Jurnal Kes Vol 1 No 2 G 141-147
Jurnal Kes Vol 1 No 2 G 141-147
Setiyo Purwanto
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstract
142 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 141-148
Selanjutnya dalam keadaan yang lelah dan Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit
siap tidur mulai untuk memejamkan mata, adalah memasuki tahap ketiga yaitu
pada saat ini gelombang otak yang muncul kombinasi theta dan delta (tegangan tinggi
mulai melambat frekwensinya, meninggi dengan frekuensi sangat rendah). Segera
tegangannya dan menjadi lebih teratur. setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan
Gelombang ini dinamakan gelombang alpha tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali
yang memiliki 8 hingga 12 putaran per detik gelombang theta dan tinggal yang ada
yang menggambarkan keadaan santai, tidak gelombang delta dengan 0,5 – 2 putaran
tegang tapi terjaga. perdetik, amplitudo 100 – 200 mikrovolt.
Setelah beberapa menit dalam keadaan Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi
alpha kecepatan napas mulai melambat. Ini sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut
adalah transisi tidur awal (tidak nyenyak) nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah
yang ditandai oleh gelombang theta 50 hingga ke otak berada pada batas minimal. Kondisi
100 mikrovolt, 4 hingga 8 putaran perdetik. tidur normal ini tidak selamanya dirasakan
Dalam keadaan permulaan tidur ini denyut oleh seseorang yang akan memasuki tidur.
jantung melambat dan menjadi stabil, napas Gangguan dan kesulitan tidur seringkali
menjadi pendek-pendek dan teratur. Tahap ini mengganggu baik ketika memasuki tahap
dapat berlangsung dari sepuluh detik hingga pertama tidur ataupun ketika tidur
10 menit dan kadang disertai dengan citra berlangsung. Gangguan ini dapat terjadi
visual yang disebut halusinasi hipnagogik, karena adanya permasalahan psikis maupun
karena otot rangka tiba-tiba mengendur, dan fisik, yang dapat menimbulkan kesulitan
kadang mengalami sensasi seperti jatuh, yang seseorang untuk memasuki keadaan tenang.
menyebabkan kita terbangun sebentar dengan Keadaan cemas yang berlebihan akan
gerakan yang menyentak, keadaan ini menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks dan
dinamakan tidur tahap pertama. pikiran tidak terkendali.
Tidur tahap kedua ditandai dengan Gangguan tidur yang sering muncul
gelombang otak theta dengan disertai dapat digolongkan menjadi 4 yaitu : (1)
munculnya gelombang tunggal dengan insomnia; gangguan masuk tidur dan
amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle mempertahankan tidur, (2) hypersomnia;
(jarum tidur, karena terlihat di monitor atau gangguan mengantuk atau tidur berlebihan,
kertas perekam yang menunjukkan aktivitas (3) disfungsi kondisi tidur seperti
otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan somnabolisme, night teror, dan (4) gangguan
otot menurun berlangsung sekitar 10 hingga irama tidur.
20 menit menandai permulaan tidur yang
sebenarnya. Pada tahap ini seseorang
GANGGUAN TIDUR INSOMNIA
biasanya tidak dapat merespon rangsang dari
luar, dan rata-rata bila seseorang dibangunkan Insomnia berasal dari kata in artinya
pada tahap ini akan merasa betul-betul telah tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi
tertidur. insomnia berarti tidak tidur atau gangguan
tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa insomnia
144 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 141-148
terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya Salah satu cara untuk mengatasi
dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis insomnia ini adalah dengan metode relaksasi
gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep (woolfolk, 1983). Relaksasi adalah salah satu
onset insomnia), selalu terbangun di tengah teknik di dalam terapi perilaku yang pertama
malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu kali dikenalkan oleh Jacobson, seorang
bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan psikolog dari Chicago, yang mengembangkan
(early awakening insomnia). Cukup banyak metode fisiologis melawan ketegangan dan
orang yang mengalami satu dari ketiga jenis kecemasan. Teknik ini disebutnya relaksasi
gangguan tidur ini (Liu, 1999). progresif yaitu teknik untuk mengurangi
ketegangan. Jacobson berpendapat bahwa
PENYEBAB INSOMNIA
Semua bentuk ketegangan termasuk
Masalah tidur ini bisa disebabkan ketegangan mental didasarkan pada kontraksi
berbagai faktor, di antaranya karena otot (Utami, 1993). Jika seseorang dapat
hormonal, obat-obatan, dan kejiwaan. Bisa diajarkan untuk merelaksasikan otot mereka,
juga karena faktor luar misalnya tekanan maka mereka benar-benar relaks.
batin, suasana kamar tidur yang tidak
Latihan relaksasi dapat digunakan untuk
nyaman, ribut atau perubahan waktu karena
memasuki kondisi tidur karena dengan
harus kerja malam. Selain itu kopi dan teh
mengendorkan otot secara sengaja akan
yang mengandung zat perangsang susunan
membentuk suasana tenang dan santai.
syaraf pusat, tembakau yang mengandung
Suasana ini diperlukan untuk mencapai
nikotin, obat pengurus badan yang
kondisi gelombang alpha yaitu suatu keadaan
mengandung amfetamin, adalah contoh bahan
yang diperlukan seseorang untuk memasuki
yang dapat menimbulkan kesulitan tidur.
fase tidur awal.
Banyak ahli menyatakan, gangguan tidur
Sebagai dasar teori relaksasi adalah
tidak langsung berhubungan dengan
sebagai berikut. Pada sistem saraf manusia
menurunnya hormon. Namun, kondisi
terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf
psikologis dan meningkatnya kecemasan,
otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah
gelisah, dan emosi yang sering tak terkontrol
mengendalikan gerakan-gerakan yang
akibat menurunnya hormon estrogen, bisa
dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki,
menjadi salah satu sebab meningkatnya risiko
leher, jari-jari dan sebagainya. Sistem saraf
gangguan tidur.
otonom berfungsi mengendalikan gerakan-
Morin (Espie, 2002) menyebutkan
gerakan yang otomatis, misalnya fungsi
penyebab insomnia yang utama adalah adanya
digestif, proses kardiovaskuler, gairah seksual
permasalahan emosional, kognitif, dan
dan sebagainya. Sistem saraf otonom terdiri
fisiologis. Ketiganya berperanan terhadap
dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf
terjadinya disfungsi kognitif, kebiasaan yang
parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan.
tidak sehat, dan akibat-akibat insomnia
Sistem saraf simpatis bekerja meningkatkan
TERAPI RELAKSASI UNTUK rangsangan atau memacu organ-organ tubuh,
MENGURANGI GANGGUAN INSOMNIA
memacu meningkatnya detak jantung dan
146 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2008, Hal 141-148
DAFTAR PUSTAKA
Benson, Herbert. MD., 2000. Respon Relaksasi: Teknik Meditasi Sederhana dan Untuk Mengatasi Tekanan
Hidup (terjemahan). Bandung: Mizan
Borkovec TD,. 1982. Insomnia. Journal of Consulting and Clinical Psychology. Vol 50, No 6 880-895
Carlos H. Schenck. 2003. Assessment and Management of Insomnia. Article JAMA Vol 289 No. 19
Espie. Colin A. 2002. Insomnia : Conceptual Issue in the Development, Persistence, and Treatment of Sleep Disorder
in Adult. Annual Reviews 53:215-43
Lichstein, Kenneth L., Johnson, Ronald S., 1993. Relaxation for Insomnia and Hypnotic Medication Use in
Older Women. Psychology and Aging vol 8 No. 1 103-111
Liu. Xianchen et al. 2000. Sleep Loss and Day Time Sleepiness in the General Adult Population of Japan
Psychiatric research 93 1-11
Panteri, IGP. 1993. Gangguan Tidur Insomnia dan Terapinya Suatu Kajian Pustaka. Majalah Ilmiah Unud th
xx No 37.
Parmet. Sharon., lynm. Casio, Glass., Richard. 2003. Insomnia Journalof American Medical
Association. Vol 289 No 19
Prawitasari, J.E., 1988. Pengaruh Relaksasi terhadap Keluhan Fisik: Suatu Studi Eksperimental. Laporan
Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Schenck, Carlos H. Mahowald, Mark. Sack, Robert., 2003, Assesment and Management of Insomnia, JAMA
vol 289. No 19
Utami, M.S. 1993. Prosedur Relaksasi. Fakultas Psikologi. Yogyakarta : UGM.
Woolfolk, Robert L., McNulty Terrence F. 1983. Relaxation Treatment for Insomnia: A Componen Analysis.
Journal of Consulitng and clinical Psychology. Vol 51 No 4, 495-503
Chopra, D. 2003. Tidur Nyenyak, Mengapa Tidak? Terjemahan. Yogyakarta : Ikon.