Ilmu Menurut Para Ilmuwan BaratKata “Ilmu“ merupakan terjemahan dari
“science”,menggunakan metode-metode yang secara etimologis berasal dari bahasa latin
“scinre” artinya “to know”. Dalam arti yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Menurut Harold H Titua, ilmu diartikan sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan trhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode obserfasi, yang diteliti dan kritis. Prof. Dr. M.J. langafeld, Guru Besar pada Rijik Universiteit Utrectht menyatakan seabagai berikt:“pengetahuan ialah kesatuan subjek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Satu kesatuan dalam mana objeek itu Di pandang oleh subyek sebagai diketahuinnya”. Prof. Dr. Sikun menulis “objek ilmu pengetahuan ialah dunia fenomenal dan metode pendekatanya ialah berdasarkan pengalaman (exsperience) dengan menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimeen survei, study kasus, dan sebagainya pengalaman itu diolah oleh pikiran atas dasar hukum logika yang tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analisis, induktif kemudian ditentukan relasi-relasi antara data-data, diantarannya relasi kausalitas. Dan itu disusun melalui sistem tertentu yang merupakan satu keseluruha yang teritregatif.keseluruhan integratuf ini disebut ilmu”. Dari beberapa pengertian “ilmu” diatas dapat digambarkan lebih jelas bahwa ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang bersal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan sesuatu pemikran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode
Cara Memperoleh Ilmu Menurut Ilmuwan Barat
Secara garis besar terdapat dua aliran pokok epistimologi, yaitu rasionalisme dan empirisme, yang pada giliranya kemudian muncul beberapa isme lain, mislnya: rasinalisme kritis (kritisisme), (fenomenelisme), intuisionisme, positifismemdan seterusnya. Rasionalisme adalah suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide, sementara peran indra dinomerduakan. Pemikiran para filsuf pada dasarnya tidak lepas dari orientasi ini: rasio dan indra.dari rasio kemudian melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar ontologik idealisme atau spiritualisme; dan dari indra lalu melahirkan empirisme yang berpijak pada dasar dan ontologik rasionalisme. Selan metode rasionalisme adalah metode empirisme yang bersifat korespondensi, hasil hubungan antara subjek dan objek melalui pengalaman, sehingga mudah dibuktikan dan di uji. Kebenaran didapat dari pengalaman melalui proses induktif, dari suatu benda ditarik kesimpulan. Menuru Locke pengalaman ada dua macam: pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah yang kedudukannya saling menjalin. Empirisme Locke dikembangkan oleh Comte, orang filsuf berkebangsaan Perancis dengan teori positifismenya. Menurut positifisme, yang ada adalah tampak, segala gejala di tolak. Beda empirisme dangan positifisme adalah keduanya mengutamakan pengalaman, tetapi positifisme hanya membatasi diri pada pengalaman objektif, sementara empirisme menerima pengalaman subjektif (batiniah) (Harun, 1990: 109-110).
ILMU MENURUT ILMUWAN BARAT
Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berpikir rasional-logis, mendalam dan bebas tidak terikat dengan tradisi dan dogma agama untuk memperoleh kebenaran. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan mengenai alam yang bersifat subjektif dan berusaha memberikan makna sepenuhnya mengenai objek yang diungkapnya. Karena pengetahuan ilmiah merupakan a higher level of knowledge dalam perangkat- perangkat kita sehari-hari, maka filsafat ilmu tidak dapat dipisahkan dari filsafat pengetahuan. Objek bagi kedua cabang ilmu itu sering-sering tumpang tindih (koento Wibisono, 1988:7)
CARA MENDAPATKAN ILMU MENURUT ILMUWAN BARAT
Cara memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan: pertama, kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengna pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. Kedua, menjabarkan hipotesis yang merupakan dedukasi dari kerangka pemikiran tersebut. Ketiga, melakukan verifikasi terhadap hipotesis tersebut untuk menguji kebenaran pernyataannya secara factual. Pemikiran para filsuf pada dasarnya tidak lepas dari orientasi ini: rasio dan indra. Dari rasio kemudian melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar ontologik idealisme atau spiritualisme. Dan dari indra lalu melahirkan empirisme yang berpijak pada dasar ontologik materialisme. Kebenaran yang diperoleh empirisme bersifat korespondensi, hasil hubungan antara subjek dan objek melalui pengalaman, sehingga mudah dibuktikan dan diuji. Kebenaran didapat dari pengalaman melalui proses induktif, dari suatu benda lalu ditarik kesimpulannya. Sedangkan penganut positivisme ilmu pengatahuan hanya mengakui satu kebenaran, yaitu kebenaran indrawi, yang teramati dan yang terukur, yang dapat diulang dan dibuktikan oleh siapapun. Di luar itu tidak diakui sebagai kebenaran.