Anda di halaman 1dari 59

RESUME PBL

SEKENARIO 1

Nama : Mutiara Fadilah

NPM :-

Kelompok : 2A

Nama Tutor : dr. Hilmi Mawaddi Ahmad

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
SKENARIO 1

FERTILISASI

Fertilisasi merupakan sebuah kisah epik satu sperma yang menghadapi peluang luar
biasa. Selama senggama, sekitar 300 juta sperma masuk ke dalam vagina. Segera
setelah itu, jutaan sperma akan keluar dari vagina atau mati karena lingkungan yang
asam. Pada proses selanjutnya sel-sel normal dari sistem reproduksi wanita akan
menganggap sperma sebagai antigen, dan menghancurkan ribuan lainnya. Akhir dari
proses pembuahan ini adalah munculnya kode genetik yang unik, yang dapat
langsung menentukan jenis kelamin, warna rambut, warna mata, dan ratusan
karakteristik lainnya. Kemudian sel tunggal baru ini adalah zigot, yaitu awal mula
manusia baru dan sekarang silia dan tuba fallopi dengan lembut menyapu zigot ke
arah rahim, di mana ia akan ditanamkan di lapisan rahim yang lebih kaya akan
nutrisi. Tahap selanjutnya adalah pertumbuhan dan pematangan selama sembilan
bulan ke depan hingga siap untuk lahir.

STEP 1

1. Fertilisasi : Pembuahan peleburan 2 gamet yang dapat berupa nucleus atau sel
sel ber nucleus untuk membentuk sel tunggal (zigot).
2. Antigen : Sebuah zat yang merangsang respon imun terutama dalam
menghasilkan anti body, biasanya berupa protein atau polisakarida tetapi
dapat juga berupa molekul lainnya termasuk molekul kecil (hapten) yang
bergabung protein pembawa atau kerier biasanya dimiliki oleh virus, bakteri,
vungi, protozoa dan juga cacing parasite.
3. Silia : Yaitu organesel yang berbentuk seperti rambut dan dapat di gerakan
4. Kode genetik : Suatu set instruksi untuk mentransfer data genetic yang
tersimpan dalam bentuk DNA atau RNA menjadi protein.

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


5. Tuba fallopi : Merupan bagian dari system reproduksi wanita yang berperan
penting dalam proses menstruasi dan pembuahan. Tuba fallopi juga diartikan
sebagai saluran dengan panjang sekitar 10-13 cm dan berdiameter sekitar 1
cm yang menghubungkan antara indung telur atau ovarium dan Rahim.
6. Zigot : adalah sel yang terbentuk sebagai hasil bersatunya 2 sel kelamin (sel
ovum dan sel sperma) yang telah matang.
7. Nutrisi : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu
energy, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses
kehidupan.
8. Vagina : Saluran yang mengandung ovum dan dapat terenggang yang
menghubungakan uterus dengan lingkungan eksternal, fungsi vagina ini jalan
masuk sperma menuju rahim dan jalan keluar darah menstruasi serta jalur
lahir bayi
9. Reproduksi : Merupakan proses biologis suatu individu untuk menghasilkan
individu baru.
10. Rahim : Organ reproduksi wanita yang memiliki bentuk seperti buah pir
terbalik yang terhubung dengan 2 saluran telur pada bagian atas dan vagina
pada bagian bawah.

STEP 2

1. Bagaimana proses pembuahan mulai dari masuknya sperma sampai


terbentuknya embrio atau janin?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi fertilisasi?
3. Mengapa dilingkungan asam sperma bisa mati?
4. Lapisan apa saja yang ada di rahim?
5. Mengapa sistem reproduksi wanita menganggap sperma sebagai antigen?
STEP 3

1. Proses berfungsinya pronukleus jantan pada sperma dengan pronukleus betina


pada ovum hingga berbentuk zigot yang berlangsung didalam tuba fallopi atau
oviduk dimana sperma akan membuahi sel telur 1 kali ejakulasi sperma di
keluarkan 300 juta sampai 400 juta sel sperma yang akan masuk membuahi
sel telur, sebelum sperma dapat memasuki ovum, mula-mula sperma harus
menembus lapisan ganda sel granulosa yang melekat disisi luar ovum
(koronaradiata) lalu berkaitan dengan dan menembus zona pelusida yang
menyelubungi ovum.
2. Siklus menstruasi, rokok, infeksi pada organ reproduksi, olah raga, bahan
kimia dan obat-obatan, dan genetik.
3. Karena di vagina itu bersifat asam jadi sel sperma yang gagal mencapai
sampai leher rahim dapat mati secara perlahan, karena cairan mani yang
kering, karena sperma tersebut bersifat basa.
4. Lapisan endrometriom, meometrium dan perimetrium.
5. Karena secara alami tubuh wanita akan membentuk respon kekebalan
terhadap benda asing atau antigen yang masuk kedalamnya bila terjadi konta
antara sperma dan system imun semua perempuan akan membuat anti body
ini namun tidak semua anti body tidak memicu aktifitas system imun, di
sperma anti body terdapat pada cairan semen.

STEP 4

1. Proses fertilasasi
a) Sperma yang akan membuahi menembus koronaradiata melalui enzim-
enzim terikat membrane yang terdapat dalam membrane plasma kepala
sperma dan berikatan dengan reseptor zp3 di zona pelusida
b) Pengikatan sperma dengan reseptor ini memicu reaksi akrosom, yaitu saat
enzim-enzim hidroliti pada akrosom dibebaskan ke zona pelusida.

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


c) Enzim akrosomal mencerna zona pelusida, mebentuk jalur ke membrane
plasma ovum ketika sperma mencapai ovum membrane plasma kedua sel
ini berdifusi.
d) Kepala sperma dengan DNA nya memasuki sitoplasma ovum.
e) Sperma merangsang pelepasan berbagai enzim yang tersimpan di dalam
granula kortikal di ovum, yang nantinya meningkatkan reseptor zp3 dan
mengeraskan zona pelusida sehingga menghambat terjadinya polisitemia.
2. Siklus menstruasi, rokok, infeksi pada organ reproduksi, olah raga, bahan
kimia dan obat-obatan, dan genetik.
3. Karena di vagina itu bersifat asam jadi sel sperma yang gagal mencapai
sampai leher rahim dapat mati secara perlahan, karena cairan mani yang
kering, karena sperma tersebut bersifat basa.
4. Lapisan endrometriom, meometrium dan perimetrium.
5. Karena secara alami tubuh wanita akan membentuk respon kekebalan
terhadap benda asing atau antigen yang masuk kedalamnya bila terjadi konta
antara sperma dan system imun semua perempuan akan membuat anti body
ini namun tidak semua anti body tidak memicu aktifitas system imun, di
sperma anti body terdapat pada cairan semen.
MINDMAP

siklus sel

struktur sel
sel
sel gamet

perkembangan
embrio

STEP 5

SASARAN BELAJAR

1. Menjelaskan siklus pertumbuhan sel dan hubungannya dengan fungsi sel.


2. Menjelaskan perbedaan mitosis dan meiosis.
3. Menjelaskan proses fertilisasi dan menghubungkannya dengan pembelahan
sel.
4. Menjelaskan tahapan perkembangan zigot sampai menjadi embrio dan
hubungannya dengan tumbuh kembang sel

Refleksi Diri

Dari kasus ini saya mengetahui bahwa Fertilisasi merupakan sebuah kisah epik
satu sperma yang menghadapi peluang luar biasa. Selama senggama, sekitar 300 juta

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


sperma masuk ke dalam vagina. Segera setelah itu, jutaan sperma akan keluar dari
vagina atau mati karena lingkungan yang asam. Pada proses selanjutnya sel-sel
normal dari sistem reproduksi wanita akan menganggap sperma sebagai antigen, dan
menghancurkan ribuan lainnya. Akhir dari proses pembuahan ini adalah munculnya
kode genetik yang unik, yang dapat langsung menentukan jenis kelamin, warna
rambut, warna mata, dan ratusan karakteristik lainnya. Kemudian sel tunggal baru ini
adalah zigot, yaitu awal mula manusia baru dan sekarang silia dan tuba fallopi dengan
lembut menyapu zigot ke arah rahim, di mana ia akan ditanamkan di lapisan rahim
yang lebih kaya akan nutrisi. Tahap selanjutnya adalah pertumbuhan dan pematangan
selama sembilan bulan ke depan hingga siap untuk lahir. Saya dapat memahami
definisi fertilisasi, antigen, silia, kode genetic, tuba fallopi, zigot, nutrisi, vagina,
reproduksi, dan rahim. Tetapi saya kurang memahami siklus pertumbuhan sel dan
hubungannya dengan fungsi sel, perbedaan mitosis dan meiosis, proses fertilisasi dan
menghubungkannya dengan pembelahan sel, serta tahapan perkembangan zigot
sampai menjadi embrio dan hubungannya dengan tumbuh kembang sel. Kesenjangan
dalam kasus ini adalah proses fertilisasi.

Strategi saya yang dilakukan ketika memecahkan masalah adalah dengan


berdiskusi dengan teman, sharing informasi satu sama lain,dan bertukar ilmu.
Alternative lain adalah dengan belajar mandiri. Sumber belajar yang saya butuhkan
adalah buku, jurnal, serta pembimbing. Saya pernah mengalami pengalaman sukses
dengan metode ini.

STEP 6

Belajar mandiri

STEP 7
1. Siklus pertumbuhan sel dan hubungannya dengan fungsi sel
 Apa itu sel?
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari tubuh (gambar 1). Sel
dapat memperbanyak diri. Tubuh manusia mengandung sekitar 100 triliun sel.
Berbagai tipe sel tubuh memiliki fitur yang membedakan satu tipe dari yang lain
dan secara khusus disesuaikan untuk melakukan fungsi tertentu, misalnya sel
darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sel otot khusus
untuk fungsi kontraksi. Sebuah sel yang khas, seperti yang terlihat oleh
mikroskop cahaya, terdiri dari tiga komponen dasar:
 Membran sel
 Sitoplasma dan
 Nukleus

Sifat sel termasuk homeostasis, pertumbuhan, reproduksi, penyerapan,


metabolisme, sekresi, iritabilitas konduktivitas (sel nervus dan sel otot), dan
kontraktilitas (sel otot).

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


 Senyawa Penyusun Sel
a. Air (60-65%)
Bertindak sebagai pelarut untuk zat anorganik dan masuk ke dalam
berbagai reaksi bioimia, cairan intraceluler, cairan ekstraseluler (cairan
interstisial, plasma darah).
b. Lipid (25%)
c. Protein (10%)
Kompleks molekul koloid dengan berat molekul tinggi yang terutama
terdiri dari asam amino yang berpolimerisasi (bergabung) ke dalam rantai
polipeptida.
d. Bahan inorganic (1,5%)
e. Bahan lain (1.5%)
 Fungsi Sel
a. Metabolisme
Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu
melakukan aktivitasnya disebut metabolisme, dan sebagian besar reaksi
kimia tersebut terjadi di dalam sel. Metabolisme yang terjadi di dalam sel
dapat berupa reaksi katabolik, yaitu perombakan senyawa kimia untuk
menghasilkan energi maupun untuk dijadikan bahan pembentukan
senyawa lain, dan reaksi anabolik, yaitu reaksi penyusunan komponen
sel. Salah satu proses katabolik yang merombak molekul makanan untuk
menghasilkan energi di dalam sel ialah respirasi seluler, yang sebagian
besar berlangsung di dalam mitokondria eukariota atau sitosol prokariota
dan menghasilkan ATP. Sementara itu, contoh proses anabolik ialah
sintesis protein yang berlangsung pada ribosom dan membutuhkan ATP.
b. Komunikasi sel
Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan
'sinyal' dari dan kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme
uniseluler serta mengatur fungsi dan perkembangan tubuh organisme
multiseluler. Misalnya, bakteri berkomunikasi satu sama lain dalam
proses quorum sensing (pengindraan kuorum) untuk menentukan apakah
jumlah mereka sudah cukup sebelum membentuk biofilm, sementara sel-
sel dalam embrio hewan berkomunikasi untuk koordinasi proses
diferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
 Komponen Dasar
A. MEMBRAN SEL
Pada dasarnya semua struktur fisik sel itu dibatasi oleh membrane
yang terutama terdiri atas lipid dan protein. Membran-membran ini
meliputi membrane sel, selubung inti (nuclear membrane), selubung reticulum
endoplasmic, dan selbung mitokondria, lisosom, golgi apparatus, dsb. Lipid
yang terdapat di dalam membrane akan membentuk suatu rintangan (barrier)
yang dapat mencegah pergerakan bebas air dan bahan-bahan yang larut dalam
air dari satu bagian sel ke bagian sel lainnya.
Sel kita dikelilingi oleh membran sel (membran plasma) pada bagian
terluar. Membran sel yang memgelilingi sel dan menjaganya mengatur apa
yang masuk dan keluar sel. Membran sel memisahkan bagian dalam sel
(sitoplasma) dan bagian luar. Integritas membran sel adalah sangat penting
untuk kehidupan sel. Membran sel adalah suatu bilayer fosfolipid yang
disebut sebagai permeabel atau permeabel selektif, karena dia melewatkan
molekul-molekul tertentu untuk masuk ke sel tetapi tidak untuk yang lainnya.

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Molekul fosfolipid memiliki bagian kepala yang bersifat polar dan ekor yang
bersifat nonpolar. Protein yang ada pada membran sel memainkan penting
untuk lewatnya suatu senyawa masuk ke sel.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul
dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara
lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil
(air, etanol). Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan
transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa
mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan
mekanisme khusus.

Gambar 1.2

B. SITOPLASMA
Sitoplasma adalah bagian dari sel antara nukleus dan membran plasma.
Bagian cairan bening dari sitoplasma yang merupakan tempat dimana
partikel-partikel itu tersebar disebut sebagai sitosol; yang terutama terdiri atas
protein yang terlarut dalam cairan tersebut, elektroli-elektrolit, glukosa, dan
sedikit fosfolipid, kolestrol, dan ester asam lemak. Bagian sitoplasma tepat
dibawah membrane sel seringkali mengandung banyak mikrofilamen yang
terdiri atas protein fibrilar, sehingga terbentuklah bahan yang agak padat yang
menyokong membrane sel. Daerah sitoplasma ini disebut sebagai
korteks/ektoplasma. sitoplasma antara korteks dan membrane inti itu mencair
dan disebut sebagai endoplasma. Matriks dari sitoplasma adalah medium
semicair yang mengndung air dan berbagai tipe molekul yang terlarut dalam
medium. Sitoplasma mengandung berbagai organel. Setiap tipe organel
mempunyai fungsi yang spesifik. Misalnya satu tipe organel mengangkut
senyawa dan yang lainnya menghasilkan ATP untuk sel. Sel juga mempunyai
sitoskleton. Elemen dari sitoskleton mempertahankan bentuk sel dan
memungkinkan sel untuk bergerak. Beberapa sel dengan menggunakan silia
dan flagella yang tersusun dari mikrotubuli.
C. NUKLEUS
Nukleus terdiri atas massa protoplasma yang lebih kompak (padat),
terpisah dari sitoplasma oleh membran nukleus, yang juga bersifat penyaring
selektif, yang mengizinkan bahan keluar dari nukleus masuk sitoplasma, atau
yang masuk ke dalamnya. Nukleus mengendalikan sel serta semua
kegiatannya, nukleus terdiri atas bagian kromatin DNA, RNA dan protein.
Tanpa nukleus sel akan mati.
Struktur yang menonjol di dalam nukleus sel yang sedang tidak
membelah ialah nukleolus, yang merupakan tempat sejumlah komponen
ribosom disintesis dan dirakit. Komponen-komponen ini kemudian dilewatkan
melalui pori nukleus ke sitoplasma, tempat semuanya bergabung menjadi
ribosom. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu nukleolus, bergantung pada
spesiesnya dan tahap reproduksi sel tersebut.
Fungsi penting lain nukleus adalah tempat proses replikasi yaitu
penggandaan kromatin dan DNA. Sesaat sebelum pembelahan sel, semua
komponen kromatin digandakan. Selama pembelahan sel, setiap kembaran
kromosom dipisahkan dan dibagi ke sel anakan, sehingga sel anakan tersebut
menerima 1 kemasan gen lengkap.
1. Organel Sitoplasma

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Organel sitolasma adalah organel kecil yang ada dalam sitoplasma sel.
Setiap tipe organel memunyai struktur dan peranan yang spesifik dalm
fungsi sel.
a. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler,
yaitu suatu proses kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat
dan lemak merupakan contoh molekul makanan berenergi tinggi yang
dipecah menjadi air dan karbon dioksida oleh reaksi-reaksi di dalam
mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan energi yang
dilepas dalam proses itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP.
Mitokondria-lah yang menghasilkan sebagian besar ATP sel. Energi
kimiawi ATP nantinya dapat digunakan untuk menjalankan berbagai
reaksi kimia dalam sel. Sebagian besar tahap pemecahan molekul
makanan dan pembuatan ATP tersebut dilakukan oleh enzim-enzim
yang terdapat di dalam krista dan matriks mitokondria.
Organel ini memiliki dua macam membran, yaitu membran luar
dan membran dalam, yang dipisahkan oleh ruang antar membran.
Luas permukaan membran dalam lebih besar daripada membran luar
karena memiliki lipatan-lipatan, atau krista, yang menyembul ke
dalam matriks, atau ruang dalam mitokondria.

Gambar 1.3
b. Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju
sintesis protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom,
contohnya sel hati manusia yang memiliki beberapa juta ribosom.
Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis protein dan sejumlah
molekul RNA
Ribosom eukariota lebih besar daripada ribosom prokariota,
namun keduanya sangat mirip dalam hal struktur dan fungsi.
Keduanya terdiri dari satu subunit besar dan satu subunit kecil yang
bergabung membentuk ribosom lengkap dengan massa beberapa juta
dalton. Pada eukariota, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau
terikat pada bagian luar retikulum endoplasma.
c. Retikulum endoplasma
Retikulum Endoplasma (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di
seluruh sel hewan eukariotik. Retikulum endoplasma merupakan
perluasan selubung nukleus yang terdiri dari jaringan (reticulum =
'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling terhubung.
Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung
berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum
endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum
Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak
sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total
membran dalam sel-sel eukariotik.
Ada tiga jenis retikulum endoplasma: RE kasar Di permukaan RE
kasar, terdapat bintikbintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini
berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah
sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE
halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE
halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis
lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi
obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


sel. RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE
halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik.
Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan
proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE
sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE
sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot.
d. Aparatus Golgi
Aparatus golgi dinamai sesuai dengan penemunya yaitu Camillo
Golgi yang menemukan aparatus tersebut dalam sel di tahun 1898.
Organel ini tampak sebagai tumpukan kantung membran yang datar
yang biasanya terletak dekat nukleus dan terhubungkan ke retikulum
endoplasma. Aparatus Golgi khususnya dkembangkan dalam sel
kelenjar eksokrin. Organel ini memodifikasi dan menyortir protein
yang disintesis pada RER dan mengemasnya ke dalam vesikel
sekretori untuk dilepaskan ke luar sel. Seperti vesikel yang ditemukan
dalam kelenjar endokrin tertentu, dimana protein hormon dilepaskan
ke dalam cairan ekstrasel untuk memodifikasi aktivitas sel lainnya.
Vesikel lainnya yang meninggalkan aparatus Golgi adalah lisosom.
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau
diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel,
dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya
biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak
dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi,
misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi,
sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan
Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom. Beberapa fungsi
badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama
pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan
bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama
seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi
bagian dari membran plasma.
3. Membentuk dinding sel tumbuhan
4. Membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk
memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Membentuk lisosom
e. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang
berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan
intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun
1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel
eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim
hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase,
fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif
pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis (transpor
makromolekul dan materi yang sangat kecil ke dalam sel dengan cara
membentuk vesikula baru dari membran plasma), fagositosis (menelan
pathogen), dan autofagi (pemecahan komponen sel).
Lisosom dibentuk oleh aparatus golgi. Lisosom adalah vesikel kecil
yang mengandung enzim pencernaan hidrolitik. Enzim digunakan
untuk mencerna:
1) Bakteri yang masuk ke dalam sel
2) Bagian sel yang perlu pergantian
3) Keseluruhan sel yang sudah rusak
Lisosom utamanya banyak ditemukan dalam sel yang terlibat dalam
aktivitas fagositik, seperti neutrofil dan makrofag.
f. Peroksisom

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Peroksisom adalah membran yang terikat vesikel yang bentuknya
lebih kecil dari lisosom sehingga juga dikenal sebagai mikrobodi,
yang banyak terdapat pada sel epitel hepatosit dan tubular. Seperti
halnya mitokondria, peroksisom mengkomsumsi oksigen molekuler
walaupun dalam jumlah yang lebih kecil. Oksigen ini tidak digunakan
dalam konversi energi menjadi ATP. Peroksisom mengandung enzim
oxidases yang mengoksidasi asam lemak. Hasil dari hidrolisis ini
adalah hidrogen peroksida (H2O2). Peroksisom juga mengandung
enzim catalase, yang beraksi pada hidrogen peroksida membeaskan
oksigen dan air. Fungsi enzim peroksisom adalah untuk detoksifikasi
obat, alkohol, dan toksin potensial lainnya. Sel yang aktif dalam
detoksifikasi seperti sel hati dan ginjal memilki banyak peroksisom
karena organ-organ ini membantu untuk membersihkan darah.
g. Sitoksleton
Sitoksleton adalah sistem kompleks dari serat yang mempertahankan
struktur dari sel dan memungkinkannya untuk mengubah bentuk dan
bergerak. Sitoksleton juga memainkan peranan penting dalam
interaksi otot. Sitoskleton tersusun dari protein mikrofilamen dan
mikrotubuli. Mikrofilamen berbentuk panjang, batang ramping dari
protein yag mendukung penonjolan kecil dari membran sel yang
disebut mikrovili. Mikrotubuli adalah silinder tipis lebih besar dari
mikrofilamen, tersusun dari protein tubuli. Mikrotubuli juga
ditemukan dalam sentriol, silia, dan flagela. Silia dan flagela terdapat
di permukaan sel tertentu (spermatozoa, mukosa respiratori dan tuba
pallofi)
h. Sentriol
Sentriol adalah struktur bebentuk silinder yang terdiri dari sembilan
triplet mikrotubuli dan memainkan peranan penting dalam
pembelahan sel untuk membentuk spindel. Di mana nantinya tiap
sentriol ini akan bergerak ke bagian kutub-kutub sel yang sedang
membelah. Pada siklus sel di tahapan interfase, terdapat fase S yang
terdiri dari tahap duplikasi kromoseom, kondensasi kromoson, dan
duplikasi sentrosom. Sepasang sentriol dapat ditemukan di dalam
struktur yan disebut sentrosom.
i. Silia
Silia dan flagela adalah penonjolan dari sel yang dapat bergerak baik
seperti gelombang, cambuk, atau kaku. Silia lebih pendek dari flagela.
Sel yang memiliki organel ini dapat bergerak sendiri atau
memindahkan material sepanjang permukaan sel. Misalnya sel
sperma, bergerak berenang dengan flagela untuk membawa material
genetik ke sel telur. Sel pada dinding saluran pernapasan kita adalah
bersilia. Silia menyapu kotoran yang terperangkap dalam mukus
kembali kerongkongan dan aksi ini membantu menjaga paruparu kita
tetap bersih. Dalam tuba uterus perempuan, sel bersilia menggerakkan
ovum ke uterus, dimana ovum yang dibuahi tumbuh dan berkembang.
Silia menggerakkan partikel kecil melintasi permukaan sel, sedangkan
flagela menggerakkan seluruh sel. Kedduanya silia dan flagela
mengandung mikrotubuli yang berasal dari sentriol.
j. Mikrovili
Mikrovili adalah perpanjangan dari membran sel yang bentuknya
lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak dari silia. Mikrovili tidak
bergerak seperti halnya silia dan flagela, tetapi meningkatkan luas
permukaan membran sel sehingga menyerap material lebih banyak.
Mikrovili banyak ditemukan pada permukaan bebas dari sel dinding
usus, ginjal dan area absorpsi lainnya. Normalnya setiap sel memiliki
banyak mikrovili.

Table 1.1 struktur dan fungsi sel

Bagian sel Jumlah Struktur Fungsi


per sel

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Membran 1 Lapis ganda lipid Barier selektif antara isi sel dan
plasma yang ditaburi oleh cairan ekstrasel : mengontrol
protein dan sejumlah aliran zat masuk dan keluar sel
kecil karbohidrat
Nukleus 1 DNA dan protein Pusat pengaturan sel, menyimpan
khusus yang di informasi genetik menyediakan
bungkus oleh sebuah kode-kode untuk mensintesis
membran berlapis protein struktural dan enzimatik
ganda (lipid bilayer) yang menentukan sifat spesifik
sel
Sitoplasma
Organel-
organel

Retikulum 1 Jaringan Pembentukan membran sel baru


endoplasma membranosa yang dan komponen-komponen sel lain
luas dan kontinu, serta pembuatan zat-zat untuk
terdiri dari tubulus disekresi.
berisi cairan dan
kantung gepeng,
sebagian di taburi
oleh ribosom.

Kompleks 1 sampai Kantung Pusat modifikasi, pengemasan,


golgi beberapa membranosa yang dan distribusi protein yang baru
ratus gepeng dan disintesis.
bertumpuk-tumpuk.

Lisosom 300 Kantung Sistem pencernaan sel,


membranosa yang mengahancurkan bahan yang
mengandung tidak di inginkan, misalnya benda
enzimenzim asing dan sisa sel.
hidrolitik.

Peroksisom 200 Kantung Aktifitas detoksifikasi.


membranosa yang
mengandung
enzimenzim
oksidatif.
Mitokondria 100 Badan-badan Organel energi: tempat utama
sampai berbentuk batang untuk membentuk ATP :
2000 atau oval yang di mengandung enzim-enzim untuk
bungkus oleh dua siklus asam sitrat dan rantai
membran dengan transportasi elektron.
membran bagian
dalam melipat-lipat
menjadi Krista yang
menonjol ke matriks
bagian dalam
Sitosol
Bagian-
bagian

Enzim-enzim Banyak Susunan sikuensial Reaksi intrasel yang melibatkan


metabolisme di dalam penguraian, sintesis, dan
perantara sitoskeleton. transformasi molekul organik
kecil.

Ribosom Banyak Granula-granula Sintesis protein.


RNA dan protein

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


sebagian melekat ke
retikulum
endoplasma kasar,
sebagian bebas di
sitoplasma.

Vesikel Bervariasi Paket-paket produk Menyimpan produk sekretorik


sekretorik sekretorik yang sampai Mendapat sinyal.
terbungkus membran
mengosongkan
isinya keluar sel.

Inklusi Bervariasi Granula, glikogen, Menyimpan kelebihan nutrien


butir lemak.

 Kelompok Sel
Perubahan struktural dan fungsional ini menimbulkan dua kelompok besar
yang sekarang kita kenal dengan kelompok sel prokaryot dan eukaryot. Dua
kelompok sel tersebut berbeda dalam ukuran dan struktur internalnya atau
organel-organel yang terkandung di dalamnya. Dari segi evolusi maka
kelompok prokaryot merupakan kelompok dengan struktur yang lebih
sederhana dan ditemukan hanya pada bakteria dan semua bakteria adalah sel
prokaryot. Sementara organisme lainnya seperti protista, fungi, tumbuhan dan
hewan- merupakan struktur yang lebih kompleks, termasuk kedalam
kelompok sel eukaryot.
1. Sel Prokariot
Gambar 1.4 Bakteri

Pada sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon, 'biji'),
tidak ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan
daerah tempat DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid.
Kebanyakan prokariota merupakan organisme uniseluler dengan sel berukuran
kecil (berdiameter 0,7–2,0 µm dan volumenya sekitar 1 µm3 ) serta umumnya
terdiri dari selubung sel, membran sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa
struktur lain.

Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya.
Jika selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari
karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein dan peptidoglikan lapisan itu
disebut sebagai dinding sel. Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran luar
yang menutupi lapisan peptidoglikan, dan ada pula bakteri yang memiliki
selubung sel dari protein. Selubung sel prokariota mencegah sel pecah akibat
tekanan osmotik pada lingkungan yang memiliki konsentrasi lebih rendah
daripada isi sel.

Table 1.2 Jenis-Jenis


Prokariot

2. Sel Eukariot

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Gambar 2.1 Sel Tumbuhan

Gambar 2.2 Sel Hewan

Sel eukariota (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya' dan karyon) memiliki nukleus.
Diameter sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih besar
daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di antara nukleus dan
membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium semi cair yang disebut
sitosol, yang di dalamnya terdapat organelorganel dengan bentuk dan fungsi
terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota. Kebanyakan
organel dibatasi oleh satu lapis membran, namun ada pula yang dibatasi oleh
dua membran, misalnya nukleus. Dinding sel yang kaku, terbuat dari selulosa
dan polimer lain, mengelilingi sel tumbuhan dan membuatnya kuat dan tegar.
Fungi juga memiliki dinding sel, namun komposisinya berbeda dari dinding
sel bakteri maupun tumbuhan. Di antara dinding sel tumbuhan yang
bersebelahan terdapat saluran yang disebut plasmodesmata.

Table 1.3 Jenis-Jenis


Eukariot

Karakteristik yang ada di sel eukaryota tetapi tidak di ada di sel prokaryota
a. pembelahan sel pada saat membentuk nukleus dan sitoplasma, dipisahkan
oleh selubung nuklear yang mengandung struktur pori kompleks.
b. kompleks kromosom tersusun oleh DNA dan gabungan protein yang
mampu memadat menjadi struktur mitotik
c. mempunyai kelompok organel membran sitoplasmik (termasuk RE, golgi,
lisosom, ensosom, peoksisom, dan glioksisom)
d. mempunyai organel sitoplasmik yang khusus untuk respirasi aerob
(mitokondria) dan untuk fotosintesis (kloroplas)
e. mempunyai sistem sitoskelet yang kompleks termasuk mikrofilamen,
filamen intermedia, dan mikrotubul
f. mempunyai flagel dan cilia
g. mampu memasukkan cairan atau partikel melalui penyelubungan berupa
vesikel membran plasma (endositosis dan fagositosis)
h. dinding sel mengandung selulosa (pada tumbuhan)
i. pembelahan sel melibatkan peranan mikrotubula sebagai gelendong
mitotik pada pemisahan kromosom
j. terdapat dua kopian gen per sel (diploid), masing-masing berasal dari
induknya. reproduksi seksual membutuhkan meiosis dan fertilisasi.

Persamaan sel prokaryota dan eukaryota:

a. Susunan membran plasma sama


b. Informasi genetik yang dikode DNA menggunakan kode genetik (kodon)
c. Mekanisme transkripsi dan translasi informasi genetik sama, termasuk
ribosomnya
d. Terdapat pemisahan jalur metabolisme (misal glikolisis dan TCA)
e. Apparatus sama untuk konservasi energi kimia seperti ATP (pada
prokayota terdapat di membran plasma dan pada eukaryota terdapat di
membran mitokondria).
f. Mekanisme fotosintesis sama (antara cyanobacteria dan tumbuhan hijau
daun)

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


g. Mekanisme sama untuk sintesis dan penyelipan/penambahan protein
membran h. Proteasom (struktur protein digesti) sama susunannya.

 Siklus Sel
Siklus sel dapat digambarkan sebagai siklus hidup suatu sel (Manson et al,
2006). Siklus ini terjadi pada seluruh jaringan yang memiliki pergantian sel
(Junquiera et al, 1998). Siklus sel dibagi menjadi 2 peristiwa besar, yaitu: mitosis
(pembelahan sel) dan interphase. Pada fase mitosis yang berlangsung lebih
singkat daripada interphase, terjadi pembagian nucleus dan cytoplasma sel.
Akibatnya terbentuk 2 sel anak (Manson et al, 2006; Gartner and Hiatt, 2007).
Sementara interphase merupakan interval antara pembelahan selama sel
menjalankan fungsinya dan mempersiapkan mitosis (Manson et al, 2006). Karena
itu, selain terjadi replikasi materi genetik, ukuran dan isi sel juga bertambah
(Gartner and Hiatt, 2007).
Interphase dibagi menjadi 3 fase, yaitu: fase G1 (presintesis), S (sintesis
DNA) dan G2 (post duplikasi DNA) (Junqueira and Carneiro, 2003). Namun sel-
sel yang tidak membelah terus menerus (sel neuron dan sel otot), aktivitas sel
(sementara ataupun tetap) tidak melalui siklus ini dan tetap dalam fase istirahat,
yaitu fase G0 (Junqueira and Carneiro 2003; Manson et al, 2006).
Sel anak yang terbentuk selama mitosis kemudian akan memasuki fase G1.
Untuk sel-sel yang cepat membelah (sel-sel embrionik), G1 berlangsung sangat
cepat sedangkan untuk sel-sel lain (fibroblast, spermatogonia prepubertal), fase
G1 berlangsung sangat lama sehingga diperkirakan berada dalam fase G0
(Henrikson et al, 1997). Dalam fase G1 terjadi pembentukan makromolekul yang
penting untuk dimulainya duplikasi DNA. Selain itu, sel juga mensintesis RNA,
protein regulator yang penting untuk replikasi DNA dan enzym untuk membawa
keluar aktivitas sintesis ini serta volume sel yang berkurang karena pembelahan
sel ketika mitosis akan kembali normal. Nucleoli juga terbentuk kembali, mulai
terjadi duplikasi centrioles. Proses duplikasi centrioles ini baru sempurna pada
fase G2. Faktor-faktor yang memicu sel memasuki siklus sel, antara lain: beban
mekanis (teregangnya otot polos), cidera pada jaringan (iskemia), dan kematian
sel. Seluruh faktor-faktor tersebut mengakibatkan pelepasan ligand oleh sel-sel 5
signaling pada jaringan yang terlibat. Seringkali ligand ini adalah growth factor
yang secara tidak langsung menginduksi protooncogen, yaitu suatu gen yang
berperan dalam mengatur proliferasi sel (Gartner and Hiatt, 2007).
Ligand yang menginduksi proliferasi berikatan dengan cell surface receptor
protein dari sel target dan mengaktivasi salah satu jalur transduksi signal.
Umumnya, signal terbanyak yang diterima pada permukaan sel adalah protein
kinase sitoplasma. Protein ini mengaktivasi serangkaian faktor transkripsi yang
mengendalikan ekspresi protooncogenes dan akhirnya menghasilkan pembelahan
sel (Gartner and Hiatt, 2007).
Selama fase S (fase sintesis) siklus sel, terjadi sintesis dan replikasi DNA dan
centriole (Junqueira and Carneiro, 2003) serta duplikasi genome (Gartner and
Hiatt, 2007). Semua yang diperlukan oleh nucleoprotein, termasuk histon
didatangkan dan digabungkan ke dalam molekul DNA, membentuk materi
chromatin. Sel sekarang memiliki komplemen DNA 2 x normal. Jumlah sel
autosom dan germinal berbeda, dimana DNA pada sel autosom adalah diploid
sedangkan sel germinal yang dihasilkan dari meiosis memiliki chromosome yang
haploid (Gartner and Hiatt, 2007).
Dalam fase G2, RNA dan protein yang penting untuk pembelahan sel akan
disintesis, terjadi penyimpanan energi yang diperlukan untuk mitosis, sintesis
tubulin untuk kumpulan dalam microtubule yang diperlukan untuk mitosis,
replikasi DNA dianalisa dan kesalahan yang terjadi akan diperbaiki (Gartner and
Hiatt, 2007).

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Gambar 2.3 Siklus Sel
(Gartner and Hiatt, 2007)

 Tujuan siklus sel: menggantikan sel yang mati dan/atau untuk


perkembanganan pertumbuhan organisme.
 Regulasi Siklus
Sel Sel memiliki mekanisme kontrol, yaitu pada checkpoint. Tempat ini
memeriksa kejadian-kejadian penting, seperti pertumbuhan sel, sintesis DNA, dan
ketepatan segregasi chromosome sebelum sel meninggalkan suatu fase dalam
siklus sel (Gartner and Hiatt, 2007). Terdapat 3 tempat untuk mengatur siklus sel
(checkpoint), yaitu:
 Restriction point, yaitu pada akhir fase G1, ketika sel menyelesaikan
suatu siklus pembelahan. Sel tidak dapat menyelesaikan fase ini bila tidak
memiliki nutrisi yang cukup ataupun growth factor (Manson, et al, 2006).
Bila ada kesalahan DNA, siklus sel akan tertahan pada fase G1 dan tidak
dapat memasuki fase S. Hal ini akan memberikan waktu bagi sel untuk
memperbaiki kerusakan DNA sebelum memasuki fase S. Tertahannya
siklus pada fase ini dimediasi oleh aktivitas p53/ bekerja sebagai rem
penting yang dapat menginduksi sel tetap berada dalam fase G1 dan dapat
memacu apoptosis setelah terjadi kerusakan DNA (Junqueira and
Carneiro, 2003).
 Mitosis dimulai pada permulaan fase M. Sel tidak dapat melakukan titik
ini bila ada kerusakan atau kesalahan DNA (Manson, et al, 2006).
 Selesainya mitosis terdapat di akhir fase M. Sel akan tertahan di titik ini
jika mitotic spindle gagal untuk berkumpul secara adekuat (Manson, et al,
2006).
Sementara, menurut Goodman (2008), terdapat 4 tempat terjadinya checkpoint,
yaitu pada perbatasan fase G1/S, intra fase S, perbatasan fase G2/M dan dalam
mitosis. Albert et al (2002) mengatakan checkpoint terjadi pada perbatasan G1/S,
G2/M dan M.

Kerusakan DNA
dapat diketahui
oleh checkpoint
karena adanya 3
komponen
utama, yaitu:
sensor
kerusakan,
signal transduksi
dan efektor.
Tertahannya suatu fase memerlukan sensor dan pengenalan akan tempat
rusaknya DNA untuk memulai checkpoint. Salah satu sensor adalah ataxia

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


telangiectasia mutated (ATM). Mutasi ATM berkaitan dengan terjadinya ataxia-
telangiectasia. Berat ATM sebesar 350-kDa, suatu protein oligomeric yang
memiliki rantai yang homolog dengan phosphatidylinositol 3-kinases (P13Ks)
namun dengan aktivitas lipid kinase yang kurang. Namun, ATM memiliki
aktivitas protein kinase yang distimulasi oleh agen-agen yang menginduksi
pemecahan rantai ganda DNA. Setelah sel terpapar oleh radiasi ion, terjadi
autofosforilasi ATM dan mengaktivasi sejumlah besar target protein, seperti:
Chk2, p53, NBS1 dan BRCA1 pada serines dan threonines yang mendahului
glutamine dalam rangkaian SQ dan TQ. Rangkaian di sebelahnya juga
memberikan spesifisitas karena S15Q dari p53 difosforilasi oleh ATM sementara
S37Q tidak (Goodman, 2008).
Homolog ATM adalah ATR dengan berat 303 kDa dan termasuk dalam P13K
family. Absennya ATR dapat mengakibatkan kematian pada embrio mencit.
Sementara pada manusia, mutasi ATR mengakibatkan hilangnya sebagian
aktivitas ATR. Seperti ATM, ATR juga merupakan suatu protein kinase yang
spesifik terhadap residu serine dan threonine dalam motif SQ/TQ dan dapat
memfosforilasi seluruh protein yang difosforilasi ATM. Namun ATR diaktivasi
oleh sinar ultraviolet. Fungsi ATR serupa dengan ATM, yaitu sebagai sensor dan
molekul transducer yang berespons terhadap kerusakan dasar akibat iradiasi sinar
ultraviolet dan tidak berespons terhadap putusnya rantai ganda DNA (Goodman,
2008).
 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.
Manusia paling sedikit memiliki 2 protein kinase, yaitu CHEK1 dan CHEK2.
Yang memiliki fungsi utama sebagai transduksi signal dalam regulasi siklus sel
12 dan checkpoint. Keduanya merupakan serine dan threonine kinase. Pada sel-
sel mamalia, signal putusnya rantai DNA dirasakan oleh ATM dan
ditransduksikan terutama oleh CHEK2 sementara radiasi sinar UV oleh ATR
ditransduksikan terutama oleh CHEK1. Kurangnya CHEK1 pada mencit dapat
mengakibatkan kematiam embrio sedangkan mutasi CHEK2 pada manusia akan
meningkatkan risiko kanker payudara (Goodman, 2008).
Gerakan menuju tempat checkpoint ini dikontrol oleh aktivitas cyclin, yaitu suatu
protein yang mengatur transisi dari satu fase ke fase yang lainnya (Manson et al,
2006).

2. Perbedaan mitosis dan meiosis.


Kromosom
Kromosom adalah struktur nukleoprotein yang membawa informasi genetik.
Struktur kromosom:
a. Kromatid
Kromatid merupakan bagian lengan kromosom yang terikat satu sama
lainnya, 2 kromatid kembar ini diikat oleh sentromer. Nama jamak dari
kromatid adalah kromonema. Kromonema biasanya terlihat pada
pembelahan sel masa profase dan kadang – kadang interfase.
b. Sentromer
Pada kromosom terdapat satu daerah yang tidak mengandung gen
(informasi genetik), daerah ini dinamakan sentromer. Pada masa
pembelahan, sentromer merupakan struktur yang sangat penting, di
bagian inilah lengan kromosom (kromatid) saling melekat satu sama lain
pada masing-masing bagian kutub pembelahan. Bagian dari kromosom
yang melekat pada sentromer dikenal dengan istilah ‘kinetokor’.
c. Kromomer
Kromomer adalah struktur berbentuk manik-manik yang merupakan
akumulasi dari materi kromatid yang kadang-kadang terlihat pada
pembelahan masa interfase. Pada kromosom yang telah mengalami
pembelahan berkali-kali, biasanya kromomer ini sangat jelas terlihat.

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


d. Telomer
Telomer adalah bagian berisi DNA pada kromosom, fungsinya untuk
menjaga stabilitas ujung kromosom agar DNA nya tidak terurai.
Mitosis
Terdiri dari penebalan dan pembelahan kromosom serta sitokinesis (proses
pembelahan sitoplasma dari satu eukariotik sel membelah menjadi dua sel
anak), pembelahan actual sitoplasma untuk membentuk dua sel anak. Meskipun
pembelahan merupakan proses yang berkelanjutan, pembelahan dibagi menjadi
empat subfase: profase, metaphase, anaphase, dan telofase.
a. Profase
1) Kromosom menebal menjadi pilihan yang kuat dan besar, serta menjadi
terlihat. Setiap kromosom berisi dua kromatid yang disatukan oleh
sentromer. Kromatid akan menjadi kromosom dalam generasi sel
berikutnya.
2) Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak ke sisi nucleus yang
berlawanan, digerakkan dengan perpanjangan mikrotubulus yang
terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai disisi nucleus, sentriol
membentuk benang spindle mitosis polar.
3) Nucleolus melebur dan membrane nuclear menghilang, sehingga
memungkinkan spindle memasuki nucleus. Mikrotubulus pendek yang
muncul dari kinetochore, struktur pada sentromer sekarang dapat
berinteraksi dengan benang spindle polar, menyebabkan kromosom
bergerak dengan cepat.
4) Mikrotubulus lain menyebar ke luar sentriol untuk membentuk aster.
a. Metaphase
1) Kromosom (pasangan kromatid) berbasis pada bidang metaphase atau
bidang ekuator sel, disebut demekian karena posisinya bersilangan dari
satu sisi sel ke sisi lainnya pada spindle.
2) Sentromer pada semua kromosom saling berkaitan.
3) Kinetochore memisah dan kromatis bergerak jauh.
b. Anaphase
1) Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat perlekatannya,
pasangan kromatid (sekarang dianggap sebagai satu kromosom)
bergerak dari bidang ekuator ke setiap kutub.
2) Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengakap yang
berkkumpul pada kedua kutub sel. Organel sitoplasma, yang
sebelumnya telah bereplikasi, juga tersebar merata di kedua kutub.
c. Telofase
1) Dua nuclei kembali terbentuk di sekitarkromosom. Kromosom
kemudian terurai dan melebur. Membrane nuclear dan
nukleolusterbentuk kembali.
2) Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur pembelahan yang
berada di tepat di pertengahan antara kedua massa kromosom, mulai
membelah sitoplasma, berlanjut disekitar sel, dan membelah sel tsb
menjadi dua sel terpisah.

Gambar

Tahap-tahap mitosis

Meiosis

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Adalah pembelahan sel yang terjadi dalam pembentukan sel-sel kelamin (sel
telur dan sperma). Pembelahan tersebut mengurangi jumlah kromosom menjadi
jumlah haploid (23). Saat pembuahan, gabungan dari sel telur dan sperma
menghasilkan jumlah kromosom diploid (46).
1. Meiosis terdiri dari dua pembelahan nuclear dan selular, disebut Meiosis
I dan Meiosis II, yang menghasilkan empat sel. Selama interfase sebelum
pembelahan meiosis pertama, setiap kromosom bereplikasi untuk membentuk
kromatid yang diikat sentromer, sama seperti mitosis.
2. Meiosis memisahkan setiap pasangan kromosom homolog dan membagi
anggota pasangan tersebut pada sel-sel anak.
a. Profase I
1) Sinapsis terjadi saat kromosom belum menebal, yaitu kedua
kromatid dari setiap kromosom masih mencari kedua kromatid
pasangan homolognya dan kemudian mengambil tempat yang
bersisian di sepanjang kromsom.
2) Kromosom induk, atau kedua kromatid pada setiap kromosom yang
diwariskan dari ibu, bergabung dengn kromosom ayah atau
kromatid pasangan kromosom homolog yang diwariskan dari ayah.
Semua gen korespondennya juga bergabung. Gabungan empat
kromatid disebut tetrad.
3) Selama sinpsis, keempat benang kromosom homolog saling
melilitatau bersilangan. Pemecahan dan penyatuan kembali DNA
terjadi dalam benang kromosom dan materi genetic diperlukan antara
kromosom ayah dan ibu.
a) Pertukaran silang dan pertukaran balasan fragmen DNA terjadi
secara acak. Ada sekitar sepuluh fragmen dalam setiap tetrad
manusia.
b) Hasilnya adalah perubahan susunan atau pengaturan ulang
genetic yang memberikan variasi dan keunikan genetic pada
setiap individu.
b. Metaphase I
1) Pasangan kromosom dengan dua pasang kromatid yang disatukan
sentromer berbaris pada bidang ekuator.
2) Kedua kromatid dalam satu kromosom pada setiap pasangan
homolog menghadap kutub yang berlawanan.
3) Benang-benang spindle dari ssalah satu kutub melekat pada
sentromer setiap kromosom.
4) Sentromer tidak membelah seperti yang terjadi pada metaphase
pembelahan mitosis.
c. Anaphase I
1) Setiap kromosom (terdiri dari dua kromatid) ditarik ke salah satu
kutub.
2) Dengan demikian, satu kelompok kromosom haploid (23) telah
tersusun di setiap kutub.
d. Telofase I
1) Seperti dalam pembelahan mitosis, telofase membalik peristiwa yang
terjadi dalam profase. Kromosom melebur, membrane nuclear
kembali terbentuk, nucleolus kembali muncul dan spindle terurai.
2) Sitokinesis terjadi dan kedua sel terpisah.
e. Interfase meiosis berlangsung singkat. Tidak terjadi replikasi DNA.
3. Meiosis II serupa dengan mitosis
a. Profase II sama dengan peristiwa pada profase mitosis.
1) Sentriol memisah dan bergerak ke kutub yang berlawanan.
2) Mikrootubulus dari setiap sentromer melekat pada benang dari
sentriol di kutub yang berlawanan.
b. Metaphase II
1) Kromatid berbaris pada bidang ekuator sel.
2) Kromatid tersusun berpasanagan, bukan dalam bentuk tetrad seperti
metaphase I, disebut dyad.
c. Anaphase II

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


1) Sentromer membelah dan kromatid yang terpisah menjadi
kromosom.
2) Kromatid yang terpisah pada nafase II bukanlah kromatid
berpasangan. Berlawanan dngan kromatid pada pembelahan mitosis,
kromatid tersebut secara genetic tidak identic akibat persilangan atau
kombinasi ulang.
d. Telofase II
1) Membrane nuclear terbentuk kembali, kromosom melebur, dan
terjadi sitokinesis.
2) Setiap sel baru berisi satu dari setiap jenis kromosom. Jumlah
kromosom adalah haploid.
4. Hasil dan pentingnya pembelahan meiosis
a. Empat sel, masing-masing mengandung satu kromatid dari tetrad asli pada
profase I, dihasilkan dari satu sel induk.
1) Pada laki-laki keempat sel adalah spermatozoa.
2) Pada perempuan, satu sel adalah ovum, sedang ketiga sel lainnya
adalah badan poalar non-fungsional.
b. Setiap sel mengandung setengah jumlah kromosom, seperempat jumlah
DNA normal yang diproduksi pada tahap interfase G2 dan penyimpangan
genetic yang unik.
Gambar

Tahap-tahap
meiosis dalam
seuah sel hiipotesi
dengan jumlah
diploid sebanyak

3. Proses fertilisasi dan menghubungkannya dengan pembelahan sel


a. Sel Germinativum Primordial
Perkembangan dimulai dengan fertilisasi (pembuahan) yaitu proses
penyatuan gamet pria (sperma) dan gamet wanita (oosit), yang kemudian
menjadi zigot. Gamet berasal dari sel germinativum primordial (PGC,
primordial germ cell) yang dibentuk di epiblas selama minggu kedua dan
bergerak ke dinding yolk sac (Gambar 4.1). Selama minggu keempat, sel-sel ini
mulai bermigrasi dari yolk sac menuju ke gonad. Sebagai persiapan untuk
fertilisasi, sel-sel germinativum menjalani gametogenesis, yang mencakup
meiosis, untuk mengurangi jumlah kromsom dan sitodiferensiasi untuk
menuntaskan maturasinya.
b. Gametogenesis
Adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri dari
gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum)
yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan
tetapi tidak terjadi reduksi kromosom contoh apabila ada sel tubuh kita yang
rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses
pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel dari
induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya
pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses
reproduksi manusia. Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang
jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n)
yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom
pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis
terdiri 4 tahap : perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk.
Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis.
Spermatogenesis
Spermatogenesis dalam arti luas adalah proses pembentukan dan
pematangan sel benih pria atau spermatozoa. Sehingga tujuan utama dari
spermatogenesis adalah pembentukan sel benih yang jumlahnya 4 sperma
fungsional.
Pembentukan Spermatogenesis dimulai dari tubulus seminiferus, yang
sesuai dari jenis mereka yang bentuknya mirip dengan mie kecil, lurus atau
bengkok pada testis. Di bagian dalam tubuhlus seminiferus dlapisi dengan sel
Sertoli dan Spermatogonia. Sel-sel Sertoli disebut dengan "sel perawat" karena
mereka membantu dalam pengembangan sperma dengan memakan bahan
limbah dari spermatogenesis dan mengalahkan sel-sel melalui kanal-kanal
tubulus.
Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH
oleh hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron
dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat
(inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di
hipofisis atau GnRH di hipothalamus.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis
tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang
bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus
terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak).
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan
tertentu untuk membentuk sperma. Pada proses spermatogenesis terjadi
prosesproses dalam istilah sebagai berikut :
Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari
spermatogenesis yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi
spermatosit primer (mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan
secara meiosis menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa
disingkat proses pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.
Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid
menjadi sperma yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan
membutuhkan waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan
golgi, axonema dan kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3)
pembentukan bagian ekor, 4) Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel
Sertoli.
Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel
sertoli ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma
belum memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini
ditranspor dalam cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju
epididimis karena kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak
dalam saluran epidimis namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


pria bukan karena motilitas sperma sendiri melainkan karena kontraksi
peristaltik otot saluran.
Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Spermatogenesis
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya:
a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle
Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).
b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada
masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin
sekunder.
c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding
Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
spermatogenesis.
d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.
Oogenesis
Oogenesis adalah proses terjadinya diferensiasi oogonia menjadi oosit
matur. Selain itu, oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di
dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur
yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada
manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus
perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat
diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula
oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada
perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis,
tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga
bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta
oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki
masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. Hasil pembelahan
tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan
satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada tahap
selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami
pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi
dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran
lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung
dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan
kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami
perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan
kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Hormon - Hormon Yang Berperan Dalam proses Oogenesis
Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon,
diantaranya:
Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis
hipothalamus -hipofisis - ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH
(gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi
hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).
FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi
sekresi hormon estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas,
progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang
ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu
perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis
ovarium.

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Perbedaan Spermatogenesis dan Oogenesis
 Spermatogenesis adalah produksi sel sperma laki-laki, sedangkan Oogenesis
adalah produksi ovum wanita
 Pada vertebrata, Spermatogenesis terjadi di testis pria, sedangkan Oogenesis
terjadi pada ovarium perempuan.
 Spermatogenesis dimulai di spermatosit primer, sedangkan Oogenesis
dimulai dari Oosit Primer
 Spermatogenesis menghasilkan empat spermatozoa fungsional dari
spermatosit primer. Sedangkan Oogenesis menghasilkan ovum tunggal dari 3
badan polar Oosit primer.
 Pada Spermatogenesis, hasil sitokinesis dalam dua sel berukuran sama,
sedangkan, pada Oogenesis, menghasilkan dua sel yang sangat tidak setara.
 Sel sperma tidak mengandung makanan, misalnya ovum (sel telur)
 Sel-sel sperma jauh lebih kecil dari sel telur
 Sel-sel sperma yang motil (dapat bergerak), sedangkan pada ovum adalah
immotile
 Spermatogenesis selesai sementara di testis. Sedangkan devisi pematangan
sekunder Oogenesis terjadi di luar Ovarium atau saluran telur.
 Spermatogenesis dimulai di masa pubertas, sedangkan pada Oogenesis
dimulai dari sebelum kelahiran, pada tahap perkembangan embrio
 Spermatogenesis menghasilkan sel spermapada satu waktu, sedangkan
pada hasil Oogenesis hanya satu ovum per bulan.
 Spermatogenesis melibatkan fase pertumbuhan pendek, sedangkan
Oogenesis melibatkan fase yang panjang.
 Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas, sedangkan
pada Oogenesis terjadi dalam pola siklik.
c. Fertilisasi
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat
berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau
peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami)
dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk
ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya
gametgamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada
tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran
tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan
biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada
beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita
dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam
proses fertilisasi.
Proses Fertilisasi

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Gambar 3.1 Struktur Ovum

Gambar 3.2 Struktur Sperma


Peroses fertilisasi terjadi di daerah ampula tuba uterine. Daerah ini
merupakan tempat terluas tuba dan dekat dengan ovarium.
Pergerakan sperma dari serviks ke tuba uterina terjadi akibat kontraksi otot
uterus dan tuba uterina dan sangat sedikit dibantu oleh dorongan sperma itu
sendiri. Perjalanan dari serviks ke tuba uterina dapat terjadi paling cepat 30 menit
atau paling lambat 6 hari. Setelah mencapai istmus, sperma menjadi kurang motil
dan berhenti bermigrasi. Saat ovulasi, sperma kembali menjadi motil,
kemungkinan disebabkan oleh kemoatraktan yang dihasilkan oleh sel-sel
cumulus yang mengelilingi sel telur, dan berenang menuju ampula, tempat
fertillisasi biasanya terjadi. Spermatozoa tidak dapat memfertilisasi oosit segera
sesudah kedatangannya di dalam saluran genitalia wanita namn menjalani (1)
kapasitasi dan (2) reaksi akrosom untuk memperoleh kemampuan ini.
Kapasitasi adalah periode pengondisian di dalam saluran reproduksi wanita
yang berlangsung sekitar 7 jam pada manusia. Selama periode ini, suatu selubung
glikoprotein dan protein plasma semen disingkirkan dari membrane plasma yang
melapisi bagian akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang terkapasitasi yang
dapat menembus sel-sel korona dan mengalami reaksi akrosom.

Gambar 3.3 Tiga fase penetrasi


KETERANAGAN:
oosit

 Pada fase ke-I, spermatozoa menembus sawar korona radiata;


 Pada fase ke-2, satu spermatozoa atau lebih menembus zona pelusida;
 Pada fase ke-3, satu spermatozoon menembus membran oosit sambil
kehilangan membran plasmanya sendiri. Inset menunjukkan spermatosit
normal dengan tudung kepala akrosom.

Reaksi akrosom, yang terjadi sesudah pengikatan pada zona pelusida, dipicu oleh
protein zona. Reksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang dibutuhkan
untuk menembus zona pelusida, meliputi substansi mirip-akrosin dan mirip-
tripsin.
Fase fertilisasi meliputi:
 Fase 1, penetrasi korona radiate
 Fase 2, penetrasi zona pelusida

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


 Fase 3, penyatuan membrane sel oosit dan sperma
Fase 1, penetrasi korona radiate
Dari 200 hingga 300 juta spermatozoa yang normalnya diletakkan di dalam
saluran genitalia wanita, hanya 300 hingga 500 yang mencapai tempat fertilisasi.
Fase 2, penetrasi zona pelusida
Zona ini merupakan selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu reaksi
akrosom. Baik pengikatan maupun reakksi akrosom ini diperantai oleh ligan ZP3
suatu protein zona. Pelepasan enzim akrosom (akrosin) memungkinkan sperma
menembus zona sehingga berkontak dengan membrane plasma oosit.
Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma berkontak dengan
permukaan oosit. Kontak ini menyebabkan pelepasan enzim lisosom dari granula
korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya enzim-enzim ini
mengubah sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk mencegah penetrasi (proses
sperma masuk kedalam indung telur) sperma dan menginaktifkan tempat-tempat
reseptor spesifik-spesies untuk spermatozoa di permukaan zona. Spermatozoa
lainnya telah ditemukan terbenam di dalam pelusida, namun hanya satu yang
tampaknya dapat menembus oosit.
Fase 3, penyatuan membrane sel oosit dan sperma
Perlekatan awal sperma pada oosit diperantarai sebagian oleh interaksi integrin di
oosit dan liganya, disintegrin, di sperma. Sesudah perlekatan, membrane plasma
sperma dan sel telur menyatu. Oleh karena membrane plasma yang menutupi
tudung kepala akrosom menghilang selama reaksi akrosom, penyatuan
sebenarnya terjadi antara membrane oosit dan membrane yang menuutupi bagian
posterior kepala sperma. Pada manusia, baik kepala maupun ekor spermatozoa
masuk ke dalam sitoplasma oosit, tapi membrane plasma ditinggalkan pada
permukaan oosit.
Hasil utama fertilisasi
 Pengembalian jumlah diploid kromosom,
separuh dari ayah dan separuh dari ibu. Oleh
sebab itu, zigot mengandung kombinasi baru kromosom yang dari kedua
orang tuanya.
 Penentuan jenis kelamin individu baru. Sperma pembawa kromosom X
menghasilakn mudigah wanita (XX), dan sperma pembawa kromosom Y
menghasilakn meudigah pria (XY). Oleh sebab itu, jenis kelamin kromosom
mudigah ditentukan saat fertilisasi.
 Inisiasi pembelahan. Tampa fertilisasi pembelahan. Tanpa fertilisasi, oosit
biasanya mengalami degenerasi 24 jam sesudah
ovulasi.

4. Tahapan perkembangan zigot sampai menjadi embrio dan


hubungannya dengan tumbuh kembang sel

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


A
B

Gambar 4.1 A dan B Perkembangan Embrio dalam Hari

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


 Hari ke 1-4
PEMBELAHAN
Ketika zigot mencapai tahap dua-sel, zigot akan
mengalami serangkaian pembelahan mitosis, yang
meningkatkan jumlah sel. Sel-sel ini, yang menjadi
lebih kecil setiap kali pembelahan, dikenal sebagai
blastomer. Hingga tahap delapan-sel,
blastomer membentuk gumpalan yang tersusun secara longgar. Namun,
sesudah pembelahan ketiga, blastomer memaksimalkan kontaknya dengan
satu sama lain, membentuk sebuah gulungan sel
padat yang disatukan dengan ikatan yang erat. Proses ini,
pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam,
yang berkomunikasi secara ekstensif melalui taut
celah (gap junction), dari sel-sel di bagian luar.
Sekitar 3 hari sesudah fertilisasi, sel-sel mudigah
yang dipadatkan membelah lagi membentuk
morula 16 sel (murbei). Sel-sel bagian dalam
morula membentuk massa sel dalam (inner cell
mass), dan sel-sel di sekelilingnya membentuk
massa sel luar (outer cell mass). Massa sel dalam
menghasilkan jaringan mudigah yang sebenarnya,
dan massa sel luar membentuk trofoblas, yang
kemudian berkembang menjadi plasenta.

Gambar 4.2 Perkembangan zigot dari tahap dua-sel hingga menjadi tahap morula
lanjut. Tahap dua-sel dicapai sekitar 30 jam sesudah fertilisasi; tahap empat-sel
dicapai sekitar 40 jam; tahap 12 hingga 16 sel dicapai sekitar 3 hari; dan tahap
morula lanjut dicapai sekitar 4 hari. Selama periode ini, blastomer dikelilingi oleh
zona pelusida, yang menghilang di akhir hari keempat.
 Pembentukan Blastokista

Saat morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai


menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang
interselular massa sel dalam. Secara bertahap, ruang
interselular menjadi konfluen, dan pada akhirnya, terbentuk sebuah rongga,
blastokel. Pada saat ini, mudigah disebut blastokista. Sel-sel massa sel dalam,
yang sekarang disebut embrioblas, berada di satu
kutub, dan sel-sel massa sel luar, atau trofoblas,
memipih dan membentuk dinding epitel blastokista. Zona pelusida telah
menghilang, memungkinkan dimulainya implantasi. Pada manusia, sel-sel
trofoblastik di atas kutub embrioblas mulai menembus di antara
sel-sel epitel mukosa uterus sekitar hari keenam, Studi terbaru menunjukkan
bahwa L-selektin pada sel-sel trofoblas dan
reseptor karbohidratnya di epiteluterus memerantai pelekatan blastokista pada
uterus. Selektin adalah protein pengikat karbohidrat yang terlibat di dalam
interaksi antara leukosit dan sel-sel endotel yang memungkinkan leukosit
"tertangkap" dalam aliran darah. Mekanisme serupa diduga terjadi untuk
"penangkapan" blastokista dari rongga uterus oleh epitel uterus. Sesudah
penangkapan oleh selektin, perlekatan dan invasi selanjutnya oleh trofoblas
melibatkan integrin, diekspresikan oleh trofoblas dan molekul matriks
ekstraselular laminin dan fibronektin. Reseptor integrin untuk laminin
mendorong perlekatan, sementara reseptor untuk fibronektin merangsang
migrasi. Molekul-molekul ini juga berinteraksi di sepanjang jalur transduksi
sinyal untuk mengatur diferensiasi trofoblas, sehingga implantasi adalah hasil
dari kerja sama trofoblas dan endometrium. Oleh sebab itu, pada akhir minggu
pertama perkembangan, zigot manusia telah melalui tahapan morula dan
blastokista dan telah memulai implantasi di dalam mukosa uterus.
 Implantasi

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Adalah sel telur yang telah dibuahi menempel  pada dindingrahim (uterus).
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan:

1. Endometrium atau mukosa yang melapisi dinding sebelah dalam

2. Miometrium, lapisan otot polos yang tebal

3. Perimetrium, peritoneum yang menutupi lapisan di dinding sebelah luar


(Gambar 4.3)

Gambar 4.3 Proses-proses selama minggu pertama perkembangan manusia. I,


oosit segera sesudah ovulasi; 2, fertilisasi, sekitar 12-24 jam sesudah ovulasi; 3,
tahap pronukleus pria dan wanita; 4, gelendong pembelahan mitosis pertama; 5,
tahap dua-sel (sekitar usia 30 jam); 6, morula mengandung 12-16 blastomer
(sekitar usia 3 hari); 7, tahap morula lanjut yang mencapai lumen uterus (sekitar
usia 4 hari); 8, tahap blastol<ista awal (sekitar usia 4,5 hari; zona pelusida telah
menghilang); dan 9, stadium awal implantasi (blastokista sekitar usia 6 hari).
Ovarium menunjukkan tahapan-tahapan perubahan antara folikel primer dan
folikel praovulatorik serta korpus luteum. Endometrium uterus ditunjukkan berada
dalam fase progestasiona

Fase proliferatif dimulai di akhir fase haid, di bawah pengaruh estrogen dan
sejalan dengan perkembangan folikel ovarium. Fase sekretorik dimulai sekitar
2-3 hari sesudah ovulasi sebagai respons terhadap progesteron yang dihasilkan
oleh korpus luteum. Jika fertilisasi tidak terjadi, peluruhan endometrium
(lapisan kompaktum dan spongiosum) menandai awal fase haid. Jika terjadi
fertilisasi, endometrium membantu dalam implantasi dan berperan dalam
pembentukan plasenta. Selanjutnya pada kehamilan, plasenta mengambil alih
peran produksi hormon, dan korpus luteum mengalami degenerasi.

Gambar 4.4 Perubahan di dalam mukosa uterus yang berhubungan dengan


perubahan di ovarium. Implantasi blastokista telah menyebabkan perkembangan
korpus luteum kehamilan yang besar. Aktivitas sekretorik endometrium meningkat
secara bertahap sebagai akibat dari banyaknya jumlah progesteron yang dihasilkan
oleh korpus luteum kehamilan.

Pada saat implantasi, mukosa uterus berada pada fase sekretorik (Gambar
4.4), selama fase ini kelenjar dan arteri uterus bergelung-gelung dan jaringan
menjadi 'tebal-basah'. Akibatnya, dapat dikenali adanya tiga lapisan di
endometrium: lapisan kompaktum di bagian superfisial, lapisan spongiosum
di bagian tengah, dan lapisan basale yang tipis (Gambar 4.4). Normalnya,
blastokista manusia tertanam di dalam endometrium di sepanjang dinding
anterior atau posterior korpus uteri, tempat blastokista itu terbenam di antara
lubang-lubang kelenjar (Gambar 4.4).

Jika oosit tidak mengalami fertilisasi, venula dan ruang sinusoid secara
perlahan menjadi dipenuhi oleh sel-sel darah, dan tampak diapedesis darah
yang ekstensif ke dalam jaringan. Ketika fase haiddimulai, darah keluar dari
arteri-arteri superfisial dan kepingankepingan kecil stroma dan kelenjar

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


terlepas. Selama 3-4 hari berikutnya, lapisan kompaktum dan spongiosum
dikeluarkan dari uterus dan lapisan basale adalah satu-satunya bagian
endometrium yang dipertahankan, Lapisan ini, yang disuplai oleh arterinya
sendiri, arteri basalis, berfungsi sebagai lapisan regeneratif dalam
pembentukan ulang kelenjar dan arteri pada fase proliferative.

 Minggu ke-2
Minggu ke-2 pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. 30 jam setelah
dibuahi, sel telur akan membelah menjadi dua. Sambil terus membelah, sel
telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim. Setelah membelah
menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel mulai berkembang dan terbagi
kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari yang ke-12 jumlahnya telah
bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada endometrium.
Perkembangan minggu kedua:
1. Trofoblas berdiferensiasi menjadi 2 lapisan (sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas).
2. Embrioblas membentuk 2 lapisan (epiblas dan hipoblas).
3. Mesoderm ekstraembrional terbelah menjadi 2 lapisan (lapisan
somatopleura dan splanknopleura).
4. Terbentuk 2 rongga (rongga amnion dan yolk sac).
 Minggu ke-3
Minggu ke-3 sampai usia kehamilan 3 minggu, Ibu mungkin belum sadar jika
sedang mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan
menempel pada dinding rahim disebut blastosit.
Proses paling khas yang terjadi selama minggu ketiga kehamilan adalah
gastrulasi, yaitu proses yang membentuk ketiga lapisan germinativum
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) pada mudigah. Gastrulasi dimulai
dengan pembentukan garis primitif (primitive streak) di permukaan epiblas.
Setelah mengalami invaginasi, sebagian sel menggeser hipoblas, menciptakan
endoderm embrional, dan lainnya menjadi terletak di antara epiblas dan
endoderm yang barn saja terbentuk untuk membentuk mesoderm. Sel-sel yang
tetap berada di dalam epiblas kemudian membentuk ektoderm. Oleh sebab itu,
epiblas, melalui proses gastrulasi, adalah sumber dari seluruh lapisan
germinativum, dan sel-sel di dalam lapisan ini akan membentuk seluruh
jaringan dan organ mudigah.
Sel-sel prenotokorda yang mengalami invaginasi di dalam nodus primitif
bergerak maju ke arah kranial di garis tengah hingga mencapai lempeng
prekorda. Sel-sel prenotokorda ini terselip di dalam hipoblas sehingga untuk
waktu yang singkat, garis tengah mudigah terdiri dari dua lapisan sel yang
membentuk lempeng notokorda. Sewaktu hipoblas digantikan dengan sel-sel
endoderm yang bergerak masuk di garis primitif, sel-sel lempeng notokorda
berproliferasi dan terlepas dari endoderm. Kemudian sel-sel ini membentuk
korda sel yang padat, notokorda definitive, yang terletak di bawah tabung
saraf (tuba neuralis) dan berperan sebagai dasar untuk tulang rangka aksial.
Karena pemanjangan notokorda merupakan suatu proses yang dinamis, ujung
kranial terbentuk lebih dahulu, dan area kaudal ditambahkan sewaktu garis
primitif bergerak ke arah lebih kaudal. Sel-sel notokorda dan prenotokorda
meluas ke arah kranial ke lempeng prekorda (suatu area tepat di sebelah
kaudal membrana orofaringealis) dan ke arah kaudal ke lubang primitif. Di
titik tempat lubang membentuk indentasi di epiblas, kanalis neurenterikus
untuk sementara menghubungkan rongga amnion dan yolk sac.
Membrana kloakalis dibentuk di ujung kaudal diskus embrional. Membran
ini, yang strukturnya serupa dengan membrana orofaringealis, terdiri dari sel-
sel ektoderm dan endoderm yang melekat erat tanpa adanya mesoderm di
antaranya. Saat membrana kloakalis muncul, dinding posterior yolk
sacmembentuk divertikulum kecil yang meluas ke dalam tangkai penghubung.
Divertikulum ini, diverticulum alantoenterik, atau alantois, muncul di sekitar
hari ke 16 perkembangan. Walaupun pada vertebrata tingkat rendah, alantois
ini berperan sebagai reservoir untuk produk ekskresi sistem ginjal, pada

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


manusia, alantois tetap rudimenter namun mungkin berperan dalam
abnormalitas perkembangan kandung kemih.
Pembentukan sumbu tubuh, anteroposterior, dorsoventral, dan kiri-kanan,
terjadi sebelum dan selama periode gastrulasi. Sumbu anteroposterior
dikirimkan oleh sel-sel di batas anterior (kranial) diskus embrional.
 Minggu ke-4 (Organ)
Pada minggu ke-4, Darah mulai mengalir dari plasenta ke janin. Plasenta
adalah organ sistem sirkulasi antara ibu dan embrio. Melalui plasenta ini, ibu
memberi nutriens dan oksigen ke embrio. Tumbuh jari-jari pada tangan,
memiliki kaki, paha, dan organ dalam mulai tumbuh, seperti: lidah, esofagus,
dan lambung. Selain itu, ginjal, hati, kantung empedu, dan pankreas
berkembang untuk beberapa hari. Paru-paru mulai berkembang, kelenjar
tiroid, dan lainnya terbentuk. Muka, organ indera, dan organ reproduksi mulai
terbentuk, dengan ukuran embrio sekitar 2 hingga 3,5mm, jantung mulai
berdenyut dan sistem peredaran darah sudah melaksanakan fungsinya meski
masih dalam taraf yang sangat sederhana. Fungsi plasenta bagi janin sangat
banyak. Dari menyediakan hormon-hormon yang diperlukan untuk tumbuh
kembang dan proses pembedaan sesuai jenis kelamin janin, sampai mensuplai
nutrisi dan oksigen. Di samping itu, ia juga berfungsi sebagai alat pernapasan
dan pembuangan sisa-sisa metabolism janin.
Tahap ini merupakan fase gastrula yaitu tahap pertumbuhan embrio berbentuk
mangkuk yang terdiri atas dua sel atau masa embrio dini setelah masa blastula
yaitu struktur bulat, hasil pembelahan zigot. Tahap kedua, yang disebut tahap
embrio, berlangsung lima setengah minggu. Tahap embrio mulai ketika zigot
telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, sistem dan
organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk luar
masih jauh berbeda dibandingkan manusia dewasa, beberapa bentuk seperti
mata dan tangan, bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali
 Ectoderm: kulit, system saraf, kelenjar.
 Mesoderm: otot, tulang, jaringan ikat.
 Endoderm membentuk: 1. Epitel yang melapisi saluran napas; 2. Parenkim
tiroid, paratiroid, hati dan pancreas; 3. Stroma retikular tonsil dan timus; 4.
Epitel yang melapisi kandung kemih dan uretra; dan 5. Epitel yang
melapisi kavitas timpanika dan tuba auditiva.
 Minggu ke-5

Pembentukan organ-organ tubuh seperti telinga dan alat pencernaan makin


sempurna.

 Minggu ke-6

Persentase perkembangan embrio sudah lebih besar dibanding dari minggu2


sebelumnya. Bentuknya melengkung seperti udang. Pada minggu ini kepala
dan leher sudah mulai muncul, dan mata yang letaknya masih berjauhan juga
sudah ada. Selain itu hidung yang masih berbentuk tonjolan sudah mulai
terlihat walaupun masih kecil. Pada minggu ini juga peredaran darah dan
organ2 penting tubuh seperti ginjal, hati sistem pencernaan sudah mulai
terbentuk.

 Minggu ke-7

Di minggu ini besarnya embrio seukuran kuku jari kelingking atau 1 cm,
tangan sudah mulai ada dan berkembang dengan cepat. Tonjolan-tonjolan yang
di minggu sebelumnya masih tampak pada rangka, pada minggu ini sudah
jelas.

 Minggu ke-8

Secara keseluruhan embrio makin menyerupai bayi. Semua organ tubuh juga
mulai bekerja, meski belum sempurna.

 Minggu ke-9 s.d lahir

 Tahap pronukleus:  inti sperma atau sel telur selama proses pembuahan.


Periode dari permulaan minggu kesembilan hingga lahir dikenal sebagai
periode janin. Periode ini ditandai dengan maturasi jaringan dan organ, dan
pertumbuhan tubuh yang cepat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmiyati M. Sel Dan Senyawa-Senyawa Kimia Sebagai Dasar Kehidupan.


Biokimia [Internet]. 2010;1–228. Available from:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/FARS3212_BIOKIMIA_BAB1-6.pdf

2. Raimundus Chalik. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Modul Bahan Ajar Cetak
Farm. 2012;66:37–9.

3. Sukada K. Gametogenesis Oogenesis Spermatogenesis. Lab Reproduksi Fak


Peternakkan Univ Udayana. 2014;1(1):1–28.

4. Syahruli. Proses Pembentukan, Perkembangan Embrio Manusia Dan Biografi


Mufassir. J Ilmu Kesehat [Internet]. 2006;1(1):14–35. Available from:
http://digilib.uinsby.ac.id/2607/5/Bab 2.pdf

5. Muliani. Siklus Sel. Cycle Cell [Internet]. 2016;2(41):3. Available from:


http://www.jurnal.udayana.ac.id

6. Suberata IW. Fertilisasi, cleveage dan implantasi. 2018;1–23.

7. T.W. Sadler. Medical Embryology Edisi 12. 2012: 27-112

8. Ethel Sloane. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. 2003: 48-51

Anda mungkin juga menyukai