Referat Abses Serebri
Referat Abses Serebri
ABSES SEREBRI
PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI………..........................................................................................................3
2.2 EPIDEMIOLOGI……………………..........................................................................3
2.3 ANATOMI OTAK…...................................................................................................5
2.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI..............................................................7
2.5 HISTOPATOLOGI…………………………………..................................................9
2.6 PATOFISIOLOGI………...........................................................................................11
2.7 MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................14
2.8 DIAGNOSIS...............................................................................................................15
2.9 PENATALAKSANAAN............................................................................................18
2.10 DIAGNOSIS BANDING............................................................................................22
2.11 KOMPLIKASI…………………………………………………………………...….23
2.12 PROGNOSIS..............................................................................................................24
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................….27
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya dalam menyelesaikan referat Ilmu Penyakit Saraf yang berjudul Abses Serebri. Referat ini
disusun sebagai bagian dalam rangka memenuhi salah satu tugas kami sebagai mahasiswa
kedoteran yang mengikuti program studi profesi dokter di bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia periode 27 Mei 2013 – 22 Juni 2013.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah dalam rangka mengikuti Kepanitraan Klinik
Ilmu Penyakit Saraf, RS Mardi Waluyo Metro Lampung, Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan referat ini .
Penulis juga mengharapkan segala masukan baik berupa saran maupun kritik
membangun daripada pembaca dalam rangka meningkatkan kualitas refarat ini .
Demikianlah referat ini disusun, kiranya dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Penulis
PENDAHULUAN
serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpulan pus yang dikelilingi oleh
kapsul otak disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.. Abses
serebri/ abses otak pada anak jarang ditemukan dan di Indonesia juga belum banyak
bawaan sianotik. Mikroorganisme penyebab abses otak meliputi bakteri, jamur dan
parasit tertentu. Mikroorganisme tersebut mencapai substansia otak melalui aliran darah,
perluasan infeksi sekitar otak, luka tembus trauma kepala dan kelainan kardiopulmoner.
telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses otak tetap masih tinggi
yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit ini sudah jarang dijumpai terutama di
negara-negara maju, namun karena resiko kematiiannya tinggi, abses otak termasuk
infection‟‟). Abses serebri dapat terjadi di dua hemisfer, dan kira-kira 80% kasus dapat
terjadi di lobus frontal, parietal, dan temporal. Abses serebri di lobus occipital, serebelum
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di
sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung
seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran
alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat
permukaan otak pada lobus tertentu. Abses otak bersifat soliter atau multipel. Yang
multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan
ke kiri akan menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi
Gejala klinik AO berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam, anoreksi dan malaise,
peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal sesuai lokalisasi abses.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpulan pus yang dikelilingi oleh
kapsul otak disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.
2.2 Epidemiologi
Abses otak dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun paling sering
terjadi pada anak berusia 4 sampai 8 tahun. Penyebab abses otak yaitu, embolisasi oleh
meningitis, otitis media kronis dan mastoiditis, sinusitis, infeksi jaringan lunak pada
wajah ataupun scalp, status imunodefisiensi dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial.
telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses otak masih tetap tinggi,
yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit ini sudah jarang dijumpai terutama di
negara-negara maju, namun karena resiko kematiannya sangat tinggi, abses otak
threatening infection).
Di Indonesia belum ada data pasti, namun Amerika Serikat dilaporkan sekitar
1500-2500 kasus abses serebri per tahun. Prevalensi diperkirakan 0,3-1,3 per 100.000
orang/tahun. Jumlah penderita pria lebih banyak daripada wanita, yaitu dengan
perbandinagan 2-3:1.
laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3:1 yang umumnya masih usia
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi rate kemtian. Jika kondisi pasien buruk,
Hasil penelitian Xiang Y Han (The University of Texas MD. Anderson Cancer
Center Houston Texas) terhadap 9 penderita abses otak yang diperolehnya selama 14
tahun (1989-2002), menunjukkan bahwa jumlah penderita laki-laki > perempuan dengan
perbandingan 7:2, berusia sekitar 38-78 tahun dengan rate kematian 55%.
Demikian juga dengan hasil penelitian Hakim AA. Terhadap 20 pasien abses otak
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana jumlah penderita abses otak pada
laki-laki > perempuan dengan perbandingan 11:9, berusia sekitar 5 bulan-50 tahun
pelayanan vaksinasi, pengobatan pada infeksi pediatri, serta pandemic AIDS, terjadi
Anatomi otak adalah struktur yang kompleks dan rumit karena fungsi organ yang
menakjubkan ini berfungsi sebagai pusat kendali dengan menerima, menafsirkan, serta
untuk mengarahkan informasi sensorik di seluruh tubuh. Ada tiga divisi utama otak, yaitu
Pembagian otak:
Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga
Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi paru
sistemik (empyema, abses paru, bronkiektas, pneumonia), endokarditis bakterial akut dan
subakut dan pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi pada
substansi putih dan abu dari jaringan otak). Abses otak yang penyebarannya secara
hematogen, letak absesnya sesuai dengan peredaran darah yang didistribusi oleh arteri
cerebri media terutama lobus parietalis, atau cerebellum dan batang otak.
Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti AIDS,
sistem kekebalan tubuh. 20-37% penyebab abses otak tidak diketahui. Penyebab abses
yang jarang dijumpai, osteomyelitis tengkorak, sellulitis, erysipelas wajah, abses tonsil,
pustule kulit, luka tembus pada tengkorak kepala, infeksi gigi luka tembak di kepala,
septikemia. Berdasarkan sumber infeksi dapat ditentukan lokasi timbulnya abses di lobus
otak.
10 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
Infeksi sinus paranasal dapat menyebar secara retrograde thrombophlebitis
melalui klep vena diploika menuju lobus frontalis atau temporal. Bentuk absesnya
biasanya tunggal, terletak superficial di otak, dekat dengan sumber infeksinya. Sinusitis
frontal dapat juga menyebabkan abses di bagian anterior atau inferior lobus frontalis.
Sinusitis sphenoidalis dapat menyebakan abses pada lobus frontalis atau temporalis.
ethmoidalis dapat menyebabkan abses pada lobus frontalis. Infeksi pada telinga tengah
dapat pula menyebar ke lobus temporalis. Infeksi pada mastoid dan kerusakan tengkorak
kepala karena kelainan bawaan seperti kerusakan tegmentum timpani atau kerusakan
dan Clostridium spp), basil aerob gram-negatif (enteric rods, Proteus spp, Pseudomonas
Faktor predisposisi dapat menyangkut host, kuman infeksi atau factor lingkungan.
Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk menangkis infeksi mencakup kesehatan
umum yang sempurna, struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif, aliran darah ke
otak yang adekuat, sistem imunologik humoral dan selular yang berfungsi sempurna.
11 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
2. Faktor kuman
akut, memiliki beberapa faktor virulensi yang tidak bersangkut paut dengan faktor
pertahanan host. Kuman yang memiliki virulensi yang rendah dapat menyebabkan infeksi
di susunan saraf pusat jika terdapat ganggguan pada system limfoid atau
retikuloendotelial.
3. Faktor lingkungan
Faktor tersebut bersangkutan dengan transisi kuman. Yang dapat masuk ke dalam tubuh
2.5 Histopatologi
yang baik, pembentukan kapsul kolagen merupakan rspon yang terpenting dalam
membatasi penyebaran abses. Untuk terjadinya abses otak harus ada daerah yang nekrosis
Pada penderita meningitis bacteria tidak selalu terjadi abses otak, hal ini
dipengaruhioleh faktor-faktor:
1.Virulensi bakteri
memegang peranan yang penting untuk timbulnya radang di selaput otak dan memperluas
daerah yang nekrosis ke dalam jaringan otak. Bakteri pneumokokus mempunyai dua
polimer dinding sel (peptidoglikan dan asam trikoik fosfat ribitol) menyebabkan
12 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
timbulnya peradangan. H. influenza mempunyai kapsul lipopolisakarida bila terjadi
inokulasi ke dalam intrasisternal menyebabkan radang dan merusak sawar darah otak.
Hanya bakteri tertentu yang bisa merusak sawar darah otak. Kerusakan sawar
darah otak menimbulkan eksudasi albumin yang mempercepat timbulnya edema otak
3. Imunopatologis
cepat dari TNF (Tumor Necrotic Factor). Interleukin-2 ke dalam CSS menyebabkan
neutrofil melekat pada epitel serta merangsang sel-sel di susunan saraf pusat (astroglia
endotel, dan makrofag selaput otak) untuk melepaskan sitokin. Sitokin dieksresikan dan
merusak sawar darah otak. Kondisi imunologis penderita yang kurang baik akan
akan tampak invasi vaskuler oleh jamur, disusul thrombosis sekunder dan infark otak.
Hal ini menyerupai abses piogenik, dimana di dalam bagian nekrotik terdapat sel radang,
makrofag, fibroblast, dan sel besar berinti banyak terisi jamur yang telah difagosit.
Amoeba menyebabkan terjadinya pusat nekrotik yang berisi debris dan terutama
sel mononuclear dikelilingi kongesti vaskuler nekrosis jaringan saraf dan sel limfotik, sel
plasma dan mononuclear lain, disini pembentukan kapsul tidak ada atau hanya sedikit
13 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
2.6 Patofisiologi
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di
sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung
seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran
hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia
alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat
Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan
infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang
disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis
dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia,
fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotikan. Mula-mula abses tidak
berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul
dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai
yaitu :
dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada hari
pertama dan meningkat pada hari ke 3. Sel-sel radang terdapat pada tunika
Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi edema di sekita
14 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
2) Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)
Saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis
karena pelepasan enzim-enzim dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati
kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi
sangat besar
Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan acellular debris dan fibroblast
cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateralis. Pada pembentukan kapsul,
· Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel radang.
15 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
· Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis yang berlanjut.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke arah
meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan AO yang berlokasi
temporalis dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara
hematogen.
saraf pusat melalui lintasan-lintasan berikut. Kuman yang bersarang di mastoid dapat
Ada penjagaan otak khusus terhadap bahaya yang dating melalui lintasan
hematogen, yang dikenal sebagai sawar darah otak atau blood brain barrier. Pada
toksemia dan septicemia, sawar darah otak terusak dan tidak lagi bertindak sebagai sawar
khusus. Infeksi jaringan otak jarang dikarenakan hanya bakterimia saja, oleh karena
jaringan otak yang sehat cukup resisten terhadap infeksi. Kuman yang dimasukkan ke
dalam otak secara langsung pada binatang percobaan ternyata tidak membangkitkan
abses sereebri/ abses otak, kecuali apabila jumlah kumannya sangat besar atau sebelum
inokulasi intraserebral telah diadakan nekrosis terlebih dahulu. Walaupun dalam banyak
hal sawar darah otak sangat protektif, namun ia menghambat penetrasi fagosit, antibody
16 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
dan antibiotik. Jaringan otak tidak memiliki fagosit yang efektif dan juga tidak memiliki
lintasan pembuangan limfatik untuk pemberantasan infeksi bila hal itu terjadi. Maka
berbeda dengan proses infeksi di luar otak, infeksi di otak cenderung menjadi sangat
Pada stadium awal gambaran klinik AO tidak khas, terdapat gejala-gejala infeksi
seperti demam, malaise, anoreksi dan gejalagejala peninggian tekanan intrakranial berupa
muntah, sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya abses otak gejala menjadi
khas berupa trias abses otak yang terdiri dari gejala infeksi (demam, leukositosis),
peninggian tekanan intracranial (sakit kepala, muntah proyektil, papil edema) dan
Abses pada lobus frontalis biasanya tenang dan bila ada gejala-gejala neurologik
menurun menunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi dan
hemianopsi komplit. Gangguan motorik terutama wajah dan anggota gerak atas dapat
terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi
terutama di daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik. Abses
serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan menyebabkan gangguan koordinasi
seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus. Abses batang otak jarang sekali terjadi,
17 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
2.8 Diagnosis
laboratorium disertai pemeriksaan penunjang lainnya. Selain itu penting juga untuk
Perlu ditanyakan mengenai riwayat perjalanan penyakit, onset, faktor resiko yang
mungkin ada, riwayat kelahiran, imunisasi, penyakit yang pernah diderita, sehingga dapat
dipastikan diagnosisnya.
derajat kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks patologis, dan juga
pemeriksaan lekosit dan laju endap darah; didapatkan peninggian lekosit dan laju endap
normal. Bisa didapatkan kadar protein yang sedikit meninggi dan sedikit pleositosis,
glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang, kecuali bila terjadi perforasi dalam
ruangan ventrikel.
pula menunjukkan adanya fokus infeksi ekstraserebral; tetapi dengan pemeriksaan ini
tidak dapat diidentifikasi adanya abses. Pemeriksaan EEG terutama penting untuk
18 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
abses. Pnemoensefalografi penting terutama untuk diagnostik abses serebelum. Dengan
arteriografi dapat diketahui lokasi abses di hemisfer. Saat ini, pemeriksaan angiografi
scan. Dan scanning otak menggunakan radioisotop tehnetium dapat diketahui lokasi
abses; daerah abses memperlihatkan bayangan yang hipodens daripada daerah otak yang
normal dan biasanya dikelilingi oleh lapisan hiperderns. CT scan selain mengetahui
lokasi abses juga dapat membedakan suatu serebritis dengan abses. Magnetic Resonance
Imaging saat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang lebih cepat juga
lebih akurat.
19 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
Gambaran CT-scan pada abses :
Gambaran CT-Scan :
Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas dan terdapat nekrosis
dari zona central inflamasi.
Gambaran CT-Scan :
Gambaran CT-Scan :
Hampir sama dengan fase cerebritis, tetapi pusat nekrosis lebih kecil dan
kapsul terlihat lebih tebal.
Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah sentral yang hipodens
(sentral abses) yang dikelilingi dengan kontras - ring enhancement (kapsul abses)
Gambaran CT-Scan :
Gambaran kapsul dari abses jelas terlihat, sedangkan daerah nekrosis tidak
diisi oleh kontras.
20 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
Pemeriksaan CT scan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan prosedur diagnostik,
dikarenakan sensitifitasnya dapat mencapai 90% untuk mendiagnosis abses serebri. Yang
perlu dipertimbangkan adalah walaupun gambaran CT tipikal untuk suatu abses, tetapi
dari CT scan, ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk membedakan
keduanya antara lain : umur penderita, ketebalan ring (cicin tipis hanya 3-6 mm) dan
biasanya uniform, diameter ring, rasio lesi dan ring. Pada ½ kasus, kapsul bagian medial
lebih tipis dari kapsul subkortikal. Hal ini menunjukkan sedikitnya vaskularisasi
dari massa putih dan menjelaskan mengapa daughter abscess biasanya berkembang di
medial.
Abses serebri yang hematogen ditandai dengan adanya fokus infeksi (yang
tersering dari paru), lokasi pada daerah yang diperdarahi oleh arteri serebri media di
daerah perbatasan massa putih dan abu-abu dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
tumor, ring enhancement yang berlekuk-lekuk disertai perifokal edema yang luas.
2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan edema) yang dapat mengancam jiwa
21 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
5. Pencegahan kejang
6. Neurorehabilitasi
Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang tepat dan pemilihan
abses. Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat digunakan kombinasi dari sefalosporin
generasi ketiga dan metronidazole. Jika terdapat riwayat cedera kepala dan pembedahan
kepala, maka dapat digunakan kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan
sephalosforin generasi ketiga dan juga metronidazole. Antibiotik terpilih dapat digunakan
Etiologi Antibiotik
terapi aminoglikosida
Pada abses terjadi akibat trauma penetrasi,cedera kepala, atau sinusitis dapat
diterapi dengan kombinasi dengan napsiline atau vancomycin, cefotaxime atau cetriaxone
dan juga metronidazole. Monoterapi dengna meropenem yang terbukti baik melawan
bakteri gram negatif, bakteri anaerob, stafilokokkus dan streptokokkus dan menjadi
22 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
pilihan alternatif. Sementara itu pada abses yang terjadi akibat penyakit jantung sianotik
dapat diterapi dengan penissilin dan metronidazole. Abses yang terjadi akibat
otitis media, sinusitis, atau mastoidits yang menjadi penyebab dapat digunakan
meningitis citrobacter, yang merupakan bakteri utama pada abses local, dapat digunakan
Tabel 2.2 Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses Otak
Drug Dose Frekwensi dan rute
Cefotaxime 2-3 kali per hari,
(Claforan) 50-100
mg/KgBBt/Hari IV
50-100 mg/KgBBt/Hari IV
Metronidazole (Flagyl) 3 kali per hari,
35-50 mg/KgBB/Hari IV
Nafcillin (Unipen, Nafcil) setiap 4 jam,
2 grams IV
Vancomycin setiap 12 jam,
15 mg/KgBB/Hari IV
23 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
risiko potensial dalam peningkatan tekanan intrakranial. Dosis yang dipakai 10 mg
intrakranial yang meningkat, papil edema dan gambaran edema yang luas serta midline
shift pada CT scan. Kortikosteroid diberikan dalam 2 minggu setelah itu di tap-off, dan
terlihat bahwa berangsur-angsur sakit kepala berkurang dan pada pemeriksaan nervus
optikus hari XV tidak didapatkan papil edema. Penatalaksanaan secara bedah pada abses
otak dipertimbangkan dengan menggunakan CT-Scan, yang diperiksa secara dini, untuk
mengetahui tingkatan peradangan, seperti cerebritis atau dengan abses yang multipel.
antimikrobial dan tindakan bedah. Pada studi terakhir, terapi eksisi dan drainase abses
melalui kraniotomi merupakan prosedur pilihan. Tetapi pada center-center tertentu lebih
dipilih penggunaan stereotaktik aspirasi atau MR-guided aspiration and biopsy. Tindakan
aspirasi biasa dilakukan pada abses multipel, abses batang otak dan pada lesi yang lebih
penderita yang mendapatkan terapi konservatif ataupun dengan terapi eksisi dalam
proses desak ruang yang cukup besar guna mengurangi efek massa baik oleh edema
maupun abses itu sendiri, disamping itu pertimbangan ukuran abses yang cukup besar,
24 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
Antibiotik mungkin digunakan tersendiri, seperti pada keadaan abses berkapsul
dan secara umum jika luas lesi yang menyebabkan sebuah massa yang berefek terjadinya
Pembedahan secara eksisi pada abses otak jarang digunakan, karena prosedur ini
aspirasi. Indikasi pembedahan adalah ketika abses berdiameter lebih dari 2,5 cm, adanya
gas di dalam abses, lesi yang multiokuler, dan lesi yng terletak di fosa posterior, atau
jamur yang berhubungan dengan proses infeksi, seperti mastoiditis, sinusitis, dan abses
bergantung pada organisme dan respon terhadap penatalaksanaan awal. Tetapi, efek yang
terhadap korteks. Oleh karena itu kapan antikonvulsan dihentikan tergantung dari kasus
per kasus (ditetapkan berdasarkan durasi bebas kejang, ada tidaknya abnormalitas
Pada penderita ini diberikan fenitoin oral, mengingat penderita sudah mengalami kejang
Sebagai suatu lesi desak ruang (space-occupying lesion), abses otak dapat
25 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
Oleh karena itu, diperlukan teknik diagnose yang menyeluruh agar terapi yang diberikan
menjadi tepat.
Abscess Tumor
aspect
T1 Hyperintense rim
T2 Hypointense rim
Perfusion imaging dynamic Normal signal due to collagen Low signal due high
tumour
2.11 Komplikasi
3. Edema otak
26 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
2.12 Prognosis
Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara signifikan berkurang,
dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan antibiotic yang tepat, serta
kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses mutipel, kesadaran koma dan
minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan yang terjadi paling tidak 50% dari penderita,
Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini dapat lebih cepat
didiagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis AO soliter lebih baik dan mu1tipel.
Defisit fokal dapat membaik, tetapi keajng dapat menetap pada 50% penderita.
27 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
BAB III
KESIMPULAN
Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir
diantara jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus, dan
protozoa, dimana kasusnya jarang dijumpai tetapi angka kematiannya tinggi (rata-rata
besar penderita abses otak adalah laki-laki, dibandingkan perempuan (3:1) yang berusia
Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi tengah,
penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik (empyema, abses paru,
bronkiektase, pneumonia), endokarditis bacterial akut dan subakut dan pada penyakit
jantung bawaan Tetralogi Fallot ( abses multiple, lokasi pada substansi putih dan abu dari
jarinagn otak). Dapat juga timbul akibat trauma tembus pada kepala atau trauma pasca
operasi.,
Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti AIDS,
penderita penyakit kronis yang mendapat kemoterapi. Steroid yang dapat menurunkan
Proses pembentukan abses otak memakan waktu 2 minggu dan terdiri dari 4
tahap. Dengan semakin besarnya abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses otak
yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan intracranial, dan gejala neurologic
pemeriksaan laboratorium.
28 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
Terapi definitive untuk abse melibatkan penatalaksanaan terhadap efek massa
(abses dan edema) yang dapat mengancam jiwa, terapi antibiotic dan test sensitifitas dari
kultur material abses, terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi), pengobatan terhadap
Prognosis dari abses otak ini tergantung dari cepatnya diagnosis ditegakkan,
29 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudewi, AA Raka, dkk. Abses Serebri. Infeksi pada system saraf “PERDOSSI”.
Hal 21-27. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair. 2011.
2. Misbach, H Jusuf, dkk. Serebritis dan Abses Otak. Buku Pedoman SPM dan SPO
Neurologi “ PERDOSSI‟‟. hal 27-29. Jakarta: 2006.
3. Mardjono, Mahar, dkk. Abses Serebri. Neurologi Klinis Dasar.hal 320-321.
Jakarta: Dian Rakyat. 2008.
4. Hakim, Adril Arsyad. Abses Otak. Dep Bedah FK USU/ SMF Bedah Saraf RSUP
H Adam Malik Medan.Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38 No. 4. Sumatera
Utara: Desember 2005.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005-%20(9).pdf
5. http://id.scribd.com/doc/70275247/Abses-Otak
30 | R e f e r a t A b s e s S e r e b r i