Disusun oleh :
Putri Nur’afni Sa’adah G1A017093
1. Sejarah
Pendirian RS Al Islam yang berlokasi di Jl. Soekarno-Hatta No. 644 Kota
Bandung adalah buah pemikiran ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi Badan
Kerja Sama Wanita Islam (BKSWI) Jawa Barat yang anggotanya terdiri atas Ormas
Kewanitaan Islam yang ada di Jawa Barat. RS Al Islam mulai dioperasikan pada 1
Agustus 1990. Pada saat itu luas bangunan RS Al Islam Bandung masih sekitar 1.200
m2 dengan hanya memiliki 28 tempat tidur. Berangsur-angsur kepercayaan
masyarakat dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan jumlah donator
maupun pasien yang terus mengalir.
Pada tahun 1994 dibangun Gedung Firdaus, sehingga kapasitas tempat tidur
menjadi 90, menyusul kemudian Gedung Raudhoh untuk perawatan VIP. Kemudian,
RS Al-Islam mendapat bantuan pinjaman dari Islamic Development Bank (IDB)
sehingga pada tanggal 1 Nopember 1997 RSAI telah memiliki Gedung 6 Lantai Ibnu
Sina, sehingga RSAI memiliki kapasitas 275 tempat tidur. Pada rentang Juli 2002 –
Maret 2003 Gedung Rawat Jalan direnovasi menjadi tiga lantai. Di tahun 2003 pula,
RSAI memiliki fasilitas Medical Check Up Centre. Setahun kemudian (Tahun 2004)
Gedung Unit Gawat Darurat Direnovasi. Pada tahun 2007, dilakukan pembangunan
Rawat Inap Perinatologi dan Rawat Intensif (HCU). Pada awal 2008, dilakukan
pembangunan perkantoran, ruang dokter, dan ruang kantor perawatan. Pertengahan
2008, dilakukan renovasi dan refungsi gedung rawat inap Firdaus lantai 3.
Pertengahan 2008-2009, dibangun Gedung Pelayanan Rawat Jalan dan P3D UNISBA,
Gedung Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Poliklinik Tumbuh Kembang Anak. Pada
2012 dibangun Gedung Pelayanan Hemodialisa dan Klinik Stroke.
Hingga saat ini, RS Al Islam Bandung memiliki luas Gedung 15.000 m2 dan
menempati tanah seluas 2.1 H yang dilengkapi dengan fasilitas medis dan penunjang
medis yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan harapan dapat memberikan
kepuasan kepada seluruh pelanggan dengan melayani yang agniya dan menyantuni
yang dhu’afa. Saat ini RS Al-Islam masuk ke dalam rumah sakit tipe B.
3. Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan RSAI secara umum tiap tahunnya meningkat namun, saat sedang
pandemic Covid-19 ini keuangan RSAI menurun. Meskipun begitu, menurut dr.
Guntur Septapati mengatakan pihak RSAI masih bertahan untuk tetap bisa
operasional. Kondisi BOR (Bed Occupancy Ratio) RSAI saat ini terbilang bagus yaitu
sekitar 70 – 80% dimana saat awal pandemi hanya mencapai sekitar 60%. Tetapi,
untuk kondisi rawat jalan masih menurun sekitar 40% saat pandemi.
4. Pengembangan
Rumah Sakit Al-Islam terus melakukan pengembangan terhadap pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini layanan
kesehatan yang menjadi keunggulan RSAI adalah layanan Cath Lab, hemodialisa, dan
kemoterapi dimana pelayanan tersebut sudah berjalan cukup lama. Sebelum pandemi,
pihak RSAI memiliki perencanaan lebih jauh namun, karena terhambat pandemi
Covid-19 sehingga perencanaan yang sudah ada menjadi terhambat dan berubah. Oleh
karena itu, untuk saat ini pihak RSAI memperkuat layanan yang sudah ada. Pelayanan
hemodialisa direncanakan akan menambah bed yang sebelumnya memiliki 35 bed
akan ditambah 12 bed. Pihak RSAI pun berharap agar rencana yang tertunda dan
terhambat bisa dilaksanakan di tahun depan.
1. Konsumen Pakai
Konsumen yang menjadi sasaran Rumah Sakit Al Islam adalah semua kalangan
masyarakat umum mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua.
4. Potensi Pasar
Potensi pasar dari Rumah Sakit Al Islam Bandung, khususnya di Bandung Timur
sedang berkembang seperti akan ada wacana pembangunan kereta api cepat,
perumahan-perumahan besar, dan perkembangan lainnya namun menjadi tantangan
pula bahwa saingan pun akan semakin banyak. Di sisi lain, hal ini pun dapat menjadi
kesempatan yang bagus untuk RSAI dalam melihat potensi pasar.
5. Tingkat Persaingan
Tingkat persaingan RSAI ini cukup ketat karena di Bandung sendiri banyak sekali
rumah sakit yang memiliki pelayanan-pelayanan yang lengkap juga. Meskipun begitu,
RSAI tetap memiliki keunggulan, seperti bahwa rumah sakit ini berbasis syariah (di
Bandung sendiri belum banyak rumah sakit berbasis syariah) sesuai visinya bahwa
RSAI yaitu menjadi rumah sakit yang unggul, terpercaya, dan Islami dalam pelayanan
dan pendidikan, dalam hal ini yaitu RSAI Bandung harus memiliki keunggulan dalam
berbagai faktor baik secara fisik maupun non fisik. Contohnya dari sisi fisik unggul
dalam hal gedung/bangunan, maupun peralatan yang dimiliki baik medis maupun non
medis. Selain itu, RSAI juga memiliki poliklinik eksekutif yang dapat membantu
pelayanan kesehatan lebih cepat bagi orang-orang yang sibuk dimana pelayanan ini
dilayani dalam 1 tempat (one stop service).
6. Image Product
Produk dari RSAI Bandung merupakan pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan
rawat jalan maupun rawat inap dan telah bekerjasama dengan BPJS. Pelayanan
kesehatan di RSAI Bandung ini berbasis syariah Islam seperti salah satu misi RSAI
Bandung yaitu melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai Islam ke dalam seluruh
aspek pelayanan maupun pengelolaan rumah sakit. Hal tersebut diimplementasikan
mulai dari bimbingan staf hingga prosedur pelayanan kesehatan sudah terintegrasikan
dengan layanan syariah sehingga SOP (Standar Operasional Prosedur) jelas dan
terarah. Contohnya bimbingan pasien untuk shalat, mulai dari hal dasar dalam islam
untuk membimbing pasien yang dirawat, bimbingan husnul khotimah, prosedur
tindakan seperti pemeriksaan EKG dan pemasangan kateter dilakukan dengan
berbasis syariah yaitu dilayani sesuai gender pasien (yang lainnya menyesuaikan
ketersediaan tenaga medis) dan kegiatan lainnya diterapkan nilai-nilai Islam.
7. Penampilan Produk
Rumah Sakit Al Islam Bandung merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe B (SK
Menteri Kesehatan RI No. 754/Menkes/SK/VI/2010 tentang Penetapan Kelas Rumah
Sakit Al Islam Bandung Milik Yayasan RSI KSWI Jabar). Motto Rumah Sakit Al
Islam Bandung untuk internal “Bekerja Terbaik 100%” dan eksternal “Sahabat Anda
Menuju Bermanfaat”. RSAI Bandung memiliki beberapa pelayanan, antara lain :
Bidang Pelayanan Medis I, Bidang Pelayanan Medis II, Bidang Pelayanan
Keperawatan, Bidang Pelayanan Penunjang Medis I, Bidang Pelayanan Penunjang
Medis II, Bidang Pelayanan Umum, Bidang Administrasi Umum, Bidang Sumber
Daya Insani, Bidang Keuangan dan Akutansi, dan Bidang Rumah Tangga & PSPP.
2. Pembuatan Produk
Produk yang dihasilkan RSAI Bandung adalah jasa berupa layanan kesehatan.
Pelayanan jasa ini dilakukan oleh ahli-ahli di bidangnya masing-masing. Dalam
menghasilkan produknya ini, RSAI melakukan perekrutan dari luar untuk
mempekerjakan tenaga medis yang ahli di bidangnya dan menyekolahkan dokter
umum yang sudah bekerja di RSAI untuk melanjutkan studi sesuai spesialistik yang
dibutuhkan RSAI. Contohnya saja saat ini sudah ada dokter spesialis radiologi yang
telah kembali dari studinya dan bekerja kembali di RSAI dan ada juga yang sedang
disekolahkan untuk menjadi spesialis bedah.
D. MANAJEMEN
1. Struktur Organisasi
Direksi
Direktur
Unit Unit
2. Struktur Manejemen
Struktur manajemen berada di bawah komando langsung dari direktur, yang
terdiri dari :
a. Komite Medis
b. Komite Keperawatan
c. Komite Nakes Lain
d. Komite Etik Hukum & Syariah
e. Komite Kerohanian
f. Komite Etik Penelitian
g. Komite Koordinasi Pendidikan
h. SPI (Satuan Pengawas Internal)
3. Detail manajemen
Jumlah karyawan RSAI (di luar direksi) berjumlah 946 karyawan tetap dan
kontrak. Selain itu, ada tenaga tidak tetap dan honorer. Sistem penggajian karyawan
RSAI sudah berada di atas UMK, gaji pokok disesuaikan dengan pangkat dan
golongan yang dipengaruhi oleh pendidikan dan jenis kerja. Tunjangan pun
diberikan pada karyawan seperti pada umumnya yaitu berupa tunjangan keluarga,
tunjangan transportasi, dan tunjangan BPJS.
Selain itu, Pak Firman sebagai Kepala Seksi Pendidikan dan Penelitian
menjelaskan bahwa dalam manajemen RSAI memiliki sistem insentif. Sistem ini
berdasarkan penilaian kerja dimana setiap bulan para struktural menyetorkan hasil
penilaian kerja karyawannya. Insentif ini bagi menjadi dua porsi nominal yaitu fix
dan variabel. Variabel ini dipengaruhi oleh kehadiran dan VPI, contohnya berapa
banyak seorang karyawan dalam satu bulan terlambat bekerja akan sangat
mempengaruhi nilai insentifnya. Hasil penilaian ini pun akan mempengaruhi
nominal insentifnya. Insentif ini diberikan setiap bulan seperti sistem penggajian
yaitu diberikan setiap tanggal 20 untuk insentif dan setiap tanggal 28 untuk
pembagian gaji.
Manajemen yang diterapkan di RSAI memiliki kelebihan maupun kekurangan.
Misal karyawan yang terlibat dalam struktural sekaligus klinisi disesuaikan dengan
profesinya seperti dr. Guntur Septapati, MMRS yang menjabat sebagai Kepala
Bidang Informasi dan Pemasaran sekaligus menjadi dokter jaga di poli umum.
Seperti yang dikatakan Pak Firman, apabila setingkat kedudukannya seorang kepala
bidang, maka kepala bidang tersebut akan memiliki staf sehingga waktu yang
dibutuhkan seorang kepala bidang sebagian besar hanya sebagai konseptor dan
apabila rapat pun bisa disesuaikan dengan jadwal kliniknya. Menurut beliau, seorang
dokter tidak bisa dipungkiri pada saat ini banyak yang memiliki jabatan rangkap
yaitu sebagai klinik dan pejabat struktural, seperti direksi di RSAI dimana ketika
jabatannya itu membutuhkan kehadiran dokter tersebut, mau tidak mau tugas
kliniknya bisa dialihkan kepada yang lain.
E. KEUANGAN
2. Pendapatan
dr. Guntur Septapati, MMRS menjelaskan secara umum pendapatan yang
biasanya didapat RSAI adalah sekitar 20 Milyar per bulannya. Namun, karena
sedang pandemi Covid-19 ini beliau mengakui RSAI mengalami penurunan
pendapatan yaitu menjadi sekitar 16 Milyar.
1. Website : https://www.rsalislam.com/
2. Narasumber :
a) dr. Guntur Septapati, MMRS selaku Kepala Bidang Informasi dan Pemasaran
RSAI Bandung
b) Bapak Firman Aulia, S. Kep., Ners selaku Kepala Seksi Pendidikan dan
Penelitian RSAI Bandung