Nur Hikma
Nur Hikma
SKRIPSI
NUR HIKMA
201601031
SKRIPSI
NUR HIKMA
201601031
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu.
NUR HIKMA
NIM. 201601031
iii
ABSTRAK
NUR HIKMA. Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di desa Lobu Kecamatan
MoutongTahun 2020. Dibimbing oleh HADIJAH BANDO dan AFRINA JANUARISTA.
Sekitar 200 juta anak usia kurang dari 5 tahun gagal untuk mencapai potensi mereka
dalam perkembangan kognitif. Asia merupakan wilayah kedua setelah Afrika yang
memiliki prevalensi anak stunting tertinggi yaitu 26,8% atau 95,8 juta anak. Data
Stunting diProvinsi Sulawesi Tengah pada angka 41% pada tahun 2017 dan pada tahun
2018 angka stunting Sulawesi Tengah turun menjadi 32,5%. Data Dinas Bapelitbangda
Kabupaten Parigi Moutong jumlah bayi dan balita yang mengalami stunting berjumlah
33,7%. Berdasarkan data stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong berjumlah 32
orang. Tujuan penilitian ini diketahuinya Hubungan Pola Asuh dengan Stunting di desa
Lobu Kecamatan Moutong. jenis penelitian kuantitatif desain penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
anak di Desa Lobu Kecamatan Moutong. Sampel pada penelitian ini berjumlah 32 orang
dengan teknik pengambilan sampel meggunakan Total sampling. hasil uji Fisher exact:
0,000 (p value < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada Hubungan Pola
Asuh dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong. Simpulan Penelitian ini
membuktikan bahwa ada Hubungan Pola Asuh dengan Stunting. Oleh sebab itu saran
bagi petugas di Desa Lobu Kecamatan Moutong disarankan dapat memberikan tambahan
pengetahuan kepada ibu balita tentang pola asuh yang baik dan tanda dari balita stunting.
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
NUR HIKMA
201601031
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Stikes Widya Nusantara Palu
v
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
NUR HIKMA
201601031
Hadijah Bando,S.St.,St.,M.Kes
NIK. 20080901003 (..................................)
Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tepat pada waktunya dengan judul
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Stunting di desa Lobu Kecamatan
Moutong” Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW yang senantiasa kita jadikan teladan dalam aktifitas seharian kita.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan
arahan dari berbagai pihak pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ayahanda Husain Marade dan Ibunda Patni yang telah melahirkan,
mengasuh, membesarkan, mendidik dan memberikan doa restu serta dukungan
moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Dr. Pesta Corry Sihotang, Dipl. Mw., S.KM., M.Kes. selaku ketua yayasan
Stikes Widya Nusantara dan selaku penguji 1
2. Dr. Tigor Situmorang, M.H.,M.Kes. Selaku Ketua Stikes Widya Nusantara
3. Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Ners
vii
9. Bapak / Ibu Dosen dan seluruh staf STIKes Widya Nusantara Palu yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama penulis
mengikuti pendidikan.
10. Teristimewa teman-teman angkatan 2016yang telah memberikan support
serta semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, semoga
Allah SWT berkenan membalasnya dan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................... ii
PERNYATAAN.................................................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii
.......................................................................................................
....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................... 4
ix
BAB V SIMPULAN & SARAN
A. Simpulan.................................................................................. 30
B. Saran........................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara global menurut World health organization (2015) jumlah anak
stunting usia kurang dari 5 tahun sebanyak 165 juta anak atau 26%. Asia
merupakan wilayah ke-2 setelah Afrika yang memiliki presentase anak
stunting tertinggi yaitu 26,8% atau setara dengan 95,8 juta anak. Sedangkan
presentase anak stunting untuk yang ada wilayah Asia Tenggara adalah
27,8% atau setara dengan 14,8 juta anak. Penurunan dan keterlambatan
pertumbuhan anak di Negara-negara berkembang didominasi 30% dengan
usia anak balita.1
Berdasarkan hasil data Riset Kesehatan Dasar 2018 proporsi status
gizi pendek sebesar 11,5% dan status gizi pendek sebesar 19,3%. 2 Presentase
stunting di wilayah Indonesia sangat tinggi dari pada negara-negara di Asia
Tenggara.2 Stunting merupakan keadaan anak lebih pendek dibandingkan
anak-anak seusianya, atau dengan kata lain, dimana tinggi badan balita berada
dibawah standar. Standar digunakan sebagai pedoman adalah kurva
pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia. 2
Data yang Stunting di Provinsi Sulawesi Tengah pada angka 41%
pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 angka stunting di Sulawesi Tengah
menurun menjadi 32,5% sedangkan untuk data yang di dapat dari elektronik
pencegahan laporan gizi yang berbasis masyarakat Sulawesi tengah dengan
sasaran mempriotitaskan balita. Hasil dari entry data sasaran 73,6% dari data
jumlah balita yang real menunjukkan angka stunting balita ter entry tinggi
badan perumur pada angka 22,9%. Data Dinas Bapelitbangda Kabupaten
Parigi Moutong jumlah bayi dan balita yang mengalami stunting berjumlah
33,7%. 8
Periode sangat penting untuk tumbuh kembang yaitu terjadi pada
balita. Sekitar 200 juta anak usia kurang dari 5 tahun gagal untuk mencapai
potensi mereka dalam perkembangan kognitif karena disebabkan oleh
1
2
beberapa hal ini disebabkan oleh beberapa afaktor yang dapat mengancam
berupa ekonomi yang rendah, status kesehatan yang kurang memadai, cara
orang tgua mengasuh anaknya. Faktor penyebab terjadinya kejadian mal
nutrisi hngga berdampak pada perkembangan anak sehingga anak terkena
stinting ini tidak terlepas dari asupan gizi anak yang kurang baik.4
Dampak yang timbul dari fenomena stunting ini sangat berpengaruh
pada perkembangan otak anak.5 Stunting membuuat lemahnya kapasitas anak
kedepannya dan membuat kinerjanya menjadi menurun yang nantinya akan
berpengaruh pada pendapatannya. Bukti buktinya ini di tunjukan oleh
hilangnya 11% Gross Dosmestic product (GDP) dan ini juga dapat
mempengauhi gaji ayang akan diperoleh nantinya. Stunting juga dapat
memperburuk kesenjangan yang dapat menyebabkan pengurangan 10% dari
total pendapatan seumur hidup hal ini dapat menimbulkan kemiskinan antar
generasi.6 pengasuhan yang diberikan juga sebagai pencetus kejadian tubuh
pendek yaitu beresiko 1,3 kali lebih tinggi.7
penerapan pola asuh orang tua dalam keluarga yang tidak baik akan
sangat berpengaruh kedepannya pada tumbuh kembang anak juga dapat
membpengaruhi kpndisi fisik, mental dan psikososial anak sehari-hari.
Tradisi atau budaya dalam keluarga mempengaruhi kebasaan yang dilakukan
anak dalam kehidupannya sehari-hari. Intrepetasi sedimikian rupa dalam pola
asuh orang tua dilingkungannya menjadi pencetus terjadinya stunting anak
usia 24 – 59 bulan.7
Penelitian Nurmayasanti dan Mahmudiono (2019) dengan judul
“Status Sosial Ekonomi dan Keragaman Pangan Pada Balita Stunting dan
Non-Stunting Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Wilangan
Kabupaten Nganjuk” pada penelitian ini dadapatkan hasil tidak ada
keterkaitan antara munculnya stunting dengan berbagai jenis makanan pada
balita (p=0,048). Ekonomi keluarga yang rendah berpengaruh pada jenis
makanan yang mereka konsumsi. Hasil chi-square menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara keragaman pangan dengan kejadian stunting (p=1,000)
3
dan bukanlah faktor risiko balita stunting (OR = 1,000). Pendapatan keluarga
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting. Keragaman
pangan tidak berhubungan dengan stunting.
Penelitian Nur Alam Fajar, Misnaniarti (2019) dengan judul
“Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting balita dari keluarga miskin di
Kota Palembang” Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting balita pada
keluarga yang miskin di Kota Palembang sebesar 29%. Terdapat adanya
hubungan yang signifikan antara kebiasaan pemberian makan (p-value =
0,000), kebiasaan pengasuhan (p-value = 0,001), kebiasaan kebersihan (p-
value = 0,021) dan kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan (p-value =
0,000) dengan kejadian stunting balita. Anak yang tidak mengalami stunting
serta pengasuhan yang diterapkan orang tuanya dalam memperhatikan status
kesehatan anaknya lebih baik daripada anak dengan pengasuhan status social
ekonomi yang sama.
Berdasarkan data stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong
berjumlah 32 orang adanya permasalahan gizi terutama stuntinghal ini
dikarenakan masih terdapat pola asuh ibu balita yang kurang serta sosial
ekonomi yang kurang memadai yang berhubungaan dengan pemberian
makanan tambahanserta memberikan nutrisi yang lebih seimbang secara tepat
sasaran dan tepat waktu.Berdasarkan data serta kajian jurnal maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh
orang tua dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong.Pola
asuhterhadap anak dimanifestasikan dalam beberapa hal berupa pemberian
ASI eklusif dan makanan tambahan, rangsangan psikososial, praktek
kebersihan dan sanitasi lingkungan, perawatan anak dalam keadaan sakit
berupa praktek kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan
terdekat.
B. Rumusan Masalah
4
5
6
5) Sosial Ekonomi
Pendapatan social eonomi orang tua juga menjadi faktor adanya
stunting, hal ini dikarenakan kondisi rumah tangga yang tergolong kurang
mampu akanberpengaruh pada pendidikan yang rendah, daya belanja
yang kuang serta pelayanan kesehatan yang terbatas (jarang berkunjung
ke posyandu). 8
6) Pendidikan
Keluarga dengan pendidikan rendah akan sulit menerima pengarahan
pada pemenuhan gizi pada balita sebagian besar keluarga tidak
mempedulikan pentingnya pelayanan kesehatan serta kebutuhan gizi
pada balita. Sebaliknya makin tinggi pendidikan maka pengetahuan dan
keterampilan cenderung lebih baik dalam keluarga dibanding keluarga
dengan pendidikan rendah. Sehingganya pola asuh yang akan diberikan
cenderung baik, dan keluarga akan lebih memamfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
7) Pola Asuh
Pola asuh orangtua merupakan suatu proses mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma dalam masyarakat.
8) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah dan prematur sering terjadi secara
bersamaan, faktor tersebut sangat berkaitan dengan kejadian morbiditas
dan mortalitas bayi baru lahir. Berat badan lahir rendah sering
mendapatkan penyakit dengan komplikasi dikarenakan kurang matang
organ karena kelahiran dengan prematur. 9
9) Jenis Kelamin balita
Kejadian stunting sebagian besar dialami pada anak dengan jenis
kelamin laki-laki. Hal ini terjadi karena, pada anak laki-laki
perkembangan motorik kasar cenderung lebih cepat di banding
perempuan, sehingganya energi yang di butuhkan lebih besar. Fenomena
stunting yang terjadi terhadap anak berjenis kelamin lakilaki juga
dipengaruhi oleh asupan makan yang diberikan belum pada waktunya.9
8
seperti biasa.
janin cepat, ibu memerlukan kalori ± 285 dan protein lebih tinggi
5. Penilaian Stunting
Status gizi balita dapat diukur menggunakan skor standar baku yang
telah ada untuk digunakan sebagai acuan dalam mengetahui nutrisi anak.
Untuk mengetahui nilai status gizi anak dilakukan pengukuran dengan dua
macam cara yaitu secara langsung dan tidak langsung agar dapat
mengidentifikasi apakah balita terkena stunting atau tidak. Dinilainyaa
status gizi dilakukan pada antropometri gizi yang berdasarkan TB/U
(Tinggi Badan menurut Umur).11
Jenis ukuran antropometri digunakan untuk menentukan stunting
adalah tinggi badan. 11
Tabel 1. Status Gizi dengan Indikator TB/U
Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Sangat Pendek <-3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
(Sumber : Unicef, 2015).
11
D. Hipotesis
Ada Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu
Kecamatan Moutong.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif desain penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan cara pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat.15Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain penelitian analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah
mencari, menjelaskan suatu hubungan antar variabel menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu dimana pengukuran antar 2 varibel secara
bersama-sama sekaligus.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional agar dapat
mengetahui apakah ada Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di
Desa Lobu Kecamatan Moutong.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di Desa Lobu Kecamatan Moutong
2. Waktu
Penelitiandilakukan pada tanggal 6 Agustus sampai 10 Agustus
Tahun 2020.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan penentuan pengambilan responden dalam
penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan dalam satu
wilayah.14Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak
di Desa Lobu Kecamatan Moutongberjumlah32 orang.
2. Sampel
15
16
2. Stunting
17
pendek, pendek, normal, atau tinggi dengan melihat tabel kategori dan ambang
batas stunting Stunting : < -2 SD dan Normal : -2 SD sampai dengan 2 SD.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber peneliti dapatkan dengan bertatap
langsung kepada responden..15 proses memperoleh data primer dalam hal
ini yaoitu bertanya dan membagikan kuesioner kepada responden secara
langsung kepada responden dalam hal ini adalah ibu yang mempunyai
anak stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutong.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data atau informasi yang telah
diperoleh melalui media perantaraatau secara tidak langsung dari hasil
pengumpulan data untuk keperluan tertentu, yang dapat digunakan
sebagian atau seluruhnya sebagai sumber penelitian. 15 Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari bagiandata Kantor Desa dan Puskesmas di
Desa Lobu Kecamatan Moutong, WHO (dunia) dan Riset Kesehatan Dasar
Indonesia.
H. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian dianalisa dengan analisa univariat
terhadap tiap variabel. Dari analisa tiap variabel ini diperoleh hasil dalam
bentuk presentase.15
1. Distribusi Frekuensi
Analisis univariate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah
presentase daya yang telah didapatkan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi, selanjutnya melihat angka yang paling besar kemudian
mengaitkan dengan teori yang ada.15Rumus yang gunakan untuk
menghitung frekuens tiap-tiap variabel adalah :
f
p= x 100%
n
Keterangan :
p : Persentase jawaban responden
19
f : Frekuensi
n : Jumlah sampel15
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat, dilakukan agar dapat menjawab hipotesa yang
diangkat. Analisa ini digunakan bertujuan untuk melihat seberapa besar
derajat kemanaan antar variabel yang dilakukan uji dengan
menggunakan uji statistik non-parametrik, yaitu chi-square. Peneliti
memakai uji chi-square karena ingin mengetahui hubungan antara
variabel yang akan diteliti dengan menggunakan taraf signifikan (α =
0,05). α 0,05 merupakan batas maksimal yang tertinggi kesalahan yang
dijadikan acuan oleh peneliti. Kaidah keputusan analisis datanya, yaitu
apa bila p-value ≥ 0,05, maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan
sebaliknya apabila p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak artinya ada
hubungan.15
Adapun rumus uji chi-square, yaitu:
( f 0−fe)
x ²= Ʃ
fe
Keterangan:
x²= Nilai Chi-square
f0= Frekuensi Observasi atau Pengamatan
fe= Frekuensi Ekspetasi atau Harapan
Syarat uji untuk uji chi-square yaitu sel yang mempunyai nilai
expected lebih kecil dari lima maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat
uji chi square tidak terpenuhi, digunakan uji alternative, alternatif uji chi-
square bergantung pada jenis tabel.
a. Untuk tabel 2x2, alternatif uji chi-square adalah uji fisher’s
20
Teknik Sampling
Total Samplingdengan sampel 32 orang
Informed Consen
Menjelaskan dan meminta persetujuan responden
Pengumpulan Data
Menggunakan data primer dan sekunder
Analisis Data
Univariat Bivariat
21
22
2. Analisis Univariat
a. Pola Asuh
Distribusi Pola Asuh di Desa Lobu Kecamatan Moutong
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Pola Asuh di Desa Lobu Kecamatan Moutong
Tahun 2020
Pola Asuh Frekuensi (f) Persentase %
Demokratis 9 28,1
Permisif 23 71,9
Jumlah 32 100
Sumber: Data primer 2020
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 9 responden dengan pola asuh
demokratis7 responden (21,9%) yang normal dan balita stunting 2
responden (6,2%). Sedangkan 23 responden dengan pola asuh premisif 0
responden (0%)yang normal dan balita stunting berjumlah 23responden
(71,9%).
Berdasarkan hasil uji Fisher Exact test diperoleh nilai : 0,000 (p
value< 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada
Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan
Moutong.
C. Pembahasan
Hasil pengololaan data yang di lakukan dari hasil penilitian tentang
Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa Lobu Kecamatan
Moutong.
1. Pola Asuh
Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian
besar responden dengan pola asuh orang tua permisif berjumlah 23
responden (71,9%) dan pola asuh demokratis berjumlah 9 responden
(28,1%).
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang diperoleh
sebagian besar responden menrapkan pila asuh yan permisif kepada
anaknya. Ibu yang menerapkan pola asuh ini adalah oibu yang dapat
memberikan waktu luangnya karena tidak bekerja sehingga dapat
mengontrol perilaku anaknya. Pola asuh permisif alih-alih mengawasi
setiap langkah anak-anak mereka, orang tua yang permisif sangat lemah
dan jarang membuat atau menegakkan segala jenis aturan atau struktur,
hal ini juga ditunjang dari pendidikan responden yang paling banyak
adalah SD sebanyak 14 responden 43,8%, sehingga responden berfikir
untuk memberikan pola asuh pada anak balita hanya perlu mengawasi
secara maksimal sehingga orang tua dengan pola asuh permisif sangat
lemah dan jarang membuat atau menegakkan segala jenis aturan.
Pola asuh orang tua yang diterapkan dalam keluarga ketika
memiliki asuhan pada anak yang kurang baik akan menimbulkan peluang
25
9 kali lebih besar menjadikan akan memiliki status gizi yang kurang baik
serta dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak di masa
mendaang. Ada beberapa pencetus yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak salah satunya yaitu keadaan psikososial anak yang mana
sangat berpengaruh dalam kehidupannya sehari-hari.
Pengasuhan yang baik ketika diterpakan oleh orang tua maka juga
akan mempengaruhi perilaku serta kehidupan anak kedepannya, yang
mana tumbuh kembang anak dengan status gizi yang lebih baik. [pola
asuh orang tua yang baik hasrus diteripkan saat anak masih kecil agar
membentuk karakter yang baik bagi anak. Perkembangan dan
pertumbuhan anak yang baik tidak terlepas dari kondisi fisik mental serta
psikologis anak yang baik serta kehangatan orang tua dalam menunjukkan
perhatiannya kepada sang anak.
Pola asuh kurang baik dalam keluarga dapat menjadi penyebab
tumbuh kembang anak yang kurang baik karena dapat mempengaruhi
fisik mental serta kondisi psikolohi anak kedepannya, karna anak akan
mengikuti apa yang dicontohkan oleh orang tuanya. Tradisi atau budaya
sehari-hari yang selalu dilakukan dalam keluarga menjadi pencetus atau
penyebab fenomena stunting anak usia 24 – 59 bulan.7
Penelitian Nurmayasanti dan Mahmudiono (2019) dengan judul
“Status Sosial Eonomi Dan Keberagaman Pangan Pada Balita Stunting
dan Non-Stunting Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Wilangan Kabupaten Nganjuk” hasil penelitian menunjukkan pendapatan
keluarga berhubungan dengan kejadian stunting pada balita (p=0,048).
Perekonomian keluarga memiliki peranan dalam kejadian anak bertumbuh
pendek ini. Ekonomi yang tinggi berpengaruh terhadap bermacam
makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Hasil chi-square menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara keragaman pangan dengan kejadian
stunting (p=1,000) dan bukanlah faktor risiko balita stunting (OR =
1,000). Pendapatan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan
kejadian stunting. Keragaman pangan tidak berhubungan dengan stunting.
26
2. Stunting
Berdasarkan hasil analisis univariat dari 32 responden, sebagian
besar responden dengan balita stunting berjumlah 25 orang (78,1%) dan
balita normal berjumlah 7 responden (21,9%).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian, sebagian besar responden
dengan balita stunting hal ini dikarenakan ibu balita dengan pemberian
makan yang kurang baik terhadap balitanya seperti belum pemberian
makanan tambahan yang belum sesuai pada umurnya bayi diberikan
makanan tambahan pada waktu umur 6 bulan, sebagian pemahaman ibu
memberikan makanan tambahan pada anaknya diperbolehkan pada umur
3 sampai 4 bulan dengan melumatkan pisang hal ini peneliti dapatkan
berdasarkan informasi dari responden sendiri. Sehingga banyak yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan atau stunting pada balita.
Penyebab stunting yaitu bentuk fisiologis pertumbuhan atau non
patologis hal ini dikarenakan 2 penyebab utama yaitu mengkonsumsi
pangan kurang bergizi serta reaksi timbulnya fenomena penyakit infeksi
yang sering terjadi pada anak, keturunan dari orang tua serta berat badan
lahir rendah. Selain itu penyebab secara tidak langsung yaitu pola asuh
orang tua, knownladge orang tua terhadap makanan bergizi, asupan
makanan dan besarnya keluarga8. Faktor penyebab stunting, sebagai
berikut Anak yang pemberian ASI ekslusifnya ataupun pemberian MP-
ASI yang tidak sesuai serta tidak terpenuhinya makanan yang adekuat
atau berkualitas hal ini akan sangat berkontribusi memberikan stunting.
Jumlah stunting lebih tinggi dibandingkan balita normal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu disebabkan oleh kejadian infeksi
yang berulang juga karena kondisi lingkungan yang kurang memadai.
Pemeberian ASI pada anak juga mempengaruhi tumbuh kembang karena
dapat meningkatkan imun tubuh anak menjadi tinggi, karena saat ini
banyak yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya
karena kurangnya pengetahuan serta dukungan yang diberikan keluarga
dalam memberikan ASI eksklusif.
27
berupa kebiasaan pemberian makan yang baik, pola asuh yang tireapkan
sehari-hari dalam meningkatkan status kesehatan anak memiliki kelebihan
daripada pola asuh dengan status social ekonomi yang sama.
Implikasi keperawatan penelitian tentang ada ada Hubungan Pola
Asuh dengan Stunting diharapkan mampu dijadikan dasar sebagai
gambaran untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya
bagaimana membuat perilaku / tindakan masyarakat ketika mengasuh
anak. Melalui pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan ehabilitative secara
menyeluruh dan terpadu, yang ditunjukkan kepada individu, kelompok
dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola Asuh di Desa Lobu Kecamatan Moutongsebagian besar responden
dengan pola asuh permisif
2. Stunting di Desa Lobu Kecamatan Moutongsebagian besar responden
dengan stunting.
3. Terdapat ada Hubungan Pola Asuh orang tua dengan Stunting di Desa
Lobu Kecamatan Moutong.
B. Saran
1. Bagi Instansi di Desa Lobu Kecamatan Moutong
Diharapkan pemerintah melalui Dinas Kesehatan di Kabupaten Parigi
moutongmenggalakkan program penganekaragaman pangan di Desa Lobu
Kecamatan Moutong. Juga dapat memberikan penddidikan kesehatan
terkait dengan upaya preventif dalam menekan terjadinya kejadian
stunting pada daerah yang beresiko salah satunya di Desa Lobu
Kecamatan Moutong.
2. Bagi Pendidikan STIKes Widya Nusantara
Disarankan pada institusi STIKes Widya Nusantara dapat menambah
literatur di Perpustakaan yang nantinya dapat menambah referensi
mahasiswa yang melakukan penelitian pola asuh orang tua yang dapat
membantu dalam pembuatan skripsi selanjutnya agar dapat
mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Saran bagi peneliti selanjutnya lebih memberikan konseling yang
mendetail tentang stunting dan pola asuh yang baik agar tidak terjadi
stunting pada anak, adapun di Desa Lobu Kecamatan Moutong masih
terdapat 25 orang yang mengalami stunting, hal ini dapat menjadi acuan
untuk peneliti selanjutnya dalam memberikan konseling pada orang tua
anak.
30
DAFTAR PUSTAKA
6. World Bank Group. World Bank investing in Early Years Brief. Washington
DC: World Bank.2016.
31
32
13. Wong et,all, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Cetakan Pertama Jakarta
(ID) : EGC. Ekasari,2015
14. Lubis, Khoirun Nisa. Hubungan Pola Pengasuhan dan StatusSosial Ekonomi
Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Desa
Panyabungan Jae [skripsi] Universitas Sumatera Utara. 2019.
15. Nur A.F. Misnaniarti . Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting balita
dari keluarga miskin di Kota Palembang Jurnal Gizi Indonesia (The
Indonesian Journal of Nutrition) Vol. 8, No. 1, Desember 2019 (31-39)
Submitted: 10 Juli 2019, Accepted: 11 Desember 2019 Tersedia Online
dihttps://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/.
17. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung (ID):
Alfabeta, 2015.
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Nim : 201601031
Palu
Responden Palu,…………….2020
Peneliti
A. Identitas repsonden
No. Responden :
Nama / Inisial :
Alamat :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Nama orang Ayah Husain Marade dan Ibunda Patni, penulis adalah anak keenam
dari 6 bersaudara. Pada tahun 2004 masuk SDN Inpres Lobugio, Pada Tahun 2010
penulis masuk MTS Al-khairaat Moutong, Tahun 2013 penulis melanjutkan
sekolah SMA Negeri 1 Moutong dan lulus pada tahun 2016. Kemudian pada
Tahun 2016 penulis melanjutkan kuliah di STIKes Widya Nusantara Palu dan
lulus sesuai diterima di Program Studi Ilmu Keperawatan.