Anda di halaman 1dari 13

RESUME

Psikologi Pembelajaran Matematika Di SD


Melaksanakan Pembelajaran Konseptual dan Problem Solving

Dinda Amranisa

18129241

18 AT 01

Dosen Pembimbing:
Melva Zainil ST, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1.
A. Matematika sebagai Konseptual
Matematika merupakan induk ilmu pengetahuan dan memiliki
peran penting dalam kemajuan suatu bangsa. Matematika telah digunakan
sebagai alat penting diberbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik,
kedokteran atau medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti
ekonomi.Setiap materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep
yang harus dikuasai siswa. Pemahaman konsep sangat penting, karena
dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari
matematika. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada
penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk
mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi,
koneksi dan pemecahan masalah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa objek langsung belajar
matematika itu pada hakikatnya merupakan penanaman penalaran dan
pembinaan keterampilan dari konsep-konsep, yaitu ide-ide atau gagasan-
gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Jika dihubungkan
dengan proses pembelajaran yang diselenggarakan guru dalam rangka
transfer kurikulum maka konsep-konsep matematika yang tersusun dalam
GBPP matematika SD.Menurut Karso (2014) dapat dikelompokkan ke
dalam tiga jenis konsep, yaitu konsep dasar, konsep yang berkembang dari
konsep dasar, dan konsep yang harus dibina keterampilannya.
1. Konsep Dasar
Konsep dasar pada pembelajaran matematika merupakan materi-materi
atau bahan-bahan dan sekumpulan bahasan atau semesta bahasan, dan
umumnya merupakan materi baru untuk para siswa yang
mempelajarinya.
Konsep-konsep dasar ini merupakan konsep-konsep yang pertama kali
dipelajari oleh para siswa dari sejumlah konsep yang diberikan. Oleh
karena itu, setelah konsep dasar ini ditanamkan maka konsep dasar ini
akan menjadi prasyarat dalam memahami konsep-konsep berikutnya.
2. Konsep yang Berkembang
Konsep yang berkembang dari konsep dasar merupakan sifat atau
penerapan dari konsep-konsep dasar. Konsep yang berkembang ini
merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam mempelajarinya
memerlukan pengetahuan tentang konsep dasar. Dengan kata lain,
konsep jenis ini akan mudah dipahami oleh para siswa apabila mereka
telah menguasai konsep prasyaratnya, yaitu konsep dasarnya.

3. Konsep yang Harus Dibina Keterampilannya

Konsep yang termasuk ke dalam jenis konsep ini dapat merupakan


konsep-konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang. Konsep-
konsep jenis ini perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari guru
sehingga para siswa mempunyai keterampilan dalam menggunakan
atau menampilkan konsep-konsep dasar maupun konsep-konsep yang
berkembang. Dengan adanya pembinaan keterampilan terhadap
konsep-konsep ini diharapkan proses pembelajaran matematika dapat
mengkaji isu-isu tentang kurangnya keterampilan berhitung.

Untuk lebih konkretnya lagi kita akan melihat beberapa contoh


tentang jenis-jenis konsep di atas dan bagaimana kaitan dari ketiganya
yang kesemuanya akan diambil dari kurikulum matematika SD.

Contoh:
Dalam bahan pelajaran (pokok bahasan/sub pokok bahasan)
penjumlahan di kelas I (sekumpulan bahasan) meliputi:
(a) Menjumlah dua bilangan dengan satu angka dengan hasil sampai
dengan 5.
(b) Mengenal sifat pertukaran pada penjumlahan.
(c) Menentukan pasangan bilangan yang jumlahnya diketahui, dan
tidak lebih dari 5.

(d) Menyelesaikan cerita sederhana.


Keempat bagian dari bahan pelajaran tersebut merupakan
sekumpulan bahasan yang harus dipelajari oleh siswa. Untuk
memudahkan pembelajarannya kita akan memilah-milahkannya ke
dalam jenis-jenis konsep, yaitu:
1) Konsep dasar
Sekumpulan bahasannya adalah mengenai operasi hitung
penjumlahan (pada bilangan 1 sampai dengan 5). Sedangkan
konsep-konsep dasarnya adalah mengenal istilah atau pengertian
“penjumlahan” dan “lambang untuk penjumlahan (+)”. Konsep
dasar tersebut dinyatakan dalam bentuk kalimat matematika seperti
2 + 1= 3, 3 + 2 = 5, atau 1 + 4 = 5 dan semacamnya dengan hasil
tidak melebihi 5. Pada kalimat matematika ini siswa belajar tentang
bagian-bagian dari kalimat matematika tersebut, meliputi suku-
sukunya yaitu bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, dan 5, lambang untuk
penjumlahan yaitu (+), lambang untuk sama dengan yaitu (=) yang
kesemuanya merupakan fakta-fakta yang menunjang pemahaman
konsep dasar penjumlahan.
2) Konsep yang berkembang dari konsep dasar
Konsep yang dikembangkan dari konsep-konsep dasar di atas
adalah “pengenalan tentang sifat pertukaran pada penjumlahan”
(bagian b), misalnya 2 + 1 = 1 + 2, 3 + 2 = 2 + 3 dan semacamnya.
Nama sifat tidak diperkenalkan kepada para siswa, yang terpenting
siswa memahami konsep bahwa dalam penjumlahan dua bilangan
nilainya akan sama walaupun saling ditukar. Konsep yang
berkembang lainnya adalah bagian (c), yaitu menentukan pasangan
bilangan yang jumlahnya diketahui, tidak lebih dari 5 adalah
sebagian dari fakta-fakta dasar operasi hitung penjumlahan, yaitu 1
+ 4 = 5, 2 + ... = 5, ... + 2 = 5, … + … = 5 atau disajikan dalam
bentuk:
3) Konsep yang harus dibina keterampilannya
Supaya siswa terampil dalam menampilkan konsep-konsep yang
telah dipelajarinya baik konsep dasar maupun yang berkembang
seperti di atas maka jelaslah bahwa dari sekumpulan bahasan
tersebut yang merupakan contoh dari jenis konsep ini adalah
bagian (d). Dalam bagian (d) ini siswa melakukan latihan untuk
membina keterampilan dari sekumpulan” bahasan, yaitu
menyelesaikan soal-soal cerita sederhana yang melibatkan
penjumlahan bilangan 1 sampai dengan 5. Misalnya: “Tati
mempunyai 2 permen. Ia membeli lagi 3 permen. Berapakah
banyaknya permen Tati sekarang?” Dalam menyelesaikan soal
cerita, ditekankan pada pembinaan keterampilan, yaitu mampu
mengenal “apa yang diketahui”, “apa yang ditanyakan”, dan
“pengerjaan hitung apa yang diperlukan”.

B. Problem Solving
1. Pengertian Problem Solving
Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu
problem dan solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is
difficult to deal with or understand” (suatu hal yang sulit untuk
melakukannya atau memahaminya), dapat jika diartikan “a question to
be answered or solved” (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan
keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to
problem” (mencari jawaban suatu masalah).
Sedangkan secara terminologi problem solving seperti yang
diartikan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:102) adalah
suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu
masalah.Sedangkan menurut istilah Mulyasa (2004:111) problem
solving adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada
peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan permasalahan,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi
pembelajaran.
Metode problem solving yang dimaksud adalah suatu
pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata, dan
masalah-masalah tersebut dijawab dengan metode ilmiah,rasional dan
sistematis. Mengenai bagaimana langkah-langkah dalam menjawab
suatu masalah secara ilmiah, rasional dan sistematis ini akan penulis
dalam sub bab di bawah. Pembelajaran dengan problem solving ini
dimaksud agar siswa dapat menggunakan pemikiran (rasio) seluas-
luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya. Sehingga siswa
terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan
berpikirnya.

Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan


prinsip-prinsip dan dasardasar pengertian dalam menjawab pertanyaan
dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan
logika untuk menentukan sebabakibat, menganalisa, menarik
kesimpulan, dan bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis)
dan ramalan-ramalan. Dari berbagai pendapat di atas metode problem
solving atau sering juga disebut dengan nama metode pemecahan
masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang seseorang
untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau
situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini
menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-
relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat
menemukan kunci pembuka masalahnya.

2. Tujuan Metode Pembelajaran Problem Solving


Metode pembelajaran problem solving mengembangkan
kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk
mengobservasi problema, mengumpulkan data, menganalisa data,
menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari
data yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang
merupakan hasil pemecahan masalah tersebut. Cara berfikir semacam
itu lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan
suatu kesimpulan atau keputusan yang diyakini kebenarannya karena
seluruh proses pemecahan masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari
data yang pertama yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa sampai
kepada kesimpulan yang ditarik atau ditetapkan.
Tujuan utama dari penggunaan metode pemecahan masalah
adalah:
a. Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari
sebab-akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid
dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-
langkah apabila akan memecahkan suatu masalah.
b. Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis
yang bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari.
Metode ini memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis
mengenai bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan
kecakapan ini dapatditerapkan bagi keperluan menghadapi
masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.

Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan


mengecek silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga
problem solving melatih siswa berfikir kritis dan metode ini melatih
siswa memecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metode
problem solving ini siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana
cara memecahkan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan nyata
atau di luar lingkungan sekolah. Untuk mendukung strategi belajar
mengajar dengan menggunakan metode problem solving ini, guru
perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan.

Menurut W.Gulo (2002:104) “Materi pelajaran tidak terbatas


hanya pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari
sumbersumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan
atau peristiwa dalam lingkungan sekolah” Tujuannya agar
memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah
yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh
pengalaman tentang penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan
di kehidupan nyata.

3. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Problem Solving


Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-
metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Langkah- langkah metode ini antara lain:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca
buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh,
pada langkah kedua diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul
yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai
dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk
menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-
metode lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah yang ada.
Langkah-langkah problem solving menurut
Suryosubroto(2009:200) adalah: 1) Penemuan fakta, 2) penemuan
masalah berdasar fakta-fakta yang telah dihimpun, ditentukan masalah
atau pertanyaan kreatif untuk dipecahkan, 3) penemuan gagasan,
menjaring sebanyak mungkin alternatif jawaban, untuk memecahkan
masalah, 4)penemuan jawaban, penentuan tolok ukur atas kriteria
pengujian jawaban, sehingga ditemukan jawaban yang diharapkan, 5)
penentuan penerimaan, diketemukan kebaikan dan kelemahan gagasan,
kemudian menyimpulkan dari masing-masing yang dibahas.
a. Secara operasional langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan
adalah: Pembentukan kelompok (4-5 peserta setiap kelompok)
b. Penjelasan prosedur pembelajaran (petunjuk kegiatan)
c. Pendidik menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur
solusi kreatif kepada peserta didik (memberikan pertanyaan,
pertanyaan problematis, dan tugas).
d. Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang
dilihat dan dialami (dilakukan dengan mengumpulkan data di
lapangan)
e. Eksperimentasi alternatif pemecahan masalah dengan
diperkenankan pada elemen baru ke dalam situasi yang berbeda
(diskusi dalam kelompok kecil)

f. Memformulasikan penjelasan dan menganalisis proses solusi


kreatif (dilakukan dengan diskusi kelas yang didampingi oleh
pendidik). Dalam mencari informasi dalam menyelesaikan masalah
atau menjawab pertanyaan, peserta didik diberi kesempatan untuk
urun pendapat (brain storming), baik berdasarkan pengalaman
danpengetahuan siswa, membaca referensi, maupun mencari data
atau informasi dari lapangan.
Menurut Polya dalam Syahlan (2017: 359) ada empat tahap yang
harus dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan,
yaitu:
a. Memahami masalah (understanding the problem)
Langkah ini sangat menentukan kesuksesan memperoleh solusi
masalah. Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah,
melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan diantara
fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap
masalah yabg tertulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus
dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat di dalam masalah
dipelajari dengan seksama. Biasanya siswa harus menyatakan
kembali masalah dalam bahasanya sendiri. Yang harus dilakukan
siswa dalam tahap ini adalah menentukan hal-hal yang diketahui
dengan tepat dan apa yang harus diselesaikan.
b. Merencanakan cara penyelesaiannya (devising a plan)
Langkah ini perlu dilakukan apabila masalah sudah dapat
dipahami. Yang harus dilakukan adalah mencari alternatif jawaban
yang mungkin dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Pada tahap ini, kreativitas, pengetahuan terkait masalah,
mental belajar, dan konsentrasi siswa sangat dibutuhkan untuk
menentukan berbagai cara penyelesaian masalah.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat (carryingout the plan)
Tahap ini adalah melaksanakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Tahap ini cukup mudah dilaksanakan karena yang
dibutuhkan hanyalah kesabaran. Prosedur yang telah ditetapkan
dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan
konsep algoritma matematika sehingga masalah yang diajukan
telah benar-benar terselesaikan. Peran guru pada tahap ini sangat
penting dalam membantu siswa menyelesaikan masalahnya.
Berbagai pertanyaan dapat diajukan guru untuk membantu siswa
menemukan arah penyelesaian masalah dengan benar dan juga
sebagai upaya untuk memberikan umpan balik kepada siswa.
d. Melihat kembali seluruh proses yang dilakukan (looking back)
Pada langkah ini, siswa diajak untuk melakukan penyelidikan
terhadap semua prosedur penyelesaian masalah yang dibuat. Solusi
yang telah didapatkan tersebut diuji kembali untuk mengetahui
apakah terdapat kelemahan dan kesalahan dalam perhitungan yang
telah dilakukan pada langkah 3.

Contoh:

Ketika melihat Pak Sastro berolahraga lari pagi, Ismail membuat teka
teki untuk teman-temannya. "Jika bilangan umur Pak Sastro dibagi
dengan 2 maka akan diperoleh sisa 1", katanya. "Kemudian, jika
bilangan umur Pak Sastro dibagi dengan 3, 4 atau 5, juga akan
diperoleh sisa 1. Jadi berapakah umur Pak Sastro?"

Penyelesaian:
1) Memahami masalah
Diketahui:
 Umur Pak Sastro dibagi 2, 3, 4 atau 5, semua sisanya 1. Itu
artinya jika umur Pak Sastro dikurangi 1 maka ada persekutuan
kelipatan 2, 3, 4, dan 5.
 Pak Sastro dapat berlari, artinya beliau belum terlalu tua.
Lazimnya umur Pak Sastro tidak lebih dari 80 tahun.
Ditanya:

Pertanyaan yang dapat diformulasikan adalah berapa kelipatan 2, 3,


4 dan 5 yang hasilnya tidak lebih dari 80?

2) Merencanakan pemecahan masalah


Langkah rencana pemecahan masalah yang dapat dilakukan
berdasarkan fakta-fakta dan yang diketahui tersebut adalah dengan
mencari bilangan kelipatan persekutuan dari 2, 3, 4 dan 5. Hasil
pencarian tersebut kemudian ditambah dengan 1. Terakhir, pilih
satu atau lebih yang paling mungkin, maksudnya yang sesuai
dengan fakta masalah yaitu yang nilainya kurang dari 80.

3) Melaksanakan rencana penyelesaian masalah


Kelipatan persekutuan dari 2, 3, 4 dan 5 adalah 60, 120, 180, dst.
Jika kelipatan-kelipatan persekutuan tersebut masing-masing
ditambah 1 maka menjadi 61, 121, 181, dst. Diantara bilangan-
bilangan tersebut, yang nilainya kurang dari 80 adalah 61.

Berarti umur Pak Sastro adalah 61.

4) Mengecek kembali
Untuk meyakinkan kebenaran jawabannya, maka perlu dilakukan
pengecekan terhadap nilai 61.
Bilangan 61, jika dibagi 2 akan sisa 1, jika dibagi 3 juga akan sisa 1, jika
dibagi 4 juga akan sisa 1, dan jika dibagi 5 juga akan sisa 1. Berarti solusinya
sudah benar
DAFTAR RUJUKAN

Karso, H. (2014). Pembelajaran Matematika di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyasa, E.(2004). Implementasi KurikulumPanduan Pembelajaran


KBK.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryosubroto.(2009).Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: Rineka Cipta

Syahlan, S. (2017). Sepuluh Strategi dalam Pemecahan Masalah


Matematika. Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education,
109-116.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.(2002). Strategi Belajar


Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

W. Gul.(2002).Stategi Belajar Mengajar.Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Anda mungkin juga menyukai