Anda di halaman 1dari 102

COVER

UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT ATAS AKUN PERSEDIAAN PT A TAHUN 2014

LAPORAN MAGANG

GRACIA MARSHAULINA PANJAITAN


1106075194

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2015

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


HALAMAN JUDUL

UNIVERSITAS INDONESIA

AUDIT ATAS AKUN PERSEDIAAN PT A TAHUN 2014

LAPORAN MAGANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi

GRACIA MARSHAULINA PANJAITAN


1106075194

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2015

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan magang ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Gracia Marshaulina Panjaitan

NPM : 1106075194

Tanda Tangan :

Tanggal : 29 Juni 2015

ii

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR MAGANG

Nama Mahasiswa : Gracia Marshaulina Panjaitan

Nomor Pokok Mahasiswa : 1106075194

Judul Laporan Akhir Magang : Audit atas Akun Persediaan PT A

Tahun 2014

Tanggal : 17 Juni 2015

Pembimbing Laporan Magang : Edward Tanujaya, S.E., M.Sc.

TTD

(Edward Tanujaya, S.E., M.Sc.)

iii

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan magang ini diajukan oleh:


Nama : Gracia Marshaulina Panjaitan
NPM : 1106075194
Program Studi : S1 Akuntansi
Judul Laporan Magang : Audit atas Akun Persediaan PT A Tahun 2014

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Edward Tanujaya, S.E., M.Sc. (…………………….…….)

Ketua Penguji : Christine, S.E., M.Int.Tax. (…………...…………..….)

Anggota : Rafika Yuniasih, S.E., Ak., MSM (…….…………………….)

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 29 Juni 2015

iv

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa, karena hanya karena berkat dari-Nya saja saya dapat menyelesaikan program
magang yang saya jalani selama tiga bulan dan telah mampu menyusun laporan
magang ini hingga selesai.
Laporan magang ini saya tulis sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia, sebagai penutup dari hidup saya sebagai mahasiswa. Tema laporan ini
saya pilih untuk menggabungkan tema kegiatan magang saya, yaitu pengauditan,
dengan topik yang selama ini menjadi minat saya selama masa perkuliahan, yaitu
akuntansi biaya dan manajemen serta inventory management, yang menurut saya
akan sangat berguna bagi saya di dunia kerja nantinya.
Selama perkuliahan hingga penyusunan laporan magang ini selesai, sangat
banyak pihak yang mendukung saya tanpa henti dan tanpa pamrih. Untuk itu, saya
mendedikasikan laporan magang ini kepada:
1. Papa tercinta, Turman Panjaitan, yang selalu tanpa lelah dan tanpa sakit hati
selalu mendukung saya selama masa perkuliahan, yang telah menjadi sosok
ayah sekaligus ibu selama 10 tahun terakhir, yang selalu tidak pernah lupa
mendoakan saya di doa paginya, yang selalu ingin membantu dalam
penulisan laporan magang ini, dan juga Alm. Sariaty Sibarani yang
merupakan sosok ibu yang sangat saya kagumi selama hidup saya.
2. Abang dan kakak tersayang, Yosafat Panjaitan dan Melissa Panjaitan, yang
juga tanpa henti memberikan dukungan dalam segala bentuk serta semangat
selama saya menulis laporan magang ini.
3. Ibu Ruth Suparmi, yang mengasuh saya sejak kecil dan menjadi sosok ibu
kedua sejak ditinggal pergi oleh mama, Alm. Bernadus Risambessy yang
selalu tanpa pamrih mendukung saya selama hidupnya, dan Mas Sadiman
yang setia mengantar jemput dari TK sampai kuliah.
4. Bapak Edward Tanujaya sebagai pembimbing saya selama menjalani
program magang dan penulisan laporan magang ini, serta Ibu Christine dan

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


Ibu Rafika Yuniasih sebagai penguji yang telah memberikan banyak sekali
masukan yang berarti bagi saya dan laporan ini
5. Teman-teman terdekat saya selama perkuliahan, Angela Siboro, Nadesha
Quadonya, Nadhira Ayu Savitri, Nadira Sharlini, Nanette Nafira Ridwan,
Mayang Athira Degesniari, Mutiara Nita Angelo, Ristie Tartini, serta Sherly
Anggraini, yang telah mengisi hari-hari perkuliahan saya penuh dengan
berbagai corak dan warna. Terima kasih banyak untuk sesi-sesi belajar
bersama di markas besar kita, untuk canda tawa yang hampir selalu
membuat saya sakit perut dan bisa melupakan masalah-masalah saya
sejenak, untuk sesi-sesi curhat baik offline maupun online yang sangat
memberikan makna dalam hidup saya, untuk semangat yang diberikan
hingga akhirnya bisa menyelesaikan laporan ini.
6. Geng Pupu Paus, my lovelies. Bernadetta Sekar Oktadema, Cesara
Roesselin, Danuta Alvidiandri, Diana Soeprapto, Janina Maia, Jivanesia
Panjaitan, Jossica Tahardi, Laura Kariono, Monica Jonosewojo, Putri
Moerdani, Rebekka Simatupang, dan Yanamurti Nindya Wiyono, 10 tahun
yang lalu SMP Tarakanita 5 mempertemukan kita dan hingga saat ini saya
selalu sangat amat bersyukur bertemu orang-orang mengesankan seperti
kalian. Kalian sudah menemani saya di titik-titik terendah dan tertinggi di
satu dekade terakhir hidup saya. Tanpa kalian, saya tidak mungkin ada di
sini sekarang. Thank you so very much and I love you guys to eternity.
Here’s to many more years together!
7. Segenap staf pengajar terutama yang mengajar saya dan karyawan FEB UI,
untuk segala ilmu dan bantuan yang secara langsung maupun tidak langsung
sudah diberikan kepada saya selama masa perkuliahan.
8. AIESECers baik di UI maupun di Indonesia, terutama Finance Sisters,
Arindha Purwandari, Gabriella Pella, Ghea Moeis, dan Fitri Rahmasari, dan
juga Management dan Executive Board 1314. Kalian sungguh merupakan
inspirasi dan motivasi saya untuk selalu menjadi lebih baik dan terus keluar
dari comfort zone saya. You guys have trully changed my life.
9. Tim audit PT A dari KAP XYZ, yaitu Nellsen, Metta, Ninditha, Montino,
Gallant, Ghea, dan Cecil, yang meskipun bekerja hingga larut malam dari

vi

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


hari Senin hingga Sabtu, selalu mampu memberikan candaan dan senyuman
sehingga saya merasa sangat nyaman bekerja bersama kalian.
10. Teman-teman seperjuangan magang di KAP XYZ yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, yang sudah saling menyemangati dan berbagi
informasi selama beberapa bulan terakhir ini.
11. Seluruh anggota kepanitiaan acara-acara yang pernah saya ikuti, terutama
IAF, yang sudah memberikan pengalaman tambahan bagi saya serta
mewarnai hidup perkuliahan saya, terutama untuk rekan-rekan divisi
Information and Registration, Indriana Adani, Kaulya, dan Nika Sella.
12. Riani Muchlisa Usman, yang menemani saya dari Singapura hingga Jakarta,
yang menjadi teman saya ketika kebingungan mengurus administrasi ini dan
itu hingga akhirnya bisa berkuliah di FEB UI, yang menjadi teman di awal
perkuliahan ketika saya tidak kenal siapa-siapa. Thank you so much, Aunty!
13. Teman-teman FEB UI yang selama proses penulisan magang ini terus saya
interogasi, terutama Minesally Juva, Muhammad Indra Gunawan, dan
teman-teman sebimbingan, Husnan Rianto dan Theodorus Emil. Terima
kasih banyak dan maaf sudah direpotkan, ya! 
14. Orang-orang hebat yang saya temui pada U-Finance Camp 2015, yang
membangunkan saya dari tidur ketika saya sedang stuck dalam pengerjaan
laporan magang ini dan yang menjadi motivasi utama saya untuk
menyelesaikan laporan magang ini agar dapat mencapai mimpi-mimpi saya.
Tiga hari yang saya habiskan bersama kalian memberikan kesan yang
sangat dalam bagi saya, dan saya bangga sudah mengenal kalian semua.

Mohon maaf jika ada yang belum saya sebutkan. Sekali lagi saya ucapkan terima
kasih kepada semua pihak-pihak di atas. Semoga laporan magang ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun yang membutuhkannya di masa depan. Tuhan
memberkati.
Jakarta, 17 Juni 2015
Penulis,

Gracia Marshaulina Panjaitan


vii

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


KARYA ILM IAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Gracia Marshaulina Panjaitan


NPM : 1106075194
Program Studi : S1 Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jenis karya : Laporan Magang

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

AUDIT ATAS AKUN PERSEDIAAN PT A TAHUN 2014

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2015

Yang menyatakan,

(Gracia Marshaulina Panjaitan)

viii

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


ABSTRAK

Nama : Gracia Marshaulina Panjaitan


Program Studi : Akuntansi
Judul : Audit atas Akun Persediaan PT A Tahun 2014

Laporan ini membahas proses audit yang dilaksanakan oleh KAP XYZ terhadap
akun persediaan PT A untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2014. PT A
adalah perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK). Fokus
pembahasan adalah kebijakan akuntansi dan prosedur audit yang dilakukan oleh
KAP XYZ atas akun persediaan, yang mencakup bahan baku, barang setengah jadi,
barang jadi, dan persediaan lain. Berdasarkan hasil proses audit, saldo akun
persediaan PT A sudah disajikan dengan wajar dan salah saji yang ada tidak bersifat
material. Prosedur audit yang dijalankan tim audit KAP XYZ sudah sesuai dengan
teori dan standar yang berlaku.

Kata kunci:
Audit, persediaan, perusahaan manufaktur

ABSTRACT

Name : Gracia Marshaulina Panjaitan


Major : Accounting
Title : Audit of Inventory Account of PT A for the Period Ended
31 December 2014

This report covers the audit process conducted by KAP XYZ on inventory account
of PT A for the period ended 31 December 2014. PT A is a company that produces
bottled water. The focus is on the accounting treatment and the audit procedure
done by KAP XYZ related to inventory, which includes raw materials, semi-
finished goods, finished goods, and other inventories. Based on the result of the
audit process, PT A’s inventory account balance was presented fairly and any
misstatements were immaterial. The audit procedures conducted by the audit team
from KAP XYZ is in line with the theory and current auditing standards.

Keywords:
Audit, inventory, manufacturing company

ix

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang dan Tujuan Pelaksanaan Magang ................................ 1
1.2 Latar Belakang Tema Laporan Magang ................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang ...................................................... 3
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang .............................. 3
1.5 Pelaksanaan Program Magang .............................................................. 3
1.6 Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................... 6
1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................... 6

BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 8


2.1 Persediaan ............................................................................................. 8
2.1.1 Definisi Persediaan ................................................................... 8
2.1.2 Metode Pengukuran Persediaan ................................................ 8
2.1.3 Teknik Pengukuran Biaya Persediaan ...................................... 9
2.1.4 Siklus Persediaan .................................................................... 10
2.2 Pengauditan ......................................................................................... 11
2.2.1 Definisi Audit ......................................................................... 11
2.2.2 Jenis-jenis Audit ..................................................................... 12
2.2.3 Standar Audit .......................................................................... 12
2.2.4 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit ..................................... 13
2.2.4.1 Tujuan Audit terkait Transaksi ................................. 14
2.2.4.2 Tujuan Audit terkait Saldo Akun .............................. 14
2.2.4.3 Tujuan Audit terkait Penyajian dan Pengungkapan.. 15
2.2.5 Proses Audit ............................................................................ 16
2.2.5.1 Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit .... 17
2.2.5.2 Pelaksanaan Uji Pengendalian (Tests of Control) dan
Uji Substantif atas Transaksi (Substantive Tests of
Transaction) .............................................................. 20
2.2.5.3 Pelaksanaan Prosedur Analitis (Analytical
Procedures) dan Uji Terinci atas Saldo (Tests of
Details of Balances) .................................................. 21

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


2.2.5.4 Penyelesaian Proses Audit dan Penerbitan Laporan
Audit ......................................................................... 21
2.3 Audit atas Persediaan .......................................................................... 22
2.3.1 Perpindahan Fisik dan Biaya Persediaan di dalam Internal
Perusahaan .............................................................................. 23
2.3.2 Observasi Fisik atas Persediaan .............................................. 24
2.3.3 Penentuan Biaya dan Nilai Persediaan ................................... 25

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 27


3.1 Gambaran Umum KAP XYZ .............................................................. 27
3.2 Gambaran Umum PT A ...................................................................... 29
3.2.1 Profil PT A .............................................................................. 29
3.2.2 Jenis-jenis Persediaan PT A .................................................... 32
3.2.3 Proses terkait Persediaan Perusahaan ..................................... 33
3.2.4 Kebijakan Akuntansi terkait Persediaan ................................. 36

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS......................................................... 39


4.1 Gambaran Umum Proses Audit KAP XYZ ........................................ 39
4.2 Perencanaan Audit .............................................................................. 39
4.2.1 Persiapan Perencanaan ............................................................ 40
4.2.2 Prosedur Awal Perencanaan ................................................... 41
4.2.3 Identifikasi Risiko ................................................................... 42
4.2.4 Penyusunan Strategi, Pendekatan, dan Rencana Audit ........... 44
4.2.5 Penyelesaian Rencana Audit ................................................... 49
4.3 Audit Lapangan ................................................................................... 50
4.3.1 Pemahaman dan Evaluasi atas Proses Bisnis dan Kegiatan
Pengendalian terkait Siklus Persediaan PT A ......................... 50
4.3.2 Menyiapkan Lead Schedule .................................................... 51
4.3.3 Tests of Controls ..................................................................... 52
4.3.3.1 Rekonsiliasi Perpindahan Barang Sudah Dilakukan
dengan Benar ............................................................ 53
4.3.3.2 Barang yang Rusak atau Usang Sudah Diidentifikasi
55
4.3.3.3 Produksi Barang Jadi yang Dicatat di Sistem Sudah
Sesuai dengan Dokumen Pendukung........................ 56
4.3.3.4 Suku Cadang Dihitung Secara Berkala dan Nilainya
Diukur dengan Benar ................................................ 57
4.3.3.5 Perubahan Biaya Standar di Sistem Sudah Sesuai
dengan Dokumen yang Disetujui.............................. 58
4.3.3.6 Sistem Mencatat Varians atas Persediaan Berdasarkan
Akun-Akun yang Telah Ditentukan.......................... 59
4.3.3.7 Barang yang Diterima Dicocokkan dengan Dokumen
Penerimaan yang Sudah Terotorisasi........................ 59
4.3.4 Tests of Details........................................................................ 60
4.3.4.1 Pengujian Rekonsiliasi Persediaan ........................... 61
4.3.4.2 Memahami dan Mengevaluasi Kebijakan Akuntansi
untuk Persediaan ....................................................... 62
4.3.4.3 Observasi Fisik Persediaan ....................................... 65

xi

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


4.3.4.4 Menguji Cutoff Penerimaan Persediaan.................... 67
4.3.4.5 Menguji Pengukuran Persediaan pada Nilai Realisasi
Neto atau NRV ......................................................... 68
4.3.4.6 Menilai Kewajaran dari Provisi atas Persediaan ...... 69
4.3.4.7 Menguji Proses Rollforward Akhir Tahun untuk
Persediaan ................................................................. 70
4.4 Penyelesaian dan Pelaporan Hasil Audit............................................. 71
4.4.1 Memperbarui Peninjauan Awal .............................................. 71
4.4.2 Pelaporan Hasil Audit ............................................................. 72
4.5 Analisis................................................................................................ 73

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 78


5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 78
5.2 Saran.................................................................................................... 79

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................ 82


LAMPIRAN .......................................................................................................... 83

xii

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ketentuan Provisi Suku Cadang berdasarkan Aging Analysis ...... 38
Tabel 4.1 Risiko Bisnis PT A yang Signifikan dan Tinggi ........................... 44
Tabel 4.2 Saldo Sub-Akun Persediaan PT A pada 31 Desember 2014......... 52
Tabel 4.3 Pengendalian yang Diuji serta Tujuan Audit yang Dicapai .......... 53
Tabel 4.4 Penentuan Jumlah Sampel untuk Pengujian Pengendalian ........... 55
Tabel 4.5 Perbandingan Saldo Trial Balance dengan Listing ....................... 62
Tabel 4.6 Perhitungan Persentase Provisi terhadap Saldo Persediaan
Suku Cadang ................................................................................. 69
Tabel 4.7 Perbandingan Kebijakan Akuntansi PT A atas Persediaan
dengan PSAK No. 14 (Revisi 2008) tentang Persediaan .............. 73
Tabel 4.8 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Perencanaan Audit .... 75
Tabel 4.9 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Audit Lapangan ........ 76
Tabel 4.10 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Penyelesaian Audit ... 76

xiii

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan ......................................... 11


Gambar 2.2 Tahapan Proses Audit atas Laporan Keuangan ............................. 16
Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan PT A .......................................................... 30
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT A .............................................................. 31

xiv

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kertas Kerja Risk Assessment Analytics – Balance Sheet ............. 83


Lampiran 2 Kertas Kerja Lead Schedule Persediaan ........................................ 84
Lampiran 3 Kertas Kerja Pemahaman Kebijakan Akuntansi Persediaan
– Uji Alokasi Varians .................................................................... 86

xv

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


1. BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan Pelaksanaan Magang


Saat ini, berbagai teknologi komunikasi dan transportasi semakin mendukung
perkembangan proses globalisasi di dunia. Seiring dengan dunia yang semakin
terintegrasi dan berkembang pesat, perusahaan memiliki tuntutan yang lebih tinggi
untuk dapat berkembang secepat perkembangan dunia agar dapat tetap bersaing. Di
lain pihak, perusahaan dapat berjalan karena adanya sumber daya manusia di
dalamnya yang menjadi tulang punggung perusahaan. Oleh karena itu, untuk dapat
tetap kompetitif, perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi untuk dapat memastikan hal tersebut, baik dari segi hard skill dan soft skill.

Sayangnya, pada kenyataannya, sebagian besar lulusan perguruan tinggi Indonesia


masih kurang memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang telah dipelajarinya selama masa perkuliahan, terutama pada awal masa kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU)
pada tahun 2012 di empat negara ASEAN, termasuk Indonesia, pendidikan tinggi
tidak lagi dapat menjadi jaminan mutlak bahwa kemampuan calon pencari kerja
sesuai dengan standar kemampuan yang dibutuhkan oleh industri. Salah satu
penyebabnya adalah banyaknya perguruan tinggi yang masih gagal dalam
menghubungkan pembelajaran teoritis dengan kemampuan praktek yang akan
menjadi relevan untuk karier mahasiswa di masa depan. Oleh karena itu, banyak
perusahaan yang mengeluh bahwa masih banyak lulusan perguruan tinggi yang
kurang memiliki kemampuan soft skill seperti berpikir kritis, kepemimpinan, dan
kemampuan bahasa asing.

Untuk itu, Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas


Indonesia menyediakan mata kuliah program magang sebagai salah satu opsi tugas
akhir yang menjadi syarat kelulusan bagi mahasiswanya. Melalui program ini,
mahasiswa diberikan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkannya selama masa perkuliahan dalam situasi dunia kerja yang nyata dan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


2

sekaligus mendapatkan pengalaman dunia kerja yang mungkin akan dihadapinya di


masa depan.

Di sisi lain, bagi perusahaan, program magang ini juga tentunya memberikan
keuntungan. Untuk melakukan proses seleksi dan rekrutmen, perusahaan
membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit, baik waktu, tenaga, maupun biaya,
untuk melakukan promosi, mengadakan kegiatan-kegiatan seleksi, serta melakukan
pelatihan bagi karyawan baru. Kesalahan dalam merekrut pegawai baru dengan
kinerja buruk yang kemudian menyebabkan tingkat turnover yang tinggi tentunya
akan merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dapat menggunakan
program magang ini sebagai tahap percobaan sebelum melakukan rekrutmen resmi
bagi calon pegawai yang potensial. Pada akhir masa magang, perusahaan kemudian
dapat memberikan penilaian atas kinerja peserta magang dan kemudian
menentukan kelayakan peserta magang untuk diangkat menjadi pegawai. Selain itu,
program magang juga memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk
memperkenalkan perusahaan kepada para calon pegawai serta menjaring
mahasiswa-mahasiswa berpotensi sebelum direkrut oleh perusahaan lain.

1.2 Latar Belakang Tema Laporan Magang


Selama menjalani program magang, kegiatan magang dilaksanakan dengan
membantu melaksanakan proses audit untuk beberapa klien. Salah satunya adalah
PT A yang merupakan sebuah perusahaan manufaktur, tepatnya yang memproduksi
dan mendistribusikan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Sebagai perusahaan
manufaktur, PT A memiliki jumlah persediaan yang nilainya cukup signifikan jika
dibandingkan dengan total aset perusahaan. Nilai persediaan yang besar ini
disebabkan oleh jumlah persediaan yang cukup banyak serta nilai atau harga dari
persediaan PT A sendiri, terutama yang berbentuk bahan baku, yang cukup tinggi.

Dengan besarnya nilai persediaan perusahaan, salah saji yang material pada akun
persediaan akan berdampak cukup besar dalam pada laporan keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, proses audit atas akun persediaan PT A menjadi sangat penting
untuk dilakukan dengan teliti dan sesuai standar. Dengan pertimbangan keterlibatan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


3

yang cukup tinggi dalam proses audit atas akun persediaan PT A dibandingkan
untuk akun lainnya, topik yang dipilih untuk diangkat menjadi topik laporan
magang ini adalah audit atas akun persediaan PT A untuk periode yang berakhir
pada 31 Desember 2014.

1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang


Penulisan laporan magang ini bertujuan untuk:
a. Memahami dan menganalisis proses audit atas akun persediaan PT A yang
diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) XYZ.
b. Memberikan gambaran umum tentang kegiatan yang dilakukan selama
menjalani program magang yang diselenggarakan oleh KAP XYZ.
c. Memenuhi persyaratan kelulusan untuk mata kuliah magang sebagai tugas
akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang


Program magang ini diikuti di KAP XYZ, yang kantornya berada di wilayah
Jakarta, secara spesifik pada divisi Consumer Industrial Product and Services,
Technology, Information, Communications, and Entertainment Media (CIPS-
TICE). Klien-klien KAP XYZ yang berada di bawah divisi ini adalah perusahaan-
perusahaan yang bergerak di industri manufaktur, teknologi, informasi,
komunikasi, hiburan, dan industri-industri lain yang tidak termasuk dalam dua
divisi lainnya, yaitu divisi Energy, Utility, and Mining (EUM) yang menangani
klien di industri energi, utilitas, dan pertambangan, dan divisi Financial Services
(FS) yang menangani klien di industri keuangan seperti perbankan dan asuransi.
Program magang yang dijalani dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari tanggal
5 Januari 2015 hingga 3 April 2015.

1.5 Pelaksanaan Program Magang


Dalam menjalani periode tiga bulan tersebut, kegiatan program magang yang
diikuti melibatkan proses audit atas tiga klien KAP XYZ dengan posisi sebagai
Vocational Employee (VE). Audit untuk setiap klien masing-masing dilakukan oleh
satu engagement team. Kegiatan program magang ini dijalani di bawah bimbingan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


4

dan pengawasan satu atau dua orang Senior Associate serta manajer atau asisten
manajer yang bertanggung jawab dalam tim tersebut.

Kegiatan terkait proses audit yang dilakukan untuk masing-masing klien selama
program magang ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk PT A, tugas yang dijalankan adalah melakukan pemeriksaan atas
sampel dokumen-dokumen pendukung (proses vouching) untuk beberapa
akun, membantu mengolah data di Microsoft Excel untuk melengkapi kertas
kerja audit, membuat ringkasan atau summary kontrak dan rapat, serta
memeriksa kembali kesesuaian angka pada laporan keuangan dengan
melakukan footing. Dalam hal ini, proses audit dilakukan atas PT A dan
kedua anak perusahaannya, PT B dan PT C, untuk keperluan pelaporan dan
konsolidasi ke DEF Group yang berbasis di salah satu negara di Eropa. DEF
Group sendiri diaudit oleh KAP afiliasi KAP XYZ di negara kedudukannya
tersebut, sehingga hasil audit KAP XYZ atas PT A sebagai salah satu
Commercial Business Unit (CBU) DEF Group di Indonesia akan kemudian
dilaporkan kepada afiliasi KAP XYZ di negara tersebut. Penugasan untuk
membantu proses audit atas PT A ini dijalankan selama empat minggu sejak
awal program magang dimulai.

b. Untuk Grup Q, yang merupakan konsolidasian dari beberapa perusahaan


yang bergerak di industri perkebunan kelapa sawit, penugasan untuk
membantu proses audit dijalankan selama lima minggu. Namun, ketika
mulai ditugaskan untuk klien ini, proses audit sudah mencapai tahap
penyelesaian audit atau audit completion, yaitu tahap pelaporan laporan
keuangan atau reporting. Selama lima minggu, kegiatan yang dilakukan
mencakup menyiapkan worksheet final yang kemudian digunakan untuk
menyusun laporan keuangan, menyusun laporan keuangan perusahaan,
melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan akurasi angka serta huruf
(proses callover) pada laporan keuangan, serta membantu dalam proses
subsequent event review.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


5

c. Untuk Organisasi R, yang merupakan sebuah organisasi internasional yang


memberikan pendanaan bagi negara-negara, terutama negara berkembang,
untuk berusaha mengatasi penyakit AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria,
penugasan dilakukan untuk membantu proses audit atas beberapa lembaga
pemerintah penerima dana dari Organisasi R. Klien ini sebenarnya
merupakan klien di bawah divisi Internal Audit Services (IAS) dan
penugasan ini berlangsung selama empat minggu hingga akhir program
magang. Divisi IAS merupakan divisi yang cukup baru di bawah KAP XYZ.
Namun, berbeda dengan divisi CIPS-TICE, EUM, dan FS yang umumnya
menangani audit atas laporan keuangan, divisi IAS memberikan jasa audit
atas penerapan kontrol internal klien yang ditangani, untuk kemudian
memberikan laporan atas efektivitas penerapan kontrol internal klien
tersebut serta memberikan masukan untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ditemukan.

Selama ditugaskan pada divisi ini, dilakukan pemeriksaan sampel


dokumen-dokumen pendukung (vouching) serta melengkapi kertas kerja
audit. Berbeda dengan proses audit untuk klien audit atas laporan keuangan,
vouching dalam proses internal audit terlihat lebih komprehensif dengan
digunakannya hampir seluruh objektif audit untuk setiap tests of controls.
Hal ini disebabkan karena, berbeda dengan tujuan audit atas laporan
keuangan yang hanya ingin memastikan tidak ada salah saji yang material,
audit internal bertujuan untuk mencari kekurangan atau kelemahan dalam
penerapan internal kontrol untuk kemudian dilaporkan sebagai masukan
bagi klien, sehingga bukan hanya salah saji yang melebihi tingkat
materialitas saja yang dicari dan dilaporkan.

Dalam melakukan tugas selama program magang, setiap peserta program magang
diberi akses pada sistem audit berbasis komputer yang digunakan oleh KAP XYZ
untuk membantu proses audit, yaitu XYZ Software. Sistem ini digunakan oleh
seluruh KAP afiliasi KAP XYZ di negara-negara lain. Dengan XYZ Software,
proses audit lebih terotomatisasi dan terorganisir. Namun, sistem ini belum

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


6

diterapkan untuk divisi IAS, sehingga kertas kerja yang dipakai oleh divisi IAS
masih menggunakan sistem manual, yaitu dengan membuat file Microsoft Excel
secara manual yang kemudian juga disebarkan ke anggota engagement team secara
manual pula.

Dengan pertimbangan ketersediaan data dan besarnya keterlibatan dalam proses


audit, PT A kemudian dipilih sebagai objek untuk penulisan laporan magang ini.

1.6 Ruang Lingkup Penulisan


Dalam laporan magang ini akan dibahas proses audit atas akun persediaan pada PT
A yang merupakan produsen dan distributor Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Rumusan masalah yang diangkat dalam laporan magang ini adalah:


- Bagaimana prosedur pengauditan yang diterapkan KAP XYZ terkait
persediaan PT A?

Laporan magang ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai proses


pengauditan atas akun persediaan sebuah perusahaan manufaktur.

1.7 Sistematika Penulisan


Laporan magang ini terbagi menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
a. BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas latar belakang dan tujuan pelaksanaan magang,
latar belakang tema laporan magang, tujuan penulisan laporan magang,
tempat dan waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan program magang,
ruang lingkup penulisan laporan magang, serta sistematika penulisan
laporan magang.

b. BAB 2: LANDASAN TEORI


Bab ini akan memaparkan landasan teori dan konsep-konsep terkait tema
yang diambil, yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


7

pembahasan dan analisis atas praktik proses audit yang dilakukan selama
menjalani program magang.

c. BAB 3: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Bab ini akan memberikan gambaran umum mengenai KAP XYZ sebagai
tempat program magang, serta mengenai profil PT A dan kebijakan
akuntansi yang diterapkan PT A khususnya untuk persediaan.

d. BAB 4: PEMBAHASAN DAN ANALISIS


Bab ini akan membahas mengenai tema yang diangkat dalam laporan
magang ini, yaitu prosedur audit yang diterapkan oleh KAP XYZ atas akun
persediaan pada PT A untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2014.
Selanjutnya akan ada analisis kesesuaian praktik pengauditan yang
diterapkan melalui perbandingan dengan teori serta standar-standar
pengauditan yang berlaku.

e. BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini akan memberikan ringkasan atau kesimpulan dari seluruh
pembahasan dalam laporan magang ini, serta memberikan saran dan
masukan terkait permasalahan yang ditemukan.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


2. BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Persediaan
2.1.1 Definisi Persediaan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 (Revisi 2008)
tentang persediaan, persediaan adalah aset yang:
a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
b. dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.

Dengan kata lain, barang yang termasuk dalam kategori persediaan dapat meliputi
barang jadi (finished goods), barang setengah jadi (work-in-process), maupun
bahan baku (raw materials). Pengertian ini sejalan dengan definisi dari persediaan
menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) yang menyebutkan bahwa
persediaan adalah komponen aset yang disimpan oleh perusahaan dengan tujuan
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan, atau barang-barang yang
akan digunakan atau dikonsumsi perusahaan dalam memproduksi barang untuk
kemudian dijual.

2.1.2 Metode Pengukuran Persediaan


PSAK No. 14 (Revisi 2008) menetapkan bahwa “persediaan harus diukur
berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah”, atau yang
biasa disebut sebagai metode lower-of-cost-or-net realizable value (LCNRV). Nilai
realisasi neto sendiri didefinisikan sebagai “estimasi harga jual dalam kegiatan
usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang
diperlukan untuk membuat penjualan”, atau dengan kata lain, jumlah neto yang
diharapkan sebuah entitas dapat terealisasi melalui penjualan persediaan tersebut
dalam kondisi kegiatan usaha biasa.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


9

Biaya persediaan harus meliputi seluruh komponen berikut, yaitu:


a. biaya pembelian,
b. biaya konversi, dan
c. biaya lain yang timbul hingga persediaan berada dalam kondisi dan lokasi
saat ini, atau present location and condition.

2.1.3 Teknik Pengukuran Biaya Persediaan


Teknik pengukuran biaya persediaan seperti metode biaya standar (standard
costing) atau metode eceran dapat digunakan apabila hasil pengukurannya
menghasilkan nilai yang mendekati biaya historis (historical cost). Biaya standar
diukur dengan memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan, perlengkapan,
dan tenaga kerja, serta efisiensi dan utilisasi dari kapasitas yang ada. Biaya standar
sebaiknya dianalisis secara berkala dan jika perlu direvisi untuk menyesuaikan
dengan kondisi terbaru.

Berdasarkan PSAK No. 14 (Revisi 2008), ada beberapa metode penilaian biaya
persediaan yang dapat digunakan oleh sebuah entitas, antara lain metode:
a. Identifikasi Khusus (Specific Identification)
Metode ini digunakan untuk mengukur biaya khusus untuk persediaan yang
tidak dapat digantikan dengan persediaan lain (not ordinary
interchangeable), serta untuk barang atau jasa yang diproduksi dan
disisihkan untuk proyek tertentu. Untuk jenis persediaan ini, perusahaan
perlu mengidentifikasi dan mengatribusikan biaya-biaya tertentu ke unit
persediaan tertentu.

b. Biaya Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First-In-First-Out


(FIFO)
Metode ini memiliki asumsi bahwa unit persediaan yang lebih dahulu dibeli
juga akan terlebih dahulu digunakan (dalam proses produksi) atau dijual.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


10

c. Rata-rata Tertimbang (Average Cost)


Dengan metode ini, biaya setiap unit persediaan dinilai berdasarkan rata-
rata tertimbang dari unit persediaan yang serupa di awal periode dengan
biaya unit persediaan yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama masa
periode pencatatan. Perusahaan dapat melakukan perhitungan rata-rata
tertimbang sesuai dengan metode pencatatan persediaan yang digunakan,
baik periodic maupun perpetual. Jika perusahaan melakukan pencatatan
secara berkala (periodic), perusahaan akan menggunakan moving-average
method. Namun, jika perusahaan menerapkan pencatatan secara langsung
untuk setiap penerimaan persediaan (perpetual), perusahaan dapat
menggunakan weighted-average method.

Perusahaan diharuskan untuk menggunakan rumus biaya yang sama, baik MPKP
atau rata-rata tertimbang, atas semua persediaan yang sifat dan kegunaannya sama.
Jika persediaan memiliki sifat serta kegunaan yang berbeda, perusahaan
diperbolehkan untuk menggunakan rumus biaya yang berbeda untuk jenis
persediaan tersebut.

2.1.4 Siklus Persediaan


Siklus persediaan terdiri dari dua sistem utama yang sangat berkaitan erat, yaitu
sistem terkait fisik dari persediaan (physical flow of goods) dan sistem terkait biaya-
biaya yang menyangkut persediaan (Arens, Elder, dan Beasley, 2014). Bagi
perusahaan manufaktur pada umumnya, alur proses dalam siklus persediaan dapat
dilihat dalam Gambar 2.1.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


11

Proses pemesanan (purchase orders)

Penerimaan bahan baku

Penyimpanan bahan baku

Proses produksi barang jadi

Penyimpanan barang jadi

Pengiriman barang jadi

Gambar 2.1 Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan


Sumber: Arens, Elder, dan Beasley (2014) (telah diolah kembali)

2.2 Pengauditan
2.2.1 Definisi Audit
Arens, Elder, dan Beasley (2014) menyatakan bahwa audit adalah proses
pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk dapat
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang ada dengan
kriteria yang telah ditentukan. Pengauditan seharusnya hanya dilakukan oleh orang
yang memiliki kompetensi yang memadai serta bersifat independen.

Audit sangat berkaitan erat dengan jasa assurance. Jasa assurance dapat
didefinisikan sebagai jasa profesional yang independen, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas informasi yang akan dipakai oleh pengambil keputusan,
misalnya pihak manajemen atau pemegang saham. Salah satu jenis jasa assurance
adalah jasa atestasi, yaitu jasa yang ditawarkan oleh akuntan publik dalam bentuk
laporan terkait hal atau asersi tertentu yang dibuat oleh pihak lain. Salah satu contoh
jasa atestasi adalah audit atas laporan keuangan. Akuntan publik memberikan jasa
atestasi ini dengan cara menerbitkan sebuah laporan atau memberikan opini terkait
laporan keuangan yang telah disiapkan oleh pihak manajemen perusahaan.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


12

2.2.2 Jenis-jenis Audit


Secara umum, akuntan publik biasanya melalukan tiga jenis audit, yaitu audit
operasional (operational audit), audit kepatuhan (compliance audit), dan audit atas
laporan keuangan (financial statement audit) (Arens, Elder, dan Beasley, 2014).
Audit operasional bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi serta efektivitas dari
prosedur dan metode operasional sebuah perusahaan atau entitas. Hasil akhir yang
dinginkan manajemen perusahaan dari proses audit operasional adalah masukan
dan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Audit
kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah entitas sudah mengikuti prosedur,
peraturan, atau regulasi tertentu yang telah ditentukan oleh otoritas yang lebih
tinggi, misalnya peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jenis audit ketiga, audit
atas laporan keuangan, dilaksanakan untuk menentukan apakah penyajian laporan
keuangan sebuah entitas sudah sesuai dengan kriteria tertentu, misalnya Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia. Laporan ini akan
membahas proses audit untuk jenis ini.

2.2.3 Standar Audit


Standar audit adalah pedoman atau acuan umum yang dibuat untuk membantu
auditor untuk memenuhi kewajiban profesionalnya dalam melakukan audit atas
laporan keuangan. International Standards on Auditing (ISA) merupakan sebuah
standar audit yang berlaku secara internasional. ISA diterbitkan oleh International
Auditing and Assurance Standard Board (IAASB) di bawah International
Federation of Accountant (IFAC), sebuah organisasi internasional untuk profesi
akuntan.

Di Indonesia, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengeluarkan standar audit


sebagai pedoman dalam pemberian jasa oleh para akuntan publik, yaitu Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP). SPAP mencakup kode etik akuntan publik
dan lima standar yang terdiri dari standar audit, standar atestasi, standar jasa
akuntansi dan review, standar jasa konsultasi dan standar jasa pengendalian mutu.
SPAP yang berlaku saat ini berpedoman pada ISA, dan Indonesia mengadopsi ISA

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


13

sebagai standar audit laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.

Dalam laporan magang ini, audit atas laporan keuangan dilaksanakan dengan
mengikuti Standar Audit (SA) dalam SPAP. Standar audit (SA) dapat dibagi
menjadi tiga standar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar
pelaporan.

2.2.4 Asersi Manajemen dan Tujuan Audit


ISA 200 menyatakan bahwa dalam melakukan audit atas laporan keuangan, tujuan
utama auditor adalah untuk memperoleh keyakinan yang mencukupi (reasonable
assurance) bahwa laporan keuangan secara keseluruhan terbebas dari salah saji
yang material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, sehingga
memungkinkan auditor dalam memberikan pendapat apakah laporan keuangan
yang disajikan, dalam segala hal yang material, telah sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Yang perlu ditekankan adalah bahwa auditor
diminta memberikan keyakinan yang mencukupi, bukan keyakinan yang mutlak.

Laporan keuangan sebuah perusahaan diterbitkan sesuai dengan asersi manajemen.


Asersi didefinisikan sebagai pernyataan atau representasi oleh pihak manajemen,
baik secara implisit maupun eksplisit, yang tertanam dalam atau merupakan bagian
dari laporan keuangan (Tuanakotta, 2013). Menurut ISA 315, risiko salah saji yang
material dapat terjadi pada tiga tingkat asersi manajemen, yaitu pada jenis transaksi,
saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan. Untuk dapat menguji asersi
manajemen, auditor kemudian mengembangkan tujuan audit berdasarkan ketiga
tingkat asersi tersebut, dengan maksud untuk memberikan kerangka yang akan
membantu auditor dalam mengumpulkan bukti audit yang cukup. Oleh karena itu,
tujuan audit dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tujuan audit terkait transaksi,
tujuan audit terkait saldo akun, dan tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


14

2.2.4.1 Tujuan Audit terkait Transaksi


Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2014), tujuan audit terkait transaksi
(transaction-related audit objectives) terdiri dari:
a. Occurence
Auditor memastikan transaksi dan peristiwa yang dicatat benar-benar
terjadi, dan terjadi pada entitas tersebut.
b. Completeness
Auditor memastikan seluruh transaksi dan peristiwa yang seharusnya
dicatat oleh entitas, sudah dicatat.
c. Accuracy
Auditor memastikan angka, jumlah, serta data lain yang menyangkut
transaksi dan peristiwa yang dicatat memang sudah tercatat dengan benar
dan akurat.
d. Posting and Summarization
Auditor memastikan jurnal terkait transaksi dan peristiwa telah tercatat
secara tepat ke buku besar, buku besar pembantu, serta master file lainnya.
e. Classification
Auditor memastikan transaksi dan peristiwa dicatat pada klasifikasi akun
yang tepat.
f. Timing
Auditor memastikan transaksi dan peristiwa telah dicatat pada waktu dan
periode yang tepat.

2.2.4.2 Tujuan Audit terkait Saldo Akun


Tujuan audit terkait saldo akun (balance-related audit objectives) juga dapat
dikaitkan dengan asersi manajemen pada tingkat saldo akun. Tujuan audit terkait
saldo akun, menurut Arens, Elder, dan Beasley (2014), terdiri dari:
a. Existence
Auditor memastikan bahwa jumlah yang tercatat memang seharusnya
termasuk dalam saldo akun terkait.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


15

b. Completeness
Auditor memastikan seluruh nilai yang seharusnya tercatat sudah masuk ke
dalam saldo akun tersebut.
c. Accuracy
Auditor memastikan nilai yang termasuk dalam saldo sudah akurat secara
matematis.
d. Classification
Auditor memastikan nilai yang termasuk dalam saldo akun sudah
diklasifikasikan ke dalam akun yang benar.
e. Cutoff
Auditor memastikan transaksi-transaksi telah tercatat dan termasuk dalam
saldo pada periode yang tepat
f. Detail Tie-In
Auditor harus memastikan bahwa seluruh detail dari saldo akun sudah
sesuai dengan yang tertera pada master file, hasil penjumlahan (footing)
pada saldo akun, dan juga jumlah pada buku besar.
g. Realizable Value
Auditor memastikan bahwa saldo akun sudah tercatat sesuai dengan nilai
realisasi neto, terutama untuk akun-akun yang mengalami penurunan nilai.
h. Rights and Obligations
Auditor memastikan bahwa aset benar-benar dimiliki oleh perusahaan.
Liabilitas juga harus benar-benar merupakan kewajiban dari perusahaan
tersebut.

2.2.4.3 Tujuan Audit terkait Penyajian dan Pengungkapan


Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2014), tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan (presentation and disclosure-related audit objectives) terdiri dari:
a. Occurence and Rights and Obligations
Auditor memastikan bahwa seluruh transaksi dan peristiwa yang
diungkapkan dalam laporan keuangan memang terjadi dan memang
berkaitan dengan perusahaan tersebut.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


16

b. Completeness
Auditor memastikan bahwa semua pengungkapan yang perlu dicantumkan
memang sudah disajikan dalam laporan keuangan.
c. Classification and Understandability
Auditor memastikan bahwa informasi keuangan sudah dicantumkan dan
diklasifikasikan dengan benar dalam laporan keuangan, dan pengungkapan
lainnya telah disajikan dengan jelas.
d. Accuracy and Valuation
Auditor memastikan bahwa informasi keuangan serta informasi lainnya
diungkapkan wajar dan benar.

2.2.5 Proses Audit


Auditor perlu mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti audit untuk dapat
mencapai tujuan audit. Untuk itu, auditor memerlukan proses audit yang tepat.
Proses audit adalah serangkaian metodologi yang terstruktur untuk mengatur
keseluruhan audit yang akan membantu memastikan bahwa bukti audit yang
dikumpulkan layak dan memadai (Arens, Elder, dan Beasley, 2014). Secara garis
besar, proses audit terbagi menjadi empat tahap, seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Tahap 1
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit dengan pendekatan penilaian risiko

Tahap 2
Pelaksanaan uji pengendalian (tests of control) dan uji substantif atas transaksi (substantive
tests of transaction)

Tahap 3
Pelaksanaan prosedur analitis (analytical procedures) dan uji terinci atas saldo (tests of
details of balances)

Tahap 4
Penyelesaian proses audit dan penerbitan laporan audit

Gambar 2.2 Tahapan Proses Audit atas Laporan Keuangan


Sumber: Arens, Elder, dan Beasley (2014) (telah diolah kembali)

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


17

Tahap pertama merupakan dasar awal yang penting bagi auditor untuk melakukan
tahapan berikutnya. Pada umumnya tahap kedua dan ketiga disebut secara kolektif
sebagi audit lapangan atau audit fieldwork. Setelah itu, proses audit memasuki tahap
keempat, yaitu penyelesaian dan pengambilan kesimpulan atas seluruh proses audit.

2.2.5.1 Perencanaan dan Perancangan Pendekatan Audit


Arens, Elder, dan Beasley (2014) membagi tahap ini menjadi 8 kegiatan, yaitu:
a. Menerima klien dan melakukan perencanaan awal audit
Menurut International Standard on Quality Control (ISQC) 1.26, KAP
perlu menetapkan prosedur untuk menerima dan melanjutkan hubungan
dengan klien untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa KAP hanya
akan melanjutkan perikatan audit jika KAP memiliki kompetensi dan
sumber daya yang mencukupi untuk melakukan perikatan audit, mampu
mematuhi standar etika yang ditentukan, serta telah membuat pertimbangan
bahwa integritas klien tidak dipertanyakan. Selain dalam hal perikatan audit
baru atau perikatan audit yang sudah ada, ISQC 1.27 juga menjelaskan
bahwa KAP juga wajib melakukan pertimbangan dalam penerimaan
perikatan audit apabila ada potensi benturan kepentingan dengan klien baru
atau lama, maupun jika ditemukan masalah-masalah.

Setelah menerima sebuah perikatan audit, ISA 210.10 mewajibkan auditor


untuk mendokumentasikan syarat-syarat perikatan audit yang telah disetujui
dalam surat perikatan audit atau audit engagement letter, yang perlu
mencantumkan tujuan dan lingkup audit, tanggung jawab auditor dan
manajemen, kerangka pelaporan keuangan yang akan digunakan dalam
pembuatan laporan keuangan, serta referensi bentuk dan isi laporan yang
perlu diterbitkan oleh auditor. Audit engagement letter harus direvisi apabila
terjadi perubahan keadaan, misalnya perubahan syarat perikatan audit,
perubahan struktur manajemen perusahaan, atau perubahan signifikan
dalam struktur kepemilikan perusahaan (Tuanakotta, 2013).

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


18

Kemudian, auditor perlu merancang strategi audit yang tepat, termasuk


memilih staf atau anggota untuk tim perikatan audit (engagement team) dan
mengevaluasi kebutuhan akan spesialis eksternal, seperti penilai atau
aktuaris.

b. Memahami bisnis dan industri klien


Auditor perlu melakukan penilaian risiko (risk assessment) sebelum
memulai prosedur audit. Menurut ISA 315, auditor perlu mendapatkan
pemahaman tentang:
- Industri dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi klien
- Sifat entitas klien, termasuk operasi, struktur kepemilikan dan tata
kelola, investasi, serta struktur pemodalan dan pendanaan entitas
- Kebijakan akuntansi yang digunakan klien
- Tujuan dan strategi perusahaan klien
- Pengukuran dan ulasan atas kinerja keuangan perusahaan

c. Menilai risiko bisnis klien


Auditor dapat menggunakan informasi yang didapat setelah melakukan
pemahaman atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis yang
dapat membuat klien tidak mampu mencapai tujuan perusahaannya. Risiko
ini dapat mempengaruhi besarnya risiko salah saji material dalam laporan
keuangan klien.

d. Melakukan prosedur analitis awal


Auditor dapat melakukan prosedur analitis dasar dengan membandingkan
kinerja keuangan perusahaan klien dengan kinerja industri atau kompetitor,
dengan kinerja klien periode sebelumnya, dengan ekspektasi auditor,
maupun dengan ekspektasi klien. Pembanding kinerja yang biasa digunakan
adalah rasio-rasio keuangan. Kegiatan ini akan membantu auditor untuk
mendapatkan pemahaman lebih jauh tentang bisnis dan risiko bisnis klien.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


19

e. Menentukan materialitas dan menilai risiko audit dan risiko bawaan


Materialitas menjadi dasar penilaian risiko serta penentu cakupan prosedur
audit. Menurut Tuanakotta (2013), auditor menentukan materialitas
berdasarkan persepsinya mengenai kebutuhan akan informasi keuangan
secara umum oleh pengguna laporan keuangan. Menurut ISA 320, auditor
perlu menentukan angka materialitas laporan keuangan secara keseluruhan
(overall materiality). Jika ada satu atau lebih jenis transaksi, saldo, atau
pengungkapan yang dalam jumlah lebih rendah daripada overall materiality
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan,
auditor juga wajib menetapkan angka performance materiality. Auditor
perlu merevisi angka materialitas yang ditetapkan di awal apabila selama
proses audit berjalan auditor menemukan informasi yang dapat mengubah
tingkat materialitas.

Auditor juga perlu menilai risiko audit, yaitu risiko adanya salah saji
material meskipun auditor telah mengeluarkan opini wajar tanpa
pengecualian. Penilaian ini diperlukan untuk menentukan jumlah bukti
audit yang perlu dikumpulkan serta sumber daya yang akan digunakan
selama proses audit. Komponen-komponen model risiko audit yang perlu
dinilai antara lain risiko audit yang mau ditanggung oleh auditor (acceptable
audit risk) dan risiko bawaan (inherent risk).

f. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko kontrol (control risk)


Sesuai IAS 315, auditor wajib untuk memahami pengendalian internal
perusahaan yang berhubungan dan relevan dengan proses audit. Fungsi dari
pemahaman ini adalah agar auditor dapat menilai risiko kontrol yang tujuan
akhirnya adalah menentukan apakah auditor dapat bergantung pada
pengendalian internal yang ada atau tidak, serta menentukan lingkup
pengendalian mana yang perlu diuji lebih lanjut.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


20

g. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan (fraud risk)


Risiko kecurangan merupakan salah satu komponen untuk yang
dipertimbangkan untuk menilai risiko salah saji laporan keuangan.
Penilaian risiko kecurangan dilakukan dengan mengumpulkan informasi
melalui wawancara dan observasi langsung dengan klien, berkomunikasi
dengan auditor sebelumnya, dan lain-lain.

h. Mengembangkan proses audit secara keseluruhan


Setelah melalukan pengumpulan informasi dan penilaian-penilaian di
proses-proses sebelumnya, auditor kini seharusnya memiliki informasi yang
cukup untuk membuat strategi dan program audit yang sesuai. Menurut
ISA 300, auditor perlu menentukan antara lain sifat, waktu, dan luas
cakupan prosedur penilaian risiko serta prosedur audit lanjutan.

2.2.5.2 Pelaksanaan Uji Pengendalian (Tests of Control) dan Uji Substantif atas
Transaksi (Substantive Tests of Transaction)
Tahapan ini merupakan bagian pertama pelaksanaan audit lapangan (audit
fieldwork). Auditor melakukan uji pengendalian (tests of control) untuk menguji
efektivitas dari kontrol yang ada, agar kemudian auditor dapat menetapkan planned
assessed control risk yang sesuai (Arens, Elder, dan Beasley, 2014). Biasanya
auditor akan menggunakan empat jenis prosedur dalam melakukan uji
pengendalian, antara lain:
a. Mewawancarai karyawan perusahaan klien (inquire)
b. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan (examine)
c. Mengobservasi aktivitas terkait pengendalian (observe)
d. Mengulang kembali prosedur yang telah dilakukan klien (reperform)

Melalui uji substantif atas transaksi (substantive tests of transaction), auditor


mengevaluasi pencatatan transaksi oleh klien dengan memeriksa nilai moneter dari
transaksi. Uji ini dilakukan untuk memastikan tujuan-tujuan audit terkait transaksi
(transaction-related audit objectives) sudah terpenuhi. Uji pengendalian biasanya
dilakukan bersamaan dengan uji substantif atas transaksi untuk meningkatkan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


21

efektivitas proses audit. Kedua pengujian ini juga biasanya dilakukan sebelum
tanggal akhir periode pelaporan keuangan atau pada tanggal interim (Arens, Elder,
dan Beasley, 2014).

2.2.5.3 Pelaksanaan Prosedur Analitis (Analytical Procedures) dan Uji Terinci atas
Saldo (Tests of Details of Balances)
Tahapan ketiga dalam proses audit ini merupakan bagian kedua dari audit lapangan.
Prosedur analitis adalah proses evaluasi atas informasi keuangan dengan cara
melakukan perbandingan dengan informasi lain. Seperti telah dibahas pada subbab
2.2.5.1 poin d, ada berbagai pembanding yang dapat dipakai, misalnya kinerja
keuangan industri tempat perusahaan klien bergerak, atau kinerja keuangan
kompetitor klien yang sejenis. Prosedur ini dilakukan untuk melihat ada atau
tidaknya ketidakwajaran dalam perubahan atau perbedaan informasi keuangan
klien dengan ekspektasi.

Pada tahap ini juga dilakukan uji terinci atas saldo, yaitu prosedur spesifik yang
dimaksudkan untuk menguji ada salah saji dalam nilai moneter pada saldo-saldo
akun di dalam laporan keuangan. Pengujian ini penting karena biasanya bukti-bukti
yang dipakai dalam pengujian berasal dari pihak eksternal perusahaan, sehingga
seharusnya memiliki kualitas yang lebih tinggi dan akan sangat membantu proses
audit (Arens, Elder, dan Beasley, 2014).

2.2.5.4 Penyelesaian Proses Audit dan Penerbitan Laporan Audit


Setelah melaksanakan prosedur-prosedur di tahapan sebelumnya dan mencapai
tujuan audit yang diinginkan, auditor perlu membuat kesimpulan atas hasil dari
prosedur pengumpulan bukti. Hal ini kemudian menjadi dasar pembentukan opini
audit. Umumnya, dalam tahap penyelesaian audit, auditor akan melakukan
kegiatan-kegiatan berikut (Arens, Elder, dan Beasley, 2014):
a. Melakukan pengujian tambahan untuk memenuhi tujuan audit terkait
penyajian dan pengungkapan
b. Memeriksa dan meninjau contingent liabilities, yaitu potensi kewajiban di
masa depan dengan nilai yang tidak diketahui yang disebabkan oleh

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


22

peristiwa atau transaksi yang telah terjadi, serta komitmen yang telah dibuat
perusahaan untuk dilakukan di masa depan
c. Melakukan peninjauan atas subsequent events, yaitu transaksi dan peristiwa
yang terjadi setelah tanggal akhir periode laporan keuangan, untuk
memastikan apakah akan mempengaruhi kelayakan penyajian laporan
keuangan yang telah dibuat
d. Mengumpulkan bukti-bukti audit final, misalnya untuk mengevaluasi
asumsi going-concern perusahaan klien dan untuk mendapatkan surat
representasi manajemen (management representation letter)
e. Mengintegrasikan seluruh bukti audit dan mengevaluasi hasil audit secara
keseluruhan
f. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit serta laporan dari hasil
proses audit dalam bentuk sebuah opini audit
g. Menyampaikan hasil dari proses audit kepada komite audit dan pihak
manajemen perusahaan klien untuk menjadi masukan atau rekomendasi
perbaikan bagi klien di masa depan

2.3 Audit atas Persediaan


Proses audit atas persediaan biasanya bersifat kompleks dan membutuhkan waktu
yang banyak untuk dikerjakan. Hal ini disebabkan oleh sifat dari siklus persediaan
yang merupakan salah satu siklus yang memiliki kaitan yang cukup banyak dengan
siklus lainnya. Proses audit atas persediaan dapat terbagi menjadi lima aktivitas
dalam siklus persediaan (Arens, Elder, dan Beasley, 2014), yaitu:
a. Perolehan dan pencatatan bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead
b. Perpindahan fisik dan biaya persediaan di dalam internal perusahaan
c. Pengiriman barang dan pencatatan pendapatan dan biaya terkait
d. Pengamatan (observasi) persediaan secara fisik
e. Penentuan nilai/biaya persediaan

Meskipun berhubungan dengan akun persediaan, tidak semua aktivitas ini akan
termasuk dalam audit dalam siklus persediaan, karena akan lebih efektif bila

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


23

dimasukkan sebagai bagian audit atas siklus lain. Misalnya, aktivitas perolehan dan
pencatatan bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead lebih baik diaudit
bersamaan dengan siklus akuisisi dan pembayaran serta siklus penggajian dan
personil. Aktivitas pengiriman barang juga sebaiknya diaudit dalam siklus
penjualan dan koleksi. Oleh karena itu, hanya ketiga aktivitas lainnya yang akan
dibahas pada subbab di bawah ini.

2.3.1 Perpindahan Fisik dan Biaya Persediaan di dalam Internal Perusahaan


Aktivitas ini menyangkut perpindahan persediaan, baik dilihat dari segi fisik
maupun biaya, karena adanya aktivitas produksi perusahaan yang kemudian
menghasilkan barang setengah jadi atau barang jadi yang perlu disimpan. Oleh
karena itu, peran dari kontrol atas akuntansi biaya (cost accounting controls) sangat
tinggi untuk aktivitas ini. Kontrol ini dibagi menjadi dua kontrol utama, yaitu
kontrol fisik atas persediaan, baik dalam bentuk bahan baku, barang setengah jadi,
maupun barang jadi, serta kontrol atas biaya-biaya yang terkait. Menurut Arens,
Elder, dan Beasley (2014), auditor terutama perlu memperhatikan empat aspek dari
akuntansi biaya, yaitu:
a. Kontrol fisik atas persediaan
Auditor biasanya melakukan observasi dan wawancara untuk menguji
kontrol fisik atas persediaan, misalnya untuk memastikan bahwa persediaan
terlindungi dari pencurian atau penyalahgunaan dengan adanya penggunaan
sistem dan prosedur pengaman.

b. Dokumentasi dan Pencatatan terkait Perpindahan Persediaan


Auditor perlu memastikan bahwa perpindahan persediaan antar lokasi
memang benar terjadi, seluruh perpindahan persediaan sudah dicatat, dan
jumlah, deskripsi, serta tanggal perpindahan persediaan sudah tercatat
dengan benar. Untuk itu, auditor perlu memeriksa dokumentasi terkait
perpindahan persediaan, seperti surat jalan atau surat penerimaan gudang.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


24

c. Perpetual inventory master files


Waktu dan cakupan perhitungan fisik atas persediaan akan sangat
dipengaruhi oleh akurasi dan realibility dari perpetual inventory master files
yang dikelola perusahaan. Untuk menguji keabsahan dari master files
tersebut, auditor akan memeriksa dokumen terkait penambahan atau
pengurangan persediaan dan membandingkannya dengan pencatatan dalam
inventory master files.

d. Pencatatan biaya per unit (unit cost)


Auditor perlu memiliki pemahaman atas pengendalian internal atas sistem
akuntansi biaya perusahaan, untuk memastikan akurasi dari biaya per unit
yang dipakai untuk perhitungan nilai total persediaan.

2.3.2 Observasi Fisik atas Persediaan


Untuk memastikan tidak ada persediaan palsu (nonexisting inventory), auditor perlu
melakukan observasi langsung atas persediaan. PSA 07 seksi 331 (Ikatan Akuntan
Publik Indonesia, 2001) mengharuskan auditor untuk:
a. Hadir pada saat klien melakukan penghitungan fisik persediaan untuk
menentukan saldo akhir tahunnya
b. Mengamati prosedur penghitungan yang dilakukan klien
c. Mewawancarai (inquire) karyawan klien terkait prosedur penghitungan
persediaan
d. Melakukan pengujian independen atas penghitungan persediaan

Klien bertanggung jawab untuk menyiapkan prosedur penghitungan persediaan


serta melakukan penghitungan dan pencatatan atas hasil penghitungan tersebut.
Tugas auditor adalah untuk mengamati serta mengevaluasi proses penghitungan
yang dilakukan klien (Arens, Elder, dan Beasley, 2014).

Tujuan audit terkait saldo untuk observasi fisik atas persediaan adalah sebagai
berikut:

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


25

a. Existence
Persediaan yang dicatat pada suatu label memang benar-benar ada.
b. Completeness
Seluruh persediaan sudah diperhitungkan dan diberi label, dan seluruh label
sudah diperhitungkan untuk memastikan tidak ada yang hilang.
c. Accuracy
Persediaan dihitung dengan benar.
d. Classification
Persediaan diklasifikasikan dengan benar pada label-nya.
e. Cutoff
Pembelian dan penjualan persediaan sudah dicatat pada periode yang benar.
f. Realizable Value
Persediaan yang sudah usang atau tidak dapat dipergunakan lagi sudah
dikeluarkan dari saldo persediaan atau diberi tanda.
g. Rights
Hak kepemilikan atas persediaan memang berada pada klien.

2.3.3 Penentuan Biaya dan Nilai Persediaan


Auditor perlu memastikan persediaan sudah tercatat dengan nilai yang tepat dan
sudah dikompilasi dengan tepat juga. Untuk itu, auditor perlu melakukan uji nilai
persediaan (inventory price test) untuk memastikan bahwa penentuan nilai per unit
persediaan oleh klien sudah akurat. Kemudian, auditor juga perlu menguji
kompilasi persediaan perusahaan yaitu dengan melakukan pengujian atas
penjumlahan penghitungan persediaan oleh klien, menghitung ulang perkalian
harga atau biaya dengan kuantitas persediaan, melakukan penjumlahan atau footing,
dan membandingkan jumlahnya dengan nilai yang tercatat pada buku besar (Arens,
Elder, dan Beasley, 2014),

Terkait dengan penentuan nilai dan kompilasi persediaan, tujuan audit terkait saldo
yang dipakai adalah:

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


26

a. Detail tie-in
Persediaan yang tercatat dalam listing schedule persediaan sesuai dengan
hasil penghitungan fisik dan hasil penjumlahan sudah benar dan sesuai
dengan buku besar
b. Existence
Persediaan dalam listing schedule persediaan memang benar-benar ada
c. Completeness
Seluruh persediaan sudah tercatat dalam listing schedule persediaan
d. Accuracy
Persediaan dalam listing schedule persediaan sudah akurat
e. Classification
Persediaan dalam listing schedule persediaan sudah diklasifikasikan dengan
benar
f. Realizable Value
Persediaan dalam listing schedule persediaan sudah tercatat pada nilai
realisasi neto
g. Rights
Hak kepemilikan atas persediaan yang tercatat dalam listing schedule
persediaan memang berada pada perusahaan klien

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


3. BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Gambaran Umum KAP XYZ


KAP XYZ merupakan anggota dari XYZ Global, yaitu sebuah jaringan kantor
akuntan besar yang termasuk sebagai salah satu dari The Big Four baik di dunia.
KAP XYZ merupakan salah satu bagian dari XYZ Global bersama dengan PT
XYZ, PT XYZ Advisory, dan PT XYZ Consulting. Jaringan global XYZ
International mempekerjakan lebih dari 195.000 orang di 157 negara. Di Indonesia
sendiri, XYZ Indonesia telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun.

XYZ Indonesia memiliki tiga lini jasa utama, yaitu:


a. Assurance
Lini jasa assurance merupakan produk utama dari XYZ Indonesia dana juga
XYZ Global, dan dioperasikan di bawah KAP XYZ. KAP XYZ
memberikan jasa audit yang bertujuan untuk memberikan opini terkait
kepatuhan klien terhadap peraturan maupun persyaratan pelaporan lainnya.
Jasa audit yang diberikan dapat dilakukan atas laporan keuangan tahunan
maupun laporan keuangan interim. KAP XYZ menyediakan jasa-jasa terkait
audit laporan keuangan, akuntansi keuangan, system and process assurance
(SPA), keamanan IT, dan jasa assurance lain seperti audit intermal.

Dalam operasinya, KAP XYZ membagi klien auditnya ke dalam tiga divisi
besar, sesuai dengan jenis industri dari klien tersebut. Ketiga divisi tersebut
adalah Energy, Utility, and Mining (EUM), Financial Services (FS), dan
Consumer and Industrial Product Services – Technology, Information
Communication, Entertaiment, and Media (CIPS-TICE), seperti yang sudah
dijelaskan pada bab 1.

27

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


28

b. Tax
Selain jasa audit, XYZ Indonesia juga menyediakan jasa terkait perpajakan.
Klien-klien jasa perpajakan biasanya adalah perusahaan multinasional,
perusahaan publik, dan juga konglomerasi di Indonesia. Jasa-jasa yang
ditawarkan antara lain:
- Jasa konsultasi perpajakan
- Jasa kepatuhan perpajakan
- Jasa penyelesaian sengketa pajak
- Transfer pricing
- Jasa terkait pajak terkait pengelolaan penjualan internasional
- Perpajakan terkait mergers and acquisitions
- International Assignment Services
- Konsultasi korporat
- Jasa perpajakan terkait gaji dan upah

c. Advisory
Di bawah PT XYZ Advisory dan PT XYZ Consulting, XYZ Indonesia juga
menawarkan jasa konsultasi yang meliputi:
- Lead Advisory
XYZ Indonesia memberikan jasa untuk seluruh proses pendanaan
perusahaan, mulai dari tahap networking, negosiasi, hingga tahap
penyelesaian perjanjian untuk merger dan akuisisi, penambahan modal,
pendanaan proyek, maupun privatisasi.

- Corporate Valuation and Advisory


XYZ Indonesia juga memberikan jasa valuasi bisnis maupun saham
untuk keperluan merger dan akuisisi, penutupan bisnis atau bagian
bisnis, valuasi utang untuk akuisisi maupun restrukturisasi utang,
valuasi bisnis atau aset untuk transfer, analisis rasio merger, serta
valuasi aset tak berwujud.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


29

- Business Recovery Services


XYZ Indonesia menyediakan jasa untuk membantu bisnis yang
kinerjanya kurang baik atau dalam kesulitan finansial, yaitu dengan
memberikan penilaian bisnis, performance benchmarking, rencana
regenerasi atau restrukturisasi, restrukturisasi utang, penambahan
modal, serta pelepasan aset.

- Forensic Services
XYZ Indonesia juga memberikan jasa pengelolaan risiko kecurangan
(fraud), investigasi kecurangan, akuntansi forensik, solusi anti-
pencucian uang, komputer forensik, dan analisis transaksi
mencurigakan.

- Transaction Services, Mergers Acquisitions and Disposal


XYZ Indonesia dapat membantu klien untuk mengidentifikasi
perusahaan berpotensi, merancang perjanjian yang efisien secara pajak,
serta melaksanakan proses due-dilligence atau kepatuhan.

- Performance Improvement
XYZ Indonesia menyediakan jasa konsultasi untuk membantu klien
meningkatkan efisiensi serta efektivitas dari operasi bisnis klien dalam
hal tata kelola perusahaan, pengelolaan risiko, dan pengelolaan sumber
daya manusia.

3.2 Gambaran Umum PT A


3.2.1 Profil PT A
PT A bergerak di industri manufaktur dan dikenal sebagai salah satu produsen Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) utama di Indonesia. PT A telah berdiri selama
lebih dari 40 tahun di Indonesia, awalnya sebagai sebuah perusahaan keluarga. PT
A kemudian bergabung dengan DEF Group, salah satu grup yang bergerak di
industri fast moving consumer goods (FMCG) terbesar di dunia saat ini. Oleh
karena itu, untuk keperluan pelaporan untuk konsolidasi (group reporting),

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


30

kebijakan akuntansi PT A mengikuti pedoman yang telah ditetapkan oleh DEF


Group .

Saham PT A tidak diperjualbelikan secara publik. Struktur kepemilikan PT A dapat


dilihat pada Gambar 3.1.

Groupe DEF Person T Company P

74% 15% 11%

PT A

99,82% 75% 99,99%

20% PT A PT C W

80%

Gambar 3.1 Struktur Kepemilikan PT A


Sumber: PT A (telah diolah kembali)

PT A merupakan induk perusahaan dari PT B dan PT C. Bersama-sama, ketiga


perusahaan disebut sebagai Grup ABC. Audit atas laporan keuangan Grup ABC
dilakukan oleh KAP XYZ dan ditangani oleh tim perikatan audit yang sama. Dalam
hal ini, PT A, PT B, dan PT C memiliki peran yang sama yaitu sebagai produsen
AMDK. PT A juga membeli barang jadi hasil produksi dari PT B dan PT C, karena
PT B adalah pemegang merek “A” dan hak penjualan ke pihak ketiga hanya dimiliki
oleh PT A.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


31

Sejak tahun 2003, PT A mulai menggunakan sistem SAP untuk operasi bisnisnya
sehari-hari. Sistem SAP diterapkan di semua tingkat, yaitu di kantor (head
office/HO), pabrik, dan depot. Depot adalah pusat distribusi (disribution center)
persediaan PT A. Grup ABC sendiri memiliki 19 pabrik dan 16 depot yang tersebar
di Pulau Jawa dan Sumatra. Sebagian besar dari pabrik dan depot milik Grup ABC
merupakan milik PT A, dan sisanya adalah milik PT B dan PT C.

Struktur organisasi PT A terbagi menjadi 10 divisi yang masing-masing dikepalai


oleh seorang vice president. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3.2 berikut.

Board of Commissioners

President Director

VP Sourcing & Supplier


Development (SSD)

VP Industrial

VP Research & Development

VP Modern Disribution Channels


(MDC)

VP Sales & Distribution

VP Finance

VP Supply Chain

VP Corporate Secretary

VP Human Resource
VP Marketing

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT A


Sumber: PT A (telah diolah kembali)

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


32

3.2.2 Jenis-jenis Persediaan PT A


PT A memiliki enam jenis persediaan utama, yaitu:
1. Bahan baku (raw materials)
Bahan baku utama yang dimiliki PT A adalah resin yang digunakan untuk
membuat kemasan produk PT A. Resin adalah zat hidrokarbon yang
merupakan bahan utama dalam pembuatan plastik. Perusahaan
menggunakan empat jenis resin dengan spesifikasi berbeda untuk
memproduksi berbagai jenis kemasan produknya. Resin awalnya
merupakan zat cair, namun biasanya dijual ke perusahaan-perusahaan
manufaktur dalam bentuk butiran (resin pellets).

2. Kemasan (packaging)
Yang dimaksud dengan kemasan di sini adalah karton kardus yang
digunakan untuk membungkus dan mendistribusikan botol-botol plastik
yang sudah diisi.

3. Barang setengah jadi (semi-finished goods)


Di PT A, yang termasuk kategori barang setengah jadi adalah botol
preforms dan label untuk setiap produk. Preforms adalah resin yang sudah
diolah menjadi botol plastik, namun masih berbentuk tabung standar.
Preforms nantinya akan diproses lebih lanjut menjadi botol plastik dengan
bentuk tertentu dengan cara dipanaskan dan ditiupkan ke dalam cetakan.

4. Perlengkapan (supplies)
Perlengkapan yang dimiliki PT A terutama adalah perlengkapan pendukung
mesin, seperti bahan bakar dan tinta untuk mencetak label, serta tisu yang
diberikan dengan penjualan air minum dalam galon.

5. Barang jadi (finished goods)


Barang jadi dalam persediaan PT A berupa botol plastik yang sudah diisi
dengan produk air minum.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


33

6. Suku cadang (spare parts)


PT A juga memiliki persediaan berupa suku cadang untuk mesin-mesin
yang dimiliki perusahaan.

Selain keenam jenis persediaan utama di atas, PT A juga memiliki persediaan lain
yaitu trading product berupa AMDK dengan merek E. Produk E ini juga
merupakan salah satu produk dari DEF Group. PT A tidak memproduksi produk
ini, namun bertindak sebagai distributor saja.

Selain itu, meskipun memproduksi air minum dalam kemasan galon (jugs), PT A
tidak mengklasifikasi produk ini sebagai persediaan ketika telah selesai diproduksi,
namun sebagai aset tetap. Hal ini dilakukan oleh PT A karena galon merupakan
returnable container atau barang kemasan yang dapat dikembalikan. Menurut
kebijakan akuntansi DEF Group terkait persediaan, yang dapat dicatat atau
diklasifikasikan sebagai persediaan adalah barang kemasan yang tidak dapat
dikembalikan (“non-returnable containers”). Jika terjadi penjualan atas produk
AMDK galon ini, PT A akan mengakui adanya deposit oleh konsumen dan
mencatat liabilitas atau kewajiban kepada konsumen, atau disebut sebagai jugs
deposit.

Sub-akun di bawah akun persediaan PT A terdiri dari setiap jenis persediaan di atas,
sub-akun penyesuaian (adjustments) untuk masing-masing jenis persediaan, serta
dua sub-akun provisi penurunan nilai untuk dua jenis persediaan, yaitu suku cadang
dan barang jadi.

3.2.3 Proses terkait Persediaan Perusahaan


Secara garis besar, proses terkait persediaan perusahaan dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu proses penerimaan dan pengeluaran barang. Rincian dari masing-
masing proses adalah sebagai berikut:
1. Proses penerimaan persediaan
Barang-barang yang diterima dan disimpan di dalam persediaan perusahaan
adalah raw materials, packaging, semi-finished goods, dan finished goods.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


34

Perusahaan membeli bahan baku resin dari beberapa pemasok. Transaksi


pembelian bahan baku resin dilakukan dengan mata uang Dolar Amerika
Serikat (AS).

Selain bahan baku resin, PT A juga menerima persediaan masuk berupa


packaging, semi-finished goods, dan finished goods. Ada dua sumber
penerimaan jenis-jenis persediaan ini, yaitu dari hasil proses produksi yang
kemudian disimpan, dan dari pembelian atau transfer dari anak perusahaan.
Persediaan ini diterima dari anak perusahaan yaitu PT B dan PT C yang juga
memproduksi produk-produk yang sama dengan PT A. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, transfer persediaan ini dilakukan karena hak
distribusi produk hanya dimiliki oleh PT A.

Ketika terjadi penerimaan persediaan, misalnya penerimaan suku cadang,


staf gudang akan melakukan pencatatan jurnal di sistem SAP, sebagai
berikut:

Dr. Spare Parts Inventory xxx


Cr. Spare Parts Accrued Liabilites xxx

2. Proses pengeluaran persediaan


PT A mengeluarkan persediaan dari penyimpanan dengan dua kemungkinan
tujuan, yaitu untuk dipakai pada proses produksi selanjutnya (internal
inventory release), atau untuk dijual atau didistribusikan ke pihak eksternal
(external inventory release).

Pada proses produksi, admin lini produksi akan melakukan pencatatan


Goods Issue (GI) di SAP dan secara manual membuat Nota Penyerahan
Hasil Produksi (NPHP). Kegiatan ini dilakukan setiap produksi 10 palet
produk atau setiap beberapa jam, tergantung ketentuan bagi tiap pabrik yang
telah disesuaikan dengan kondisi pabrik. Jurnal yang tercatat adalah sebagai
berikut:

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


35

Dr. Finished Goods Inventory xxx


Cr. Raw Materials xxx
Cr. Semi-finished Goods xxx

Perusahaan mengeluarkan persediaan suku cadang dari penyimpanan ketika


diperlukan penggantian suku cadang untuk mesin-mesin yang dipakai.
Prosedur pencatatan pengeluaran suku cadang dari persediaan akan
didasarkan pada dokumen surat perintah tugas atau Work Order (WO). Ada
tiga jenis WO, yaitu:
a. WO Preventive
WO ini sudah dijadwalkan dan disetujui oleh pihak manajemen. WO
ini biasanya berkaitan dengan maintenance berkala untuk mesin.
Keperluan pengeluaran suku cadang untuk WO ini biasanya sudah
dijadwalkan dalam SAP.

b. WO Corrective
WO ini tidak dijadwalkan sebelumnya, namun seiring berjalannya
waktu dilihat perlu dilakukan walaupun tidak bersifat darurat. Staf
maintenance akan mengajukan permohonan pengeluaran tambahan
di SAP yang akan ditinjau dan disetujui oleh Kepala Divisi
Maintenance.

c. WO Emergency
WO darurat ini dikhususkan untuk keadaan darurat seperti kegagalan
mesin secara tiba-tiba, sehingga membutuhkan penggantian suku
cadang secepatnya. Dengan sifat darurat ini, biasanya jumlah suku
cadang yang dipakai akan ditulis secara manual pada dokumen WO.

Untuk WO Preventive dan WO Corrective, SAP akan secara otomatis


mengurangi jumlah suku cadang dalam persediaan sesuai jadwal perawatan
mesin dalam jumlah yang sudah ditentukan pada saat WO dibuat. Untuk
WO Emergency, pencatatan di SAP dilakukan secara manual oleh

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


36

administrator penyimpanan suku cadang. Ketika suku cadang digunakan


dan dikeluarkan dari persediaan, biayanya akan dialokasikan langsung ke
cost center sesuai dengan akun COGS yang sesuai. Jurnal yang akan tercatat
adalah sebagai berikut:

Dr. Parts issue stock V xxx


Cr. Spare Parts Inventory xxx

Untuk memastikan akurasi saldo persediaan, PT A melakukan penghitungan fisik


secara berkala. Penghitungan fisik untuk suku cadang dilakukan secara bulanan,
sedangkan untuk jenis persediaan lain dilakukan setiap tiga bulan, termasuk pada
akhir tahun. Manajer Gudang akan melakukan review atas hasil penghitungan dan
menyiapkan Berita Acara Penghitungan Fisik (BAPF) yang harus disetujui oleh
Plant Manager dan Plant Controller. Jika ada perbedaan antara penghitungan fisik
dengan pencatatan di SAP, perbedaan harus diinvestigasi dan diselesaikan
maksimal lima hari sejak tanggal penghitungan fisik. BAPF yang sudah disetujui
dikirimkan ke kantor pusat, dan jumlah fisik yang disetujui akan dimasukkan ke
SAP. Perbedaan akan tercatat sebagai penyesuaian atas persediaan dan dicatat
sebagai Post Clear Adjustment.

Jika dalam proses penghitungan ditemukan barang yang sudah usang, rusak, atau
perputarannya lambat (slow moving), staf gudang akan mengajukan penghapusan
atau write-off atas barang tersebut, dan harus disetujui oleh Plant Manager, Plant
Controller, dan Plant Coordinator. Jika nilai persediaan yang akan dihapus lebih
dari Rp100 juta, pengajuan harus disetujui oleh VP Industrial, VP Finance, dan
President Director.

3.2.4 Kebijakan Akuntansi terkait Persediaan


Untuk mengukur dan mencatat nilai persediaan, perusahaan menggunakan dua
metode, yaitu metode biaya standar (standard costing) dan formula biaya rata-rata
tertimbang (moving average costing). Biaya standar diterapkan untuk persediaan
bahan baku, packaging, barang setengah jadi, dan barang jadi, dan dapat berbeda-

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


37

beda untuk setiap pabrik, sesuai dengan pertimbangan manajemen atas kondisi di
masing-masing pabrik. Biaya standar ini dievaluasi dan direvisi setiap akhir tahun.
Metode biaya rata-rata tertimbang digunakan untuk mencatat persediaan suku
cadang, dan sudah diimplementasikan sejak November 2012.

Dengan menggunakan metode ini, perusahaan tentu akan mengalami adalah


perbedaan atau variance antara biaya standar atau rata-rata tertimbang dengan biaya
aktual dari persediaan tersebut. Perusahaan memiliki kebijakan untuk
mengalokasikan seluruh variance ini ke akun Cost of Goods Sold (COGS), tetapi
hanya variance yang terkandung dalam persediaan yang sudah terjual saja yang
sudah boleh dialokasikan, sisanya masih harus tercatat dalam persediaan. Namun,
sistem SAP secara otomatis akan mengalokasikan variance ke COGS sepanjang
tahun berjalan, sehingga perusahaan menghitung ulang dan melakukan penyesuaian
berupa pengurangan nilai variance yang sudah dialokasikan ke COGS kembali ke
saldo persediaan untuk variance atas persediaan yang belum terjual. Jurnal yang
akan tercatat adalah sebagai berikut:

Dr. Packaging value adjustment xxx


Cr. Various COGS accounts xxx

Biaya standar ini ditinjau ulang pada tiap akhir tahun oleh perusahaan untuk
memastikan kewajaran nilainya. Namun, jika biaya standar terlihat memiliki
perbedaan yang signifikan, yang ditandai dengan perbedaan tinggi selama beberapa
bulan berturut-turut, Plant Controller akan mengajukan permohonan perubahan
sebelum akhir tahun, yang kemudian perlu disetujui oleh VP Finance.

Perusahaan juga memiliki kebijakan terkait provisi untuk persediaan suku cadang
dan barang jadi. Provisi ini lebih besar nilainya untuk persediaan suku cadang
karena sifatnya yang penggunaan dan pergerakannya yang tidak cepat (slow-
moving inventory). Perusahaan menentukan besar provisi untuk suku cadang
menggunakan analisis umur (aging analysis) berdasarkan tanggal pada dokumen

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


38

Goods Received (GR). Ketentuan persentase pengukuran provisi dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Ketentuan Provisi Suku Cadang berdasarkan Aging Analysis

Umur Sejak Penerimaan Persentase Provisi


Kurang dari atau sama dengan 12 bulan 0%
Lebih dari 12 bulan namun kurang dari atau sama
33,33% atau ⅓
dengan 24 bulan
Lebih dari 24 bulan namun kurang dari atau sama
66,67% atau ⅔
dengan 36 bulan
Lebih dari 36 bulan 100%
Sumber: PT A (telah diolah kembali)

Perusahaan juga mencatat provisi atas barang jadi berdasarkan tanggal kadaluwarsa
dari produk. Provisi atas barang jadi hanya dilakukan untuk produk “X” karena
perputaran persediaannya yang tidak secepat produk utama PT A. Namun, besar
provisi untuk barang jadi ini nilainya jauh lebih kecil dibandingkan provisi untuk
persediaan suku cadang.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


4. BAB 4
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Gambaran Umum Proses Audit KAP XYZ


Akun persediaan merupakan salah satu akun yang cukup kompleks untuk diaudit.
Di KAP XYZ, audit atas akun persediaan biasanya dilakukan oleh auditor yang
memiliki pengalaman, yaitu minimal tingkat Senior Associate, seperti halnya dalam
proses audit pada PT A ini.

Dalam melakukan proses audit, KAP XYZ menggunakan sebuah software yang
didesain khusus oleh XYZ Global, yaitu XYZ Software. Software ini sudah
dirancang berdasarkan metodologi audit yang dianut XYZ Global, yaitu XYZ Audit.
Metodologi ini dirancang berdasarkan ISA dan ditambah dengan ketentuan dan
pedoman dari XYZ Global. XYZ Software membantu auditor KAP XYZ dalam
melakukan proses audit sesuai dengan tahapan-tahapannya, serta
mendokumentasikan kegiatan-kegiatan selama proses audit berlangsung.

Untuk PT A, tim perikatan audit telah memulai proses audit sejak pertengahan
tahun 2014, karena berdasarkan perjanjian, KAP XYZ akan melakukan audit atas
laporan keuangan interim dan laporan keuangan tahunan. Hal ini sesuai dengan
persyaratan yang diberikan oleh DEF Group serta tim audit DEF Group di Eropa.

Secara garis besar, proses audit yang diterapkan oleh KAP XYZ dilakukan dalam
tiga tahapan utama, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
b. Audit lapangan (Audit fieldwork)
c. Penyelesaian dan pelaporan audit (Completion and reporting)
Tahapan-tahapan ini akan dibahas pada bagian berikutnya.

4.2 Perencanaan Audit


Sebagai tahap awal dari proses audit, tahapan ini sudah selesai sebelum program
magang dimulai. Proses perencanaan hampir seluruhnya telah dilakukan saat proses

39

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


40

audit atas laporan keuangan interim, sehingga tahap perencanaan untuk audit atas
laporan keuangan tahunan ini biasanya merupakan revisi atau tambahan dari tahap
perencanaan audit interim. Informasi yang digunakan untuk pembahasan tahapan
ini didapat dari hasil diskusi dengan tim perikatan audit PT A dan juga dari
dokumentasi audit yang ada. Berikut adalah kegiatan-kegiatan perencanaan pada
awal proses audit di KAP XYZ.

4.2.1 Persiapan Perencanaan


Di KAP XYZ, proses penerimaan perikatan audit dimulai dengan tahap penerimaan
klien baru atau pelanjutan klien lama (acceptance and continuance). PT A
merupakan salah satu klien lama dari KAP XYZ. Penugasan audit untuk laporan
keuangan PT A tahun 2014 ini merupakan penugasan tahun keempat sejak tahun
2011. Pada tahap ini, pihak KAP dan klien menentukan perwakilan dari pihak klien
yang dapat dihubungi oleh KAP selama proses audit berlangsung. Dalam hal ini,
PT A menunjuk Board of Directors (BoD) dan manajemen PT A.

KAP XYZ kemudian melakukan evaluasi awal atas risiko finansial dari PT A
menggunakan Financial Risk Assessment System (FRISK). Sistem ini berisi
pertanyaan-pertanyaan terkait isu bisnis perusahaan, tata kelola perusahaan, etika
dan integritas, praktek akuntansi dan pengendalian, keberlangsungan (going
concern) perusahaan, serta isu-isu audit lainnya.

Setelah itu, tim audit dari KAP XYZ melakukan pertemuan pertama dengan pihak
PT A untuk membahas rencana audit. Isu-isu yang dibahas antara lain adalah
perkenalan dengan tim audit, kondisi lingkungan bisnis perusahaan, gambaran
umum kinerja perusahaan, peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi selama tahun
buku yang diaudit, serta permintaan khusus dari pihak klien untuk memberikan
perhatian lebih kepada area-area tertentu yang dinilai pihak klien memiliki risiko
tinggi.

KAP XYZ juga kemudian menentukan benchmark yang akan digunakan untuk
menentukan tingkat materialitas, menentukan kebutuhan akan Quality Review

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


41

Partner (QRP), dan menentukan keperluan prosedur tambahan untuk fase


identifikasi risiko pada tahap perencanaan. Dalam hal ini, QRP tidak diperlukan
karena PT A bukan merupakan klien high-profile maupun entitas publik, dan ada
penambahan prosedur yaitu pemahaman atas pengendalian internal, karena PT A
memiliki prosedur pengendalian internal.

4.2.2 Prosedur Awal Perencanaan


KAP XYZ kemudian melakukan pemeriksaan independensi, untuk memastikan
tidak ada konflik kepentingan selama proses audit atas PT A berlangsung. Setiap
anggota tim audit diminta menandatangani surat pernyataan independensi yang
menyatakan bahwa anggota tim tidak memiliki kepentingan bisnis, keluarga, atau
keuangan terhadap perusahaan klien, sedang menjabat sebagai karyawan PT A, atau
pernah menjabat sebagai karyawan PT A selama periode audit.

KAP XYZ juga memeriksa apabila ada anggota tim audit di penugasan sebelumnya
yang saat ini menjadi pegawai di perusahaan klien dan memiliki kewenangan atas
pencatatan akuntansi atau pelaporan keuangan di perusahaan tersebut. Dalam audit
atas PT A kali ini, memang ada seorang manajer tim audit atas PT A di penugasan
sebelumnya yang saat ini menjadi Accounting Director di PT A sejak Agustus 2014.
Namun meskipun adanya kondisi ini, KAP XYZ dapat memastikan independensi
tim audit dan KAP XYZ dengan pertimbangan tidak ada lagi hubungan signifikan
antara KAP dengan orang tersebut, KAP tidak lagi memiliki kewajiban pembayaran
atau tunjangan kepada orang tersebut, dan orang tersebut tidak lagi berpartisipasi
dalam kegiatan bisnis KAP.

Selain itu, biaya audit atas PT A juga bukan merupakan sumber pendapatan dengan
porsi yang besar bagi KAP XYZ, tidak ada biaya audit yang masih menjadi
kewajiban PT A ke KAP XYZ dari penugasan audit sebelumnya, dan tidak ada jasa
selain audit (non-audit services) yang diberikan XYZ Indonesia kepada PT A.

Kemudian, KAP XYZ menyiapkan surat perikatan audit (engagement letter) untuk
mendokumentasikan syarat-syarat dan kondisi perikatan audit ini. Engagement

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


42

letter yang dibuat menjelaskan lingkup audit, tanggung jawab serta hak pihak
manajemen dan auditor, akses informasi bagi auditor, biaya audit yang sudah
disepakati termasuk jadwal pembayarannya, tanggal efektif berlakunya perjanjian,
kerahasiaan, dan hal lainnya terkait perikatan audit ini. Surat ini kemudian disetujui
dan ditandatangani oleh kedua pihak, dalam hal ini oleh Partner-in-charge KAP
XYZ untuk audit atas PT A dan Presiden Direktur PT A.

4.2.3 Identifikasi Risiko


Tahap berikutnya dalam proses perencanaan audit adalah identifikasi risiko bisnis
klien. Untuk membantu identifikasi risiko, tim audit kemudian melakukan
pemahaman atas bisnis dan lingkungan bisnis PT A untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang berpotensi memiliki dampak pada laporan keuangan perusahaan.
Faktor-faktor tersebut antara lain industri dan kompetitor, regulasi relevan yang
berlaku atas perusahaan, tingkat inflasi, suku bunga, struktur tata kelola dan
kepemilikan perusahaan, operasi bisnis perusahaan, kegiatan investasi, kegiatan
pendanaan, pedoman pelaporan keuangan, standar akuntansi, dan kinerja keuangan
perusahaan. Tim audit kemudian mengidentifikasi kemungkinan dampaknya pada
laporan keuangan perusahaan.

Tim audit kemudian melakukan pemahaman dan evaluasi atas pengendalian


internal PT A, yang dilakukan berdasarkan lima komponen pengendalian internal
yang diterbitkan oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO) atau sering
disebut sebagai COSO Framework. Kelima komponen tersebut adalah:
a. Control Environment
b. Risk Assessment
c. Control Activities
d. Information and Communication
e. Monitoring

Pemahaman atas internal kontrol dilakukan dengan mewawancarai kepala divisi


Fraud and Risk Investigation, kepala divisi Internal Audit, tim Risk, Control, and
Audit (RCA), serta Accounting Director PT A. Berdasarkan hasil wawancara

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


43

tersebut, tim audit menemukan tidak ada perubahan pada pengendalian maupun
personil yang bertanggung jawab atas pengendalian berdasarkan proses bisnis
sesuai COSO Framework PT A pada bulan Oktober sampai Desember 2014. Oleh
karena itu, hasil evaluasi masih sama dengan evaluasi pengendalian internal pada
saat audit interim, yaitu bahwa pengendalian internal perusahaan sudah cukup
memadai.

Tim audit kemudian melakukan prosedur analitis awal untuk menilai risiko. Dalam
hal ini, tim audit PT A membandingkan kinerja keuangan PT A pada 31 Desember
2014 dengan kinerja 31 Agustus 2014 (tanggal laporan keuangan interim), kinerja
industri dan kondisi eksternal lainnya, ekspektasi klien berdasarkan strategi bisnis
klien untuk tahun 2014, serta ekspektasi auditor berdasarkan informasi-informasi
yang ada. Berdasarkan analisis tersebut, tim audit kemudian merencanakan
prosedur substantif yang akan perlu dilakukan pada tahap audit lapangan untuk
masing-masing komponen laporan keuangan atau financial statement line item
(FSLI).

Menurut hasil analisis, fluktuasi persediaan dari pertengahan ke akhir tahun 2014
sebesar 6% bukan merupakan perubahan yang tidak lazim maupun tidak
diantisipasi (unusual or unexpected). Fluktuasi ini sejalan dengan kenaikan COGS
sebesar 10% dan pendapatan sebesar 10% yang disebabkan oleh kenaikan volume
penjualan serta kenaikan harga jual beberapa lini produk sebesar hampir 4%. Selain
itu, nilai fluktuasi juga berada jauh di bawah batasan materialitas yang digunakan,
yaitu performance materiality (PM). Dengan pertimbangan tersebut, tim audit
memutuskan untuk selanjutnya melakukan prosedur substantif berikut ini untuk
akun persediaan:
a. Melakukan observasi fisik persediaan
b. Menguji cutoff persediaan
c. Menguji provisi atas persediaan
d. Menguji nilai realisasi neto atau NRV
Sebagian kertas kerja untuk prosedur analitis ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


44

Selain itu, tim audit juga mengidentifikasi risiko kecurangan atau fraud di PT A,
yaitu kondisi-kondisi PT A yang memungkinkan terjadinya fraud serta kasus-kasus
fraud yang terjadi pada tahun buku 2014, terutama yang terjadi setelah pertengahan
tahun 2014 (akhir periode interim). Tim audit menemukan adanya beberapa kasus
fraud yang dikategorikan sebagai significant fraud, dan pelakunya sudah diberikan
sanksi yang sesuai.

4.2.4 Penyusunan Strategi, Pendekatan, dan Rencana Audit


Setelah mengidentifikasi risiko klien, tim audit kemudian melakukan evaluasi dan
penilaian atas risiko-risiko yang ada, untuk kemudian memutuskan prosedur audit
yang perlu dilakukan terkait adanya risiko-risiko tersebut. Tabel 4.1 memaparkan
risiko-risiko yang dinilai signifikan dan tinggi oleh tim audit PT A.

Tabel 4.1 Risiko Bisnis PT A yang Signifikan dan Tinggi


Relevant
FSLI Risk Description Level of Risk
Assertions
All accounts All assertions Management override of controls Significant
Revenue Existence, Risk of fraud in revenue Significant
Accuracy recognition
Accrued Existence, Risk of overstatement of accrued Elevated
trade promo Valuation trade promo
Provision Valuation Accounting estimates for jugs Elevated
jugs deposit
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)

Penjelasan terkait risiko-risiko di atas adalah sebagai berikut:


a. Management override of controls
Risiko ini dianggap signifikan karena pihak manajemen memiliki
kekuasaan yang cukup untuk dapat melakukan kecurangan dengan
memanipulasi catatan akuntansi dan menyiapkan laporan keuangan yang
mengandung salah saji.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


45

b. Risk of fraud in revenue recognition


Risiko ini dianggap signifikan karena adanya cukup tekanan atau pressure
untuk melakukan kecurangan demi meningkatkan pengakuan pendapatan.
Tekanan ini berasal dari target yang ditetapkan oleh perusahaan.

c. Risk of overstatement of accrued trade promo


Akrual untuk promosi di PT A disiapkan oleh manajemen berdasarkan
budget yang disiapkan oleh perusahaan, dan menggunakan cukup banyak
asumsi dan pertimbangan yang dibuat oleh manajemen sendiri. Oleh karena
itu, tim audit menilai bahwa ada risiko yang cukup tinggi atas akrual ini.

d. Accounting estimates for jugs deposit


Untuk mengukur nilai derecognition atas jugs deposit ke laba-rugi, PT A
menggunakan dua metode yang berbeda. Untuk keperluan pelaporan ke
DEF Group, PT A memakai estimasi tingkat jugs refund berdasarkan jugs
study yang dilakukan oleh suatu KAP lain, sedangkan untuk pelaporan di
Indonesia (local statutory reporting), PT A menggunakan estimasi tingkat
kerusakan (breakage rate). Perlakuan ini berpotensi memunculkan masalah
jika dipertanyakan oleh pihak eksternal seperti Direktorat Jenderal Pajak
(DJP), karena perbedaan hasil perhitungan dengan kedua metode semakin
berbeda dari tahun ke tahun. Selain itu, saldo akun jugs deposit juga sangat
tinggi, sehingga tim audit menilai ada risiko yang cukup tinggi atas
pengukuran nilai jugs deposit ini.

Berdasarkan penilaian atas risiko-risiko yang ada, tim audit PT A kemudian


menentukan tingkat materialitas yang sesuai untuk dipakai sebagai benchmark
dalam melakukan prosedur audit atas PT A. KAP XYZ menggunakan tiga tingkat
materialitas sebagai benchmark, yaitu:
a. Overall Materiality (OM)
Menurut XYZ Audit Guide, overall materiality adalah tingkat materialitas
yang digunakan untuk menilai laporan keuangan secara keseluruhan. OM
ditentukan berdasarkan hasil penilaian risiko pada tahap prosedur analitis

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


46

serta pemahaman akan entitas dan lingkungan bisnisnya. OM biasanya


merupakan persentase (rule-of-thumb) dari tolak ukur tertentu yang
dianggap relevan, misalnya laba sebelum pajak. Rule-of-thumb yang
digunakan biasanya berdasarkan pengalaman dan professional judgment
auditor.

Tolak ukur yang digunakan untuk menghitung OM dalam audit atas PT A


adalah laba sebelum pajak pada 31 Desember 2014, sedangkan rule-of-
thumb yang digunakan adalah 10%, dengan pertimbangan:
- Klien bukan merupakan entitas publik
- Klien dinilai memiliki risiko yang rendah
- Klien tidak memiliki banyak kewajiban pelaporan kepada pihak
ketiga, karena hanya perlu melapor kepada induk perusahaan (DEF
Group), beberapa pemegang saham minoritas lainnya, dan DJP

Perhitungan OM untuk audit atas PT A adalah sebagai berikut:


OM = 10% × Laba sebelum pajak 31 Desember 2014
= 10% × Rp44.454.000.000
= Rp4.445.400.000

b. Performance Materiality (PM)


Perfomance materiality ditetapkan untuk memastikan bahwa total salah saji
dari masing-masing kelas transaksi, saldo akun, maupun pengungkapan
laporan keuangan tidak akan melebihi materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan atau OM. Menurut XYZ Audit Guide, saldo akun yang nilainya
lebih besar daripada PM akan diuji, namun bukan berarti saldo akun yang
berada di bawah PM akan dikecualikan dari prosedur audit. PM hanya
berfungsi sebagai pedoman saja dan auditor tetap harus menggunakan
professional judgment.

KAP XYZ biasanya menggunakan tingkat PM sebesar 50%, 75%, atau 90%
dari OM. Artinya, pengurangan (haircut) yang diaplikasikan pada OM

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


47

adalah sebesar 10%, 25%, atau 50%. Pemilihan tingkat haircut didasarkan
pada sejarah adanya salah saji pada laporan keuangan klien, penilaian risiko
atas klien, dan penilaian atas efektivitas dari pengendalian internal
perusahaan. Tim audit PT A memutuskan untuk menggunakan tingkat
haircut sebesar 25% dari OM dengan pertimbangan:
- Klien merupakan klien audit lama dan pada penugasan audit
sebelumnya terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan atas
laporan keuangan klien
- Risiko audit secara keseluruhan dinilai rendah, karena klien tidak
beroperasi di industri yang berisiko tinggi dan biasanya tidak
menghadapi tekanan yang tinggi dari pasar

Perhitungan PM untuk audit atas PT A adalah sebagai berikut:


PM = (100% – 25%) × OM
= 75% × Rp4.445.400.000
= Rp3.334.050.000

c. De Minimis Summary of Uncorrected Misstatement (SUM)


Sebagai tingkatan materialitas paling rendah, de minimis SUM, atau yang
lebih sering disebut sebagai SUM saja, biasanya diterapkan pada tingkat
saldo sub-akun. Salah saji yang nilainya berada di bawah SUM dianggap
memiliki dampak sangat kecil dan dapat diabaikan (clearly trivial),
sehingga tidak perlu diakumulasikan dan dicatat pada SUM.

Pada KAP XYZ, tingkat SUM biasanya adalah sebesar 0%, 3%, 5%, atau
10% dari OM, dan dipilih berdasarkan professional judgment serta kondisi
penugasan audit, misalnya ekspektasi dari pihak manajemen dan komite
audit klien. Tim audit PT A menetapkan SUM sebesar 10% dengan
pertimbangan:
- berdasarkan pengalaman audit tahun-tahun sebelumnya,
penyesuaian audit hampir tidak ada dan biasanya merupakan
penyesuaian yang wajar terjadi

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


48

- hasil penilaian atas risiko klien mengindikasikan risiko salah saji


yang kecil dengan adanya pengendalian internal yang efektif
- pihak manajemen hanya meminta auditor untuk
mengkomunikasikan salah saji yang nilainya besar saja, baik salah
saji secara individual maupun agregat

Perhitungan SUM untuk audit atas PT A adalah sebagai berikut:


SUM = 10% × OM
= 10% × Rp4.445.400.000
= Rp444.540.000

Setelah menentukan tingkat materialitas, tim audit juga menentukan rencana


penggunaan konfirmasi eksternal untuk membantu prosedur substantif audit.
Dalam hal ini, tim audit berencana meminta konfirmasi dari bank yang memiliki
hubungan dengan klien untuk konfirmasi saldo kas di bank dan fasilitas yang
dimiliki perusahaan dari bank tersebut, konfirmasi dari pihak eksternal atas
accounts receivable perusahaan, serta konfirmasi dari pihak eksternal terkait
litigasi, transaksi pihak berelasi, dan kepemilikan saham perusahaan.

Tim audit juga perlu mengidentifikasi jika ada bukti audit yang akan digunakan
dalam proses audit, yang disiapkan oleh jasa profesional (expert work), untuk
kemudian melakukan prosedur substantif yang akan memastikan bahwa informasi
yang disiapkan memang akurat. PT A menggunakan jasa aktuaria eksternal yang
diberikan oleh PT M Indonesia Consulting untuk mengukur kewajiban tunjangan
karyawan atau employee benefit obligation PT A berdasarkan PSAK 24 dan
Undang-undang No. 13 Tahun 2003. Selain itu, tim audit juga menetapkan
penggunaan jasa auditor expert untuk audit atas laporan keuangan tahunan PT A,
yaitu tim Risk & Control Solutions (RCS) dari KAP XYZ untuk mengevaluasi
Information Technology General Control (ITGC) perusahaan, karena penggunaan
sistem SAP oleh perusahaan.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


49

Atas PT A, tim audit dalam waktu yang bersamaan melakukan dua jenis audit, yaitu
component audit dan local statutory audit. Component audit dilakukan atas klien
sebagai entitas komponen dari suatu grup atau induk perusahaan tertentu, dalam hal
ini DEF Group, yang bertujuan melaporkan temuan-temuan audit kepada auditor
grup tersebut untuk keperluan konsolidasi grup. Local statutory audit dilakukan
atas klien sebagai entitas yang berdiri sendiri dengan tujuan memberikan opini atas
penyajian laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu dalam tahap penyusunan
rencana audit, tim audit PT A sebagai component auditor perlu melakukan
komunikasi dengan group auditor untuk mendapatkan instruksi dari group auditor
tentang hal-hal tertentu yang perlu dilakukan oleh tim audit PT A untuk keperluan
group auditor. Dalam hal ini, group auditor sebenarnya sudah menetapkan tingkat
materialitas untuk digunakan dalam audit atas PT A sebagai audit komponen.
Namun, karena nilainya tidak jauh lebih tinggi daripada materialitas yang sudah
ditetapkan tim audit PT A untuk keperluan local statutory audit, tim audit PT A
memutuskan untuk tetap menggunakan materialitas yang sudah dihitung.

Tim audit juga kemudian menentukan jadwal serta pertimbangan perencanaan


lainnya seperti budget dan alokasi pekerjaan anggota tim audit. Jadwal yang
ditentukan misalnya jadwal rapat dengan klien, jadwal review oleh ketua tim
perikatan audit (engagement leader), dan jadwal inspeksi fisik persediaan. Tim
audit juga menyiapkan Client Assistant Schedule (CAS) yaitu jadwal pelaksanaan
prosedur-prosedur audit yang perlu melibatkan pihak klien serta kebutuhan
dokumen pendukung.

4.2.5 Penyelesaian Rencana Audit


Pada tahap terakhir, engagement leader dan manager-in-charge melakukan review
atas rencana audit yang sudah dibuat untuk memastikan semua tahapan dan
pertimbangan sudah dilakukan. Proses ini dibantu dengan checklist yang diisi oleh
engagement leader dan manager-in-charge. Setelah itu, auditor perlu melakukan
komunikasi dengan pihak manajemen klien mengenai rencana audit yang akan
dijalankan, termasuk tanggung jawab masing-masing pihak, lingkup audit, dan
jadwal audit.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


50

4.3 Audit Lapangan


Setelah rencana audit dibuat dan disetujui oleh kedua pihak, tim audit kemudian
dapat mulai melakukan audit lapangan (audit fieldwork) sesuai jadwal dan
ketentuan yang telah ditetapkan. Prosedur yang dilakukan untuk setiap komponen
laporan keuangan atau FSLI adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pemahaman dan evaluasi atas proses bisnis dan kegiatan
pengendalian yang relevan
2. Menyiapkan lead schedule
3. Melakukan pengujian pengendalian (tests of controls)
4. Melakukan pengujian detail saldo (tests of details)

Atas saldo akun persediaan PT A pada tanggal 31 Desember 2014, tim audit PT A
juga melakukan prosedur-prosedur di atas. Pemahaman atas proses bisnis dan
kegiatan pengendalian terkait persediaan perusahaan sudah dilakukan pada saat
audit interim. Tests of controls juga sebagian besar telah dilakukan pada audit
interim, dan kemudian diperbarui (update) dengan melakukan pemeriksaan atas
sampel tambahan untuk menguji periode yang belum diuji (intervening period),
yaitu sejak tanggal laporan keuangan interim hingga tanggal 31 Desember 2014.
Lead schedule untuk saldo persediaan pada tanggal 31 Desember 2014 juga
disiapkan. Kemudian, tim audit melakukan tests of details.

4.3.1 Pemahaman dan Evaluasi atas Proses Bisnis dan Kegiatan Pengendalian
terkait Siklus Persediaan PT A
Sebelum memulai prosedur audit lapangan berikutnya, auditor tentu harus memiliki
pemahaman yang cukup mengenai proses bisnis kliennya untuk membantu auditor
mengumpulkan bukti yang cukup, sesuai, dan layak, sehingga pada akhirnya dapat
membuat kesimpulan opini atas penyajian laporan keuangan klien. Pemahaman
dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak manajemen, terutama
pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab atas proses bisnis
yang relevan, dalam hal ini proses-proses terkait persediaan. Pihak-pihak yang
diwawancarai oleh tim audit PT A untuk melakukan pemahaman ini antara lain:

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


51

a. National Plant Controller


b. Regional Plant Controller
c. Assistant Plant Controller
d. Direct SSD Purchasing Manager
e. Cost Master Data Maintenance Administrator
f. Master Data Staffs
g. Tim Business Planning Analysis (BPA) dari divisi keuangan

Selain wawancara, tim audit juga melakukan observasi atas pelaksanaan kegiatan
pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan, misalnya dengan mengobservasi
proses pencatatan atau penggunaan sistem SAP. Tim audit juga melakukan inspeksi
atas dokumen-dokumen pendukung, misalnya Nota Penyerahan Hasil Produksi
(NPHP) ketika proses produksi sudah selesai.

Setelah memahami proses bisnis dalam siklus persediaan PT A, tim audit kemudian
melakukan evaluasi atas kegiatan pengendalian yang diaplikasikan PT A untuk
proses-proses terkait persediaan untuk kemudian menentukan prosedur pengujian
pengendalian atau tests of controls yang perlu dilakukan.

Tim audit mendokumentasikan hasil pemahaman ini pada kertas kerja yang
disediakan. Namun, masih ada beberapa detil pemahaman proses bisnis yang
sebenarnya telah dipahami dan diketahui oleh tim audit tetapi belum
didokumentasikan secara lengkap pada kertas kerja.

4.3.2 Menyiapkan Lead Schedule


Auditor perlu mendapatkan atau menyiapkan listing dari akun-akun pada buku
besar serta nominal saldo akhir tahunnya, karena ini merupakan dasar yang
digunakan perusahaan untuk menyiapkan laporan keuangan. Listing ini sering
disebut sebagai trial balance. Untuk melakukan prosedur audit atas komponen
laporan keuangan, misalnya dalam kasus ini pada akun persediaan, auditor perlu
terlebih dahulu menyiapkan rincian akun atau sub-akun dari komponen yang akan
diuji. Rincian-rincian ini dirangkum pada lead schedule. Di KAP XYZ, kertas kerja

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


52

lead schedule biasanya berisi sub-akun dari komponen yang diuji, saldo akhir tahun
masing-masing sub-akun, saldo akhir tahun sebelumnya, dan penjelasan untuk
setiap akun yang menerangkan sifat dari tiap sub-akun. Rincian saldo tiap sub-akun
persediaan pada 31 Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.2. Lead schedule
yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4.2 Saldo Sub-Akun Persediaan PT A pada 31 Desember 2014


Saldo 31 Desember 2014
Sub-akun Persediaan
(dalam Rp)
Raw materials 121.390.624
Supplies 223.128.813
Spare Parts Inventory 1.312.364.018
Packaging 1.485.478.596
Semi-finished Goods 387.344.141
Finished Goods 735.221.473
Miscellaneous non core products 3.022.288
Trading products 88.368.986
Packaging value adjustment (20.856.994)
Finished products value adjustment (753.007)
Supplies value adjustment -
Raw materials value adjustment -
Semi-finished products value adjustment -
Trading products value adjustment 112.248.816
Miscellaneous non core products value adjustment -
Spare parts value adjustment -
Spare parts - Provisions for Obsolescence (449.390.027)
Finished Goods - Provision for Obsolescence (1.780.583)
Total - Inventory 3.995.787.145
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)

4.3.3 Tests of Controls


Setelah mengevaluasi pengendalian terkait persediaan, tim audit kemudian
memutuskan pengendalian mana yang akan diuji, serta prosedur pengujiannya, test
of control. Tabel 4.3 merangkum pengendalian terkait persediaan yang akan diuji
oleh tim audit, serta tujuan audit yang akan dicapai melalui proses audit. Sebagian
besar dilakukan oleh auditor ahli (auditor’s expert) yaitu perwakilan dari tim RCS
dari KAP XYZ, karena sistem pencatatan PT A menggunakan SAP, sehingga
membutuhkan kemampuan khusus dalam teknologi informasi untuk dapat
melakukan pengujian pengendalian di sistem SAP ini. Tim RCS biasanya

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


53

melakukan prosedur audit untuk menguji pengendalian yang terkait dengan


informasi teknologi, atau disebut sebagai ITGC. Tim audit laporan keuangan
kemudian melakukan evaluasi atas pekerjaan dan kesimpulan yang diambil oleh
tim RCS.

Tabel 4.3 Pengendalian yang Diuji serta Tujuan Audit yang Dicapai

Pengendalian yang Diuji C A CO E/O R&O P&D V


Rekonsiliasi perpindahan barang sudah
      
dilakukan dengan benar
Barang yang rusak atau usang sudah
      
diidentifikasi*
Produksi barang jadi yang dicatat di sistem
      
sudah sesuai dengan dokumen pendukung
Suku cadang dihitung secara berkala dan
      
nilainya diukur dengan benar
Perubahan biaya standar di sistem sudah sesuai
      
dengan dokumen yang disetujui
Sistem mencatat varians atas persediaan
      
berdasarkan akun-akun yang telah ditentukan*
Barang yang diterima dicocokkan dengan
      
dokumen penerimaan yang sudah terotorisasi
Keterangan:
C: Completeness; A: Accuracy; CO: Cutoff; E/O: Existence/Occurence; R&O: Rights &
Obligations; P&D: Presentation & Disclosure; V: Valuation
*: merupakan ITGC
Sumber: Hasil olahan penulis berdasarkan kertas kerja KAP XYZ

Selanjutnya akan dibahas masing-masing pengujian pengendalian di atas. Untuk


pengendalian yang merupakan ITGC, tidak akan dibahas secara detail teknis dari
prosedur pengujian, hanya garis besar prosedur serta kesimpulannya saja.

4.3.3.1 Rekonsiliasi Perpindahan Barang Sudah Dilakukan dengan Benar


Setiap bulan, Plant Controller akan memeriksa Laporan Bulanan Resin dari Kepala
Gudang Material. Laporan tersebut mencakup rekonsiliasi saldo resin pada laporan
dari co-packer dan saldo yang tercatat pada sistem SAP PT A. Jika ada perbedaan
antara kedua saldo, Kepala Gudang Material harus memberikan penjelasan,
termasuk penyebab perbedaan saldo, langkah tindak lanjut yang akan diambil, serta
klarifikasi dari pihak co-packer. Tim audit kemudian menguji kegiatan
pengendalian ini untuk memastikan tercapainya asersi completeness, accuracy,
existence, dan rights & obligations untuk akun persediaan PT A.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


54

Tim audit melakukan pengujian atas sampel, yaitu rekonsiliasi bulanan pada tiap
pabrik untuk tiap co-packer, dengan memastikan tercapainya atribut-atribut berikut:
a. Adanya konfirmasi saldo resin oleh co-packer untuk pabrik dan bulan
tersebut
b. Rekonsiliasi antara saldo co-packer dengan angka SAP
disetujui/ditandatangani oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini Logistic
Manager dan Plant Controller
c. Jika ada perbedaan saldo persediaan antara SAP dan laporan co-packer,
perbedaan ini sudah diinvestigasi dan dicari tahu penyebabnya

Penentuan jumlah sampel yang diperlukan untuk pengujian pengendalian akan


tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a. Frekuensi kegiatan pengendalian
b. Ekspektasi deviasi dari pengendalian
c. Tingkat relevansi dan keandalan bukti audit
d. Seberapa besar bukti audit yang diambil pada pengujian pengendalian lain
untuk menguji asersi yang sama
e. Sifat pengendalian yang diuji (apakah terotomatisasi atau manual, apakah
pengendalian kunci lainnya bergantung pada pengendalian yang diuji,
apakah pengendalian membutuhkan banyak pertimbangan manual, apakah
prosedur pengendalian bersifat kompleks, dan apakah ada risiko besar
bahwa manajemen dapat mengesampingkan pengendalian/override
controls)
f. Apakah ada perubahan desain atau pengoperasian dari pengendalian
tersebut

Berdasarkan XYZ Audit Guide, untuk pengendalian yang sudah terotomatisasi,


ukuran sampel yang diperlukan biasanya sedikit. Untuk pengendalian yang bersifat
manual, pedoman penentuan jumlah sampel sesuai dengan frekuensi pengendalian,
jumlah populasi, dan tingkat keyakinan yang diinginkan dapat dilihat pada
Tabel 4.4 berikut.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


55

Tabel 4.4 Penentuan Jumlah Sampel untuk Pengujian Pengendalian


Jumlah Populasi Jumlah Sampel
Frekuensi (berapa kali kegiatan Tingkat Tingkat
Pengendalian pengendalian Keyakinan Keyakinan
dilakukan) yang Tinggi yang sedang
Tahunan 1 1 1
Triwulanan 4 2 1
Bulanan 12 2 2
Mingguan 52 5 4
Harian 250 20 10
Beberapa kali sehari Lebih dari 250 25 15
Sumber: XYZ Audit Guide

Berdasarkan pedoman tersebut, dengan jumlah populasi sebesar 1.404, jumlah


sampel yang diambil adalah 25 sampel. Dari seluruh sampel yang diinspeksi,
sebagian besar menunjukkan adanya perbedaan saldo antara SAP dan laporan
co-packer, namun seluruh perbedaan sudah diinvestigasi dan alasannya dapat
diterima. Oleh karena itu, tim audit menilai bahwa pengawasan manajemen atas
persediaan PT A yang ada di pihak ketiga yaitu co-packer sudah cukup memadai.

Karena pengujian ini sudah dilaksanakan pada saat audit interim, tim audit tidak
melakukan pengujian ulang keseluruhan karena pengendalian masih sama, namun
hanya menambah jumlah sampel saja yaitu sebanyak tiga sampel untuk menguji
intervening period. Kesimpulan dari tambahan pengujian tetap sama dengan
kesimpulan sebelumnya.

4.3.3.2 Barang yang Rusak atau Usang Sudah Diidentifikasi


Untuk memastikan accuracy, existence, dan valuation dari persediaan, tim audit
kemudian menguji apakah barang yang rusak dan rusak sudah diidentifikasi dan
dicatat dengan benar. Pengujian dilakukan oleh tim RCS dengan menguji atribut-
atribut berikut untuk pabrik tertentu pada bulan tertentu. Atribut tersebut adalah:
1. Adanya penyesuaian untuk allowance dan write-off persediaan untuk
prosedur tutup buku akhir bulan (di SAP)
2. Adanya inspeksi fisik persediaan (stock take) untuk memeriksa barang
usang atau rusak (minimal satu kali setiap enam bulan)

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


56

Dengan jumlah populasi sebesar 228, yaitu perkalian dari jumlah pabrik (19 pabrik)
dan frekuensi penyesuaian (12 kali dalam satu tahun), jumlah sampel yang
digunakan adalah 10 sampel. Hasil pengujian menemukan ada satu pabrik yang
tidak mengidentifikasi barang yang usang atau rusak. Tim RCS kemudian
melakukan diskusi dengan tim RCA dari PT A untuk menilai dampak dari
kegagalan ini. Menurut diskusi, kelemahan ini kemungkinan tidak akan berdampak
material pada laporan keuangan karena inventory turnover sangat tinggi dan
persediaan memiliki risiko yang cukup kecil untuk menjadi usang.

Tim RCS juga melakukan pengujian tambahan untuk intervening period dengan
menambah tiga sampel, dan menemukan ada dua pabrik yang tidak melakukan
inspeksi barang usang dan rusak. Kesimpulan yang diambil masih sama dengan
hasil pengujian pada audit interim.

4.3.3.3 Produksi Barang Jadi yang Dicatat di Sistem Sudah Sesuai dengan
Dokumen Pendukung
Staf gudang penyimpanan barang jadi (Finished Goods Warehouse/FGWH)
memeriksa jumlah barang jadi yang diterima dari divisi Produksi dan mencatat
penerimaan tiap palet, yaitu lapisan kayu yang digunakan sebagai alas muatan agar
dapat ditumpuk dan diangkat dengan mudah, dengan membuat Bukti Penerimaan
Hasil Produksi (BPHP). Pada akhir tiap shift, Supervisor FGWH dan Supervisor
Produksi membandingkan angka pada SAP dengan Nota Penerimaan Hasil
Produksi (NPHP) dan BPHP. Jika sesuai, Supervisor Produksi akan
menandatangani NPHP. Jika tidak, perbedaan yang ada akan diinvestigasi dan
diselesaikan pada saat itu juga.

Untuk menguji pengendalian ini, melakukan prosedur sebagai berikut:


a. Meminta sampel (per pabrik dan per produksi barang jadi)
b. Meminta BPHP dan NPHP dari sampel yang diambil berdasarkan listing
Goods Issue (GI) untuk semua pabrik

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


57

c. Melakukan vouching dokumen untuk menguji atribut berikut:


1. Total kuantitas per material di GI sesuai dengan kuantitas di NPHP
dan BPHP
2. NPHP dan BPHP ditandatangani oleh pihak yang diotorisasi

Pengujian ini sudah dilakukan pada tahun sebelumnya, yaitu pada audit atas laporan
keuangan 2013, dan hasilnya memuaskan. Karena siklus persediaan bukan
merupakan risiko signifikan bagi perusahaan dan proses pengendalian ini masih
sama dengan tahun sebelumnya, tim audit memutuskan untuk menggunakan bukti
audit tahun lalu (Prior Audit Evidence/PAE), dan hanya menambah satu sampel
untuk diuji untuk tahun 2014, atau disebut sebagai Test of One. Kesimpulannya
masih sama, yaitu pengendalian berjalan dengan efektif.

4.3.3.4 Suku Cadang Dihitung Secara Berkala dan Nilainya Diukur dengan Benar
Gudang di setiap pabrik melakukan penghitungan bulanan persediaan (Monthly
Cycle Count) dengan menggunakan metode ABC, dengan sampel yang sudah
ditentukan dari Kantor Pusat. Metode ABC maksudnya adalah klasifikasi
persediaan PT A berdasarkan pengendalian dan nilainya, yaitu:
a. Persediaan tipe A: pengendalian sangat ketat, nilai persediaan tinggi, seperti
motor untuk mesin produksi
b. Persediaan tipe B: pengendalian normal, nilai persediaan sedang, seperti
filter atau penyaring untuk mesin pompa air
c. Persediaan tipe C: pengendalian sederhana, nilai persediaan rendah, seperti
baut dan kabel

Warehouse Manager melakukan review dan memeriksa hasil penghitungan


persediaan. Setelah itu, mereka mempersiapkan Berita Acara Perhitungan Fisik
(Stock Take Memorandum) yang harus disetujui oleh Plant Manager dan Plant
Controller. Setiap perbedaan harus diselidiki dan diselesaikan dalam waktu
maksimum 5 hari setelah tanggal penghitungan persediaan. Setelah disetujui,
Warehouse Admin akan memasukkan kuantitas hasil penghitungan persediaan ke
SAP. Laporan Penghitungan Persediaan (Stock Take Report) yang disetujui harus

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


58

dikirim ke bagian BPA di divisi Keuangan di Kantor Pusat. BPA kemudian akan
mencatat penyesuaian di SAP. Hasil input disebut "Post Clear Adjustment".

Tim audit menguji pengendalian berdasarkan dua atribut, yaitu:


a. Kuantitas suku cadang di SAP (berdasarkan Post Clear Adjustment) sesuai
dengan hasil penghitungan persediaan pada Berita Acara Perhitungan Fisik
b. Berita Acara Perhitungan Fisik disetujui oleh pihak yang diotorisasi

Dengan jumlah populasi 228 (19 pabrik dikalikan dengan 12 bulan), tim audit
mengambil 10 sampel untuk diuji dengan menginspeksi dokumen-dokumen
pendukung. Dari 10 sampel, seluruhnya memenuhi kedua atribut pengujian. Tim
audit menilai pengendalian ini berjalan dengan efektif pada saat audit interim
dilakukan.

Untuk memperbarui kesimpulannya dan meningkatkan keyakinan, tim audit


melakukan pengujian tambahan atas intervening period, yaitu dengan melakukan
observasi langsung dengan menghadiri proses penghitungan persediaan di tiga
pabrik. Dari pengujian tersebut, tim audit menilai pengendalian sudah berjalan
efektif dengan tidak adanya perbedaan antara angka di SAP dengan hasil
penghitungan fisik.

4.3.3.5 Perubahan Biaya Standar di Sistem Sudah Sesuai dengan Dokumen yang
Disetujui
Menurut pemahaman tim audit, setiap perubahan biaya standar harus disetujui oleh
pihak yang memiliki kewenangan sebelum perubahan tersebut diimplementasikan
di SAP. Tim audit kemudian menguji pengendalian ini dengan meminta Standard
Raw & Packs Price Maintenance Form untuk tahun 2014 dan memastikan dua
atribut, yaitu:
1. Standard Raw & Packs Price Maintenance Form sudah disetujui oleh pihak
yang diotorisasi, dalam hal ini Vice President Purchasing, Plant Controller,
dan Finance Controller
2. Biaya standar yang baru sudah dimasukkan ke sistem SAP dengan benar

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


59

Pada audit tahun 2013, tim audit sudah menguji pengendalian ini dan menemukan
bahwa hasilnya memuaskan. Dengan pertimbangan pengendalian tidak mengalami
perubahan dan risiko kecil pada siklus persediaan, tim audit memutuskan untuk
menggunakan PAE. Jumlah sampel yang digunakan pada tahun 2013 adalah 25 dari
jumlah populasi lebih dari 250. Besarnya jumlah populasi disebabkan adanya
perubahan biaya standar untuk hampir seluruh komponen di listing persediaan.
Untuk audit tahun 2014, tim audit hanya menambah satu sampel untuk diuji, dan
sampel tersebut memenuhi kedua atribut di atas. Oleh karena itu, tim audit
mengambil kesimpulan bahwa pengendalian sudah berjalan dengan efektif.

4.3.3.6 Sistem Mencatat Varians atas Persediaan Berdasarkan Akun-Akun yang


Telah Ditentukan
Karena PT A menggunakan metode biaya standar untuk pencatatan nilai
persediaannya, akan ada varians-varians yang muncul karena perbedaan antara
biaya standar yang digunakan PT A dengan biaya aktual. Sistem pencatatan varians
dilakukan secara otomatis di SAP, karena pada SAP sudah ada modul biaya standar
yang menjadi pembanding setiap ada input di sistem SAP, misalnya ketika
melakukan pembelian resin. Dalam pembukuan PT A, varians dicatat sesuai dengan
asal munculnya varians tersebut. Misalnya, saldo Material Price Variance
merepresentasikan perbedaan antara biaya standar dengan harga beli barang. Untuk
itu, tim audit perlu memastikan varians yang dicatat di SAP sudah tercatat dengan
benar sesuai dengan klasifikasinya. Prosedur ini dilakukan oleh tim RCS dengan
cara mengunduh filter yang digunakan mengklasifikasikan varians, lalu
membandingkannya dengan listing akun varians dari divisi Keuangan. Tim RCS
juga menguji ketepatan perhitungan matematis dari varians. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pengendalian sudah berlangsung dengan efektif dan dapat
diandalkan.

4.3.3.7 Barang yang Diterima Dicocokkan dengan Dokumen Penerimaan yang


Sudah Terotorisasi
Ketika perusahaan membeli lalu kemudian menerima barang, Warehouse Admin
akan membuat Goods Receipt (GR) di SAP dengan menggunakan nomor referensi

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


60

pada Purchase Order (PO), lalu mencetak GR untuk kemudian ditandatangani oleh
Warehouse Supervisor. Untuk menguji pengendalian ini, tim audit melakukan
pencocokan tiga arah atau yang disebut sebagai three-way matching, yaitu dengan
mencocokkan informasi jumlah barang, deskripsi barang, dan nilai barang antara
PO, faktur, dan GR. Tim audit juga mencocokkan penerimaan barang dengan listing
pembelian material perusahaan. Pengujian ini juga merupakan bagian dari
pengujian atas pengendalian siklus pembelian yang melibatkan komponen laporan
keuangan Persediaan, Property, Plants, and Equipments (PPE), Operating
Expense, dan COGS.

Dengan jumlah populasi lebih dari 250, tim audit mengambil 25 sampel penerimaan
barang untuk diuji. Atribut-atribut yang diuji adalah:
1. PO diotorisasi oleh pihak yang memiliki kewenangan
2. Kuantitas dan deskripsi barang di Delivery Order (DO) atau Bill of Lading
(BL) sesuai dengan PO, dan GR sudah disisipkan dengan DO oleh staf
gudang
3. Harga per unit dan deskripsi barang di faktur sesuai dengan PO
4. Nilai barang pada dokumen sesuai dengan SAP/listing pembelian barang

Dari hasil pengujian atribut-atribut tersebut, tim audit tidak menemukan adanya
kejanggalan, dan menilai bahwa pengendalian sudah berjalan dengan efektif.
Kemudian, untuk memeriksa intervening period, tim audit menambah jumlah
sampel sebanyak 5 sampel dan melakukan pengujian. Kesimpulan yang diambil
tetap sama dengan saat audit interim, yaitu pengendalian berjalan efektif.

4.3.4 Tests of Details


Saat melakukan prosedur analitis awal pada tahap perencanaan audit, tim audit
sudah menetapkan beberapa pengujian substantif yaitu pengujian detail saldo yang
akan dilakukan atas akun persediaan (subbab 4.2.3). Selain itu, pada tahap awal
audit lapangan, auditor juga telah menentukan beberapa tests of details yang perlu
dilakukan untuk pengendalian tertentu. Auditor juga perlu menggunakan
professional judgment untuk menentukan tests of details lainnya yang diperlukan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


61

untuk mengumpulkan bukti yang cukup yang dapat membantu auditor dalam
menarik kesimpulan tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan.
Untuk akun persediaan, tim audit PT A melakukan beberapa pengujian-pengujian
detail saldo yang akan dibahas pada bagian berikutnya.

4.3.4.1 Pengujian Rekonsiliasi Persediaan


Prosedur ini adalah pengujian standar untuk detail saldo persediaan. Tim audit
melakukan pengujian untuk memastikan:
1. Penjumlahan atau total pada detailed listing persediaan sesuai dengan saldo
akhir tahun pada buku besar
2. Penjumlahan detailed listing sudah akurat secara matematis
3. Tidak ada saldo yang tidak wajar, misalnya saldo subakun persediaan yang
negatif (kredit), persediaan yang berada di lokasi pemasok atau pelanggan
namun dimasukkan dalam saldo persediaan, atau yang berada di lokasi
perusahaan pada lokasi tersebut sebenarnya tidak dimiliki oleh perusahaan.

Hasil pengujian prosedur ini biasanya tercatat bersamaan di kertas kerja lead
schedule untuk persediaan. Prosedur yang dilakukan tim audit adalah meminta
detailed listing persediaan dan provisi atas persediaan, lalu menjumlahkan sendiri
total untuk tiap sub-akun persediaan untuk kemudian dibandingkan dengan saldo
pada trial balance di lead schedule.

Tabel 4.5 menunjukkan hasil perbandingan antara saldo akun persediaan dengan
hasil penjumlahan listing. Tim audit menemukan ada perbedaan untuk akun provisi
atas suku cadang, namun karena nilainya masih di bawah SUM, tim audit tidak
melakukan prosedur tambahan untuk mengujinya. Selain itu, besar saldo provisi
atas barang jadi juga tidak material dan berada di bawah SUM, sehingga tim audit
tidak melakukan pemeriksaan. Untuk seluruh sub-akun penyesuaian seperti yang
tertera pada Tabel 4.2, tidak tersedia listing untuk masing-masing sub-akun karena
sifatnya yang merupakan akun penyesuaian atas varians pada persediaan yang
belum terjual.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


62

Tabel 4.5 Perbandingan Saldo Trial Balance dengan Listing


Current
Period Balance per
FSLI / Accounts Difference
31/12/2014 listing
(Rp)
Raw materials 121.390.624 121.390.624 0
Supplies 223.128.813 223.128.813 0
Spare Parts Inventory 1.312.364.018 1.312.364.018 0
Packaging 1.485.478.596 1.485.478.596 0
Semi-finished Goods 387.344.141 387.344.141 0
Finished Goods 735.221.473 735.221.473 0
Miscellaneous non core products 3.022.288 3.022.288 0
Trading products 88.368.986 88.368.986 0
Spare parts - Provisions for Obsolescence (449.390.027) (445.359.251) (4.030.776)
Finished Goods - Provision for (1.780.583)
Obsolescence -
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)

Tabel 4.5 menunjukkan hasil perbandingan antara saldo akun persediaan dengan
hasil penjumlahan listing. Tim audit menemukan ada perbedaan untuk akun provisi
atas suku cadang sebesar Rp4,03 juta, namun karena nilainya masih di bawah SUM,
tim audit tidak melakukan prosedur tambahan untuk mengujinya. Selain itu, besar
saldo provisi atas barang jadi juga tidak material dan berada di bawah SUM,
sehingga tim audit tidak melakukan pemeriksaan. Untuk seluruh sub-akun
penyesuaian seperti yang tertera pada Tabel 4.2, tidak tersedia listing untuk masing-
masing sub-akun karena sifatnya yang merupakan akun penyesuaian atas varians
pada persediaan yang belum terjual.

Selain itu, tim audit menemukan adanya kejanggalan di detailed listing yaitu satu
saldo kredit sebesar Rp17,9 juta pada detailed listing untuk akun Trading Products,
namun karena nilainya berada di bawah SUM, auditor tidak melakukan prosedur
pengujian tambahan.

4.3.4.2 Memahami dan Mengevaluasi Kebijakan Akuntansi untuk Persediaan


Prosedur ini juga merupakan pengujian detail saldo yang standar dan selalu
dilakukan untuk akun persediaan. Dari pemahaman yang dilakukan melalui diskusi
dengan pihak manajemen, tim audit menemukan bahwa metode pengukuran biaya
yang digunakan adalah metode biaya standar (standard cost) dan formula yang

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


63

digunakan adalah moving average cost, dan bahwa metode pengukuran ini
konsisten dengan metode di periode sebelumnya.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dengan menggunakan biaya standar akan


muncul varians akibat perbandingan dengan biaya aktual. Varians ini langsung
dialokasikan secara keseluruhan ke COGS meskipun barang belum terjual. Pada
akhir tahun, perusahaan mengukur varians atas persediaan yang belum terjual untuk
kemudian dimasukkan pada sub-akun penyesuaian untuk masing-masing jenis
persediaan. Pengujian detail saldo ini menguji accuracy dan completeness alokasi
varians ke sub-akun yang sesuai.

Dari diskusi dengan pihak manajemen, tim audit menemukan ada empat jenis
varians terkait biaya material, yaitu:
1. Material Price Variance (MPV): perbedaan dengan harga beli
2. Material Quantity Variance (MQV): perbedaan dengan produksi
3. Manufacture Subcontracting Variance (SCV): perbedaan untuk barang
setengah jadi yang disubkontrakkan
4. Manufacturing overhead material cost (SCV): perbedaan yang berasal dari
perbedaan biaya material lainnya

Pengujian dilakukan dengan menjumlahkan kembali saldo varians sesuai dengan


alokasinya, untuk menemukan jumlah varians pada tiap jenis persediaan.
Kemudian, auditor menghitung days of inventory turnover untuk tiap jenis
persediaan, dengan rumus:

𝑫𝒂𝒚𝒔 𝒐𝒇 𝒊𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚 𝒕𝒖𝒓𝒏𝒐𝒗𝒆𝒓


(Saldo sub − akun persediaan + saldo sub − akun penyesuaian persediaan )⁄
= 2 × 360
COGS yang dialokasikan untuk jenis persediaan tersebut

Angka days of inventory turnover tiap jenis persediaan kecuali suku cadang
kemudian dibagi 30 karena jumlah varians yang dipakai auditor adalah varians
untuk persediaan bulan Desember 2014 dan dikalikan dengan jumlah varians jenis
persediaan tersebut yang sudah dihitung sebelumnya. Khusus untuk suku cadang,

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


64

angka pembaginya adalah 360, karena jumlah varians untuk suku cadang yang
dipakai auditor adalah untuk persediaan selama tahun 2014. Proses ini dilakukan
untuk mengukur perkiraan nilai varians yang seharusnya dialokasikan kembali ke
persediaan berdasarkan rata-rat lamanya persediaan berada di tangan perusahaan
sebelum akhirnya terjual. Hasil untuk setiap jenis persediaan kemudian
dibandingkan dengan saldo pada sub-akun penyesuaian tiap jenis persediaan.
Perbedaan varians setiap jenis persediaan kemudian dijumlah dan menghasilkan
nilai over- atau understatement persediaan. Dalam hal ini, tim audit PT A
menemukan adanya kelebihan pengakuan persediaan sebesar Rp23,7 juta, yang
juga merupakan kekurangan pengakuan COGS. Karena nilainya di bawah SUM,
tim audit tidak melakukan prosedur lebih lanjut. Perhitungan detail terkait prosedur
ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tiap akhir tahun, PT A melakukan revaluasi atas biaya standar persediaan. Jika ada
perbedaan, kebijakan PT A adalah untuk langsung mengakui keuntungan atau
kerugian dari revaluasi ke laporan laba rugi, dan bukan menyesuaikan nilai
persediaan. Dengan sifat persediaan yang fast moving atau perputarannya cepat
(kecuali suku cadang), efek dari kebijakan ini tidak material karena persediaan yang
direvaluasi biasanya sudah terjual. Untuk suku cadang, tim audit menemukan
bahwa turnover suku cadang sangat lambat, yaitu 109 hari, sehingga tim audit
merekomendasikan agar tidak mengalokasikan untung/rugi revaluasi suku cadang
ke laporan laba rugi, melainkan dicatat sebagai penyesuaian atas persediaan.

Berdasarkan pemahaman, PT A menggunakan metode biaya moving average untuk


pencatatan persediaan suku cadang, yaitu perusahaan menghitung nilai rata-rata
biaya setiap kali terjadi pembelian dan penerimaan suku cadang. Untuk menguji
accuracy dan valuation dari pencatatan suku cadang, tim audit melakukan
pengujian detail atas empat sampel, yaitu dengan membandingkan harga berjalan
(moving price) untuk empat barang tersebut yang tercatat di SAP, dengan harga per
unit yang tercatat di faktur pembelian. Tim audit menemukan satu perbedaan harga,
namun nilainya sangat kecil dan, setelah didiskusikan dengan manajemen, terjadi
karena translasi mata uang asing. Oleh karena itu, tim audit berkesimpulan bahwa

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


65

perhitungan moving average price sudah disajikan dengan wajar. Kebijakan


akuntansi perusahaan juga sesuai dengan pedoman akuntansi dari DEF Group.

4.3.4.3 Observasi Fisik Persediaan


Pengujian ini juga merupakan pengujian yang standar dan harus selalu dilakukan
untuk akun persediaan, mengingat persediaan adalah aset yang tidak hanya
memiliki nilai moneter namun juga memiliki bentuk fisik. Untuk melakukan
observasi fisik persediaan, tim audit terlebih dahulu membuat perencanaan
pendekatan sebelum melakukan observasi. Hal-hal yang direncanakan antara lain:
1. Pendekatan atau metode observasi yang akan dilakukan
2. Lokasi yang akan diobservasi
3. Jumlah pemeriksaan yang akan dilakukan
4. Metode penghitungan yang akan digunakan
5. Jadwal observasi

Tim audit PT A memutuskan untuk melakukan observasi dengan menghadiri


penghitungan tahunan persediaan oleh PT A dan menggunakan metode
penghitungan fisik atas barang sebagai metode penghitungan kuantitas persediaan.
Tim audit kemudian meminta listing persediaan per pabrik, depot, maupun pihak
ketiga untuk menentukan lokasi yang akan diobservasi penghitungannya. Hal yang
menjadi pertimbangan pemilihan lokasi antara lain besar nilai persediaan di lokasi,
lokasi baru, serta melihat sejarah observasi pada audit tahun-tahun sebelumnya.
Tim audit PT A memutuskan untuk melakukan observasi ke enam lokasi, yang
merupakan campuran antara pabrik, depot, dan pihak ketiga.
Menurut XYZ Audit Guide, secara umum, jumlah pengujian penghitungan yang
dilakukan untuk persediaan adalah 60 hingga 120 pengujian untuk tiap lokasi,
dengan asumsi populasi jumlah persediaan di atas 200. Tim audit memutuskan
untuk melakukan 60 observasi yang dijadikan sampel. Dari 60 observasi tersebut,
30 merupakan floor-to-list dan 30 merupakan list-to-floor. Khusus untuk depot
yang diobservasi, jika jumlah barang kurang dari 60, tim audit akan melakukan
observasi atas seluruhnya dengan list-to-floor. Dari hasil diskusi, PT A melakukan
penghitungan tahun secara serentak di semua lokasi sesuai dengan jenis lokasi.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


66

Untuk pabrik, penghitungan dilakukan pada tanggal 14 Desember 2014. Untuk


depot dan lokasi pihak ketiga, penghitungan dilakukan pada 28 Desember 2014.
Selain itu, tim audit juga perlu mengevaluasi rencana penghitungan yang dibuat
oleh pihak manajemen perusahaan, untuk memastikan kelayakan prosedur
penghitungan dan pencatatan hasil penghitungan yang akan dilakukan oleh pihak
manajemen. Tim audit mengevaluasi rencana tersebut dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada Physical Inventory Checklist.

Setelah melakukan perencanaan, tim audit kemudian menghadiri penghitungan


fisik persediaan. Biasanya, satu anggota tim audit ditugaskan untuk satu lokasi.
Pada saat mengobservasi penghitungan, auditor harus memperhatikan hal-hal
penting seperti ada atau tidaknya barang rusak dan usang, cara penghitungan pihak
perwakilan klien sudah benar, dan proses identifikasi, pengamanan, dan pemisahan
persediaan di lokasi. Auditor juga kemudian menguji kesesuaian antara sampel
yang sudah diambil dari listing persediaan dengan hasil penghitungan fisik. Auditor
mendokumentasikan hal-hal ini pada checklist. Setelah melakukan observasi,
auditor perlu membuat laporan hasil observasi atau Stock Take Observation Report.

Setelah ditelaah, tim audit PT A menilai bahwa proses penghitungan fisik


persediaan oleh pihak perusahaan sudah dilakukan dengan baik dan sesuai
prosedur. Selain itu, hasil penghitungan atas sampel menunjukkan adanya
perbedaan sebesar Rp52,5 juta jika dibandingkan dengan saldo yang tercatat untuk
sampel-sampel tersebut di detailed listing persediaan. Perbedaan ini dinilai tidak
signifikan sehingga tidak diperlukan prosedur lanjutan selain melakukan
penyesuaian pada pencatatan. Penyesuaian ini sudah dilakukan oleh PT A.

Untuk menguji eksistensi persediaan, pada saat melakukan observasi penghitungan


fisik, auditor juga mengambil beberapa sampel dokumen penerimaan barang
(Goods Received/GR) dan pengiriman barang (Delivery Note/DN) yang dibuat pada
tanggal penghitungan fisik dan pada satu hari sebelum penghitungan fisik. Untuk
penerimaan barang yang dokumen GR-nya tercatat pada hari penghitungan atau
satu hari sebelumnya, barang tersebut seharusnya sudah ada di lokasi, dan untuk

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


67

pengiriman barang yang DN-nya tercatat pada hari penghitungan atau sehari
sebelumnya, barang tersebut seharusnya tidak ada lagi di lokasi. Dalam hal ini, tim
audit PT A tidak menemukan kejanggalan atau kelemahan ini selama
mengobservasi penghitungan fisik di lokasi penyimpanan persediaan PT A.

4.3.4.4 Menguji Cutoff Penerimaan Persediaan


Berdasarkan pemahaman tim audit, risiko kesalahan cutoff penerimaan persediaan
terdapat pada tiga area yaitu:
1. Impor resin
2. Impor produk E

Untuk impor resin, tim audit memeriksa listing Purchase Order (PO) resin yang
masih open atau belum selesai, yaitu PO yang barangnya belum diterima atau baru
diterima sebagian oleh perusahaan. Berdasarkan listing, PO yang masih open hanya
terdiri dari pembelian dari pemasok domestik dan tidak ada PO untuk pembelian
secara impor langsung yang masih open. Jumlah nilai PO yang masih open adalah
sebesar Rp1,24 miliar, dan nilai ini masih berada di bawah PM. Dengan
keseluruhan PO yang masih open merupakan pembelian domestik dan waktu
pengiriman yang cukup singkat yaitu sekitar satu atau dua hari saja, tim audit
menilai tidak ada risiko cutoff karena transfer risiko dan manfaat dari barang
tersebut terjadi ketika barang diterima oleh pabrik PT A. Untuk PO yang barangnya
sudah diterima sebagian, tim audit kemudian melakukan pengecekan ke dokumen
pendukung yaitu GR, untuk memastikan tanggal pencatatan penerimaan di SAP
sama dengan tanggal yang tertera di GR.

Tim audit mewawancarai Plant Controller dan menemukan bahwa transaksi impor
produk E dilakukan dengan FOB Shipping Point, sehingga seharusnya dicatat
ketika barang diangkut ke kapal, sesuai dengan tanggal pada Bill of Lading (BL).
Namun, sesuai prosedur untuk seluruh persediaan, PT A mencatat penerimaan
produk E ketika barang sudah sampai di pabrik atau depot. Jangka waktu
pengiriman dari negara asal ke Jakarta adalah empat sampai lima minggu, tidak
termasuk satu sampai dua minggu waktu yang dibutuhkan untuk mengurus dan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


68

mengirimkan barang dari pelabuhan ke pabrik dan depot. Oleh karena itu, tim audit
menemukan isu cutoff untuk penerimaan produk E yaitu selama dua bulan sebelum
31 Desember 2014. Namun, karena nilai pembeliaannya selama tahun 2014 hanya
Rp400 juta dan nilai tersebut berada di bawah SUM, tim audit tidak melakukan
pengujian lebih lanjut.

Tim audit tidak melakukan pemeriksaan atas dokumen penerimaan persediaan


terakhir di tahun 2014 dan pertama di tahun 2015 dengan konsiderasi bahwa
perusahaan mencatat penerimaan barang pada akun Goods Received-Invoice
Received (GR/IR), yaitu akun kliring di SAP yang menjadi buffer untuk perbedaan
jumlah barang yang diterima dengan jumlah barang yang tertera pada faktur, yang
kemudian akan direkonsiliasi pada akhir tahun sebelum penyusunan laporan
keuangan. Akun kliring ini diuji pada pengujian atas siklus penerimaan dan
pembayaran, dan tidak ditemukan adanya kejanggalan.

4.3.4.5 Menguji Pengukuran Persediaan pada Nilai Realisasi Neto atau NRV
Tim audit perlu memastikan tercapainya asersi valuation atas persediaan PT A.
Persediaan seharusnya dicatat sebesar nilai yang dapat diperoleh perusahaan jika
persediaan tersebut terjual dalam kondisi penjualan yang normal. Oleh karena itu,
nilai persediaan yang tercatat tidak boleh melebihi nilai realisasi neto.

Untuk itu, tim audit PT A melakukan uji nilai realisasi neto atas barang jadi PT A.
Tim audit tidak melakukan pengujian untuk jenis persediaan lain dengan
pertimbangan:
a. Perhitungan biaya standar yang digunakan perusahaan untuk mencatat
persediaan sudah mempertimbangkan proyeksi nilai pasar dari persediaan
tersebut, sehingga seharusnya sudah mendekati atau lebih rendah daripada
NRV
b. Perusahaan tidak memiliki rencana untuk menjual persediaan selain barang
jadi secara komersial, dan hanya berencana menggunakannya untuk proses
produksi saja

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


69

Untuk menguji apakah persediaan sudah tercatat dengan metode LCNRV atau
belum, tim audit meminta rincian biaya per unit untuk barang jadi, rincian harga
jual dan biaya untuk menjual (cost to sell) barang jadi, lalu membandingkan biaya
per unit dengan harga jual dikurangi biaya untuk menjual. Dalam hal ini, biaya
untuk menjual yang dipakai adalah biaya freight-out. Tim audit melakukan
pengujian atas 21 SKU, dan mendapati bahwa tidak ada isu terkait NRV karena
seluruh SKU memiliki biaya per unit yang lebih rendah daripada NRV, sehingga
auditor menilai penyajian nilai persediaan sudah wajar.

4.3.4.6 Menilai Kewajaran dari Provisi atas Persediaan


Berdasarkan diskusi dengan pihak manajemen, PT A hanya mencatat provisi untuk
suku cadang dan barang jadi yaitu produk M. PT A tidak mencatat provisi untuk
produk barang jadi lainnya karena perputarannya yang cepat sehingga hampir tidak
mungkin kadaluwarsa sebelum terjual. Seperti sudah dibahas sebelumnya,
perputaran persediaan suku cadang sangat lambat, dengan days of turnover selama
109 hari, sehingga tim audit menilai uji kewajaran perlu dilakukan untuk provisi
persediaan suku cadang.

Tim audit menilai kewajaran provisi dengan menghitung rata-rata persentase


provisi dibandingkan dengan saldo persediaan suku cadang pada tahun-tahun
sebelumnya, seperti pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perhitungan Persentase Provisi terhadap Saldo Persediaan Suku Cadang

2013 2012
Spare Parts Inventory 1.223.110.356 1.080.308.054
Spare parts - Provisions for Obsolescence 386.140.017 329.193.306
Percentage 32% 30%
Average 31%
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)

Kemudian, berdasarkan rata-rata persentase tersebut, tim audit menghitung besar


provisi yang sewajarnya, dengan cara mengalikan dengan saldo persediaan suku
cadang tahun 2014, lalu membandingkannya dengan saldo provisi suku cadang
perusahaan tahun 2014. Auditor menemukan bahwa perbedaannya hanya sebesar

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


70

Rp42,3juta, yang besarnya berada di bawah SUM, sehingga auditor menilai nilai
provisi yang dicatat PT A masih wajar.

4.3.4.7 Menguji Proses Rollforward Akhir Tahun untuk Persediaan


Proses penghitungan fisik persediaan akhir tahun oleh perusahaan dilakukan
sebelum tanggal 31 Desember 2014, yaitu pada tanggal 14 dan 28 Desember 2014.
Dengan adanya jeda waktu tersebut, auditor harus memastikan bahwa saldo
persediaan pada 31 Desember 2014 masih wajar.
Prosedur yang dilakukan oleh tim audit adalah sebagai berikut:
1. Meminta listing persediaan setelah penghitungan fisik
2. Meminta listing perpindahan (movement) persediaan, baik penerimaan
maupun pengiriman persediaan untuk periode sejak tanggal penghitungan
fisik hingga tanggal 31 Desember 2014
3. Menghitung jumlah akhir persediaan pada tanggal 31 Desember 2014
dengan menjumlahkan persediaan pada tanggal penghitungan fisik dengan
jumlah perpindahan persediaan
4. Membandingkan saldo akhir persediaan dari hasil perhitungan auditor
dengan saldo akhir klien
5. Menginvestigasi jika ada perbedaan

Tim audit PT A melakukan pengujian ini untuk dua pabrik yang sebelumnya telah
diobservasi penghitungan fisik persediaannya. Untuk kedua pabrik ini, dari hasil
kalkulasi auditor, ada perbedaan dengan saldo persediaan menurut PT A, yaitu
sebesar Rp85,8 juta. Auditor kemudian menanyakan tentang perbedaan ini kepada
pihak klien. Menurut hasil diskusi, perbedaan ini dikarenakan adanya persediaan
yang disimpan di penyimpanan eksternal yaitu di pihak co-packer. Auditor
kemudian meminta listing untuk persediaan di co-packer dan menemukan bahwa
persediaan senilai Rp84,9juta memang ada di co-packer. Selisih sebesar Rp930.973
berada jauh di bawah SUM sehingga dianggap tidak material. Auditor juga menguji
dua depot yang sebelumnya diobservasi penghitungan fisiknya, dan tidak
menemukan adanya perbedaan yang material.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


71

Untuk mendapatkan keyakinan lebih, auditor juga memeriksa beberapa catatan


perpindahan persediaan dari listing. Tim audit mengambil masing-masing 16
sampel untuk barang masuk dan barang keluar di masing-masing pabrik. Auditor
kemudian membandingkannya dengan dokumen pendukung, yaitu Goods Receipt
Slip untuk barang masuk, dan Delivery Note atau Stock Transfer untuk barang
keluar. Tidak ada perbedaan yang ditemukan oleh auditor karena semua
perpindahan barang yang diuji sudah didukung oleh dokumen yang sesuai.

4.4 Penyelesaian dan Pelaporan Hasil Audit


Setelah mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit pada tahap audit
lapangan, tim audit kemudian menyelesaikan proses audit untuk kemudian
melaporkan hasil dari proses audit yang sudah dikerjakan. Keterlibatan selama
program magang untuk tahapan ini hampir tidak ada karena pada saat tim audit PT
A melakukan tahap penyelesaian, KAP XYZ sudah menugaskan ke tim perikatan
audit yang lain, namun akan dicoba dijelaskan beberapa prosedur penyelesaian
proses audit oleh KAP XYZ.

4.4.1 Memperbarui Peninjauan Awal


Banyak kondisi dan peristiwa yang dapat terjadi selama proses audit berlangsung.
Oleh karena itu, sebelum membuat kesimpulan akhir, auditor perlu melakukan
tinjauan atas asumsi-asumsi yang sudah dibuat di awal proses audit. Salah satunya
adalah isu keberlanjutan atau going concern perusahaan klien. Auditor perlu
menilai jika ada isu-isu selama proses audit berlangsung yang mengancam
kemampuan perusahaan untuk melangsungkan usahanya.

Selain itu, jika selama mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit, auditor
menemukan adanya kecurangan yang dapat merusak kelayakan dan keyakinan atas
bukti audit, auditor perlu mengevaluasi kembali risiko salah saji yang dapat
diakibatkan oleh fraud. Berdasarkan hasil diskusi singkat dengan tim audit PT A,
tidak ada isu fraud yang muncul selama proses audit. Auditor juga melihat
kepatuhan hukum perusahaan klien selama proses audit. Auditor perlu meninjau
kembali hubungan dengan pihak berelasi untuk memeriksa jika ada hubungan

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


72

istimewa yang sebelumnya tidak diketahui auditor. Dalam hal ini, tim audit PT A
tidak menemukan indikasi tersebut.

Auditor juga perlu memeriksa kembali asumsi-asumsi yang mendasari penetapan


tingkat materialitas untuk klien dan merevisinya jika diperlukan. Dalam audit atas
PT A, untuk keperluan pelaporan ke group auditor, tidak ada perubahan tingkat
materialitas. Namun untuk audit atas laporan keuangan PT A sebagai local
statutory, tim audit merevisi tingkat materialitas menjadi sedikit lebih tinggi dari
sebelumnya.

Auditor juga perlu menganalisis ada atau tidaknya subsequent events atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan, yang memiliki
kemungkinan dampak terhadap laporan keuangan klien yang telah diaudit.

4.4.2 Pelaporan Hasil Audit


Auditor kemudian mengevaluasi hasil pengumpulan bukti secara keseluruhan untuk
menetapkan sebuah opini atau pendapat terkait kewajaran penyajian laporan
keuangan laporan klien. Dalam hal audit atas PT A untuk pelaporan ke group
auditor, KAP XYZ tidak mengeluarkan sebuah opini audit selayaknya atas audit
laporan keuangan biasanya. Yang dilaporkan kepada group auditor adalah segala
penemuan-penemuan yang nilainya material. Rincian perihal apa saja yang perlu
dilaporkan oleh KAP XYZ sudah disetujui di awal proses audit, dan pelaporan yang
dilakukan menggunakan format sesuai dengan permintaan group auditor.

Untuk audit atas PT A khususnya untuk akun persediaan, KAP XYZ melaporkan
adanya kelemahan pengendalian perusahaan dalam mengelola persediaan yang ada
di lokasi pihak ketiga, yaitu co-packer. Seperti yang dijelaskan pada bagian audit
lapangan, auditor sering menemukan perbedaan antara pencatatan perusahaan
dengan pencatatan co-packer dan belum semua perbedaan tersebut diinvestigasi
oleh pihak perusahaan.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


73

Untuk keperluan local statutory audit, KAP XYZ seharusnya memberikan opini
atas laporan keuangan PT A yang telah diaudit, namun hingga laporan magang ini
ditulis, KAP XYZ belum mengeluarkan opini tersebut, dikarenakan isu angka pajak
PT A yang masih berubah-ubah akibat adanya sengketa pajak yang masih pending.

Terakhir, auditor perlu meminta klien untuk membuat management representation


letter yang menyatakan bahwa klien telah mengetahui hasil temuan audit oleh
auditor.

4.5 Analisis
Meskipun audit atas laporan keuangan PT A merupakan component audit yang
membandingkan kebijakan dan pencatatan akuntansi PT A dengan pedoman
akuntansi dari DEF Group, akan dilakukan analisis perbandingan perlakuan
akuntansi PT A atas persediaan dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK
No. 14 (Revisi 2008), dengan pertimbangan bahwa PT A tidak membuat pencatatan
terpisah untuk group reporting maupun untuk local statutory reporting, sehingga
seharusnya tetap sesuai dengan standar akuntansi nasional. Dari hasil peninjauan,
kebijakan akuntansi PT A terkait persediaan sudah sesuai dengan PSAK No. 14
(Revisi 2008), seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Perbandingan Kebijakan Akuntansi PT A atas Persediaan dengan PSAK


No. 14 (Revisi 2008) tentang Persediaan

PSAK No. 14 (Revisi 2008) Penerapan di PT A


Persediaan adalah aset yang: Seluruh persediaan di PT A sudah
a. tersedia untuk dijual dalam sesuai dengan pengertian persediaan di
kegiatan usaha biasa; PSAK No. 14:
b. dalam proses produksi untuk a. tersedia untuk dijual dalam
penjualan tersebut; atau kegiatan usaha biasa: barang jadi,
c. dalam bentuk bahan atau trading goods
perlengkapan untuk digunakan b. dalam proses produksi untuk
dalam proses produksi atau penjualan tersebut: barang setengah
pemberian jasa. jadi
Sumber: Hasil olahan penulis

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


74

Tabel 4.7 Perbandingan Kebijakan Akuntansi PT A atas Persediaan dengan PSAK


No. 14 (Revisi 2008) tentang Persediaan (lanjutan)

PSAK No. 14 (Revisi 2008) Penerapan di PT A


c. dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan
dalam proses produksi atau
pemberian jasa: bahan baku,
packaging material, suku cadang

Dalam hal ini, PT A mencatat supplies


sebagai persediaan karena supplies
yang dimaksud seluruhnya berkaitan
dengan proses produksi, sehingga
metode ini sudah sesuai dengan PSAK
No. 14. Supplies lain seperti alat tulis
kantor langsung dicatat sebagai biaya
oleh PT A, dan tidak dicatat sebagai
aset.
Persediaan harus diukur berdasarkan PT A mencatat persediaan pada biaya
biaya atau nilai realisasi neto, mana standar, dan setelah diaudit, nilai
yang lebih rendah. tersebut masih berada di bawah nilai
realisasi neto.
Teknik pengukuran biaya persediaan PT A menggunakan metode biaya
seperti metode biaya standar atau standar untuk mencatat nilai
metode eceran dapat digunakan apabila persediaannya.
hasil pengukurannya menghasilkan
nilai yang mendekati biaya historis.
Metode penilaian biaya persediaan Selain biaya standar, PT A
yang dapat digunakan oleh sebuah menggunakan metode rata-rata
entitas adalah: tertimbang (moving average) untuk
a. Identifikasi khusus mencatat persediaan suku cadang.
b. Masuk Pertama Keluar Pertama
(MPKP) atau First-In-First-Out
(FIFO)
c. Rata-rata tertimbang
Sumber: Hasil olahan penulis

Secara substansi, tahapan proses perencanaan audit yang diterapkan KAP XYZ
sudah sama dengan yang dijabarkan oleh Arens, Elder, dan Beasley (2014), seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


75

Tabel 4.8 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Perencanaan Audit

Teori Penerapan
Proses perencanaan audit menurut Proses perencanaan audit oleh KAP
Arens, Elder, dan Beasley (2014): XYZ:
a. Menerima klien dan melakukan a. Persiapan Perencanaan
perencanaan awal audit b. Prosedur Awal Perencanaan
b. Memahami bisnis dan industri klien c. Identifikasi Risiko
c. Menilai risiko bisnis klien d. Penyusunan Strategi, Pendekatan,
d. Melakukan prosedur analitis awal dan Rencana Audit
e. Menentukan materialitas dan e. Penyelesaian Rencana Audit
menilai risiko audit dan risiko
bawaan
f. Memahami pengendalian internal
dan menilai risiko kontrol (control
risk)
g. Mengumpulkan informasi untuk
menilai risiko kecurangan (fraud
risk)
h. Mengembangkan proses audit
secara keseluruhan
Sumber: Hasil olahan penulis

Untuk tahapan audit lapangan, praktik KAP XYZ juga sudah sesuai dengan teori
berdasarkan Arens, Elder, dan Beasley (2014). Tabel 4.9 menunjukkan
perbandingan teori dan penerapannya. Tahap prosedur analitis sebenarnya sudah
dijalankan pada tahap pemahaman dan evaluasi proses bisnis perusahaan,
sedangkan untuk uji substantif atas transaksi sudah termasuk dalam uji
pengendalian dan uji detail saldo. Namun, prosedur analitis yang dilakukan atas
persediaan sangat sederhana, yaitu hanya melakukan perbandingan dengan nilai
persediaan tahun sebelumnya. Tim audit tidak melakukan prosedur analitis lain
pada tahap pemahaman seperti membandingkan dengan industri atau kompetitor,
atau menghitung rasio keuangan yang berkaitan dengan persediaan. Selain itu,
masih terdapat kelemahan dokumentasi pada prosedur pemahaman proses bisnis
terkait persediaan perusahaan.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


76

Tabel 4.9 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Audit Lapangan

Teori Penerapan
Prosedur audit lapangan menurut Arens, Prosedur audit lapangan yang
Elder, dan Beasley (2014): diterapkan KAP XYZ:
a. Uji Pengendalian (Tests of Control) a. Pemahaman dan evaluasi atas
b. Uji Substantif atas Transaksi proses bisnis dan kegiatan
(Substantive Tests of Transaction) pengendalian yang relevan
c. Prosedur Analitis (Analytical b. Persiapan lead schedule
Procedures) c. Pengujian pengendalian (Tests of
d. Uji Terinci atas Saldo (Tests of Controls)
Details of Balances) d. Pengujian detail saldo (Tests of
Details)
Sumber: Hasil olahan penulis

Untuk tahap akhir proses audit yaitu tahap penyelesaian audit, prosedur yang
diambil oleh KAP XYZ juga secara substansi sudah sesuai dengan tahap
penyelesaian audit yang dijabarkan Arens, Elder, dan Beasley (2014) seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Penyelesaian Audit

Teori Penerapan
Proses penyelesaian audit menurut Proses penyelesaian audit yang
Arens, Elder, dan Beasley (2014): diterapkan KAP XYZ:
a. Melakukan pengujian tambahan 1. Memperbarui peninjauan awal
untuk memenuhi tujuan audit terkait - Evaluasi going concern
penyajian dan pengungkapan - Evaluasi risiko fraud
b. Memeriksa dan meninjau contingent - Evaluasi kepatuhan hukum
liabilities - Evaluasi pihak berelasi
c. Melakukan peninjauan atas - Evaluasi materialitas
subsequent events - Analisis subsequent events
d. Mengumpulkan bukti-bukti audit 2. Pelaporan Hasil Audit
final, misalnya untuk mengevaluasi - Memberikan opini atau
asumsi going-concern dan untuk menyampaikan hasil temuan
mendapatkan management - Pembuatan management
representation letter representation letter
e. Mengintegrasikan seluruh bukti
audit dan mengevaluasi hasil audit
f. Menerbitkan laporan keuangan yang
telah diaudit serta laporan dari hasil
audit dalam bentuk opini audit
Sumber: Hasil olahan penulis

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


77

Tabel 4.10 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Penyelesaian Audit


(lanjutan)

Teori Penerapan
g. Menyampaikan hasil dari audit
kepada pihak manajemen klien
untuk menjadi masukan atau
rekomendasi perbaikan bagi klien di
masa depan
Sumber: Hasil olahan penulis

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


5. BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
KAP XYZ telah menjalankan proses audit atas laporan keuangan PT A, sebuah
perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan air minum dalam kemasan
(AMDK), untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014. KAP XYZ
melakukan dua jenis audit secara bersamaan. Salah satunya adalah local statutory
audit yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh opini atas kewajaran
penyajian laporan keuangan PT A dalam hal-hal yang material sesuai dengan
standar keuangan yang berlaku di Indonesia. KAP XYZ juga sekaligus melakukan
component audit atas PT A sebagai salah satu anak perusahaan atau komponen dari
DEF Group, untuk kemudian melaporkan temuan-temuan yang didapat selama
proses audit atas laporan keuangan PT A kepada afiliasi KAP XYZ di Eropa yang
bertindak sebagai group auditor yang mengaudit DEF Group.

Sesuai dengan tugas yang dikerjakan selama menjalani program magang di KAP
XYZ, laporan ini membahas serta kemudian menganalisis proses audit yang
dilakukan oleh KAP XYZ atas saldo akun persediaan PT A pada akhir tahun 2014,
mulai dari tahap perencanaan audit, prosedur audit lapangan untuk menguji saldo
akun pendapatan, serta tahap penyelesaian dan pelaporan audit. Persediaan
merupakan komponen aset yang cukup penting bagi PT A sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur.

Secara garis besar, proses audit yang dijalankan oleh KAP XYZ sudah sesuai
dengan landasan teori serta standar audit yang berlaku. Hal ini tercapai karena KAP
XYZ melakukan proses audit berdasarkan pedomannya, XYZ Audit Guide, yang
sudah disusun oleh XYZ Global dengan berbasis ISA, sebuah standar internasional
pengauditan. Dalam penugasan audit, KAP XYZ melakukan tahapan-tahapan
perencanaan, audit lapangan, serta penyelesaian dan pelaporan audit.

78

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


79

Untuk audit atas akun persediaan PT A, KAP XYZ telah melakukan tugasnya
dengan cukup baik. Tim audit PT A telah menguji berbagai asersi yang dibuat oleh
pihak manajemen terkait akun persediaan ini. Tim audit PT A telah melakukan
pemahaman terlebih dahulu atas proses bisnis PT A terkait persediaan, menilai
risiko-risiko yang ada terkait pengendalian atas persediaan PT A, lalu kemudian
menguji kegiatan pengendalian yang telah diterapkan PT A atas persediaannya
dengan cara melakukan berbagai pengujian pengendalian (tests of control) dan
pengujian detail saldo (tests of details). Beberapa pengujian dilakukan untuk
memperbarui pengujian yang telah dilakukan selama melakukan audit interim, dan
dilakukan dengan cara menambah sampel untuk merepresentasikan perubahan-
perubahan saldo akun persediaan selama intervening period. Selama menjalankan
prosedur audit atas persediaan PT A, tim audit telah mempertimbangkan dua
komponen penting persediaan, yaitu wujud fisik dari persediaan serta biaya atau
nilai yang terkandung dalam persediaan itu sendiri.

Berdasarkan pengumpulan bukti serta pengujian yang dilakukan, tim audit


menemukan beberapa salah saji, namun semuanya bersifat tidak material karena
berada di bawah tingkat materialitas terendah yang sudah ditetapkan, yaitu SUM.
Oleh karena itu, tim audit berkesimpulan bahwa saldo akun persediaan PT A pada
akhir tahun sudah disajikan secara wajar dalam hal yang material. Untuk keperluan
group audit, KAP XYZ juga sudah melaporkan temuan-temuan terkait akun
persediaan kepada group auditor DEF Group di Eropa.

5.2 Saran
Meskipun secara umum kegiatan pengendalian atas persediaan yang diterapkan
oleh PT A sudah cukup baik, PT A dapat melakukan perbaikan dalam beberapa hal.
Untuk persediaan yang berada di tangan pihak ketiga seperti co-packer, masih
sering ditemukan perbedaan antara saldo yang tercatat di sistem SAP kantor pusat
dengan saldo persediaan tersebut menurut co-packer sendiri. Hal ini muncul karena
co-packer membuat pencatatan secara manual. Meskipun perbedaannya hampir
selalu dapat dijelaskan, atau, jika tidak dapat dijelaskan, nilainya tidak material, PT
A sebaiknya memperbaiki kelemahan ini untuk memastikan tidak terjadinya risiko

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


80

salah saji di masa depan apabila suatu saat terjadi perbedaan yang material dan tidak
dapat dijelaskan. Selain itu, sebagian besar persediaan yang berada di pihak co-
packer adalah persediaan yang nilainya cukup tinggi, yaitu resin. PT A mungkin
dapat mempertimbangkan penerapan sistem SAP pada co-packer agar pencatatan
persediaan dapat lebih terintegrasi dan dimonitor dengan baik, atau dengan
meminta co-packer membuat laporan persediaan secara mingguan dan bukan
bulanan seperti yang berlaku saat ini.

PT A telah melakukan hal yang tepat dengan tidak mencatat kemasan galon air
minum sebagai persediaan karena sifatnya yang merupakan returnable goods.
Namun, PT A belum menerapkan konsep ini pada salah satu produk terbarunya,
yaitu air minum dalam kemasan botol kaca. Botol kaca ini merupakan kemasan
yang dapat dikembalikan, sehingga seharusnya dicatat sebagai aset tetap seperti
layaknya galon. PT A sebaiknya mempertimbangkan kembali hal ini, untuk
memastikan akurasi penyajian akun persediaan perusahaan.

KAP XYZ melalui tim audit PT A sebagai auditor juga telah melaksanakan peran
dan tugasnya dengan baik dalam proses pengauditan ini. Namun, tim audit masih
memiliki sedikit kelemahan dalam melakukan dokumentasi atas proses audit,
misalnya masih kurangnya dokumentasi atas pemahaman proses bisnis klien
sehingga ada detail proses yang terlewatkan walaupun mungkin sebenarnya sudah
dipahami oleh auditor. Hal ini penting mengingat audit atas PT A ini merupakan
component audit dan group auditor dapat sewaktu-waktu meminta kertas kerja
yang telah dibuat oleh tim audit PT A jika dirasa perlu. Kekurangan informasi ini
dapat berpotensi membingungkan group auditor. Oleh karena itu, auditor sebaiknya
menelaah kembali dokumentasi prosedur auditnya di kertas kerja pada akhir proses
audit untuk memastikan seluruh informasi yang diperlukan sudah ada di kertas
kerja.

Selain itu, dalam melakukan proses audit, auditor sebaiknya lebih banyak berpikir
secara kritis dan menggunakan professional judgment dan tidak hanya berpaku
pada pedoman dan template yang ada saja. Hal ini terlihat dari prosedur analitis

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


81

yang dilakukan auditor atas akun persediaan yang sangat sederhana.


Kecenderungan seperti ini terjadi mungkin karena proses audit KAP XYZ
menggunakan sistem yang secara otomatis membuat template untuk
mendokumentasikan proses audit. Pemikiran kritis ini sangat penting mengingat
proses bisnis setiap klien berbeda-beda dan juga belum tentu sama dari tahun ke
tahun, sehingga proses audit yang dijalankan pada tahun sebelumnya belum tentu
berlaku untuk tahun berjalan. Jika hanya berpaku pada template, auditor bisa jadi
tidak menemukan detail hal-hal material yang dapat mengurangi kewajaran
penyajian laporan keuangan kliennya. Oleh karena itu, auditor harus selalu
menggunakan nalarnya selama melakukan tugasnya.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


82

DAFTAR REFERENSI

American Institute of Certified Public Accounting. (2012). Internal control –


Integrated framework. North Carolina: AICPA.

Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. (2014). Auditing and assurance services:
An integrated approach. New Jersey: Pearson Education.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2008). Pernyataan standar akuntansi keuangan


no. 14 – Persediaan. Jakarta: IAI.

Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.

International Federations of Accountants. (2012). Handbook of international


quality control, auditing, review, other assurance, and related services
pronouncements. New York: IFAC.

Kieso, D.E., Weygandt, J.J., Warfield, T.D. (2011). Intermediate accounting (12th
ed.). New Jersey: John Wiley and Sons.

PT A. (2014). Laporan Keuangan 2014. Jakarta.

Tuanakotta, T. (2013). Audit berbasis ISA - International Standards on Auditing.


Jakarta: Salemba Empat.

Universitas Indonesia. (2008). Pedoman teknis penulisan tugas akhir mahasiswa.


Depok: Universitas Indonesia.

XYZ. (2011). XYZ Audit Guide. London: XYZ International Limited.

Universitas Indonesia

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


LAMPIRAN

Lampiran 1: Kertas Kerja Risk Assessment Analytics – Balance Sheet

Interim Sebelumnya Tidak wajar/


Varians Tidak Rencana Prosedur
31-08-14 31-12-13 Penjelasan
Terduga? Substantif
(dalam ribuan) Nilai (Rp) % Y N
Balance Sheet
Persediaan 4.102.248 3.868.357 233.891 6% x Fluktuasi tidak material - Melakukan observasi fisik
- Menguji cutoff
- Menguji provisi
persediaan
- Menguji NRV
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)
Universitas Indonesia

83
Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015
Lampiran 2: Kertas Kerja Lead Schedule Persediaan

Lead Schedule
Saldo setelah
Periode
Penyesuaian Penyesuaian Perbandingan Varians Varians
FSLI \ Akun 31/12/2014 Sifat Akun
(Rp) 31/12/2014 31/12/2013 (Rp) (Rp) %
(Rp)
(Rp)
Terdiri dari bahan baku yang
100000 - Raw materials 121.390.624 121.390.624 113.331.854 8.058.770 7,1% sebagian besar adalah resin.
Terdiri dari persediaan, yaitu
bahan bakar, tinta, dan bagian
100400 - Supplies 223.128.813 223.128.813 172.756.844 50.371.969 29,2% lain pendukung mesin.
Terdiri dari suku cadang untuk
mesin produksi. Tidak ada
100420 - Spare Parts fluktuasi signifikan
Inventory 1.312.364.018 1.312.364.018 1.223.110.356 89.253.662 7,3% dibandingkan saldo tahun lalu.
Terdiri dari pembungkus untuk
botol seperti tisu, kardus karton,
100100 - Packaging 1.485.478.596 1.485.478.596 1.341.790.672 143.687.924 10,7% dll.
Sebagian besar adalah botol
100200 - Semi-finished preform dan label untuk tiap
Goods 387.344.141 387.344.141 436.299.397 (48.955.255) -11,2% SKU.
Terdiri dari barang jadi produk
100300 - Finished Goods 735.221.473 735.221.473 653.049.765 82.171.709 12,6% A
Universitas Indonesia

100340 - Miscellaneous
non core products 3.022.288 3.022.288 20.865.043 (17.842.755) -85,5%
Terdiri dari produk-produk lain.
100310 - Trading
products 88.368.986 88.368.986 76.097.027 12.271.959 16,1%
100109 - Packaging value -
Terdiri dari varians yang berasal
adjustmentment (20.856.994) (20.856.994) 177.541.202 (198.398.196) 111,7%
dari saldo persediaan pada 31
100309 - Finished
Desember 2014.
products value adjustment (753.007) (753.007) (753.007) - 0,0%

84
Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015
Lampiran 2: Kertas Kerja Lead Schedule Persediaan (lanjutan)

Saldo setelah
Periode
Penyesuaian Penyesuaian Perbandingan Varians Varians
FSLI \ Akun 31/12/2014 Sifat Akun
(Rp) 31/12/2014 31/12/2013 (Rp) (Rp) %
(Rp)
(Rp)
100409 - Supplies value - - 42.188.355 (42.188.355) -100,0%
adjustment
100009 - Raw materials - - - - 0,0%
value adjustment
100209 - Semi-finished - - - - 0,0%
products value adjustment
100319 - Trading 112.248.816 112.248.816 - 112.248.816 0,0% Terdiri dari persediaan dalam
products value adjustment perjalanan yaitu produk E.
100349 - Miscellaneous - - - - 0,0%
non core products value Terdiri dari varians yang
adjustment berasal dari saldo persediaan
100429 - Spare parts - - - - 0,0% pada 31 Desember 2014.
value adjustment
109420 - Spare parts - (449.390.027) (449.390.027) (386.140.017) (63.250.011) 16,4% Merupakan provisi untuk suku
Provisions for cadang.
Obsolescence
109300 - Finished Goods (1.780.583) (1.780.583) (1.780.583) - 0,0% Merupakan provisi untuk
Universitas Indonesia

- Provision for barang jadi yang usang.


Obsolescence
Total - Persediaan 3.995.787.145 - 3.995.787.145 3.868.356.908 127.430.237 3,3%
[TB], ^ [TB], ^ [PY], ^ ^ ^
[TB] : sesuai dengan jumlah pada trial balance 31 Dec 2014
[PY] : sesuai dengan saldo tahun lalu yang sudah diaudit
^ : telah diuji akurasinya secara matematis

85
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)

Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015


Lampiran 3: Kertas Kerja Pemahaman Kebijakan Akuntansi Persediaan – Uji Alokasi Varians

Amount for MPV and MQV per category of inventory :


Total
Description MPV MQV SCV OMC Remarks
Variances
Raw Material RM 48.820.854 1.359.106 7.169.733 17.069.397 74.419.090 Inventories in Dec 2014
Supplies SUP - - - (4.632.646) (4.632.646) Inventories in Dec 2014
Packaging Material PM 87.299.888 (13.136.114) - 2.117.852 76.281.626 Inventories in Dec 2014
Spareparts SP (272.981) - - - (272.981) Inventories for a year
Semi FG SFG 15.459.824 25.382.281 (20.311.118) 129.130.817 149.661.805 Inventories in Dec 2014
Finished goods FG (25.902.817) (176.905.092) - (186.732.550) (389.540.459) Inventories in Dec 2014
TOTAL 125,404,768 (163.299.819) (13.141.385) (43.047.129) (94.083.565)

REASONABLENESS TEST OF PPV ALLOCATION


Packaging Finished
Using inventory turn over Raw Material Supplies Semi FG Spare Parts
Material Goods
Days of inventory turn over 5 25 7 2 1 109
Estimated PPV should be
allocated to inventory 13.095.673 (3.854.534) 18.263.333 11.179.451 (8.548.265) (82.509)
Per TB 31 December 2014 - - (20.856.994) - 74.598.474 -
(Over)/Understated 13.095.673 (3.854.534) 39.120.327 11.179.451 (83.146.739) (82.509)
Universitas Indonesia

TOTAL IMPACT FROM UNALLOCATED VARIANCES

Overstated inventory : (23.688.330) <<below SUM, passed as immaterial


Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)

86
Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai