Abstrak
Artikel ini menawarkan alternatif kerangka konseptual penelitian terhadap teknologi ko-
munikasi semisal teknologi media baru. Kerangka konseptual yang ditawarkan menggunakan
cara pandang paradigma konstruktivis dimana teknologi dipandang sebagai produk konstruksi
sosial. Social Construction of Technology (SCoT) adalah konsep yang dikembangkan Pinch
dan Bijker (1984). Seiring waktu SCoT mendapat perhatian dari akademisi-akademisi lain serta
mengalami perkembangan dan modifikasi. Pada artikel ini penulis mencoba menyandingkan
penggunaan SCoT dengan pendekatan agen-struktur dari teori strukturasi Giddens. Kerangka
konsep tersebut telah dicobakan dalam penelitian penulis di tahun 2011. Teknologi yang diteliti
adalah teknologi media sosial, sementara agen yang dimaksud adalah pengguna media sosial,
kemudian budaya komunikasi ditempatkan sebagai struktur sosial yang berperan sebagai kon-
teks yang lebih luas. Kerangka konseptual seperti dijelaskan di sini terutama bermanfaat untuk
menguraikan hubungan teknologi dan masyarakat serta menjawab pertanyaan bagaimana pros-
es saling membentuk terjadi antara teknologi dengan perilaku sosial dalam masyarakat.
Key words: Teknologi, Media Baru, Strukturasi, Social Construction of Technology, Konstruk-
tivis, Giddens
Teknologi dan Masyarakat kan bahwa teknologi mencakup semua pera-
Ilmuwan sosial cenderung melihat latan, mesin, instrumen, senjata dan sebagain-
teknologi sebagai kesatuan terintegrasi antara ya dan juga melibatkan keahlian kita dalam
aspek material dan non-material atau aspek memproduksi dan menggunakannya (Bain,
teknis dan non-teknis. Read Bain menyebut- 1937). Rogers menjabarkan teknologi sebagai
konsep yang terdiri dari komponen perangkat dari kaum determinasi sosial yang kemudian
keras (hardware) dan perangkat lunak (soft- menjadi pandangan dominan semenjak awal
ware), dimana pengertian perangkat lunak 1990-an (Lievrouw & Livistone, 2006c, p.4).
digambarkan sebagai landasan informasi ter- Menurut aliran determinasi sosial, munculnya
kait dengan perangkat keras (Rogers, 1986). inovasi dan teknologi merupakan bagian dari
Perangkat lunak dalam definisi Rogers dapat proses konstruksi sosial sehingga tidak bisa
juga diartikan sebagai serangkaian informasi dilepaskan begitu saja dari proses-proses so-
mengenai makna teknologi dan cara menggu- sial disekitarnya. Teknologi dalam hal ini mer-
nakan teknologi tersebut. upakan hasil bentukan sosial (social shaping).
Berdasarkan cara pandang itu, maka Maksud dari teknologi sebagai ha-
kajian terhadap teknologi terutama dalam sil bentukan sosial sebenarnya lebih kepada
konteks ilmu sosial harus mempertimbangkan adanya hubungan timbal balik yang saling
kedua aspek sekaligus, yaitu aspek material/ membentuk antara pengembangan teknologi
perangkat keras dan non-material/perangkat dengan praktek-praktek sosial, sehingga an-
lunak. Suatu pertanyaan mendasar kajian te- tara teknologi dan praktek sosial sifatnya sa-
knologi dalam konteks ilmu sosial adalah ling menentukan (co-determining) (Lievrouw
mengenai makna teknologi bagi masyarakat & Livistone, 2006b, p.4). Cara pandang seper-
dan bagaimana masyarakat merespon, meng- ti itu menurut Lievrouw dan Livistone mem-
gunakan dan beradaptasi dengan kehadiran buat kajian terhadap teknologi harus memper-
teknologi. hatikan dua aspek, yaitu; perhatian terhadap
Sejauh ini berbagai referensi menun- agensi dan tindakan, sekaligus pula menaruh
jukkan ada dua cara pandang utama terhadap perhatian pada efek-efek sosial, struktur dan
kajian teknologi, yaitu determinasi teknologi dampak yang ditimbulkannya.
(technological determinism) dan determinasi Munculnya pendekatan determinasi
sosial (social determinism). Kaum determina- sosial tidak lepas dari perkembangan teori-te-
si teknologi berasumsi bahwa perkembangan ori sosial mengenai modernitas dan perubah-
teknologi adalah proses independen yang ti- an sosial, seperti teori mengenai ruang publik
dak berkaitan dengan proses-proses sosial, na- dari Habermas dan teori strukturasi dari Gid-
mun demikian setelah suatu teknologi terben- dens. Teori-teori tersebut turut memberi inspi-
tuk dan mengakar, maka teknologi itu akan rasi terhadap pendekatan teoretis baru yang
memengaruhi penciptaan kondisi baru dalam mengaitkan teknologi khususnya media baru
masyarakat (Lievrouw & Livistone, 2006b, (new media) dengan struktur & praktik so-
p.4). sial dalam hubungan yang saling menentukan
Sekitar tahun 1980-an pandangan (co-determination) (Lievrouw & Livistone,
determinasi teknologi mendapat tantangan 2006a, p.19).
Teknologi dan Budaya tem) atau sebagai suatu rangkaian matrix kode
Pembahasan mengenai keterkaitan yang menjadi dasar diorganisasikannya aktivi-
antara teknologi dan budaya telah dilakukan tas sosial. Budaya juga dapat dipahami sebagai
oleh beberapa ahli (Lievrouw & Livistone, keseluruhan cara hidup atau bentuk-bentuk
2006b), (Krug, 2005a), (Flew, 2005). Krug pengalaman yang dijalani. Raymond Williams
bahkan menyarankan agar; diri (self), budaya mendefinisikan budaya sebagai “a particular
dan teknologi dipandang sebagai elemen yang way of life” cara hidup tertentu yang diben-
saling menciptakan dan saling merefleksikan, tuk melalui sejumlah nilai tradisi, keyakinan,
teknologi bahkan dapat dipandang sebagai obyek material, dan wilayah. Lebih jauh Lull
suatu budaya (Krug, 2005, p.xi & p.1-25). menyebutkan bahwa budaya adalah suatu
Keberadaan suatu teknologi dapat konteks. Budaya adalah tentang cara meman-
merubah arah dunia sosial tempat masyarakat dang dunia dan menjalani berbagai aktivitas
hidup. Teknologi dapat merubah persepsi kehidupan, seperti misalnya cara berbahasa
dan pemikiran-pemikiran masyarakat tentang dan berpakaian (Lull, 1994, p.66). Pemaha-
tatanan dunia. Namun sekali lagi ini tidak ter- man terakhir ini mengarahkan kita pada ben-
jadi dalam konteks sesederhana determinasi tuk-bentuk nyata dari aktivitas komunikasi,
teknologi, melainkan lahir melalui hubungan hubungan sosial, dan praktek-praktek dalam
dialektis antara struktur-struktur makna dan kehidupan sehari-hari (Flew, 2005, p.26).
ekpresi-ekpresi teknologi yang nyata. (Krug, Berdasarkan level pendefinisian te-
2005, p.19). Maka dari itu melakukan pene- knologi dan budaya tadi, kita dapat melihat
litian terhadap teknologi melalui perspektif ada titik temu antara teknologi dan budaya.
budaya membutuhkan pendefinisian teknolo- Keterkaitan ini muncul manakala kita me-
gi yang melingkupi tiga tingkat pendefini- lihat teknologi sebagai sistem pengetahuan
sian, yaitu; tidak hanya memahaminya sebatas dan makna sosial yang hadir bersamaan den-
obyek fisik, peralatan dan artefak; tapi juga gan penggunaan teknologi. Pendefinisian tadi
dalam pengertian konten yang dihasilkan dan bersinggungan dengan definisi budaya se-
distribusikan; juga harus dilihat dalam kon- bagai landasan sistem struktural yang melalu-
teks sistem pengetahuan dan makna sosial inya aktivitas-aktivitas sosial diorganisasikan
yang hadir bersamaan dengan penggunaan (Flew, 2005, p.26).
dan pengembangan teknologi itu (Flew, 2005, Titik temu inilah yang dimaksud
p.21). Flew dan juga Krug saat mengatakan teknolo-
Pemahaman tentang budaya menurut gi sebagai suatu bentuk budaya. Flew mena-
Flew juga harus diperluas bukan hanya seke- makan cara pandang ini sebagai cultural tech-
dar dari dimensi artistik dan kreatif saja. Bu- nologies atau teknologi yang bersifat budaya
daya harus dipahami sebagai suatu landasan (Flew, 2005, p.28). Konsep ini sejalan pula
sistem struktural (underlying structural sys- dengan perspektif determinasi sosial sebagai
suatu konsep yang berlawanan dengan pers- perkembangan perspektif determinasi sosial
pektif determinasi teknologi. Flew mengutip yang menjadi trend dalam penelitian-peneli-
Langdon untuk menggambarkan bagaimana tian seperti itu, banyak diinspirasikan oleh te-
konsep cultural technologies diterapkan un- ori strukturasi Giddens (Liewrouw, 2006).
tuk mengamati hubungan antara teknologi dan Anthony Giddens, penggagas teori
budaya. Langdon mengatakan teknologi bu- strukturasi adalah seorang sosiolog Inggris.
kan semata alat bantu bagi aktivitas manusia, Pemikiran Giddens mengenai interplay antara
namun merupakan kekuatan yang mendorong struktur dan agensi dalam teori ini memiliki
pembentukan ulang aktivitas-aktivitas terse- kesamaan dengan konsep co-determination
but dan maknanya. antara perkembangan teknologi dan prak-
Penelitian yang selaras dengan cara tik-praktik sosial dalam perspektif determina-
pandang teknologi dan budaya tersebut mis- si sosial. Teori strukturasi Giddens pun menja-
alnya penelitian tentang teknologi media baru, di inspirasi bagi Poole dan DeSantics (1990)
yaitu media sosial yang dikaitkan dengan dalam merumuskan Adaptive Structuration
perkembangan atau perubahan budaya komu- Theory (AST) (Hollingshead & Contractor,
nikasi seperti yang dilakukan Adi W. Octavi- 2006, p.123). AST mengajukan axiom yang
anto (2011) atau penelitian terhadap peruba- menyebutkan bahwa struktur-struktur sosial
han budaya komunikasi dikalangan pengguna dan tindak komunikasi (communicative ac-
telpon genggam yang dilakukan oleh Brodjo- tion) itu saling merubah satu sama lain (Djik,
negoro (2006). 2006, p.17). Pada bagian lain Dijk (2006,
p.242) juga menyebutkan struktur-struktur
Struktur Giddens tersebut akan muncul dalam tindak komunika-
Seperti telah disebutkan sebelumnya si yang terjadi.
perkembangan teori-teori sosial turut mem- Pengaruh Giddens yang cukup besar
berikan inspirasi bagi pendekatan teoretis dalam wacana teknologi dan masyarakat inilah
baru dalam kajian terhadap teknologi, uta- yang mendorong penulis mencoba menawar-
manya yang terkait dengan media baru (new kan landasan pemikiran strukturasi Giddens
media). Pendefinisian media baru sendiri sela- untuk digunakan bersama kerangka konsep
lu dikaitkan dengan teknologi komunikasi dan perkembangan teknologi yang masih berkem-
informasi (ICT’s) yaitu yang biasa kita kenal bang, yaitu Social Contruction of Technology
dengan Internet (Flew, 2005) dan (Lievrouw (SCoT). Namun sebelum secara spesifik kita
& Livistone, 2006a). menelaah bagaimana SCoT dan Strukturasi
Teori strukturasi Giddens sangat lay- Giddens digunakan bersama-sama, ada bai-
ak dipertimbangkan sebagai kerangka konsep knya kita membahas Strukturasi Giddens ter-
penelitian sosial atas teknologi mengingat lebih dahulu.
struktur berarti masing-masing dapat diamati hal serupa, setidaknya dengan meningkatkan
secara independen tanpa memperhatikan ket- rasa kewajaran untuk melakukan hal yang
erkaitan satu sama lain. sama. Nilai kewajaran yang digunakan orang-
Pada konsep dualitas, tindakan-tin- orang secara berulang ketika menggunakan
dakan agen yang berulang-ulang akan men- facebook untuk mengundang teman ke acara
ciptakan suatu pola atau jejak memori yang pernikahan kemudian menjadi suatu sistem
memungkinkan tersedianya kondisi dimana budaya berkomunikasi atau dengan kata lain
tindakan serupa dapat dilakukan oleh agen- menjadi bagian dari praktik-praktik rekursif
agen lain. Struktur dalam konsepsi Giddens yang membentuk struktur budaya komunikasi.
itu hadir (exist) hanya dalam perwujudan Namun perlu dicatat tindakan-tin-
melalui praktik-praktik tertentu dan sebagai dakan agen yang dilakukan secara rekursif,
jejak memori yang berorientasi pada perilaku walaupun dilakukan dengan kesadaran dan
manusia sebagai agen yang berpengetahuan motivasi, seringkali menimbulkan konsekuen-
(knowledgeable human agent) (Giddens, 2003, si yang tidak dimaksudkan (unintended con-
p.20-21). Struktur sebagai jejak memori dan sequences) (Giddens, 2003, p.6-17). Manaka-
perwujudan praktik-praktik yang berulang ini la agen melakukan tindakan-tindakan yang
menjadi sesuatu yang membatasi (constraint) kemudian melahirkan konsekuensi tak dimak-
tapi sekaligus juga memungkinkan (enabler) sudkan dalam bentuk produksi dan reproduk-
tindakan-tindakan dikemudian hari (Giddens, si tindakan lain dikemudian hari, maka agen
1984:25,26) dalam (Ritzer & Goodman, 2007, melakukan tindakan keagensian sehingga
p.510). Struktur disini berperan sebagai me- agen berubah menjadi agensi.
dium sekaligus hasil dari praktik sosial yang Hubungan agen – struktur dalam
berulang dan terorganisir (Ritzer & Goodman, strukturasi Giddens cenderung kearah hubun-
2007, p.511). gan agensi – struktur. Dualitas agensi-struk-
Melalui dan dalam aktivitas-aktivitas, tur ini bisa diartikan secara sederhana bahwa
agen-agen mereproduksi kondisi-kondisi yang manusia memang memiliki kehendak dan pi-
memungkinkan dilakukannya aktivitas tadi lihan dalam bertindak, namun kehendak dan
(Giddens, 2003, p.3). Sebagai ilustrasi konsep pilihan tersebut tidak menentukan hasil yang
tersebut, kita dapat mengambil contoh ketika dikeluarkan (McPhee & Poole, 2009, p.936).
individu sebagai agen melakukan aktivitas Struktur sebagai sesuatu yang ada sebagai ha-
komunikasi dengan teman-temannya melalui sil praktik rekursif agen, seringkali terbentuk
facebook, misalnya untuk menyampaikan sebagai hasil konsekuensi yang tidak disadari,
undangan pernikahan. Melalui tindakan itu dan kemudian menjadi rules dan resources
sesungguhnya individu tadi telah merepro- bagi tindakan-tindakan agen selanjutnya.
duksi nilai-nilai dan kondisi yang akan memu- Struktur, kata Giddens hanya ada di
ngkinkan orang lain di waktu lain melakukan dalam dan melalui aktivitas agen manusia.
Struktur hanya dapat terwujud karena adan- D. Kesadaran Diskursif dan Praktis
ya aturan (rules) dan sumber daya (resourc- Menjadi manusia berarti menjadi
es). Fenomena sosial sebagai hasil dari prak- agen bertujuan yang memiliki alasan-alasan
tik-praktik sosial oleh agen memiliki kapasitas atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan
yang cukup untuk menjadi struktur (Ritzer jika diminta akan mampu menjelaskan ala-
& Goodman, 2007, p.510). Memang defini- san-alasan tersebut berulang-ulang. Kemam-
si struktur dari Giddens berbeda dari definisi puan menjelaskan ini termasuk juga jika si
yang diberikan oleh Durkheminian. Struktur agen itu berbohong mengenai alasan-alasan
berdasarkan pola Durkheminian selalu di- yang dikemukakan (Giddens, 2003, p.3). Ma-
pandang sebagai sesuatu yang ada diluar dan nusia sebagai agen dalam konteks Giddens
memaksa aktor. Giddens memang mengakui berkesan sebagai agen yang aktif, dalam arti
bahwa struktur dapat menjadi kekuasaan yang selalu memiliki alasan dan kesadaran dalam
memaksa, namun cara pandang para sosiolog melakukan aktivitas-aktivitasnya.
Durkheminia dianggapnya terlalu berlebihan. Namun Giddens juga menjelas-
kan bahwa bentuk kesadaran yang dimaksud
memiliki dua dimensi yaitu; kesadaran diskur-
C. Waktu dan Ruang sif dan kesadaran praktis. Garis antara kesada-
Waktu dan ruang menjadi variabel ran diskursif dan praktis berfluktuasi dan dapat
penting dalam teori strukturasi karena prak- ditembus antara satu dan lainnya. Ini bisa kita
tik-praktik sosial dilakukan dalam koridor lihat misalnya saat mengamati pengalaman
waktu dan ruang tertentu. Lazimnya wak- agen-agen individu dalam konteks aktivitas
tu dan ruang ini berkaitan dengan kehadiran sosial yang berbeda (Giddens, 2003, p.5)
orang lain saat praktik-praktik sosial tertentu Sebagai agen, aktor-aktor sosial bi-
dilakukan. Kehadiran ini biasanya terjadi asanya akan mampu menjelaskan sebagian be-
dalam bentuk tatap muka, namun dalam ke- sar hal-hal yang mereka lakukan jika memang
hidupan modern yang didukung oleh teknolo- diminta (Giddens, 2003, p.6). Namun kita
gi telah memungkinkan terbentuknya sistem biasanya tidak akan menanyai orang lain ten-
sosial yang berjarak dalam arti orang lain ti- tang alasan dia melakukan aktivitas yang sifa-
dak perlu hadir dalam waktu dan ruang yang tnya konvensional bagi kelompok atau budaya
sama. (Ritzer & Goodman, 2007, p.511-512) yang dia dan kita sendiri menjadi anggotanya
Media baru melalui bentuk digital, (Giddens, 2003, p.7).
berjaringan dan terkonvergensinya dalam hal Agen biasanya melakukan monitor-
ini menjadi teknologi yang memungkinkan ing terhadap praktek sosial dan kondisi yang
terjadinya praktik-praktik sosial melintasi memungkinkan praktek sosial yang lazim
waktu dan ruang bagi orang-orang yang terli- dilakukan itu berlangsung. Walaupun setiap
bat di dalamnya. agen cenderung dapat menjelaskan secara di-
skursif alasan praktek sosial yang dilakukan, seseorang berusaha mengangkat gelas namun
jarang sekali seorang agen menanyai agen lain malah terjatuh dan tumpah. Gelas yang jatuh
tentang alasan praktek sosial yang sudah men- dan tumpah dianggap merupakan tindakan
jadi konvensi (Giddens, 2003, p.7). agensi karena peristiwa itu tidak akan terjadi
Sedangkan gagasan kesadaran prak- bila tidak ada campur tangan agen yang beru-
tis merupakan dasar bagi teori strukturasi saha meraih gelas tadi. (Giddens, 2003, p.8)
(Giddens, 2003, p.7). Batas kesadaran prak-
tis dengan kesadaran diskursif dapat diubah Social Construction of Technology
oleh banyak aspek sosialisasi dan pengalaman (SCOT)
belajar agen. Antara kesadaran praktis dan A. Perkembangan SCoT
diskursif tidak ada batasan, hanya ada per- Teori atau konsep SCoT berawal dari
bedaan-perbedaan antara apa yang bisa dika- penjelasan Trevor Pinch and Wiebe Bijker da-
takan dan apa yang secara khas bisa dilakukan lam, “The Social Construction of Facts and
(Giddens, 2003, p.8). Artefacts: or How the Sociology of Science
Agen, menurut Giddens adalah ak- and the Sociology of Technology Might Benefit
tor yang berpengetahuan dan selalu berusaha Each Other”. SCoT merupakan suatu bagian
melakukan rasionalisasi atas tindakan-tinda- penting dari kajian terhadap ilmu pengetahuan
kannya. Menjadi manusia kata Giddens ada- dan teknologi yang berusaha melakukan anali-
lah menjadi agen yang bertujuan. Untuk itu sa teknologi sebagai hasil bentukan sosial (so-
manusia sebagai agen selalu memonitor tinda- cial shaping of technology) (Klein & Klein-
kan-tindakannya melalui proses yang disebut man, 2002, p.28). Sebagai bagian dari kajian
Giddens sebagai reflexive monitoring of action Social Shapping of Technology (SST), SCoT
atau pemantauan reflektif atas tindakan. Pada lebih menekankan pengaruh masyarakat terh-
proses pemantauan reflektif ini agen menilai adap teknologi daripada sebaliknya, SCoT be-
aspek-aspek sosial dan fisik dimana agen ter- rupaya memahami hubungan yang kompleks
libat dalam tindakan. Hasil refleksifitas itu di- antara masyarakat dan teknologi (Lievrouw &
gunakan agen untuk melakukan rasionalisasi Livistone, 2006c, p.246).
tindakan atau menentukan tindakan-tindakan Konsep dasar SCoT menyatakan
dimasa depan. bahwa desain teknologi merupakan suatu
Tindakan memiliki konsekuensi yang proses terbuka dimana kondisi sosial selama
tidak dimaksudkan (unintended consequenc- tahap pengembangan memiliki peran dalam
es). Makna agensi menurut Giddens menga- menentukan desain akhir. Kondisi sosial yang
cu pada kekuasaan kemampuan agen dalam berbeda-beda selama proses pengembangan
melakukan tindakan, terlepas apakah hasilnya desain berpeluang menghasilkan desain akhir
sesuai dengan maksud awal agen. Contohnya, yang berbeda-beda pula.
“[Basic concepts of SCoT] suggests that tech- yaitu penemuan sains dapat diinterpretasikan
nology design is an open process that can pro- secara berbeda oleh ilmuwan yang berbe-
duce different outcomes depending on the so- da. Tahap kedua adalah mekanisme sosial
cial circumstances of development. (Klein & manakala terdapat konsensus ilmiah yang di-
Kleinman, 2002, p.29)” gunakan sebagai acuan untuk mendefinisikan
Pinch & Bijker (1984) membagi ka- kebenaran dan membatasi interpretasi yang
jian teknologi (technology studies) menjadi muncul. Tahap ketiga adalah menghubung-
tiga bagian, yaitu: innovation studies, history kan mekanisme penyimpulan atau penutupan
of technology, dan sociology of technology. (closure mechanism) dengan konteks sosial
Pendekatan innovation studies dan history of budaya yang lebih luas (Pinch & Bijker, 1984,
technology cenderung melihat perkemban- p.409).
gan teknologi secara linear melalui kajian EPoR yang menjadi acuan bagi kon-
empirik terhadap teknologi yang berhasil sep SCoT berangkat dari tradisi sociology of
saja. Sementara sociology of technology men- scientific knowledge yang telah berkembang
awarkan suatu perspektif bahwa keberhasilan dan didukung cukup banyak kajian empiris,
dan kegagalan suatu teknologi merupakan sementara SCoT merupakan langkah awal
hasil interaksi sosial di tempat teknologi itu pendekatan empirik tradisi sociology of tech-
berkembang. Pendekatan terakhir inilah yang nology yang masih berupa embrio dan belum
kemudian memberikan jalan bagi munculnya memiliki tradisi riset yang mapan (Pinch &
konsep SCoT (p.404-408). Bijker, 1984, p.410). Ini berarti pendekatan
Pinch dan Bijker (1984) mengem- SCoT masih membuka cukup banyak ruang
bangkan SCoT berdasarkan konsep Empirical bagi pengembangan konsep dan kajian empir-
Programme of Relativism (EPoR), suatu kaji- ik.
an tentang perkembangan ilmu pengetahuan Pinch & Bijker (1984) dalam pe-
alam dari sudut pandang konstruksi sosial. maparan awal SCoT mengembangkan tiga
Berdasarkan EPoR maka penjelasan menge- tahapan dalam EPoR menjadi empat kom-
nai penerimaan dan penolakan terhadap suatu ponen yang saling berkaitan, yaitu; relevant
klaim pengetahuan itu ada di dunia sosial dar- social group, interpretative flexibility, clou-
ipada di dunia fisik (natural world) (Pinch sure and stabilization, dan the wider context.
& Bijker, 1984, p.401). Kajian EPoR sendiri Keempat komponen SCoT tersebut kemudian
menfokuskan diri terutama pada kontroversi menjadi acuan bagi sejumlah penelitian, na-
yang terjadi dalam pengembangan pengeta- mun sebagian besar diantaranya menggunakan
huan. EPoR menjelaskan proses pengemban- pendekatan yang berpusat pada agensi (agen-
gan pengetahuan dalam tiga tahapan. Tahap cy-centered approach) (Klein & Kleinman,
pertama adalah fleksibilitas interpretasi (inter- 2002, p.28). Naskah awal Pinch dan Bijker
pretative flexibility) terhadap penemuan sains, mengenai SCoT (1984) lebih banyak member-
ikan penjelasan terhadap komponen interpre- lain untuk memperkaya pemahaman terhadap
tative flexibility serta clousure and stabiliza- peran struktur. Berbagai pihak juga telah men-
tion. Sementara the wider context merupakan coba pendekatan lain terhadap peran struktur,
komponen yang paling sedikit disentuh. misalnya Kline & Pinch (1996) menggunakan
Konsep awal SCoT seperti yang peran gender sebagai struktur dalam pros-
dikemukakan Bijker dan Pinch tersebut kemu- es SCoT, kemudian Rosen (1993) menggu-
dian mendapat berbagai kritik dan respon yang nakan konteks postmodern dan post-Fordist
mendorong munculnya varian teori. Klein & economy sebagai struktur yang memengaruhi
Kleinman (2002) misalnya menilai konsep perkembangan teknologi. (Klein & Kleinman,
SCoT Bijker dan Pinch terlalu berpusat pada 2002, p.31).
keagenan (agency-centric) dan mengabaikan
Pendekatan SCoT dari Klein & Klein-
peran struktur dalam keseluruhan proses.
man yang lebih menekankan pengaruh struk-
Klein & Kleinman lalu menganjurkan untuk
tur pada intinya merefleksikan asumsi dasar
lebih memberikan porsi besar pada kekuatan
terhadap dunia sosial yang dibatasi struktur.
struktur yang memengaruhi setiap proses da-
lam komponen-komponen SCoT. “The fundamental premise of our
SCoT juga kemudian menjadi lan- approach is that social world constituted of
dasan bagi ilmuwan lain seperti Norcliffe historically established structures that at any
(2009) untuk mencetuskan konsep lanju- given point in time confront actors as external
tan. Norcliffe dalam hal ini merumuskan and constraining.” (Klein & Kleinman, 2002,
Geographical Construction of Technolo- p.35)
gy (G-COT) yang merupakan adaptasi teori Walaupun Klein & Kleinman menga-
SCoT. G-COT menekankan pada interaksi an- kui bahwa struktur itu sendiri merupakan kon-
tara pembuat dan pengguna dalam suatu area struksi sosial, namun keduanya menegaskan
geografis tertentu terutama pada periode awal bahwa pendekatan mereka lebih menaruh per-
pengembangan artefak teknologi. hatian terhadap pengaruh yang ditimbulkan
Bijkner (1995) kemudian menam- struktur daripada mengkaji pembentukkan
bahkan satu konsep tambahan berupa tech- struktur itu sendiri. Klein & Klienman percaya
nological frame sebagai suatu struktur yang bahwa teknologi dan konteks sosial yang mel-
membatasi dan mendorong tindakan tertentu ingkupinya, walaupun saling membentuk teta-
terhadap teknologi yang terkait. Tindakan pi masih dapat dikaji sebagai fenomena yang
Bijkner menambahkan konsep technological terpisah (Klein & Kleinman, 2002, p.36).
frame tersebut merupakan langkah penting se- Lebih jauh Klein & Kleinman (2002)
bagai pengakuan terhadap kontribusi struktur menekankan bahwa konsep awal SCoT dari
dalam suatu proses perkembangan teknologi, Pinch & Bijker (1984) gagal memperhitung-
namun begitu masih banyak kemungkinan kan ketidakseimbangan kekuasaan dalam
dap definisi dan kebutuhan berbagai kelom- yang dimaksud bagi suatu kelompok sosial.
pok sosial relevan yang bersentuhan dengan Ini berarti penentuan kelompok sosial relevan
teknologi media sosial. tidak sesederhana produser dan pengguna,
Terkait dengan fleksibilitas interpre- karena diantara sesama produser dan penggu-
tasi, kelompok sosial relevan yang berbeda na pun dapat berkembang makna artefak te-
akan memiliki interpretasi yang berbeda pula knologi yang berbeda. Misalnya dalam kasus
mengenai bagaimana sebaiknya suatu arte- pengembangan komputer tablet, pada awalnya
fak teknologi dibuat dan digunakan. Berbagai produser dari perusahaan Apple memiliki defi-
interpretasi yang diterjemahkan ke dalam nisi kenyamanan ukuran tablet yang berbeda
bentuk berbagai varian artefak teknologi itu dibandingkan dengan Samsung dan Dell. Ap-
lama-kelamaan cenderung mengerucut meng- ple meyakini bahwa ukuran paling ideal dan
hasilkan varian artefak teknologi yang dapat nyaman adalah 10 inchi, sementara Samsung
diterima oleh mayoritas kelompok-kelompok dan Dell percaya bahwa ukuran 7 dan 5 inchi
sosial relevan. Pinch & Bijker (1984) menun- pun masih nyaman untuk digunakan.
jukkan argumen tersebut melalui kajian ter- Begitu kelompok-kelompok so-
hadap perkembangan sepeda. Varian-varian sial relevan berhasil diidentifikasi, kelom-
sepeda mulai dari yang beroda satu, dua dan pok-kelompok tersebut digambarkan secara
lebih detail. Detail tersebut diperlukan un-
tiga, kemudian beroda kayu dan karet, vari-
tuk mendefinisikan fungsi artefak bagi mas-
an ukuran roda depan sangat besar sementara
ing-masing kelompok (Pinch & Bijker, 1984,
roda belakang kecil versus ukuran roda sama,
p.415). Contoh penggambaran kelompok so-
semua itu kemudian perlahan-lahan mencapai
sial relevan misalnya;
konsensus pada bentuk sepeda di jaman seka-
rang ini. “the social group of cyclist riding the
Kelompok sosial relevan meme- high-wheeled Ordinary consisted of young
gang peran penting dalam menentukan arah men of means and nerve: they might be pro-
perkembangan artefak teknologi. Bertahan fessional men, clerks, schoolmasters or dons’.
atau tidaknya suatu varian artefak teknolo- For this social group, the function of the bicy-
gi tergantung pada masalah dan solusi yang cle was primarily for sport.” (Pinch & Bijker,
terkandung pada artefak teknologi itu bagi 1984, p.415)
kelompok-kelompok sosial yang relevan. Peneliti SCoT khususnya tertarik pada
Produser dan pengguna artefak te- masalah-masalah yang dihadapi masing-mas-
knologi jelas dapat dikelompokkan dalam dua ing kelompok berkaitan dengan artefak te-
kelompok sosial relevan yang berbeda. Penen- knologi. Pada masing-masing masalah, variasi
tuan kelompok sosial relevan semata-mata di- solusi dapat diidentifikasi. Masalah-masalah
tentukan oleh adanya makna artefak teknologi yang berbeda bagi masing-masing kelompok
itu terhadap artefak teknologi yang dihadapin- kan karena Pinch dan Bijkner (1984) sendiri
ya (Pinch & Bijker, 1984, p.428). Namun de- mengakui bahwa konsep SCoT masih seperti
mikian naskah pertama tentang SCoT belum embrio yang memerlukan banyak penelitian
menjelaskan banyak tentang bagaimana aspek empirik untuk mematangkannya. Penggunaan
sosial, budaya dan politik memengaruhi atau SCoT dalam berbagai penelitian menurut
memberikan kontribusi dalam proses fleksibil- Pinch dan Bijkner sebaiknya dipandang se-
itas interpretasi dan penyetabilan. bagai suatu kerangka konsep yang fleksibel
bukannya dijadikan kerangka pemikiran yang
C. SCoT Dalam Kerangka diikuti sebagaimana adanya (Pinch & Bijker,
1984, p.33)
Strukturasi
Ilustrasi yang bisa menggambarkan
Kajian teknologi dengan menggu-
bagaimana SCoT digunakan bersama den-
nakan SCoT sejauh ini telah menggunakan
gan teori strukturasi misalnya dapat dilihat
perspektif yang mengutamakan agen (Pinch
pada penelitian tentang penggunaan media
& Bijker) lalu kemudian mendapatkan kri-
sosial dikaitkan dengan budaya komunikasi
tik karena mengabaikan pengaruh struktur.
(Octavianto, 2011). Pada penelitian tersebut
Klein dan Kleinman mengajukan perspektif
pengguna media sosial diposisikan sebagai
yang mengedepankan pengaruh struktur da-
agen-agen berpengetahuan yang berkehendak
lam pembentukan kelompok sosial, interpre-
bebas, namun pola penggunaan media sosial
tasi terhadap teknologi dan kemudian proses yang berulang-ulang diasumsikan akan mem-
kesepakatan dan penyetabilan. Dua pendeka- bentuk struktur yang melibatkan nilai-nilai
tan tersebut sebenarnya mewakili pergulatan yang berkenaan dengan budaya komunikasi.
antara perspektif sosiologi interpretatif dan Sebaliknya praktik-praktik penggunaan me-
strukturalisme. dia sosial untuk kepentingan komunikasi dan
Giddens muncul dengan mencoba interaksi dibatasi pula oleh nilai, norma, dan
memberikan jalan tengah dalam menyika- sumber daya yang mengatur pola komunika-
pi pertentangan antara kedua perspektif tadi. si antar individu yang telah menjadi struktur.
Giddens mengajukan teori strukturasi yang be- Budaya komunikasi disini menjadi struktur
rusaha menjelaskan bahwa agensi dan struktur yang memberikan peluang sekaligus mem-
harus dilihat sebagai hubungan dialektis yang batasi tindak komunikasi yang melibatkan
saling membentuk. Mengikuti perkembangan penggunaan media sosial.
pemikiran tersebut maka penulis mencoba Pada komponen kelompok sosial rel-
menawarkan perspektif dialektis antara agen- evan dan fleksibilitas interpretasi misalnya,
si dengan struktur untuk menjelaskan pros- seseorang atau sekelompok orang akan me-
es-proses yang terjadi dalam konsep Social nempatkan diri baik secara sadar maupun ti-
Construction of Technology. Ini dapat dilaku- dak pada posisi tertentu terhadap penggunaan
media sosial. Penempatan posisi demikian ini dibalik tindakan itu, namun ada pula sebagian
akan tergantung pada interpretasi makna yang tindakan yang begitu saja dilakukan tanpa
dibangun terhadap media sosial dan fungsin- mampu merumuskan penjelasannya dalam
ya bagi orang itu. Interpretasi pada awalnya kata-kata. Fenomena-fenomena inilah yang
berkesan bebas, namun sesungguhnya diben- dicari untuk mengidentifikikasikan adanya
tuk berdasarkan struktur makna yang mewa- kesadaran diskursif dan praktis dalam proses
dahi praktik-praktik penggunaan media sosial fleksibilitas interpretasi dan stabilitas makna
tersebut. Misalnya, jika budaya komunikasi teknologi.
yang ada disekitar orang itu mendorong un- Terakhir, wider context dalam konsep
tuk mengutamaan tatap muka dalam aktivitas SCoT diterjemahkan menjadi struktur sosial
komunikasi, maka ada kemungkinan individu yang membatasi sekaligus memungkinkan
tersebut tidak menjadikan media sosial se- berlangsungnya praktik-praktik penggunaan
bagai saluran utama dalam bertukar pesan. teknologi media sosial. Praktik-praktik terse-
Namun suatu interpretasi awal yang but menggambarkan adanya suatu interpretasi
dimiliki seseorang mungkin saja berubah sei- makna terhadap media sosial. Adapun struktur
ring dengan situasi-situasi yang dihadapi da- sebagai wider context pada penelitian tersebut
lam konteks ruang dan waktu. Orang-orang dibatasi dalam konteks budaya komunikasi.
disekitar individu tersebut juga melakukan Struktur budaya komunikasi disini mengand-
praktik-praktik pengunaan media sosial yang ung arti sejumlah aturan dan sumber daya
bervariasi. Ada yang serupa namun ada pula yang diantaranya berupa norma, aturan dan
yang berbeda dengan dirinya. Maka dari itu kebiasaan berkomunikasi yang berulang-ulang
menarik untuk mengamati bagaimana prak- dipertahankan untuk memungkinkan tindakan
tik-praktik sosial berupa penggunaan te- sosial tertentu berkaitan dengan penggunaan
knologi media sosial yang berulang disekitar media sosial sebagai perangkat komunikasi
individu membentuk suatu struktur budaya dan interaksi.
komunikasi, sementara itu budaya komunikasi ***