Makalah Kelompok 3 - Preeklampsia
Makalah Kelompok 3 - Preeklampsia
PREEKLAMPSIA
DOSEN :
ANNISA FITRI RAHMADINI, S.ST, MKM
KELAS : 2B
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang
berjudul “Preeklampsia” bisa selesai pada waktunya.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu,penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Definisi Preeklampsia 2
B. Penyebab Preeklampsia 4
C. Tanda dan Gejala Preeklampsia 4
D. Penanganan Preeklampsia 5
E. Pencegahan Preeklampsia 6
F. Penatalaksanaan Preeklampsia 7
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia merupakan kelainan yang ditemukan pada waktu kehamilan yang
ditandai dengan berbagai gejala klinis seperti hipertensi, proteinuria, dan edema yang
biasanya terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai 48 jam setelah persalinan.
Sedangkan eklampsia adalah kelanjutan dari preeklampsia berat dengan tambahan
gejala kejang-kejang atau koma. Menurut World Health Organization (WHO, 2001),
angka kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51% - 38,4%. Preeklampsia dan
eklampsia di seluru dunia diperkirakan menjadi penyebab kira-kira 14% (50.000-
75.000) kematian maternal setiap tahunnya (Hak lim, 2009). Angka kejadian
preeklampsia di Amerika Serikat sendiri kira-kira 5% dari semua kehamilan, dengan
gambaran insidensinya 23 kasus preeklampsia
ditemukan per 1.000 kehamilan setiap tahunnya (Joseph et al, 2008).
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini,penulis menetapkan beberapa rumusan masalah
sebagai acuan penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan preeklampsia?
2. Apa saja penyebab dari preeklampsia ?
3. Sebutkan tanda gejala dari preeklampsia!
4. Bagaimana cara pencegahan preeklampsia?
5. Bagaimana penangan atau penatalaksanaan untuk preeklampsia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas. Selain itu makalah ini dibuat untuk:
1. Mengetahui definisi preeklampsia
2. Mengetahui penyebab preeklampsia
3. Mengetahui tanda gejala preeklampsia
4. Mengetahui cara pencegahan preeklampsia
5. Mengetahui penangan atau penatalaksanaan untuk preeklampsia
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya difungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan
aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ
lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Preeklampsia, sebelumnya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri
yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria). Meskipun
kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita lain
menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multisistem lain yang menunjukkan
adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami
proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena
sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang-kurangnya 160
mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik. Rekomendasi pengukuran tekanan darah:
a. Pemeriksaan dimulai ketika pasien dalam keadaan tenang.
b. Sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa atau yang setara, yang sudah tervalidasi.
c. Posisi duduk dengan manset sesuai level jantung.
d. Gunakan ukuran manset yang sesuai.
e. Gunakan bunyi korotkoff V (hilangnya suara) pada pengukuran tekanan darah
diastolic
v
timbul. Berdasarkan penelitian Chesley, 10% kejang eklampsia terjadi sebelum
ditemukan proteinuria.
Rekomendasi pemeriksaan protein urin: Protein uria ditegakkan jika didapatkan secara
kuantitatif produksi protein urin lebih dari 300 mg per 24 jam, namun jika hal ini tidak
dapat dilakukan, pemeriksaan dapat digantikan dengan pemeriksaan semikuantitatif
menggunakan dipstik urin >1+.
1. Preeklampsia Ringan
a. Diagnosis
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
1. Hipertensi : sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg.
2. Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik
3. Edema : edema pada lengan, muka dan perut
2. Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.
b. Diagnosis
Preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :
1) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
2) Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
3) Oliguiria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
4) Kenaikan kadar kreatinin plasma
5) Gangguan visus dan selebral : penurunan kepala, skotoma dan pandangan
kabur.
6) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
7) Edema paru-paru dan sianosis
vi
8) Hemolisis mikroangiopatik
9) Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat
10) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepato selular) : peningakatan kadar
alanin
11) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
12) Sindrom HELLP
B. Penyebab Preeklampsia
Penyebab preklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada dugaan
bahawa kondisi ini disebabkan oleh kelainan dan perkembangan fungsi plasenta, yaitu
organ yang berfungsi menyalurkan darah dan kondisi untuk janin.
Kelainan tersebut menyebabakan pembuluh darah menyempit dan timbulnya rekasi yang
berbeda dari tubuh ibu hamil perubahan horom. Akibatnya timbul gangguan pada ibu
hamil dan janin. Meskipun penyebabnya belum diketahui, sejumbalh factor berikut ini
dinilai dapat memicu gangguan pada plasenta.
a) Pernah atau sedang mederita diabetes, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
autonium,dan gangguan darah.
b) Pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
c) Baru pertama kali hamil
d) Hamil lagi setelah jeda 10 tahun dengan kehamilan sebelumnya
e) Kehamilan diusian kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
f) Mengandung lebih dari satu janin
g) Mengalami obsitas saat hamil, yang ditandai dengan indeks masa tubuh (IMT)
h) Kehamilan yang sedang dijalani merupakan hasil metode bayi tabung
i) Ada riwayat preeklamsia dalam keluarga
D. Penanganan Preeklampsia
Preeklampsia akan teratasi jika janin dilahirkan. Namun ibu yang mengalami preeklamsia
akan diberikan beberapa penanganan sebagai berikut :
1. Dokter mungkin akan memberikan obat-obatan antihipertensi
a. Obat antihipertensi
biasanya diberikan jika tekanan darah ibu hamil sangat tinggi. Umumnya jika
tekanan darah ibu hamil masih berkisar pada 140/90 mmHg, tidak diperlukan
pemberian obat antihipertensi.
b. Obat kortikosteroid
Obat ini digunakan pada preeklamsia berat atau saat terjadi sindrom HELLP.
Selain itu, obat ini dapat mempercepat pematangan paru-paru janin.
c. Obat MgSO4
Pada preeklamsia berat, dokter akan memberikan suntikan MgSO4 untuk encegah
komplikasi, seperti kejang.
viii
E. Pencegahan Preeklampsia
Berbagai strategi yang digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan
preeklamsia antara lain :
1. Anternatal Care (ANC)
Deteksi dini preeklamsia dilakukan dengan berbagi pemeriksaan tanda bilogis,
biofisik dan biokimia sebelum timbulnya gejala klinis sindrom preeklamsia. Hal ini
diupayakan dengan megidentifikasi kehamilan resiko tinggi dan mencegah
pengobatan, dalam rangka menurunkan kompilkasi penyakit dan kematian memalui
modifikasi ANC. WHO mengrekomendasi semua ibu hamil harus memlakukan
kunjungan ANC minimal 8 kali. Yaitu kunjungan pertama dilakukan sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan kujungan selanjutnya diusia kehamilan
20,26,30,34,36,38,dan 40 minggu.
Preeklamsia tidak selalu dapat didiagnosis pasti. Jadi berdasarkan sifat alami
penyakit ini, baik American College of Obstetricians and Gynecilogists (ACOG)
maupun kelompok kerja nasional High Blood Pressure Education Progame
menganjurkan kunjungan ANC yang lebih sering, bahkan preeklamsia hanya
dicurigai. Pemantauan yang lebih ketat kemungkinan lebih cepatnya indetifikasi
perubahan tekanan darah yang berbahaya, temuan laboratorium yang peting dan
perkembangan tanda gejala yang peting. Frekuesndi kunjungan ANC bertambah
sering pada trimester ke tiga, dan hal ini membantu deteksi diki preeklamsia.
2. Manipulasi diet
a. Suplementasi kalsium
WHO merekomendasikan pemberian kalsium rutin sebanyak 1500-2000 mg elemen
kalsium perhari, terbagi menjadi 3 dosis (dianjurkan dikonsumsi mengikuti waktu
makan). Lama konsumsi adalah semenjak kehamilan 20 minggu hingga akhir
kehamilan.
b. Suplementasi Vitamin D
Institute of Medicine (IOM) dan ACOG merekomendasikan suplemen vitamin D 600
IU perhari untuk ibu hamil guna mendukung metabolisme tulang ibu dan janin. Dan
dosis 1000-2000 IU per hari untuk kasus defisiensi vitamin D.
c. Antioksidan
Seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E, asam lipoik
d. Agen Antitrombotik (aspirin dosis rendah)
ix
Dengan aspirin dosis rendah yaitu dalam dosis oral 50 hingga 150 mg/hari, aspirin
secara efektif menghambat biosintesan A2 dalam trombosit dengan efek minimal pada
produksi prostlasiklin vaskuler
F. Penatalaksanaan preeklampsia
Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan tingkat keparahan
penyakit. Persalinan/terminasi adalah satu-satunya terapi definitif untuk preeklampsia.
Tujuan utama penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan
persalinan bayi yang sehat. Pada pasien dengan preeklampsia tanpa tanda-tanda
preeklampsia berat, induksi sering dilakukan setelah usia gestasi 37 minggu. Sebelumnya,
pemberian kortikosteroid dilakukan untuk mempercepat pematangan paru janin. Pada
preeklampsia berat, induksi dipertimbangkan setelah usia gestasi di atas 34 minggu. Pada
kondisi seperti ini, beratnya penyakit pada ibu lebih dipertimbangkan dari risiko
prematuritas bayi. Pada situasi gawat darurat, pengontrolan terhadap tekanan darah dan
kejang harus menjadi prioritas.
1. Penatalaksanaan Preeklampsia
a. Monitor tekanan darah 2x sehari dan cek protein urin rutin
b. Pemeriksaan laboratorium darah (Hb, Hct, AT, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT) dan
urin rutin
c. Monitor kondisi janin
d. Rencana terminasi kehamilan pada usia 37 minggu. Atau usia > 37 minggu bila
kondisi janin memburuk, atau sudah masuk dalam persalinan/ketuban pecah
dini(KPD)
x
3. Penatalaksaaan Preeklampsia Berat
1. Stabilisasi pasien dan rujuk pasien ke pusat pelayanan lebih tinggi
2. Prinsip manajemen preeklampsia berat :
a. Monitor tekanan darah, albumin urin, kondisi janin dan periksa laborarorium
b. Mulai pemberian antihipertensi
c. Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin, hidralazine, dan labetalol
parenteral. Alternatif antihipertensi yang lain adalah nitogliserin, metildopa, dan
labetalol
d. Mulai pemberian MgSO4(jika gejala seperti nyeri kepala, nyeri uluhati, pandangan
kabur). Dengan dosis 4 gram MgSO4 melalui vena dalam 15-20 menit. Dosis rumatan
beri MgSO4 1 gram/jam melalui vena dengan infus berlanjut.
e. Rencana terminasi pada usia kehamilan 34-37 minggu. Atau usia kehamilan > 34
minggu bila terjadi kejang, kondisi bayi memburuk, edema paru, gagal ginjal akut.
xi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan preeklampsia tergantung dari usia gestasi dan tingkat keparahan penyakit.
Persalinan/terminasi adalah satu-satunya terapi definitif untuk preeklampsia. Tujuan utama
penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat.
Anti hipertensi diberikan apabila tekanan diastole mencapai 110 mmHg. Tujuan utama
pemberian obat anti hipertensi adalah menurunkan diastolic menjadi 90-100 mmHg
B. SARAN
Dokter dan bidan disarankan untuk selalu memberikan edukasi kepada ibu hamil
tentang pentingnya melaksanakan ante natal care (ANC). Program saat ini adalah melakukan
ANC minimal 4 kali selama kehamilan. Sejak kunjungan pertama dari trimester I dokter atau
bidan disarankan sudah mencari faktor-faktor risiko preeklamsia pada ibu hamil. Bagi ibu
hamil yang mempunyai faktor risiko preeklamsia berat disarankan untuk melakukan
pengukuran tekanan darah setiap bulannya kepada dokter atau bidan. Jika terdapat keluhan
tambahan seperti nyeri kepala, nyeri abdomen atas,gangguan penglihatan, dan kejang, dokter
atau bidan dapat menyarankan ibu hamil untuk segera ke puskesmas agar dapat dirujuk ke
rumah sakit karena dicurigai terjadi perburukan dari preeklamsia berat. Kegiatan edukasi
yang dilakukan diharapkan dapat mencegah terjadinya preeklamsia berat dan mencegah onset
yang lebih dini dari preeklamsia berat.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Prawirohardjo. 2018. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Nuke, Fitriani, Siti Nurjanah. 2016. Buku Ajar Pendidikan Kesehatan Kehamilan Resiko
Tinggi Berbasis Tinggi(LCD dan Leaflet). Semarang.
https://www.scribd.com/doc/291774395/MAKALAH-PREEKLAMSIA
xiii