Ekonomi Internasional I
Ekonomi Internasional I
Fungsi dan Peranan Hubungan Ekonomi Internasional Ilmu Ekonomi Internasional adalah cabang ilmu
ekonomi yang mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan ekonomi antarnegara, misalnya perdagangan barang
dan jasa antarnegara, penanaman modal asing, lalu lintas modal jangka pendek antara negara, neraca pembayaran,
masalah utang luar negeri, pengaruh perusahaan multi nasional, badan-badan dunia: IMF, Bank Dunia, GATT,
ASEAN dan lain-lain, pengaruh perubahan pasar dunia pada produksi, konsumsi, kesempatan kerja dan pendapatan
Ilmu Ekonomi Internasional mempunyai dua aspek besar, yaitu perdagangan Internasional yang
mempelajari dasar-dasar pemikiran tentang perdagangan internasional, karena itu lebih bersifat teoritik dan dalam
jangka panjang. Pembiayaan internasional yang mempelajari penyesuaian moneter sebagai akibat terjadinya
perdagangan internasional, karena itu lebih bersifat praktis dan menyangkut jangka pendek. Masing-masing aspek
juga mengandung kebijakan, seperti kebijakan proteksi, kebijakan valuta, kebijakan utang luar negeri.
Hubungan ekonomi internasional menyangkut banyak aspek, baik yang berupa hubungan pertukaran
barang dan jasa, pertukaran modal, pertukaran teknologi, dan pertukaran informasi dan komunikasi. Oleh karena itu
dalam ekonomi yang terbuka seperti Indonesia, pengaruh perubahan hubungan ekonomi internasional sangat besar
bagi perekonomian dalam negeri.
Selama ini hubungan ekonomi internasional lebih banyak terjadi antar negara-negara industri atau
hubungan ekonomi Utara-utara, sebab negara-negara itu lebih mampu berproduksi secara efisien dan memiliki daya
beli yang relatif tinggi. Hubungan ekonomi antar negara-negara yang sedang berkembang atau hubungan ekonomi
Selatan-selatan, relatif kecil karena daya beli yang rendah dan kemampuan berproduksi yang rendah pula.
Sejak Repelita I, hubungan ekonomi internasional Indonesia berkembang sangat pesat. Hal itu disebabkan
karena selama ini pembangunan Indonesia diletakkan terutama pada pembangunan ekonomi, sehingga kebijakan-
kebijakan yang diambil selalu diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi. Akibatnya pertukaran
perdagangan dengan negara-negara lain juga ikut berkembang dalam rangka melebarkan pasaran produk-produk
dalam negeri maupun usaha memperoleh berbagai keperluan untuk pembangunan dari pasar dunia. Adanya
dukungan yang sangat besar dari naiknya harga minyak dan kesediaan banyak negara untuk membantu
perkembangan ekonomi Indonesia dengan jalan memberikan pinjaman memang sangat diperlukan.
Merkantilisme
Abad Pertengahan adalah abad yang aman, tertib dan relatif statik. Kehidupan dan kegiatan ekonomi
berpusat di sektor pertanian yang dikuasai oleh para bangsawan dalam hubungan yang bersifat feodalistik.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan perubahan kegiatan sosial dan ekonomi pada Abad Pertengahan
antara lain Renaissance yaitu munculnya keinginan untuk bertindak dengan menggunakan pikiran dan menuntut
kehidupan sekuler, usaha membentuk negara nasional yang kuat, penemuan Dunia Baru dan jalan menuju ke Timur,
runtuhnya feodalisme dan munculnya kelas kapitalis.
Merkantilisme adalah sebuah sistem kebijakan ekonomi yang dianjurkan dan dipraktekkan oleh para
pemikir dan negarawan di Eropa Barat sebagai upaya untuk menegakkan negara nasional yang kuat dan makmur.
Empat ciri gagasan pokok yang dapat diidentifikasikan dari para penganut Merkantilis adalah:
1. ketakutannya pada barang.
2. sikap terhadap penjualan barang.
3. keinginan untuk menumpuk logam mulia.
4. ketidaksenangan pada riba.
Teori-teori dalam Perdagangan Internasional Teori Klasik dalam perdagangan internasional dimulai
dengan kritik Adam Smith terhadap kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh golongan Merkantilis. Kritik itu
sebelumnya sudah dimulai oleh para penulis sebelumnya. Salah satu kritik yang juga digunakan oleh Smith adalah
kritik David Hume yang dikenal sebagai price spiece flow mechanism. Kritik Smith yang lain menyangkut peranan
pemerintah dalam perdagangan internasional. Menurut Smith campur tangan pemerintah di bidang ekonomi
seharusnya tidak perlu dilakukan karena justru akan menyebabkan timbulnya kekacauan pada jalannya roda
perekonomian. Jadi di dalam negeri Smith menganjurkan laisses faire, sedangkan untuk ke luar negeri, yaitu di
bidang perdagangan internasional, ia menginginkan dilakukannya perdagangan bebas.
Di samping kritiknya yang negatif pada pendapat golongan Merkantilis, Smith sendiri juga mengemukakan
gagasannya yang original. Gagasan itu adalah gagasan yang menyangkut penjelasan mengapa negara-negara
melakukan perdagangan internasional dan gagasan yang menyangkut usaha vent for surplus produksi ke negara lain
karena dilakukannya spesialisasi. Gagasan yang pertama dikenal sebagai gagasan tentang keuntungan mutlak sedang
gagasan kedua dikenal sebagai vent for surplus theory.
Gagasan Adam Smith kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh David Ricardo dan John Stuart
Mill. Pada dasarnya mereka menyatakan bahwa perdagangan internasional sulit terjadi apabila dasarnya adalah
keuntungan mutlak. Mereka mengajukan gagasan, yang sampai sekarang masih tetap dianggap benar yaitu bahwa
negara-negara melakukan perdagangan internasional karena masing-masing memiliki keuntungan atau biaya
komparatif. Teori Klasik dijabarkan dengan menggunakan banyak asumsi. Tidak semua asumsi yang digunakan
adalah realistik. Walaupun demikian usaha penjelasan teori Klasik tentang mengapa negara-negara melakukan
perdagangan internasional dan manfaatnya apa telah banyak menyingkap tabir yang memberikan kesempatan untuk
pengkajian lebih lanjut.
Penyempurnaan Teori Klasik
Teori perdagangan Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Smith, Ricardo, dan Mill telah banyak
dikembangkan dan disempurnakan oleh penulis Klasik dan Neo Klasik, walaupun esensinya banyak berubah.
Penyempurnaan yang paling banyak berasal dari Graham. Menurut beliau kesimpulan Mill bahwa DTI
harus terletak di antara DTD masing-masing negara agar produk-produk itu dapat diperdagangkan ternyata tidak
benar. Yang sering terjadi adalah DTI terletak pada salah satu DTD negara yang melakukan perdagangan, sehingga
keuntungan atau manfaat perdagangan akan jatuh sepenuhnya pada satu negara saja. Dalam hal ini dapat negara
yang kecil jika perdagangan dilakukan antara negara besar dan negara kecil atau negara yang mengekspor produk
yang relatif penting dalam budget konsumen apabila perdagangan menyangkut produk-produk yang relatif penting
dan yang relatif tidak penting dalam budget konsumen. Graham menyatakan bahwa dalam hal perdagangan
dilakukan antara banyak negara dan banyak barang yang letak keuntungan komparatif dapat berubah-ubah. Apalagi
jika dalam kasus itu dimasukkan juga kemungkinan terjadinya perubahan upah dan perubahan kurs valuta. Karena
itu dalam perdagangan seperti itu analisis keuntungan komparatif sulit dilaksanakan.
Usaha penyempurnaan lain datang dari Harbeler yang mencoba mengganti dasar analisis dari biaya riil ke
biaya alternatif. Dengan cara ini tidak saja analisis menjadi lebih realitas, tetapi juga lebih mudah untuk
dikembangkan lebih lanjut, misalnya dengan memperkenalkan kondisi industri dengan biaya yang meningkat,
kondisi permintaan, keseimbangan pasar, dan sebagainya. Walaupun demikian usaha, penyempurnaan Harbeler
masih juga mengandung banyak kelemahan.
Teori Modern dalam Perdagangan Internasional Teori modern dalam perdagangan internasional muncul
sebagai reaksi terhadap teori Klasik yang mengalami pukulan hebat dari Depresiasi Besar tahun 30-an. Teori modern
yang dikemukakan oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dan kemudian dikembangkan oleh Eli-Heckscher kemudian
dikenal sebagai teori H-O, bahkan kemudian karena penyempurnaan Samuelson sering disebut juga sebagai teori
H.O.S.
Teori H-O mencoba melakukan modifikasi pada teori Klasik untuk mengkaji lebih jauh faktor-faktor yang
menentukan adanya keunggulan komparatif. Modifikasi yang dilakukan oleh teori H-O menyangkut antara lain, (a)
pengaruh biaya transpor yang dalam teori Klasik dianggap tidak ada, (b) tiga faktor produksi Neo-Klasik tanah,
modal dan tenaga kerja sebagai ganti tenaga kerja saja karena itu mengubah konsep keunggulan alami dan
keunggulan yang diperkembangkan, (c) pemberian arti biaya sebagai harga faktor-faktor produksi dalam uang
sebagai ganti teori nilai atas dasar tenaga kerja, (d) penekanan pentingnya pengertian bahwa produk yang saling
bergantung dan pasar serta harga faktor produksilah yang mendorong perdagangan, sehingga memberi jangkauan
analisa yang jauh lebih luas dari teori Klasik yang lebih mendasarkan pada perdagangan barter, (e) pernyataan
bahwa perdagangan akan mempengaruhi harga-harga yang harus dibayar untuk berbagai faktor produksi yang
digunakan dalam menghasilkan barang-barang yang diekspor. Jadi, asumsi bahwa distribusi pendapatan konstan
tidak lagi digunakan.
Pokok teori H-O adalah (a) dasar perdagangan internasional yang melandasi keunggulan komparatif adalah
bahwa masing-masing negara mempunyai hadiah alam yang berbeda, sehingga faktor-faktor produksi itu akan
mempunyai distribusi yang tidak merata secara proporsional, (b) perbedaan dalam jumlah faktor-faktor produksi
yang dimiliki masing-masing negara akan mendorong penggunaan faktor produksi dalam kombinasi yang
mempunyai intensitas yang berlainan.
Akibatnya masing-masing negara akan berusaha menekankan produksinya pada barang-barang yang
pembuatannya dilakukan sesuai dengan keadaan alam yang dimilikinya. Negara akan mengekspor produk yang
padat karya jika alam menghadiahkan faktor produksi tenaga kerja relatif banyak dan akan mengekspor produksi
yang padat modal jikalau alam menghadiahkan faktor produksi modal banyak.
Alokasi faktor produksi dan kemampuan penyerapan faktor produksi ditentukan oleh bentuk fungsi
produksinya, tegar atau tidak. Jika fungsi produksinya adalah fungsi produksi Leontief maka kemungkinan
terjadinya penyerapan faktor produksi yang tidak penuh sangat besar, tetapi bila fungsi produksinya tidak tegar jadi,
proporsi faktor produksi mudah diubah sesuai susunan dengan keperluan maka kesempatan kerja penuh selalu dapat
terjadi bagi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Keseimbangan Internasional
Kurva kesediaan adalah sebuah kurva yang digunakan untuk menjelaskan interaksi antara penawaran dan
permintaan produksi antara dua atau lebih negara yang melakukan perdagangan internasional. Dari kurva kesediaan
ini dapat diperoleh besarnya TOT yang terjadi pada saat keseimbangan tercapai kurva kesediaan dapat diturunkan
melalui peta tak acuh perdagangan.
Kurva kesediaan hanyalah menggambarkan satu sisi saja dalam perdagangan internasional, yaitu sisi
permintaan. Dengan menambah sisi yang lain, yaitu sisi penawaran yang dilukiskan dalam bentuk kurva
kemungkinan produksi, dapatlah diperoleh keseimbangan pasar. Dalam hal ini keseimbangan di pasar internasional,
jadi keseimbangan suatu ekonomi yang terbuka.
Dua sisi kekuatan yang menentukan keseimbangan internasional itu dapat menimbulkan berbagai kasus
tergantung dari keadaan mereka masing-masing. Setiap kasus mempunyai akibat sendiri-sendiri. Walaupun demikian
hanya pada kasus kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran yang bertentangan saja dapat timbul akibat yang
tidak sejalan dengan teori H – O, yaitu negara-negara akan mengekspor produk-produk yang justru memiliki
kerugian komparatif karena pengaruh intensitas permintaan di dalam negeri yang sangat kuat pada produk yang
memiliki keunggulan komparatif.
Pembalikan Intensitas Faktor Produksi (Factor Intensity Reversal) dan Pengaruh Biaya Transportasi
Beberapa ahli ekonomi mencoba menguji teori H-O dengan data alam realitas. Ternyata hasilnya tidak
jelas. Ada penemuan-penemuan yang mendukung kebenaran teori H-O, yaitu negara yang memiliki relatif banyak
tenaga kerja mengekspor produk yang padat karya dan sebaliknya negara yang memiliki relatif banyak modal
mengekspor produk yang padat modal. Sebaliknya ada penemuan-penemuan yang tidak mendukung kebenaran teori
H-O.
Salah satu dari penemuan yang tidak cocok dengan teori H-O adalah yang dikenal sebagai paradoks
Leontief. Leontief menemukan bahwa Amerika yang diperkirakan negara yang kaya modal ternyata mengekspor
produk yang justru padat karya. Hal ini menurut pendapat Leontief disebabkan oleh karena sebenarnya perkiraan
bahwa Amerika relatif kaya modal adalah tidak benar. Yang benar adalah Amerika itu kaya tenaga kerja apabila
dalam pengertian tenaga kerja itu diperhitungkan juga produktivitasnya.
Apabila rasio K/L yang optimal tidak dipengaruhi oleh besarnya W/i (W = upah, i = suku bunga) dalam arti
(K/L) di industri I selalu lebih kecil daripada (K/L) di industri II maka arah perdagangan internasional adalah jelas
sesuai dengan teori H-O, sehingga negara yang memiliki relatif banyak tenaga kerja tidak akan mengimpor barang
yang padat karya (demand reversal), seperti Indonesia dahulu yang mengimpor beras karena intensitas permintaan
beras yang sangat kuat di Indonesia.
Jika pembalikan intensitas faktor produksi (factor intensity reversal) terjadi, artinya ada negara yang
memiliki faktor produksi tertentu yang relatif banyak, tenaga kerja misalnya, tetapi hanya relatif faktor produksi itu,
dalam hal ini W/i (W = upah, harga tenaga kerja dan i = suku bunga, harga modal) ternyata relatif tinggi maka sulit
sekali menghubungkan kedudukan keunggulan komparatif negara itu dengan kondisi teknik produksi yang
digunakan. Jadi, ekspor kedua negara yang melakukan perdagangan dapat berupa barang yang mempunyai intensitas
faktor produksi yang sama (sama-sama padat karya atau padat modal) tetapi dapat juga berlainan, bergantung pada
jumlah pembalikannya genap atau ganjil.
Bila pembalikan intensitas faktor produksi terjadi, penyamaan harga faktor-faktor produksi yang digunakan
untuk menghasilkan barang-barang yang diperdagangkan dapat terjadi dan dapat pula tidak. Keadaan mana yang
akan terjadi bergantung pada arah gerakan penyamaan itu yang ditentukan oleh jumlah dan besarnya intensitas
pembalikan itu. Bila arah gerakan menuju ke jurusan yang sama perbedaan harga faktor produksi yang sama antara
kedua negara itu dapat menjadi semakin kecil atau justru semakin besar. Jika arah gerakan menuju ke jurusan yang
berlawanan perbedaan harga tersebut dapat bersifat konvergen (menjadi semakin kecil tetapi dapat juga bersifat
divergen (menjadi semakin besar).
Pengabaian biaya transportasi dalam teori Klasik maupun dalam seni H-O sebenarnya kurang tepat tetapi
sebenarnya pengaruhnya bagi hasil analisisnya sendiri tidak terlalu besar.
Pertumbuhan Ekonomi dan Akibatnya Dalam perjalanan waktu, walaupun sumber daya ekonomi tidak
dapat bergerak melintasi batas negara, perubahan dalam jumlah kualitas dan kemajuan teknologi pasti selalu akan
terjadi. Tenaga kerja semakin bertambah banyak, keterampilan meningkat, lahan pertanian bertambah, teknik
produksi yang semakin maju dan sebagainya selalu akan terjadi. Akibatnya biaya-biaya produksi berbagai barang
yang dihasilkan dan diperdagangkan juga akan mengalami perubahan, baik secara absolut maupun secara relatif.
Karena kemajuan teknologi mampu meningkatkan efisiensi perusahaan-perusahaan yang ada, harga barang-barang
tersebut akan turun, tetapi turunnya harga dapat saja terjadi tidak dalam proporsi yang sama besar.
Bergantung pada bentuk pertumbuhan faktor-faktor produksi yang dimiliki suatu negara dan akibatnya
terhadap perdagangan internasional, maka Hick mencoba mengklasifikasikan kasus pertumbuhan yang netral, yang
bias ke ekspor dan yang bias ke impor. Dalam hal tertentu dapat dijumpai kasus yang unik, yaitu kasus pertumbuhan
yang justru membuat negara tersebut menjadi lebih miskin. Hal ini dapat terjadi jikalau pertumbuhan ekonomi
negara itu menyebabkan meningkatnya permintaan barang impornya dan adanya kelebihan barang ekspor
sedemikian sehingga TOT akan turun secara drastis. Harga barang impor meningkat pesat dan harga barang
ekspornya turun drastis, sehingga TOT-nya turun drastis. Akibatnya pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan
kenaikan output, jadi kenaikan pendapatan nasionalnya, justru akan terkena pukulan berat dari turunnya TOT secara
drastis dan akhirnya pendapatan nasionalnya justru akan turun.
Bagi sebuah negara kecil yang dalam perdagangan internasional hanya dapat bertindak sebagai price taker,
pertumbuhan ekonominya dapat bermacam-macam:
1. Jikalau biaya yang dihadapi oleh industrinya adalah konstan per unit produk maka pertumbuhan ekonomi yang
terjadi dapat netral, bias-pro-trade, bias-anti-trade, bias-ultra-protrade atau bias-ultra-antitrade, tergantung pada
apa yang terjadi pada proporsi sumbangan perdagangan internasional kepada produk domestik bruto negara itu.
Jadi, akibat pertumbuhan ekonomi pada perdagangan internasional negara itu semata-mata tergantung pada
kondisi selera penduduk. Jikalau meningkatnya pendapatan riil meningkatkan pula permintaan akan barang
impor secara proporsional maka pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh netral pada perdagangan
internasional negara itu. Demikian pula dengan yang lain.
2. Jikalau biaya yang dihadapi oleh industrinya meningkat dengan meningkatnya output sehingga per unit output
meningkat maka pertumbuhan ekonomi yang terjadi juga sama macamnya dengan: (a) Tetapi klasifikasinya
menjadi lebih sulit. Apabila pada (a) bentuk pertumbuhan ekonominya hanya dipengaruhi oleh seberapa kuat
asumsi yang dilakukan oleh penduduk negara itu di dalam mengimpor produk negara lain karena meningkatnya
pendapatan nasional riilnya (elastisitas pendapatan) maka pada (b) pengaruh itu harus dikombinasikan dengan
pengaruh perubahan biaya itu pada pola produksinya.
Bagi sebuah negara besar yang dalam perdagangan internasional dapat ikut menentukan besarnya harga
relatif (TOT) barang-barang yang diperdagangkan, pertumbuhan ekonominya juga dapat membawa akibat yang
bermacam-macam seperti pada negara kecil.
1. Jikalau biaya yang dihadapi oleh industrinya adalah konstan per unit produk berapa pun juga jumlah output
yang diproduksi maka akibat pertumbuhan ekonomi negara itu pada TOT akan terjadi sejalan dengan kondisi
selera penduduk negara itu (efek konsumsi: intensitas asumsi penduduk terhadap barang impor sebagai akibat
naiknya produk domestik bruto).
2. Jikalau biaya dihadapi adalah biaya yang meningkat, biaya per unit akan ikut naik. Apabila outputnya
bertambah banyak maka biaya tersebut akan cenderung turun, sehingga pada umumnya pertumbuhan ekonomi
suatu negara besar akan mendorong naiknya volume perdagangan internasionalnya. Karena itu apabila asumsi-
asumsi yang digunakan tetap dipakai maka pertumbuhan ekonomi suatu negara besar dapat justru menyebabkan
negara itu mengalami penurunan pendapatan riilnya walaupun produk domestik brutonya meningkat.
Sumber pertumbuhan ekonomi ada dua yaitu: peningkatan sumber daya ekonomi, baik kuantitas maupun
kualitas, kemajuan teknologi yang memungkinkan diusahakannya kenaikan produksi tanpa penambahan sumber
daya.
Kedua sumber pertumbuhan ekonomi itu perlu dibedakan karena akibat yang dapat timbul dari kedua
sumber itu ternyata berlainan, Dengan asumsi:
1. dua macam sumber daya (misalnya tenaga kerja dan modal).
2. dua macam output X dan Y.
3. X adalah padat karya dan Y adalah padat modal.
4. fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi yang homogen berderajat satu (misalnya saja fungsi
produksi Cobb-Douglas: Q = AK < 1- )
5. negara itu adalah negara kecil.
Maka pertumbuhan salah satu sumber daya saja (tenaga kerja atau modal) pasti akan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi yang bersifat bias-ultra ke produk yang relatif banyak menggunakan sumber daya
yang mengalami pertumbuhan itu (misalnya tenaga kerja bertambah maka pertumbuhan ekonomi akan bersifat bias-
ultra ke X, artinya jumlah barang X akan bertambah dalam jumlah yang cukup besar dengan mengantarkan sejumlah
barang Y yang tidak dapat diproduksikan karena sumber dayanya terserap untuk meningkatkan produksi barang X
tersebut).
Kemajuan teknologi terjadi apabila output yang sama dapat dihasilkan dengan sumber daya yang lebih
sedikit atau output yang lebih banyak dapat dihasilkan dengan output yang sama seperti semula.
Kemajuan teknologi dapat berupa kemajuan teknologi yang terlebur dan kemajuan teknologi yang terpisah.
Kemajuan teknologi dapat dikelompokkan menjadi kemajuan teknologi yang netral, kemajuan teknologi yang
menghemat tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang menghemat modal.
Pertumbuhan ekonomi menyebabkan naiknya pendapatan riil masyarakat pada gilirannya akan
meningkatkan permintaan akan produk-produk yang dihasilkan sendiri maupun yang berasal dari impor. Apabila
kenaikan permintaan dan kenaikan output pada industri-industri itu tidak berubah secara proporsional harga relatif
barang-barang tersebut akan berubah jadi, TOT juga akan berubah, distribusi pendapatan juga akan berubah karena
adanya realokasi penggunaan sumber daya.
Perubahan TOT dapat menguntungkan negara-negara yang sedang berkembang (menurut aliran Inggris)
tetapi juga dapat merugikannya (aliran Prebisch).
MODUL 6 PROTEKSI
Tarif dan Hambatan Perdagangan Non Tarif Dalam rangka melindungi dan mendorong pertumbuhan dan
kehidupan industri dalam negeri banyak negara berusaha untuk membantu industri-industri tersebut dengan
mengenakan bea masuk bagi produk luar negeri yang memasuki perbatasan negara. Pengenaan bea masuk akan
mempertinggi harga barang luar negeri sehingga diharapkan dapat memberikan kesempatan lebih baik bagi produk
dalam negeri memperoleh pasar. Perlindungan dengan jalan mengenakan bea masuk disebut pengenaan tarif.
Di samping pengenaan tarif perlindungan dapat juga diberikan dalam bentuk lain, yaitu pembatasan jumlah
produk yang boleh masuk atau kuota impor dan pemberian subsidi ekspor maupun subsidi untuk mengurangi impor.
Hambatan- hambatan ini disebut sebagai hambatan nontarif yang dewasa ini banyak sekali digunakan karena sering
kali sulit dideteksi dan dalam hal tertentu efek ekonominya juga lebih baik. Walaupun demikian semua hambatan
terhadap perdagangan internasional secara global akan merugikan karena itu proteksi perlu dihilangkan. Untuk
menanggulangi terjadinya hambatan-hambatan terhadap perdagangan internasional yang bersifat merugikan banyak
persetujuan telah dilakukan baik secara multilateral, seperti yang dicapai oleh GATT maupun secara bilateral.
Khusus bagi negara-negara yang sedang berkembang yang memang masih memerlukan proteksi di sana-sini guna
mendukung keberhasilan pembangunan ekonominya diatur dengan ketentuan tersendiri.
Perjanjian Peradagangn Perdagangan internasional sudah dilakukan manusia sejak lama. Dalam proses
perkembangan, perdagangan internasional kadang-kadang berjalan lancar, tetapi kadang-kadang mengalami pula
hambatan-hambatan di sana-sini. Sesudah perang dunia kedua negara-negara yang ikut serta dalam perdagangan
internasional bertambah banyak sehingga jumlah komoditi dan jasa yang diperdagangkan juga semakin besar, baik
dalam jumlah kualitas nilai maupun jenis. Di lain pihak, kemampuan ekonomi negara-negara yang melakukan
perdagangan itu menjadi sangat bervariasi. Akibatnya perdagangan internasional tidak selalu mampu memberikan
keuntungan yang wajar dan proporsional bagi negara-negara peserta. Atas dasar itulah agar keadaan itu tidak
menyebabkan keributan-keributan yang tidak perlu bagi kelancaran arus perdagangan internasional diperlukan
adanya perjanjian perdagangan internasional bagi negara-negara yang berkepentingan.
Perjanjian perdagangan yang dibentuk sejak selesainya perang dunia kedua dan sekarang masih berlaku
adalah GATT (General Agreement on Tariff and Trade). GATT sudah mengalami banyak penyempurnaan tetapi
karena kedudukannya yang kurang kokoh, ketentuan-ketentuannya sering dilanggar oleh anggota-anggotanya
sendiri. Walaupun terhadap pelanggar itu sanksi dapat dikenakan, tetapi sering kali sanksi itu tidak dapat
diberlakukan secara efektif. Di samping itu, memang terdapat klausula-klausula yang memungkinkan sesuatu negara
terkuat curang dan melanggar prinsip pokok GATT, seperti prinsip nondiskriminasi, apabila negara itu merasa
bahwa pelaksanaan ketentuan GATT diperkirakan akan merugikan negara itu.
Bagi negara-negara yang kedudukan ekonominya pada umumnya lemah ketentuan-ketentuan dalam GATT
mudah sekali merugikan perdagangan mereka. Untuk membantu negara-negara berkembang di dalam melaksanakan
kegiatan ekonomi mereka, khususnya yang berkaitan dengan perdagangan internasional, didirikan sebuah badan
internasional yang bernama UNCTAD. Usaha UNCTAD sudah cukup banyak, antara lain penekanan pada negara-
negara maju untuk memberikan preferensi tarif (GSP) pada negara-negara berkembang, pembentukan program
stabilitas harga dan kerja sama yang lebih baik antara masing-masing negara berkembang sendiri (Selatan-Selatan).
Integrasi Ekonomi
Sesudah perang dunia kedua usai perdagangan internasional mengalami perkembangan yang pesat, diikuti
oleh perkembangan perusahaan-perusahaan multinasional yang tidak lagi mengenal batas negara derajat
kebergantungan sesuatu negara pada negara-negara lain menjadi semakin besar. Agar derajat kebergantungan yang
semakin besar itu dapat dimanfaatkan lebih baik bagi kepentingan negara-negara itu terbentuklah blok-blok ekonomi
yang terdiri dari beberapa negara yang merasa berkepentingan untuk melakukan integrasi ekonomi. Blok-blok
ekonomi itu antara lain adalah MEE, ASEAN, CALM dan sebagainya.
Setiap pembentukan blok-blok ekonomi, seperti itu akan menimbulkan manfaat dan mudarat bagi negara-
negara anggotanya sebagaimana terlihat dari efek ekonomi yang diperolehnya. Efek ekonomi yang statis terdiri dari
efek penciptaan perdagangan dan efek pengalihan perdagangan. Bergantung dari efek mana yang lebih dominan
pengaruh blok ekonomi pada negara anggotanya dapat menguntungkan atau merugikan.
MEE adalah salah satu blok ekonomi yang terdiri dari beberapa negara Eropa Barat yang mampu
memanfaatkan lokasi dan kebersamaannya untuk menjadi blok ekonomi yang sangat kuat dan kini bahkan mampu
mendorong ke arah terbentuknya kesatuan ekonomi yang lebih luas dan mungkin mengarah pada pembentukan
negara Eropa.
ASEAN yang dicanangkan pada tahun 1967 juga merupakan satu blok ekonomi yang terdiri dari beberapa
negara Asia Tenggara. Walaupun susah dalam tahap awal ASEAN telah mampu berkembang menjadi satu blok
ekonomi yang relatif berhasil. Namun, untuk berkembang lebih jauh masih banyak hambatan yang perlu diatasi.
Dasar Tukar Internasional (Terms of Trade) Dasar tukar internasional adalah suatu angka indeks yang
menggambarkan posisi suatu negara dalam hubungan dengan negara-negara mitra dagangnya dalam perdagangan
internasional. Posisi itu menyangkut pergeseran arah pembagian keuntungan yang ditimbulkan oleh perdagangan
itu.
Prebisch dan Singer, khususnya menunjukkan bahwa dalam waktu-waktu yang telah lalu ternyata DTI
bergerak ke arah yang merugikan negara-negara yang sedang berkembang sehingga selama bertahun-tahun telah
terjadi transfer pendapatan dari negara-negara yang sedang berkembang ke negara-negara industri. Tetapi
argumentasi Prebisch – Singer itu banyak menimbulkan keraguan terutama pada ekonomi negara-negara industri,
karena dalam perhitungan DTI yang digunakan terdapat banyak kelemahannya.
A. Pengertian Kerja Sama Antarnegara
Kerja sama ekonomi internasional adalah hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam
bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan
saling menguntungkan.
tujuan kerja sama antarnegara.
1. Mengisi kekurangan di bidang ekonomi bagi masing-masing negara yang mengadakan kerja sama.
2. Meningkatkan perekonomian negara-negara yang mengadakan kerja sama di berbagai bidang.
3. Meningkatkan taraf hidup manusia, kesejahteraan, dan kemakmuran dunia.
4. Memperluas hubungan dan mempererat persahabatan.
5. Meningkatkan devisa negara.
B. Faktor-Faktor Penyebab Kerja Sama Antarnegar Antarnegara
Setiap kerja sama yang dilakukan oleh suatu negara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
yang memengaruhi dapat didasarkan pada perbedaan dan persamaan yang dimiliki antarnegara.
1. Kerja Sama Antarnegara Akibat Adanya Perbedaan
a. Perbedaan sumber daya alam
b. Perbedaan iklim dan kesuburan tanah
c. Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Perbedaan ideologi
2. Kerja Sama Antarnegara Akibat Adanya Kesamaan
a. Kesamaan sumber daya alam
b. Kesamaan keadaan wilayah (kondisi geografis)
c. Kesamaan ideologi
d. Kesamaan agama
Adanya persamaan agama juga dapat mendorong beberapa negara untuk bergabung dalam suatu
organisasi. Misalnya OKI (Organisasi Konferensi Islam), yaitu kelompok organisasi negara-negara
Islam. Mereka bergabung dalam OKI sebagai respon atas peristiwa pembakaran Masjid Al Aqsa di
Yerusalem yang dilakukan oleh Israel.
C. Kerja Sama Antarnegara di Bidang Ekonomi
1. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Ekonomi Antarnegara
Hubungan kerja sama antarnegara di bidang ekonomi dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk. Bentuk kerja samanya ditentukan berdasarkan negara yang mengadakan perjanjian.
Berdasarkan jumlah negara yang mengadakan, kerja sama ekonomi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu kerja sama ekonomi bilateral dan kerja sama ekonomi multilateral.
a. Kerja Sama Ekonomi Bilateral
Kerja sama ekonomi bilateral adalah kerja sama ekonomi antara satu negara dengan negara
tertentu. Kerja sama tersebut hanya melibatkan dua negara. Contoh: pinjam-meminjam modal
antara Indonesia dengan Jepang, penyederhanaan tenaga kerja antara Indonesia dengan
Malaysia.
b. Kerja Sama Ekonomi Multilateral
Kerja sama multilateral adalah kerja sama yang dilakukan oleh banyak negara. Kerja sama
multilateral dibedakan menjadi dua macam, yaitu kerja sama regional dan kerja sama
internasional.
1) Kerja sama regionalKerja sama regional adalah kerja sama antara beberapa negara dalam
satu kawasan. Contoh: ASEAN, MEE, dan lain-lain.
2) Kerja sama internasionalKerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara
di dunia dan tidak terbatas dalam satu kawasan. Contoh: IMF, ILO, OPEC, dan lain-lain.
2. Badan-Badan Kerja Sama Antarnegara di Bidang Ekonomi
a. Badan Kerja Sama Regional
1) ASEAN ( Association of South East Asian Nation )
ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerja sama regional negara-negara di Asia
Tenggara. ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh lima negara pendiri
ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pada perkembangannya, lima
negara Asia Tenggara lainnya yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam ikut
bergabung dalam ASEAN. ASEAN dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan melibatkan komite di
berbagai bidang. Berikut ini komite-komite yang dilibatkan ASEAN.
a) Committe on Food Agriculture and Forest (Komite Bahan Makanan, Pertanian, dan Kehutanan).
b) Committe on Trade and Tourism (Komite Perdagangan dan Pariwisata).
c) Committe on Finance and Banking (Komite Keuangan dan Perbankan)
d) Committe on Industry, Mining, and Energi (Komite Industri, Pertambangan, dan Energi).
e) Committe on Transportation and Comunication (Komite Transportasi dan Komunikasi).
f) Committe on Cultural and Information (Komite Kebudayaan dan Informasi).
g) Commite on Welfare Society and Development (Komite Kesejahteraan Rakyat dan
Pembangunan).
2) AFTA ( ASEAN Free Trade Area Area)
AFTA atau kawasan perdagangan bebas ASEAN adalah forum kerja sama antarnegara ASEAN yang
bertujuan menciptakan wilayah perdagangan bebas di seluruh kawasan ASEAN. Konsep
perdagangan bebas ini antara lain meliputi penghapusan atau penurunan tarif perdagangan barang
sesama negara ASEAN sehingga menurunkan biaya ekonomi. Pembentukan AFTA berawal dari
pertemuan anggota ASEAN pada KTT ASEAN ke-4 di Singapura pada Januari 1992. Berikut ini
beberapa tujuan AFTA.
a) Meningkatkan spesialisasi di negara-negara ASEAN.
b) Meningkatkan ekspor dan impor baik bagi ASEAN ataupun di luar ASEAN.
c) Meningkatkan investasi bagi negara ASEAN.
3) APEC ( Asia Pacific Economic Cooperation Cooperation)
APEC merupakan forum kerja sama negara di kawasan Asia Pasifik untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan investasi di antara sesama negara anggota. Keberadaan
APEC atas prakarsa Bob Hawke (perdana menteri Australia). Tujuan dari APEC tertuang dalam
Deklarasi Bogor pada tahun 1994, yaitu menetapkan kawasan APEC sebagai kawasan perdagangan
dan investasi bebas dan terbuka yang berlaku paling lambat tahun 2020. Untuk negara anggota yang
termasuk dalam kategori negara maju, kawasan bebas dan terbuka harus sudah terealisasi paling
lambat 2010. Untuk mencapai tujuannya, APEC dalam melakukan kegiatannya selalu berlandaskan
pada prinsip kesepakatan bersama yang sifatnya tidak mengikat, dialog terbuka, serta prinsip saling
menghargai pandangan dan pendapat seluruh anggota. Keputusan yang diambil oleh APEC dibuat
berdasarkan konsensus dan kesepakatan yang sifatnya sukarela. Indonesia merupakan salah satu
negara pencetus APEC. Indonesia pernah menjadi tuan rumah pertemuan pemimpin APEC II di kota
Bogor pada tahun 1994. Keikutsertaan Indonesia dalam forum APEC diharapkan dapat memberikan
dampak positif bagi perekonomian nasional, investasi, dan perdagangan internasional. Selain itu,
keanggotaan Indonesia juga diharapkan dapat memperlancar dan mempererat kerja sama
nonekonomi antarsesama negara anggota pada tingkat bilateral maupun multilateral.
4) EU ( European Union Union)
European Union atau Uni Eropa adalah organisasi kerja sama regional di bidang ekonomi dan politik
negara di Eropa. Pembentukan EU berawal dari penandatanganan Traktat Roma tentang pendirian
komunitas energi atom (European Atomic Energi Community) dan komunitas Masyarakat Ekonomi
Eropa (MEE). Lembaga-lembaga tersebut pada tanggal 1 Juli 1967 bergabung menjadi satu
organisasi yaitu Masyarakat Eropa (ME) dan kemudian pada tahun 1993 menjadi Uni Eropa.
Kegiatan Uni Eropa pada awalnya hanya terbatas di bidang perdagangan. Akan tetapi sejalan dengan
pertambahan anggota Uni Eropa, berkembang pula bentuk kerja sama itu. Kerja sama tersebut
adalah dalam bidang ekonomi yang lebih luas, seperti kebijakan perpajakan, perindustrian,
pertanian, dan politik. Upaya ini dilanjutkan dengan membentuk pasaran bersama, sebuah perjanjian
untuk menghapus halangan terhadap mobilitas faktor produksi sesama negara anggota Uni Eropa.
Anggota Uni Eropa terdiri atas 27 negara. Negara-negara anggota UE terdiri atas: Irlandia, Inggris,
Prancis, Portugal, Spanyol, Italia, Yunani, Austria, Belgia, Luksemburg, Jerman, Belanda, Denmark,
Swedia, Finlandia, Polandia, Ceko, Hongaria, Slovenia, Siprus, Malta, Slovakia, Latvia, Lithuania,
Estonia, Rumania, Bulgaria.
5) EFTA ( European Free Trade Area Area)
EFTA didirikan pada tahun 1959 sebagai lembaga kerja sama ekonomi antara negara-negara Eropa
yang tidak termasuk MEE. Negara anggota EFTA terdiri atas Austria, Swiss, Denmark, Norwegia,
Swedia, dan Portugal.
6) ADB ( Asian Development Bank Bank)
ADB atau Bank Pembangunan Asia, didirikan tanggal 19 Desember 1966. ADB berpusat di Manila,
Filipina. Tujuan didirikan ADB adalah untuk membantu negara-negara Asia yang sedang
membangun dengan cara memberikan pinjaman lunak, yaitu dengan masa pembayaran dalam jangka
panjang serta bunga yang rendah.
b. Badan Kerja Sama Ekonomi Multilateral
Kerja sama ekonomi multilateral adalah kerja sama ekonomi antara dua negara atau lebih yang tidak
dibatasi oleh wilayah atau kawasan tertentu. Organisasi multilateral yang paling besar adalah
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). PBB adalah organisasi internasional yang dianggap sebagai induk
organisasi internasional lainnya. PBB didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945, ditandai dengan
penandatanganan Piagam PBB oleh negara anggotanya. Tujuan utama PBB adalah menjamin
perdamaian dunia, menjamin berlakunya hak asasi manusia, serta berusaha meningkatkan kemajuan
ekonomi dan sosial masyarakat di seluruh dunia. Untuk melaksanakan perannya di seluruh dunia, PBB
membentuk lembaga perwakilan melalui Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social
Council/ECOSOC). ECOSOC dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh organisasi-organisasi
khusus PBB yang erat kaitannya dengan tugas-tugas dewan. Berikut ini organisasi khusus PBB yang
berada di bawah ECOSOC maupun yang ada kaitannya dengan dewan tersebut.
1) IMF ( International Monetary Found)
IMF atau Dana Moneter Internasional adalah lembaga keuangan internasional yang didirikan untuk
menciptakan stabilitas sistem keuangan internasional. IMF didirikan pada tanggal 27 Desember
1945. Markas besar IMF berada di Washington DC, AS. IMF didirikan dengan beberapa tujuan
berikut ini.
a) Meningkatkan kerja sama keuangan atau moneter internasional dan memperlancar pertumbuhan
perdagangan internasional yang berimbang.
b) Meningkatkan stabilitas nilai tukar uang dan membantu terciptanya lalu lintas pembayaran
antarnegara.
c) Menyediakan dana bantuan bagi negara anggota yang mengalami defisit yang bersifat sementara
dalam neraca pembayaran.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai IMF, maka kegiatan-kegiatan utama IMF terdiri atas hal-hal
berikut ini.
a) Memonitor kebijakan nilai tukar uang negara anggota.
b) Membantu negara anggota mengatasi masalah yang berkaitan dengan neraca pembayaran.
c) Memberikan bantuan teknis dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas institusi serta
sumber daya manusianya.
Bantuan juga diberikan untuk mendesain dan mengimplementasikan kebijakan makroekonomi serta
perubahan struktural yang relatif.
2) IBRD ( International Bank for Reconstruction and Development )
IBRD disebut juga World Bank atau Bank Dunia. IBRD merupakan organisasi pemberi kredit
kepada negara-negara anggota untuk tujuan pembangunan. IBRD didirikan pada tanggal 27
Desember 1947 dan berkedudukan di Washington DC, Amerika Serikat. IBRD berusaha
mengumpulkan dana dari para anggota untuk dipinjamkan kepada para anggota yang memerlukan
dana untuk pembangunan.Pinjaman yang dibiayai oleh IBRD hanya ditujukan untuk proyekproyek
yang positif.
3) WTO (World Trade Organization)
WTO atau organisasi perdagangan dunia adalah organisasi internasional yang bertugas untuk menata
dan memfasilitasi lalu lintas perdagangan antarnegara serta mengatasi perselisihan perdagangan
antarnegara. WTO dibentuk pada tahun 1995 sebagai pengganti dari General Agreement on Tariff
and Trade (GATT). GATT me-rupakan persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan yang
dibentuk tahun 1947. Tujuan didirikannya GATT ialah untuk mengurangi hambatan perdagangan
antarnegara dengan memerhatikan kepentingan negara yang melakukan transaksi perdagangan.
GATT dibubarkan di Jenewa, Swiss pada tanggal 12 Desember 1995. Pembubaran GATT dilakukan
setelah organisasi ini berjalan berdampingan dengan WTO. WTO didirikan untuk melaksanakan
tugas-tugas berikut ini.
a) Memantau pelaksanaan perjanjian dagang.
b) Mengevaluasi kebijakan perdagangan nasional negara anggota.
c) Sebagai forum negoisasi perdagangan dan aktif menangani setiap konflik perdagangan yang
terjadi.
d) Memberikan bantuan teknik dan pelatihan untuk negara-negara berkembang.
e) Melakukan kerja sama dengan organisasi internasional lainnya.
4) FAO ( Food and Agricultural Organization Organization)
FAO adalah organisasi internasional yang bergerak di bidang pangan dan pertanian. FAO didirikan
tanggal 16 Oktober 1945 dan berkedudukan di Roma, Italia. Tujuan didirikannya FAO untuk
meningkatkan jumlah dan mutu pangan serta menyelenggarakan persediaan bahan makanan dan
produksi agraris internasional. Indonesia sebagai anggota FAO pernah menerima penghargaan atas
keberhasilannya dalam meningkatkan produksi beras.
5) IFC ( International Finance Corporation Corporation)
IFC merupakan bagian dari Bank Dunia. IFC bertugas memberikan bantuan modal kepada
pengusaha-pengusaha swasta yang dijamin pemerintahannya serta membantu menyalurkan investasi
luar negeri ke negara-negara sedang berkembang. IFC berdiri pada tanggal 24 Juli 1956 dan
pusatnya di Washington, Amerika Serikat.
6) ILO ( International Labour Organization Organization)
ILO atau Organisasi Perburuhan Internasional yang bertugas mempromosikan keadilan sosial serta
hak buruh. ILO dibentuk oleh Liga Bangsa-Bangsa Melalui Traktat Versailes (Treaty of Versailles)
pada tahun 1919. Prinsip yang digunakan ILO sebagai dasar kegiatannya adalah perdamaian abadi
dapat dicapai jika didasarkan pada keadilan sosial. ILO sebagai salah satu organisasi perburuhan
dunia akan memperjuangkan hal-hal berikut ini.
a) Penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM).
b) Standar hidup yang lebih baik.
c) Kondisi kerja yang manusiawi.
d) Kesempatan kerja.
e) Keamanan ekonomi.
7) UNDP ( United Nations Development Program )
UNDP adalah organisasi di bawah PBB yang bertugas memberikan sumbangan untuk membiayai
program-program pembangunan terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang. UNDP
dibentuk pada bulan November 1965.
8) UNIDO ( United Nations Industrial Development Organization Organization)
UNIDO merupakan organisasi pembangunan PBB yang bertujuan untuk memajukan perkembangan
industri di negara-negara berkembang yaitu dengan memberikan bantuan teknis, program latihan,
penelitian, dan penyediaan informasi. UNIDO didirikan pada tanggal 24 Juli 1967. UNIDO
berkedudukan di Wina, Austria. Selain organisasi-organisasi ekonomi di atas terdapat pula organisasi
internasional lainnya yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Akan tetapi organisasi tersebut tidak
berada di bawah naungan PBB.
Berikut ini bentuk-bentuk lembaga internasional di bidang ekonomi.
a) OPEC ( Organization of Petroleum Exporting Countries)
OPEC adalah organisasi negara-negara pengekspor minyak. OPEC didirikan atas
prakarsa lima negara produsen terbesar minyak dunia, yaitu Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan
Venezuela, pada pertemuan tanggal 14 September 1960 di Baghdad, Irak. OPEC berkedudukan
di Wina, Austria. OPEC mempunyai beberapa tujuan berikut ini.
Menyatukan kebijakan perminyakan antara negara-negara anggota.
Memenuhi kebutuhan dunia akan minyak bumi.
Menstabilkan harga minyak dunia.
Menentukan kebijakan-kebijakan untuk melindungi negara-negara anggota.
OPEC berupaya menstabilkan harga minyak di pasar internasional dan menjamin
kesinambungan pasokan minyak kepada negara-negara konsumen. Salah satu cara untuk
menjaga stabilitas pasar minyak internasional adalah melalui penentuan kuota (batas tertinggi)
produksi minyak berdasarkan kesepakatan negara anggota.. Negara-negara anggota OPEC
antara lain Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, Venezuela, Nigeria, Uni Emirat Arab, Qatar, Alberia,
Indonesia, Aljazair, dan Lybia.
b) OECD (Organization for Economic Cooperation and Development Development)
OECD merupakan organisasi yang bergerak di bidang kerja sama ekonomi dan
pembangunan. OECD didirikan pada tahun 1961. Tujuan OECD adalah membentuk kerja sama
ekonomi antarnegara anggota. Anggota OECD antara lain Amerika Serikat, Autralia, Austria,
Kanada, Jepang, Meksiko, Denmark, Italia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Norwegia,
Swedia, Swiss, Turki, Slowakia, Polandia, Selandia Baru, Inggris, Luksemburg, Irlandia, Ceko,
Portugal, Belgia, Korea Selatan, Finlandia, Hongaria, dan Yunani.
3. Dampak Kerja Sama Ekonomi Antarnegara dalam Perekonomian Indonesia
a. Dampak Positif Kerjasama Ekonomi Internasional terhadap Perekonomian Negara
1) Meningkatkan Keuangan Negara
Kerja sama ekonomi antarnegara dapat memberikan banyak manfaat bagi Indonesia,
salah satunya di bidang keuangan. Melalui kerja sama ini Indonesia memperoleh bantuan berupa
pinjaman keuangan dengan syarat lunak yang digunakan untuk pembangunan. Dengan demikian,
adanya pinjaman keuangan otomatis dapat meningkatkan keuangan negara.
2) Membantu Meningkatkan Daya Saing Ekonomi
Kerja sama ekonomi dapat menciptakan persaingan yang sehat di antara negara-negara
anggota. Persaingan yang sehat ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan produsen
tiap negara dalam menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Keberhasilan bersaing suatu negara ditingkat regional dan internasional pada gilirannya akan
meningkatkan perekonomian negara yang bersangkutan.
3) Meningkatkan Investasi
Kerja sama ekonomi antarnegara dapat menjadi cara menarik bagi para investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Banyaknya investor yang mau menginvestasikan modalnya
di Indonesia dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian dan
pembangunan Indonesia. Selain itu, banyaknya investasi dapat juga menambah lapangan kerja
baru, sehingga jumlah pengangguran dapat berkurang.
4) Menambah Devisa Negara
Kerja sama ekonomi antarnegara khususnya di bidang perdagangan dapat
meningkatkan devisa negara. Devisa diperoleh dari kegiatan ekspor barang. Semakin luas pasar
akan semakin banyak devisa yang diperoleh negara, sehingga dapat memperlancar pembangunan
negara.
5) Memperkuat Posisi Perdagangan
Persaingan dagang di tingkat internasional sangat berat. Hal ini disebabkan adanya berbagai aturan
dan hambatan perdagangan di setiap negara. Untuk itu perlu adanya kerja sama ekonomi.
Sehingga dalam kerja sama tersebut perlu dibuat aturan per-dagangan yang menguntungkan
negara-negara anggotanya. Dengan demikian adanya aturan tersebut dapat memperlancar kegiatan
ekspor dan impor dan menciptakan perdagangan yang saling menguntungkan. Akibatnya posisi
perdagangan dalam negeri semakin kuat.
b. Dampak Negatif Kerjasama Ekonomi Internasional terhadap Perekonomian Negara
1) Ketergantungan dengan Negara Lain
Banyaknya pinjaman modal dari luar negeri daspat membuat Indonesia selalu tergantung pada
bantuan negara lain. Hal ini akan menyebabkan Indonesia tidak dapat menggembangkan
pembangunan yang lebih baik.
2) Intervensi Asing Terhadap Kebijakan Ekonomi Indonesia
Sikap ketergantungan yang semakin dalam pada negara lain, dapat menyebabkan negara lain
berpeluang melakukan campur tangan pada kebijakan-kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Jika kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah mendapat campur
tangan negara lain, hal ini dapat merugikan rakyat.
3) Masuknya Tenaga Asing ke Indonesia
Alih teknologi yang timbul dari kerja sama ekonomi antarnegara memberi peluang masuknya
tenaga kerja asing ke Indonesia. Jika hal ini terjadi tenaga kerja Indonesia menjadi tersingkir dan
dampaknya terjadi banyaknya pengangguran.
4) Mendorong Masyarakat Hidup Konsumtif
Barang-barang impor yang masuk ke Indonesia mendorong masyarakat untuk mencoba dan
memakai produk-produk impor. Hal ini akan mendorong munculnya pola hidup konsumtif.
GLOBALISASI
Globalisasi dapat diartikan sebagai peningkatan dalam hubungan dan saling ketergantungan dalam kegiatan
ekonomi dan perdagangan diantara berbagai negara di dunia.
Faktor yang mendorong perkembangan globalisasi.
a. Perkembangan perusahaan multinasional yang lebih pesat terutama ke Negara-negara berkembang
b. Kemajuan teknologi dalam bidang pengangkutan dan elektronik ( termasuk komputer)
c. Peralihan sistem ekonomi di negara- negara komunis dari sistem perencaan pusat kepada sistem pasar bebas.
d. Pesertujuan untuk mendirikan WTO (World trade organization) yang menggalakan perdagangan bebas dala
ekonomi global.
ORGANISASI KERJA SAMA REGIONAL
Bentuk-bentuk kerja sama antarnegara dapat digolongkan sebagi berikut :
1. Kerja Sama Bilateral
Kerja sama bilateral merupakan kerja sama antar dua negara. Misalnya antara Indonesia dan Singapura.
2. Kerja Sama Regional
Kerja samaregional merupakan kerja sama antara negara-negara sewilayah atau sekawasan. Tujuannya tidak
lain adalah untuk menciptakan perdagangan bebas antara negara disuatu kawasan tertentu.
Contoh-contoh bentuk kerja sama semacam ini, antara lain :
a. ASEAN
b. APEC
c. NAFTA (North American free Trade Agreement)
d. EUROPEAN UNION (EU)
e. IMT-GT (indonesia, malaysia, thailan growth triangle)
f. BSMP – EAGA (brunei, indonesia, malaysia, philipines-east ASEAN growth area)