Anda di halaman 1dari 2

FIVE FORCE ANALYSIS

1. Bargaining power of suppliers


PTBA telah menandatangani Head of Agreement dengan PT Pelabuhan Indonesia II untuk
pengembangan kapasitas angkutan batu bara dan komoditas lainnya melalui sungai dan
pelabuhan di Sumatera Selatan. Kerjasama pengembangan angkutan batu bara dilakukan untuk
menyukseskan tujuan pembangunan koridor ekonomi Sumatera Selatan sebagai lumbung energi
nasional.
2. Bargaining power of customers
Letak geografis Perusahaan yang strategis menjadi salah satu faktor keunggulan, sehingga
mempermudah Perusahaan untuk memasarkan produknya ke negara-negara terdekat.
3. Threat of new entrants
Kemungkinan munculnya pendatang baru yang berpotensi merebut pangsa pasar Perseroan
terbilang kecil mengingat reputasi dan pengalaman yang dimiliki PTBA selama sembilan tahun
dalam mengerjakan berbagai proyek terbilang baik, serta telah memiliki image yang kuat di
mata pemberi kerja.
4. Threat of subtitutions
Pemerintah telah menghapus Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) dari daftar jenis limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun). Aturan baru tentang memanfaatkan penghapusan abu batu bara dari
limbah beracun berdampak terhadap ancaman produk penggantinya sehingga menjadi minim/
kecil.
5. Rivalry in industry
Potensi untuk memperluas pangsa pasar sangat besar karena jumlah pesaing yang tidak terlalu
banyak namun juga tidak sedikit. Banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri
pertambangan (±47 perusahaan per 09 September 2020), menyebabkan persaingan dalam
industri ini terbilang cukup.

MANAJEMEN RISIKO:

1. Integrasi Manajemen Risiko dengan MIND ID Pada tahun buku 2020 sebagai awal bagi Satuan
Kerja PTBA melakukan integrasi dengan MIND ID sebagai induk holding industri perusahaan
tambang di Indonesia. Satuan Kerja Manajemen Risiko memberikan Laporan Profil Risiko
Korporat terkait risiko-risiko yang levelnya High.
2. Kajian Risiko Operasional dan Proyek Strategis Komitmen Manajemen dalam penerapan
Manajemen Risiko secara komprehensif membuat seluruh aspek pengambilan keputusan harus
dilengkapi kajian risiko. Selama tahun buku 2020, Satuan Kerja Manajemen Risiko telah
menerbitkan kajian risiko yang diantaranya berupa Memo Rekomendasi Manajemen Risiko,
Verifikasi atas Risk Assesment yang dibuat oleh Satuan Kerja Proyek dan Pendapat Risiko (Risk
Opinion).
3. Risk Maturity Level Assesment (RMLA) Perusahaan telah melakukan pengukuran kematangan
penerapan Manajemen Risiko yang dilaksanakan secara kolektif dengan anggota MIND ID. Pada
tahun 2020, PTBA mendapatkan nilai sebesar 88,89 skala 100 atau kategori Optimised. Hasil
yang cukup memuaskan bagi Perusahaan karena pengukuran tersebut merupakan pengukuran
pertama kali bagi Perusahaan.
4. Sistem Business Continuity Management System (BCMS) dibangun untuk memberikan
ketahanan bagi Perusahaan terhadap bencana atau gangguan yang dapat menghentikan proses
bisnis Perusahaan sehingga kelangsungan usaha Perusahaan dapat terjamin

COMPRATIVE ADVANTAGE

Seiring dengan perkembangan praktik pengelolaan perusahaan di Indonesia, khususnya BUMN,


manajemen risiko kini menjadi salah satu pilar dalam penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance/ GCG). Dengan berkembangnya manajemen risiko menjadi salah satu pilar
GCG, serta perkembangan organisasi maupun bisnis PTBA, maka penerapan manajemen risiko sesuai
dengan standar praktis yang berlaku di Indonesia dipandang menjadi suatu kebutuhan. Untuk
memenuhi kondisi tersebut, Manajemen PT Bukit Asam Tbk memandang perlu dilakukan penyesuaian
terhadap kebijakan maupun prosedur manajemen risiko yang digunakan oleh PTBA sesuai dengan
standar praktis terkini yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai