Skripsi Feby
Skripsi Feby
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang di produksi secara efektif. Insulin adalah
hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Apabila pankreas
tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin secara efektif dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia) (1).
Diabetes melitus merupakan penyakit jangka panjang sehingga
memerlukan pengobatan jangka panjang pula. Dalam hal ini diperlukan
edukasi serta motivasi dari tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
maupun dukungan serta pengawasan minum obat dari keluarga pasien .
DM dapat mengakibatkan komplikasi akut dan kronis. Karena adanya
berbagai komplikasi tersebut, kemungkinan besar pasien DM juga
menggunakan obat-obat lain di samping obat antidiabetes oral (1).
Berdasarlan laporan World Healt Organization (WHO) menyatakan
bahwa secara global 422 juta orang dewasa ≥ 18 Tahun menderita diabates
pada Tahun 2015. Para ahli memperkirakan bahwa kejadian diabetes akan
melambung sebesar 64% pada Tahun 2025, yang berarti bahwa secara
mengejutkan 53,1 juta warga akan terkena penyakit DM (2). Internasional
Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas seventh Edition memperkirakan
ada 415 juta orang dewasa berusia 20-70 Tahun yang menderita DM dan
5,0 juta di kaitkan dengan DM secara global Tahun 2015 (3). Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018. di Indonesia
pravelensi penyakit diabetes melitus melalui pemeriksaan darah pada
penduduk umur ≥ 15 tahun, pada tahun 2013 sebesar 6,9% dan mengalami
peningkatan pada tahun 2018 sebesar 10,9% (4).
2
itu dari data diatas banyaknya kasus diabetes melitus yang terjadi di UPT
Puskesmas Sukarame Bandar Lampung mendorong saya melakukan
penelitian mengenai hubungan kepatuhan penggunaan obat terhadap
keberhasilan terapi Diabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT
Puskesmas Sukarame.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien
Diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Sukarame Kota Bandar
Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik Pasien diabetes melitus tipe 2 di
UPT Puskesmas Kota Bandar Lampung.
b. Mengetahui tingkat ketidak patuhan penggunaan obat pada pasien
diabetes melitus tipe II di UPT Puskesmas Sukarame Kota Bandar
Lampung.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor ketidak patuhan penggunaan obat
diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Sukarame Kota Bandar
Lampung.
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi,
intansi, Peneliti dan masyarakat.
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
serta wawasan peneliti mengenai tingkat kepatuhan Pasien dibetes
melitus tipe 2 di UPT Puskesmas Sukarame Kota Bandar Lampung.
2. Bagi Instansi
Dapat dijadikan sebagai acuan pustaka untuk penelitian terhadap
tingkat kepatuhan Pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas
Sukarame Kota Bandar Lampung.
3. Bagi Institusi
Dapat di jadikan bahan acuan dan pertimbangan terhadap terhadap
tingkat kepatuha Pasien dibetes melitus tipe 2 di UPT Puskesmas
Sukarame Kota Bandar Lampung.
E. Hipotesis
1. Hubungan karateristik responden terhadap tingkat kepatuhan
penggunaan obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 di UPT
Puskesmas Sukarame Kota Bandar Lampung.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Kelainan yang menjadi penyebab mendasar dari diabetes melitus
adalah definisi relatif atau absolut dari hormon insulin. Merupakan
satu-satunya hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam
darah (11).
b. Diabetes Tipe 2
Bentuk diabetes ini di tandai oleh insulin resistensi dan
setidaknya pada awalnya relatif kurangnya sekresi insulin individu
dengan diabetes tipe II menunjukan obesitas yang itu sendiri
menyebabkan resistensi insulin. Selain itu hipertensi, dislipidemia
(kadar trigiserida tinggi dan kadar kolestrol HDL rendah) dan tingkat
inhibitor plasminogen inhibitor-1 yang meningkat sering hadir pada
invidu ini, kelainan ini di sebut sebagai sindrom resistensi atau
sindrom metabolik. Kelaianan ini menyebabkan penderita diabates
tipe II berada pada peningkatan resiko komplikasi makrovaskular.
7
3. Etiologi
a. Genetik atau Faktor Keturunan.
Diabetes melitus cenderung diturunkan atau diwariskan bukan
ditularkan. anggota keluarga penderita diabetes melitus (diabetisi)
memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini
dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita
diabetes melitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan diabetes
melitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau
kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya,
sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
d. Nutrisi.
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko
pertama yang diketahui menyebabkan diabetes melitus. semakin
berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan,
semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit diabetes melitus
orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang diabetes melitus
dibandingkan orang yang tidak gemuk. Pola makan secara
berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Hal ini disebabkan
jumlah atau kadar insulin oleh sel beta pankreas mempunyai
kapasitas maksimum untuk disekresikan (13).
4. Patofisiologi
Tubuh manusia memerlukan energi untuk dapat beraktifitias secara
baik. Energi tersebut berasal dari makanan, terutama zat
9
8. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi diberikan bersamaan dengan pengaturan
makanan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi
farmakologi terdiri dari obat oral dan obat suntikan (11).
a. Obat anti hiperglikemia oral (OHO).
Obat antihiperglikemia oral berdasarkan cara kerjanya, obat ini
dibagi menjadi 5 golongan yaitu:
1) Sulfonilurea
Sulfonilurea mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh beta pankreas. Efek samping utama
adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan. Sehingga
penggunaan sulfonilurea pada pasien dengan resiko
13
B. Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan adalah perilaku seseorang dalam hal pengobatan,
mengikuti diet, dan melaksanakan perubahan gaya hidup, sesuai
dengan rekomendasi yang telah disepakati pasien dan tenaga
kesehatan. Tingkat kepatuhan setiap pasien dapat digambarkan dalam
persentase jumlah obat yang diminum dan waktu minum obat dalam
jangka waktu tertentu (16).
Terdapat beberapa terminologi tentang kepatuhan dalam
mengonsumsi obat seperti adherence, compliance, dan concordance.
15
C. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
disuatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan
pemeliharaan, peningkatankesehatan (promotive), pencegahan
penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitative). Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak
ukur yang digunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan
kefarmasian di puskesmas meliputi standar: pengelolaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik(20).
Penyelenggaraan standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
harus didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian yang
berorientasi kepada keselamatan pasien dan standar prosedur
oprasional sesuai peraturan perundang-undangan. Pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan makasud
17
3. Tujuan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI tujuan pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan nasional. Yaitu meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat (21).
D. Kerangka Teori
Diabetes Melitus
Klsaifikasi:
1. Diabetes Melitus Tipe 1
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Terapi
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan merupakan model konsep tual yang
berkaitan dengan bagaimana peneliti menyusun teori atau penghubung
secara logis beberapa faktor penting untuk masalah. Konsep dalam
penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat . Berikut ini
kerangka konsep penelitian :
F. Rancangan Penelitian
1. Prinsip Penelitian
Penelitian adalah penelitian experiment dengan pendekatan cross
sectional yang di analisa dengan deskriptif dan analitik.
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional diperlukan untuk menjabarkan variabel
penelitian dalam konsep dimensi. Disamping itu tujuannya adalah
untuk memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi
dalam penelitian ini. Diabetes melitus yang di maksud dalam
penelitian ini adalah penyakit diabetes melitus yang merupakan
diagnosa dokter yang tercatat dalam rekam medis di UPT Puskesmas
Sukarame Kota Bandar Lampung.
24
Nelayan
Pns
Lain-lain
Sarjana
BAB III
METODE PENELITIAN
26
A. Alur Penelitian
Persiapan Penelitian
Izin Penelitian
Puposive Sampling
Kuisioner
Pengumpulan Data
Analisis
Pengolahan Data
B. Jenis Penelitian
27
C. Instrumen Penelitian
Alat yang di gunakan dalam penlitian ini adalah kuesioner MMAS-8
untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien diabetes
melitus tipe II bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
rekam medik untuk mengetahui bahwa pasien tersebut diabetes melitus
tipe 2 dan untuk mengetahui identitas pasien, serta obat yang di berikan ke
pasien.
Keterengan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d 2= penyimpangan terhadap populasi yang di inginkan 10% atau 0,1
28
166
=
2,66
= 62 sampel
F. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang
perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sampel. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dalam
penelitian ini :
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini :
a. Pasien yang cacat fisik dan mental
b. Pasien yang tidak bisa membaca.
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan kegiatan awal sebelum melakukan
penelitian, adapun kegiatan awal pada adalah :
a. Mempersiapkan literatur.
b. Mempersiapkan lembar pertanyaan.
c. Menyusun jadwal kegiatan.
d. Mengurus izin penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan saat
pelaksanaan penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian
meliputi:
a. Menghitung jumlah sampel.
b. Mengumpulkan semua data yang diperlukan yaitu kelompok umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan dan diagnosa terapi yang diberikan.
c. Mendokumentasi penelitian dalam bentuk foto.
J. Etika Penelitian
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
1. Visi
Berdasarkan analisis Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat,
maka rumusan visi UPT Puskesmas Krui adalah : “Prima Dalam
Pelayanan Demi Terwujudnya Masyarakat Sehat Dan Mandiri”
2. Misi
Adapun misi UPT Puskesmas Krui dirumuskan dalam 3 (tiga)
penjabaran, sebagai berikut :
14 Bidan pustu 0
15 Terapis gigi dan mulut 1 1 2
16 Asisten tenaga 0
kesehatan
17 Tenaga non kesehatan 1 7 3 11
18 Kepala puskesmas 1 1
19 Kepala TU 1 1
TOTAL 42 52 13 107
Sumber data : Pusdatin Tata Usaha UPT Puskemas krui
C. Analisa univariat
1. Karakatristik responden
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
PEREMPUAN LAKI-LAKI
50% 50%
26-45 tahun
45-65 tahun
45-65 tahun
98%
SMP
15%
nelayan petani
23% 15%
<10
>10
<10
97%
Tingkat Kepatuhan
patuh tidak patuh
23%
77%
Jawaban Pasien
Pertanyaan (frekuensi)
Frekuens Frekuensi
i (Ya) (Tidak)
1. Pernahkah Anda lupa minum obat ? 40 (65%) 22 (35%)
2. Selain lupa, mungkin Anda tidak minum
obat karena alasan lain. Dalam 2 minggu
terakhir, apakah Anda pernah tidak minum 34 (55%) 28 (45%)
obat?
3. Pernahkah Anda mengurangi atau
berhenti minum obat tanpa sepengetahuan
dokter karena Anda merasa obat yang 32 (52%) 30 (48%)
diberikan membuat keadaan anda menjadi
lebih buruk?
4. Pernahkah Anda lupa membawa obat ketika
berpergian? 44 (71%) 18 (29%)
5. Apakah kemarin anda meminum obat
Anda? 29 (47%) 33 (53%)
6. Apakah Anda berhenti minum obat ketika
Anda sudah merasa baikan? 39 (63%) 23 (37%)
pasien yang mearasa terganggu harus minum obat setiap hari dengan
persentase 68%.
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan alasan responden tidak patuh minum
obat yang didapatkan dari jawaban responden menjawab kuesioner MMAS-8
hal tersebut diantaranya pasien yang sengaja tidak minum obat karena merasa
sudah baikan, pasien mengungkapkan lupa minum obat karena alasan
aktivitas, dan pasien tidak mengetahui obat diabetes melitus harus diminum
rutin hal ini karena kurangnya dukungan atau motivasi dari keluarganya.
Patuh
Jenis
Kelamin Laki-Laki 9 22 0,362
Perempua
n 5 26
Pengambilan Keputusan :
1. Jika Signifikasi > 0,05 maka Ho di terima dan Ha di tolak
2. Jika Signifikasi < 0,05 maka Ha di terima dan Ho di tolak
Hasil analisis regresi linier sederhana dapat di lihat pada tabel 4.13
Hasill
Model Sig
Dari tabel di atas nilai signifikasi sebesar ,008, sedangkan nilai variabel
usia ,949, jenis kelamin ,483, tingkat pendidikan ,049, pekerjaan ,000,
lama menderita ,047.
Mo
del R R Square
1 ,655a ,430
BAB V
50
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah Bagi masyarakat Bagi penederita
diabetes melitus tipe 2 agar teratus melakukan kontrol gula darah sesuai
dengan anjuran dokter sehingga dapat menimalisir komplikasi yang dapat
terjadi. Di harapkan penderita diabetes melitus tipe 2 untuk menjalankan
pola hidup yang sehat seperti mengikuti diet sehat dan mengonsumsi
karbohodidrat, olahraga, serat dan lemak baik untuk menghindari lonjakan
kadar gula darah. Bagi Tenaga kesehatan di harapkan memberikan
informasi dan motivasi kepada responden atau pasien tentang pentingnya
patuh dan taat dalam mengkonsumsi obat DM. Memberikan informasi
51
DAFTAR PUSTAKA
52
22. Depkes RI. Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes,
2009.
23. M. Siagian and G. Wangge. Validity and reliability of Morisky Medication
Adherence Scale 8 Bahasa version to measure statin adherence among
military pilots. Jakarta: Health Science Jurnal of Indonesia, 2016
24. Citri Monkolomban. Kepatuhan Minum obat pada pasien diabetes melitus
tipe 2 disertai hipertensi dengan menggunakan metode MMAS-8
25. Wirawan Adikusuma, Kepatuhan Penggunaan Obat Antidiabetes di Puskesmas
Pagesangan Mataram. Mataram: Jurnal Pharmascience, 2015.