Anda di halaman 1dari 30

SUSPENSI

 Istilah Sistem Dispersi mengacu pada suatu


system dimana satu substansi (yaitu fase
dispers) terdistribusi dalam substansi yang
kedua (fase kontinyu atau pembawa).
 Setiap fase dapat berada dalam wujud padat,
cair atau gas.
 Macam Sistem Dispersi
• Sistem Dispersi Molekuler
• Sistem Dispersi Koloid
• Sistem Dispersi Kasar
 Suspensi : partikel solid terdispersi ke dalam
pembawa cairan
 Kriteria suspensi yang dapat diterima :
•Waktu pengendapan yang lama setelah
dikocok
• Mudah untuk diresuspensikan
• Keseragaman dosisnya terjamin (yang
dapat dildari no.2)
• Stabil secara fisika maupun kimia
 Pengecilan ukuran partikel luas
permukaan meningkat
 Hal ini me energi bebas permukaan yg
menyebabkan ketidak stabilan suspensi
 Peningkatan energy bebas dr partikel
membuat partikel cenderung bergabung u
menurunkan energy bebas permukaan
W = γSL. ∆A

 W : usaha/energy bebas permukaan


 γSL : tegangan permukaaan
 ∆A: luas permukaan

 U menstabilkan W harus diturunkan dg cara


penurunan γSL
 Penurunan γSL penambahan surfaktan
 Sistem Flokulasi :  Sistem Deflokulasi :
partikel terikat Dalam system ini
lemah, cepat partikel mengendap
mengendap, pada perlahan-lahan dan
penyimpanan tidak akhirnya
terjadi cake dan membentuk cake
mudah terdispersi yang keras dan
kembali sukar tersuspensi
kembali.
 Partikel suspensi dalam keadaan terpisah
satu dengan yang lainnya
 Sedimen terjadi lambat, masing-masing
partikel mengendap secara terpisah dan
ukuran partikel adalah minimal
 Sedimen terbentuk lambat
 Wujud suspensi menyenangkan karena zat
tersuspensi stabil dalam waktu yang relative
lama
 Tampak ada endapan dan cairan bagian atas
berkabut
 Partikel merupakan agregat yang bebas
 Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap
sebagai flok yaitu kumpulan partikel
 Sedimen terbentuk cepat
 Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas,
tidak membentuk cake yang keras dan padat,
serta mudah terdispersi kembali seperti semula
 Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab
sedimentasi cepat terjadi sehingga bagian
atasnya tampak cairan yang jernih dan nyata
 Ukuran partikel fase dispers
 Gerakan partikel
 Tolak menolak partikel karena adanya
muatan listrik pada partikel
 Konsentrasi suspensoid (partikel tedispersi)
 Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
dapat dilihat dari hukum Stokes
V = d 2g ( ρ 1 – ρ2 )
18η
 Keterangan :
 V : kecepatan sedimentasi ( cm/detik )
 g : kecepatan gravitasi ( 980 cm/detik2 )
 d : diameter partikel ( cm )
 ρ1 : kerapatan fase disperse ( g/ml )
 ρ2 : kerapatan medium dispers ( g/ml )
 η : viskositas ( Poise )
1. Hitunglah kecepatan pengendapan dari
suspensi sulfur dalam air. Rata-rata diameter
ukuran partikel adalah 5.5 μm. Kerapatan
sulfur dan air pada suhu 25°C berturut-turut
1,96 dan 0,997 g/ml. Viskositas air pada
suhu 25°C adalah 0,00895 poise.
2. Pada viskositas berapakah dibutuhkan untuk
mengurangi kecepatan pengendapan dari
0.0017 cm/detik menjadi 0.00071 cm/detik ?
3. Serbuk kasar dg kerapatan 2,44 g/ml &
diameter rata-rata 100 µm didispersikan dlm
CMC 2%. Dispersi tsb mempunyai kerapatan
1,010 g/ml. Viskositas medium 27 Poise.
Hitung kecepatan sedimentasi dlm cm/dt !
4. ZnO dg diameter 1 μm & kerapatan 2,5
g/ml. didispersikan pd medium yg
mempunyai kerapatan 1,1g/ml dg viskositas
5 poise. Berapa kecepatan pengendapanya
dlm cm/dt!
1. Sedimentasi menaik tak terhambat
2. Sedimentasi menurun terhambat
 Jika antara partikel padat tidak saling
mengahambat selama terjadi sedimentasi
(system tanpa flokulasi)
 partikel yang besar akan turun terlebih
dahulu
 Suspensi tampak keruh dalam jangka waktu
yang lama karena partikel yang halus lambat
tersedimentasi
 terjadi pada suspensi yang cenderung
mengalami flokulasi
 Partikel tunggal menyatu membentuk flokulat
dan mengendap
 Suspensi tampak jernih kerana partikel-
partikel halus mengalami flokulasi.
Untuk mengevaluasi suspensi dapat digunakan
2 parameter berdasarkan endapannya, yaitu :

1. Volume Sedimentasi
2. Derajat Flokulasi
 Volume sedimentasi adalah perbandingan dari
volume sedimentasi suatu saat terhadap volume
suspensi mula-mula.

F = Vu/Vo

 Keterangan :
 F : volume pengendapan
 Vu : volume endapan setelah proses
pengendapan
 Vo : volume suspensi sebelum pengendapan
 Volume sedimentasi dapat bernilai <1 sampai
>1.
 F <1, volume endapan yang terbentuk kurang
dari volume awal suspensi
 F =1, suspensi berada dalam kesetimbangan
flokulasi, tidak ada supernatan jernih ketika
didiamkan
 F >1, flokulat yang terbentuk sangat longgar,
sehingga membutuhkan volume yang lebih
besar dibandingkan volume awal.
 Merupakan suatu parameter yang
membandingkan volume endapan yang
terbentuk pada suspensi yang mengalami
Flokulasi dengan suspensi yang mengalami
deflokulasi.

β = Ffloc/Fdefloc

•β = ( Vsed/Vtotal )floc
(Vsed/Vtotal)defloc
 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa :

β = Volume endapan akhir suspensi terflokulasi


Volume endapan akhir suspensi terdefokulasi

 Apabila harga β = 1 berarti tidak terjadi


flokulasi dalam system tersebut.
 Dalam formulasi sediaan suspensi, tingkat
kebasahan (wettability) dari partikel solid
sangatlah penting.
 Hal pertama kali yang dilakukan dalam
pembuatan suspensi dari substansi serbuk
adalah bahan harus dihaluskan menjadi
serbuk halus agar partikel/serbuk tersebut
dapat terbasahi secara individual.
 Bila partikel bersifat hidrofilik maka akan
lebih mudah dibasahi oleh medium air
(aqueus medium), sedangkan jika bersifat
hidrofobik maka akan lebih mudah dibasahi
oleh medium larutan organik atau nonpolar.
 Untuk meningkatkan kemampuan
pembasahan pada substansi hidrofobik, maka
disarankan adanya penggunaan surfaktan.
 Perlu dicapai untuk mencegah pembentukan
endapan padat yang sukar didispersikan
kembali.
 Dilakukan dengan cara penambahan
flocculating agents yang akan mengurangi
potensial zeta yang mengelilingi partikel
solid.
 Kebanyakan flocculating agents adalah
elektrolit.
EMULSI
 Emulsi adalah sistem dispersi kasar yang
terdiri dari minimal dua atau lebih cairan
yang tidak bercampur satu sama lain dimana
cairan yang satu terdispersi didalam cairan
yang lain dalam bentuk bulatan-bulatan kecil
dan untuk menstabilkannya diperlukan
penambahan emulgator.
 Fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam
dan medium dispersi sebagai fase luar atau
fase kontinu
 Fase dalam (internal)
 Fase luar (eksternal)
 Emulsifiying Agent (emulgator)
1. Tipe minyak/air (m/a atau o/w), dimana fase
minyak terdispersi dalam fase air
(minyak=internal, air=eksternal)
2. Tipe air/minyak (a/m atau w/o), dimana fase
air terdispersi dalam fase minyak
(air=internal, minyak=eksternal)
3. Tipe emulsi ganda (w/o/w dan o/w/o), lebih
dikenal dengan emulsi dalam emulsi, yaitu
suatu emulsi tipe tertentu yang didispersikan
lagi dalam suatu fase pendispersi.
 Creaming. Creaming adalah terpisahnya emulsi
menjadi dua lapisan. Creaming bersifat
reversible.
 Koalesan. Koalesan terjadi apabila partikel-
partikel yang terdispesi bergabung membentuk
partikel dengan diameter yang lebiih besar yang
dapat menyebebkan terjadinya pemisahan fase
dari emulsi. Koalesan bersifat irreversible.
 Inversi. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe
emulsi tipe w/o ke tipe o/w atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai