 dampak yaitu dampak jangka pendek dan
jangka panjang.
1) Concurrent problems dan short-term consequences atau dampak
jangka pendek
a) Sisikesehatan : angka kesakitan danang kakematian meningkat
b) Sisiperkembangan :penurunan fungsi kognital, motorik, dan
perkembangan bahasa.
c) Sisiekonomi :peningkatan health expenditure, peningkatan
pembiyayaan perawatan anak yang sakit.
2) Long-term consequences atau dampak jangka panjang
a) Sisikesehatan : perawakan dewasa yang pendek, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi
munculnya penyakit, diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stoke, dan disabilitas pada usia tua,
penurunan kesehatan reproduksi
b) Sisiperkembangan : penurunan prestasi belajar, penurunan
learning capacity unachieved potensial
c) Sisiekonomi : penurunan kapasitas kerja
Problem ketika terjadinya masalah stunting akan berpengaruh pada
kehidupan maa muda serta kehidupan selanjutnya pada anak. Studi
mengidentifikasikan ketika anak pendek mempengaruhi prestasi
yang akan di dapatkan, dampak yang dapat terjadi ketika anak yang
terkena stuntin ketika dewasa adalah kurangnya produktifitas
mereka yang mempengaruhi pendapatan, sehingga nantinya
9

memiliki pendapatan social ekonomi yang rendah berakibat pada


kemiskinan yang melanda serta rentan tertulari penyakit infeksi
menular. Oleh karena itu, anak pendek merupakan predictor
buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas,
yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa
dimasa yang akan dating.3,9
Stunting yang terjadi pada balita menunjukkan sikap yang tidak tetap,
menjadi lebih muda merengek dan jumlah menangis yang tinggi, kegiatan
yang menurun, serta kurangnya minat untukbermain, kurangnya ketertarikan
pada lingkungan sekitar, kurang berinteraksi pada lingkungan sekitar, tidak
menunjukkan kegembiraan, tidak percaya diri, selalu ingin berada tidak jauh
dari ibunya. 10
4. Pencegahan
a. Cukupi kebutuhan zat besi, yodium dan asam folat
Zat besi, asam folat dan yodium adalah zat yang diharuskan untuk
dikonsumsi oleh wanita yang sedang dalam masa kehamilan. Anak
yang lahir dari ibu hamil dengan anemia lebih berisiko mengalami
stunting. 10
b. Hindari paparan asap rokok
Terpajan asap rokok dapat menimbulkan ancaman terjadi kelahiran
tidak cukup bulan, maka dari itu ibu yang sedang hamil tidak boleh
merokok serta menghindar dari terpajan asap rokok. 10
c. Rutin melakukan pemeriksaan kandungan
Rajin memeriksakan kandungan selama hamil juga tidak kalah baik
dalam mencegah terjadinya anak bertumbuh pendek. Memekrisakan
kandungan juga dapat mengidentifikasi pertumbuhan dan
perkembangan janin serta mengetahui supan gizi ibu selama hamil agar
dapat dicegah secepat mungkin. 10
d. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut minimal 2 kali pada trimester ke-1 (kehamilan < 14 minggu),
10

Minimal 4 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14-28 minggu),


minimal 5 kali pada trimester ke-3 (> 28 minggu sampai kelahiran).11
e. Kebutuhan gizi ibu hamil
1) Pada kehamilan trimester I (minggu 1-12) kebutuhan gizi masih

seperti biasa.

2) Pada kehamilan trimester II (minggu 13-28) dimana pertumbuhan

janin cepat, ibu memerlukan kalori ± 285 dan protein lebih tinggi

dari biasanya menjadi 1.5 g/kg BB.

3) Pada kehamilan trimester III (minggu 29-lahir) kalori sama

dengan trimester II, tapi protein naik menjadi 2g/kg BB. 11

5. Penilaian Stunting
Status gizi balita dapat diukur menggunakan skor standar baku yang
telah ada untuk digunakan sebagai acuan dalam mengetahui nutrisi anak.
Untuk mengetahui nilai status gizi anak dilakukan pengukuran dengan dua
macam cara yaitu secara langsung dan tidak langsung agar dapat
mengidentifikasi apakah balita terkena stunting atau tidak. Dinilainyaa
status gizi dilakukan pada antropometri gizi yang berdasarkan TB/U
(Tinggi Badan menurut Umur).11
Jenis ukuran antropometri digunakan untuk menentukan stunting
adalah tinggi badan. 11
Tabel 1. Status Gizi dengan Indikator TB/U
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Sangat Pendek <-3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
(Sumber : Unicef, 2015).
11

B. Tinjauan umum Pola Asuh Orangtua


1. Pengertian
Hubungan atau komunikasi yang diterapkan orang tua dalam cara
mendidik anaknya merupakan pola asuh baik secara fisik, mental maupun
social anak. Sehingga nantinya akan mempengaruhi timbuh kembang
emosional mereka dalam bersikap dalam kehidupan sehari-hari serta
bagaimana cara mereka melakukan interaksi di lingkungannya.10
Pola asuh orangtua mempengaruhi tumbuh kembang sang anak baik
saat berkomunisai maupun fasilitas yang diberikan kepada sang anak agar
dapat menunjang tumbuh kembang dari fisik maupun mental psikososial
anak.11
2. Tipe Pola Asuh Orangtua
Tiga tipe pola asuh orangtua, yaitu :
a. Pola asuh otoriter (Diktator)
Pola asuh otoriter (Diktator) adalah pola asuh orangtua yang
mencoba untuk mengontrol perilaku dictator dan sikap anak melalui
perintah perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak
boleh dipertanyakan. Otoritas orangtua dengan cara kurang banyak
memberitahukan tentang hal serta kurangnya hak anak dalam
mengmbil keputusan.
Pola asuh otoriter tidak selamanya amerupakan pemberian
hukuman pada fisik namun juga didalamnya dapat terjadi sikap isolasi
social diri anak serta kurangnya rasa dicintai oleh orang tua yang
membuat anak menjadi lebih menarik diri dari kehidupan sosialnya,
pemalu, menyadari diri sendiri, cepat lelah, dan tunduk. Mereka
cenderung lebih sopan, setia, jujur, dan dapat diandalkan tetapi mudah
dikontrol. 12
b. Pola asuh permisif (Laissez-Faire)
Pola asuh ini, orangtua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama
sekali atas tindakan anak-anak mereka. Pola asuh dalam model ini
lebih menekankan pada pemberian izin atau sikap terbuka orang tua
terhadap anaknya untuk menentukan kpeutusan sehingga tidak
12

membebanianaknya dengan standar yang dimiliki orang tu. Dalam hal


ini orang tua menempatkan dirinya sebagai teman untuk
berkomunakasi dan berinteraksi sehingga memberikan kebebasan
pada anaknya untuk melakukan sesuati tetapi tidak melampaui batas
akalnya. Anak menjadi penurut serta konsisten dalam melakukan
sesuatu dengan diberikan kebebasan tetapi masih dapat dikontrol oleh
orang tua, sehingga anak lebih merasa percaya diri dan tidak merasa
apatis pada dirinya.12
c. Pola asuh demokratis (Otoritatif)
Pola asuh demokratis adalah pola asuh orangtua yang
mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan
peraturan secara negatif anak serta dengan memberikan mereka
kebebasan untuk mengeluarkan aspirasi serta hak mereka, namun
tetap dengan mengawasi apa yang akan anak lakukan. Pada pola asuh
ini orang tua mengontrol dengan mengarahkan apa yang dilakukan
oleh anaknya agar tetap terhindar dari perbuatan yang tidak
menyenangkan dan sadar akan apa yang anak perbuat serta
dampaknya kelak sehingga anak bukan menjadi orang yang penakut
atau anak yang takut berbuat salah karena akan dihukum oleh orang
tuanya. Pola asuh yang diterapkan orang tua dapat membuat anak lebh
memiliki rasa harga diri yang tinggih serta aktif dalam melakukan
aktifitas sehari-hari..
Pola asuh demokratis merupakan penerapan perilaku yang
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya agar, mendorong anaknya
menjadi pribadi yang tidak bergantung pada orang lain tetapi dengan
tetap tidak melampaui batas. Keterbukaan dalam hal diskusi mengenai
masalah atau apa yang dilakukan anak kepada orang tua dapat
membingkai keharmonisan serta rasa cinta yang tinggi dapat dirasakan
oleh anak. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan,
orangtua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian atau
persetujuan orang lain.12
13

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua sebagai berikut:


a. Latar belakang pola pengasuhan orang tua
Cara atau tipe pola asuh yang digunakan oleh orang tua, dapat
membentuk pribadi serta karakter dari anak-anak.
b. Tingkat pendidikan orang tua
Perbedaan pola asuh orang tua juga dapat dipengaruhi darai tingkat
pendidikannya.
c. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua
Ketika orang tua sibuk dengan pekerjaannya agar dapat memenuhi
kebutuhan keluarg, hal inilah yang membuat orang tua terkadang
menggunakan jasa orang lain untuk merawat anaknya, sehingga
anaknya di asuh oleh orang lain dan pola asuh yang digunakan sesuai
dengan orang yang mengasuh anaknya yang membuat fungsi serta
peran sebagai orang tua.
d. Ideologi yang berkembang dalam diri orangtua
Standar orang tua atau acuan orang dalam mengasuh anaknya berfokus
pada keinginan orang tua agar anaknya menjadi seperti apa yang
mereka idamkan, sehingga pemahaman inilah yang membuat orang tua
mengharuskan anak mengikuti keinginan serta harapan mereka untuk
anaknya dalam kehidupan selanjutnya.
e. Letak geografis dan norma etis
Setiap tempat ataupun daerah memiliki beragam serta perbedaan dalam
kriteria mengasuh anaknya sesuai dengan budaya serta tradisi yang
sudah lama ada.
f. Orientasi religius
Religiusitas orang yang sangat kental biasanya cenderung mereka
turunkan kepada anaknya, agar anak mereka nantinya dapat mengikuti
jejak orang tua mereka.
g. Status ekonomi
Status ekonomi orang tua juga mempengaruhi kehidupan anak
kedepannya. Pendapatan social ekonomi orang tua yang cukup dapat
14

mendukung fasilitas pemenuhan tumbah kembang anak serta pola asuh


yang cenderung dianggap orang tua sebagai perilaku yang idealis.
h. Bakat dan kemampuan orangtua
Orangtua yang memiliki kemampuan komunikasi dan berhubungan
dengan cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan
mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak.
i. Gaya hidup
Kehidupan sehari-hari serta cara hidup yang diterapkan setiap daerah
berbeda yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak serta pola asuh
yang diterapkan orang tua.11
4. Alat ukur Pola Asuh
a.Demokratis diberi nilai skor 24-39
b.Permisif diberi nilai skor 40-55
c. Otoriter diberi nilai skor 56-7212
C. Kerangka Konsep
Peneliti mencoba menuangkan alur konsep hubungan pola asuh orang
tua dengan stunting didesa lobu kecamatan moutong sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola asuh orang tua Stunting

Gambar 2.1Kerangka Konsep

D. Hipotesis
Ada Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu
Kecamatan Moutong.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif desain penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan cara pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat.15Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain penelitian analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah
mencari, menjelaskan suatu hubungan antar variabel menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu dimana pengukuran antar 2 varibel secara
bersama-sama sekaligus.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional agar dapat
mengetahui apakah ada Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di
Desa Lobu Kecamatan Moutong.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di Desa Lobu Kecamatan Moutong
2. Waktu
Penelitiandilakukan pada tanggal 6 Agustus sampai 10 Agustus
Tahun 2020.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan penentuan pengambilan responden dalam
penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan dalam satu
wilayah.14Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak
di Desa Lobu Kecamatan Moutongberjumlah32 orang.

2. Sampel

15
16

Sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi


tertentu. 15 Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu
semua ibu yang mempunyai anak di Desa Lobu Kecamatan Moutong.
Sampel ditentukan dengan menggunakan metode Total Sampling
dimana seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian di Desa Lobu
Kecamatan Moutong.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas dengan keberadaan
karakteristik yang ditentukan subjek penelitian.15Variabel independen
dalam penelitian ini adalah Pola Asuh orang tua.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang terikat.15Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Stunting.
E. Definisi Operasional
1. Pola Asuh
Pola asuh orang tua merupakan suatu proses mendidik serta
membimbing anak dalam keseharian seperti memberikan anak nutrisi yang
seimbang dan kualitas tidur yang baik.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1.Demokratis(24-39)
2.Permisif(40-55)
3. Otoriter(56-72)

2. Stunting
17

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang


dialami anak-anak dari gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi
psikososial yang dilakukan pemeriksaan oleh perawat pada fungsinya.
Alat Ukur : Lembar Observasi
Cara ukur : Pengisian Lembar observasi
Skala ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1.Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD
2.Stunting : < -2 SD
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan semua benda yang dipakai dalam
penelitian gara memperoleh data dari responden.15 Instrument yang digunakan
yaitu instrument yang sudah bakudiadopsi dari penelitian Khoirun Nisa (2019)
dan akan dilakukan uji validitas dan realibilitasyang telah dimodifikasi.
Instrument penelitian dapat berupa : kuesioner (daftar pertanyaan), yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. Kuesioner Pola Asuh berisi
pertanyaan dengan alternatif jawaban dalam bentuk alternatif Selalu (SL),
Kadang-kadang (KK) dan tidak pernah (TP) Pertanyaan ini terdiri dari 20
item dengan pertanyaan positif berjumlah 17 item (1,2,3,4,5,6,7,9,11,
12,13,14,15,17,18,19,20) dan pertanyaan negatif berjumlah 3 item (8,10,16).
Dengan cara penentuan skor yaitu untuk pertanyaan positif jika responden
menjawab selalu diberi nilai skor 1, kadang-kadang diberi nilai 2 dan tidak
pernah diberi nilai 3 sebaliknya jika responden menjawab selalu diberi nilai
skor 3, kadang-kadang diberi nilai 2 dan tidak pernah diberi nilai 1.
Lembar observasi stunting berupa penilaian akhir balita Setelah
informasi umur dan tinggi badan diketahui, maka hal pertama yang dilakukan
ialah meng-input data tanggal wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti dan
reponden, tanggal lahir anak, dan tinggi badan balita, sehingga didapatkan
nilai z-skor (TB/U) anak. Sehingga peneliti mengetahui anak yang menjadi
sampel penelitian termasuk dalam kategori status gizi (TB/U) yang sangat
18

pendek, pendek, normal, atau tinggi dengan melihat tabel kategori dan ambang
batas stunting Stunting : < -2 SD dan Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber peneliti dapatkan dengan bertatap
langsung kepada responden..15 proses memperoleh data primer dalam hal
ini yaoitu bertanya dan membagikan kuesioner kepada responden secara
langsung kepada responden dalam hal ini adalah ibu yang mempunyai
anak stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data atau informasi yang telah
diperoleh melalui media perantaraatau secara tidak langsung dari hasil
pengumpulan data untuk keperluan tertentu, yang dapat digunakan
sebagian atau seluruhnya sebagai sumber penelitian. 15 Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari bagiandata Kantor Desa dan Puskesmas di
Desa Lobu Kecamatan Moutong, WHO (dunia) dan Riset Kesehatan Dasar
Indonesia.
H. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian dianalisa dengan analisa univariat
terhadap tiap variabel. Dari analisa tiap variabel ini diperoleh hasil dalam
bentuk presentase.15
1. Distribusi Frekuensi
Analisis univariate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah
presentase daya yang telah didapatkan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi, selanjutnya melihat angka yang paling besar kemudian
mengaitkan dengan teori yang ada.15Rumus yang gunakan untuk
menghitung frekuens tiap-tiap variabel adalah :
f
p= x 100%
n
Keterangan :
p : Persentase jawaban responden
19

f : Frekuensi
n : Jumlah sampel15
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat, dilakukan agar dapat menjawab hipotesa yang
diangkat. Analisa ini digunakan bertujuan untuk melihat seberapa besar
derajat kemanaan antar variabel yang dilakukan uji dengan
menggunakan uji statistik non-parametrik, yaitu chi-square. Peneliti
memakai uji chi-square karena ingin mengetahui hubungan antara
variabel yang akan diteliti dengan menggunakan taraf signifikan (α =
0,05). α 0,05 merupakan batas maksimal yang tertinggi kesalahan yang
dijadikan acuan oleh peneliti. Kaidah keputusan analisis datanya, yaitu
apa bila p-value ≥ 0,05, maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan
sebaliknya apabila p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak artinya ada
hubungan.15
Adapun rumus uji chi-square, yaitu:
( f 0−fe)
x ²= Ʃ
fe
Keterangan:
x²= Nilai Chi-square
f0= Frekuensi Observasi atau Pengamatan
fe= Frekuensi Ekspetasi atau Harapan

Syarat uji untuk uji chi-square yaitu sel yang mempunyai nilai
expected lebih kecil dari lima maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat
uji chi square tidak terpenuhi, digunakan uji alternative, alternatif uji chi-
square bergantung pada jenis tabel.
a. Untuk tabel 2x2, alternatif uji chi-square adalah uji fisher’s
20

I. Bagan Alur Penelitian

Pengajuan judul proposal

Mengurus Surat Izin Penelitian


Prodi Ners
Tata Usaha Stikes WN Palu
Kepala Sekolah SMAN 9 Palu

Populasi : Balita Desa Lobu Kecamatan


Moutong32 orang

Teknik Sampling
Total Samplingdengan sampel 32 orang

Informed Consen
Menjelaskan dan meminta persetujuan responden

Pengumpulan Data
Menggunakan data primer dan sekunder

Variabel independen Variabel dependen

Pola asuh Stunting

Analisis Data

Univariat Bivariat

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Puskesmas moutong merupakan salah satu puskesmas yang terletak
diwilayah kecamatan moutong kabupaten parigi moutong tepatnya di desa
moutong utara yang dibangun oleh pemerintah daerah parigi moutong
(PEMDA) sejak tahun 1989 di dukung oleh berbagi fasilitas seperti, ruang unit
gawat darurat, poli umum, poli gigi, poli KIA, apotik, ruang lab, dan ruang
perawatan. Jarak puskesmas kurang lebih 10 meter dari rumah-rumah warga.
Puskesmas dalam menjalankan program kesehatan, puskesmas memiliki
20 wilayah kerja, sedangkan untuk tenaga kesehatan berjumlah 56 orang
terdiri dari dokter umum, dokter gigi, sarjana keperawatan, sarjana kesehatan
masyarakat, pra medis, bidan, gizi, apoteker, farmasi. Setiap bulan tenaga
kesehatan yang ada di puskesmas moutong melakukan posyandu pada balita
dimulai dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 12.
B. Hasil Penilitian
1. Karakteristik Umur Responden
Distribusi responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan di
Desa Lobu Kecamatan Moutong dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
a. Umur
Distribusi responden berdasarkan umur menurut kategori
Depkes (2016) di Desa Lobu Kecamatan Moutongdapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umurdi Desa Lobu
Kecamatan MoutongTahun 2020
Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
25-35 tahun 26 81,2
36-55 tahun 6 18,8
Jumlah 32 100
Sumber: Data primer 2020

21
22

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukan sebagian besar


responden umur 25-35 tahun sebanyak 26 responden (81,2%) dan umur
36-55 tahun berjumlah 6 orang (18,8%).
b. Pendidikan
Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di
Desa Lobu Kecamatan Moutong dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
ini :
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Desa Lobu
Kecamatan MoutongTahun 2020
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
SD 14 43,8
SMP 9 28,1
SMA 5 15,6
S1 4 12,5
Jumlah 32 100
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukan berdasarkan
pendidikan responden yang paling banyak adalah SD sebanyak 14
responden (43,8%).
c. Pekerjaan
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Lobu
Kecamatan Moutongdapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Lobu
Kecamatan MoutongTahun 2020
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
IRT 25 78,1
Swasta 4 12,5
PNS 3 9,4
Jumlah 32 100
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan berdasarkan pekerjaan
responden yang paling banyak dengan pekerjaan IRT berjumlah 25
responden (78,1%).
23

2. Analisis Univariat
a. Pola Asuh
Distribusi Pola Asuh di Desa Lobu Kecamatan Moutong
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Pola Asuh di Desa Lobu Kecamatan Moutong
Tahun 2020
Pola Asuh Frekuensi (f) Persentase %
Demokratis 9 28,1
Permisif 23 71,9
Jumlah 32 100
Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 4.4 dari 32 responden, sebagian besar


responden dengan pola asuh permisif berjumlah 23 responden
(71,9%) dan pola asuh demokratis berjumlah 9 responden (28,1%).
b. Stunting
Distribusi Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutongdapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Distribusi Stunting di Desa Lobu Kecamatan
MoutongTahun 2020

Stunting Frekuensi (f) Persentase (%)


Normal 7 21,9
Stunting 25 78.1
Jumlah 32 100
Sumber: Data primer 2020
Berdasarkan tabel 4.5 dari 32responden, sebagian besar
responden dengan balita stunting berjumlah 25 orang (78,1%) dan
balita normal berjumlah 7 responden (21,9%).
3. Analisis Bivariat
Menganalisis Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di
Desa Lobu Kecamatan Moutong.
Tabel 4.6 Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa
Lobu Kecamatan MoutongTahun 2020
Stunting
N P.value
Pola Asuh Normal Stunting
N % n %
Demokratis 7 21,9 2 6,2 9
0,000
Permisif 0 0 23 71,9 23
Jumlah 7 21,9 25 78,1 32
Sumber: Data Primer 2020
24

Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 9 responden dengan pola asuh
demokratis7 responden (21,9%) yang normal dan balita stunting 2
responden (6,2%). Sedangkan 23 responden dengan pola asuh premisif 0
responden (0%)yang normal dan balita stunting berjumlah 23responden
(71,9%).
Berdasarkan hasil uji Fisher Exact test diperoleh nilai : 0,000 (p
value< 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan
Moutong.
C. Pembahasan
Hasil pengololaan data yang di lakukan dari hasil penilitian tentang
Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan
Moutong.
1. Pola Asuh
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian
besar responden dengan pola asuh orang tua permisif berjumlah 23
responden (71,9%) dan pola asuh demokratis berjumlah 9 responden
(28,1%).
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang diperoleh
sebagian besar responden menrapkan pila asuh yan permisif kepada
anaknya. Ibu yang menerapkan pola asuh ini adalah oibu yang dapat
memberikan waktu luangnya karena tidak bekerja sehingga dapat
mengontrol perilaku anaknya. Pola asuh permisif alih-alih mengawasi
setiap langkah anak-anak mereka, orang tua yang permisif sangat lemah
dan jarang membuat atau menegakkan segala jenis aturan atau struktur,
hal ini juga ditunjang dari pendidikan responden yang paling banyak
adalah SD sebanyak 14 responden 43,8%, sehingga responden berfikir
untuk memberikan pola asuh pada anak balita hanya perlu mengawasi
secara maksimal sehingga orang tua dengan pola asuh permisif sangat
lemah dan jarang membuat atau menegakkan segala jenis aturan.
Pola asuh orang tua yang diterapkan dalam keluarga ketika
memiliki asuhan pada anak yang kurang baik akan menimbulkan peluang
25

9 kali lebih besar menjadikan akan memiliki status gizi yang kurang baik
serta dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa
mendaang. Ada beberapa pencetus yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak salah satunya yaitu keadaan psikososial anak yang mana
sangat berpengaruh dalam kehidupannya sehari-hari.
Pengasuhan yang baik ketika diterpakan oleh orang tua maka juga
akan mempengaruhi perilaku serta kehidupan anak kedepannya, yang
mana tumbuh kembang anak dengan status gizi yang lebih baik. [pola
asuh orang tua yang baik hasrus diteripkan saat anak masih kecil agar
membentuk karakter yang baik bagi anak. Perkembangan dan
pertumbuhan anak yang baik tidak terlepas dari kondisi fisik mental serta
psikologis anak yang baik serta kehangatan orang tua dalam menunjukkan
perhatiannya kepada sang anak.
Pola asuh kurang baik dalam keluarga dapat menjadi penyebab
tumbuh kembang anak yang kurang baik karena dapat mempengaruhi
fisik mental serta kondisi psikolohi anak kedepannya, karna anak akan
mengikuti apa yang dicontohkan oleh orang tuanya. Tradisi atau budaya
sehari-hari yang selalu dilakukan dalam keluarga menjadi pencetus atau
penyebab fenomena stunting anak usia 24 – 59 bulan.7
Penelitian Nurmayasanti dan Mahmudiono (2019) dengan judul
“Status Sosial Eonomi Dan Keberagaman Pangan Pada Balita Stunting
dan Non-Stunting Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wilangan Kabupaten Nganjuk” hasil penelitian menunjukkan pendapatan
keluarga berhubungan dengan kejadian stunting pada balita (p=0,048).
Perekonomian keluarga memiliki peranan dalam kejadian anak bertumbuh
pendek ini. Ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap bermacam
makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Hasil chi-square menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara keragaman pangan dengan kejadian
stunting (p=1,000) dan bukanlah faktor risiko balita stunting (OR =
1,000). Pendapatan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan
kejadian stunting. Keragaman pangan tidak berhubungan dengan stunting.
26

2. Stunting
Berdasarkan hasil analisis univariat dari 32 responden, sebagian
besar responden dengan balita stunting berjumlah 25 orang (78,1%) dan
balita normal berjumlah 7 responden (21,9%).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian, sebagian besar responden
dengan balita stunting hal ini dikarenakan ibu balita dengan pemberian
makan yang kurang baik terhadap balitanya seperti belum pemberian
makanan tambahan yang belum sesuai pada umurnya bayi diberikan
makanan tambahan pada waktu umur 6 bulan, sebagian pemahaman ibu
memberikan makanan tambahan pada anaknya diperbolehkan pada umur
3 sampai 4 bulan dengan melumatkan pisang hal ini peneliti dapatkan
berdasarkan informasi dari responden sendiri. Sehingga banyak yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan atau stunting pada balita.
Penyebab stunting yaitu bentuk fisiologis pertumbuhan atau non
patologis hal ini dikarenakan 2 penyebab utama yaitu mengkonsumsi
pangan kurang bergizi serta reaksi timbulnya fenomena penyakit infeksi
yang sering terjadi pada anak, keturunan dari orang tua serta berat badan
lahir rendah. Selain itu penyebab secara tidak langsung yaitu pola asuh
orang tua, knownladge orang tua terhadap makanan bergizi, asupan
makanan dan besarnya keluarga8. Faktor penyebab stunting, sebagai
berikut Anak yang pemberian ASI ekslusifnya ataupun pemberian MP-
ASI yang tidak sesuai serta tidak terpenuhinya makanan yang adekuat
atau berkualitas hal ini akan sangat berkontribusi memberikan stunting.
Jumlah stunting lebih tinggi dibandingkan balita normal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu disebabkan oleh kejadian infeksi
yang berulang juga karena kondisi lingkungan yang kurang memadai.
Pemeberian ASI pada anak juga mempengaruhi tumbuh kembang karena
dapat meningkatkan imun tubuh anak menjadi tinggi, karena saat ini
banyak yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya
karena kurangnya pengetahuan serta dukungan yang diberikan keluarga
dalam memberikan ASI eksklusif.
27

Stunting dapat memberikan sinyal bahwa anak telah mengalami gizi


yang kurang dalam kehidupannya. Terjadinya tumbuh kembang yang
tidak sesuai dengan skor standar diawali pada usia 3 bulan, 18 hingga 24
bulan. Hasil penelitian lain mengatakan jika masa tu,buh anak mengalami
pemberhentian untuk tumbuh ketiks berumul 1 tahun dia akan dapat
mencapai -2 SD setelah hampir 6 bulan atau pada usia 17,7 bulan untuk
mencapai point yang sama. Beberapa penelitian juga mengungkapkan
bahwa keterlambatan pertumbuhan dapat diidentifikasi ketika anak masih
bayi, mengalami keterlambatan atas pertumbuhannya hingga berumur 12-
24 bulan.
Stunting yang terjadi pada anak-anak sangat mempengaruhi
pertumbuhan otaknya yang berdampak pada ingatn serta kecerdasan yang
dimilki.5 Stunting menyebabkan terhambatnya substansi serta aktivitas
kehidupan sehari-hari mengalami penurunan. Bukti yang ditunjukkan
diantaranya hilangnya 11% Gross Dosmestic product (GDP) dan
mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Stunting juga
memperburuk kesenjangan/ inequality yang menyebabkan pengurangan
10% dari total pendapatan seumur hidup dan menimbulkan kemiskinan
antar generasi.6Faktor pola asuh juga ikut memberikan dampak pada
balita stunting seperti jenis kelamin balita, tempat sosial ekonomi
mempunyai kecenderungan untuk menderita stunting 1,3 kali lebih tinggi.
3. Hubungan Pola Asuh orang tuadengan Stunting di Desa Lobu
Kecamatan Moutong.
Berdasarkan hasil analisis bivariatmenunjukkan bahwa dari 9
responden dengan pola asuh demokratis 7 responden (21,9%) yang
normal dan balita stunting 2 responden (6,2%). Sedangkan 23 responden
dengan pola asuh premisif 0 responden (0%) yang normal dan balita
stunting berjumlah 23 responden (71,9%).
Berdasarkan hasil uji Fisher Exact test diperoleh nilai 0,000 (p
value< 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
Hubungan Pola Asuh orang tuadengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan
Moutong.
28

Asumsi peneliti bahwa terdapat Hubungan Pola Asuh orang tua


dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong hal ini dikarenakan
sebagian besar pada penelitian ini didapatkan pola asuh permisif, pada
pola asuh yang permisif ditandai dengan tidak terlalu menuntut serta
mempunyai respon yang tinggi, hal ini mengakibatkan anak yang tidak
dituntun secara baik misalnya dalam pemberian makanan anak-anak tidak
diperhatikan, akan tetapi respon yang berlebihan dari orang tua sehingga
menyebabkan terjadinya stunting pada anak. Adapun jumlah responden
32. Responden yang sangat pendek berjumlah 9 orang, pendek 16 orang
dan normal berjumlah 7 orang.
Pola asuh permisif adalah polah asuh yang diterapkan orang tua
dengan memberikan kebebasan serta hak pada anaknya dalam mengambil
keputusan, namum tetap mengontrol terhadap apa yang dilakukan anknya
sehingga tidak menjadi perilaku yang salah. Ibu dengan pola asuh
permisif memiliki standar yang cenderung tidak memberatkan anak tetapi
dapat lebih membuat anak merasa lebih didengarkan pendapatnya serta
merasakan kehangatan yang dibrikan dengan diskusi terbuka atas apa
yang diinginkan oleh anaknya.
Interpretasi pola asuh orang tua yang digunakan mencakup, cara
orang tua dalam men didik anaknya, mengontrol, memberikan
pemahaman akan sesuatu kepada anaknya agar anaknya merasa lebih
diperhatikan dan menjadi mandiri serta menjadi dewasa yang mengikuti
aturan dan norma yang baik.
Penelitian Nur Alam Fajar, Misnaniarti (2019) dengan judul
“Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting balita dari keluarga
miskin di Kota Palembang”hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan
proporsi stunting balita pada keluarga miskin di Kota Palembang sebesar
29%. Terdapathubungan signifikan antara kebiasaan pemberian makan
(p-value = 0,000), kebiasaan pengasuhan (p-value = 0,001),
kebiasaankebersihan (p-value = 0,021) dan kebiasaan mendapatkan
pelayanan kesehatan (p-value = 0,000) dengan kejadian stuntingbalita.
Balita dengan tinggi badan normal (tidak stunting) memiliki pola asuh
29

berupa kebiasaan pemberian makan yang baik, pola asuh yang tireapkan
sehari-hari dalam meningkatkan status kesehatan anak memiliki kelebihan
daripada pola asuh dengan status social ekonomi yang sama.
Implikasi keperawatan penelitian tentang ada ada Hubungan Pola
Asuh dengan Stunting diharapkan mampu dijadikan dasar sebagai
gambaran untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya
bagaimana membuat perilaku / tindakan masyarakat ketika mengasuh
anak. Melalui pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan ehabilitative secara
menyeluruh dan terpadu, yang ditunjukkan kepada individu, kelompok
dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola Asuh di Desa Lobu Kecamatan Moutongsebagian besar responden
dengan pola asuh permisif
2. Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutongsebagian besar responden
dengan stunting.
3. Terdapat ada Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa
Lobu Kecamatan Moutong.
B. Saran
1. Bagi Instansi di Desa Lobu Kecamatan Moutong
Diharapkan pemerintah melalui Dinas Kesehatan di Kabupaten Parigi
moutongmenggalakkan program penganekaragaman pangan di Desa Lobu
Kecamatan Moutong. Juga dapat memberikan penddidikan kesehatan
terkait dengan upaya preventif dalam menekan terjadinya kejadian
stunting pada daerah yang beresiko salah satunya di Desa Lobu
Kecamatan Moutong.
2. Bagi Pendidikan STIKes Widya Nusantara
Disarankan pada institusi STIKes Widya Nusantara dapat menambah
literatur di Perpustakaan yang nantinya dapat menambah referensi
mahasiswa yang melakukan penelitian pola asuh orang tua yang dapat
membantu dalam pembuatan skripsi selanjutnya agar dapat
mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Saran bagi peneliti selanjutnya lebih memberikan konseling yang
mendetail tentang stunting dan pola asuh yang baik agar tidak terjadi
stunting pada anak, adapun di Desa Lobu Kecamatan Moutong masih
terdapat 25 orang yang mengalami stunting, hal ini dapat menjadi acuan
untuk peneliti selanjutnya dalam memberikan konseling pada orang tua
anak.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. UNSCN. Fifth Report on The World Nutrition Situation. SCN, 2016.

2. Riskesdas. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes, 2018.

3. WHO.Annual Report. Diakses pada: Maret 2020 <https://


corporate.target.com/_media/ TargetCorp /annualreports /content/download/
pdf/Annual-Report.pdf?ext=.pdf>.2016.

4. Naylor, R. L.The Many Faces of Food Security. In The Evolving Sphere of


Food Security (ed. Naylor, R. L.) Oxford University Press, 2015.

5. TNP2K. Gerakan Nasional Pencegahan Stunting dan Kerjasama Kemitraan


Multi Sektor . Jakarta: Sekretariat Wapres RI. 2018.

6. World Bank Group. World Bank investing in Early Years Brief. Washington
DC: World Bank.2016.

7. Nurmayasanti. M, Status Sosial Ekonomi dan Keragaman Pangan Pada Balita


Stunting dan Non-Stunting Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wilangan Kabupaten Nganjuk. Open access under CC BY – SA license.
Received: 06-02-2019, Accepted: 11-04-2019, Published online: 01-6-2019.
Doi: 10.20473/amnt.v3.i2.2019.114-121, Joinly Published by IAGIKMI &
Universitas Airlangga

8. Provinsi Sulawesi Tengah Data Stunting tahun 2017 dan 2018.

9. Hurlock. Coparenting and Early Coscience Development in the family. The


Journal of Genetic Psychology. Vol. 168 no.2 : h.201-224. 2015

10. Santrock, J. W. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta (ID):


Penerbit Erlangga, 2015.

11. Rukyah,Yeyeh. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: Trans Info Media.


2017.

12. UNICEFMalnutrition in Number. Unicef Annual Report,2015.

31
32

13. Wong et,all, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Cetakan Pertama Jakarta
(ID) : EGC. Ekasari,2015

14. Lubis, Khoirun Nisa. Hubungan Pola Pengasuhan dan StatusSosial Ekonomi
Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Desa
Panyabungan Jae [skripsi] Universitas Sumatera Utara. 2019.

15. Nur A.F. Misnaniarti . Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting balita
dari keluarga miskin di Kota Palembang Jurnal Gizi Indonesia (The
Indonesian Journal of Nutrition) Vol. 8, No. 1, Desember 2019 (31-39)
Submitted: 10 Juli 2019, Accepted: 11 Desember 2019 Tersedia Online
dihttps://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/.

16. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Edisi Revisi.


Jakarta (ID): Rineka Cipta, 2012.

17. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung (ID):
Alfabeta, 2015.
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur / Tgl Lahir :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya setuju untuk menjadi responden


dari penelitian yang berjudul HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA
DENGAN STUNTING DI DESA LOBU KECAMATAN MOUTONG, yang
dilaksanakan oleh :

Nama Peneliti : NUR HIKMA

Nim : 201601031

Status : Mahasiswa S1 Keperawatan Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya


Nusantara

Palu

Responden Palu,…………….2020

Peneliti

_______________ Nur Hikma


KUESIONER

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STUNTING


DI DESA LOBU KECAMATAN
MOUTONG

A. Identitas repsonden
No. Responden :
Nama / Inisial :
Alamat :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan :

B. Kuesioner Pola Asuh Orang Tua


Petunjuk pengisian:
1. Pilihlah salah satu jawaban yang Ibu yakini paling benar dengan
memberikan tanda check list ( √ ).
Keterangan :
TP = Tidak Pernah
KK= kadang-kadang
SL = Selalu
2. Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya
3. Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti
Pernyataan Pola Asuh Orang Tua SL KK TP
1. Apakah ibu memberikan ASI Ekslusif selama 9
bulan
2. Apakah Pada umur 1 tahun, berat badan bayi ibu
tiga kali berat badan saat lahir
3. Pada umur 6-7 bulan, pertumbuhan lingkar kepala
bayi saya mencapai 0,5 cm/bulan
4. Pada umur 10-12 bulan, bayi saya sering menggigit
ketika jari Anda menyentuh gusinya
5. Pertumbuhan yang baik bagi bayi adalah sesuai
dengan KMS yaitu berada di atas Garis Merah
6. Jika berat badan balita bertambah mengikuti pita
warna hijau atau pindah ke pita warna di atasnya
pada KMS, maka pemberian makanan sesuai umur
dapat diteruskan
7. Apakah Bila hasil pengukuran tinggi badan pada
KMS berada di bawah garis merah, ibu akan segera
memberikan tambahan makanan yang dapat
mendukung pertumbuhan balita
8. Apabila berat badan balita pada KMS di bawah
garis merah, saya tidak perlu khawatir
9. Pada umur 8-9 bulan, bayi saya sudah dapat
mengucapkan “dada..” tetapi belum punya arti
10. Pada umur 1 tahun, balita saya belum dapat
memanggil “Ayah..Ibu..”
11. Saya memberikan dorongan untuk meningkatkan
potensi anak saya.
12. Dengan mengukur dan memantau pertumbuhan
lingkar kepala balita, kelainan-kelainan yang
mungkin terjadi pada otak akan segera terdeteksi
13. Saat berumur 15 bulan, balita saya belum dapat
berjalan sendiri
14. Saat berumur 2 tahun, balita saya sudah dapat
berlari dengan baik
15. Saya tidak mewajibkan disiplin dalam segala hal
pada anak saya
16. Apapun yang menjadi keinginan anak saya akan
saya penuhi tanpa mempertimbangkan baik
ataupun buruknya lebih dahulu
17. Pada KMS, pertumbuhan BB (Berat Badan)
dinyatakan naik ketika grafik BB mendatar atau
lebih kecil dari KBM (Kenaikan BB Minimal)
18. Pada umur 3 tahun, balita saya sudah dapat
memakai baju sendiri dengan bantuan
19. Pada umur 3 tahun, balita saya belum bisa
menggosok gigi dan mencuci tangan sendiri
20. Untuk mengatasi bayi yang rewel saat gigi mulai
tumbuh, saya memberikan teether (mainan untuk
digigit)
LEMBAR OBSERVASI

No Nama Tinggi Umur Status


1 Moh Ramadani 91 4 Stunting
2 Fikran 83,8 3 Stunting
3 Salsa 76,1 2 Stunting
4 Nada Anandita 79 3 Stunting
5 Nur Safana 80 4 Stunting
6 Safaat 71,6 2 Stunting
7 Nurul 60 2 Stunting
8 Mutia 86 3 Stunting
9 Fitra 90 4 Stunting
10 Cika 85 3 Stunting
11 Cahaya Ramadani 71 2 Stunting
12 Intan 91 4 Stunting
13 Nafan 82 3 Stunting
14 Fahril 96,2 4 Normal
15 Nafan 74 2 Stunting
16 Suci 84 3 Stunting
17 Fiki 99 5 Stunting
18 Efendi 79 4 Stunting
19 Rindiani 89,9 4 Stunting
20 Fadilla 81 3 Stunting
21 Justika 85,1 3 Stunting
22 Siti Latifa 93 5 Stunting
23 Dea 95 4 Normal
24 Nur Faiqo 97 4 Normal
25 Lidya 88 3 Normal
26 Febri 90,8 4 Stunting
27 Alkifari 90 3 Normal
28 Dita Maharani 89,2 3 Normal
29 Azahra 90.5 3 Normal
30 Fikri 77,6 2 Stunting
31 Mamat 79 3 Stunting
32 Zikri 83 3 Stunting
DOKUMENTASI

Sumber : Peneliti, 2020.

Sumber : Peneliti, 2020.

Sumber : Peneliti, 2020.


Sumber : Peneliti, 2020.

Sumber : Peneliti, 2020.

Sumber : Peneliti, 2020.


RIWAYAT HIDUP

Nama : NUR HIKMA


Nim : 201601031
Alamat : Jl. Untad I Palu
Tempat tanggal lahir : Moutong, 6 Juni 1997

Nama orang Ayah Husain Marade dan Ibunda Patni, penulis adalah anak keenam
dari 6 bersaudara. Pada tahun 2004 masuk SDN Inpres Lobugio, Pada Tahun 2010
penulis masuk MTS Al-khairaat Moutong, Tahun 2013 penulis melanjutkan
sekolah SMA Negeri 1 Moutong dan lulus pada tahun 2016. Kemudian pada
Tahun 2016 penulis melanjutkan kuliah di STIKes Widya Nusantara Palu dan
lulus sesuai diterima di Program Studi Ilmu Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai