Anda di halaman 1dari 42

Asuhan Gizi di Puskesmas:

Kesehatan Ibu dan Anak


Tujuan Pelatihan

Update ilmu gizi pada ibu dan anak yang dibutuhkan di PUSKESMAS

Melakukan PDIME pada salah satu program gizi bagi ibu dan anak yang pelaksanaannya
dianggap paling terkendala
Triple Burden Masalah Gizi Pada Ibu&
Anak (Update Riskesdas 2018)
Defisiensi • Stunting: 30.8%
Kalori dan • Gizi Buruk dan
Protein Kurang 17.7%

Defisiensi • Anemia
pada
Zat Gizi bumil
Mikro 48.9%

Kelebihan • Kegemukan
pada balita
Kalori 8%
Gizi Kurang & Gizi Buruk

Ambang Batas Kategori Status Gizi

<-3 SD Gizi Buruk

- 3 SD sd <- 2 SD Gizi Kurang (underweight)

-2 SD sd +2 SD Gizi Baik

>+ 2 SD Gizi Lebih


Kurus & Sangat Kurus
Indeks Berat Badan Menurut Tinggi/Panjang Badan (BB/TB)
Anak Usia 0-60 Bulan

Ambang Batas Kategori Status Gizi

<-3 SD Sangat Kurus

- 3 SD sd <- 2 SD Kurus

-2 SD sd +2 SD Normal

>+ 2 SD Gemuk
Obesitas & Kegemukan
Indeks Masa Tubuh Menurut Anak Umur 5-18 Tahun

Status Gizi Kategori IMT

Sangat Kurus Kekurangan Berat Badan Tingkat <-3 SD


berat

Kurus Kekurangan Berat Badan Tingkat - 3 SD sd <-2 SD


ringan

Normal -2 SD sd +1 SD

Gemuk ( Overweight) Kelebihan Berat Badan Tingkat +1 SD sd +2 SD


Ringan

Obese Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat > + 2 SD


Pendek

Ambang Batas Kategori Status Gizi


<-3 SD Sangat Pendek ( Severely Stunted)

- 3 SD sd <- 2 SD Pendek (Stunted)

-2 SD sd +2 SD Normal

>+ 2 SD Tinggi (Tall)


Anemia
Populasi Tidak Anemia Anemia

Anak Usia 6-59 11 Ringan Sedang Berat


Bulan

10,0 – 10,9 7,0 – 9,9 < 7,0


Prevalensi Stunting di Kawasan ASEAN
(2015)
Prevalensi Stunting Balita di Indonesia
Berdasarkan Provinsi (Tahun 2013 &
2018)

Target RPJNM 2024 : 19 %


Stunting bukan hanya masalah kurang
asupan makanan

Sumber: UNICEF 1990 (disesuaikan dengan kondisi Indonesia)


Penyebab Stunting di
Indonesia
Beal, Tumilowicz, Sutrisna, Izwardy, Neufeld (2018)

Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld L. A


review of child stunting determinants in Indonesia. Matern
Child Nutr. 2018;e12617. http://doi.org/10.1111/mcn.12617
HASIL FAKTOR MP ASI DAN INFEKSI

• Dua analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa highest quintile food expenditure
anak yang DISAPIH SEBELUM USIA 6 BULAN
mempunyai kemungkinan kejadian stunting
yang lebih tinggi
• Satu studi menemukan hubungan yang cukup
kuat antara KEJADIAN DIARE DALAM TUJUH
HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada
anak-anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan
• Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK
PENGELUARAN MAKANAN SUMBER HEWAN,
berhubungan dengan penurunan kemungkinan
kejadian stunting pada anak-anak miskin di
perkotaan
• RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN
MAKANAN SESUAI UMUR — TERMASUK
MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN
FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—
berhubungan dengan peningkatan kejadian
stunting pada anak usia 6-23 bulan
Skor keberagaman Pangan (≥4 dari 7 kel.makanan) anak usia 6 -23 bulan

Sumber Riskesdas, 2018


Fe Zn Ca B3
6-8mo
Cambodi x x x
a
Indonesia x x x x
SMILING
Lao PDR x x x Study
Thailand x x x (Sustainable
Vietnam x x Micronutrient
Interventions
9-11 mo
to ControL
Cambodi x x x Deficiencies
a
and Improve
Indonesia x x Nutritional
Lao PDR x x x status and
Thailand x x x General
Health in
Vietnam x
Asia)

Konsumsi
protein hewani
masih rendah
“Problem nutrients “
pada Balita di Kab stunting 1

Group:
1 = 6-11 bulan
2 = 12-23 bulan
3 = 24-35 bulan
4 = 36-59 bulan 2

Typical
Specific

Sumber:
“Problem nutrients” dipengaruhi oleh protein hewani,
ketersediaan pangan serta pola sayur, buah
konsumsi pangan 4
HASIL FAKTOR MASYARAKAT DAN SOSIAL

• Dua studi menunjukkan


hubungan antara
PENYEDIA PELAYANAN
KESEHATAN YANG TIDAK
MEMADAI dengan kejadian
stunting

• Adanya URBANISASI
HASIL FAKTOR LINGKUNGAN

• Rumah tangga yang mempunyai fasilitas


JAMBAN yang lebih bersih memiliki
kemungkinan lebih kecil mengalami stunting baik
di pedesaan maupun perkotaan
• PEMBELIAN AIR MINUM YANG MURAH—
diasumsikan TIDAK LAYAK—berhubungan
dengan peningkatan stunting Household with

• Kondisi tingkat KERAWANAN PANGAN RUMAH


TANGGA berkaitan dengan kejadian stunting
• Secara umum kemungkinan anak mengalami Percentage Household of children under 5 with unimproved
stunting lebih tinggi apabila PENDIDIKAN drinking water
ORANG TUA RENDAH
• Kemampuan DAYA BELI YANG KURANG dan
beberapa indikator kesejahteraan rumah tangga
lainnya sangat berhubungan dengan stunting
• AYAH PEROKOK sedikit berkaitan dengan
stunting pada satu penelitian
Pola pengeluaran rumah tangga di
Indonesia
HASIL FAKTOR IBU dan KEHAMILAN

• Beberapa studi di Indonesia menemukan


hubungan yang moderat hingga kuat antara
IBU YANG PENDEK dengan kejadian
stunting pada anak

• Sebanyak 3 studi potong lintang


menunjukkan hubungan yang cukup erat
antara IBU YANG BERUSIA LEBIH MUDA
dan stunting pada anak
Prevalence of maternal short stature (<145 cm)

• IUGR DAN KELAHIRAN PREMATURE sangat


berhubungan dengan stunting pada anak di
Indonesia
Stunting adalah masalah TRANS
Generasi

IBU JANIN + USIA DINI ANAK dan DEWASA

• Penurunan daya tahan fisik


• Prahamil : Kurus, Anemia, • Perkembangan Otak terganggu • Penurunan kemampuan kognitif
STUNTED
• Hamil : Anemia, Kurus,
• Pertumbuhan terganggu (IUGR) • Stunted – Postur tubuh tidak
Penambahan berat badan hamil • Metabolic programing maksimal
rendah • Penyakit Tidak Menular (Diabetes,
Obesitas, Hipertensi, PJK, dll
Masalah Gizi Umum pada Ibu Hamil

Kekurangan Energi Kronis Anemia

o Proporsi Anemia pada ibu hamil tahun 2018


Proporsi Risiko KEK pada ibu hamil yaitu 17.3% adalah 48.3% mengalami kenaikan hampir 12%
dengan risiko tertinggi pada rentang umur 15-19 dibandingkan dengan tahun 2013 (37.1%)
tahun (RISKESDAS 2018) o Kelompok bumil paling banyak mengalami
anemia berada pada rentang umur 15-24 tahun
Cut-off penentuan KEK dan Anemia pada Ibu
Hamil

Kurang Energi
Kronik
(KEK)

Anemia

WHO, 1992
Target RPJNM 2024 : 7 %
10
15
20
25

0
Nusa Tenggara Barat

3,3
8,5
Sulawesi Tengah

Nusa Tenggara Timur

DI Yogyakarta

Maluku

Sumatera Barat

Gorontalo

(BB/TB):
Sulawesi Barat

Maluku Utara

Sulawesi Tenggara

• Gemuk BB/TB >2SD


Kalimantan Selatan

Sulawesi Selatan

Lampung

Jawa Tengah

Kalimantan Utara

Indikator berat badan menurut tinggi badan Sulawesi Utara

Riau
2013

Papua Barat
nasional

DKI Jakarta

Bali
2018

Bangka Belitung

Kalimantan Barat
• INDONESIA: gemuk 8%
8

INDONESIA
11,8

Banten
MENURUT PROVINSI, 2013-2018

Jawa Barat

Aceh

Sumatera Utara
PROPORSI STATUS GIZI GEMUK PADA BALITA

Kepulauan Riau

Jawa Timur
• 13 provinsi dengan prevalensi gemuk di atas prevalensi

Kalimantan Timur

Kalimantan Tengah

Bengkulu

Jambi
26

Sumatera Selatan

Papua
15

13,2
Sumber gambar :
https://www.nutritionwithlouise.co.uk/fighting-childhood-
obesity-a-clarion-call/the-vicious-cycle-of-childhood-
obesity/
Pola Perkembangan Otak Manusia

Cell division
and
migration

Advancing Early Childhood Development: from Science to Scale


Konsep PAUD HI & ECCNE

Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD-HI) adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi. PAUD-HI mencakup
layanan pendidikan, kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan menjadi kebijakan pengembangan anak
usia dini dengan melibatkan pihak terkait baik instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh masyarakat,
dan orang tua.
Early Childhood Care, Nutrition and Education
(ECCNE) Framework
“Anakku Sehat & Cerdas”

Dukungan: kebijakan serta kerjasama


lintas sektor
Pilar:
1. Pengasuhan dan Pendidikan
2. Kesehatan dan Gizi

Landasan: orang tua (parenting) dan


lingkungan yang mendukung
tumbuh-kembang anak yang optimal

Informasi lebih lanjut :


www. Seameo-recfon.org
Pengkajian Riwayat Gizi
• Survei konsumsi terkait Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) tingkat kabupaten/kota sebagai analog/gambaran
Antropometri • Hasil gambaran konsumsi yang diperoleh dari kuesioner food
- Melihat prevalensi/ proporsi (%) balita dengan:
recall atau Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire
o Balita gizi kurang (BB/U -3 SD sd < -2 SD)
(SQ-FFQ) pada 10 rumah tangga di sekitar wilayah kasus
o Balita gizi buruk (BB/U < -3 SD)
o Balita kurus (BB/TB -3 SD sd < -2 SD) balita gizi buruk yang ditemukan
o Balita sangat kurus (BB/TB < -3 SD) • Pola asuh, pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian
(Bila tidak tersedia data tingkat Puskesmas dapat dilihat dari makanan
data kabupaten/kota sebagai analogi/gambaran untuk data • Akses ketersediaan dan keamanan pangan
tingkat kecamatan) • Cakupan pemberian kapsul Vitamin A
- Mengkaji prevalensi/proporsi balita yang BGM dan tidak naik • Cakupan balita mendapat dan mengonsumsi PMT Pemulihan
berat badannya dua kali berturut- turut (2T) • Ketersediaan PMT Pemulihan
- Cakupan N/D • Ketersediaan Kapsul Vitamin A di Posyandu, Puskesmas,
klinik bersalin dan RS
Jika tersedia data prevalensi balita kurus, perlu dibandingkan
dengan cut off point masalah kesehatan masyarakat untuk
mengetahui besaran masalah. Riwayat Klien
Contoh besaran maslah kesehatan untuk balita gizi kurang dan o Cakupan D/S
gizi buruk berdasarkan indikator BB/U o Data yang terintegrasi dengan indikator Keluarga Sehat,
antara lain:
Nilai Batas Prevalensi Cakupan balita yang diimunisasi dasar lengkap dan
Untuk Signifikansi Kategori Prevalensi/proporsi keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih
Masalah kesehatan Sedangkan jika dan Sehat (PHBS)
Masyarakat ditemukan 1 kasus o Cakupan balita yang mendapatkan pelayanan
< 10 % Prevalansi rendah
gizi buruk di o Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
suatu wilayah, (SDIDTK)
10 – 19 % Pravelansi sedang diperlakukan o Riwayat penyakit atau terjadinya wabah (diare, ISPA, dll)
sebagai Kejadian o Daya beli masyarakat
20 – 29 % Pravelansi tinggi
Luar Biasa (KLB). o Kondisi geografis, akses ke Posyandu dan pelayanan
≤ 30 % Pravelensi sangat kesehatan
tinggi o Dukungan sosial, budaya, psikologis, agama, dan kebijakan
Diagnosis Gizi
Contoh P-E-S

Tingginya proporsi balita kurus di wilayah


kerja Puskesmas A tahun 2016(P) berkaitan
dengan keterbatasan akses terhadap
pemenuhan makanan (E) yang ditandai dengan
hasil konsumsi asupan energi pada balita
< 70% AKG sebesar 60% (S)
Intervensi Gizi
Edukasi Gizi

o Penyuluhan kepada ibu balita tentang


Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA),
manfaat suplementasi PMT dan vitamin A,
PHBS, dan pemantauan pertumbuhan balita ke
Posyandu secara rutin. Penyuluhan dapat
dilakukan pada saat kunjungan di Posyandu,
pertemuan kelompok pendukung, kelas ibu
balita, kegiatan Bina Keluarga Balita
(BKB)/Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD)/Taman Kanak-kanak (TK), dll
o Penyediaan sarana dan media KIE
Intervensi Gizi
Koordinasi Asuhan Gizi

o Merujuk kasus balita kurus dan sangat kurus


berdasarkan hasil konfirmasi ke Puskesmas/
Fasyankes lainnya
o Lintas program seperti dokter puskesmas
memastikan ballita sakit mendapatkan
pengobatan yang optimal; bidan/ pengelola
KIA dalam memberikan penyuluhan terkait
PMBA, meningkatkan cakupan PMT dan kapsul
vitamin A
o Lintas sector seperti bekerja sama untuk
pemberdasyaan keluarga yang kurang mampu
dalam keikutsertaan dalam JKN-BPJS
Alur Pemeriksaan Gizi Buruk
Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA di
Poskesdes/Pustu/Polindes, Puskesmas

Anak dengan satu atau lebih


Anak dengan satu atau
tanda berikut: Anak dengan satu atau
lebih tanda berikut:
1. Terlihat sangat kurus lebih tanda berikut:
1. Terlihat sangat kurus
2. Edema pada seluruh tubuh 1. Terlihat sangat 1. Bila LILA < 11.5 cm
2. Edema minimal pada
3. BB/TB atau BB/TB <-3 SD kurus untuk anak usia 6-59
kedua punggung
4. LILA < 13.5 cm untuk anak 2. BB/TB atau BB/TB bulan
tangan/ kaki
usia 6-59 bulan dan salah satu <-3 SD 2. BB/TB atau BB/TB <-2
3. BB/TB atau BB/TB
atau lebih dari tanda-tanda 3. LILA < 13.5 cm s/d -3 SD
<-3 SD
komplikasi medis berikut: untuk anak usia 6- 3. Tidak ada edema
4. LILA < 13.5 cm untuk
• Anoreksia 59 bulan 4. Nafsu makan baik
anak usia 6-59 bulan
• Pneumonia berat 4. Nafsu makan baik 5. Klinis baik
5. Nafsu makan baik
• Dehidrasi berat 5. Tanpa komplikasi
6. Tanpa komplikasi
• Demam sangat tinggi medis
medis
• Penurunan Kesadaran

Gizi buruk dengan


Gizi buruk tanpa Gizi kurang
komplikasi
komplikasi

Rawat inap di
PMT Pemulihan
RS/PuskRI/TFC Rawat Jalan
Monitoring & Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat:
o Terselenggaranya penyuluhan tentang PMBA, manfaat suplementasi
PMT dan vitamin A, PHBS, pentingnya balita dibawa ke Posyandu untuk
memantau pertumbuhannya, dsb
o Memastikan ketersediaan PMT dan kapsul vitamin A
o Tersedianya sarana dan media KIE
o Pemantauan kenaikan berat badan setelah mendapatkan PMT
Pemulihan
o Laporan asupan makan, kondisi balita dari pos PGBM dan orang tua
balita kurus dan sangat kurus
o Penurunan proporsi kasus balita kurus dan sangat kurus, dll

Jika setelah intervensi tidak terjadi perbaikan status gizi, dilakukan


pengkajian ulang dan bila perlu balita dirujuk kembali ke Puskesmas/
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

Jika setelah intervensi tidak terjadi perbaikan status gizi,


dilakukan pengkajian ulang dan bila perlu balita dirujuk kembali
ke Puskesmas/ fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Buku Panduan untuk Balita Gizi Buruk
Materi KIE untuk Ibu dan Anak

Dapat diunduh di website: http://promkes.kemkes.go.id


Kesimpulan
• Masalah gizi yang sering ditemukan pada ibu hamil meliputi
kekurangan energi kronis (KEK) dan anemia. Sementara pada
balita dan anak usia sekolah meliputi underweight, wasting,
stunting, anemia, dan obesitas
• Dampak dari masalah gizi ini meliputi meningkatnya risiko
kematian ibu dan anak, penurunan fungsi kognitif dan prestasi
sekolah hingga menurunnya produktifitas saat dewasa
• Proses asuhan gizi ibu dan anak perlu dilakukan secara
berkelanjutan hingga masalah gizi ini dapat diselesaikan
• Diperlukan dukungan dan koordinasi dari tenaga kesehatan lain,
kerjasama lintas program untuk dapat mendukung
pelakasaanaan program asuhan gizi yang diselenggarakan di
Puskesmas.
Tim Penyusun
1. dr. Grace Wangge, M.Sc, Ph.D – SEAMEO RECFON
2. Aisyah N Dewi, M.Gizi – SEAMEO RECFON

Anda mungkin juga menyukai