Anda di halaman 1dari 6

Pembentukan Budaya Organisasi

-Setiap organisasi punya visi misi dan filosofi pada awal didirikan
-Organisasi perlu sistem seleksi karyawan yang mampu mengevaluasi apakah
kandidat cocok dengan budaya organisasi
-Komitmen manajemen puncak sangat penting dalam pembentukan dan penguatan
budaya organisasi

Prinsip - Prinsip Membentuk Budaya yang Etis


-Be a visible role model,teladan dari manajemen puncak memberi pengaruh budaya
yang positif
-Communicate Ethical Expectation,elemen etika yang penting harus diseminasi secara
terus menerus
-Provide Etchical Training,Pelatihan untuk mengukur sejauh mana standar etika untuk
bertindak dan mengambil keputusan
-Visibly reward acts and punish unethical ones,memberi penghargaan pada pengaruh
positif dan memberi hukuman pada pengaruh negatif
-Provide protective mechanisms,pimpinan memberikan rapat untuk mendiskusikan
tindakan yang melanggar etika

Brooks L.J. meluncurkan GONE theory untuk menjelaskan seseorang melakukan


tindakan tidak etis

G - Greed,kerakusan untuk memiliki apa yang diinginkan


O - Opportunity to take advantage,kesempatan melakukan tindakan tidak etis
N - Need for whatever is taken,kebutuhan individu yang sangat kuat
E - Expectation of being caught is low,evaluasi seseorang yang menganggap bahwa
kemungkinan perbuatan tersebut diketahui

Sosialisasi Budaya Organisasi


Sosialisasi adalah proses adaptasi karyawan pada budaya organisasi dengan beberapa
tahap
-pertama,proses sosialisasi komunikasi budaya organisasi dilakukan pada saat
sebelum karyawan bekerja,awal karyawan bergabung,serta terjadi perubahan sikap
dan perilaku

Refleksi 16.1
Sistem dan budaya Telkom harus terus dikembangkan agar sesuai dengan tuntutan
dan perubahan bisnis guna mewujudkan cita-cita Telkom untuk terus maju, dicintai
pelanggannya, kompetitif pada industrinya dan menjadi role model bagi perusahaan
lainnya. Sejak 2009 Telkom melakukan tranformasi budaya perusahaan disebut “The
Telkom Way”, dilanjutkan penetapan Arsitektur Kepemimpinan dan Budaya (AKBP)
Perusahaan Telkom Grup pada tahun 2013.
(Sumber: https://panjisatria15.wordpress.com)
Kode Etik Telkom
Setiap tahun, Telkom mengirimkan materi sosialisasi kapada karyawan tentang
pemahaman GCG, etika bisnis, pakta integritas, fraud, manajemen risiko,
pengendalian internal (“SOA”), whistleblowing, pelarangan gratifikasi, tata kelola TI,
menjaga keamanan informasi dan hal-hal lainnya yang terintegrasi terkait dengan
praktik tata kelola perusahaan. Telkom juga menyelenggarakan program survei online
etika bisnis dengan populasi seluruh karyawan melalui media portal/intranet yang
diakhiri dengan pernyataan kesediaan karyawan untuk menjalankan etika bisnis.
Pemahaman dan penerapan etika bisnis berikut hasil survei setiap tahun diaudit secara
internal maupun eksternal melalui proses audit SOA 404. Audit tersebut
dijalankan dalam rangka penerapan control environment sesuai skema kerja
pengendalian internal COSO pada audit pengendalian internal tingkat entitas.
BUDAYA PERUSAHAAN “The Telkom Way” merupakan budaya perusahaan atau
nilai-nilai perusahaan yang dimiliki Telkom sejak tanggal 10 Juni 2013 yang yang
ditetapkan oleh Direksi melalui surat Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, tentang Arsitektur Kepemimpinan dan
Budaya Perusahaan. Selanjutnya pedoman implementasi Budaya Perusahaan di
lingkungan Telkom Group ditetapkan dalam Peraturan Direktur Human Capital &
General Affair Telkom tentang Budaya Perusahaan Telkom Group.

Penetapan budaya perusahaan diatas mengacu pada Konsep pengelolaan Telkom


Group yang didasarkan pada elemen 8S, yaitu Spirituality, Style, Shared
Values, Strategy, Staff, Skill, System, dan Structure.

Secara lengkap budaya perusahaan diformulasikan sebagai berikut:



-Philosophy to be the Best: Always The Best
-Always the Best adalah sebuah basic belief untuk selalu memberikan yang terbaik
dalam setiap pekerjaan. Always the Best memiliki esensi “Ihsa n” yang dalam
pengertian ini diterjemahkan “terbaik”. Setiap insan Telkom Group yang memiliki
spirit Ihsan akan selalu memberikan hasil kerja yang lebih baik dari yang seharusnya,
sehingga sikap ihsan secara otomatis akan dilandasi oleh hati yang ikhlas. Ketika
setiap aktivitas yang di lakukan adalah bentuk dari ibadah kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

-Philosophy to be the Best: Integrity, Enthusiasm, Totality
-Always the Best menuntut setiap insan Telkom Group memiliki integritas
(integrity), antusiasme (enthusiasm), dan totalitas (totality).
-Principles to be the Star: Solid, Speed, Smart
-Principles to be the Star dari The Telkom Way adalah 3S yakni Solid, Speed, Smart
yang sekaligus menjadi core values atau great spirit.
-Solid - Seluruh insan Telkom Group harus memberikan yang terbaik (Always The
Best) dan meningkatkan soliditas di antara seluruh insan Telkom Group sebagai satu
Great Team.
-Speed - Segenap insan Telkom Group harus bekerja cepat dalam setiap kesempatan
untuk memenangkan persaingan. Karena yang cepat akan mengalahkan yang lambat.
-Smart - Seluruh insan Telkom Group dituntut bekerja smart, yaitu memahami tujuan
yang ingin dicapai, menentukan prioritas dan selalu mencari cara baru yang lebih baik
untuk mencapai tujuan.
-Practices to be the Winner: Imagine - Focus – Action
-Practices to be the Winner dari The Telkom Way adalah IFA yakni Imagine, Focus,
Action sekaligus sebagai Key Behaviors.

Jika dikaitkan dengan teori:


Teori Teleologi Berdasarkan Teori Utilitarianisme, suatu tindakan dapat
dikatakan baik apabila membawa manfaat bagi sebanyak-banyaknya anggota
masyarakat. Menurut teori ini etis karena telkom setiap tahun mengirimkan materi
sosialisasi kepada karyawannya terkait dengan tatakelola perusahaan dan telkom juga
menyelenggarakan program survei online etika bisnis dengan seluruh karyawannya
yang berarti seluruh karyawan dapat berpartisipasi dan dapat bermanfaat untuk
menjaga etika telkom tetap positif.

Teori Deontologi, bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya dengan
sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Menurut
Teori ini etis karena dengan karyawan yang mendapatkan materi sosialisasi dan
menyelenggarakan program survei online bertujuan agar karyawan dapat memahami
etika bisnis dengan baik dan benar.

Teori HAM : menurut teori ini etis, karena perusahaan telah menerapkan
ketentuan yang berlaku.

Refleksi 16.2
Kembali membaca ilustrasi bab ini dan identifikasi dengan menggunakan tiga lapisan
bangunan budaya organisasi. Bagian mana yang merupakan asumsi dasar, nilai-nilai,
dan artefak. Jelaskan!

Jawaban:
Budaya organisasi terdiri dari tiga lapisan dengan ilustrasi pada bab ini, yaitu:
a. Asumsi dasar (basic assumptions), filosofi pada poin ke 1 menjadi asumsi dasar
dikarenakan perusahaan diasumsikan melakukan praktik bisnis yang
bertanggungjawab dan etis.

b. Nilai-nilai (values), terdapat pada poin ke 2 dan 3 dikarenakan perusahaan


senantiasa menanamkan nilai-nilai perusahaan kepada karyawan dan memberikan
perhatian pada aspek etika dan berintegritas.

c. Artefak dan simbol (artefacts and symbols), menjadi yang mendasari pada asumsi
dasar dan nilai-nilai yang tercantum pada poin ke 4 dan 5 dikarenakan selama 2015
tidak ada tuduhan apapun atau tindakan hukum terhadap perusahaan terkait dengan
anti persaingan, anti-trust, serta praktik monopoli ataupun korupsi.

Dikaitkan dengan teori etika, sebagai berikut:

• Teologi, merupakan etis dikarenakan semua lapisan tersebut bertujuan baik untuk
perusahaan dan karyawan.

• Deontologi, tidak etis dikarenakan ke-3 lapisan tersebut memiliki kaitan dengan
tujuan dan konsekuensinya

• HAM, merupakan etis dikarenakan bahwa asumsi dasar, nilai-nilai dan artefak telah
mengoptimalkan kinerja karyawan agar perusahaan mencapai tujuannya dan hal ini
juga telah dibuktikan pada poin ke 4 dan 5 bahwa tidak ada tuduhan apapun atau
tindakan hukum terhadap perusahaan terkait dengan anti persaingan, anti-trust, serta
praktik monopoli ataupun korupsi.

• Keutaaman, dianggap etis dikarenakan pada poin ke 2 dan 3, perusahaan senantiasa


menanamkan nilai-nilai perusahaan kepada karyawan dan memberikan perhatian pada
aspek etika dan berintegritas.

• Teonomi, merupaka etis dikarenkan dijalankan sesuai dengan karakter moral yang
diharapkan.

Artikel

Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT Megasari
Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT Megasari
Makmur juga memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis
pengharum ruangan. Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat
nyamuk yang murah dan lebih tangguh untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga
mengekspor produknya ke luar Indonesia.

Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan


ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian,
dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan
menemukan penggunaan pestisida
yang menganggu kesehatan manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan
syaraf, gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan
kanker lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat
berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat
turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat
anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot)
dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan
melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada
tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang
mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara yang
baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.

https://www.kompasiana.com/gandiwijaya/5ca99a04a8bc150ad13ff783/kasus-
pelanggaran-etika-bisnis-oleh-pt-megasari-makmur?page=all

Analisis:
Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan
biasanya terdiri atas tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama
sehingga tindakan atau kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan
perusahaan. Jadi, siapakah yang bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan
bersama-sama itu?

Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan
bebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral bertanggung
jawab. Lain halnya pendapat para kritikus pada pandangan tradisional, yang
menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan
bertindak bersama-sama, tindakan perusahaan mereka dapat dideskripsikan sebagai
tindakan kelompok, dan konsekuensinya tindakan kelompoklah, bukan tindakan
individu, yang mengharuskan kelompok bertanggung jawab atas tindakan tersebut.

Kaum tradisional membantah bahwa, meskipun kita kadang membebankan tindakan


kepada kelompok perusahaan, fakta legal tersebut tidak mengubah realitas moral
dibalik semua tindakan perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara
sukarela dan bebas dalam tindakan bersama dengan orang lain, yang bermaksud
menghasilkan tindakan perusahaan, secara moral akan bertanggung jawab atas
tindakan itu. Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan
“dengan sengaja dan dengan bebas turut dalam tindakan bersama itu” untuk
menghasilkan tindakan perusahaan atau untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang
yang bekerja dalam struktur birokrasi organisasi besar tidak harus bertanggung jawab
secara moral atas setiap tindakan perusahaan yang turut dia bantu, seperti seorang
sekretaris, juru tulis, atau tukang bersih-bersih di sebuah perusahaan. Faktor
ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan dalam organisasi perusahaan
birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan tanggung jawab moral
orang itu.
Penyelesaian Masalah PT.Megasari Makmur dan Tindakan Pemerintah
PT. Megasari Makmur menyanggupi untuk menarik semua produk HIT yang telah
dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk memproduksi produk HIT Aerosol Baru
dengan formula yang telah disempurnakan, bebas dari bahan kimia berbahaya. HIT
Aerosol Baru telah lolos uji dan mendapatkan izin dari Pemerintah. Pada tanggal 08
September 2006 Departemen Pertanian dengan menyatakan produk HIT Aerosol Baru
dapat diproduksi dan digunakan untuk rumah tangga (N0. RI. 2543/9-2006/S).
Sementara itu pada tanggal 22 September 2006 Departemen Kesehatan
jugamengeluarkan izin yang menyetujui pendistribusiannya dan penjualannya di
seluruh Indonesia.

Jika dilihat menurut UU Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999, PT Megarsari


Makmur sudah melanggar beberapa pasal, yaitu:
1. Pasal 4, hak konsumen adalah:
Ayat 1: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa”.
Ayat 3: “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa”.
PT Megarsari tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang adanya
zat-zat berbahaya di dalam produk mereka.Akibatnya, kesehatan konsumen
dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya produksi HIT

Anda mungkin juga menyukai