A 04 Batang Lentur
A 04 Batang Lentur
ditentukan berdasarkan tinggi penampang, tidak dipengaruhi oleh tebal takikan ≤ 1/6 tinggi
balok dengan panjang takikan ≤ 1/3 tinggi balok.
ℓn ≤ d/3
b
dn ≥ 3/4 d
dn ≥ 5/6 d
d
Tidak diperbolehkan takikkan di muka bagian tarik
Perlemahan akibat lubang baut dengan posisi lubang tegak maupun mendatar nilai
momen tahan neto (Sn) dihitung menggunakan Persamaan 2.3.8 dan 2.3.9 sebagai berikut.
db db
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ (b − 1 db ) ∗ d2
6 6
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Wn = ∗ (b − 2 db ) ∗ d2
d
6 6
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Wn = ∗ (b − 3 db ) ∗ d2
6 6
b b
1
Sn = ∗ (b − n ∗ db ) ∗ d2 … … … … . (2.3.8)
Gambar 2.3.2 Baut tegak 6
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ b ∗ (d − 1 db )2
6 6
db
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ b ∗ (d − 2 db )2
d
6 6
1 1
Sn = ∗ b ∗ d2 → Sn = ∗ b ∗ (d − 3 db )2
b b
6 6
1
Gambar 2.3.3 Baut mendatar Sn = ∗ b ∗ (d − n db )2 … … … … . (2.3.9)
6
Keterangan
27
Akibat perlemahan lubang paku, maka nilai momen tahan (Sn) ditentukan dengan nilai
(80 s.d 90)% dari momen tahan bruto adalah sebagai berikut:
1
Sn = (80 s. d. 90)% ∗ ∗ b ∗ d2 … … … … … … … … … … … … . (2.3.10)
6
Perlemahan akibat adanya alat sambung lain seperti pasak kayu keras, pasak cincin
maupun alat sambung lainnya dapat diperhitungkan sesuai dengan pengurangan dimensi
penampang melintang balok.
Pengurangan tinggi penampang melintang akibat adanya takikan pada sambungan
gigi, maka momen tahan netto (Wn) dihitung berdasarkan dimensi tinggi penampang melintang
balok (d) dikurangi dalamnya takikan (tm), sehingga nilai momen tahan netto (Sn) adalah
sebagai berikut:
1
Sn = ∗ b ∗ (d − tm )2 … … … … … … … … … … … … … … . (2.3.9)
6
β = 90o-0,5α β
β FC0,5α
FC0,5α
tm 0,5α
β = 90 -0,5α
o β
β α
tm
Ph
d
ℓm b
Tampak Depan
Tampak Samping
b
ℓm
Tampak Atas
q
5 ∗ q ∗ L4
A
C
B δC =
δC 384 ∗ E ∗ I
L/2 L/2
RA L RB (2.3.11)
P P
P∗a
A
C
B δC = (3L2 − 4a2 )
δC 24 ∗ E ∗ I
a a
RA L RB (2.3.12)
q
q ∗ a2
A
C B δC = (2L − a)2
δC 24 ∗ L ∗ E ∗ I
a
RA L RB (2.3.13)
q
5 ∗ q ∗ L4
A
C
B δC =
δC 768 ∗ E ∗ I
L/2 L/2
RA L RB (2.3.14)
P
P ∗ L3
A C
δC =
δC 3∗E∗I
RA L (2.3.15)
P
B P ∗ a2
A C
δC = (3L − a)
δC 6∗E∗I
a b
RA L (2.3.16)
30
q
q ∗ L4
A C δC =
δC 8∗E∗I
L
R (2.3.17)
A
q
q ∗ a3
A
C
δC = (4L − a)
δC 24 ∗ E ∗ I
a b
R
L (2.3.18)
A
q
q
A δC = (3L4 − 4a3 L + a4 )
δC 24 ∗ E ∗ I
a b
R
L
(2.3.19)
A
Apabila defleksi merupakan faktor di dalam desain, maka defleksi harus dihitung
dengan menggunakan metode standar mekanika teknik dengan meninjau defleksi lentur dan
apabila berlaku defleksi geser. Peninjauan defleksi geser diperlukan apabila modulus elastisitas
acuan belum dikoreksi untuk memasukkan efek defleksi geser.
Apabila defleksi total pada pembebanan jangka lama (panjang) harus dibatasi, maka
memperbesar ukuran komponen struktur adalah salah satu cara untuk menambah kekakuan
dalam mengatasi masalah deformasi yang bergantung pada waktu. Defleksi total (ΔT), harus
dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3.20 sebagai berikut
Keterangan
Kcr : faktor deformasi (rangkak) yang bergantung pada waktu
: 1,5 untuk kayu yang dikeringkan, glulam struktural, balok I kayu pabrikasi, atau kayu komposit struktural
yang digunakan pada kondisi layan kering.
: 2,0 untuk glulam struktural yang digunakan dalam kondisi basah.
: 2,0 untuk panel struktural kayu yang digunakan dalam kondisi kering.
: 2,0 untuk kayu tidak dikeringkan atau dikeringkan, digunakan dalam kondisi basah.
ΔLT : defleksi sesaat akibat komponen jangka panjang dari beban desain (mm)
ΔST : defleksi akibat komponen jangka pendek atau normal dari beban desain (mm)
31
Keterangan
Fb* : nilai desain lentur acuan dikalikan dengan semua faktor koreksi kecuali Cfu, CV, CL.
′
120 Emin
FbE = … … … … … … … … … … … … … … … (2.3.22)
RB 2
33
h) Nilai rasio kelangsingan balok (RB) harus memenuhi Persamaan 2.6.9 sebagai berikut
𝑙e d
RB = √ ≤ 50 … … … … … … … … … … … … … … … (2.3.23)
b2
2.3.9 Soal
1. Gambar 2.3.5 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap q (N/mm). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut. qu
A B
ℓbt
Diagram Lintang
(D)
A B
C
ℓbt
2. Gambar 2.3.6 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi tidak terlindung
kayu cepat kering. Balok anak (memanjang) digunakan kayu berukuran penampang
melintang b/d = 150/300 mm, dipasang di atas balok induk (melintang) dengan jarak 500
mm, panjang bentang ℓbt = 24.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok
anak tersebut.
Papan Pijakan Ban (Roda) Papan Lantai Jembatan Balok Anak (Memanjang) Balok Induk (Melintang)
A I
B C D E F G H
3.000 mm
RA RB
P O N M L K J
3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm
24.000 mm
3. Gambar 2.3.7 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi tidak terlindung
kayu cepat kering. Balok anak (memanjang) digunakan kayu berukuran penampang
melintang b/d = 150/300 mm, dipasang di atas balok induk (melintang) dengan jarak 500
mm, panjang bentang rangka jembatan ℓbt = 24.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa
ditahan oleh balok anak tersebut.
Papan Pijakan Ban (Roda) Papan Lantai Jembatan Balok Anak (Memanjang) Balok Induk (Melintang)
A I
B C D E F G H
3.000 mm
RA RB
P O N M L K J
3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm
24.000 mm
4. Gambar 2.3.8 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung beban
tetap. Balok lantai digunakan kayu berukuran b/h = 100/250 mm, dipasang dengan jarak
sebesar 400 mm dengan posisi bagian permukaan atas rata dengan balok dinding, jarak
dinding 3.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok lantai tersebut.
Lantai Papan Balok Dinding Balok Lantai
5. Gambar 2.3.9 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung beban
tetap. Balok lantai digunakan kayu berukuran b/h = 100/250 mm, dipasang dengan jarak
sebesar 400 mm dengan posisi di atas balok dinding, dengan jarak dinding sebesar 3.000
mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok lantai tersebut.
Lantai Papan Balok Dinding Balok Lantai
6. Gambar 2.3.10 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap P (N). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban Pultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut. PU PU
A C D B
PU Diagram Lintang
PU (D)
A D B
C
PU PU
A B
C D
MC = 0,25 PU ℓbt Diagram Momen MD = 0,25 PU ℓbt
(M)
ℓbt
7. Gambar 2.3.11 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung
beban tetap. Balok lantai digunakan kayu berukuran b/h = 100/250 mm, dipasang dengan
jarak sebesar 400 mm dengan posisi bagian permukaan atas rata dengan balok dinding, jarak
dinding 3.000 mm. Hitung beban Pultimit yang bisa ditahan oleh balok lantai tersebut.
Lantai Papan Balok Dinding Balok Lantai
PU PU PU PU PU PU PU PU
A B C D E F G H I
2.3.10 Jawaban
1. Gambar 2.3.5 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap q (N/mm). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
36
digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban qultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut.
Diketahui:
Gambar 2.3.5
Digunakan kayu kode mutu E16, Fb = 15,00 MPa
Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
Diemnsi penampang batang b/d = 80/150 mm, b = 80 mm, d = 150 mm
Pertanyaan:
Berapa beban ultimit ijin qultimit ijin = ………. N/mm
qu
A B
ℓbt
Diagram Lintang
(D)
A B
C
ℓbt
Penyelesaian:
1 1 1
M 8 ∗ q ∗ l2bt 2 2 ′
8 ∗ q u ∗ 5.000 < F′ ; q < 6 ∗ 80 ∗ 150 ∗ Fb
fb = < Fb′ ; < Fb′ ; b u
1 2 1 2 1 2 1 2
6∗b∗d 6∗b∗d ∗ 80 ∗ 150
6 8 ∗ 5.000
F’b = Fb * CD * CM * Ct * CL * CF * Cfu * Ci * Cr * KF * Φb * λ
Fb : 15,00 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,85 (Fb = 15,00 MPa > 8,00 MPa)
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
CL : Faktor Stabilitas Balok, CL = 1,00 (sepanjang balok dikekang)
CF : Faktor Ukuran, CF = 1,00 (tebal balok 80 mm, 50,8 mm < 80 mm < 101,6 mm)
Cfu : Faktor Penggunaan Rebah, Cfu (posisi balok berdiri)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
37
5 ∗ q u ∗ L4 5 ∗ q u ∗ 5.0004
q u dihitung berdasarkan δ = ̅
≤ δ; < 16,67
384 ∗ E ∗ I 1
384 ∗ 13.680 ∗ ∗ 80 ∗ 1503
12
384 ∗ 13.680 ∗ 80 ∗ 1502 ∗ 16,67 𝐍
qu < ; 𝐪𝐮 < 𝟎, 𝟔𝟑𝟎𝟓
12 ∗ 5 ∗ 5.0004 𝐦𝐦
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = qu = 0,6305 N/mm
0,6305 N 𝐍
Jadi D = q D < ; 𝐪𝐃 < 𝟎, 𝟒𝟓𝟎𝟒
1,4 mm 𝐦𝐦
3. Gambar 2.3.7 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi tidak terlindung
kayu cepat kering. Balok anak (memanjang) digunakan kayu berukuran penampang
melintang b/d = 150/300 mm, dipasang di atas balok induk (melintang) dengan jarak 500
mm, panjang bentang rangka jembatan ℓbt = 24.000 mm. Hitung beban qultimit yang bisa
ditahan oleh balok anak tersebut.
Diketahui
Gambar 2.3.7
Digunakan kayu kode mutu E16, Fb = 15,00 MPa
Panjang bentang AB = 3.000 mm
Diemnsi penampang melintang batang b/d = 150/300 mm
Pertanyaan:
Berapa beban ultimit ijin qultimit ijin = ………. N/mm
Penyelesaian:
1 1 1
M ∗ q ∗ l2bt ∗ q ∗ 3.0002 ∗ 150 ∗ 3002 ∗ Fb′
fb = < Fb′ ; 8 < Fb′ ; 8 u ′
< Fb ; q u < 6
1 2 1 2 1 2 1 2
6∗b∗d 6∗b∗d 6 ∗ 150 ∗ 300 8 ∗ 3.000
39
Papan Pijakan Ban (Roda) Papan Lantai Jembatan Balok Anak (Memanjang) Balok Induk (Melintang)
A I
B C D E F G H
3.000 mm
RA RB
P O N M L K J
3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm 3.000 mm
24.000 mm
F’b = Fb * CD * CM * Ct * CL * CF * Cfu * Ci * Cr * KF * Φb * λ
Fb : 15,00 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,85 (Fb = 15,00 MPa > 8,00 MPa)
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
CL : Faktor Stabilitas Balok, CL = 1,00 (sepanjang balok dikekang)
Tinggi penampang melintang balok 300 mm berada diantara 127 mm < d = 300 mm < 302
mm, sehingga CF dihitung dengan menggunakan Persamaan sebagai berikut:
305 1/9 305 1/9
CF = ( ) ≤ 1,00 ; CF = ( ) ≤ 1,00 ; CF = 1,002 ; jadi CF = 1,00
d 300
CF : Faktor Ukuran, CF = 1,00 (tebal balok 300 mm, 127 mm < 300 mm < 302 mm)
Cfu : Faktor Penggunaan Rebah, Cfu (posisi balok berdiri)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
Cr : Faktor Komponen Struktur Berulang, Cr (struktur tidak berulang)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,54
Φb : Faktor Ketahanan, Φb = 0,85
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’b = Fb * CM * Ct * CL * CF * Ci * KF * Φb * λ
F’b = 15,00 MPa * 0,85 * 1,00 * 1,00 * 1,00 * 0,80 * 2,54 * 0,85 * 0,60
F’b = 13,21 MPa
1 2 ′ 1
∗ 150 ∗ 300 ∗ Fb ∗ 150 ∗ 3002 ∗ 13,21 N
qu < 6 ; qu < 6 ; q u < 26,42
1 2 1 2 mm
8 ∗ 3.000 8 ∗ 3.000
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = qu = 26,42 N/mm
40
26,42 N
Jadi D = q D < ; q D < 18,87
1,4 mm
Kontrol terhadap kapasitas geser
3 V 3 0,50 ∗ q u ∗ lbt 3 0,50 ∗ 26,42 ∗ 3.000
fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′
2 b∗d 2 b∗d 2 150 ∗ 300
F’v = Fv * CD * CM * Ct * Ci * KF * Φb * λ
Fv : 1,76 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,97
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,88
Φv : Faktor Ketahanan, Φv = 0,75
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’v = Fv * CM * Ct * Ci * KF * Φv * λ
F’v = 1,76 MPa * 0,97 * 1,00 * 0,80 * 2,88 * 0,75 * 0,60
F’v = 1,77 MPa
3 V 3 0,50 ∗ q u ∗ lbt 3 0,50 ∗ 26,42 ∗ 3.000
fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < 1,77
2 b∗d 2 b∗d 2 150 ∗ 300
3 0,50 ∗ 26,42 ∗ 3.000 N N
fv = ∗ = 1,321 2
< 1,77 (OK)
2 150 ∗ 300 mm mm2
Kontrol terhadap lendutan δ
5 ∗ q ∗ L4 5 ∗ q u ∗ L4
δ = ≤ δ̅ ; δ = ≤ δ̅
384 ∗ E ∗ I 384 ∗ E ′ ∗ I
E’ = E * CM * Ci
E : 16.000 MPa (kayu kode mutu E16)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,90
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,95
E’ = E * CM * Ci
E’ = 16.000 MPa * 0,90 * 0,95
E’ = 13.680 MPa
5 ∗ 26,42 ∗ 3.0004 3.000
δ = = 6,035 mm < δ̅ = = 7,50 mm (OK)
1 3 400
384 ∗ 13.680 ∗ ∗ 150 ∗ 300
12
41
Jadi dimensi penampang melintang balok b/d = 150/300 mm dengan kayu kode mutu E16
tanpa memperhatikan struktur berulang mampu menahan beban qultimit (qu) = 26,42 N/mm
pada bentang 3.000 mm, dengan lendutan (δ) = 6,035 mm < lendutan ijin (δ ijin) = 7,50 mm.
Kombinasi beban 1,4 D diperoleh beban qD = 18,87 N/mm.
6. Gambar 2.3.10 digunakan kayu dengan Kode Mutu E16, keadaan konstruksi terlindung dan
beban berat sendiri konstruksi serta beban tetap P (N). Panjang bentang ℓbt = 5.000 mm
digunakan balok berukuran 80/150 mm. Hitung beban Pultimit yang bisa ditahan oleh balok
tersebut. PU PU
A C D B
PU Diagram Lintang
PU (D)
A D B
C
PU PU
A B
C D
MC = 0,25 PU ℓbt Diagram Momen MD = 0,25 PU ℓbt
(M)
ℓbt
Diketahui
Gambar 2.3.10
Digunakan kayu kode mutu E16, Fb = 15,00 MPa
Panjang bentang AB, ℓbt = 5.000 mm
Diemnsi penampang melintang batang b/d = 80/150 mm
Pertanyaan:
Berapa beban ultimit ijin Pultimit ijin = ………. N
Penyelesaian:
1 1 1
M ∗ PU ∗ 𝑙bt ∗ Pu ∗ 5.000 ∗ 80 ∗ 1502 ∗ Fb′
fb = < Fb′ ; 4 < Fb′ ; 4 ′
< Fb ; Pu < 6
1 2 1 2 1 2 1
6∗b∗d 6∗b∗d 6 ∗ 80 ∗ 150 4 ∗ 5.000
42
F’b = Fb * CD * CM * Ct * CL * CF * Cfu * Ci * Cr * KF * Φb * λ
Fb : 15,00 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,85 (Fb = 15,00 MPa > 8,00 MPa)
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
CL : Faktor Stabilitas Balok, CL = 1,00 (sepanjang balok dikekang)
CF : Faktor Ukuran, CF = 1,00 (tebal balok 80 mm, 50,8 mm < 80 mm < 101,6 mm)
Cfu : Faktor Penggunaan Rebah, Cfu (posisi balok berdiri)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
Cr : Faktor Komponen Struktur Berulang, Cr (struktur tidak berulang)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,54
Φb : Faktor Ketahanan, Φb = 0,85
λ : Faktor Efek Waktu, λ = 0,60 (kombinasi beban mati atau permanen)
F’b = Fb * CM * Ct * CL * CF * Ci * KF * Φb * λ
F’b = 15,00 MPa * 0,85 * 1,00 * 1,00 * 1,00 * 0,80 * 2,54 * 0,85 * 0,60
F’b = 13,21 MPa
1 1 2 2
4 ∗ PU ∗ 𝑙bt < F′ ; P < 6 ∗ 80 mm ∗ 150 mm ∗ 13,21 MPa ; P < 3.170,40 N
1 b u 1 u
∗ b ∗ d2 ∗ 5.000 mm
6 4
Kombinasi beban 1,4 D
1,4 D = Pu = 3.170,40 N
3.170,40
Jadi nilai P < ; PD < 2.264,57 N
1,4
Kontrol terhadap kapasitas geser
3 V 3 PU 3 3.170,40
fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′ ; fv = ∗ < Fv′
2 b∗d 2 b∗d 2 80 ∗ 150
F’v = Fv * CD * CM * Ct * Ci * KF * Φb * λ
Fv : 1,76 MPa (kayu kode mutu E16)
CD : Faktor Durasi Beban, CD (hanya untuk DTI)
CM : Faktor Layan Basah, CM = 0,97
Ct : Faktor Temperatur, Ct = 1,00 (kondisi kering, temperatur di Indonesia 32oC)
Ci : Faktor Tusukkan, Ci = 0,80 (kayu diawetkan dengan metode tusukkan)
KF : Faktor Konversi Format, KF = 2,88
Φv : Faktor Ketahanan, Φv = 0,75
43
=======0000000=======