Anda di halaman 1dari 20

24

2.3 Batang Lentur Tunggal


Dalam sub bab Batang Lentur Tunggal Menurut SNI 7973:2013 berisikan tentang
Pendahuluan, Perlemahan Batang, Kapasitas Batang Lentur Tunggal, Tegangan Ijin Lentur dan
Geser Sejajar Serat, Pengaruh Keadaan Konstruksi dan Muatan, Panjang Bentang (ℓbt), dan
Lendutan Ijin Maksimum ( ijin maks.).
2.3.1 Pendahuluan
Batang lentur antara lain dapat ditemukan pada struktur lantai kayu berupa balok lantai
maupun struktur konsol berupa balok konsol. Panjang bentang struktur lentur menerus,
sederhana, dan kantilevel, harus diambil sama dengan jarak dari muka ke muka tumpuan
ditambah setengah panjang tumpuan yang digunakan. Perlemahan akibat lubang baut, paku,
pasak dan alat sambung lain dalam keadaan terisi maupun kosong harus diperhitungkan.
2.3.2 Kapasitas Batang
Tegangan lentur aktual (fb) tidak boleh melebihi nilai desain lentur terkoreksi. Nilai
tegangan lentur aktual (fb) akibat momen lentur (M) dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 2.3.1 berikut.
Mc M
fb = = < Fb′ … … … … … … … … … … … … … (2.3.1)
I S
Jika komponen struktur lentur berupa balok persegi panjang dengan dimensi
penampang melintang, lebar (b) dan tinggi (d), maka Persamaan 2.3.1 berubah menjadi
Persamaan 2.3.2 sebagai berikut
M M
fb = = < Fb′ … … … … … … . . … … … … … . . (2.3.2)
S 1 b d2
6
Adapun nilai tegangan lentur terkoreksi dihitung menggunakan Persamaan 2.3.3 berikut
Fb′ = Fb ∗ CM ∗ Ct ∗ CL ∗ CF ∗ Cfu ∗ Ci ∗ Cr ∗ 2,54 ∗ 0,85 ∗ λ. … … … … … . . (2.3.3)
Keterangan:
fb : Tegangan Lentur Aktual (MPa) M : Momen (Nmm)
S : Momen Tahan (mm3) b : Dimensi Tebal Penampang Balok (mm)
d : Dimensi Tinggi Penampang Balok (mm) Fb’ : Tegangan Lentur Terkoreksi (MPa)
Fb : Tegangan Lentur Acuan (MPa) CM : Faktor Koreksi Layan Basah
Ct : Faktor Koreksi Temperatur CL : Faktor Koreksi Stabilitas Balok
CF : Faktor Koreksi Ukuran Cfu : Faktor Koreksi Penggunaan Rebah
Ci : Faktor Koreksi Tusukan Cr : Faktor Koreksi Komponen Struktur Berulang
2,54 : Faktor Koreksi Konversi Format (KF) 0,85 : Faktor Koreksi Ketahanan (Φ)
λ : Faktor Koreksi Efek Waktu
25

Komponen struktur lentur memiliki penampang melintang persegi panjang solid


dengan sumbu netral tegak lurus tinggi penampang melintang maka nilai momen Inersia (I)
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3.4 sebagai berikut
b ∗ d3
I= … … … … … … … . … … … … … … . (2.3.4)
12
Tegangan geser aktual sejajar serat (fv) di setiap potongan melintang komponen
struktur lentur tidak boleh melebihi nilai desain geser terkoreksi (F’v). Pengecekan kekuatan
geser tegak lurus serat komponen struktur lentur kayu tidak disyaratkan. Prosedur desain geser
untuk menghitung (fv) dekat tumpuan vertikal hanya berlaku pada komponen struktur lentur
solid seperti kayu gergajian, glulam struktural, kayu komposit struktural, balok kayu laminasi.
Tegangan geser aktual sejajar serat (fv) yang terjadi pada komponen struktur lentur
kayu gergajian, glulam struktural, kayu komposit struktural, tiang maupun pancang kayu harus
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3.5 sebagai berikut
V∗Q
fv = < Fv′ … … … … … … … … … … … … … … … (2.3.5)
I∗b
Komponen struktur lentur berbentuk persegi panjang dengan dimensi penampang
melintang balok, lebar (b) dan tinggi (d), maka Persamaan 2.3.5 berubah menjadi Persamaan
2.3.6 sebagai berikut
3 V
fv = ∗ < Fv′ … … … … … … … … … … … … … … … . (2.3.6)
2 b∗d
Adapun nilai tegangan geser terkoreksi dihitung menggunakan Persamaan 2.3.7 berikut
Fv′ = Fv ∗ CM ∗ Ct ∗ Ci ∗ Cr ∗ 2,88 ∗ 0,75 ∗ λ. … … … … … . . (2.3.7)
Keterangan:
fv : Tegangan Geser Aktual (MPa) V : Gaya Lintang (N)
b : Dimensi Tebal Penampang Balok (mm) d : Dimensi Tinggi Penampang Balok (mm)
FV’ : Tegangan Geser Terkoreksi (MPa) FV : Tegangan Geser Acuan (MPa)
CM : Faktor Koreksi Layan Basah Ct : Faktor Koreksi Temperatur
Ci : Faktor Koreksi Tusukan Cr : Faktor Koreksi Komponen Struktur Berulang
2,88 : Faktor Koreksi Konversi Format (KF) 0,75 : Faktor Koreksi Ketahanan (Φ)
λ : Faktor Koreksi Efek Waktu
2.3.3 Perlemahan Batang
Takikan ujung balok bagian bawah yang berada di atas tumpuan komponen struktur
lentur kayu gergajian diijinkan, namun maksimum 0,25 tinggi balok. Takikan pada jarak
sepertiga panjang bentang tunggal dijinkan, namun maksimum 1/6 tinggi balok. Takikan di sisi
tarik komponen struktur lentur tidak diijinkan. Kekakuan komponen struktur lentur yang
26

ditentukan berdasarkan tinggi penampang, tidak dipengaruhi oleh tebal takikan ≤ 1/6 tinggi
balok dengan panjang takikan ≤ 1/3 tinggi balok.

ℓn ≤ d/3

b
dn ≥ 3/4 d

dn ≥ 5/6 d

d
Tidak diperbolehkan takikkan di muka bagian tarik

Gambar 2.3.1. Pembatasan Takikkan untuk Balok Kayu Gergajian

Perlemahan akibat lubang baut dengan posisi lubang tegak maupun mendatar nilai
momen tahan neto (Sn) dihitung menggunakan Persamaan 2.3.8 dan 2.3.9 sebagai berikut.
db db

1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ (b − 1 db ) ∗ d2
6 6
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Wn = ∗ (b − 2 db ) ∗ d2
d

6 6
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Wn = ∗ (b − 3 db ) ∗ d2
6 6
b b
1
Sn = ∗ (b − n ∗ db ) ∗ d2 … … … … . (2.3.8)
Gambar 2.3.2 Baut tegak 6

1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ b ∗ (d − 1 db )2
6 6
db

1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ b ∗ (d − 2 db )2
d

6 6
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ b ∗ (d − 3 db )2
b b
6 6
1
Gambar 2.3.3 Baut mendatar Sn = ∗ b ∗ (d − n db )2 … … … … . (2.3.9)
6

Keterangan
27

Sn : momen tahan netto (cm3) d : tinggi penampang melintang balok (cm)


db : diameter lubang baut (cm) b : tebal penampang melintang balok (cm)
n : jumlah lubang baut pada potongan melintang kritis tegak lurus panjang balok

Akibat perlemahan lubang paku, maka nilai momen tahan (Sn) ditentukan dengan nilai
(80 s.d 90)% dari momen tahan bruto adalah sebagai berikut:

1
Sn = (80 s. d. 90)% ∗ ∗ b ∗ d2 … … … … … … … … … … … … . (2.3.10)
6

Perlemahan akibat adanya alat sambung lain seperti pasak kayu keras, pasak cincin
maupun alat sambung lainnya dapat diperhitungkan sesuai dengan pengurangan dimensi
penampang melintang balok.
Pengurangan tinggi penampang melintang akibat adanya takikan pada sambungan
gigi, maka momen tahan netto (Wn) dihitung berdasarkan dimensi tinggi penampang melintang
balok (d) dikurangi dalamnya takikan (tm), sehingga nilai momen tahan netto (Sn) adalah
sebagai berikut:
1
Sn = ∗ b ∗ (d − tm )2 … … … … … … … … … … … … … … . (2.3.9)
6

β = 90o-0,5α β

β FC0,5α
FC0,5α
tm 0,5α

Batas ℓm di takikkan Pmu

β = 90 -0,5α
o β
β α
tm
Ph
d

ℓm b
Tampak Depan

Tampak Samping
b

ℓm
Tampak Atas

Gambar 2.3.4 Sambungan Gigitunggal


28

2.3.4 Panjang Bentang (ℓbt)


a. Panjang perletakan dari sebuah balok di atas dua perletakan harus diambil maksimum 1/20
kali jarak ujung tumpuan.
b. Sebagai panjang bentang harus diambil jarak antara kedua titik tengah tumpuan tersebut
dan maksimum 1,05 kali jarak antara ujung perletakan.
c. Apabila tumpuan berupa sendi, maka sebagai panjang bentang harus diambil jarak antara
kedua titik sendi tersebut.
d. Jika balok atau pelat terusan, maka panjang bentang setiap lapangan harus diambil jarak as
dari setiap tumpuan.
e. Pada balok dengan tunjang, senagai panjang bentang diambil ℓbt = (ℓ1 + ℓ2) / (2)
f. Apabila tumpuan berupa pasangan batu, maka tekanan pada tumpuan dianggap merata,
tetapi tegangan tekanan harus diambil 4/5 kali tegangan tekan ijin yang ada.
2.3.4 Lendutan Ijin Maksimum (maks.)
a. Untuk membatasi perubahan bentuk suatu konstruksi, sambungan harus dibuat dengan baik
sehingga pergeseran dari setiap bagian konstruksi sekecil mungkin, terutama untuk
konstruksi yang mengalami banyak getaran seperti jembatan.
b. Dari akibat pergeseran pada setiap sambungan, lendutan pada suatu kontruksi akibat berat
sendiri dan muatan tetap dibatasi sebagai berikut:
1. Untuk balok yang dipergunakan pada konstruksi yang terlindung maks ≤ 1/300 ℓbt
2. Untuk balok yang dipergunakan pada konstruksi tak terlindung maks ≤ 1/400 ℓbt
3. Untuk balok pada konstruksi kuda-kuda, gording, kaso maks ≤ 1/200 ℓbt
4. Untuk konstruksi rangka batang yang tidak terlindung maks. < 1/700 ℓbt
Keterangan
maks : lendutan maksimum yang diijinkan
ℓbt : panjang bentang
2.3.5 Lendutan Struktur ()
Lendutan struktur dengan tumpuan sederhana dihitung dengan kaidah mekanika
bahan. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung lendutan pada kondisi bahan yang
masih dalam rentang beban elastik adalah metode intergrasi bertahap atau metode balok
konjugasi. Lendutan maksimum balok statis tertentu untuk berbagai tipe pembebanan pada
balok kantilever maupun balok di atas dua tumpuan sederhana diperlihatkan di dalam Tabel
2.3.1 berikut.
29

Tabel 2.3.1 Lendutan Balok

Tipe Balok Lendutan Maksimum


P
P ∗ L3
A
C
B δC =
δC 48 ∗ E ∗ I
L/2 L/2
RA L RB (2.3.10)

q
5 ∗ q ∗ L4
A
C
B δC =
δC 384 ∗ E ∗ I
L/2 L/2
RA L RB (2.3.11)

P P
P∗a
A
C
B δC = (3L2 − 4a2 )
δC 24 ∗ E ∗ I
a a
RA L RB (2.3.12)

q
q ∗ a2
A
C B δC = (2L − a)2
δC 24 ∗ L ∗ E ∗ I
a
RA L RB (2.3.13)

q
5 ∗ q ∗ L4
A
C
B δC =
δC 768 ∗ E ∗ I
L/2 L/2
RA L RB (2.3.14)

P
P ∗ L3
A C
δC =
δC 3∗E∗I
RA L (2.3.15)

P
B P ∗ a2
A C
δC = (3L − a)
δC 6∗E∗I
a b
RA L (2.3.16)
30

Tabel 2.3.1 Lendutan Balok (Lanjutan)

Tipe Balok Lendutan Maksimum

q
q ∗ L4
A C δC =
δC 8∗E∗I
L
R (2.3.17)
A

q
q ∗ a3
A
C
δC = (4L − a)
δC 24 ∗ E ∗ I
a b
R
L (2.3.18)
A

q
q
A δC = (3L4 − 4a3 L + a4 )
δC 24 ∗ E ∗ I
a b
R
L
(2.3.19)
A

Apabila defleksi merupakan faktor di dalam desain, maka defleksi harus dihitung
dengan menggunakan metode standar mekanika teknik dengan meninjau defleksi lentur dan
apabila berlaku defleksi geser. Peninjauan defleksi geser diperlukan apabila modulus elastisitas
acuan belum dikoreksi untuk memasukkan efek defleksi geser.
Apabila defleksi total pada pembebanan jangka lama (panjang) harus dibatasi, maka
memperbesar ukuran komponen struktur adalah salah satu cara untuk menambah kekakuan
dalam mengatasi masalah deformasi yang bergantung pada waktu. Defleksi total (ΔT), harus
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3.20 sebagai berikut

∆T = K cr ∆LT + ∆ST … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.3.20)

Keterangan
Kcr : faktor deformasi (rangkak) yang bergantung pada waktu
: 1,5 untuk kayu yang dikeringkan, glulam struktural, balok I kayu pabrikasi, atau kayu komposit struktural
yang digunakan pada kondisi layan kering.
: 2,0 untuk glulam struktural yang digunakan dalam kondisi basah.
: 2,0 untuk panel struktural kayu yang digunakan dalam kondisi kering.
: 2,0 untuk kayu tidak dikeringkan atau dikeringkan, digunakan dalam kondisi basah.
ΔLT : defleksi sesaat akibat komponen jangka panjang dari beban desain (mm)
ΔST : defleksi akibat komponen jangka pendek atau normal dari beban desain (mm)
31

2.3.6 Komponen Struktur Berulang


Distribusi lateral beban terpusat komponen struktur yang sejajar di sebelahnya dengan
menggunakan lantai atau komponen struktur melintang lainnya, harus dihitung di dalam
menentukan gaya geser vertikal (Tabel 2.6.1) momen lentur (Tabel 2.6.2)

Tabel 2.6.1 Distribusi Lateral Beban Terpusat untuk Geser


Beban pada pusat bentang Beban pada seperempat bentang
Pusat Balok Distribusi ke Balok Samping Tengah Bentang Distribusi ke Balok Samping
1,00 0,00 1,00 0,00
0,90 0,10 0,94 0,06
0,80 0,20 0,87 0,13
0,70 0,30 0,79 0,21
0,60 0,40 0,69 0,31
0,50 0,50 0,58 0,42
0,40 0,60 0,44 0,56
0,33 0,67 0,33 0,67
Apabila distribusi beban untuk momen di tengah bentang balok diketahui atau diasumsikan sesuai dengan nilai-
nilai tertentu dalam dua kolom pertama, maka distribusi untuk balok sejajar yang berdekatan ketika dibebani
pada atau dekat titik seperempat bentang (titik perkiraan geser maksimum) harus diasumsikan sama dengan
nilai-nilai yang sesuai dengan dua kolom terakhir
Sumber: SNI 7973-2013 Tabel 15.1.2 : 130

Tabel 2.6.2 Faktor Distribusi Beban Lateral utuk Momen


Tipe Lantai Beban pada balok kritis (untuk satu lajur)
Papan 50 mm S/1,22
Terlaminasi dengan paku 100 mm S/1,37
Terlaminasi dengan paku 150 mm S/1,53
Beton dengan desain struktur S/1,83
S : Spasi rata-rata balok (m)
Jika S melebihi faktor penyebut, maka beban pada dua balok yang berdekatan akan menjadi reaksi beban, dengan
asumsi bahwa pelat lantai antara balok berlaku sebagai balok sederhanan
Sumber: SNI 7973-2013 Tabel 15.1.1 : 129

2.3.7 Panjang Efektif ℓe


Panjang efektif ℓe komponen struktur lentur merupakan fungsi dari panjang jarak titik
tumpuan lateral (ℓu) dibagi dengan tinggi penampang melintang balok (d). Pada struktur balok
kantilever dan struktur balok bentang tunggal dengan nilai rasio (ℓ u/d < 7) dan (ℓu/d > 7) dengan
beban terbagi rata dan beban terpusat diperlihatkan didalam Tabel 2.6.3 sebagai berikut.
32

Tabel 2.6.3 Panjang Efektif ℓe untuk komponen struktur lentur (mm)


Kantilever1 ℓu/d < 7 ℓu/d > 7
Beban terbagi rata ℓe = 1,33 ℓu ℓe = 0,90 ℓu + 3d
Beban terpusat di ujung bebas ℓe = 1,87 ℓu ℓe = 1,44 ℓu + 3d
Balok Bentang Tunggal1,2 ℓu/d < 7 ℓu/d > 7
q (beban terbagi rata) ℓe = 2,06 ℓu ℓe = 1,63ℓu + 3d
P di tengah bentang tanpa tumpuan lateral antara ℓe = 1,80 ℓu ℓe = 1,37ℓu + 3d
P di tengah bentang tanpa tumpuan lateral antara ℓe = 1,11 ℓu
P di tengah bentang dengan tumpuan lateral di titik beban ℓe = 1,68 ℓu
2 P sama di setiap titik 1/3, tumpuan lateral di setiap titik beban ℓe = 1,54 ℓu
3 P sama di setiap titik 1/4, tumpuan lateral di setiap titik beban ℓe = 1,68 ℓu
4 P sama di setiap titik 1/5, tumpuan lateral di setiap titik beban ℓe = 1,73 ℓu
5 P sama di setiap titk 1/6, tumpuan lateral di setiap titik beban ℓe = 1,78 ℓu
7 P atau lebih sama, jarak sama, tumpuan lateral di setiap beban ℓe = 1,84 ℓu
Momen ujung sama ℓe = 1,84 ℓu
1
Untuk balok bentang tunggal atau kantilever dengan kondisi beban tidak tercantum di dalam Tabel 2.6.3
ℓe = 2,06 ℓu apabila ℓu/d < 7
ℓe = 1,63 ℓu + 3d apabila 7 < ℓu/d < 14,3
ℓe = 1,84ℓu apabila ℓu/d >14,3
ℓu adalah jarak titik tumpuan lateral
2
Penggunaan bentang panjang harus didasarkan atas nilai tabel atau analisis teknik.
Sumber: SNI 7973-2013: 15 dari 318

2.3.8 Faktor Stabilitas Balok CL


Nilai stabilitas balok CL
a) d ≤ b; tumpuan lateral tidak diperlukan, CL = 1,0
b) d/b < 2; tumpuan lateral tidak diperlukan, CL = 1,0.
c) 2 < d/b < 4; kedua ujung dipasang tumpuan lateral, CL = 1,0
d) 4 < d/b < 5; tepi tekan dipasang tumpuan lateral di sepanjang balok, CL = 1,0
e) 5 < d/b < 6; dipasang tumpuan lateral setinggi balok setiap jarak ≤ 2.438 mm, CL = 1,0
f) 6 < d/b < 7; kedua tepi komponen struktur ditumpu sepanjang balok, CL = 1,0
g) Jika ketentuan di atas tidak ada di dalam kriteria perencanaan, maka nilai faktor stabilitas
balok CL dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.6.7 sebagai berikut
2
F F FbE
1+( bE
∗ ) 1+ ( bE
∗ )
Fb Fb F∗b
CL = − √[ ] − … … … … . . … … … … … … … . (2.3.21)
1,9 1,9 0,95

Keterangan
Fb* : nilai desain lentur acuan dikalikan dengan semua faktor koreksi kecuali Cfu, CV, CL.

120 Emin
FbE = … … … … … … … … … … … … … … … (2.3.22)
RB 2
33

h) Nilai rasio kelangsingan balok (RB) harus memenuhi Persamaan 2.6.9 sebagai berikut

𝑙e d
RB = √ ≤ 50 … … … … … … … … … … … … … … … (2.3.23)
b2

2.3.9 Soal
1. Gambar 2.3.5 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap q (N/mm). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut. qu

A B

ℓbt

Diagram Lintang
(D)
A B
C

ℓbt

Gambar 2.3.5 Balok beban merata di atas dua tumpuan

2. Gambar 2.3.6 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi tidak terlindung
kayu cepat kering. Balok anak (memanjang) digunakan kayu berukuran penampang
melintang b/d = 150/300 mm, dipasang di atas balok induk (melintang) dengan jarak 500
mm, panjang bentang ℓbt = 24.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok
anak tersebut.
Papan Pijakan Ban (Roda) Papan Lantai Jembatan Balok Anak (Memanjang) Balok Induk (Melintang)

A I
B C D E F G H
3.000 mm

RA RB

P O N M L K J
3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm

24.000 mm

Gambar 2.3.6 Jembatan Rangka Kayu


Balok Memanjang di atas Balok Melintang
34

3. Gambar 2.3.7 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi tidak terlindung
kayu cepat kering. Balok anak (memanjang) digunakan kayu berukuran penampang
melintang b/d = 150/300 mm, dipasang di atas balok induk (melintang) dengan jarak 500
mm, panjang bentang rangka jembatan ℓbt = 24.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa
ditahan oleh balok anak tersebut.
Papan Pijakan Ban (Roda) Papan Lantai Jembatan Balok Anak (Memanjang) Balok Induk (Melintang)

A I
B C D E F G H

3.000 mm
RA RB

P O N M L K J
3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm

24.000 mm

Gambar 2.3.7 Jembatan Rangka Kayu


Bidang atas Balok Memanjang rata dengan bidang atas Balok Melintang

4. Gambar 2.3.8 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung beban
tetap. Balok lantai digunakan kayu berukuran b/h = 100/250 mm, dipasang dengan jarak
sebesar 400 mm dengan posisi bagian permukaan atas rata dengan balok dinding, jarak
dinding 3.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok lantai tersebut.
Lantai Papan Balok Dinding Balok Lantai

3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm

Gambar 2.3.8 Balok Lantai


Bidang atas Balok Lantai rata dengan bidang atas Balok Dinding

5. Gambar 2.3.9 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung beban
tetap. Balok lantai digunakan kayu berukuran b/h = 100/250 mm, dipasang dengan jarak
sebesar 400 mm dengan posisi di atas balok dinding, dengan jarak dinding sebesar 3.000
mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok lantai tersebut.
Lantai Papan Balok Dinding Balok Lantai

3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm

Gambar 2.3.9 Balok Lantai Kayu


Balok Lantai di atas Balok Dinding
35

6. Gambar 2.3.10 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap P (N). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban Pultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut. PU PU

A C D B

0,25 ℓbt 0,50 ℓbt 0,25 ℓbt

PU Diagram Lintang
PU (D)
A D B
C
PU PU

A B

C D
MC = 0,25 PU ℓbt Diagram Momen MD = 0,25 PU ℓbt
(M)
ℓbt

Gambar 2.3.10 Balok beban terpusat di atas dua tumpuan

7. Gambar 2.3.11 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung
beban tetap. Balok lantai digunakan kayu berukuran b/h = 100/250 mm, dipasang dengan
jarak sebesar 400 mm dengan posisi bagian permukaan atas rata dengan balok dinding, jarak
dinding 3.000 mm. Hitung beban Pultimit yang bisa ditahan oleh balok lantai tersebut.
Lantai Papan Balok Dinding Balok Lantai
PU PU PU PU PU PU PU PU

A B C D E F G H I

3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm

Gambar 2.3.11 Balok lantai satu beban terpusat di tengah bentang


Bidang atas Balok Lantai rata dengan bidang atas Balok Dinding

2.3.10 Jawaban
1. Gambar 2.3.5 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap q (N/mm). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
36

digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut.
Diketahui:
Gambar 2.3.5
Digunakan kayu kode mutu E16, Fb = 15,00 MPa
Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
Diemnsi penampang batang b/d = 80/150 mm, b = 80 mm, d = 150 mm
Pertanyaan:
Berapa beban ultimit ijin qultimit ijin = ………. N/mm
qu

A B

ℓbt

Diagram Lintang
(D)
A B
C

ℓbt

Gambar 2.3.5 Balok beban merata di atas dua tumpuan

Penyelesaian:
1 1 1
M 8 ∗ q ∗ l2bt 2 2 ′
8 ∗ q u ∗ 5.000 < F′ ; q < 6 ∗ 80 ∗ 150 ∗ Fb
fb = < Fb′ ; < Fb′ ; b u
1 2 1 2 1 2 1 2
6∗b∗d 6∗b∗d ∗ 80 ∗ 150
6 8 ∗ 5.000

F’b = Fb * CD * CM * Ct * CL * CF * Cfu * Ci * Cr * KF * Φb * λ
Fb : 15,00 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,85 (Fb = 15,00 MPa > 8,00 MPa)
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
CL : Faktor Stabilitas Balok, CL = 1,00 (sepanjang balok dikekang)
CF : Faktor Ukuran, CF = 1,00 (tebal balok 80 mm, 50,8 mm < 80 mm < 101,6 mm)
Cfu : Faktor Penggunaan Rebah, Cfu (posisi balok berdiri)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
37

Cr : Faktor Komponen Struktur Berulang, Cr (struktur tidak berulang)


KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,54
Φb : Faktor Ketahanan, Φb = 0,85
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’b = Fb * CM * Ct * CL * CF * Ci * KF * Φb * λ
F’b = 15,00 MPa * 0,85 * 1,00 * 1,00 * 1,00 * 0,80 * 2,54 * 0,85 * 0,60
F’b = 13,21 MPa
1 2 ′ 1
∗ 80 ∗ 150 ∗ Fb ∗ 80 ∗ 1502 ∗ 13,21
qu < 6 ; qu < 6 ; 𝐪𝐮 < 𝟏, 𝟐𝟔𝟖𝟐 𝐍/𝐦𝐦
1 2 1 2
8 ∗ 5.000 8 ∗ 5.000
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = qu = 1,2682 N/mm
1,2682 N
Jadi D = q D < ; q D < 0,9059
1,4 mm
Kontrol terhadap kapasitas geser
3 V 3 0,50 ∗ q u ∗ lbt 3 0,50 ∗ 1,2682 ∗ 5.000
fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′
2 b∗d 2 b∗d 2 80 ∗ 150
F’v = Fv * CD * CM * Ct * Ci * KF * Φb * λ
Fv : 1,76 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,97
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,88
Φv : Faktor Ketahanan, Φv = 0,75
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’v = Fv * CM * Ct * Ci * KF * Φv * λ
F’v = 1,76 MPa * 0,97 * 1,00 * 0,80 * 2,88 * 0,75 * 0,60
F’v = 1,77 MPa
3 0,50 ∗ 1,2682 ∗ 5.000 𝐍 𝐍
fv = ∗ < Fv′ ; 𝐟𝐯 = 𝟎, 𝟒𝟎 < 𝐅𝐯

= 𝟏, 𝟕𝟕 (OK)
2 80 ∗ 150 𝐦𝐦𝟐 𝐦𝐦𝟐
Kontrol terhadap lendutan δ
5 ∗ q ∗ L4 5 ∗ q u ∗ L4
δ = ̅
≤δ; δ = ≤ δ̅
384 ∗ E ∗ I 384 ∗ E ′ ∗ I
E’ = E * CM * Ci
38

E : 16.000 MPa (kayu kode mutu E16)


CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,90
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,95
E’ = E * CM * Ci
E’ = 16.000 MPa * 0,90 * 0,95
E’ = 13.680 MPa
5 ∗ 1,2682 ∗ 5.0004 5.000
δ = = 33,53 mm > δ̅ = = 16,67 mm (tidak OK)
1 300
384 ∗ 13.680 ∗ 12 ∗ 80 ∗ 1503

5 ∗ q u ∗ L4 5 ∗ q u ∗ 5.0004
q u dihitung berdasarkan δ = ̅
≤ δ; < 16,67
384 ∗ E ∗ I 1
384 ∗ 13.680 ∗ ∗ 80 ∗ 1503
12
384 ∗ 13.680 ∗ 80 ∗ 1502 ∗ 16,67 𝐍
qu < ; 𝐪𝐮 < 𝟎, 𝟔𝟑𝟎𝟓
12 ∗ 5 ∗ 5.0004 𝐦𝐦
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = qu = 0,6305 N/mm
0,6305 N 𝐍
Jadi D = q D < ; 𝐪𝐃 < 𝟎, 𝟒𝟓𝟎𝟒
1,4 mm 𝐦𝐦

3. Gambar 2.3.7 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi tidak terlindung
kayu cepat kering. Balok anak (memanjang) digunakan kayu berukuran penampang
melintang b/d = 150/300 mm, dipasang di atas balok induk (melintang) dengan jarak 500
mm, panjang bentang rangka jembatan ℓbt = 24.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa
ditahan oleh balok anak tersebut.
Diketahui
Gambar 2.3.7
Digunakan kayu kode mutu E16, Fb = 15,00 MPa
Panjang bentang AB = 3.000 mm
Diemnsi penampang melintang batang b/d = 150/300 mm
Pertanyaan:
Berapa beban ultimit ijin qultimit ijin = ………. N/mm
Penyelesaian:
1 1 1
M ∗ q ∗ l2bt ∗ q ∗ 3.0002 ∗ 150 ∗ 3002 ∗ Fb′
fb = < Fb′ ; 8 < Fb′ ; 8 u ′
< Fb ; q u < 6
1 2 1 2 1 2 1 2
6∗b∗d 6∗b∗d 6 ∗ 150 ∗ 300 8 ∗ 3.000
39

Papan Pijakan Ban (Roda) Papan Lantai Jembatan Balok Anak (Memanjang) Balok Induk (Melintang)

A I
B C D E F G H

3.000 mm
RA RB

P O N M L K J
3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm

24.000 mm

Gambar 2.3.7 Jembatan Rangka Kayu


Bidang atas Balok Memanjang rata dengan bidang atas Balok Melintang

F’b = Fb * CD * CM * Ct * CL * CF * Cfu * Ci * Cr * KF * Φb * λ
Fb : 15,00 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,85 (Fb = 15,00 MPa > 8,00 MPa)
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
CL : Faktor Stabilitas Balok, CL = 1,00 (sepanjang balok dikekang)
Tinggi penampang melintang balok 300 mm berada diantara 127 mm < d = 300 mm < 302
mm, sehingga CF dihitung dengan menggunakan Persamaan sebagai berikut:
305 1/9 305 1/9
CF = ( ) ≤ 1,00 ; CF = ( ) ≤ 1,00 ; CF = 1,002 ; jadi CF = 1,00
d 300
CF : Faktor Ukuran, CF = 1,00 (tebal balok 300 mm, 127 mm < 300 mm < 302 mm)
Cfu : Faktor Penggunaan Rebah, Cfu (posisi balok berdiri)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
Cr : Faktor Komponen Struktur Berulang, Cr (struktur tidak berulang)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,54
Φb : Faktor Ketahanan, Φb = 0,85
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’b = Fb * CM * Ct * CL * CF * Ci * KF * Φb * λ
F’b = 15,00 MPa * 0,85 * 1,00 * 1,00 * 1,00 * 0,80 * 2,54 * 0,85 * 0,60
F’b = 13,21 MPa
1 2 ′ 1
∗ 150 ∗ 300 ∗ Fb ∗ 150 ∗ 3002 ∗ 13,21 N
qu < 6 ; qu < 6 ; q u < 26,42
1 2 1 2 mm
8 ∗ 3.000 8 ∗ 3.000
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = qu = 26,42 N/mm
40

26,42 N
Jadi D = q D < ; q D < 18,87
1,4 mm
Kontrol terhadap kapasitas geser
3 V 3 0,50 ∗ q u ∗ lbt 3 0,50 ∗ 26,42 ∗ 3.000
fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′
2 b∗d 2 b∗d 2 150 ∗ 300
F’v = Fv * CD * CM * Ct * Ci * KF * Φb * λ
Fv : 1,76 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,97
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,88
Φv : Faktor Ketahanan, Φv = 0,75
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’v = Fv * CM * Ct * Ci * KF * Φv * λ
F’v = 1,76 MPa * 0,97 * 1,00 * 0,80 * 2,88 * 0,75 * 0,60
F’v = 1,77 MPa
3 V 3 0,50 ∗ q u ∗ lbt 3 0,50 ∗ 26,42 ∗ 3.000
fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < 1,77
2 b∗d 2 b∗d 2 150 ∗ 300
3 0,50 ∗ 26,42 ∗ 3.000 N N
fv = ∗ = 1,321 2
< 1,77 (OK)
2 150 ∗ 300 mm mm2
Kontrol terhadap lendutan δ
5 ∗ q ∗ L4 5 ∗ q u ∗ L4
δ = ≤ δ̅ ; δ = ≤ δ̅
384 ∗ E ∗ I 384 ∗ E ′ ∗ I
E’ = E * CM * Ci
E : 16.000 MPa (kayu kode mutu E16)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,90
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,95
E’ = E * CM * Ci
E’ = 16.000 MPa * 0,90 * 0,95
E’ = 13.680 MPa
5 ∗ 26,42 ∗ 3.0004 3.000
δ = = 6,035 mm < δ̅ = = 7,50 mm (OK)
1 3 400
384 ∗ 13.680 ∗ ∗ 150 ∗ 300
12
41

Jadi dimensi penampang melintang balok b/d = 150/300 mm dengan kayu kode mutu E16
tanpa memperhatikan struktur berulang mampu menahan beban qultimit (qu) = 26,42 N/mm
pada bentang 3.000 mm, dengan lendutan (δ) = 6,035 mm < lendutan ijin (δ ijin) = 7,50 mm.
Kombinasi beban 1,4 D diperoleh beban qD = 18,87 N/mm.

6. Gambar 2.3.10 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap P (N). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban Pultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut. PU PU

A C D B

0,25 ℓbt 0,50 ℓbt 0,25 ℓbt

PU Diagram Lintang
PU (D)
A D B
C
PU PU

A B

C D
MC = 0,25 PU ℓbt Diagram Momen MD = 0,25 PU ℓbt
(M)
ℓbt

Gambar 2.3.10 Balok beban terpusat di atas dua tumpuan

Diketahui
Gambar 2.3.10
Digunakan kayu kode mutu E16, Fb = 15,00 MPa
Panjang bentang AB, ℓbt = 5.000 mm
Diemnsi penampang melintang batang b/d = 80/150 mm
Pertanyaan:
Berapa beban ultimit ijin Pultimit ijin = ………. N
Penyelesaian:
1 1 1
M ∗ PU ∗ 𝑙bt ∗ Pu ∗ 5.000 ∗ 80 ∗ 1502 ∗ Fb′
fb = < Fb′ ; 4 < Fb′ ; 4 ′
< Fb ; Pu < 6
1 2 1 2 1 2 1
6∗b∗d 6∗b∗d 6 ∗ 80 ∗ 150 4 ∗ 5.000
42

F’b = Fb * CD * CM * Ct * CL * CF * Cfu * Ci * Cr * KF * Φb * λ
Fb : 15,00 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,85 (Fb = 15,00 MPa > 8,00 MPa)
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
CL : Faktor Stabilitas Balok, CL = 1,00 (sepanjang balok dikekang)
CF : Faktor Ukuran, CF = 1,00 (tebal balok 80 mm, 50,8 mm < 80 mm < 101,6 mm)
Cfu : Faktor Penggunaan Rebah, Cfu (posisi balok berdiri)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
Cr : Faktor Komponen Struktur Berulang, Cr (struktur tidak berulang)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,54
Φb : Faktor Ketahanan, Φb = 0,85
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’b = Fb * CM * Ct * CL * CF * Ci * KF * Φb * λ
F’b = 15,00 MPa * 0,85 * 1,00 * 1,00 * 1,00 * 0,80 * 2,54 * 0,85 * 0,60
F’b = 13,21 MPa
1 1 2 2
4 ∗ PU ∗ 𝑙bt < F′ ; P < 6 ∗ 80 mm ∗ 150 mm ∗ 13,21 MPa ; P < 3.170,40 N
1 b u 1 u
∗ b ∗ d2 ∗ 5.000 mm
6 4
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = Pu = 3.170,40 N
3.170,40
Jadi nilai P < ; PD < 2.264,57 N
1,4
Kontrol terhadap kapasitas geser
3 V 3 PU 3 3.170,40
fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′
2 b∗d 2 b∗d 2 80 ∗ 150
F’v = Fv * CD * CM * Ct * Ci * KF * Φb * λ
Fv : 1,76 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,97
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,88
Φv : Faktor Ketahanan, Φv = 0,75
43

λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)


F’v = Fv * CM * Ct * Ci * KF * Φv * λ
F’v = 1,76 MPa * 0,97 * 1,00 * 0,80 * 2,88 * 0,75 * 0,60
F’v = 1,77 MPa
3 3.170,40 N N
fv = ∗ < Fv′ ; fv = 0,396 2
< Fv′ = 1,77 (OK)
2 80 ∗ 150 mm mm2
Kontrol terhadap lendutan δ
P∗a Pu ∗ a
δ= (3L2 − 4a2 ) ≤ δ̅ ; δ = (3L2 − 4a2 ) ≤ δ̅
24 ∗ E ∗ I 24 ∗ E ′ ∗ I
E’ = E * CM * Ci
E : 16.000 MPa (kayu kode mutu E16)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,90
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,95
E’ = E * CM * Ci
E’ = 16.000 MPa * 0,90 * 0,95
E’ = 13.680 MPa
Pu ∗ a
δ= ′
(3L2 − 4a2 ) ≤ δ̅
24 ∗ E ∗ I
3.170,40 ∗ 1.250
δ= (3 ∗ 5.0002 − 4 ∗ 1.2502 ) = 36,882 mm
1
24 ∗ 13.680 ∗ 12 ∗ 80 ∗ 1503
5.000
δ = 36,882 mm > δ̅ = = 16,67 mm (tidak memenuhi syarat)
300
Pu ∗ a
Pu dihitung berdasarkan δ = (3L2 − 4a2 ) ≤ δ̅
24 ∗ E ′ ∗ I
PU ∗ 1.250
(3 ∗ 5.0002 − 4 ∗ 1.2502 ) < 16,67
1 3
24 ∗ 13.680 ∗ ∗ 80 ∗ 150
12
1
24 ∗ 13.680 ∗ ∗ 80 ∗ 1503
PU < 12 16,67 ; PU < 1.432,96 N
1.250 ∗ (3 ∗ 5.0002 − 4 ∗ 1.2502 )
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = Pu = 1.432,96 N
1.432,96
Jadi D = P < N; P < 1.023,543 N
1,4

=======0000000=======

Anda mungkin juga menyukai