Seminar Hasil-1
Seminar Hasil-1
PENDAHULUAN
berlimpah yang berpotensi dikembangkan sebagai obat atau bahan baku obat.
Kekayaan alam tumbuhan di Indonesia meliputi 30.000 jenis tumbuhan dari total
2007). Salah satu divisi tumbuhan yang tumbuh di kawasan Indonesia dan
menjadi salah satu kekayaan alam hayati Indonesia adalah Divisi Pteridophyta
tumbuhan tingkat rendah, yaitu kelompok tumbuhan yang struktur tubuh dan
bunga, walau memiliki jaringan pembuluh angkut, dan umumnya tidak memiliki
bunga serta jaringan pembuluh angkut sehingga penyaluran materi di dalam tubuh
dilakukan secara difusi. Sebagian tumbuhan tingkat rendah ada yang memiliki
organ seperti batang, akar, dan daun namun bukan merupakan organ sejati
(Citrosupomo, 2001).
dari genus Nephrolepis. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sari et al. (2016)
Lindung Bukit Cogong II. Hal ini menunjukkan bahwa luas penyebaran genus
1
spesiesnya. Genus ini terdiri atas 30 spesies dengan penyebaran di daerah tropis.
Hal ini menyebabkan genus Nephrolepis dibagi menjadi tiga spesies utama, yaitu
oleh masyarakat sebagai tanaman hias, sehingga tumbuhan ini dapat juga dijumpai
melembutkan suasana rumah. Tunas muda tumbuhan ini dimakan oleh masyarakat
terpenoid, senyawa fenol, xanton (Soedar, 1985). Penelitian yang dilakukan oleh
Dayanti dan Suyatno (2012) juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol batang
lemak dalam tumbuhan paku spesies Nephrolepis falcata. Hal ini menunjukkan
aktivitas antioksidan (Pradita & Suyatno, 2012; Astuti, et al., 2013), dan aktivitas
(Jamal, 2010).
2
Salah satu spesies utama dari genus Nephrolepis yang belum banyak diteliti
adalah Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott. Sehingga hal ini menjadi sebuah
perkembangan ilmu farmasi khususnya dalam bidang biologi farmasi yang terus
mengalami kemajuan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang
1. Apakah fraksi ekstrak etanol dari daun dan batang tumbuhan paku
2. Apa kandungan metabolit sekunder dari ekstrak etanol batang dan daun
1. Fraksi ekstrak etanol dari batang dan daun Nephrolepis biserrata (Sw.)
3
2. Diketahui terdapat beberapa kandungan metaboli sekunder dalam ekstrak
3. Bagi diri pribadi hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang
aktivitas antibakteri serta jenis metabolit sekunder pada daun dan batang
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Nephrolepidaceae
Marga : Nephrolepis
tumbuhan paku ini disebut dengan Paku larat. Alolokdo sebutan untuk
Thailand memiliki beberapa nama seperti Foen kaang plaa, Foen haang plaa, Foen
teen takhaap (de Winter & Amoroso, 2003). Indonesia memiliki beberapa sebutan
untuk tumbuhan paku ini seperti Paku uban (Lingga), Paku sagah (Sumatera
5
Barat), Paku harupat (Halmahera Selatan), Wolang koi (Halmahera Utara)
(Heyne, 1987).
Spesies ini merupakan paku terestrial atau epifit yang tingginya dapat
mencapai tiga meter atau lebih. Rimpang memiliki sisik, dengan panjang 25 cm.
Sisik berbentuk lanset, berukuran 3-10 X 0,6-0,8 mm. Bagian pangkal sisik
tampak membulat, tepi sisik bersilia, berwarna hijau pucat ketika muda dan kelak
menjadi cokelat pucat seiring pertumbuhan (de Winter & Amoroso, 2003). Daun
merumpun, dengan tangkai daun berukuran 10-50 cm, diselimuti sisik cokelat
muda yang udah rontok. Lamina berukuran 50-400 x 15-40 cm, dan tampak
seperti kertas, dengan sisik kecil pada bagian permukaan (Ensiklopedia Biologi
6
2.1.4.Habitat dan Penyebaran Nephrolepis biserrata (Sw.) Shott
meter di atas permukaan laut, seperti pekarangan rumah, ladang rumput, hutan
rimba, pinggiran sungai, rawa-rawa. Habitat tumbuhan ini terdiri dari kondisi
iklim yang rendah dengan lokasi khusus pada tempat-tempat lembab dan teduh.
dilakukan oleh Manan et al. (2015) menemukan bahwa myricetin, rutin, dan
protektif signifikan dalam melawan CCl4 yang diinduksi dalam tikus (Shah, et al.,
2.4. Ekstraksi
Eksraksi tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu atau
sejumlah bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat.
7
Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan komponen-komponen bioaktif
suatu bahan. Ada beberapa metode umum ekstraksi yang sering dilakukan, yaitu
digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya, mempunyai titik didih
yang rendah, murah, tidak toksik dan mudah terbakar (Harborne, 1987).
kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino dan glikosida.
seperti lilin, lipid dan minyak yang mudah menguap (Harborne, 1987).
2.5. Ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
8
2.6. Fraksinasi
Umumnya senyawa bahan alam di bagi atas 3 kelompok: senyawa polar, semi
polar dan non polar. Proses fraksinasi dilakukan apabila penyarian tahap awal
digunakan pelarut n-heksan untuk menyari senyawa yang bersifat non polar; etil
asetat atau kloroform untuk memisahkan senyawa yang bersifat semi polar dan
fraksinasi harus berurutan dari non polar s/d polar dan tidak boleh dibalik.
langsung dikeringkan dengan bantuan alat destilasi vakum atau rotary evaporator
(Djamal, 1990).
9
2.7. Senyawa Metabolit Sekunder
2.7.1.Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid umumnya
tidak berwarna, sering kali bersifat optis aktif, dan umumnya berbentuk kristal
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar, misalnya nikotin
(Harborne, 1987).
2.7.2 Flavonoid
variasi struktur, akan tetapi lebih disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi atau glikosilasi pada struktur tersebut. Flavonoid di alam juga sering
merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman.
2.7.3.Terpenoid
10
diterpena yang lebih sukar menguap, sampai ke senyawa yang tidak menguap,
yaitu triterpenoid dan sterol, serta pigmen karotenoid. Kebanyakan terpenoid alam
mempunyai struktur siklik dan mempunyai satu gugus fungsi atau lebih (hidroksil,
fotosintesis, dan memberi bau dan wangi yang khas pada tanaman (Kar, 2013).
2.7.4.Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari sembilan puluh genus pada tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks
antara gula pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Banyak saponin yang
mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum ialah asam
(Harborne, 1987).
2.7.5.Steroid
terdiri atas tujuh belas atom karbon dengan membentuk struktur dasar. Steroid
efek fisiologis yang dapat ditimbulkan. Ditinjau dari segi struktur, perbedaan
antara berbagai kelompok ini ditentukan oleh jenis substituent R1, R2, dan R3 yang
terikat pada kerangka dasar sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu
dengan senyawa yang lain dari satu kelompok ditentukan oleh panjangnya rantai
11
karbon substituen, jumlah dan posisi oksigen dan ikatan rangkap pada kerangka
dasar serta konfigurasi pusat asimetris pada kerangka dasar (Harborne, 1987).
2.7.6.Tanin
dua golongan yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Sebagian besar
tumbuhan yang banyak memiliki tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan
karena rasanya yang sepat. Beberapa kegunaan tanin adalah untuk penyamakan
kulit, menjernihkan bir dan anggur, dan mordan dalam pewarnaan (Kar, 2013).
2.8. Bakteri
mikrometer (µm). Walaupun bakteri amat kecil ukurannya, namun dapat diukur
dengan relatif mudah serta tepat. Pemeriksaan bakteri melalui mikroskop yang
dilengkapi dengan mikrometer okular, suatu piringan yang diukir dengan garis-
panjang dan lebar sel dapat ditentukan dengan mudah. Sel-sel individu bakteri
dapat berbentuk seperti bola, batang, atau spiral. Masing-masing ciri ini penting
dalam mencirikan morfologi suatu spesies. Sel bakteri yang berbentuk seperti bola
dinamakan kokus. Sel bakteri berbentuk silindris atau seperti batang dinamakan
(Dwidjoseputra, 1987).
12
2.9. Metode Pengujian Aktivitas Antibakeri
mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution) dan
kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri
mikroba uji. Larutan uji antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair
tanpa penambahan mikroba uji ataupun antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24
13
jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai
KBM.
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media
padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba
pada kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang memiliki aktivitas
mengisolasi senyawa aktif tersebut. Kerugiannya adalah metode ini tidak dapat
1. Bioautografi langsung
dengan menyentuhkan plat KLT pada permukaan agar yang telah ditanami
2. Bioautografi overlay
14
Dengan menuangkan media agar yang telah dicampur dengan
tetrazolium klorida. Senyawa yang aktif sebagai antimikroba akan tampak sebagai
15
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2018 di
Padang.
3.2.1.Alat
Botol gelap, kertas saring (Whatman no. 41), corong (Pyrex), erlenmeyer
tabung reaksi (Pyrex), spatel, pipet tetes, corong pisah (Pyrex), timbangan analitik
(Memmert), Laminar Air Flow (model VL 150), pipet mikro (Transferpette), hot
3.2.2.Bahan
biserrata (Sw.) Schott. Sedangkan bahan kimia yang digunakan dalam penelitian
ini adalah air suling (PT Bratacem), alkohol 96%, (PT Bratacem), kloroform (PT
Bratacem), metanol (PT Global Sindo), etil asetat (PT Bratacem), n-heksana (PT
16
Global Sindo), nutrien agar (Merck), dimetil sulfoksida (Merck), natrium
klorida (Merck), asam hidroklorida (Merck), asam sulfat (Merck), asetat anhidrat
Universitas Indonesia.
3.3.1.Determinasi Sampel
Sampel tumbuhan paku yang telah diambil di Jorong Koja, Kinali, Pasaman
3.3.2.Penyiapan Simplisia
Sampel daun dan batang tumbuhan paku Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott
pencucian untuk menghilangkan tanah atau pengotoran lain yang masih tersisa
kering. Sampel yang telah kering kemudian disortasi kering. Sortasi kering
17
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya matahari
3.3.3.Ekstraksi
kemudian didiamkan selama delapan belas jam. Dipisahkan maserat dengan cara
sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.
3.3.4.Uji Fitokimia
18
3.3.4.1.3.Larutan Pereaksi Dragendorf
sempurna. Diambil larutan jernih dan ditambahkan air suling secukupnya sampai
3.3.4.2.Skrining Fitokimia
3.3.4.2.1.Identifikasi flavonoid
3.3.4.2.2.Identifikasi Terpenoid-Steroid
Kemudian filtrat diteteskan beberapa tetes asam sulfat pekat, dikocok dan
al., 2011).
19
3.3.4.2.3.Identifikasi Tanin
3.3.4.2.4.Identifikasi Saponin
0,5 mg ekstrak dikocok dalam 2 mL air. Jika buih yang terbentuk tidak
al., 2011).
3.3.4.2.5.Identifikasi Alkaloid
al., 2011).
2011).
20
3.3.5.Fraksinasi
Ekstrak kental etanol yang didapat difraksinasi dalam corong pisah, dengan
sehingga terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan n-heksan dan lapisan metanol, lapisan
dikocok dan dibiarkan sehingga terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan etil asetat dan
lapisan metanol. Lapisan metanol dan lapisan etil asetat diuapkan dengan rotary
evaporator dan didapatkan fraksi kental metanol dan fraksi kental etil asetat.
Kemudian ditimbang dan didapatkan berat fraksi etil asetat. Masing-masing fraksi
3.3.6.1. Sterilisasi
Tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, vial, dan pipet ditutup mulutnya dengan
kapas yang telah dibalut dengan kain kasa, lalu disterilkan didalam autoklaf pada
suhu 121 ˚C dan tekanan 15 lbs selama 15 menit. Pinset, jarum ose disterilkan
dengan cara diflambir di atas nyala api selama beberapa detik. Microtiterplate
21
UV 5 menit, Laminar Air Flow (LAF) disemprot dengan etanol 70 % dibiarkan
(Dwidjoseputro, 1987).
erlemeyer dan dipanaskan di atas hot plate menggunakan batang pengaduk sampai
terbentuk larutan jernih. Kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 ˚C
beberapa tabung reaksi dengan jumlah yang telah ditentukan, tabung yang telah
berisi agar diletakkan pada kemiringan 30-45 ˚. Biarkan agar menjadi dingin dan
Diambil satu koloni bakteri Eschericia coli dengan menggunakan jarum ose
steril lalu ditanamkan pada media agar miring dengan cara menggores setelah itu
22
digunakan larutan DMSO dan kontrol positif digunakan larutan kloramfenikol 1
% b/v.
sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar
Biakan bakteri yang berumur 24 jam diambil dari agar miring 2 ose koloni
bakteri uji disuspensikan kedalam 10 mL NaCl 0,9 % steril dalam tabung reaksi
23
Perlakuan ini diulang sebanyak 3 kali. Kemudian cawan petri ini diinkubasi dalam
inkubator selama 24 jam pada suhu 24-27 ˚C. Kemudian aktivitas antibakteri
menggunakan jangka sorong (Misna & Diana, 2016). Ketentuan kekuatan daerah
hambat tersebut adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti
(sedang) dan daerah hambatan 5 mm (kurang), dikatakan tidak berefek (Davis &
Stout, 1971).
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari hasil penelitian mengenai uji aktivitas antibakteri fraksi ekstrak etanol
dari batang dan daun Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott terhadap Eschericia coli
1. Hasil determinasi sampel yang diambil dari Jorong Koja, Kinali, Pasaman
( Lampiran 1, Gambar 2 ).
Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott sebesar 8,27 gram dari 350 gram
3. Hasil uji fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak etanol daun Nephrolepis
( Lampiran 1, Tabel 1 ).
asetat, dan metanol adalah 0,14 gram; 0,14 gram; dan 0,16 gram. Sedangkan
25
hasil fraksinasi ekstrak daun Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott diperoleh
fraksi n-heksan 0,06 gram; fraksi etil asetat 0,12 gram; dan fraksi metanol
0,05 gram.
pada fraksi etil asetat daun konsentrasi 30 % dengan daya hambat sebesar
12,8 mm. Sedangkan zona hambat terendah terdapat pada fraksi n-heksan
hambat berkisar antara 18,4 mm sampai sebesar 27,5 mm. Sedangkan hasil
4.2. Pembahasan
Nephrolepidaceae.
Daun yang dijadikan sampel merupakan daun muda segar, dan batang yang
dijadikan sampel adalah batang sisa dari pengambilan daun yang juga berasal dari
26
proses pengeringan ini untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama dan diperoleh sampel
kering.
Sampel dijadikan dalam bentuk serbuk agar proses maserasi dapat berlangsung
yang terdapat dalam sampel. Sampel kering ini dikenal dengan nama simplisia.
Simplisia batang dan daun, masing-masing didapatkan sebanyak 350 gram dari 3
menempel pada sampel tanaman segar dan bagian-bagian tanaman yang tidak
diperlukan dalam sortasi kering dan sortasi basah serta menguapnya kadar air saat
proses pengeringan.
Simplisia batang dan daun dari tanaman Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott
merupak pelarut universal yang mampu melarutkan sevagian besar senyawa jenis
polar, semi olar, dan non polar. Dalam maserasi digunakan perbandingan 1 bagian
sampel dan 10 bagian pelarut. Maserasi dilakukan selama 24 jam, dimana selama
6 jam pertama, sampel sesekali diaduk dalam wadah maserasi dan didiamkan
selama 18 jam berikutnya. Setelah 24 jam, sampel disaring dan diperoleh filtrat
perendaman dan volume pelarut yang sama. Proes remaserasi atau maserasi ulang
27
dilakukan agar penarikan senyawa dalam pelarut lebih optimal sehingga jumlah
Berat ekstrak kental etanol 96 % yang diperoleh adalah sebanyak 3,17 gram
untuk batang Nephrolepis biserrata (Sw.) Shott dan 8,27 gram untuk daun
sebesar 0,91 % dan 2,36 % masing-masing untuk daun dan batang Nephrolepis
biserata (Sw.) Schott. Sebelum dilakukan fraksinasi dari ekstrak kental yang telah
terdapat dalam sampel uji, yaitu ekstrak kental etanol 96 % daun dan batang
Nephrolepis biserata (Sw.) Schott. Metabolit sekunder yang terdapat dalam daun
dan batang Nephrolepis biserata (Sw.) Schott tidak jauh berbeda. Masing-masing
ekstrak kental daun dan batang Nephrolepis biserata (Sw.) Schott mengandung
dalam ekstrak kental batang Nephrolepis biserata (Sw.) Schott terdapat saponin,
yang tidak terdeteksi dalam ekstrak kental daun. Metabolit sekunder yang
terkandung dalam daun Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott sama dengan hasil
Senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang non
polar, senyawa polar larut dalam pelarut polar, dan senyawa yang bersifat semi
28
polar akan larut dalam pelarut semi polar. Pelarut n-heksan yaitu pelarut non polar
karotenoid, steroid dan terpenoid. Sedangkan untuk pelarut semi polar seperti etil
perbedaan nilai fraksinasi. Hasil fraksi yang diperoleh dari ekstrak batang
Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott adalah sebanyak 0,16 gram fraksi kental
metanol, 0,14 gram fraksi kental etil asetat, dan 0,14 gram fraksi kental n-heksan.
Hasil fraksi kental metanol, etil asetat, dan n-heksan yang diperoleh dari ekstrak
daun Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott masing-masiing adalah 0,05 gram; 0,12
gram; dan 0,06 gram. Perbedaan hasil fraksi kemungkinan karena adanya
jumlah ekstrak yang tertarik dalam pelarut berbeda-beda sesuai dengan jumlah
jenis golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak kental daun dan batang
berat fraksi yang diperoleh dari masing-masing pelarut yang digunakan tidak
Metode yang digunakan dalam uji antibakteri fraksi dari ekstrak daun dan
menggunakan kertas cakram. Metode difusi dipilih karena metode ini dapat
teramati dengan jelas ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri sehingga dapat
pertumbuhan bakteri ini ditandai dengan adanya zona bening disekitar cakram,
29
terbentuknya zona bening disekitar cakram disebabkan karena pada daerah
bahwa fraksi dari ekstrak daun dan batang Nephrolepis biserata (Sw.) Schott
keunggulan diantaranya dapat melarutkan senyawa baik polar maupun non polar,
pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif ( Jawetz et al., 2007).
mm; dan 10,55 mm. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap beberapa fraksi
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memberikan diameter zona hambat yang
lebih besar dibandingkan dengan fraksi n-heksan dan metanol. Diduga kandungan
kimia senyawa yang bersifat semi polar seperti flavonoid yang terdapat pada
fraksi etil asetat memberikan aktivitas yang baik sebagai antibakteri, karena
aktivitas flavonoid yang merupakan salah satu golongan fenol ini mempunyai
30
aktivitas antibakteri dengan mengganggu fungsi metabolisme melalui perusakan
dinding sel dan mendenaturasi protein bakteri (Pelzar & Chan, 1998).
dan metanol batang Nephrolepis biserata (Sw.) Schott menunjukan bahwa pada
3,6 mm; 3,8 mm; dan 5 mm. Fraksi metanol memiliki daya hambat terbesar
dibandingkan dengan fraksi etil asetat, dan n-heksan. Hal ini disebabkan karena
jumlah metabolit sekunder polar lebih banyak larut dalam fraksi metanol dan
rata-rata diameter zona hambat yang berkisar antara 18,4 mm hingga 27,5 mm,
diameter zona hambat masing-masing fraksi hal ini terjadi karena kloframfenikol
daya hambat sama sekali. Aktivitas antibakteri dapat diukur dengan diameter zona
diameter zona hambat >20 mm dikategorikan sangat kuat (Davis & Stout, 1971).
Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat perbedaan luas diameter zona
hambat yang terbentuk, hal ini terlihat dari adanya variasi konsentrasi pada
31
masing-masing fraksi dan kandungan senyawa metabolit sekunder pada masing-
masing fraksi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa fraksi dengan
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan mengenai uji aktivitas antibakteri fraksi
ekstrak etanol dari batang dan daun Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott terhadap
Eschericia coli disimpulkan bahwa fraksi ekstrak etanol dari batang dan daun
Eschericia coli dan fraksi yang memiliki daya hambat yang paling besar adalah
fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott
5.2. Saran
yang terkandung pada fraksi yang memiliki daya hambat bakteri yang paling
besar, yaitu dalam fraksi etil asetat ekstrak etanol daun Nephrolepis biserrata
(Sw.) Schott. Selain itu, juga disarankan agar dilakukan analisa kuantitatif dari
metabolit sekunder yang terdapat dalam batang dan daun Nephrolepis biserrata
(Sw.) Schott.
33
DAFTAR PUSTAKA
Bobach, C., Schurwanz, J., Franke, K., Denkert, A., Sung, T. V., Kuster, R.,
Mutiso, P. C., Seliger, B., Wessjohann, L. A. (2014). Multiple Readout
Assay for Hormonal (Androgenic and Antiandrogenic) and Cytotoxic
Activity of Plant and Fungal Extracts Based on Differential Prostate
Cancer Cell Line Behavior. Journal of Ethnopharmacology, 155, 721-730.
Dayanti, Rini dan Suyatno. (2012). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bagian
Batang Tumbuhan Paku Nephrolepis radicans (Burm.) Kuhn. UNESA
Journal of Chemistry, 1, (1), 86-92.
34
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia
Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
35
Lembaga Biologi Nasional-LIPI. (1979). Jenis Paku Indonesia. Bogor: Balai
Pustaka.
Manan, F. A., Mamat, D. D., Ong, Y. S., Ooh, K. F., Chai, T. T. (2015). Heavy
Metal Accumulation And Antioxidant Proporties of Nephrolepis biserrata
Growing In Heavy Metal-Contaminated Soil. Global NEST Journal, 17
(10), 1-11.
Misna & Diana, K. (2016). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Bawang Merah
(Allium cepa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Journal of
Pharmacy, 2, (2), 138-144.
Rusdi, N. K., Sediarso & Fadila, S. H. (2010). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi
Etanol 70 % Dari Ekstrak Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa
(Sceff) Boerl.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Jurnal
Farmasains, 1, (2), 16-24.
36
Soedar, R. W. (1985). Fern Constituens: Including Occurrence, Chemotaxonomy
and Physiological Activity. The Botanical Review, 51, (4), 442-536.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., Kaur, H. (2011). Phytochemical
Screening and Extraction: A Review. International Pharmaceutica
Sciencia, 1, (1), 98-106.
37
Lampiran 1. Data hasil penelitian
38
Lampiran 1. (Lanjutan)
39
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel 1. Hasil fraksi ekstrak etanol batang dan daun Nephrolepis biserrata (Sw.)
Schott
Fraksi
Ekstrak etanol
Metanol Etil asetat N-heksan
40
Lampiran 1. (Lanjutan)
Tabel 2. Hasil uji identifikasi kandungan kimia dari Nephrolepis biserrata (Sw.)
Schott
Ekstrak etanol
Metabolit Sekunder
Batang Daun
Alkaloid + +
Flavonoid + +
Terpenoid - -
Saponin + -
Steroid + +
Tanin - -
Lampiran 1. (Lanjutan)
41
Tabel 3. Hasil uji aktivitas fraksi ekstrak etanol batang dan daun Nephrolepis
30 5 3,8 3,6
Lampiran 1. (Lanjutan)
42
Grafik fraksi dari ekstrak batang Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott terhadap
mm
5
4.5
4
3.5
3
2.5 Metanol
2 Etil Asetat
1.5 N-Heksan
1
0.5
0
.. .
s en .. .
n en ...
Ko ns se
Ko Ko
n
Gambar 4. Grafik Hasil Diameter Zona Hambat Fraksi Dari Ekstrak Batang.
Lampiran 1. (Lanjutan)
43
Grafik fraksi dari ekstrak daun Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott terhadap
mm 14
12
10
6 Metanol
Etil Asetat
4
N-Heksan
2
0
..
tr. ..
en tr. .
ns en r..
Ko ns ent
Ko ns
Ko
Gambar 5. Grafik Hasil Diameter Zona Hambat Fraksi Dari Ekstrak Daun.
Lampiran 2. Perhitungan
44
1. Perhitungan Rendemen Ekstrak Batang Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott
3,169 g
¿ ×100 %
350 g
¿ 0,905 %
8,265 g
¿ ×100 %
350 g
¿ 2,361 %
Rumus:
b b
V 1 × C1 = V 2 × C2 % = x 100 %
v v
a. Fraksi metanol
b 0,16 g 16
30 % = x 100 % v= = 0,533 mL
v v 30
Konsentrasi 20 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 30 % = 0,4 mL × 20 %
V1 ¿ 8 mL : 30 V1 = 0,267 mL
45
Lampiran 2. (Lanjutan)
Konsentrasi 10 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 20 % = 0,2 mL × 10 %
V1 ¿ 2 mL : 20 V1 = 0,1 mL
b 0,13 g 13
30 % = x 100 % v= = 0,433 mL
v v 30
Konsentrasi 20 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 30 % = 0,3 mL × 20 %
V1 ¿ 6 mL : 30 V1 = 0,2 mL
Konsentrasi 10 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 20 % = 0,1 mL × 10 %
V1 ¿ 1 mL : 20 V1 = 0,05 mL
c. Fraksi n-heksan
b 0,13 g 13
30 % = x 100 % v= = 0,433 mL
v v 30
Konsentrasi 20 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 30 % = 0,3 mL × 20 %
V1 ¿ 6 mL : 30 V1 = 0,2 mL
Konsentrasi 10 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 20 % = 0,1 mL × 10 %
V1 ¿ 1 mL : 20 V1 = 0,05 mL
46
Lampiran 2. (Lanjutan)
Rumus:
b b
V 1 × C1 = V 2 × C2 % = x 100 %
v v
a. Fraksi metanol
b 0,05 g 5
30 % = x 100 % v= = 0,167 mL
v v 30
Konsentrasi 20 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 30 % = 0,15 mL × 20 %
V1 ¿ 6 mL : 30 V1 = 0,1 mL
Konsentrasi 10 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 20 % = 0,1 mL × 10 %
V1 ¿ 1 mL : 20 V1 = 0,05 mL
b 0,1 g 10
30 % = x 100 % v= = 0,333 mL
v v 30
Konsentrasi 20 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 30 % = 0,2 mL × 20 %
V1 ¿ 4 mL : 30 V1 = 0,133 mL
47
Lampiran 2. (Lanjutan)
Konsentrasi 10 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 20 % = 0,1 mL × 10 %
V1 ¿ 1 mL : 20 V1 = 0,05 mL
c. Fraksi n-heksan
b 0,06 g 6
30 % = x 100 % v= = 0,2 mL
v v 30
Konsentrasi 20 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 30 % = 0,1 mL × 20 %
V1 ¿ 2 mL : 30 V1 = 0,067 mL
Konsentrasi 10 %
V1 × C1 = V2 × C2 V1 × 20 % = 0,05 mL × 10 %
V1 ¿ 0,5 mL : 20 V1 = 0,025 mL
= 118,92 mg
48
Lampiran 2. (Lanjutan)
Rumus :
a. Fraksi metanol
Konsentrasi 10 %
0,21+0,3
L= L = 0,255 cm = 2,55 mm
2
Konsentrasi 20 %
0,28+0,29
L= L = 0,285 cm = 2,85 mm
2
Konsentrasi 30 %
0,6+0,4
L= L = 0,5 cm = 5 mm
2
Konsentrasi 10 %
49
( Dv−Dc )+(Dh−Dc) ( 0,68−o ,5 )+(0,635−0,5)
L= L=
2 2
0,18+0,135
L= L = 0,1575 cm = 1,575 mm
2
Lampiran 2. (Lanjutan)
Konsentrasi 20 %
0,355+0,38
L= L = 0,3675 cm = 3,675 mm
2
Konsentrasi 30 %
0,4+0,36
L= L = 0,38 cm = 3,8 mm
2
c. Fraksi n-heksan
Konsentrasi 10 %
0,09+0,1
L= L = 0,095 cm = 0,95 mm
2
Konsentrasi 20 %
0,11+0,21
L= L = 0,16 cm = 1,6 mm
2
Konsentrasi 30 %
50
( Dv−Dc )+(Dh−Dc) ( 0,89−o ,5 )+(0,83−0,5)
L= L=
2 2
0,39+0,33
L= L = 0,36 cm = 3,6 mm
2
Lampiran 2. (Lanjutan)
a. Fraksi metanol
Konsentrasi 10 %
0,39+0,4
L= L = 0,395 cm = 3,95 mm
2
Konsentrasi 20 %
0,52+0,55
L= L = 0,535 cm = 5,35 mm
2
Konsentrasi 30 %
1+ 1,11
L= L = 1,055 cm = 10,55 mm
2
51
b. Fraksi etil asetat
Konsentrasi 10 %
0,21+0,305
L= L = 0,2575 cm = 2,575 mm
2
Lampiran 2. (Lanjutan)
Konsentrasi 20 %
1,185+ 1,185
L= L = 1,185 cm = 11,85 mm
2
Konsentrasi 30 %
1,26+1,3
L= L = 1,28 cm = 12,8 mm
2
c. Fraksi n-heksan
Konsentrasi 10 %
0,21+0,2
L= L = 0,205 cm = 2,05 mm
2
52
Konsentrasi 20 %
0,22+0,23
L= L = 0,225 cm = 2,25 mm
2
Konsentrasi 30 %
0,5+0,46
L= L = 0,48 cm = 4,8 mm
2
53
(a) (b)
Gambar 7. (a) Ekstrak kental etanol batang Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott.
Lampiran 3. (Lanjutan)
(a) (b)
54
Gambar 9. Laminar Air Flow (LAF) (Model VL 150)
Lampiran 3. (Lanjutan)
55
Gambar 11. Autoklaf (Wiseclave)
+ kan aquadest 50 mL
Fraksi dengan n-heksan, kocok.
56
Pekatkan dengan Rotary evaporator + etil asetat
Fraksi kental n-heksan
Fraksi etil asetat Ekstrak etanol air
Pekatkan dengan
Rotary evaporator
Gambar 13. Skema Kerja Ekstraksi dan Fraksinasi dari Nephrolepis biserrata
(Sw.) Schott.
Lampiran 4. (Lanjutan)
Disuspensikan bakteri
Eschericia coli
57
Cakram masing- Kontrol positif: Cakram Kontrol negatif:
masing fraksi kloramfenikol dengan Cakram DMSO
dengan konsentrasi konsentrasi 1 % diletakkan diatas
10 %, 20 %, dan 30 diletakkan diatas medium
% diletakkan diatas medium
medium
58