Anda di halaman 1dari 2

_________Al–Hikam (Bab 1 | Bahagian 8)

Amal, Berserah Diri dan Ma’rifat


“KETIKA ALLAH MEMBUKA PINTU PERKENALAN”
‫ع َملُ َك فَإِنﱠـهُ َما فَـتَـ َح َها لَ َك ِإﻻﱠ َوه َُو ي ُِر ْي ُد أَ ْن‬َ ‫ف فَﻼَ تُبــَا ِل َم َع َها أ ِْن قَ ﱠل‬ِ ‫ـك ِوجْ َهةً مِنَ الت ﱠ َع ﱡر‬ َ َ‫إِذَا فَتَ َح ل‬
َ َ َ ْ
‫ َوأيــْنَ َما تُــ ْه ِد‬،‫ َواﻷ ْع َما ُل أ ْنتَ ُمــ ْه ِد يْــ َها ِإلَـ ْي ِه‬، َ‫ع َليْك‬ َ ُ‫ف ُه َو ُم ْو ِر ُده‬َ ‫ أَلَ ْم تَـ ْعلَ ْم أ ﱠن الـتﱠــعَ ﱡر‬. َ‫ف ِإلَيك‬
َ َ ‫يَـتَـعَ ﱠر‬
َ
َ‫علـيْك‬ َ
َ ُ‫ْي ِه إِلـ ْي ِه ِم ﱠما ُه َـو ُم ْو ِر ُده‬
“Ketika Dia membukakan bagimu (suatu) Wajah Pengenalan, maka jangan
engkau sandingkan (hadirnya) pengenalan itu dengan sedikitnya amal-
amalmu; kerana sesungguhnya Dia tidak membukakan pengenalan itu
bagimu kecuali (bahwa) Dia semata-mata menginginkan untuk
memperkenalkan (Diri-Nya) kepadamu.
Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya (suatu) pengenalan itu
(semata-mata) Dia yang menginginkannya atasmu, sedangkan amal-amal
itu (semata-mata) suatu hadiah dari engkau kepada-Nya; maka tidaklah
sebanding antara apa-apa yang engkau hadiahkan kepada-Nya dengan
apa-apa yang Dia inginkan untukmu.”
Syarah:
Ada rahsia yang sangat halus disebalik kalimat-kalimat Ibnu Athaillah
dalam pasal ini. Ibnu Athaillah bukan hendak mengatakan
bahwa amaliah tidak bererti, kerana itu adalah tanda kepatuhan kepada-
Nya. Namun ada persoalan yang lebih besar dari itu yang harus dimiliki
setiap pejalan suluk.
Ketika Allah membuka “Wajah Pengenalan”, maka yang Dia anugerahkan
kepada seorang hamba adalah Diri-Nya, Eksistensi-Nya, bukan semata
perbuatan-Nya, karunia-Nya, atau syurga-Nya. Maka tidaklah sebanding
ketika Allah menyerahkan seluruh Diri-Nya untuk dikenali, sementara
seseorang hanya menyerahkan amal perbuatannya, bukan dirinya.
Adalah Nabi Muhammad SAW memberi nasihat kepada putrinya Fatimah
r.a. untuk senantiasa berdoa pada setiap pagi dan petang:
َ ‫ َوﻻَ ت َ ِك ْلنِي إِلَى نَ ْف ِسي‬،ُ‫صلِحْ ِلي شَأْنِ َي كُلﱠه‬
َ َ‫ط ْرفَة‬
‫عي ٍْن‬ ْ َ‫ْث! أ‬
ُ ‫ي يَا قَي ْﱡو ُم بِ َرحْ َمتِكَ أَ ْستَ ِغي‬
‫يَا َح ﱡ‬
Wahai (Dzat) yang Maha Hidup dan Maha Berdiri! Dengan rahmat-Mu aku
memohon pertolongan. Perbaikilah urusanku seluruhnya; dan jangan
Engkau serahkan aku kepada diriku walau hanya sekejap mata. – H.R.
Imam An-Nasai, Imam Al-Hakim.
Dalam hadits yang lain dikatakan:
َ‫ ﻻَ ِإلهَ ِإﻻﱠ أ َ ْنت‬،ُ‫ص ِل ْح ِلي شَأْ ِني كُلﱠه‬
ْ َ‫ َوأ‬،‫عي ٍْن‬ َ ‫ فَﻼَ تَ ِك ْل ِني ِإلَى َن ْف ِسي‬،‫اللﱠ ُه ﱠم َر ْح َمتَكَ أَ ْر ُجو‬
َ َ‫ط ْرفَة‬
Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan! Maka janganlah Engkau
serahkan aku kepada diriku meski sekejap mata, dan perbaikilah urusanku
seluruhnya. (Sungguh) tidak ada tuhan selain Engkau. – H.R. Imam
Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban.
Bahwa kebanyakan manusia mengandalkan urusannya kepada dirinya,
kepintarannya, amal perbuatannya. Dan sangatlah sedikit manusia yang
menginginkan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Sementara dalam
Al-Quran dikatakan bahwa sebaik-baik agama seseorang adalah
yang: aslama wajhahu (menyerahkan wajahnya), seluruh eksistensinya,
seluruh jiwa-raganya, hidup dan matinya, hanya kepada Allah.

َ ‫سنُ دِينًا ِّم ﱠم ْن أَ ْسلَ َم َوجْ َههُ ِ ﱠ ِ َوه َُو ُمحْ ِس ٌن َواتﱠ َب َع ِملﱠةَ ِإب َْرا ِه‬
‫يم َح ِنيفًا‬ َ ْ‫َو َم ْن أَح‬
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang
menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang diapun seorang yang ihsan
dan mengikuti millah Ibrahim yang lurus?– Q.S. An-Nisa [4]: 125
Ma’rifat [mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan
seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu
jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa
banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu.
Sebab ma’rifat itu suatu kurnia dan pemberian langsung dari Allah, maka
sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.
Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Allah azza wajalla
berfirman: “Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian
ia tidak mengeluh kepada orang lain, maka Aku lepaskan ia dari
ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik
dari semula, dan ia boleh memperbaharui amal, sebab yang lalu telah
diampuni semua.”
Diriwayatkan: Bahwa Allah telah menurunkan wahyu kepada salah seorang
Nabi diantara beberapa Nabi-Nya.” Aku telah menurunkan ujian kepada
salah seorang hamba-Ku, maka ia berdoa dan tetap Aku tunda
permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata kepadanya:
Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari padamu rahmat
yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku.”
Kerana dengan segala kelakuan kebaikanmu engkau tidak akan dapat
sampai ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan ujian
itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Allah.

Anda mungkin juga menyukai