Anda di halaman 1dari 5

Paper Mahasiswa Tugas Teori Pariwisata

Program Problem Based Learning


PROGRAM OASE
Paper No. 005

Budaya pariwisata dalam menganalisis jangka


panjang dan jangka pendek antara indonesia dan
malaysia
kelompok 5
Noel lano arta dew ( 1911521048 )
Muhammad billal rachmansyah (1911521050 )
Sahal mahfud (1911521053)
Mardiana skolastika syukur ( 1911521079 )
Jasmine athar ( 1911521083)
Tiara novita ( 1911521084)
Industri perjalanan wisata atau Fakultas pariwisata, Universitas Udayana
bali, Indonesia
Alamat email
Tiaranvt01@gmail.com

Abstract—. Geert Hofstede mengidentifikasi 5 model dimensi yaitu : power distance, individualism vs collectivism,
masculine vs feminies, uncertainty avoidance, dan orientasi jangka panjang dan jangka pendek. Dimensi yang
dilakukan pada penelitian ini yaitu dimensi orientasi jangka panjang dan jangka pendek, orientasi jangka panjang
dapat dilihat dari individunya yang melihat ke masa depan,nilai penghematan dan ketekunan. Dan Budaya orientasi
jangka pendek adalah individunya lebih mengutamakan rasa individunya lebih mengutamakan rasa hormat kepada
nilai tradisi dan memenuhi peraturan social.tujuan dari penelitia ini adalah Untuk menjelaskan bagaimana dinamika
sektor pariwisata Indonesia dan Malaysia menggunakan teori Hofstede, Untuk memahami bagaimana perbandingan
orientasi jangka panjang dan jangka pendek pengembangan pariwisata antara Indonesia dan Malaysia. Metode yang
digunakan Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan sdata yang dilakukan melalui studi
bahan- bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer, seperti studi kepustakaan. Hasil dari penilitan
ini menyatakan bahwa Skor tinggi Indonesia (62) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki budaya
pragmatis. Dalam masyarakat dengan orientasi pragmatis, orang percaya bahwa kebenaran sangat bergantung pada
situasi, konteks dan waktu. hasil skor rendah (41) dalam dimensi ini berarti masyarakat Malaysia memiliki budaya
normatif. Simpulan penelitian ini Masyarakat dengan orientasi jangka pendek lebih suka mempertahankan tradisi
dan norma yang sudah mapan, sambil melihat perubahan sosial dengan kecurigaan. Di sisi lain, mereka yang
memiliki budaya dengan orientasi jangka panjang mengadopsi pendekatan yang lebih praktis, mendorong
penghematan dan upaya dalam pendidikan modern sebagai cara untuk mempersiapkan masa depan.

Kata Kunci— Geert Hofstede Orientasi jangka panjang Dan Jangka Pendek

I .PENDAHULUAN
Pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu perjalanan dari satu tempat menuju tempat lain yang bersifat
sementara, yang biasanya dilakukan orang-orang yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja terus dan
memanfaatkan waktu libur dengan menghabiskan waktu bersama keluarga untuk berekreasi.
Indonesia adalah Negara kepulauan di Asia Tenggara yang terletak di antara dua benua yaitu benua Asia
dna Benua Austraia atau Oceania. Mayoritas kekayaan indonesia adalah kondisi alam misalnya yaitu lautan.
Indonesia mempunyai puluhan ribu pulau besar dan kecil yang tersebar di sekitar katulistiwa yangmempunyai cuaca

XXX-1
tropis. Hal ini menjadikan indonesia sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman dengan potensi wisata dari
suku, budaya dan etnis.
Objek wisata alam dilengkapi dengan warisan budaya yang mencerminkan sejarah Indonesia yang dinamis
dan keragaman etnis. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki daya saing pariwisata cukup tinggi, itu
sebabnya Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan wisatawan mancanegara yang baik. Oleh karena itu, indonesia
menjalin kerjasama dengan Malaysia untuk dapat meningkatkan sektor pariwisata kedepan. Serta melakukan
Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar
generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia
Malaysia terletak di asia tenggara yang terletak baik di pulau utama maupun daratan Asia. Di barat,
Malaysia menempati bagain Semenanjung Malaya (atau Malaka), yang juga ditempati Thailand. Di timur wilayah
Malaysia mencakup negara bagian Sabah dan Serawak di pulau Kalimantan, dimana Kalimantan adalah pulau
terbesar ketiga di dunia. Oleh karena itu, indonesia dan Malaysia memiliki kebudayaan yang juga hampir mirip.
Malaysia memiliki beragam budaya serta orang-orang yang ramah, kuliner yang nikmat, festifal yang menarik,
gedung pencakar langit dan negara yang dilengkapi dengan layanan perhotelan kelas dunia dan infrastuktur
pariwisata yang canggih.
Indonesia dan Malaysia telah bekerjasama sejak lama. Berbagai kerja sama telah dilakukan Indonesia
dengan Malaysia hingga saat ini, sehingga tercipta hubungan baik diantara kedua negara. Kerjasama yang dilakukan
misalnya bidang sosial budaya. Sektor kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang bersifat multi dimensi,
yaitu tidak hanya mengacu pada satu faktor internal, tetapi juga eksternal yang lebih bersifat makro karena terkait
dengan banyak pihak. Sektor pariwisata telah mengambil peran penting dalam studi Hubungan Internasional dengan
mencapai kepentingan nasional setiap negara dunia. Dimana dalam kerjasama pariwisata setiap negara dapat
melakukan kerjasama bilateral maupun multilateral dengan cara negara melalui perwakilan resmi dan actor-aktor
lain yang berusaha untuk menyampaikan dan mengkordinasikan. Dengan ini dilakukan melalui korespondensi,
pembicaraan tidak resmi, saling menyampaikan cara pandang, lobby, kunjungan, dan aktivitas-aktivitas lainnya
yang terkait Oleh karena itu, sektor pariwisata menghasilkan devisa yang cukup tinggi dalam perekonomian bangsa-
bangsa di dunia, hal ini terwujud dengan meningkatkanya kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa dunia yang
semakin baik dan maju karena sektor pariwisatanya.
Industri pariwisata apabila ditinjau dari segi dan budaya,secara tidak langsung memberikan peran penting
dari perkembangan budaya Indonesia karena dengan adanya suatu objek wisata maka dapat memperkenalkan
keragaman budaya yag dimiliki suatu budaya yang dimiliki sebuah Negara seperti kesenian tradisional,upacara-
upacara agama atau adat yang menarik perhatian wisatawan asing dan wisatawan Indonesia . Industri pariwisata
yang berkembang dengan pesat memberikan pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung
(Turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Hal tersebut menjadikan para wisatawan dan
mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal yang
dianut oleh masyarakat tersebut ( Spillane.1994)

XXX-2
Urgensi pengembangan sektor kepariwisataan menjadi sesuatu yang sangat penting terutama dikaitkan
dengan tuntutan atas sumber perolehan devisa. Ada beberapa teori budaya yang dapat mempengaruhi perkembangan
pariwisata negara tersebut, salah satunya adalah Teori dari Geert Hofstede atau dikenal dengan Teori Hofstede.
Yang membahas 6 dimensi, yang peneliti bahas kali ini yaitu Long Term Orientation (LTO) dan juga Short Term
Orientation , Budaya Orientasi jangka panjang dapat dilihat dari individunya yang melihat ke masa depan,nilai
penghematan dan ketekunan. Dan Budaya orientasi jangka pendek adalah individunya lebih mengutamakan rasa
individunya lebih mengutamakan rasa hormat kepada nilai tradisi dan memenuhi peraturan social, oleh karena itu
penulis merumuskan masalah, yaitu : “Bagaimana budaya pariwisata dalam menganalisis orientasi jangka panjang
panjang dan jangka pendek antara indonesia dan Malaysia?” dengan tujuan penelitian Untuk menjelaskan
bagaimana dinamika sektor pariwisata Indonesia dan Malaysia menggunakan teori Hofstede, Untuk memahami
bagaimana perbandingan orientasi jangka panjang dan jangka pendek pengembangan pariwisata antara Indonesia
dan Malaysia.

II. METODE DAN PROSEDUR


Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan sdata yang dilakukan melalui studi bahan-
bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
instrumen sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku- buku, karya ilmiah, pendapat para
ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

iii. Hasil dan Pembahasan


Budaya pariwisata dalam menganalisis Orientasi jangka panjang (Long Term Orientation – Pragmatic) vs
Orientasi Jangka Pendek (Short Term Orientation – Normative) antara Indonesia dan Malaysia

Dimensi Budaya Hofstede Indonesia dan Malaysia


Perbandingan Negara Indonesia dan Malaysia menurut Geert Hofstede

XXX-3
Sumber: httpss://geert-hofstede.com/Indonesia.html

Poin ini berfokus pada tingkatan ketaatan jangka panjang masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional.
Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat bahwa ke masa depan dan menghargai penghematan,
ketekunan dan tradisi. Setiap masyarakat harus memelihara beberapa hal terkait dengan masa lalunya saat
menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Masyarakat memprioritaskan dua tujuan eksistensial ini secara
berbeda. Masyarakat yang memiliki nilai rendah pada dimensi ini, misalnya, lebih memilih untuk mempertahankan
tradisi dan norma yang dianggap memiliki nilai yang terhormat. Pada saat yang sama, masyarakat ini juga
memandang perubahan sosial dengan rasa curiga. Sedangkan untuk masyarakat dengan nilai dimensi yang tinggi
mengambil pendekatan yang lebih pragmatis: mereka mendorong pemakaian sumberdaya secara bijak dan berupaya
mendorong pendidikan dengan cara modern sebagai cara untuk mempersiapkan masa depan.
Skor tinggi Indonesia (62) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki budaya pragmatis. Dalam
masyarakat dengan orientasi pragmatis, orang percaya bahwa kebenaran sangat bergantung pada situasi, konteks dan
waktu. Mereka menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan tradisi dengan mudah pada kondisi yang berubah,
kecenderungan yang kuat untuk menyelamatkan dan menginvestasikan, menghemat, dan tekun dalam mencapai
hasil skor rendah (41) dalam dimensi ini berarti masyarakat Malaysia memiliki budaya normatif. Orang-orang di
masyarakat seperti itu memiliki kepedulian yang kuat untuk membangun kebenaran sejati masyarakat normatif
dalam pemikiran mereka. Mereka menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap tradisi, kecenderungan yang relatif
kecil untuk menyelamatkan masa depan, dan fokus pada pencapaian hasil yang cepat.
Setiap masyarakat harus memelihara beberapa hubungan dengan masa lalunya sendiri sambil menghadapi
tantangan masa kini dan masa depan. Secara umum, masyarakat memprioritaskan dua tujuan eksistensial ini secara
berbeda. Masyarakat dengan orientasi jangka pendek lebih suka mempertahankan tradisi dan norma yang sudah
mapan, sambil melihat perubahan sosial dengan kecurigaan. Di sisi lain, mereka yang memiliki budaya dengan
orientasi jangka panjang mengadopsi pendekatan yang lebih praktis, mendorong penghematan dan upaya dalam
pendidikan modern sebagai cara untuk mempersiapkan masa depan.
Adapun orientasi jangka panjang berfokus pada orientasi kebajikan di masa depan. Bersedia untuk
menunda kesuksesan sosial jangka pendek atau bahkan kepuasan emosional jangka pendek untuk mempersiapkan
masa depan. Jika Anda memiliki perspektif budaya ini, Anda menghargai ketekunan, ketekunan, tabungan, dan
kemampuan beradaptasi.
Sedangkan, orientasi jangka pendek berfokus pada masa kini atau masa lalu dan dianggap lebih penting
daripada masa depan. Jika Anda memiliki orientasi jangka pendek, Anda menghargai tradisi, hierarki sosial saat ini
dan pemenuhan kewajiban sosial. Impor kepuasan lebih cepat daripada kepuasan jangka panjang.
Alhasil, untuk mengetahui skor negara suatu negara, Hofstede telah memformulasikan di mana kita dapat
memeriksa dan membandingkannya dengan negara-negara lain. Bahkan jika suatu negara mendapat skor tinggi pada
beberapa dimensi budaya, tidak semua warga negara harus melakukannya. Karakteristik ini lebih seragam di
masyarakat kecil yang memiliki kepercayaan yang sama. Itulah sebabnya dimensi budaya ini diterapkan pada
masyarakat, pada kelompok besar, sehingga pada tingkat individu setiap orang, terlepas dari kelompok

XXX-4
keanggotaannya, dapat memberikan skor berbeda pada dimensi ini guna menentukan antara orientasi jangka panjang
dan jangka pendek.

1 KESIMPULAN

Setiap masyarakat harus memelihara beberapa hal terkait dengan masa lalunya saat menghadapi tantangan
masa kini dan masa depan. Masyarakat yang memiliki nilai rendah pada dimensi ini, misalnya, lebih memilih untuk
mempertahankan tradisi dan norma yang dianggap memiliki nilai yang terhormat. Pada saat yang sama, masyarakat
ini juga memandang perubahan sosial dengan rasa curiga. Skor tinggi Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia memiliki budaya pragmatis.

Dalam masyarakat dengan orientasi pragmatis, orang percaya bahwa kebenaran sangat bergantung pada
situasi, konteks dan waktu. Mereka menunjukkan kemampuan untuk menyesuaikan tradisi dengan mudah pada
kondisi yang berubah, kecenderungan yang kuat untuk menyelamatkan dan menginvestasikan, menghemat, dan
tekun dalam mencapai hasil skor rendah dalam dimensi ini berarti masyarakat Malaysia memiliki budaya normatif.
Orang-orang di masyarakat seperti itu memiliki kepedulian yang kuat untuk membangun kebenaran sejati
masyarakat normatif dalam pemikiran mereka. Mereka menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap tradisi,
kecenderungan yang relatif kecil untuk menyelamatkan masa depan, dan fokus pada pencapaian hasil yang cepat.

Setiap masyarakat harus memelihara beberapa hubungan dengan masa lalunya sendiri sambil menghadapi
tantangan masa kini dan masa depan. Masyarakat dengan orientasi jangka pendek lebih suka mempertahankan
tradisi dan norma yang sudah mapan, sambil melihat perubahan sosial dengan kecurigaan. Di sisi lain, mereka yang
memiliki budaya dengan orientasi jangka panjang mengadopsi pendekatan yang lebih praktis, mendorong
penghematan dan upaya dalam pendidikan modern sebagai cara untuk mempersiapkan masa depan. Alhasil, untuk
mengetahui skor negara suatu negara, Hofstede telah memformulasikan di mana kita dapat memeriksa dan
membandingkannya dengan negara-negara lain. Karakteristik ini lebih seragam di masyarakat kecil yang memiliki
kepercayaan yang sama.

Ucapan Terima Kasih


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori-Teori Pariwisata
dan juga menambah wawasan keilmuan kita terutama dibidang literasi. Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. I Wayan Suardana, SST.Par, M.Par selaku dosen pengampu mata kuliah teori-Teori Pariwisata
2. Kepada teman teman yang telah membantu Menyusun laporan ini sehingga di harapkan dapat bermanfaat dan
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Daftar Pustaka

[1] Sugiyarto, Rabith Jihan Amaruli. 2018, Jurnal Administrasi Bisnis : Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya dan
Kearifan Lokal Volume 7, Nomor 1, pp. 45-52. Semarang : Universitas Diponogoro

[2] Yosua yudaikawira utama. 2017. Analisis pengaruh budaya & keluarga terhadap orientasi wirausaha orang muda di
indonesia dan malaysia. yogyakarta : Universitas atma jaya

WEBSITE

[1] https://edutainmentglobalworkplace.wordpress.com/2015/07/13/hofstede-5-dimension-of-culture

XXX-5

Anda mungkin juga menyukai