Anda di halaman 1dari 124

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM


PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA
DI WILAYAH KERJA POSYANDU DESA SAWO
KECAMATAN CAMPURDARAT
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh :
ANGGIA JULINAR PUTRI
NIM. A2R16059

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“ HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2020
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM
PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA
DI WILAYAH KERJA POSYANDU DESA SAWO
KECAMATAN CAMPURDARAT
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
“Hutama Abdi Husada”
Tulungagung

Oleh :
ANGGIA JULINAR PUTRI
NIM. A2R16059

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“ HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2020

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ANGGIA JULINAR PUTRI

NIM : A2R16059

Tempat Tanggal Lahir : TULUNGAGUNG, 03 JULI 1997

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Hutama Abdi Husada Tulungagung

Menyetakan bahwa Skripsi :

“HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM


PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA DI WILAYAH KERJA
POSYANDU DESA SAWO KECAMATAN CAMPURDARAT.”

Adalah bukan Skripsi orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan


ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Tulungagung, 04 Agustus 2020

Yang menyatakan,

ANGGIA JULINAR PUTRI


NIM.A2R16059

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : ANGGIA JULINAR PUTRI


NIM : A2R16059
Judul : “HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU
DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA
DI WILAYAH KERJA POSYANDU DESA SAWO
KECAMATAN CAMPURDARAT”

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal 04 Agustus 2020

Pembimbing 1 : Dr. FARIDA,SKM,M.Kep (……..….)


NIDN. 07 – 1309 – 6504

Pembimbing2 : INDAH ROHMAWATI,S.SiT,M.Kes (……..….)


NIDN. 07 – 2307 – 7601

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : ANGGIA JULINAR PUTRI

NIM : A2R16059

Judul : “HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU

DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA

DI POSYANDU DESA SAWO”

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji Skripsi pada tanggal 04 Agustus 2020

TIM PENGUJI

Ketua : Hj. Nurhidayati,SST,MM (………...)


NIDN. 07- 0908 - 6104

Anggota : 1. Dr. Farida,SKM,M.Kep (……..….)


NIDN. 07 – 1309 – 6504

2. Indah Rohmawati,S.SiT,M.Kes (……..….)


NIDN. 07 – 2307 – 7601

Mengetahui
Ketua STIKes “Hutama Abdi Husada”
Tulungagung

Dr. H. YITNO,S.Kp, M.Pd


NIDN. 07 – 2508-6202

v
MOTTO

Berbuat baiklah kepada semua orang

Maka kita akan menuai kebaikan pula.

(Anggia Julinar Putri,2020)

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan juga
kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi saya dengan segala
kekurangannya. Segala syukur kuucapkan kepada-Mu Ya Rabb, karna sudah
menghadirkan orang-orang berarti di sekeliling saya. Yang selalu memberi
semangat dan doa, sehingga skripsi saya ini dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk karya yang sederhana ini, maka saya persembahkan untuk ......

 Ayah dan Ibu tercinta dan tersayang, terimaksih atas segala dukungan
kalian, baik dalam bentuk materi maupun moril. Karya ini ku
persembahkan untuk kalian, sebagai wujud rasa terimakasih atas
pengorbanan dan jerih payah kalian sehingga saya dapat menggapai cita-
cita.
 Dan untuk kakak ku walaupun saat dekat kita sering bertengkar, tapi saat
jauh kita saling merindukan. Terimakasih untuk semangatnya , semoga ini
menjadi awal kesuksesan dari saya yang membanggakan.
 Dosen pembimbing kepada Ibu Dr. Hj. Farida, SKM, M.Kep dan Ibu
Indah Rohmawati, S.SiT.,M.Kes pembimbing saya yang paling baik dan
bijaksana, terimakasih karna sudah menjadi orang tua kedua saya di
kampus. Terimakasih atas bantuannya, nasehatnya, dan ilmunya yang
selama ini di limpahkan pada saya dengan rasa tulus dan iklhas.
 Seluruh Dosen STIKes HAH Tulungagung, terimakasih banyak untuk
semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah
bapak/ibu berikan
 Sahabatku Dinar,Lely,Anjani,Manggela,Dhea,Dimas Wahfi,Pandu,Dimas
Dwi, Mu’ammar terimakasih supportnya, aku sayang kalian.
 Dan juga untuk sahabatku Anggraheni,Ika,Reni tanpa kalian mungkin
masa-masa kuliah ku akan menjadi biasa-biasa saja, terimakasih support
yang luar biasa sampai saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Aku sayang kalian.
 Seluruh teman teman kampusku kalian luar biasa dan semoga sukses.
 Untuk DAF terimakasih support dan semangatnya, dan seluruh
pengalaman yang kamu berikan padaku selama ini.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, karunia dan

hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini yang

berjudul“HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM

PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BATITA DI WILAYAH KERJA

POSYANDU DESA SAWO KECAMATAN CAMPURDARAT TAHUN 2020”.

Dalam penyusunan Skripsi ini tentunya tidak lepas dari hambatan dan

rintangan. Namun, berkat dukungan dan bimbingan serta bantuan dari banyak

pihak maka peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya. Pada

kesempatan ini peneliti ingin menyampikan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H Yitno, S.Kp.,M.Pd sebagai ketua “STIKes HUTAMA ABDI

HUSADA” Tulungagung.

2. Ibu Evi Tunjung Fitriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep.,Sp.KepJ selaku Ketua

Program Studi Sarjana Keperawatan yang telah memberikan dukungan

atas terselesaikannya Skripsi ini.

3. Ibu Dr. Hj. Farida, SKM, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

membimbing dari awal sampai akhir Skripsi ini.

4. Ibu Indah Rohmawati, S.SiT.,M.Kes selaku pembimbing II yang ikut serta

membantu melengkapi segala kekurangan penyusunan Skripsi ini.

5. Pihak perpustakaan STIKes Hutama Abdi Husada, yang telah membantu

menyediakan sumber bagi peneliti.

viii
6. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan

moral dan material.

7. Semua pihak yang membantu kelancaran penyusunan Skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Kepada teman-teman yang telah memberikan masukan-masukan dalam

penyusunan Skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Akhir kata peneliti menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini banyak

kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

yang sifatnya membangun demi kesempurnaanSkripsi ini.

Tulungagung, 2 Juli 2020

Peneliti

ix
Putri, Anggia Julinar. A2R16059, Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Batita Di Wilayah Kerja
Posyandu Desa Sawo Kecamatan Campurdarat Tahun 2020, SKRIPSI,
Pembimbing I : Dr. Hj. Farida, SKM, M.Kep, Pembimbing II :Indah
Rohmawati,SST,M.Kes, Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Hutama
Abdi Husada Tulungagung, 2020

ABSTRAK

Tingginya angka kematian pada bayi dipengaruhi berbagai faktor salah


satunya ketidaklengkapan imunisasi dasar. Pengetahuan dan perilaku keluarga
menjadi salah satu faktor penyebab masih kurangnya cakupan imunisasi dasar
pada bayi.Penelitian ini bertujuan untuk pengetahui korelasi pengetahuan dengan
perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di wilayah kerja
posyandu desa Sawo.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectionaldengan pendekatan
observational analytic. Jumlah sampel penelitian sebanyak 37responden yang
dipilih dengan menggunakan metode nonrandomize sampling total sampling.
Penelitian dilakukan pada bulan 18 Maret -18 April 2020. Instrumen penelitian ini
menggunakan instrumen lembar kuesioner tingkat pengetahuan dan lembar
kuesioner perilaku pemberian imunisasi dasar. Uji statistik menggunakan uji Non
parametrik spearman rho.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku ibu di
Posyandu Desa Sawo dalam pemberian imunisasi dasar wajib untuk batita
sebagian besar mempunyai pengetahuan baik dengan jumlah yaitu 29 ibu-ibu
(78%) dan mempunyai perilaku baik dengan jumlah 22 orang (59%).Berdasarkan
hasil analisis komparatif sederhana menggunakan uji statistik spearman rho
diperoleh nilai P 0,029 pada signifikansi  0,05 sehingga Nilai P < Nilai  oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat Hubungan Pengetahuan Dengan
Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Batita Di Posyandu Desa
Sawo Tahun 2020.
Kesimpulan pada penelitian ini terbukti bahwa pengetahuan berkorelasi
dengan perilaku ibu. Oleh karena itu semakin baik tingkat pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi pada batita semakin baik perilaku ibu dalam
pemberian imunisasi dasar. Pentingnya meningkatkan pemahaman orang tua
tentang kelengkapan imunisasi dasar pada bayi agar terbentuk kesadaran orang
tua dan derajat kesehatan batita yang lebih baik.

Kata Kunci: Imunisasi Batita, Pengetahuan Imunisasi, Perilaku Imunisasi

x
Putri, Anggia Julinar Putri. A2R16059, The Relationship between Knowledge
and Mother's Behavior in Providing Basic Immunization to Toddlers in
Posyandu Working Area of Sawo Village, Campurdarat District in 2020, Thesis,
Advisor I : Dr. Hj. Farida, SKM, M.Kep, Advisor II : Indah Rohmawati, SST,
M.Kes, Bachelor of Nursing Study STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung,
2020

ABSTRACT

The high mortality rate in infants is influenced by various factors, one of


which is the incompleteness of basic immunization. Knowledge and family
behavior is one of the factors causing the lack of basic immunization coverage in
infants. This study aims to determine the correlation of knowledge with maternal
behavior in providing basic immunization for toddlers in the Sawo village
Posyandu working area.
The research design used was cross sectional with an observational analytic
approach. The number of research samples were 37 respondents selected using
the non-randomize sampling method; total sampling. The study was conducted
from 18 March to 18 April 2020. The research instrument used knowledge level
questionnaire sheets and basic immunization behavior questionnaire sheets.
Statistical tests use the Non-parametric test; spearman rho.
The results showed that the knowledge and behavior of mothers in the Sawo
Village Posyandu in mandatory basic immunization for toddlers mostly had good
knowledge with a number of 29 mothers (78%) and good behavior with a total of
22 people (59%). Based on the results of a simple comparative analysis using the
Spearman rho statistical test the P value of 0.029 was obtained at a significance
of  0.05 so that the P value <value  can therefore be concluded that there is a
Relationship between Knowledge and Mother's Behavior in Providing Basic
Immunization to Toddlers in Posyandu Desa Sawo 2020 .
The conclusions of this study prove that knowledge correlates with maternal
behavior. Therefore the importance of increasing parents' understanding of the
completeness of basic immunization in infants in order to form parental
awareness and a better degree of toddler health.

Key Word :Immunization, Immunization Knowledge, Immunization Behavior

xi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan..........................................................................i


Halaman Sampul Dalam..........................................................................ii
Halaman Pernyataan................................................................................iii
Halaman Persetujuan...............................................................................iv
Halaman Pengesahan...............................................................................v
Kata Persembahan...................................................................................vi
Halaman Kata Pengantar.........................................................................vii
Daftar Isi..................................................................................................viii
Daftar Tabel.............................................................................................ix
Daftar Bagan...........................................................................................x
Daftar Lampiran......................................................................................xi
Daftar Ari Lambang................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................4
1. Tujuan Umum.......................................................................4
2. Tujuan Khusus......................................................................4
D. Manfaat........................................................................................4
1. Manfaat Praktisi...................................................................4
2. Manfaat Teoritis...................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengetahuan
1. Pengertian........................................................................6
2. Sumber Pengetahuan.......................................................7
3. Faktor Yang Mempengaruhi............................................9
4. Cara Pengukuran Pengetahuan........................................10
B. Konsep Perilaku
1. Pengertian........................................................................11
2. Klasifikasi Perilaku..........................................................11
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku.............................12
4. Cara Pengukuran Perilaku...............................................13
C. Konsep Imunisasi Dasar
1. Pengertian........................................................................14
2. Macam-macam Imunisasi Dasar......................................15
3. Manfaat Imunisasi Dasar ................................................22
4. Tujuan Imunisasi Dasar...................................................23
5. Penanganan Pasca Pemberian Imunusasi .......................23
D. Faktor Yang Berperan Dalam Pemeberian Imunisasi..........25
E. Pencegahan Penyakit Dengan Imunisasi..............................27

xii
F. Konsep Batita.......................................................................32
G. Konsep Posyandu Balita ......................................................33
H. Kerangka Konseptual ..........................................................36
I. Hipotesis ..............................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian...................................................................39
B. Kerangka Kerja.....................................................................40
C. Desain Sampling...................................................................42
1. Populasi Desain.................................................................42
2. Sampel Penelitian..............................................................42
3. Tehnik Sampling...............................................................43
D. Variabel Penelitian................................................................43
E. Definisi Operasional..............................................................44
F. Pengumpulan Dan Analisa Data...........................................46
1. Instrumen Penelitian.........................................................46
2. Pengumpulan Data............................................................46
3. Pengolahan Data...............................................................47
4. Analisa Data......................................................................50
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................52
H. Etika Penelitian.....................................................................52
I. Keterbatasan Penelitian.........................................................55

BAB IV HASIL PENELITIAN


A.DataUmum Penelitian
1.Karakteristik Responden Berdasarkan umur ibu..........................55
2.Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan........56
3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak...................57
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi..........57
B.Data Khusus
1. Tingkat pengetahuan dalam pemberian imunisasi......................58
2. Perilaku ibu dalam pemberian imunisasi....................................58
3.Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan perilaku.................59
4. Uji Statistik ................................................................................60
BABV PEMBAHASAN
1. Tingkat Pengetahuan Responden................................................61
2. Perilaku Responden dalam Pemberian Imunisasi.......................64
3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku....................................67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1.Kesimpulan..................................................................................69
2.Saran
a.Saran Bagi PengembanganIlmuPengetahuan............................70
b.Saran BagiPengembanganProgram...........................................70
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...............................................................45
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan................................59
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi perilaku responden..................................59
Tabel 4.3 Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan perilaku.............60
Tabel 4.4 Analisa Data Uji Statistik........................................................61

xiv
DAFTAR DIAGRAM

Halaman
Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ibu..................56
Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan..............57
Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak.............58
Diagram 4.4 Karakteristik responden berdasarkan informasi.................58

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konsep...................................................................36


Bagan 3.1 Kerangka Kerja......................................................................40

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pengajuan Judul......................................................


Lampiran 2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian.............................................
Lampiran 3Lembar kuesioner.................................................................
Lampiran 4 LembarKuesioner Perilaku..................................................
Lampiran 5 Informed Consent.................................................................
Lampiran 6 Lembar konsultasi pembimbing I........................................
Lampiran 7 Lembar konsultasi pembimbing II.......................................
Lampiran 8 Surat Ethical clearance.......................................................
Lampiran 9 Ijin Penelitian BAKESBANGPOL......................................
Lampiran 10 Surat balasan penelitian....................................................
Lampiran 11 Rekapitulasi data hasil penelitian......................................
Lampiran 12 Tabulasi silang penelitian..................................................
Lampiran 13 Uji statistik penelitian........................................................
Lampiran 14 Planning Of Action............................................................
Lampiran 15 Dokumentasi penelitian.....................................................

xvii
DAFTAR ARTI, LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

% : prosentase
α : Alfa
p : p value
< : Kurang dari
> : Lebih dari
= : Sama dengan

Daftar Singkatan

BAAK :Biro Administrasi Akademik Kemahasisan


BCG : Bacillus Calmette Guerin
HB : Hepatitis B
DPT : Difteri Pertusis Tetanus
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
WHO : World Health Organization
BANGKESBANPOL :Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
KLB : Kejadian Luar Biasa
PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
KMS : Kartu Menuju Sehat
RENSTRA : Rencana Strategis
DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
SUSENAS : Survey Sosial dan Ekonomi Nasional
HBsAG : Hepatitis B surface antigen
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
D3 : Diploma Tiga
S1 : Sarjana
ADS : Auto Distruct Scheering
ETN : Eliminasi Tetanus Neonatorum
KN PP KIPI : Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan
KIPI
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
VIB : Virus Hepatitis B
ASI : Air Susu Ibu
UKBM : Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka kematian pada bayi dipengaruhi beberapa faktor

diantaranya kurang lengkapnya imunisasi dasar yang seharusnya wajib diterima

oleh setiap bayi (Lisnawati, 2011). Hal ini diakibatkan oleh banyak hal

diantaranya kurangnya pengetahuan orang tua. Imunisasi merupakan pemberian

kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam

tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya

bagi seseorang. imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan

kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari

penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Lisnawati, 2011).

Tujuan imunisasi ialah untuk membentuk kekebalan tubuh pada bayi

sehingga berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dapat

tercapai secara maksimal (Healy et al. 2014). Salah satu PD3I yaitu penyakit

Campak pernah menjadi penyakit yang masuk dalam kejadian luar biasa (KLB)

di Indonesia. Mencegah terjadinya kembali KLB di Indonesia, harus segera

diatasi dengan memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi (Ranuh 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Halawa (2014) didapatkan bahwa terdapat yang

terkena Difteri dibawah umur 5 tahun danternyata setelah dilihat dari KMS

responden tidak lengkap sehingga dapat mengakibatkan bayi rentan tertular

penyakit.

1
2

Imunisasi dasar yang diberikan yaitu BCG, DPT, Hepatitis B, Polio dan

Campak serta imunisasi ini diberikan harus sesuai dengan jadwal yang telah di

tetapkan karena disesuaikan dengan usia bayi untuk menerima vaksin imunisasi

untuk membentuk kekebalan tubuh pada bayi (Hidayat 2008). Imunisasi BCG

dilakukan sekali pada balita usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada

balita usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Imunisasi polio

diberikan empat kali pada balita 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu.

Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan. Terakhir

imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan dengan

interval minimal empat minggu (Marmi, 2012). Mengingat tujuan dari imunisasi

ialah untuk membangun kekebalan pada bayi, sehingga bila tidak dilakukan

imunisasi maka kesehatan bayi akan lebih rentan.

Menurut data Riskesdas (2018) terkait dengan imunisasi bayi masih ada

yang tidak melakukan imunisasi yaitu sebesar 9,1%, dan yang tidak lengkap pada

imunisasi dasar sebesar 32,9%. Hal itu menunjukkan bahwa target Renstra

sebesar 93% pada 2019 masih jauh dengan kondisi yang ada. Pada tahun 2018

kejadian imunisasi lengkap sebesar 69,16%. Pemerintah telah mengeluarkan

legislasi dalam mengantur imunisasi dasar yaitu Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

Imunisasi dasar yang tidak lengkap akan mengakibatkan morbiditas pada bayi

menjadi lebih tinggi (Properawati, 2010). Menurut Data SUSENAS (Survey

Sosial dan Ekonomi Nasional) pada tahun 2017 di Indonesia memperlihatkan

bahwa persentasebayi yang sakit atau yang dikenal dengan morbiditas atauangka

kesakitan adalah 15,86 persen. Angka kesakitan bayi diperkotaan sebesar 16,66
3

persen, relatif lebih tinggi dibandingkandengan di perdesaan sebesar 15,01

persen. Tidak ada perbedaanyang signifikan dalam persentase anak perempuan

dan anak laki-laki yang sakit (BPS,2018). Data Studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti di posyandu Desa Sawo pada tanggal 12 Desember 2019,

didapatkan jumlah ibu yang mempunyai batita sebanyak 37 orang.Dari observasi

peneliti pada buku imunisasi masih ditemukan 10 batita dengan imunisasi dasar

tidak lengkap.

Beberapa dampak yang dapat terjadi ialah bayi mudah terserang bakteri

dan virus, seperti hepatitis, polio, dan campak selain itu ketidaklengkapan

imunisasi dasar pada bayi mengakibatkan beberapa hal diantaranya bayi lebih

rentan terkena penyakit dan kondisi yang tidak sehat dibandingkan dengan orang

dewasa. Kekebalan tubuh yang belum terbentuk dengan baik ini mengakibatkan

bayi bisa sangat mudah tertular oleh suatu penyakit (Isnayni, 2016). Hal ini akan

menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi terganggu.

Pengetahuan dan perilaku keluarga menjadi salah satu faktor penyebab

masih kurangnya cakupan imunisasi dasar pada bayi. Solusi dari permasalahan ini

diantaranya peningkatan pemahaman dan pengetahuan keluarga tentang

pentingnya kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Imunisasi merupakan salah

satu strategi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan derajat kesehatan

nasional dengan mencegah morbiditas dan mortalitas pada bayi(Bendo &

Magetan, 2016).Oleh karena itu peneliti ingin menganalisa Hubungan

pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di

posyandu desa Sawo.


4

B. Rumusan Masalah

“Apakah terdapat Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian

Imunisasi Dasar Pada Batita Di Posyandu Desa Sawo? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian

imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi dasar

pada batita di posyandu desa Sawo

b. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada

batita di posyandu desa sawo

c. Menganalisis Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

pemberian imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan

a. Bagi institusi pendidikan keperawatan


5

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

perkembangan ilmu keperawatan dalam bidang keperawatan anak,

mengenai hubungan pengetahuan dengan perilaku pemberian

imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat digunakan sebagai tambahan referensi, acuan serta

pertimbangan untuk dasar dukungan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat bagi pengembangan program

Dari studi penelitian ini dapat di jadikan sebagai masukan dalam program

posyandu atau puskesmas terkait dengan kelengakapan imunisasi dasar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Pengetahuan sebagian besar diperoleh melalui indra

penglihatan dan pendengaran (Notoatmojo, 2007).Pengetahuan di dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

a) Tahu(know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang palingrendah.

b) Memahami(comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek

6
7

yang dipelajari.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteksatau yanglain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis(synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru

f) Membuat (create)

Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk

kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam

kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi

(Widodo,2006). Kata operasionalnya yaitu merancang, membangun,

merencakan, memproduksi, menemukan, membaharui,

menyempurnakan, memperkuat, memperindah, mengubah.


8

2. Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan tentang gizi batita yang dimiliki oleh ibu dapat diperoleh

dari jenjang pendidikan, yaitu:

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalh pendidikan disekolah teratur, sistematis,

mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu tertentu mulai dari Taman

Kanak – Kanak sampai Perguruan Tinggi. Tempat untuk menempuh

pendidikan formal disebut lembaga pendidikan formal. Tujuan pendidikan

formal adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dan ketarampilan

serta membina sikap kepribadian kepada anak didik sesuai dengan

kebutuhannya (Soewarnim dalam Mulyaningsih, 2008).

b. Pendidikan informal

Pendidikan yang diperoleh dari penglaman sehari – hari dengan sadar

ataupun tidak sadar sejak lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan

informal berlangsung setiap saat dan tidak terikat waktu (Vembrianto

dalam Mulyaningsih, 2008).

c. Pendidikan non formal

Pendidikan non formal ialah pendidikan yang teratur dengan sadar

dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan – peraturan yang tetap

dan ketat. Pendidikan non formal memiliki bentuk dan aktivitas yang luas

dan beraneka ragam dengan tujuan yang berbeda dan dibawaha

tanggujawab departemen yang berbeda sesuai dengan tujuannya

(Vembrianto dalam Mulyaningsih, 2008).


9

3. Faktor yang Mempengaruhi

Pengetahuan seseorang dipengaruhi beberapa faktor (Meliono, 2007) antara

lain:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap, tata laku individu atau

kelompok, dan usaha untuk mendewasakan individu melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.

b. Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang

sangat luas, misalnya dari media massa adalah televisi, radio, koran, dan

majalah.

c. Keterpaparan informasi

Keterpaparan informasi yaitu ketersediaan informasi yang dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari diperoleh dari data dan observasi dari dunia sekitar

serta diteruskan melalui komunikasi.

d. Pengalaman mempunyai anak sebelumnya

Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan World Health

Organisation (WHO) bahwa yang menyebabkan individu berperilaku

tertentu karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri individu yang

terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian

individu terhadap objek tertentu yang diperoleh dari pengalaman pribadi

maupun pengalaman orang lain meliputi pengalam dalam merawat anak

sebelumya.
10

e. Lingkungan

Lingkungan disebut sebagai sumber belajar karena lingkungan

memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil.

4. Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

seperangkat alat tes atau kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau

diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari

masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo,

2007). Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban

dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan

hasilnya berupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan :

P = persentasi

f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah

dipilih responden atas pernyataan yang diajukan

n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan

responden selaku peneliti

100% = bilangan genap


11

Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu baik jika hasil presentasi 76%-

100%cukup jika hasil presentasi 56%-75% dan, kurang jika hasil presentasi

kurang dari56% (Wawan dan Dewi, 2010).

B. Konsep Perilaku

1. Pengertian

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar (Skiner dalam Notoadmojo, 2007). Perilaku kesehatan

ialah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,

dan minuman, serta ligkungan (Notoadmojo, 2007).

2. Klasifikasi Perilaku

Klasifikasi perilaku menurut Becker dalam Notoadmojo (2007), sebagai

berikut:

a. Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya. Perilaku ini mencangkup antara lain:

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet).

2) Olahraga teratur, mencangkup kualitas (gerakan), dan kualitas dalam

artian frekuensi serta waktu yang digunaka untuk olahraga.

3) Tidak merokok.

4) Tidak mengkonsumsi minum – minuman keras dan narkoba.

5) Istirahat yang cukup.


12

6) Mengendalikan stres.

7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencangkup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan

gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Perilaku ini meliputi, tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui

fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak, dan

mengetahui hak (misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan dan sebagainya).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Lawrence Green menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu

faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku tersebut ditentukan oleh 3

faktor, diantaranya:

a. Predisposing factors

Faktor-faktor predisposisi yangmeliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya (Notoadmojo, 2007).

b. Enabling factors

Faktor pendukung diantaranya lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat-obatan, jamban, dan sebagaianya (Notoadmojo, 2007).


13

c. Renforcing factors

Faktor-faktor pendorong meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

tokoh masyarakat yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat (Notoadmojo, 2007).

4. Cara MengukurPerilaku

Pengukuran perilaku atau psikomotor dilakukan dengan pengamatan atau

observasi, namun dapat dilakukan juga dengan pendekatan recall atau

mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa

waktu yang lalu dengan menggunakan skala guttman yang akan membagi

menjadi perilaku baik dan perilaku buruk (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku dapat diukur dengan menggunakan lembar kuesioner. Pernyataan

dari kuesioner dapat dibuat dalam bentuk pernyataan negatif dan positif.

Pernyataan positif jika dijawab dengan sesuai atau benar akan mendapat score

1 dan jika salah akan mendapat score 0, sebaliknya jika pernyataan negatif

dijawab dengan sesuai atau benar akan mendapat score 0 dan jika salah

mendapat score 1. Dari jumlah pernyataan yang sudah dijawab akan

didapatkan score kemudian dijumlahkan. Selanjutnya peneliti harus mencari

nilai rata-rata dari seluruh responden. Salah satu skor standart yang biasanya

digunakan dalam skala Likert adalah skor-T , yaitu:


14

Keterangan :

X = Skor responden pada skala perilaku yang hendak diubah

menjadi skor T

x = mean skor kelompok

s = deviasi standar skor kelompok

Skor mean T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert

untuk menentukan perilaku seseorang.

a. Perilaku Baik : skor T ≥ mean T ( T ≥ 50 )

b. Perilaku Kurang Baik : skor T <mean T ( T <50 )

Rumus Standart Deviasi

Keterangan :

s = standart deviasi

X = Skor responden

x = nilai rata – rata kelompok

n = jumlah sampel

Perhitungan harga x dan s tidak dilakukan pada distribusi skor

dari satu pertanyaan saja, melainkan dihitung dari distribusi

skor total keseluruhan responden, yaitu skor perilaku para


15

responden untu keseluruhan pernyataan (Wawan dan Dewi,

2010).

C. Konsep Imunisasi Dasar

1. Pengertian

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu

saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami

sakit ringan. Sedangkan vaksin merupakan antigen berupa mikroorganisme

yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya,

yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi

toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan

menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu

(Permenkes, 2013).

Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan

atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit

lain diperlukan imunisasi lainnya (Lisnawati, 2011). Imunisasi dapat diberikan

ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan

atau pekan imunisasi (Properawati, 2010). Imunisasi dasar merupakan

imunisasi yang diberikan pada bayi dengan usia 0-9 bulan. Setiap bayi wajib

mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis hepatitis B

diusia 0 bulan; 1 dosis BCG diusia 1 bulan; 3 dosis DPT-HB diusia 2,3,dan 4
16

bulan; 4 dosis polio diusia 1,2,3, dan 4 bulan; dan 1 dosis campak diusia 9

bulan (Depkes RI 2014).

2. Macam-macam imunisasi

a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

1) Pengertian

Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yangdibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama1-3 tahun sehingga

didapatkan hasil yang tidak virulen tetapimasih mempunyai

imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap

tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko

terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberculosismilier

(Ranuh,2008,p.132).

2) Cara pemberian dan dosis:

a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkanterlebih dahulu.

Melarutkan dengan mengggunakan alatsuntik steril Auto Distruct

Scheering (ADS) 5 ml.

b) Dosisi pemberian: 0,05 ml.

c) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kananatas (insertion

musculus deltoideus). Denganmenggunakan Auto Distruct Scheering

(ADS) 0,05 ml.

d) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelumlewat 3 jam.


17

3) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

4) Kontra indikasi:

a)Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti:eksim, furunkulosis

dan sebagainya.

b) Mereka yang sedang menderita TBC.

5) Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yangbersifat

umumseperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbulindurasi dan

kemerahan ditempat suntikan yang berubahmenjadi pustule, kemudian

pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara

spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi

pembesarankelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak

sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak

memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya

(Departemen Kesehatan RI,2006,p.21-22).

b. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

1) Pengertian

Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksinyang terdiri

dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis

yang telah diinaktivasi (Departemen Kesehatan RI,2006,p.23) Difteri

merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium


18

diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang

terutama saluran nafas bagianatas. Penularannya bisa karena kontak

langsung denganpenderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak

langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri

difteri.Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih

kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat

pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring, atau tonsil.

Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman

Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang

menyebabkan ambang rangsang batuk yang hebat dan lama. Serangan

batuk lebih sering pada malam hari, batuk terjadi beruntun dan akhir

batuk menarik nafas panjang, biasanya disertai muntah. Batuk bisa

mencapai 1-3 bulan, oleh karena itu pertusis disebut juga dengan “batuk

seratus hari”. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

infeksi kuman Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga

dapat hidup pada lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen).

Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang dewasa. Pada

bayi penularan disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat

yang steril atau dengan cara tradisional dimana alat pemotong dibubuhi

ramuan tradisional yang terkontaminasi spora kuman tetanus.

Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi karena luka yang

kotor atau luka terkontaminasi spora tetanus. Kuman ini paling banyak

terdapat di usus kuda berbentuk spora yang tersebar luas di tanah

(Atikah,2010,pp.42-48).Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan


19

Program Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT,

DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama

waktuperlindungan sebagai berikut:

a) Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun.

Dengan 3 dosis toksoid tetanus pada bayi dihitung setaradengan

2dosispada anak yang lebih besar atau dewasa.

b) Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4)

akanmemperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai denganumur 6-

7 tahun. Dengan 4 dosis toksoid tetanus padabayi dan anak

dihitungsetara dengan 3 dosis padadewasa (Sudarti,2010,pp.150-

151).

2) Cara pemberian dan dosis:

a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahuluagar

suspensi menjadi homogen.

b) Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian0,5 ml

sebanyak 3 dosis.

Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosisselanjutnya

diberikan dengan interval paling cepat 4minggu (1 bulan)

(Departemen Kesehatan RI,2006,p.23).

c) Cara memberikan vaksin ini, sebagai barikut:

(1)Letakkan bayi dengan posisi miring diataspangkuan ibu dengan

seluruh kaki terlentang

(2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi

(3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk


20

(4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat

(5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melaluikulit sehingga

masuk kedalam otot(Atikah.2010,p.48)

3) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadapdifteri, pertusis,

dan tetanus.

4) Kontra indikasi

Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayibaru lahir atau

gejala serius keabnormalan pada syarafmerupakan kontraindikasi

pertusis. Anak-anak yangmengalami gejala-gejala parah pada dosis

pertama, komponenpertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan

untukmeneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

5) Efek samping

Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas,demam tinggi,

iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi24 jam setelah imunisasi

(Departemen Kesehatan RI,2006,p.23 )

c. Vaksin Hepatitis B

1) Pengertian
21

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus rekombinanyang

telahdiinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasaldari HBsAg yang

dihasilkandalam sel ragi (Hansenulapolymorph) menggunakan teknologi

DNA rekombinan.

2) Cara pemberian dan dosis:

a) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahuluagar suspensi

menjadi homogen.

b) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberiansuntikan secara

intramuskuler sebaiknya padaanterolateral paha.

c) Pemberian sebanyak 3 dosis.

d) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosisberikutnya

denganinterval minimum 4 minggu (1bulan).

3) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yangdisebabkan virus

hepatitis B.

4) Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnyaseperti vaksin-

vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikankepada penderita infeksi berat

disertai kejang.

5) Efek samping
22

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan danpembengkakan disekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yangterjadi bersifat ringan dan biasanya

hilang setelah 2 hari.(Departemen Kesehatan RI,2006,p.28)

d. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)

1) Pengertian

Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri darisuspense virus

poliomyelitis tipe 1,2,3 (Strain Sabin) yangsudah dilemahkan,

dibuatdibiakkan jaringan ginjal kera dandistabilkan dengan sukrosa.

2) Cara pemberian dan dosis:

a) Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2(dua) tetes

sebanyak 4 kali (disis) pemberian denganinterval setiap dosis

minimal 4 minggu.

b) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes(dropper)

yang baru.

3) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

4) Kontra indikasi

Pada individu yang mnderita “immune deficiency” tidakada efek yang

berbahaya yang timbul akibat pemberian poliopada anak yang

sedangsakit. Namun jika ada keraguan,misalnya sedang menderita

diare, makadosis ulangan dapatdiberikan setelah sembuh.

5) Efek samping
23

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efeksamping

berupaparalisis yang disebabkan oleh vaksin sangatjarang terjadi.

(Departemen Kesehatan RI,2006,p.26)

e. Vaksin Campak

1) Pengertian

Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yangdilemahkan.

Setiapdosis (0,5 ml) mengandung tidak kurangdari 1000 inektive unit

virusstrain dan tidak lebih dari 100mcg residu kanamycin dan 30 mcg

residuerithromycin.

2) Cara pemberian dan dosis:

a) Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahuluharus

dilarutlandengan pelarut steril yang telah tersediayang berisi 5 ml

cairan pelarut.

b) Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan padalengan

kiriatas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangn(booster) pada usia 6-7

tahun(kelas 1 SD) setelah catchupcampaign campak pada anak

Sekolah Dasarkelas 1-6.

3) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakitcampak.

4) Kontra indikasi

Individu yang mengidap penyakit immune deficiencyatau individu

yangdiduga menderita gangguan respon imunkarena leukemia, limfoma.


24

5) Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan

dankemerahanselama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari

setelahvaksinasi (DepartemenKesehatan RI,2006,p. 27).

4. Manfaat imunisasi

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit,dankemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologipengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluargaapabila orang tua yakin

bahwa anaknyamenjalani masa kanakkanakyang nyaman.

c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakanbangsa yang

kuatdan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

(Atikah,2010,pp.5-6).

2. Tujuan Imunisasi Dasar

Imunisasi diberikan dengan tujuan untuk membentuk kekebalan tubuh

batita sehingga resiko untuk mengalami suatu penyakit yang bersangkutan

menjadi berkurang (Yusrianto 2010). Imunisasi ini diharapkan akan membuat

anak menjadi lebih kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit

tertentu (Hidayat 2009).

3. Manfaat Imunisasi Dasar


25

Manfaat dari imunisasi bagi bayi adalah bisa merangsang system

kekebalan tubuh bayi apalagi bayi baru lahir yang system kekebalan tubuhnya

belum baik sehingga perlu dirangsang sehingga dapat membentuk antibody

spesifik yang nantinya dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.

Imunisasi ini digunakan sebagai suatu usaha preventif terhadap penyakit

tertentu (Ranuh 2011).

4. Penanganan pasca pemberian imunisasi dasar :

Komite Nasional Pengajian dan Penanggulangan KIPI (KN PP KIPI)

membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok fakor etiologi menurut

klasifikasi lapangan WHO (2012), yaitu:

1) Kesalahan program atau teknik pelaksanaan.

Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkat prosedur

imunisasi.

2) Reaksi suntikan

a) Nyeri di bagian bekas suntikan

Terjadinya luka akibat penusukan akan menyebabkan rasa nyeri pada

sekitar lokasi penyuntikan. KIE keluarga untuk berhati-hati ketika

mengendong anak agar nyeri dibagian bekas suntikan tidak

terprovokasi.

b) Indurasi (Pustule)
26

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti

deman. Setelah imunisasi akan timbul indurasi dan kemerahan

ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah

menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara

spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi

pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat,

tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak

memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya

(Departemen Kesehatan RI,2009)

c) Gejala Seperti penyakit Flu

Gejal-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam,

iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi

,gejala ini pada umumnya berifat sementara dan akan menghilang

dengan sendirinya (Departemen Kesehatan RI,2009).

3) Induksi vaksin (reaksi vaksin)

4) Faktor kebetulan

5) Penyebab tidak diketahui

Reaksi penyuntikan merupakan hal yang wajar pasca imunisasi, KIE

kepada ibu atau orang tua untuk tidak telalu khawatir, demam berikan

kompres hangat kepada bayi dan jangan lupa kemerahan atau indurasi

disekitar lokasi penyuntikan jangan diberikan terapi apapun termasuk tidak

boleh digosok terlalu kuat. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi dianggap

tidak wajar dan harus dibawa ke rumah sakit apabila terdapat reaksi alergi
27

parah atau anafilaktik yang ditandai dengan kesulitan bernafas, kejang,

demam tinggi, nyeri sendi atau otot kaku, infeksi paru-paru(Departemen

Kesehatan RI,2009).

D. Faktor yang Berperan dalam Pemberian Imunisasi Dasar

1. Usia orangtua

Usia orangtua yang mengalami peningkatan dalam batas tertentu maka dapat

meningkatkan pengalaman orangtua dalam mengasuh anak, sehingga akan

berpengaruh dalam upaya pencegahan dan penanggulan timbulnya penyakit

(Risqiawan 2008).

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengakapan

imunisasi dasar, dimana tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh serta

sejalan dengan pengetahuan ibu mengenai imunisasi bayi, sehingga semakin

tinggi tingkat pendidikan ibu semakin baik pengetahuannya tentang imunisasi,

maka semakin tinggi pula kemungkinan melkaukan imunisasi dasar (Ningrum

2008).

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu proses perubahan dalam tingkah

laku. Semaki tinggi pendidikan seseorang maka ada kecenderungan semakin

lengkap imunisasi, dan tingkat pendidikan akan berpengaruh positif terhadap

kelengkapan imunisasi (Ningrum 2008).

4. Tingkat pendapatan
28

Berbagai variabel sangat erat kaitannya dengan status sosial ekonomi,begitu

pula perilaku yang akan dilakukan. Dimana sosial ekonomi berhubungan

dengan pekerjaan, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal, kebiasaan

hidup dan sebagainya (Ningrum 2008).

5. Lokasi pemberian imunisasi

Orangtua tidak mengimunisasi anaknya di posyandu maupun puskesmas dapat

disebabkan karena orang tersebut tidak tahu manfaat dari imunisasi bagi

anaknya atau karena rumah yang jauh dari posyandu atau puskesmas tempat

mengimunisasi anaknya (Notoatmodjo 2007).

6. Sikap petugas

Sikap petugas adalah sikap kader beserta petugas puskesmas. Sikap petugas

berkaitan dengan pelayanan petugas. Peranan petugas kesehatan yaitu

memberikan informasi kesehatan, bantuan kesehatan, ide-ide, dan melakukan

pembinaan peran serta masyarakat. Sikap petugas puskesmas mempengaruhi

jumlah kunjungan pasien ke puskesmas maupun melakukan imunisasi dasar

(Risqiawan 2008).

7. Kepercayaan

Kepercayaan yang dianut atau dipercaya oleh orangtua menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi pemberian imunisasi. Pengalaman buruk yang

pernah dialami oleh orangtua juga dapat mempengaruhi untuk tidak

memebrikan imunisasi (Ikawati 2011).


29

8. Dukungan keluarga

Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu untuk memberikan

imunisasi dasar adalah dukungan keluarga, dukungan keluarga merupakan

faktor yang paling dominan terhadap tingkat kepatuhan ibu terhadap pemberian

imunisasi dasar (Ridho 2012).

E. Pencegahan Penyakit dengan Imunisasi

1. Penyakit Campak

Penyakit campak atau biasa disebut morbili ini adalah suatu penyakit

infeksi akut dan menular. Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang

masuk dalam family paramyxovirus. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit

campak ini adalah demam yang bertahap, batuk, pilek, mata merah, dan gejala

Koplik’s spot yang akan timbul sebelum ruam. Biasanya setelah ruam itu

timbul suhu tubuh penderita mengalami kenaikan yang cepat yakni bisa

mencapai 40 C (Ranuh 2011). Penyakit campak dapat ditularkan secara

langsung dan secara tidak langsung. Penyakit ini bisa ditularkan melalui

pernafasan yang terkontaminasi secret dari orang yang terinfeksi, dan

penularan ini terjadi pada fase catarhall yang ditandai dengan adanya bintik-

bintik merah dikulit, demam, conjunctivis, bronchitis. Penyakit ini sering

terjadi pada anak-anak. Kasus campak sebagian besar menyerang anak-anak

usia pra sekolah dan usia SD (Depkes RI 2011)

2. Penyakit Difteri

Penyakit difteri merupakan suatu penyakit akut yang bersifat toxin

mediated disease, penyakit ini juga dapat menular yang disebabkan oleh
30

bakteri corynebacterium diphtheria. Bakteri tersebut merupakan basil gram

positif dimana produksi toksin terjadi apabila bakteri ini mengalami

lisogenisasi oleh bakteriofag yang mengandung genetic toksin(Ranuh 2011).

Bakteri tersebut menyerang pada system pernafasan bagian atas.

Manifestasai klinis atau gejala dari penyakit difteri itu sendiri antara lain terjadi

panaskurang lebih 38 derajat celcius, kemudian ada pseudomembrane putih

keabu-abuan di faring, laring, dan tidak mudah dilepaskan dan mudah

berdarah, sakit bila menelan, pembengkakan pada leher serta sesak nafas

disertai bunyi (stridor) karena jalan nafas yang tertutup akiban pembengkakan

(Rini 2009). Penularan dari penyakit difteri ini adalah melalui jalan udara

seperti batuk dan bersin kemudian juga bisa melalui benda atau makan yang

telah terkontaminasi oleh bakteri corynebacterium diphtheria. Penyakit difteri

in bisa mengeluarkan racun, yang nantinya racun ini dapat merusak otot

jantung dan mengakibatkan gagal jantung pada penderita difteri(Pardede

2010).

3. Penyakit Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan

oleh virus hepatitis B (VHB). Penyakit ini masuk dalam penyakit yang dapat

dicegah dengan Imunisasi. Melihat cara penularan dari penyakit ini, salah

satunya dapat ditularkan oleh ibu penderita hepatitis B kepada bayinya yang

baru lahir melalui plasenta bayi saat masih dalam kandungan maupun saat bayi

dilahirkan. Selain itu cara penularan penyakit hepatitis B ini bisa melalui

mulut, transfuse darah, maupun jarum suntik yang telah terkontaminasi virus

hepatitis B (Pardede 2010).


31

Sumber penularan hepatitis B melalui darah, air seni, tinja dan sekresi

usus, air liur dan sekresi nasofaring, semen, sekresi vagina dan darah

menstruasi, air susu, keringat, dan berbagai cairan tubuh lain. Gejala dari

penyakit hepatitis B ini adalah anorexia, nausea, kadang terdapat ikterik juga

(Rini 2009). Virus ini menyerang hati sehingga nantinya dapat menjadikan

penyakit menjadi kronik atau menahun yang memungkinkan terjadi kekerasan

hati atau sirosis maupun kanker hati (Pardede 2010).

4. Penyakit Pertusis

Penyakit pertussis atau batuk rejan adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis. Bakteri ini merupakan bakteri

cocobacilus, gram negative, berbentuk ovoid, tidak dapat bergerak, tidak dapat

berspora, terlihat granula bipolar metakronik, dan terdapat kapsul. Bakteri

Bordetella Pertussis ini dapat mati dengan pemanasan selama setengah jam

pada suhu 55 derajat celcius namun bakteri ini dapat bertahan pada suhu yang

rendah yakni 0-10 derajat celcius (Rini 2009). Gejala utama pada penyakit

pertussis ialah terjadinya penumpukan lendir dalam saluran nafas yang

mengakibatkan kegagalan aliran oleh bulu getar yang lumpuh, hal ini

menyebabkan batuk paroksusmal tanpa inspirasi yang disertai dengan bunyi

whoop. Bila serangan batuk seperti ini, pasien akan mengalami muntah dan

terlihat sianosis, menjadi sangat lemas dan kejang. Keadaan seperti ini akan

dapat berlanjut antara 1-10 minggu. Pada bayi usia dibawah 6 bulan dapat

menderita batuk tanpa diikuti bunyi whoop (Ranuh 2011).

5. Penyakit Polio
32

Penyakit polio adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan

oleh virus yang menyerang pada sistem saraf yang nantinya mengakibatkan

penderita polio mengalami kelumpuhan. Virus polio masuk dalam tubuh

melalui mulut dan berkembang dalam system pencernaan yang nantinya bisa

menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang system saraf. Virus polio ini yang

menyebabkan kerusakan motor neuron medulla spinalis yang dapat membuat

penderita mengalami kelumpuhan yang bersifat flaksid(Ranuh 2011). Penyakit

ini sering menyerang anak yang berusia 0-3 tahun dengan gejala munculnya

demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku leher, sakit ditungkai dan lengan

(Depkes RI 2011).

Gejala lainnya yang sering ditimbulkan sebenarnya bervariasi mulai

dari tanpa gejala hingga terdapat gejala seperti kelumpuhan total dan atropi

otot, seringnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris dan bisa

menetap selamanya bahkan sampai mengakibatkan kematian(Ranuh 2011).

6. Penyakit Tetanus

Tetanus neonatorum adalah suatu penyakit yang bisa menular dan

sangat beresiko menyebabkan kematian khusunya pada bayi yang baru lahir.

Penyakit tetanus neonatorum ini disebabkan oleh spora clostridium tetani yang

masuk melalui tali pusat. Terjadinya penularan spora clostridium tetani ini

dikarenakan perawatan atau tindakan pada tali pusar saat setelah persalinan

yang kurang tepat dan tidak memenuhi syarat kebersihan (Depkes RI 2011).

Gejala awal dari penyakit tetanus neonatorum ini adalah kaku otot

perut, berkeringat dan demam. Gejala khas dari penyakit tetanus neonatorum
33

saat mengalami kejang adalah terjadinya opisthotonus yakni kekauan yang

sangat berat sehingga menyebabkan tubuh melengkung keatas seperti busur

dan otot dinding perut kaku seperti papan, dan ekspresi wajah yang biasa

disebut “risus sardonicus” terjadi karena spasme otot pada muka, alis tertarik

keatas, wajah tertarik keluar dan kebawah, dan bibir keatas (Rini 2009).

7. Penyakit Tuberkulosis

Penyakit Tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang masuk dalam system

pernafasan dan bakteri tuberculosis ini nantinya bisa juga menyebar pada organ

tubuh lainnya melalui peredahran darah dan penyakit tuberculosis ini dapat

menyebabkan kecacatan maupun kematian pada penderita penyakit

tuberculosis. Penyakit tuberculosis ini salah satu penyakit yang banyak terjadi

di dunia (Depkes RI 2011).

F. Konsep Batita

1. Pengertian

Batita ialah anak yang berusia dibawah tiga tahun (Depkes RI, 2009).

Proses pertumbuhan anak batita memerlukan beberapa zat makanan yang

banyak serta kualitas yang tinggi. Kelompok batita merupakan kelompok usia

yang rawan gizi dan penyakit. Menurut Wong (2008) Pertumbuhan ialah

perubahan jumlah dan ukuran sel yang ada diseluruh tubuh dengan cara

membelah diri dan sintesis protein, sehingga dapat menghasilkan perubahan

jumlah dan berat sel.


34

2. Tahapan Pertumbuhan Batita

Menurut Kemenkes RI (2016) pemenuhan kebutuhan nutrisi pada batita

dibagi menjadi 3 kelompok usia batita, yaitu:

a. Usia 6 bulan pertama

Kebutuhan nutrisi pada bayi 0 – 6 bulan cukup terpenuhi dari ASI saja (ASI

Eksklusif). ASI yang keluar prtama berwarna kekuningan (kolostrum) harus

diberikan pada bayi.

b. Usia 6 – 12 bulan

Pada usia ini ASI tetap diberikan hingga anak berusia 2 tahun. Anak pada

usia 6 – 12 bulan mulai dikenalkan dan diberi makanan pendamping ASI

sejak usia 6 bulan. Makanan utama adalah makanan padat yang diberikan

secara bertahap (bentuk, jumlah, dan frekuensi).

c. Usia 1 – 2 tahun

Pada usia ini ASI tetap diberikan hingga anak berusia 2 tahun. Bentuk

makanan yang diberikan pada anak berbeda dengan usia yang sebelumnya.

Pada usia ini tekstur makanan lebih kasar, misalnya memberikan makanan

yang dicincang. Frekuensi makan pada setiap harinya 3 – 4 kali dengan

ukuran sekitar 250 ml.

G. Konsep Posyandu Balita

1. Pengertian
35

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk

dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan

masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh,

dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas

Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Kemenkes RI, 2011).

2. Manfaat Penyelenggaraan Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), manfaat penyelenggaraan Posyandu yaitu :

a. untuk mendukung perbaikan perilaku;

b. mendukung perilaku hidup bersih dan sehat;

c. mencegah penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi;

d. mendukung pelayanan Keluarga Berencana;

e. mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam

penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan.

3. Kegiatan Bayi di Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), Pelayanan Posyandu untuk bayi harus

dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh

kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran

pelayanan, bayi sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama

bayi dengan pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu
36

disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur bayi. Adapun jenis

pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk bayi mencakup:

a. Penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan/tinggi badan

b. Pemantauan pertumbuhan bayi dilakukan oleh kader Posyandu dengan

melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang

badan/tinggi badan.

c. Penentuan status pertumbuhan

Hasil penimbangan berat badan yang dilakukan akan dicatat pada KMS

(kartu menuju sehat) yang akan menilai status gizi dan mendeteksi secara

dini jika terjadi gangguan pertumbuhan. KMS adalah kartu yang memuat

kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri BB/U

(Aritonang, 2013).

d. Penyuluhan dan konseling

Menurut Aritonang (2013) penyuluhan gizi di Posyandu dilakukan oleh

kader kepada ibu/keluarga balita. Penyuluhan dilakukan melalui

pendekatan perorangan, sehingga bukan merupakan penyuluhan kelompok

namun kader dapat melakukan penyuluhan kelompok pada hari Posyandu

atau di luar hari Posyandu.

e. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,

segera dirujuk ke Puskesmas.


37

H. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-

konsep atau variable-variabel yang akan di amati (diukur) melalui penelitian yang

di maksud (Notoadmojo, 2007).


Kriteria
1.Perilaku Baik: skor
Perilaku pemberian T ≥ mean T
imunisasi ( T ≥ 50 )
2.Perilaku Kurang
Baik: skor T < mean
T ( T <50 )
Faktor – faktor yang
mempengaruhi Faktor – faktor yang
Pengetahuan : Mempengaruhi Kriteria Pengetahuan :
1. Pendidikan Perilaku : 1. pengetahuan baik
2. Keterpaparan 1. Predisposing factor 76%-100%
informasi a. Pengetahuan 2. Pengetahuan sedang
a. Pengetahuan
56%-75%
3. Pengalaman pada b. Sikap 3. Pengetahuan kurang
anak sebelumnya c. Kepercayaan <56%
4. Usia d. Keyakinan
5. Lingkungan e. Nilai
6. Media 2. Enabling Factor
3. Renforcing factors
a.Lokasi pemberian
imunisasi

Keterangan :
: yang di teliti

: yang tidak di teliti

Bagan 2.1 kerangka konsep Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian
Imunisasi dasar lengkap pada batita di posyandu desa Sawo
38

Keterangan Kerangka Konsep :

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar diantaranya

tingkat Pendidikan orang tua, usia orang tua, tingkat pendapatan, lokasi

pemberian imunisasi, sikap petugas, kepercayaan, dukungan keluarga dan

tingkat pengetahuan orang tua. Dalam pembentukan perilaku terdapat

beberapa factor yang berpengaruh diantaranya predisposing, enabling dan

renforcing factors. Pengetahuan merupakan salah satu factor yang terdapat

dalam predisposing factors.

Kelengkapan imunisasi dasar lengkap untuk bayi merupakan salah

satu hal penting yang perlu dilakukan oleh orang tua sebagai usaha

preventif atau pencegahan terhadap penyakit menular yang bisa kapan saja

menyerang. Banyak alasan yang menyebabkan orang tua memilih tidak

membawa anaknya untuk imunisasi seperti takut dengan efek sampingnya,

merasa anaknya tidak perlu imunisasi, kesibukan orang tua, ketidaktahuan

tentang pelayanan imunisasi, imunisasi hanya akan membuat anak menjadi

sakit. Itu semua merupakan pandangan tiap orangtua bahwasanya

imunisasi tidak begitu bermanfaat untuk diberikan pada anaknya. Hal-hal

tersebut yang nantinya memicu persepsi setiap orang tua tentang

imunisasi, kemudian yang nantinya akan terbentuk intensi untuk

berprilaku. Dengan adanya intensi atau niat ini yang dapat membentuk

suatu perilaku atau tindakan dalam hal ini melakukan kelengkapan

imunisasi dasar bagi bayi.


39

I. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari pertanyaan

penelitian (Arikunto, 2006). Peneliti menyusun hipotesis ini, yaitu

H0 ; tidak terdapat Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian

imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo.

H1 ; terdapat Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian

imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo.


BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang metode penelitian, identitas variabel,

definisi operasional meliputi variabel, definisi operasional, parameter, alat ukur,

skala, skor, sampling desain meliputi populasi, sampel, sampling, tempat dan

waktu penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, etika

penelitian meliputi informed consent, anonymity confidentiality dan keterbatasan.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian yang

memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi

akurasi suatu hasil. (Nursalam,2003).Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Desain analitik yaitu

penelitian yang mwliatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah

ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi,

2013).

Sedangkan penelitan cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika kolerasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan

cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach), artinya setiap subjek hanya diteliti sekali saja, dapat

menegetahui degan jelas mana yang menjadi pemajan dan outcome, serta dapat

menjawab hubungan sebab akibat (Notoatmodjo, 2010).

40
41

B. Kerangka Kerja

Kerangka Kerja atau Frame work adalah sesuatu yang abstrak, logika secara

arti harfiah dan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan

dengan body of knowledge (Notoatmodjo, 2008). Jadi kerangka kerja akan

membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan ilmu

pengetahuan. Pada kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variabel

yang akan digunakan dalam penelitian.


42
POPULASI
Semua ibu yang mempunyai batita di lingkungan posyandu desa Sawo dengan jumlah 37
anak

Total sampling

SAMPEL
Seluruh ibu yang mempunyai batita di lingkungan posyandu desa Sawo yang berjumlah 37
orang

Pengumpulan Data
Lembar Kuesioner

Pengelolaan Data
- Editing
- Coding
- Scoring
- Tabulating

Analisa Data
Dengan uji
Spearman Rho

Jika p < 0,05 maka H0 ditolak H1 diterima : Terdapat Hubungan


pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian
imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo
Jika p ≥ 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak : Tidak terdapat Hubungan
pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian
imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian
imunisasi dasar lengkap pada batita di posyandu desa Sawo
43

C. Desain Sampling

1. Populasi Desain

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti. (Atmojo,2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua ibu yang mempunyai batita di

lingkungan posyandu desa Sawo dengan jumlah 37responden.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah proses penarikan sebagian subjek, gejala atau objek

yang ada pada populasi (Arikunto,2011). Sample dari penelitian ini adalah

Semua ibu yang mempunyai batita di lingkungan posyandu desa Sawo

yang memenuhi kriteria Inklusi yang berjumlah 37 responden.

a. Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau untuk diteliti. (Nursalam,

Siti Pariani, 2001). Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah Ibu

yang bersedia menjadi responden yang mempunyai batita, mampu

menulis, membaca dan memamahi cara mengisi lembar

kuesioner.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalahibu-ibuyang tidak kooperatif.


44

3. Tehnik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi, (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini teknik

pengambilan sampel secara Total Sampling artinya tehnik penetapan

sample dengan cara memilih seluruh sampel dari jumlah populasi

penelitian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti

(Nursalam,2008).

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2003). Variabel

pada penelitian ini meliputi variabel dependen dan independen.

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah yang nilainya menentukan variabel

lain suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan

dampak pada variabel dependen. Variabel yang bebas dimanipulasi,

diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya

terhadap pengaruh lain dalam ilmu keperawatan yang diberikan kepada

klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2007).

Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalahpengetahuan

ibu tentang imunisasi dasar.


45

2. Variabel Dependen

Variabel di nilainya ditentukan oleh variabel lain, variabel respon

akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain. Dalam

ilmu tingkah laku, variabel tergantung adalah aspek tingkah laku yang

diamati oleh suatu organisme yang dikenai stimulus, dengan kata lain

variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan

ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. (Nursalam,

2003). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku

ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti atau

makna pada masing-masing variabel untuk kepentingan akurasi, komunikasi,

dan replikasi agar memberikan pemahaman yang sama pada setiap orang

mengenai variabel-variabel yang di angkat dalam suatu penelitian. (Nursalam

dan pariani, 2001). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini akan

diuraikan dalam tabel dibawah.


46

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skoring/kriteria


Skoring :
INDEPENDEN Segala informasi yang Responden Lembar Ordinal 1 = jawaban
diketahui dan mampu Kuesioner benar
Pengetahuan Ibu menjawab 0= jawaban
dimengerti oleh ibu
tentang pertanyaan salah
pemberian tentangi imunisasi tentang : 1. pengetahuan
imunisasi dasar dasar pada batita a. Macam – baik 76%-100%
(definisi, waktu macam 2. Pengetahuan
pemberian, manfaat imunisasi sedang 56%-
dan bahaya jika tidak b. Efek 75%
diberikan) samping 3. Pengetahuan
imunisasi kurang
c. Waktu <56%
pemberia
n
d. Kontra
indikasi
e. Tujuan
imunisasi

DEPENDEN
Skoring :
Perilaku Responden mampu Lembar Ordinal Pernyataan Positif
Respon responden
pemberian menjawab Kuesioner 0: Tidak
imunisasidasar terhadap pemberian pertanyaan yang dan lembar 1: iya
pada Batita imunisasi dasar pada ada pada kuesioner KMS Pernyataan
batita yang diamati tentang : Negatif
peneliti melalui a. Waktu 1 : Tidak
lembar kuesioner pemberian 0: Iya
imunisasi Dengan
b. Penanganan interpretasi :
efek samping 1.Perilaku Baik :
imunisasi skor T≥ mean T
( T ≥ 50 )
2.Perilaku Kurang
baik: skor T <
mean T ( T <50 )
Pernyataan Positif
Tidak : 0
Iya : 1
Pernyataan
Negatif
Tidak : 1
Iya : 0
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu
dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo
47

F. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam

arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto,

2012). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner

tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasarpada

batita. Alat pengumpulan data pada penelitian menggunakan lembar kuesioner

dengan indicator skala likert untuk perilaku pemberian imunisasi dasar pada

batita.Pada penelitian ini tidak mengalami perubahan dan hal pengumpulan dan

instrument penelitian walaupun pada masa pendemi Covid-19 yang terjadi di

Indonesia dan pada bulan maret, dikarenakan penelitian ini dimulai sebelum

dilakukan pembatasan social di Desa Sawo Kecamatan Campurdarat.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan (Nursalam, 2014).

Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan

kuesioner pada ibu yang mempunyai batita usia dan memberikan kuesioner

tentangpengetahuan dan perilaku pemberian imunisasi dasar pada batita.

Adapun langkah pengumpulan data meliputi :

a. Mengurus perijinan penelitian di BAAK dan Komite Etik STIKes

Hutama Abdi Husada Tulungagung.

b. Mengurus perijinan penelitian di Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik (BAKESBANGPOL) Kabupaten Tulungagung.


48

c. Mengurus perijinan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung

d. Mengurus Perijinan ke Puskesmas Campurdarat

e. Peneliti meminta izin kepada bidan desa Sawo.

f. Peneliti mengikuti kegiatan posyandu dan memberikan penjelasan

kepada calon responden tentang kegiatan yang akan dilakukan peneliti

secara lisan dan menggunakan lembar penjelasan dan informasi, dan

bila calon responden bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani lembar Informed Consent, bagi responden yang tidak

datang ke posyandu peneliti mendatangi ke rumah masing-masing.

g. Peneliti membagikan lembar kuesioner untuk mengukur pengetahuan

dilanjutkan dengan pemberian kuesioner perilaku pemberian imunisasi

dasar .

h. Peneliti mengambil kembali lembar instrument penelitian yang telah

diisi oleh responden untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu kegiatan merubah data awal menjadi data

yang lebih tinggi yaitu data yang dapat memberikan informasi. Setelah

data pengetahuan ibu dan perilaku pemberian imunisasi dasar pada

batitadidapatkan selanjutnya data akan di lakukan pegolahan. Adapun

pengolahan data ini melalui tahap :

a. Editing

Pengecekan data terhadap lembaran kuisioner dilakukan selama

proses pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan semua

variabel terisi. Selama proses tersebut dilakukan penyuntingan data


49

oleh peneliti agar data yang salah atau meragukan dapat langsung

ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan.

b. Coding

Memberi tanda atau kode terhadap pertanyaan-pertanyaan yang

telah diajukan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah waktu

mengadakan tabulasi dan analisa. Peneliti memberikan kode antara

lain:

1) Data Umum

Kode Responden

R1 : Responden 1

R2 : Responden 2

R3 : Responden 3

R4 : Responden 4

2) Data Khusus

a) Variabel pengetahuan

P1 : Pengetahuan baik

P2 : Pengetahuan Sedang

P3 : Pengetahuan kurang

b) Variabel perilaku ibu

I1 : Perilaku Baik

I2 : Perilaku Kurang Baik

c. Scoring

Adalah pemberian skor atau nilai pada masing-masing responden.

Yaitu data yang telah terkumpul melalui lembar kuesioner dan


50

observasi kemudian dilakukan penelitian hubungan pengetahuan

dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di

posyandu desa Sawo dengan memberi skor

1) Pengetahuan :

Skoring :

1 = jawaban benar

0 = jawaban salah

2) Skoring perilaku ibu :

Pernyataan Positif

Tidak : 0

Iya :1

Pernyataan Negatif

Tidak : 1

Iya :0

d. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan untuk meringkas data yang termasuk

atau data mentah kedalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.

(Notoadmodjo,2007). Kemudian data diklasifikasikan berdasarkan

skala kuantitatif menurut Arikunto (2012) sebagai berikut:

1) 100% = seluruhnya dariresponden

2) 76%-99% = hampir seluruhnya dari responden

3) 51%-75% = sebagian besar dari responden

4) 50% = setengahnya dari responden


51

5) 26%-49% = hampir setengahnya dari responden

6) 1%-25% = sebagian kecil dari responden

7) 0% = tidak satupun dari responden

e. CleaningData

Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi

dan treatmen yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi

pemeriksaan data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada

nilai-nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai tidak terdefinisi, sedangkan

treatmen yang hilang adalah nilai dari suatu variabel yang tidak

diketahui dikarenakan jawaban responden yangmembingungkan.

4. Analisa Data

Analisa data adalah suatu pengolahan data dari data yang

terkumpul (Arikunto,2007). Pada penelitian ini setelah data terkumpul

dilakukan tehnik penyuntingan data dan coding. Skala pada penelitian ini

menggunakan skala ordinal, dimana responden memiliki salah satu

jawaban yang paling tepat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti.

Cara pengukuran pengetahuan :

Keterangan :

P=persentasi
52

F =frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan

yang telah dipilih responden atas pernyataan yang diajukan

n= jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi

pilihanresponden selaku peneliti 100% = bilangan genap

1) Kriteria Pengetahuan :

a) pengetahuan baik 76%-100%

b) Pengetahuan sedang 56%-75%

c) Pengetahuan kurang <56%

2) Cara pengukuran perilaku :

Skor T merupakan skor standart yang digunakan dalam skala likert

(Saiful Azwar,2009).

X− X
T=50+10 ( ¿
S

Keterangan :

X : Mean skor kelompok

S : Standart defiasi skor kelompok

x : Skor responden dalam skor T yang akan diubah menjadi

skor.

Perilaku dinyatakan baik jika skor T ≥ mean T ( T ≥ 50 ) dan

perilaku dinyatakan kurang baik apabila skor T < mean T ( T < 50)

Rumus Standart Deviasi

Keterangan :

s = standart deviasi
53

X = Skor responden

x = nilai rata – rata kelompok

n = jumlah sampel

Perhitungan harga x dan s tidak dilakukan pada distribusi skor dari

satu pertanyaan saja, melainkan dihitung dari distribusi skor total

keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untu

keseluruhan pernyataan (Wawan dan Dewi, 2010).

b. Analisis Bivariat

Untuk mencari hubungan antara data dari variabel

independentdan variabel dependent, semua variabel independent dan

variabel dependen yang berupa data kategorik dianalisis hubungannya

dengan menggunakan ujia spearman rho. Uji spearman rho merupakan

uji non parametrik untuk mengungkap keterkaitan antar dua variable

dengan skala data kategorik.

Kriteria pengujian hipotesis adalah:

a. Bila p value < 0,05 dikatakan significan, yaitu hipotesis nol (H0)

ditolak, maka H1 diterima yang berarti terdapat Hubungan

pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi

dasar pada batita di posyandu desa Sawo.

b. Bila p value ≥ 0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima, maka H1

ditolak yang berarti tidak ada Hubungan pengetahuan dengan

perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di

posyandu desa Sawo.


54

G. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan 18 Maret - 18 April 2020.

2. Tempat Penelitian

Balai desa Sawo kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung.

H. Etika Penelitian

Dalam pengambilan sampel penelitian, peneliti lebih dahulu menjelaskan

maksud dan tujuan serta manfaat kepada responden. Dengan demikian dalam

penelitian ini setelah menerima penjelasan maka responden diminta

menandatangani surat persetujuan sebagai responden. Dalam malakukan

penelitian ini peneliti telah mengajukan permohonan dan permintaan izin pada

pihak terkait. (Arikunto,2008).

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etika. Tujuan harus etis dalam arti peneliti harus menjaga

kerahasiaan identitas responden dengan tidak mencantumkan nama dan

alamat.

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan izin kepada kepala

Puskesmas Campurdarat dan pemerintah desa Sawo Campurdarat.Kemudian

mengadakan penelitian kepada mahasiswa yang diteliti dengan menekankan

pada masalah etik sebagai berikut :

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)


55

Lembar persetujuan akan disebarkan sebelum penelitian dilaksanakan

kepada seluruh responden yang akan diteliti. Tujuannya adalah agar

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang

diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan, jika subjek menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka responden hanya

mencantumkan nama inisial pada lembar pengumpulan data yang telah

diisi, lembar persetujuan hanya diberi kode tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality adalah menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan

responden (Nursalam, 2008). Kerahasiaan informasi dari responden

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

I. Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian

(Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan, yaitu peneliti

tidak dapat memastikan responden jujur atau berbohong dalam mengisi

kuesioner. Hambatan dalam pembahasan yang melibatkan paham agama

tertentu, untuk menghindari konflik.


BAB IV

HASILPENELITIAN

Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar

Pada Batita Di Posyandu Desa Sawo yang telah dilakukan pada tanggal 18 Maret

-18 April tahun 2020, dengan jumlah 37 responden. Adapun hasil penelitian

meliputi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, jumlah anak,

informasi sebelumnya, tingkat pengetahuan dan perilaku yang ditampilkan dalam

bentuk tabel dan diagram pie sebagai berikut:

1. Data Umum

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

UMUR IBU

15; 41%
17, 46%
21-24 Tahun
25-28 Tahun
29-33 Tahun

5; 14%

Sumber: Data Primer Penelitian, 2020


57

Diagram 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden


berdasarkanumur ibu di desa Sawo pada tahun 2020
Berdasarkan diagram 4.1 menunjukkan bahwa dari 37 responden yang diteliti,

hampir setengah dari umur responden dalam rentang 29-33 tahun dengan jumlah

17 responden (46%).

b. Karakteristik responden berdasarkan tingkatpendidikan

TINGKAT PENDIDIKAN

8; 22%
11; 30%

SMP
SMA
D3/S1

18; 49%

Sumber: Data Primer Penelitian, 2020


Diagram 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pendidikan ibu di desa Sawo pada tahun 2020

Berdasarkan diagram 4.2 didapatkan dari 37 responden yang diteliti, hampir

setengah dari responden mempunyai tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 18

responden (49%)
58

c. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak

JUMLAH ANAK

17; 46%
ANAK KE-1
20; 54% ANAK KE-2

Sumber: Data Primer Penelitian, 2020


Diagram 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
jumlah anak di desa Sawo pada tahun 2020

Diagram 4.3 menunjukkan bahwa lebih sebagian besar dari responden

merupakan anak kelahiran ke 2 dengan jumlah 20 responden (54%).

d. Karakteristik responden pernah tidaknya menerima informasi

SUMBER INFORMASI

12; 32%

TIDAK PERNAH
PERNAH

25; 68%

Sumber: Data Primer Penelitian, 2020


59

Diagram 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


sumber informasi ibu di desa Sawo pada tahun2020.
Diagram 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah pernah

menerima informasi tentang imunisasi wajib dasar dengan jumlah 25 responden

(68%).

2. Data Khusus

Pada bagian ini disajikan mengenai analisis data pengetahuan dengan perilaku

ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di posyandu desa Sawo pada

tanggal 18 Maret-18 April tahun 2020, yang terdiri dari analisis sebagai berikut:

a. Pengetahuan ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di Desa Sawo

Kecamatan Campurdarat

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dalam pemberian


imunisasi dasar pada batita di Desa Sawo pada tahun2020
Pengetahuan Frekuensi Prosentase
Baik 29 78%
Sedang 8 22%
Kurang 0 0%
Total 37 100%
Sumber: Data Primer Penelitian, 2020

Tabel 4.1 menunjukkan dari 37 responden yang diteliti, diketahui hampir

seluruh responden mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu dengan jumlah 29

responden (78%).
60

b. Perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di Desa Sawo

Kecamatan Campurdarat

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi


dasar pada batita di desa Sawo pada tahun2020
Perilaku Frekuensi Prosentase
Baik 22 59%
Sedang 8 22%
Kurang 7 19%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer Penelitian, 2020

Tabel 4.2 menunjukkan dari 37 responden yang diteliti, sebagian besar dari

responden mempunyai perilaku baik dengan jumlah 22 responden (59%).

3. Tabulasi silang hubungantingkat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam

pemberian imunisasi dasar pada batita di desa Sawo

Tabel 4.3 Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam
pemberian imunisasi dasar pada batita di desa Sawo pada
tahun2020
Perilaku Total Ρ
Tingkat
Kurang Sedang Baik
Pengetahuan
F % F % F % F %
Kurang 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
37.5 100 %
Sedang 3 4 50% 1 12.5% 8
%
.009
13.8 100%
Baik 4 4 13.8% 21 72.4% 29
%
Total 7 19% 8 22% 22 60% 37 100%
Sumber: Data Primer Penelitian, 2020
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 29 responden yang

mempunyai pengetahuan baik berperilaku baik sebanyak 21 responden (72,4%).

4. Uji statistik tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian

imunisasi dasar pada batita di desa Sawo

Dalam menentukan uji statistik maka hasil penelitian diuji menggunakan uji

normalitas agar dapat diketahui distribusi data menggunakan uji Kolmogorov


61

Smirnov. Uji kolmogorov Smirnov pada hasil penelitian ini ditemukan hasil 0.000

sehingga dapat dikatakan distribusi data tidak normal. Dikarenakan distribusi data

normal selanjutnya menggunakan uji statistik spearman rhountuk mengetahui

hubungan pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar

pada batita di posyandu desa Sawo tahun 2020. Berikut adalah hasil uji statistik

menggunakan spearman rho:

Tabel 5.2 Hasil uji statistik menggunakan spearman rho

Uji Statistik ρ Α
Kolmogorov Smirnov .000 0,05
Spearman rho .029 0,05

Berdasarkan tabel 5.2, didapatkan ρ value (0,029) dengan α (0,05), karena ρ

< α maka H0 ditolak dan H1 diterima sehinggaterdapathubungan pengetahuan

dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada batita di posyandu

desa Sawo tahun 2020.


BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang interpretasi dan diskusi hasil penelitian yang

dihubungkan dengan tinjauan teori atau studi kepustakaan dan penelitian terkait

yaitu Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi

Dasar Pada Batita Di Posyandu Desa Sawo Tahun 2020.

A. Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Batita Di

Posyandu Desa Sawo

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 37 responden yang diteliti, diketahui

hampir seluruh responden mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu dengan

jumlah 29 responden (78%).

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya tingkat pendidikan

dan sumber informasi sebelumnya. Pengetahuan dapat di definisikan sebagai

persepsiyang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan tabel 2 pada lampiran penelitian didapatkan bahwa pada tingkat

pendidikan D3/S1 mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 8 responden (22%).

Menurut teori yang disampaikan oleh Meliono (2007) menyebutkan bahwa

tingkat pendidikan berkorelasi terhadap wawasan dan pengetahuan seseorang.

Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik tingkat

pengetahuan orang tersebut.


63

Sejalan dengan teori dan fakta yang didapatkan oleh peneliti bahwa pada

tingkat pendidikan tinggi (D3/S1) seluruh responden mempunyai tingkat

pengetahuan baik. Menurut peneliti hal ini dikarenakan pada responden dengan

tingkat pendidikan tinggi mempunyai dasar dan bekal wawasan yang lebih baik.

Selain itu responden dengan pendidikan tinggi juga lebih mudah menerima dan

mengolah informasi sehingga lebih mudah memahami informasi yang diberikan.

Berdasarkan tabel 1 pada lampiran penelitian diketahui bahwa sebagian besar

responden yang sudah pernah menerima informsi terkait imunisasi wajib dasar

bagi batita mempunyai tingkat pengetahuan baik dengan jumlah 23 responden

(62%).

Menurut Damayanti (2016) seseorang yang sudah pernah menrima informasi

sebelumnya mempunyai pengetahuan lebih baik dari pada yang belum pernah

menerima informasi. Sehingga semakin sering seseorang menerima informasi

yang benar maka akan meningkatkan tingkat pengetahuan orang tersebut.

Sejalan anatara teori dan fakta yang ditemukan oleh peneliti bahwa responden

yang sudah pernah menerima informasi terkait dengan imunisasi dasar wajib

untuk balita mempunyai pengetahuan baik. Menurut pendapat peneliti hal ini

dikarenakan pada responden tersebut sudah pernah mendapat informasi sehingga

mempunyai dasar dan bekal yang kuat dalam merawat bayi sesuai dengan apa

yang dibutuhkannya. Termasuk dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi.

Selain itu juga menurut peneliti dikarenakan pada sebagaian orangtua yang sudah

pernah menerima informasi selalu update dan mencari informasi terbaru seputar

kesehatan balita dan fase tumbuh kembangnya.

Berdasarkan tabel 3 pada lampiran penelitian didapatkan bahwa responden


64

yang melahirkan anak ke-2 mempunyai tingkat pengetahuan baik dengan jumlah

15 responden (40%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnayni (2016)

menyebutkan bahwa orang tua yang sudah pernah melahirkan anak sebelumnya

mempunyai pengalaman yang lebih dalam merawat bayi daripada orangtua yang

baru melahirkan anak pertama kali.

Sejalan dengan teori dan fakta yang ditemukan oleh peneliti bahwa jumlah

orang tua yang mempunyai pengetahuan baik lebih banyak jumlahnya pada

kelompok yang sudah pernah melahirkan anak sebelumnya. Hal ini menurut

peneliti dikarenakan pada responden yang sudah mempunyai anak sebelumnya,

sudah pernah merawat bayi sehingga sudah berpengalaman jika disbanding

dengan responden yang baru melahirkan pertama kali. Selain itu pada orang tua

yang sudah pernah melahirkan sebelumnya juga sudah pernah menerima

informasi cara merawat bayi yang baik dan benar, sehingga mempunyai

pengetahuan yang lebih baik.

Berdasarkan tabel 4 pada lampiran penelitian bahwa responden pada rentang

usia 29-33 tahun mempunyai pengetahuan yang baik dengan jumlah 14 responden

(38%)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tarwoto dalam Atika (2013)

menyebutkan bahwa pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang

berkaitan dengan usia individu. Semakin matang usia seseorang semakin banyak

pengalamannya sehingga semakin mudah dalam mengolah informasi.

Sejalan antara fakta dan teori yang peneliti temukan bahwa pada responden

yang berusia 29-33 tahun mempunyai pengetahuan yang baik. Menurut peneliti

hal ini dikarenakan pada responden yang berusia 29-33 tahun merupakan usia
65

yang ideal dan cukup matang sehingga responden pada usia tersebut lebih banyak

mempunyai pengetahuan dan pengalaman jika dibanding dengan usia

dibawahnya. Selain itu pengalaman yang banyak menjadi tambahan pengetahuan

dan wawasan untuk orang tua.

B. Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Batita Di Posyandu

Desa Sawo

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 37 responden yang diteliti, diketahui

sebagian besar responden mempunyai perilaku baik dengan jumlah 22 responden

(59%).

Menurut teori yang dijelaskan oleh Notoadmodjo (2017) menyebutkan bahwa

dalam pembentukan perilaku terdapat beberapa faktor yang berpengaruh

diantaranya predisposing, enabling dan renforcing factors. Salah satu faktor

predisposing adalah tingkat pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang maka semakin baik perilaku orang tersebut (Ningrum 2018).

Berdasarkan tabel 6 pada lampiran penelitian didapatkan bahwa responden

yang mempunyai pendidikan D3/S1 mempunyai perilaku baik dengan jumlah 8

responden (22%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan SMP mempunyai perilaku

kurang baik dengan jumlah 6 responden (16%).

Sejalan dengan teori Notoadmojo (2017) bahwa faktor predisposisi perilaku

adalah pengetahuan. Pengetahuan didapat salah satunya dari tingkat pendidikan.

Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang baik akan menunjukan perilaku yang

baik.
66

Sejalan antara teori dan fakta yang ditemukan oleh peneliti bahwa responden

dengan perilaku baik lebih banyak pada tingkat pendidikan D3/S1 jika

dibandingkan dengan pendidikan dibawahnya. Menurut peneliti hal ini

dikarenakan responden dengan pendidikan tinggi sudah mempunyai banyak

informasi selain itu juga responden dengan pendidikan tinggi mudah menerima

dan memahami informasi yang diberikan, sehingga informasi sedikit yang

didapatkan bisa dikembangkan menjadi lebih luas.

Berdasarkan tabel 5 pada lampiran penelitian didapatkan bahwa responden

yang pernah menerima informasi mempunyai perilaku baik dengan jumlah 18

responden (49%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Edison (2013) menyebutkan bahwa

perilaku seseorang dipengaruhi dengan pengalaman yang pernah dilakukan.

Seseorang yang sudah mendapatkan informasi sebelumnya berarti sudah

mempuyai pengalaman dan pengalaman tersebut yang akan menjadi dasar dalam

menentukan perilakunya.

Sejalan antara teori dan fakta penelitian bahwa responden yang sudah pernah

menerima informasi sebelumnya mempunyai perilaku baik jika dibandingkan

dengan responden yang belum pernah menerima informasi sebelumnya. Menurut

peneliti hal ini dikarenakan pada responden yang sudah pernah mempunyai

informasi sebelumnya lebih banyak mempunyai wawasan dan pengalaman

daripada responden yang belum pernah menerima informasi. Selain itu sumber

informasi tersebut bisa dijadikan sebagai dasar dan pertimbangan dalam

melakukan sesuatu.
67

Berdasarkan tabel 7 pada lampiran penelitian diketahui bahwa responden

yang sudah melahirkan anak kedua mempunyai perilaku baik dengan jumlah 12

responden (32%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aristina (2014) menjelaskan

bahwa jumlah kelahiran berkorelasi dengan perilaku orang tua dalam pemberian

imunisasi dasar wajib untuk batita. Hal ini dikarenakan orangtua yang sudah

pernah merawat dan melahirkan anak mempunyai pengalaman yang lebih jika

dibanding dengan orang tua yang belum pernah melahirkan dan merawat anak.

Sejalan antara teori dan fakta penelitian bahwa pada responden yang sudah

pernah melahirkan anak sebelumnya mempunyai perilaku baik. Menurut peneliti

hal ini dikarenakan responden yang sudah pernah melahirkan bayi mempunyai

pengalaman yang lebih banyak dalam merawat dan mengasuh bayinya, sehingga

mempunyai wawasan yang lebih luas. Selain hal itu menurut peneliti pada

responden yang sudah pernah melahirkan bayi lebih banyak menerima arahan dan

penjelasan oleh tenaga kesehatan sehingga menjadi dasar dalam pengambilan

keputusan pada saat merawat bayi termasuk pemberian imunisasi dasar.

Berdasarkan tabel 8 pada lampiran penelitian didapatkan bahwa responden

pada usia 29-33 tahun mempunyai perilaku baik dengan jumlah 10 responden

(27%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Edison (2013) menyebutkan bahwa

semakin tinggi tingkat usia seseorang semakin banyak pengalaman yang

dimilikinya. Pengalaman ini menjadi dasar dalam menentukan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari.
68

Sejalan antara fakta dan teori dalam penelitian ini bahwa pada responden

dengan usia 29-33 tahun mempunyai perilaku lebih baik jika dibanding dengan

usia dibawahnya. Menurut peneliti hal ini dikarenakan pada usia tersebut

responden sudah lebih matang dan mempunyai pengalaman yang banyak jika

dibanding dengan usia dibawahnya. Pengalaman dan wawasan responden ini

menjadi pertimbangan yang utama dalam menentukan perilaku yang terbaik untuk

balitanya. Sehingga dengan sadar orangtua akan memberikan imunisasi pada

balita sesuai dengan jadwal yang seharusnya.

C. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi

Dasar Pada Batita Di Posyandu Desa Sawo Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 29 responden yang

mempunyai pengetahuan baik berperilaku baik sebanyak 21 responden (72,4%),

sedangkan dari 8 responden (100%) yang mempunyai pengetahuan sedang hanya

ada 1 responden (12,5%) yang berperilaku baik. Berdasarkan hasil analisis

komparatif sederhana menggunakan uji statistik spearman rho dimana tingkat

kemaknaan atau  (0,05) diperoleh nilai P 0,029sehingga Nilai P < Nilai 

olehkarena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat Hubungan Pengetahuan Dengan

Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Batita Di Posyandu Desa

Sawo Tahun 2020.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Atika (2013) didapatkan bahwa

individu yang mempunyai pengetahuan luas akan mempengaruhi perilakunya. Hal

ini berarti semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin baik perilaku yang
69

dilakukan oleh orang tersebut.

Sejalan atara teori dan fakta penelitian bahwa hampir seluruh responden yang

mempunyai pengetahuan dalam tingkat baik mempunyai perilaku yang baik. Hal

ini menurut peneliti dikarenakan responden yang mempunyai pengetahuan baik

telah mempunyai dasar dan bekal dalam setiap perilakunya. Responden dengan

pengetahuan yang baik akan paham bahwa imunisasi penting dan mempunyai

banyak manfaat sehingga pasti akan memberikan imunisasi dasar secara lengkap

sesuai jadwal pemberiannya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Ningrum (2018) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan berkorelasi positif

terhadap perilaku orangtua dalam pemberian imunisasi dasar pada balita.

Penelitian yang dilakukan oleh Edison (2013) menyebutkan bahwa pengetahuan

merupakan faktor predisposisi yang melatarbelakangi timbulnya perilaku

(behavior) dari individu.

Sejalan antara teori dan fakta yang ditemukan peneliti bahwa semakin baik

pengetahuan responden maka semakin baik perilakunya. Pengetahuan seseorang

menjadi dasar dalam mengambil keputusan dalam bentuk apapun. Pengambilan

keputusan orangtua untuk memberikan imunisasi dasar secara lengkap pada balita

merupakan wujud dari pengetahuan baik yang dimilik oleh orangtua.

Rekomendasi dari hasil penelitian ini perlu dilakukan upaya untuk

meningkatkan kesadaran terhadap perilaku dalam pentingnya memberikan

imunisasi dasar pada batita. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui edukasi

yang diberikan dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan keluarga. Oleh
70

karena itu pengetahuan orang tua tentang pentingnya imunisasi dasar pada batita

sangat penting. Sehingga edukasi dan peningkatan pemahaman orangtua tentang

imunisasi dasar harus terus dilakukan untuk memunculkan kesadaran pada

keluarga pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap pada batita.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dengan

Perilaku Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Batita Di Posyandu

Desa Sawo Tahun 2020 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan ibu di Posyandu Desa Sawo dalam pemberian imunisasi dasar

wajib untuk batita hampir seluruhnya mempunyai pengetahuan baik dengan

jumlah yaitu 29 ibu-ibu (78%), sedangkan responden yang mempunyai

pengetahuan sedang berjumlah 8 responden (22%).

2. Perilaku ibu di Posyandu Desa Sawo dalam pemberian imunisasi dasar

wajib untuk batita sebagian besar ibu-ibu di Posyandu Desa Sawo

Kecamatan Campurdarat mempunyai perilaku baik dengan jumlah 22 orang

(59%), responden yang mempunyai perilaku sedang berjumlah 8 responden

(22%) sedangkan sisanya mempunyai perilaku kurang dengan jumlah 7

responden (19%).

3. Terdapat Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian

Imunisasi Dasar Pada Batita Di Posyandu Desa Sawo Tahun 2020 dengan

nilai P 0,029 pada signifikansi 0,05.


72

B. Saran
1. Saran Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu tinjauan pustaka, bahan

perbandingan, serta acuan khususnya dalam mata kuliah keperawatan anak

berbasik evidance terkait perilaku pemberian imunisasi dasar lengkap pada

bayi.

b. Bagi Penelit iSelanjutnya

Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan besar sampel lebih

banyak, serta diharapkan menggali lebih dalam faktor-faktor yang menjadi

penyebab perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi yang kurang baik

atau tidak lengkap.

2. Saran Bagi Pengembangan Program

a. Bagi Puskesmas Campurdarat

Hasil penelitian ini perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran

terhadap perilaku dalam pentingnya memberikan imunisasi dasar pada

batita. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui edukasi yang diberikan

dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan keluarga. Sehingga

edukasi dan peningkatan pemahaman orangtua tentang imunisasi dasar

harus terus dilakukan untuk memunculkan kesadaran pada keluarga

pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap pada batita.

b. Bagi Orangtua dan Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan masukan bahwa pentingnya

meningkatkan kesadaran terhadap perilaku dalam pentingnya memberikan


73

imunisasi dasar pada batita. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui

edukasi yang diberikan dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan

keluarga untuk memberikan imunisasai dasar pada batita.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta


Aritonang I. 2013. Model Multilevel Pertumbuhan Anak Usia 0-24 Bulan dengan
Variabel yang Mempengaruhinya. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan. Hal: 130-142. Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta.
Bendo, P., & Magetan, D. (2016). Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi di wilayah kerja
puskesmas bendo kabupaten magetan, 8.
Damayanti, Betty. 2016. Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Kota Pari Kecamatan
Cermai Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Univeritas Sumatra Utara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Buku Saku Gizi . Jakarta:
Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009a. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta (ID): Depkes RI.
Departemen Kesehatan. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2011, Jakarta: DepKes
RI.
Departemen Kesehatan. 2014. Imunisasi Untuk Masa Depan Lebih Sehat. Jakarta:
DepKes RI.
Dinas kesehatan. 2014. Imunisasi Untuk Masa Depan Lebih Sehat. Jakarta:
DepKes RI
Hadinegoro, Sri Rezeki. 2011. Panduan Imunisasi Anak: Mencegah Lebih Baik
Daripada Mengobati. Jakarta: IDAI.
Halawa, Aristina. 2014. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan kepatuhan
ibu mengimunisasikan bayinya. STIKES William Booth Surabaya
Healy, C.M., Montesinos, D.P. & Middleman, A.B., 2014. Parent and provider
perspectives on immunization : Are providers overestimating parental
concerns ? Vaccine, 32(5), pp.579–584
Hidayat, A.A., 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, A.A., 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.
Ikawati, N.A., 2011. Pengaruh Karakteristik Orang Tua terhadap Status
Kelengkapan Imunissi Dasar pada Bayi di Kelurahan Banyu Anyar
Kabupaten Sampang. Universitas Airlangga.
Isnayni, E., 2016. Hubungan Karakteristik Ibu dan Peran Keluarga (Inti dan Non
Inti) dengan kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju
Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementrian Kesehatan dan JICA.
Lisnawati. 2011. Generasi Sehat Imunisasi. Yogyakarta: Trans Info Media
Marmi. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Pra Anak Sekolah. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar.
Meliono, I, dkk. 2007. Pengetahuan. Dalam: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga
Penerbitan FEUI
Mulyaningsih, Fitria. 2008. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi
Balita dan Pola Makan Balita terhadap Status Gizi Balita di kelurahan
Srihardono Kecamatan Pundong. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta
Ningrum, P.E., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi
Dasar pada Bayi di Puskesmas Bayudono Kabupaten Boyolali.
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Jakarta: Rineka
Cipta.
Noviyanti, R.D., Dwi Sarbini. 2010. Hubungan Status Gizi dengan Status
Imunitas Anak Balita di RW VII Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres,
Kota Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Skripsi.
Nursalam, 2015. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan 4th ed., Jakarta: Salemba Medika.
Pardede, S., 2010. Hubungan Kepatuhan Melakukan Imunisasi Dasar dengan
Angka Kejadian PD3I. Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta.
Permenkes. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 42
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta: DepKes RI.
Permenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Properawati. 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta; Nuha Offset.
Rahmah, Siti. 2011. Pengaruh Kegiatan Istighosah terhadap Pembentukan
Akhlak Siswa di SMP Islam Darussalam Tambak Madu Surabaya.Tesis.
UIN Sunam Ampel Surabaya
Rahmawati, A.I., 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi
Dasar Sebagai Pencegah Penyakit PD3I. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
Ranuh, I. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ranuh, I., 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia 4th ed., Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ridho, S., 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Ibu
Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kelurahan
Ngestiharjo Kabupaten Bantul Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Rini, A.P., 2009. Hubungan Anatar Karakteristik, Jumlah Anak dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Status Kelengkapan Imunisasi pada Bayi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Risqiawan, A., 2008. Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Ketidakikutsertaan
Balitanya ke Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Wilayah Kerja
Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.
Riyanto, A. 2013. Statistik Deskriptif untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sutopo, Agus. dkk. 2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Swarjana, I., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta: Andi.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Wong, D. L., M. H. Eaton., D. Wilson., M. L. Winkelstein, dan P. Schawartz.
2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
World Health Organization (WHO). 2012 .Angka Kematian Bayi. Amerika:
WHO.
Yusrianto, 2010. 100 Tanya Jawab Kesehatan Harian Untuk Balita, Yogyakarta:
Power Books.
Lampiran 1 Lembar Pengajuan Judul
Lampiran 2 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian

1. Kisi-kisi Kuesioner pengetahuan dalam pemberian imunisasi dasar pada Batita :

NO Kompetensi Dasar dan Butir Soal Jumlah


Indikator
Pengertian dan macam-
1 macam Imunisasi Dasar 1,3,4,6,7,8,9,10 8

2 Efek Samping dan waktu 11,12,13,14,15,16, 10


pemberian
17,18,19,20
3 Tujuan dan cara 2,5 2
mendapatkan

20
Jumlah Pertanyaan

2. Kisi-kisi kuesioner perilaku dalam pemberian imunisasi dasar pada Batita :


N Kompetensi Dasar dan Butir Soal Jumlah
O Indikator
Perilaku pemberian
1 imunisasi 1,2,4,5,6,8,9 7

2 Cara mengatasi efek pasca 3,7,10 3


imunisasi dan keyakinan
keluarga
10
Jumlah Pertanyaan
Lampiran 6 Lembar Konsultasi pembimbing I
Lampiran 7 Lembar Konsultasi pembimbing II
Lampiran 8 Surat Ethical Clearance
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian BAKESBANGPOL
Lampiran 10 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 11 Rekapitulasi hasil penelitian

Data Tabulasi Penelitian Tingkat Pengetahuan

SKORING
NO KODE RESP USIA INFORMASI SEBELUMNYA PENDIDIKAN ANAK KE- TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 R1 28 SUDAH SMA 2 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14
2 R2 21 TIDAK SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 13
3 R3 30 SUDAH D3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
4 R4 22 TIDAK SMP 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 13
5 R5 26 TIDAK SMA 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14
6 R6 28 SUDAH SMA 2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15
7 R7 32 SUDAH SMP 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 18
8 R8 21 TIDAK SMA 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 14
9 R9 22 SUDAH D3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17
10 R10 21 SUDAH SMP 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 15
11 R11 29 TIDAK SMA 2 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 15
12 R12 30 SUDAH SMA 2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15
13 R13 31 SUDAH SMP 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
14 R14 23 SUDAH D3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17
15 R15 25 SUDAH S1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 15
16 R16 24 TIDAK SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15
17 R17 29 SUDAH SMP 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
18 R18 23 SUDAH SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
19 R19 32 TIDAK SMA 2 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 15
20 R20 22 SUDAH SMP 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15
21 R21 29 SUDAH SMA 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
22 R22 23 SUDAH SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
23 R23 25 SUDAH SMA 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
24 R24 32 TIDAK SMP 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14
25 R25 33 SUDAH SMP 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14
26 R26 30 SUDAH S1 2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15
27 R27 24 TIDAK SMP 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15
28 R28 23 SUDAH SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
29 R29 22 SUDAH SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
30 R30 30 TIDAK SMP 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14
31 R31 32 SUDAH S1 2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 15
32 R32 30 TIDAK D3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
33 R33 23 SUDAH SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
34 R34 33 SUDAH SMA 2 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
35 R35 30 TIDAK SMA 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
36 R36 23 SUDAH D3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
37 R37 29 SUDAH SMA 2 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
Data Tabulasi Penelitian Perilaku

PERTANYAAN
NO KODE RESP NAMA USIA INFORMASI SEBELUMNYA PENDIDIKAN ANAK KE- SCORE
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 R1 28 SUDAH SMA 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
2 R2 21 TIDAK SMA 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 6
3 R3 30 SUDAH D3 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8
4 R4 22 TIDAK SMP 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 5
5 R5 26 TIDAK SMA 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7
6 R6 28 SUDAH SMA 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
7 R7 32 SUDAH SMP 2 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 6
8 R8 21 TIDAK SMA 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7
9 R9 22 SUDAH D3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
10 R10 21 SUDAH SMP 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5
11 R11 29 TIDAK SMA 2 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 7
12 R12 30 SUDAH SMA 2 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7
13 R13 31 SUDAH SMP 2 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 7
14 R14 23 SUDAH D3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
15 R15 25 SUDAH S1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
16 R16 24 TIDAK SMA 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8
17 R17 29 SUDAH SMP 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8
18 R18 23 SUDAH SMA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
19 R19 32 TIDAK SMA 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
20 R20 22 SUDAH SMP 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 6
21 R21 29 SUDAH SMA 2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
22 R22 23 SUDAH SMA 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 7
23 R23 25 SUDAH SMA 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
24 R24 32 TIDAK SMP 2 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 6
25 R25 33 SUDAH SMP 2 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7
26 R26 30 SUDAH S1 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9
27 R27 24 TIDAK SMP 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6
28 R28 23 SUDAH SMA 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
29 R29 22 SUDAH SMA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
30 R30 30 TIDAK SMP 2 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7
31 R31 32 SUDAH S1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
32 R32 30 TIDAK D3 2 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8
33 R33 23 SUDAH SMP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
34 R34 33 SUDAH SMA 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
35 R35 30 TIDAK SMA 2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8
36 R36 23 SUDAH D3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9
37 R37 29 SUDAH SMA 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
Lampiran 12 Tabulasi Silang Penelitian

LampiranTabulasi Silang

1. Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan data umum penelitian

a. Tabel 1 : Tabulasi informasi sebelumnya dengan tingkat pengetahuan


INFORMASISEBELUMNYA * PENGETAHUAN_CODE Crosstabulation
PENGETAHUAN_CODE
CUKUP BAIK Total
INFORMA TIDAK Count 6 6 12
SI_ PERNAH
SEBELUM % within
INFORMASI_SEBELUMNYA
50.0% 50.0% 100.0%
NYA
% within
PENGETAHUAN_CODE
75.0% 20.7% 32.4%

% of Total 16.2% 16.2% 32.4%


SUDAH Count 2 23 25
% within
INFORMASI_SEBELUMNYA
8.0% 92.0% 100.0%

% within
PENGETAHUAN_CODE
25.0% 79.3% 67.6%

% of Total 5.4% 62.2% 67.6%


Total Count 8 29 37
% within
INFORMASI_SEBELUMNYA
21.6% 78.4% 100.0%

% within
PENGETAHUAN_CODE
100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 21.6% 78.4% 100.0%


b. Tabel 2 : Tabulasi silang pendidikan dengan tingkat pengetahuan
PENDIDIKAN * PENGETAHUAN_CODE Crosstabulation
PENGETAHUAN_CODE
CUKUP BAIK Total
PENDIDIKAN SMP Count 4 7 11
% within PENDIDIKAN 36.4% 63.6% 100.0%
% within
50.0% 24.1% 29.7%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 10.8% 18.9% 29.7%
SMA Count 4 14 18
% within PENDIDIKAN 22.2% 77.8% 100.0%
% within
50.0% 48.3% 48.6%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 10.8% 37.8% 48.6%
D3/S1 Count 0 8 8
% within PENDIDIKAN .0% 100.0% 100.0%
% within
.0% 27.6% 21.6%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total .0% 21.6% 21.6%
Total Count 8 29 37
% within PENDIDIKAN 21.6% 78.4% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 21.6% 78.4% 100.0%
c.Tabel 3 : Tabulasi jumlah anak dengan tingkat pengetahuan
JUMLAH_ANAK * PENGETAHUAN_CODE Crosstabulation
PENGETAHUAN_CODE
CUKUP BAIK Total
JUMLAH_ANAK 1 Count 3 14 17
% within JUMLAH_ANAK 17.6% 82.4% 100.0%
% within
37.5% 48.3% 45.9%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 8.1% 37.8% 45.9%
2 Count 5 15 20
% within JUMLAH_ANAK 25.0% 75.0% 100.0%
% within
62.5% 51.7% 54.1%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 13.5% 40.5% 54.1%
Total Count 8 29 37
% within JUMLAH_ANAK 21.6% 78.4% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 21.6% 78.4% 100.0%
d. Tabel 4 : Tabulasi silang usia dengan tingkat pengetahuan
USIA_CODE * PENGETAHUAN_CODE Crosstabulation
PENGETAHUAN_CODE
CUKUP BAIK Total
USIA_CODE 21-24 Count 3 12 15
% within USIA_CODE 20.0% 80.0% 100.0%
% within
37.5% 41.4% 40.5%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 8.1% 32.4% 40.5%
25-28 Count 2 3 5
% within USIA_CODE 40.0% 60.0% 100.0%
% within
25.0% 10.3% 13.5%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 5.4% 8.1% 13.5%
29-33 Count 3 14 17
% within USIA_CODE 17.6% 82.4% 100.0%
% within
37.5% 48.3% 45.9%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 8.1% 37.8% 45.9%
Total Count 8 29 37
% within USIA_CODE 21.6% 78.4% 100.0%
% within
100.0% 100.0% 100.0%
PENGETAHUAN_CODE
% of Total 21.6% 78.4% 100.0%
2. Tabulasi silang perilaku dengan data umum penelitian
a.Tabel 5 : Tabulasi informasi sebelumnya dengan perilaku
INFORMASI_SEBELUMNYA * PERILAKU_CODE Crosstabulation
PERILAKU_CODE
KURANG SEDANG BAIK Total
INFORMASI TIDAK Count 4 4 4 12
_SEBELUM PERNAH
NYA % within
INFORMASI_SEBELUM 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%
NYA
% within
PERILAKU_CODE
57.1% 50.0% 18.2% 32.4%

% of Total 10.8% 10.8% 10.8% 32.4%


SUDAH Count 3 4 18 25
% within
INFORMASI_SEBELUM 12.0% 16.0% 72.0% 100.0%
NYA
% within
PERILAKU_CODE
42.9% 50.0% 81.8% 67.6%

% of Total 8.1% 10.8% 48.6% 67.6%


Total Count 7 8 22 37
% within
INFORMASI_SEBELUM 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%
NYA
% within
PERILAKU_CODE
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%


b. Tabel 6 : Tabulasi pendidikan dengan perilaku
PENDIDIKAN * PERILAKU_CODE Crosstabulation
PERILAKU_CODE
KURANG SEDANG BAIK Total
PENDIDIKAN SMP Count 6 3 2 11
% within PENDIDIKAN 54.5% 27.3% 18.2% 100.0%
% within
PERILAKU_CODE
85.7% 37.5% 9.1% 29.7%

% of Total 16.2% 8.1% 5.4% 29.7%


SMA Count 1 5 12 18
% within PENDIDIKAN 5.6% 27.8% 66.7% 100.0%
% within
PERILAKU_CODE
14.3% 62.5% 54.5% 48.6%

% of Total 2.7% 13.5% 32.4% 48.6%


D3 Count 0 0 8 8
/S1
% within PENDIDIKAN .0% .0% 100.0% 100.0%
% within
PERILAKU_CODE
.0% .0% 36.4% 21.6%

% of Total .0% .0% 21.6% 21.6%


Total Count 7 8 22 37
% within PENDIDIKAN 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%
% within
PERILAKU_CODE
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%


c. Tabel 7 : Tabulasi jumlah anak dengan perilaku
JUMLAH_ANAK * PERILAKU_CODE Crosstabulation
PERILAKU_CODE Total
KURANG SEDANG BAIK
JUMLAH_ANAK 1 Count 5 2 10 17
% within
JUMLAH_ANAK
29.4% 11.8% 58.8% 100.0%

% within
PERILAKU_CODE
71.4% 25.0% 45.5% 45.9%

% of Total 13.5% 5.4% 27.0% 45.9%


2 Count 2 6 12 20
% within
JUMLAH_ANAK
10.0% 30.0% 60.0% 100.0%

% within
PERILAKU_CODE
28.6% 75.0% 54.5% 54.1%

% of Total 5.4% 16.2% 32.4% 54.1%


Total Count 7 8 22 37
% within
JUMLAH_ANAK
18.9% 21.6% 59.5% 100.0%

% within
PERILAKU_CODE
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%


d. Tabel 8 : Tabulasi silang usia dengan perilaku
USIA_CODE * PERILAKU_CODE Crosstabulation
PERILAKU_CODE Total
KURANG SEDANG BAIK
USIA_CODE 21-24 Count 5 2 8 15
% within
33.3% 13.3% 53.3% 100.0%
USIA_CODE
% within
71.4% 25.0% 36.4% 40.5%
PERILAKU_CODE
% of Total 13.5% 5.4% 21.6% 40.5%
25-28 Count 0 1 4 5
% within
.0% 20.0% 80.0% 100.0%
USIA_CODE
% within
.0% 12.5% 18.2% 13.5%
PERILAKU_CODE
% of Total .0% 2.7% 10.8% 13.5%
29-33 Count 2 5 10 17
% within
11.8% 29.4% 58.8% 100.0%
USIA_CODE
% within
28.6% 62.5% 45.5% 45.9%
PERILAKU_CODE
% of Total 5.4% 13.5% 27.0% 45.9%
Total Count 7 8 22 37
% within USIA_CODE 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%
% within PERILAKU_CODE 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%

3. Tabulasi silang perilaku dengan data umum penelitian


PERILAKU_CODE Total
KURANG SEDANG BAIK
PENGETAHUAN CUKUP Count 3 4 1 8
_CODE
% within
PENGETAHUAN_CODE
37.5% 50.0% 12.5% 100.0%

% within
PERILAKU_CODE
42.9% 50.0% 4.5% 21.6%

% of Total 8.1% 10.8% 2.7% 21.6%


BAIK Count 4 4 21 29
% within
PENGETAHUAN_CODE
13.8% 13.8% 72.4% 100.0%

% within
PERILAKU_CODE
57.1% 50.0% 95.5% 78.4%

% of Total 10.8% 10.8% 56.8% 78.4%


Total Count 7 8 22 37
% within
PENGETAHUAN_CODE
18.9% 21.6% 59.5% 100.0%

% within
PERILAKU_CODE
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 18.9% 21.6% 59.5% 100.0%

e.
Lampiran 13 Uji Statistik penelitian

A. Tabel Uji Normalitas dan Uji hipotesis


1. Uji Normalitas Saphiro Wilk
Tests of Normality
PERILAKU_ Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
CODE Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
PENGETA KURANG .360 7 .007 .664 7 .001
HUAN_CO SEDANG .325 8 .013 .665 8 .001
DE BAIK .539 22 .000 .221 22 .000
a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Hipotesis Spearman rho


Correlations
PENGETAHUAN PERILAKU
Spearma PENGETAHUAN Correlation
1.000 .360*
n's rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .029
N 37 37
PERILAKU Correlation
.360* 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .029 .
N 37 37
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai