UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN MAGANG
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN MAGANG
NPM : 1106075194
Tanda Tangan :
ii
Tahun 2014
TTD
iii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 29 Juni 2015
iv
Puji syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa, karena hanya karena berkat dari-Nya saja saya dapat menyelesaikan program
magang yang saya jalani selama tiga bulan dan telah mampu menyusun laporan
magang ini hingga selesai.
Laporan magang ini saya tulis sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia, sebagai penutup dari hidup saya sebagai mahasiswa. Tema laporan ini
saya pilih untuk menggabungkan tema kegiatan magang saya, yaitu pengauditan,
dengan topik yang selama ini menjadi minat saya selama masa perkuliahan, yaitu
akuntansi biaya dan manajemen serta inventory management, yang menurut saya
akan sangat berguna bagi saya di dunia kerja nantinya.
Selama perkuliahan hingga penyusunan laporan magang ini selesai, sangat
banyak pihak yang mendukung saya tanpa henti dan tanpa pamrih. Untuk itu, saya
mendedikasikan laporan magang ini kepada:
1. Papa tercinta, Turman Panjaitan, yang selalu tanpa lelah dan tanpa sakit hati
selalu mendukung saya selama masa perkuliahan, yang telah menjadi sosok
ayah sekaligus ibu selama 10 tahun terakhir, yang selalu tidak pernah lupa
mendoakan saya di doa paginya, yang selalu ingin membantu dalam
penulisan laporan magang ini, dan juga Alm. Sariaty Sibarani yang
merupakan sosok ibu yang sangat saya kagumi selama hidup saya.
2. Abang dan kakak tersayang, Yosafat Panjaitan dan Melissa Panjaitan, yang
juga tanpa henti memberikan dukungan dalam segala bentuk serta semangat
selama saya menulis laporan magang ini.
3. Ibu Ruth Suparmi, yang mengasuh saya sejak kecil dan menjadi sosok ibu
kedua sejak ditinggal pergi oleh mama, Alm. Bernadus Risambessy yang
selalu tanpa pamrih mendukung saya selama hidupnya, dan Mas Sadiman
yang setia mengantar jemput dari TK sampai kuliah.
4. Bapak Edward Tanujaya sebagai pembimbing saya selama menjalani
program magang dan penulisan laporan magang ini, serta Ibu Christine dan
vi
Mohon maaf jika ada yang belum saya sebutkan. Sekali lagi saya ucapkan terima
kasih kepada semua pihak-pihak di atas. Semoga laporan magang ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun yang membutuhkannya di masa depan. Tuhan
memberkati.
Jakarta, 17 Juni 2015
Penulis,
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 29 Juni 2015
Yang menyatakan,
viii
Laporan ini membahas proses audit yang dilaksanakan oleh KAP XYZ terhadap
akun persediaan PT A untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2014. PT A
adalah perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK). Fokus
pembahasan adalah kebijakan akuntansi dan prosedur audit yang dilakukan oleh
KAP XYZ atas akun persediaan, yang mencakup bahan baku, barang setengah jadi,
barang jadi, dan persediaan lain. Berdasarkan hasil proses audit, saldo akun
persediaan PT A sudah disajikan dengan wajar dan salah saji yang ada tidak bersifat
material. Prosedur audit yang dijalankan tim audit KAP XYZ sudah sesuai dengan
teori dan standar yang berlaku.
Kata kunci:
Audit, persediaan, perusahaan manufaktur
ABSTRACT
This report covers the audit process conducted by KAP XYZ on inventory account
of PT A for the period ended 31 December 2014. PT A is a company that produces
bottled water. The focus is on the accounting treatment and the audit procedure
done by KAP XYZ related to inventory, which includes raw materials, semi-
finished goods, finished goods, and other inventories. Based on the result of the
audit process, PT A’s inventory account balance was presented fairly and any
misstatements were immaterial. The audit procedures conducted by the audit team
from KAP XYZ is in line with the theory and current auditing standards.
Keywords:
Audit, inventory, manufacturing company
ix
Universitas Indonesia
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Ketentuan Provisi Suku Cadang berdasarkan Aging Analysis ...... 38
Tabel 4.1 Risiko Bisnis PT A yang Signifikan dan Tinggi ........................... 44
Tabel 4.2 Saldo Sub-Akun Persediaan PT A pada 31 Desember 2014......... 52
Tabel 4.3 Pengendalian yang Diuji serta Tujuan Audit yang Dicapai .......... 53
Tabel 4.4 Penentuan Jumlah Sampel untuk Pengujian Pengendalian ........... 55
Tabel 4.5 Perbandingan Saldo Trial Balance dengan Listing ....................... 62
Tabel 4.6 Perhitungan Persentase Provisi terhadap Saldo Persediaan
Suku Cadang ................................................................................. 69
Tabel 4.7 Perbandingan Kebijakan Akuntansi PT A atas Persediaan
dengan PSAK No. 14 (Revisi 2008) tentang Persediaan .............. 73
Tabel 4.8 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Perencanaan Audit .... 75
Tabel 4.9 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Audit Lapangan ........ 76
Tabel 4.10 Perbandingan Teori dan Penerapan Proses Penyelesaian Audit ... 76
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
xv
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Di sisi lain, bagi perusahaan, program magang ini juga tentunya memberikan
keuntungan. Untuk melakukan proses seleksi dan rekrutmen, perusahaan
membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit, baik waktu, tenaga, maupun biaya,
untuk melakukan promosi, mengadakan kegiatan-kegiatan seleksi, serta melakukan
pelatihan bagi karyawan baru. Kesalahan dalam merekrut pegawai baru dengan
kinerja buruk yang kemudian menyebabkan tingkat turnover yang tinggi tentunya
akan merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dapat menggunakan
program magang ini sebagai tahap percobaan sebelum melakukan rekrutmen resmi
bagi calon pegawai yang potensial. Pada akhir masa magang, perusahaan kemudian
dapat memberikan penilaian atas kinerja peserta magang dan kemudian
menentukan kelayakan peserta magang untuk diangkat menjadi pegawai. Selain itu,
program magang juga memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk
memperkenalkan perusahaan kepada para calon pegawai serta menjaring
mahasiswa-mahasiswa berpotensi sebelum direkrut oleh perusahaan lain.
Dengan besarnya nilai persediaan perusahaan, salah saji yang material pada akun
persediaan akan berdampak cukup besar dalam pada laporan keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, proses audit atas akun persediaan PT A menjadi sangat penting
untuk dilakukan dengan teliti dan sesuai standar. Dengan pertimbangan keterlibatan
Universitas Indonesia
yang cukup tinggi dalam proses audit atas akun persediaan PT A dibandingkan
untuk akun lainnya, topik yang dipilih untuk diangkat menjadi topik laporan
magang ini adalah audit atas akun persediaan PT A untuk periode yang berakhir
pada 31 Desember 2014.
Universitas Indonesia
dan pengawasan satu atau dua orang Senior Associate serta manajer atau asisten
manajer yang bertanggung jawab dalam tim tersebut.
Kegiatan terkait proses audit yang dilakukan untuk masing-masing klien selama
program magang ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk PT A, tugas yang dijalankan adalah melakukan pemeriksaan atas
sampel dokumen-dokumen pendukung (proses vouching) untuk beberapa
akun, membantu mengolah data di Microsoft Excel untuk melengkapi kertas
kerja audit, membuat ringkasan atau summary kontrak dan rapat, serta
memeriksa kembali kesesuaian angka pada laporan keuangan dengan
melakukan footing. Dalam hal ini, proses audit dilakukan atas PT A dan
kedua anak perusahaannya, PT B dan PT C, untuk keperluan pelaporan dan
konsolidasi ke DEF Group yang berbasis di salah satu negara di Eropa. DEF
Group sendiri diaudit oleh KAP afiliasi KAP XYZ di negara kedudukannya
tersebut, sehingga hasil audit KAP XYZ atas PT A sebagai salah satu
Commercial Business Unit (CBU) DEF Group di Indonesia akan kemudian
dilaporkan kepada afiliasi KAP XYZ di negara tersebut. Penugasan untuk
membantu proses audit atas PT A ini dijalankan selama empat minggu sejak
awal program magang dimulai.
Universitas Indonesia
Dalam melakukan tugas selama program magang, setiap peserta program magang
diberi akses pada sistem audit berbasis komputer yang digunakan oleh KAP XYZ
untuk membantu proses audit, yaitu XYZ Software. Sistem ini digunakan oleh
seluruh KAP afiliasi KAP XYZ di negara-negara lain. Dengan XYZ Software,
proses audit lebih terotomatisasi dan terorganisir. Namun, sistem ini belum
Universitas Indonesia
diterapkan untuk divisi IAS, sehingga kertas kerja yang dipakai oleh divisi IAS
masih menggunakan sistem manual, yaitu dengan membuat file Microsoft Excel
secara manual yang kemudian juga disebarkan ke anggota engagement team secara
manual pula.
Universitas Indonesia
pembahasan dan analisis atas praktik proses audit yang dilakukan selama
menjalani program magang.
Universitas Indonesia
2.1 Persediaan
2.1.1 Definisi Persediaan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 (Revisi 2008)
tentang persediaan, persediaan adalah aset yang:
a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
b. dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Dengan kata lain, barang yang termasuk dalam kategori persediaan dapat meliputi
barang jadi (finished goods), barang setengah jadi (work-in-process), maupun
bahan baku (raw materials). Pengertian ini sejalan dengan definisi dari persediaan
menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) yang menyebutkan bahwa
persediaan adalah komponen aset yang disimpan oleh perusahaan dengan tujuan
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal perusahaan, atau barang-barang yang
akan digunakan atau dikonsumsi perusahaan dalam memproduksi barang untuk
kemudian dijual.
Universitas Indonesia
Berdasarkan PSAK No. 14 (Revisi 2008), ada beberapa metode penilaian biaya
persediaan yang dapat digunakan oleh sebuah entitas, antara lain metode:
a. Identifikasi Khusus (Specific Identification)
Metode ini digunakan untuk mengukur biaya khusus untuk persediaan yang
tidak dapat digantikan dengan persediaan lain (not ordinary
interchangeable), serta untuk barang atau jasa yang diproduksi dan
disisihkan untuk proyek tertentu. Untuk jenis persediaan ini, perusahaan
perlu mengidentifikasi dan mengatribusikan biaya-biaya tertentu ke unit
persediaan tertentu.
Universitas Indonesia
Perusahaan diharuskan untuk menggunakan rumus biaya yang sama, baik MPKP
atau rata-rata tertimbang, atas semua persediaan yang sifat dan kegunaannya sama.
Jika persediaan memiliki sifat serta kegunaan yang berbeda, perusahaan
diperbolehkan untuk menggunakan rumus biaya yang berbeda untuk jenis
persediaan tersebut.
Universitas Indonesia
2.2 Pengauditan
2.2.1 Definisi Audit
Arens, Elder, dan Beasley (2014) menyatakan bahwa audit adalah proses
pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk dapat
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang ada dengan
kriteria yang telah ditentukan. Pengauditan seharusnya hanya dilakukan oleh orang
yang memiliki kompetensi yang memadai serta bersifat independen.
Audit sangat berkaitan erat dengan jasa assurance. Jasa assurance dapat
didefinisikan sebagai jasa profesional yang independen, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas informasi yang akan dipakai oleh pengambil keputusan,
misalnya pihak manajemen atau pemegang saham. Salah satu jenis jasa assurance
adalah jasa atestasi, yaitu jasa yang ditawarkan oleh akuntan publik dalam bentuk
laporan terkait hal atau asersi tertentu yang dibuat oleh pihak lain. Salah satu contoh
jasa atestasi adalah audit atas laporan keuangan. Akuntan publik memberikan jasa
atestasi ini dengan cara menerbitkan sebuah laporan atau memberikan opini terkait
laporan keuangan yang telah disiapkan oleh pihak manajemen perusahaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sebagai standar audit laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2013.
Dalam laporan magang ini, audit atas laporan keuangan dilaksanakan dengan
mengikuti Standar Audit (SA) dalam SPAP. Standar audit (SA) dapat dibagi
menjadi tiga standar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar
pelaporan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Completeness
Auditor memastikan seluruh nilai yang seharusnya tercatat sudah masuk ke
dalam saldo akun tersebut.
c. Accuracy
Auditor memastikan nilai yang termasuk dalam saldo sudah akurat secara
matematis.
d. Classification
Auditor memastikan nilai yang termasuk dalam saldo akun sudah
diklasifikasikan ke dalam akun yang benar.
e. Cutoff
Auditor memastikan transaksi-transaksi telah tercatat dan termasuk dalam
saldo pada periode yang tepat
f. Detail Tie-In
Auditor harus memastikan bahwa seluruh detail dari saldo akun sudah
sesuai dengan yang tertera pada master file, hasil penjumlahan (footing)
pada saldo akun, dan juga jumlah pada buku besar.
g. Realizable Value
Auditor memastikan bahwa saldo akun sudah tercatat sesuai dengan nilai
realisasi neto, terutama untuk akun-akun yang mengalami penurunan nilai.
h. Rights and Obligations
Auditor memastikan bahwa aset benar-benar dimiliki oleh perusahaan.
Liabilitas juga harus benar-benar merupakan kewajiban dari perusahaan
tersebut.
Universitas Indonesia
b. Completeness
Auditor memastikan bahwa semua pengungkapan yang perlu dicantumkan
memang sudah disajikan dalam laporan keuangan.
c. Classification and Understandability
Auditor memastikan bahwa informasi keuangan sudah dicantumkan dan
diklasifikasikan dengan benar dalam laporan keuangan, dan pengungkapan
lainnya telah disajikan dengan jelas.
d. Accuracy and Valuation
Auditor memastikan bahwa informasi keuangan serta informasi lainnya
diungkapkan wajar dan benar.
Tahap 1
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit dengan pendekatan penilaian risiko
Tahap 2
Pelaksanaan uji pengendalian (tests of control) dan uji substantif atas transaksi (substantive
tests of transaction)
Tahap 3
Pelaksanaan prosedur analitis (analytical procedures) dan uji terinci atas saldo (tests of
details of balances)
Tahap 4
Penyelesaian proses audit dan penerbitan laporan audit
Universitas Indonesia
Tahap pertama merupakan dasar awal yang penting bagi auditor untuk melakukan
tahapan berikutnya. Pada umumnya tahap kedua dan ketiga disebut secara kolektif
sebagi audit lapangan atau audit fieldwork. Setelah itu, proses audit memasuki tahap
keempat, yaitu penyelesaian dan pengambilan kesimpulan atas seluruh proses audit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Auditor juga perlu menilai risiko audit, yaitu risiko adanya salah saji
material meskipun auditor telah mengeluarkan opini wajar tanpa
pengecualian. Penilaian ini diperlukan untuk menentukan jumlah bukti
audit yang perlu dikumpulkan serta sumber daya yang akan digunakan
selama proses audit. Komponen-komponen model risiko audit yang perlu
dinilai antara lain risiko audit yang mau ditanggung oleh auditor (acceptable
audit risk) dan risiko bawaan (inherent risk).
Universitas Indonesia
2.2.5.2 Pelaksanaan Uji Pengendalian (Tests of Control) dan Uji Substantif atas
Transaksi (Substantive Tests of Transaction)
Tahapan ini merupakan bagian pertama pelaksanaan audit lapangan (audit
fieldwork). Auditor melakukan uji pengendalian (tests of control) untuk menguji
efektivitas dari kontrol yang ada, agar kemudian auditor dapat menetapkan planned
assessed control risk yang sesuai (Arens, Elder, dan Beasley, 2014). Biasanya
auditor akan menggunakan empat jenis prosedur dalam melakukan uji
pengendalian, antara lain:
a. Mewawancarai karyawan perusahaan klien (inquire)
b. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan (examine)
c. Mengobservasi aktivitas terkait pengendalian (observe)
d. Mengulang kembali prosedur yang telah dilakukan klien (reperform)
Universitas Indonesia
efektivitas proses audit. Kedua pengujian ini juga biasanya dilakukan sebelum
tanggal akhir periode pelaporan keuangan atau pada tanggal interim (Arens, Elder,
dan Beasley, 2014).
2.2.5.3 Pelaksanaan Prosedur Analitis (Analytical Procedures) dan Uji Terinci atas
Saldo (Tests of Details of Balances)
Tahapan ketiga dalam proses audit ini merupakan bagian kedua dari audit lapangan.
Prosedur analitis adalah proses evaluasi atas informasi keuangan dengan cara
melakukan perbandingan dengan informasi lain. Seperti telah dibahas pada subbab
2.2.5.1 poin d, ada berbagai pembanding yang dapat dipakai, misalnya kinerja
keuangan industri tempat perusahaan klien bergerak, atau kinerja keuangan
kompetitor klien yang sejenis. Prosedur ini dilakukan untuk melihat ada atau
tidaknya ketidakwajaran dalam perubahan atau perbedaan informasi keuangan
klien dengan ekspektasi.
Pada tahap ini juga dilakukan uji terinci atas saldo, yaitu prosedur spesifik yang
dimaksudkan untuk menguji ada salah saji dalam nilai moneter pada saldo-saldo
akun di dalam laporan keuangan. Pengujian ini penting karena biasanya bukti-bukti
yang dipakai dalam pengujian berasal dari pihak eksternal perusahaan, sehingga
seharusnya memiliki kualitas yang lebih tinggi dan akan sangat membantu proses
audit (Arens, Elder, dan Beasley, 2014).
Universitas Indonesia
peristiwa atau transaksi yang telah terjadi, serta komitmen yang telah dibuat
perusahaan untuk dilakukan di masa depan
c. Melakukan peninjauan atas subsequent events, yaitu transaksi dan peristiwa
yang terjadi setelah tanggal akhir periode laporan keuangan, untuk
memastikan apakah akan mempengaruhi kelayakan penyajian laporan
keuangan yang telah dibuat
d. Mengumpulkan bukti-bukti audit final, misalnya untuk mengevaluasi
asumsi going-concern perusahaan klien dan untuk mendapatkan surat
representasi manajemen (management representation letter)
e. Mengintegrasikan seluruh bukti audit dan mengevaluasi hasil audit secara
keseluruhan
f. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit serta laporan dari hasil
proses audit dalam bentuk sebuah opini audit
g. Menyampaikan hasil dari proses audit kepada komite audit dan pihak
manajemen perusahaan klien untuk menjadi masukan atau rekomendasi
perbaikan bagi klien di masa depan
Meskipun berhubungan dengan akun persediaan, tidak semua aktivitas ini akan
termasuk dalam audit dalam siklus persediaan, karena akan lebih efektif bila
Universitas Indonesia
dimasukkan sebagai bagian audit atas siklus lain. Misalnya, aktivitas perolehan dan
pencatatan bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead lebih baik diaudit
bersamaan dengan siklus akuisisi dan pembayaran serta siklus penggajian dan
personil. Aktivitas pengiriman barang juga sebaiknya diaudit dalam siklus
penjualan dan koleksi. Oleh karena itu, hanya ketiga aktivitas lainnya yang akan
dibahas pada subbab di bawah ini.
Universitas Indonesia
Tujuan audit terkait saldo untuk observasi fisik atas persediaan adalah sebagai
berikut:
Universitas Indonesia
a. Existence
Persediaan yang dicatat pada suatu label memang benar-benar ada.
b. Completeness
Seluruh persediaan sudah diperhitungkan dan diberi label, dan seluruh label
sudah diperhitungkan untuk memastikan tidak ada yang hilang.
c. Accuracy
Persediaan dihitung dengan benar.
d. Classification
Persediaan diklasifikasikan dengan benar pada label-nya.
e. Cutoff
Pembelian dan penjualan persediaan sudah dicatat pada periode yang benar.
f. Realizable Value
Persediaan yang sudah usang atau tidak dapat dipergunakan lagi sudah
dikeluarkan dari saldo persediaan atau diberi tanda.
g. Rights
Hak kepemilikan atas persediaan memang berada pada klien.
Terkait dengan penentuan nilai dan kompilasi persediaan, tujuan audit terkait saldo
yang dipakai adalah:
Universitas Indonesia
a. Detail tie-in
Persediaan yang tercatat dalam listing schedule persediaan sesuai dengan
hasil penghitungan fisik dan hasil penjumlahan sudah benar dan sesuai
dengan buku besar
b. Existence
Persediaan dalam listing schedule persediaan memang benar-benar ada
c. Completeness
Seluruh persediaan sudah tercatat dalam listing schedule persediaan
d. Accuracy
Persediaan dalam listing schedule persediaan sudah akurat
e. Classification
Persediaan dalam listing schedule persediaan sudah diklasifikasikan dengan
benar
f. Realizable Value
Persediaan dalam listing schedule persediaan sudah tercatat pada nilai
realisasi neto
g. Rights
Hak kepemilikan atas persediaan yang tercatat dalam listing schedule
persediaan memang berada pada perusahaan klien
Universitas Indonesia
Dalam operasinya, KAP XYZ membagi klien auditnya ke dalam tiga divisi
besar, sesuai dengan jenis industri dari klien tersebut. Ketiga divisi tersebut
adalah Energy, Utility, and Mining (EUM), Financial Services (FS), dan
Consumer and Industrial Product Services – Technology, Information
Communication, Entertaiment, and Media (CIPS-TICE), seperti yang sudah
dijelaskan pada bab 1.
27
Universitas Indonesia
b. Tax
Selain jasa audit, XYZ Indonesia juga menyediakan jasa terkait perpajakan.
Klien-klien jasa perpajakan biasanya adalah perusahaan multinasional,
perusahaan publik, dan juga konglomerasi di Indonesia. Jasa-jasa yang
ditawarkan antara lain:
- Jasa konsultasi perpajakan
- Jasa kepatuhan perpajakan
- Jasa penyelesaian sengketa pajak
- Transfer pricing
- Jasa terkait pajak terkait pengelolaan penjualan internasional
- Perpajakan terkait mergers and acquisitions
- International Assignment Services
- Konsultasi korporat
- Jasa perpajakan terkait gaji dan upah
c. Advisory
Di bawah PT XYZ Advisory dan PT XYZ Consulting, XYZ Indonesia juga
menawarkan jasa konsultasi yang meliputi:
- Lead Advisory
XYZ Indonesia memberikan jasa untuk seluruh proses pendanaan
perusahaan, mulai dari tahap networking, negosiasi, hingga tahap
penyelesaian perjanjian untuk merger dan akuisisi, penambahan modal,
pendanaan proyek, maupun privatisasi.
Universitas Indonesia
- Forensic Services
XYZ Indonesia juga memberikan jasa pengelolaan risiko kecurangan
(fraud), investigasi kecurangan, akuntansi forensik, solusi anti-
pencucian uang, komputer forensik, dan analisis transaksi
mencurigakan.
- Performance Improvement
XYZ Indonesia menyediakan jasa konsultasi untuk membantu klien
meningkatkan efisiensi serta efektivitas dari operasi bisnis klien dalam
hal tata kelola perusahaan, pengelolaan risiko, dan pengelolaan sumber
daya manusia.
Universitas Indonesia
PT A
20% PT A PT C W
80%
Universitas Indonesia
Sejak tahun 2003, PT A mulai menggunakan sistem SAP untuk operasi bisnisnya
sehari-hari. Sistem SAP diterapkan di semua tingkat, yaitu di kantor (head
office/HO), pabrik, dan depot. Depot adalah pusat distribusi (disribution center)
persediaan PT A. Grup ABC sendiri memiliki 19 pabrik dan 16 depot yang tersebar
di Pulau Jawa dan Sumatra. Sebagian besar dari pabrik dan depot milik Grup ABC
merupakan milik PT A, dan sisanya adalah milik PT B dan PT C.
Board of Commissioners
President Director
VP Industrial
VP Finance
VP Supply Chain
VP Corporate Secretary
VP Human Resource
VP Marketing
Universitas Indonesia
2. Kemasan (packaging)
Yang dimaksud dengan kemasan di sini adalah karton kardus yang
digunakan untuk membungkus dan mendistribusikan botol-botol plastik
yang sudah diisi.
4. Perlengkapan (supplies)
Perlengkapan yang dimiliki PT A terutama adalah perlengkapan pendukung
mesin, seperti bahan bakar dan tinta untuk mencetak label, serta tisu yang
diberikan dengan penjualan air minum dalam galon.
Universitas Indonesia
Selain keenam jenis persediaan utama di atas, PT A juga memiliki persediaan lain
yaitu trading product berupa AMDK dengan merek E. Produk E ini juga
merupakan salah satu produk dari DEF Group. PT A tidak memproduksi produk
ini, namun bertindak sebagai distributor saja.
Selain itu, meskipun memproduksi air minum dalam kemasan galon (jugs), PT A
tidak mengklasifikasi produk ini sebagai persediaan ketika telah selesai diproduksi,
namun sebagai aset tetap. Hal ini dilakukan oleh PT A karena galon merupakan
returnable container atau barang kemasan yang dapat dikembalikan. Menurut
kebijakan akuntansi DEF Group terkait persediaan, yang dapat dicatat atau
diklasifikasikan sebagai persediaan adalah barang kemasan yang tidak dapat
dikembalikan (“non-returnable containers”). Jika terjadi penjualan atas produk
AMDK galon ini, PT A akan mengakui adanya deposit oleh konsumen dan
mencatat liabilitas atau kewajiban kepada konsumen, atau disebut sebagai jugs
deposit.
Sub-akun di bawah akun persediaan PT A terdiri dari setiap jenis persediaan di atas,
sub-akun penyesuaian (adjustments) untuk masing-masing jenis persediaan, serta
dua sub-akun provisi penurunan nilai untuk dua jenis persediaan, yaitu suku cadang
dan barang jadi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. WO Corrective
WO ini tidak dijadwalkan sebelumnya, namun seiring berjalannya
waktu dilihat perlu dilakukan walaupun tidak bersifat darurat. Staf
maintenance akan mengajukan permohonan pengeluaran tambahan
di SAP yang akan ditinjau dan disetujui oleh Kepala Divisi
Maintenance.
c. WO Emergency
WO darurat ini dikhususkan untuk keadaan darurat seperti kegagalan
mesin secara tiba-tiba, sehingga membutuhkan penggantian suku
cadang secepatnya. Dengan sifat darurat ini, biasanya jumlah suku
cadang yang dipakai akan ditulis secara manual pada dokumen WO.
Universitas Indonesia
Jika dalam proses penghitungan ditemukan barang yang sudah usang, rusak, atau
perputarannya lambat (slow moving), staf gudang akan mengajukan penghapusan
atau write-off atas barang tersebut, dan harus disetujui oleh Plant Manager, Plant
Controller, dan Plant Coordinator. Jika nilai persediaan yang akan dihapus lebih
dari Rp100 juta, pengajuan harus disetujui oleh VP Industrial, VP Finance, dan
President Director.
Universitas Indonesia
beda untuk setiap pabrik, sesuai dengan pertimbangan manajemen atas kondisi di
masing-masing pabrik. Biaya standar ini dievaluasi dan direvisi setiap akhir tahun.
Metode biaya rata-rata tertimbang digunakan untuk mencatat persediaan suku
cadang, dan sudah diimplementasikan sejak November 2012.
Biaya standar ini ditinjau ulang pada tiap akhir tahun oleh perusahaan untuk
memastikan kewajaran nilainya. Namun, jika biaya standar terlihat memiliki
perbedaan yang signifikan, yang ditandai dengan perbedaan tinggi selama beberapa
bulan berturut-turut, Plant Controller akan mengajukan permohonan perubahan
sebelum akhir tahun, yang kemudian perlu disetujui oleh VP Finance.
Perusahaan juga memiliki kebijakan terkait provisi untuk persediaan suku cadang
dan barang jadi. Provisi ini lebih besar nilainya untuk persediaan suku cadang
karena sifatnya yang penggunaan dan pergerakannya yang tidak cepat (slow-
moving inventory). Perusahaan menentukan besar provisi untuk suku cadang
menggunakan analisis umur (aging analysis) berdasarkan tanggal pada dokumen
Universitas Indonesia
Goods Received (GR). Ketentuan persentase pengukuran provisi dapat dilihat pada
Tabel 3.1 berikut.
Perusahaan juga mencatat provisi atas barang jadi berdasarkan tanggal kadaluwarsa
dari produk. Provisi atas barang jadi hanya dilakukan untuk produk “X” karena
perputaran persediaannya yang tidak secepat produk utama PT A. Namun, besar
provisi untuk barang jadi ini nilainya jauh lebih kecil dibandingkan provisi untuk
persediaan suku cadang.
Universitas Indonesia
Dalam melakukan proses audit, KAP XYZ menggunakan sebuah software yang
didesain khusus oleh XYZ Global, yaitu XYZ Software. Software ini sudah
dirancang berdasarkan metodologi audit yang dianut XYZ Global, yaitu XYZ Audit.
Metodologi ini dirancang berdasarkan ISA dan ditambah dengan ketentuan dan
pedoman dari XYZ Global. XYZ Software membantu auditor KAP XYZ dalam
melakukan proses audit sesuai dengan tahapan-tahapannya, serta
mendokumentasikan kegiatan-kegiatan selama proses audit berlangsung.
Untuk PT A, tim perikatan audit telah memulai proses audit sejak pertengahan
tahun 2014, karena berdasarkan perjanjian, KAP XYZ akan melakukan audit atas
laporan keuangan interim dan laporan keuangan tahunan. Hal ini sesuai dengan
persyaratan yang diberikan oleh DEF Group serta tim audit DEF Group di Eropa.
Secara garis besar, proses audit yang diterapkan oleh KAP XYZ dilakukan dalam
tiga tahapan utama, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
b. Audit lapangan (Audit fieldwork)
c. Penyelesaian dan pelaporan audit (Completion and reporting)
Tahapan-tahapan ini akan dibahas pada bagian berikutnya.
39
Universitas Indonesia
audit atas laporan keuangan interim, sehingga tahap perencanaan untuk audit atas
laporan keuangan tahunan ini biasanya merupakan revisi atau tambahan dari tahap
perencanaan audit interim. Informasi yang digunakan untuk pembahasan tahapan
ini didapat dari hasil diskusi dengan tim perikatan audit PT A dan juga dari
dokumentasi audit yang ada. Berikut adalah kegiatan-kegiatan perencanaan pada
awal proses audit di KAP XYZ.
KAP XYZ kemudian melakukan evaluasi awal atas risiko finansial dari PT A
menggunakan Financial Risk Assessment System (FRISK). Sistem ini berisi
pertanyaan-pertanyaan terkait isu bisnis perusahaan, tata kelola perusahaan, etika
dan integritas, praktek akuntansi dan pengendalian, keberlangsungan (going
concern) perusahaan, serta isu-isu audit lainnya.
Setelah itu, tim audit dari KAP XYZ melakukan pertemuan pertama dengan pihak
PT A untuk membahas rencana audit. Isu-isu yang dibahas antara lain adalah
perkenalan dengan tim audit, kondisi lingkungan bisnis perusahaan, gambaran
umum kinerja perusahaan, peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi selama tahun
buku yang diaudit, serta permintaan khusus dari pihak klien untuk memberikan
perhatian lebih kepada area-area tertentu yang dinilai pihak klien memiliki risiko
tinggi.
KAP XYZ juga kemudian menentukan benchmark yang akan digunakan untuk
menentukan tingkat materialitas, menentukan kebutuhan akan Quality Review
Universitas Indonesia
KAP XYZ juga memeriksa apabila ada anggota tim audit di penugasan sebelumnya
yang saat ini menjadi pegawai di perusahaan klien dan memiliki kewenangan atas
pencatatan akuntansi atau pelaporan keuangan di perusahaan tersebut. Dalam audit
atas PT A kali ini, memang ada seorang manajer tim audit atas PT A di penugasan
sebelumnya yang saat ini menjadi Accounting Director di PT A sejak Agustus 2014.
Namun meskipun adanya kondisi ini, KAP XYZ dapat memastikan independensi
tim audit dan KAP XYZ dengan pertimbangan tidak ada lagi hubungan signifikan
antara KAP dengan orang tersebut, KAP tidak lagi memiliki kewajiban pembayaran
atau tunjangan kepada orang tersebut, dan orang tersebut tidak lagi berpartisipasi
dalam kegiatan bisnis KAP.
Selain itu, biaya audit atas PT A juga bukan merupakan sumber pendapatan dengan
porsi yang besar bagi KAP XYZ, tidak ada biaya audit yang masih menjadi
kewajiban PT A ke KAP XYZ dari penugasan audit sebelumnya, dan tidak ada jasa
selain audit (non-audit services) yang diberikan XYZ Indonesia kepada PT A.
Kemudian, KAP XYZ menyiapkan surat perikatan audit (engagement letter) untuk
mendokumentasikan syarat-syarat dan kondisi perikatan audit ini. Engagement
Universitas Indonesia
letter yang dibuat menjelaskan lingkup audit, tanggung jawab serta hak pihak
manajemen dan auditor, akses informasi bagi auditor, biaya audit yang sudah
disepakati termasuk jadwal pembayarannya, tanggal efektif berlakunya perjanjian,
kerahasiaan, dan hal lainnya terkait perikatan audit ini. Surat ini kemudian disetujui
dan ditandatangani oleh kedua pihak, dalam hal ini oleh Partner-in-charge KAP
XYZ untuk audit atas PT A dan Presiden Direktur PT A.
Universitas Indonesia
tersebut, tim audit menemukan tidak ada perubahan pada pengendalian maupun
personil yang bertanggung jawab atas pengendalian berdasarkan proses bisnis
sesuai COSO Framework PT A pada bulan Oktober sampai Desember 2014. Oleh
karena itu, hasil evaluasi masih sama dengan evaluasi pengendalian internal pada
saat audit interim, yaitu bahwa pengendalian internal perusahaan sudah cukup
memadai.
Tim audit kemudian melakukan prosedur analitis awal untuk menilai risiko. Dalam
hal ini, tim audit PT A membandingkan kinerja keuangan PT A pada 31 Desember
2014 dengan kinerja 31 Agustus 2014 (tanggal laporan keuangan interim), kinerja
industri dan kondisi eksternal lainnya, ekspektasi klien berdasarkan strategi bisnis
klien untuk tahun 2014, serta ekspektasi auditor berdasarkan informasi-informasi
yang ada. Berdasarkan analisis tersebut, tim audit kemudian merencanakan
prosedur substantif yang akan perlu dilakukan pada tahap audit lapangan untuk
masing-masing komponen laporan keuangan atau financial statement line item
(FSLI).
Menurut hasil analisis, fluktuasi persediaan dari pertengahan ke akhir tahun 2014
sebesar 6% bukan merupakan perubahan yang tidak lazim maupun tidak
diantisipasi (unusual or unexpected). Fluktuasi ini sejalan dengan kenaikan COGS
sebesar 10% dan pendapatan sebesar 10% yang disebabkan oleh kenaikan volume
penjualan serta kenaikan harga jual beberapa lini produk sebesar hampir 4%. Selain
itu, nilai fluktuasi juga berada jauh di bawah batasan materialitas yang digunakan,
yaitu performance materiality (PM). Dengan pertimbangan tersebut, tim audit
memutuskan untuk selanjutnya melakukan prosedur substantif berikut ini untuk
akun persediaan:
a. Melakukan observasi fisik persediaan
b. Menguji cutoff persediaan
c. Menguji provisi atas persediaan
d. Menguji nilai realisasi neto atau NRV
Sebagian kertas kerja untuk prosedur analitis ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Indonesia
Selain itu, tim audit juga mengidentifikasi risiko kecurangan atau fraud di PT A,
yaitu kondisi-kondisi PT A yang memungkinkan terjadinya fraud serta kasus-kasus
fraud yang terjadi pada tahun buku 2014, terutama yang terjadi setelah pertengahan
tahun 2014 (akhir periode interim). Tim audit menemukan adanya beberapa kasus
fraud yang dikategorikan sebagai significant fraud, dan pelakunya sudah diberikan
sanksi yang sesuai.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
KAP XYZ biasanya menggunakan tingkat PM sebesar 50%, 75%, atau 90%
dari OM. Artinya, pengurangan (haircut) yang diaplikasikan pada OM
Universitas Indonesia
adalah sebesar 10%, 25%, atau 50%. Pemilihan tingkat haircut didasarkan
pada sejarah adanya salah saji pada laporan keuangan klien, penilaian risiko
atas klien, dan penilaian atas efektivitas dari pengendalian internal
perusahaan. Tim audit PT A memutuskan untuk menggunakan tingkat
haircut sebesar 25% dari OM dengan pertimbangan:
- Klien merupakan klien audit lama dan pada penugasan audit
sebelumnya terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan atas
laporan keuangan klien
- Risiko audit secara keseluruhan dinilai rendah, karena klien tidak
beroperasi di industri yang berisiko tinggi dan biasanya tidak
menghadapi tekanan yang tinggi dari pasar
Pada KAP XYZ, tingkat SUM biasanya adalah sebesar 0%, 3%, 5%, atau
10% dari OM, dan dipilih berdasarkan professional judgment serta kondisi
penugasan audit, misalnya ekspektasi dari pihak manajemen dan komite
audit klien. Tim audit PT A menetapkan SUM sebesar 10% dengan
pertimbangan:
- berdasarkan pengalaman audit tahun-tahun sebelumnya,
penyesuaian audit hampir tidak ada dan biasanya merupakan
penyesuaian yang wajar terjadi
Universitas Indonesia
Tim audit juga perlu mengidentifikasi jika ada bukti audit yang akan digunakan
dalam proses audit, yang disiapkan oleh jasa profesional (expert work), untuk
kemudian melakukan prosedur substantif yang akan memastikan bahwa informasi
yang disiapkan memang akurat. PT A menggunakan jasa aktuaria eksternal yang
diberikan oleh PT M Indonesia Consulting untuk mengukur kewajiban tunjangan
karyawan atau employee benefit obligation PT A berdasarkan PSAK 24 dan
Undang-undang No. 13 Tahun 2003. Selain itu, tim audit juga menetapkan
penggunaan jasa auditor expert untuk audit atas laporan keuangan tahunan PT A,
yaitu tim Risk & Control Solutions (RCS) dari KAP XYZ untuk mengevaluasi
Information Technology General Control (ITGC) perusahaan, karena penggunaan
sistem SAP oleh perusahaan.
Universitas Indonesia
Atas PT A, tim audit dalam waktu yang bersamaan melakukan dua jenis audit, yaitu
component audit dan local statutory audit. Component audit dilakukan atas klien
sebagai entitas komponen dari suatu grup atau induk perusahaan tertentu, dalam hal
ini DEF Group, yang bertujuan melaporkan temuan-temuan audit kepada auditor
grup tersebut untuk keperluan konsolidasi grup. Local statutory audit dilakukan
atas klien sebagai entitas yang berdiri sendiri dengan tujuan memberikan opini atas
penyajian laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu dalam tahap penyusunan
rencana audit, tim audit PT A sebagai component auditor perlu melakukan
komunikasi dengan group auditor untuk mendapatkan instruksi dari group auditor
tentang hal-hal tertentu yang perlu dilakukan oleh tim audit PT A untuk keperluan
group auditor. Dalam hal ini, group auditor sebenarnya sudah menetapkan tingkat
materialitas untuk digunakan dalam audit atas PT A sebagai audit komponen.
Namun, karena nilainya tidak jauh lebih tinggi daripada materialitas yang sudah
ditetapkan tim audit PT A untuk keperluan local statutory audit, tim audit PT A
memutuskan untuk tetap menggunakan materialitas yang sudah dihitung.
Universitas Indonesia
Atas saldo akun persediaan PT A pada tanggal 31 Desember 2014, tim audit PT A
juga melakukan prosedur-prosedur di atas. Pemahaman atas proses bisnis dan
kegiatan pengendalian terkait persediaan perusahaan sudah dilakukan pada saat
audit interim. Tests of controls juga sebagian besar telah dilakukan pada audit
interim, dan kemudian diperbarui (update) dengan melakukan pemeriksaan atas
sampel tambahan untuk menguji periode yang belum diuji (intervening period),
yaitu sejak tanggal laporan keuangan interim hingga tanggal 31 Desember 2014.
Lead schedule untuk saldo persediaan pada tanggal 31 Desember 2014 juga
disiapkan. Kemudian, tim audit melakukan tests of details.
4.3.1 Pemahaman dan Evaluasi atas Proses Bisnis dan Kegiatan Pengendalian
terkait Siklus Persediaan PT A
Sebelum memulai prosedur audit lapangan berikutnya, auditor tentu harus memiliki
pemahaman yang cukup mengenai proses bisnis kliennya untuk membantu auditor
mengumpulkan bukti yang cukup, sesuai, dan layak, sehingga pada akhirnya dapat
membuat kesimpulan opini atas penyajian laporan keuangan klien. Pemahaman
dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak manajemen, terutama
pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab atas proses bisnis
yang relevan, dalam hal ini proses-proses terkait persediaan. Pihak-pihak yang
diwawancarai oleh tim audit PT A untuk melakukan pemahaman ini antara lain:
Universitas Indonesia
Selain wawancara, tim audit juga melakukan observasi atas pelaksanaan kegiatan
pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan, misalnya dengan mengobservasi
proses pencatatan atau penggunaan sistem SAP. Tim audit juga melakukan inspeksi
atas dokumen-dokumen pendukung, misalnya Nota Penyerahan Hasil Produksi
(NPHP) ketika proses produksi sudah selesai.
Setelah memahami proses bisnis dalam siklus persediaan PT A, tim audit kemudian
melakukan evaluasi atas kegiatan pengendalian yang diaplikasikan PT A untuk
proses-proses terkait persediaan untuk kemudian menentukan prosedur pengujian
pengendalian atau tests of controls yang perlu dilakukan.
Tim audit mendokumentasikan hasil pemahaman ini pada kertas kerja yang
disediakan. Namun, masih ada beberapa detil pemahaman proses bisnis yang
sebenarnya telah dipahami dan diketahui oleh tim audit tetapi belum
didokumentasikan secara lengkap pada kertas kerja.
Universitas Indonesia
lead schedule biasanya berisi sub-akun dari komponen yang diuji, saldo akhir tahun
masing-masing sub-akun, saldo akhir tahun sebelumnya, dan penjelasan untuk
setiap akun yang menerangkan sifat dari tiap sub-akun. Rincian saldo tiap sub-akun
persediaan pada 31 Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.2. Lead schedule
yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Pengendalian yang Diuji serta Tujuan Audit yang Dicapai
Universitas Indonesia
Tim audit melakukan pengujian atas sampel, yaitu rekonsiliasi bulanan pada tiap
pabrik untuk tiap co-packer, dengan memastikan tercapainya atribut-atribut berikut:
a. Adanya konfirmasi saldo resin oleh co-packer untuk pabrik dan bulan
tersebut
b. Rekonsiliasi antara saldo co-packer dengan angka SAP
disetujui/ditandatangani oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini Logistic
Manager dan Plant Controller
c. Jika ada perbedaan saldo persediaan antara SAP dan laporan co-packer,
perbedaan ini sudah diinvestigasi dan dicari tahu penyebabnya
Universitas Indonesia
Karena pengujian ini sudah dilaksanakan pada saat audit interim, tim audit tidak
melakukan pengujian ulang keseluruhan karena pengendalian masih sama, namun
hanya menambah jumlah sampel saja yaitu sebanyak tiga sampel untuk menguji
intervening period. Kesimpulan dari tambahan pengujian tetap sama dengan
kesimpulan sebelumnya.
Universitas Indonesia
Dengan jumlah populasi sebesar 228, yaitu perkalian dari jumlah pabrik (19 pabrik)
dan frekuensi penyesuaian (12 kali dalam satu tahun), jumlah sampel yang
digunakan adalah 10 sampel. Hasil pengujian menemukan ada satu pabrik yang
tidak mengidentifikasi barang yang usang atau rusak. Tim RCS kemudian
melakukan diskusi dengan tim RCA dari PT A untuk menilai dampak dari
kegagalan ini. Menurut diskusi, kelemahan ini kemungkinan tidak akan berdampak
material pada laporan keuangan karena inventory turnover sangat tinggi dan
persediaan memiliki risiko yang cukup kecil untuk menjadi usang.
Tim RCS juga melakukan pengujian tambahan untuk intervening period dengan
menambah tiga sampel, dan menemukan ada dua pabrik yang tidak melakukan
inspeksi barang usang dan rusak. Kesimpulan yang diambil masih sama dengan
hasil pengujian pada audit interim.
4.3.3.3 Produksi Barang Jadi yang Dicatat di Sistem Sudah Sesuai dengan
Dokumen Pendukung
Staf gudang penyimpanan barang jadi (Finished Goods Warehouse/FGWH)
memeriksa jumlah barang jadi yang diterima dari divisi Produksi dan mencatat
penerimaan tiap palet, yaitu lapisan kayu yang digunakan sebagai alas muatan agar
dapat ditumpuk dan diangkat dengan mudah, dengan membuat Bukti Penerimaan
Hasil Produksi (BPHP). Pada akhir tiap shift, Supervisor FGWH dan Supervisor
Produksi membandingkan angka pada SAP dengan Nota Penerimaan Hasil
Produksi (NPHP) dan BPHP. Jika sesuai, Supervisor Produksi akan
menandatangani NPHP. Jika tidak, perbedaan yang ada akan diinvestigasi dan
diselesaikan pada saat itu juga.
Universitas Indonesia
Pengujian ini sudah dilakukan pada tahun sebelumnya, yaitu pada audit atas laporan
keuangan 2013, dan hasilnya memuaskan. Karena siklus persediaan bukan
merupakan risiko signifikan bagi perusahaan dan proses pengendalian ini masih
sama dengan tahun sebelumnya, tim audit memutuskan untuk menggunakan bukti
audit tahun lalu (Prior Audit Evidence/PAE), dan hanya menambah satu sampel
untuk diuji untuk tahun 2014, atau disebut sebagai Test of One. Kesimpulannya
masih sama, yaitu pengendalian berjalan dengan efektif.
4.3.3.4 Suku Cadang Dihitung Secara Berkala dan Nilainya Diukur dengan Benar
Gudang di setiap pabrik melakukan penghitungan bulanan persediaan (Monthly
Cycle Count) dengan menggunakan metode ABC, dengan sampel yang sudah
ditentukan dari Kantor Pusat. Metode ABC maksudnya adalah klasifikasi
persediaan PT A berdasarkan pengendalian dan nilainya, yaitu:
a. Persediaan tipe A: pengendalian sangat ketat, nilai persediaan tinggi, seperti
motor untuk mesin produksi
b. Persediaan tipe B: pengendalian normal, nilai persediaan sedang, seperti
filter atau penyaring untuk mesin pompa air
c. Persediaan tipe C: pengendalian sederhana, nilai persediaan rendah, seperti
baut dan kabel
Universitas Indonesia
dikirim ke bagian BPA di divisi Keuangan di Kantor Pusat. BPA kemudian akan
mencatat penyesuaian di SAP. Hasil input disebut "Post Clear Adjustment".
Dengan jumlah populasi 228 (19 pabrik dikalikan dengan 12 bulan), tim audit
mengambil 10 sampel untuk diuji dengan menginspeksi dokumen-dokumen
pendukung. Dari 10 sampel, seluruhnya memenuhi kedua atribut pengujian. Tim
audit menilai pengendalian ini berjalan dengan efektif pada saat audit interim
dilakukan.
4.3.3.5 Perubahan Biaya Standar di Sistem Sudah Sesuai dengan Dokumen yang
Disetujui
Menurut pemahaman tim audit, setiap perubahan biaya standar harus disetujui oleh
pihak yang memiliki kewenangan sebelum perubahan tersebut diimplementasikan
di SAP. Tim audit kemudian menguji pengendalian ini dengan meminta Standard
Raw & Packs Price Maintenance Form untuk tahun 2014 dan memastikan dua
atribut, yaitu:
1. Standard Raw & Packs Price Maintenance Form sudah disetujui oleh pihak
yang diotorisasi, dalam hal ini Vice President Purchasing, Plant Controller,
dan Finance Controller
2. Biaya standar yang baru sudah dimasukkan ke sistem SAP dengan benar
Universitas Indonesia
Pada audit tahun 2013, tim audit sudah menguji pengendalian ini dan menemukan
bahwa hasilnya memuaskan. Dengan pertimbangan pengendalian tidak mengalami
perubahan dan risiko kecil pada siklus persediaan, tim audit memutuskan untuk
menggunakan PAE. Jumlah sampel yang digunakan pada tahun 2013 adalah 25 dari
jumlah populasi lebih dari 250. Besarnya jumlah populasi disebabkan adanya
perubahan biaya standar untuk hampir seluruh komponen di listing persediaan.
Untuk audit tahun 2014, tim audit hanya menambah satu sampel untuk diuji, dan
sampel tersebut memenuhi kedua atribut di atas. Oleh karena itu, tim audit
mengambil kesimpulan bahwa pengendalian sudah berjalan dengan efektif.
Universitas Indonesia
pada Purchase Order (PO), lalu mencetak GR untuk kemudian ditandatangani oleh
Warehouse Supervisor. Untuk menguji pengendalian ini, tim audit melakukan
pencocokan tiga arah atau yang disebut sebagai three-way matching, yaitu dengan
mencocokkan informasi jumlah barang, deskripsi barang, dan nilai barang antara
PO, faktur, dan GR. Tim audit juga mencocokkan penerimaan barang dengan listing
pembelian material perusahaan. Pengujian ini juga merupakan bagian dari
pengujian atas pengendalian siklus pembelian yang melibatkan komponen laporan
keuangan Persediaan, Property, Plants, and Equipments (PPE), Operating
Expense, dan COGS.
Dengan jumlah populasi lebih dari 250, tim audit mengambil 25 sampel penerimaan
barang untuk diuji. Atribut-atribut yang diuji adalah:
1. PO diotorisasi oleh pihak yang memiliki kewenangan
2. Kuantitas dan deskripsi barang di Delivery Order (DO) atau Bill of Lading
(BL) sesuai dengan PO, dan GR sudah disisipkan dengan DO oleh staf
gudang
3. Harga per unit dan deskripsi barang di faktur sesuai dengan PO
4. Nilai barang pada dokumen sesuai dengan SAP/listing pembelian barang
Dari hasil pengujian atribut-atribut tersebut, tim audit tidak menemukan adanya
kejanggalan, dan menilai bahwa pengendalian sudah berjalan dengan efektif.
Kemudian, untuk memeriksa intervening period, tim audit menambah jumlah
sampel sebanyak 5 sampel dan melakukan pengujian. Kesimpulan yang diambil
tetap sama dengan saat audit interim, yaitu pengendalian berjalan efektif.
Universitas Indonesia
untuk mengumpulkan bukti yang cukup yang dapat membantu auditor dalam
menarik kesimpulan tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan.
Untuk akun persediaan, tim audit PT A melakukan beberapa pengujian-pengujian
detail saldo yang akan dibahas pada bagian berikutnya.
Hasil pengujian prosedur ini biasanya tercatat bersamaan di kertas kerja lead
schedule untuk persediaan. Prosedur yang dilakukan tim audit adalah meminta
detailed listing persediaan dan provisi atas persediaan, lalu menjumlahkan sendiri
total untuk tiap sub-akun persediaan untuk kemudian dibandingkan dengan saldo
pada trial balance di lead schedule.
Tabel 4.5 menunjukkan hasil perbandingan antara saldo akun persediaan dengan
hasil penjumlahan listing. Tim audit menemukan ada perbedaan untuk akun provisi
atas suku cadang, namun karena nilainya masih di bawah SUM, tim audit tidak
melakukan prosedur tambahan untuk mengujinya. Selain itu, besar saldo provisi
atas barang jadi juga tidak material dan berada di bawah SUM, sehingga tim audit
tidak melakukan pemeriksaan. Untuk seluruh sub-akun penyesuaian seperti yang
tertera pada Tabel 4.2, tidak tersedia listing untuk masing-masing sub-akun karena
sifatnya yang merupakan akun penyesuaian atas varians pada persediaan yang
belum terjual.
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 menunjukkan hasil perbandingan antara saldo akun persediaan dengan
hasil penjumlahan listing. Tim audit menemukan ada perbedaan untuk akun provisi
atas suku cadang sebesar Rp4,03 juta, namun karena nilainya masih di bawah SUM,
tim audit tidak melakukan prosedur tambahan untuk mengujinya. Selain itu, besar
saldo provisi atas barang jadi juga tidak material dan berada di bawah SUM,
sehingga tim audit tidak melakukan pemeriksaan. Untuk seluruh sub-akun
penyesuaian seperti yang tertera pada Tabel 4.2, tidak tersedia listing untuk masing-
masing sub-akun karena sifatnya yang merupakan akun penyesuaian atas varians
pada persediaan yang belum terjual.
Selain itu, tim audit menemukan adanya kejanggalan di detailed listing yaitu satu
saldo kredit sebesar Rp17,9 juta pada detailed listing untuk akun Trading Products,
namun karena nilainya berada di bawah SUM, auditor tidak melakukan prosedur
pengujian tambahan.
Universitas Indonesia
digunakan adalah moving average cost, dan bahwa metode pengukuran ini
konsisten dengan metode di periode sebelumnya.
Dari diskusi dengan pihak manajemen, tim audit menemukan ada empat jenis
varians terkait biaya material, yaitu:
1. Material Price Variance (MPV): perbedaan dengan harga beli
2. Material Quantity Variance (MQV): perbedaan dengan produksi
3. Manufacture Subcontracting Variance (SCV): perbedaan untuk barang
setengah jadi yang disubkontrakkan
4. Manufacturing overhead material cost (SCV): perbedaan yang berasal dari
perbedaan biaya material lainnya
Angka days of inventory turnover tiap jenis persediaan kecuali suku cadang
kemudian dibagi 30 karena jumlah varians yang dipakai auditor adalah varians
untuk persediaan bulan Desember 2014 dan dikalikan dengan jumlah varians jenis
persediaan tersebut yang sudah dihitung sebelumnya. Khusus untuk suku cadang,
Universitas Indonesia
angka pembaginya adalah 360, karena jumlah varians untuk suku cadang yang
dipakai auditor adalah untuk persediaan selama tahun 2014. Proses ini dilakukan
untuk mengukur perkiraan nilai varians yang seharusnya dialokasikan kembali ke
persediaan berdasarkan rata-rat lamanya persediaan berada di tangan perusahaan
sebelum akhirnya terjual. Hasil untuk setiap jenis persediaan kemudian
dibandingkan dengan saldo pada sub-akun penyesuaian tiap jenis persediaan.
Perbedaan varians setiap jenis persediaan kemudian dijumlah dan menghasilkan
nilai over- atau understatement persediaan. Dalam hal ini, tim audit PT A
menemukan adanya kelebihan pengakuan persediaan sebesar Rp23,7 juta, yang
juga merupakan kekurangan pengakuan COGS. Karena nilainya di bawah SUM,
tim audit tidak melakukan prosedur lebih lanjut. Perhitungan detail terkait prosedur
ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tiap akhir tahun, PT A melakukan revaluasi atas biaya standar persediaan. Jika ada
perbedaan, kebijakan PT A adalah untuk langsung mengakui keuntungan atau
kerugian dari revaluasi ke laporan laba rugi, dan bukan menyesuaikan nilai
persediaan. Dengan sifat persediaan yang fast moving atau perputarannya cepat
(kecuali suku cadang), efek dari kebijakan ini tidak material karena persediaan yang
direvaluasi biasanya sudah terjual. Untuk suku cadang, tim audit menemukan
bahwa turnover suku cadang sangat lambat, yaitu 109 hari, sehingga tim audit
merekomendasikan agar tidak mengalokasikan untung/rugi revaluasi suku cadang
ke laporan laba rugi, melainkan dicatat sebagai penyesuaian atas persediaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pengiriman barang yang DN-nya tercatat pada hari penghitungan atau sehari
sebelumnya, barang tersebut seharusnya tidak ada lagi di lokasi. Dalam hal ini, tim
audit PT A tidak menemukan kejanggalan atau kelemahan ini selama
mengobservasi penghitungan fisik di lokasi penyimpanan persediaan PT A.
Untuk impor resin, tim audit memeriksa listing Purchase Order (PO) resin yang
masih open atau belum selesai, yaitu PO yang barangnya belum diterima atau baru
diterima sebagian oleh perusahaan. Berdasarkan listing, PO yang masih open hanya
terdiri dari pembelian dari pemasok domestik dan tidak ada PO untuk pembelian
secara impor langsung yang masih open. Jumlah nilai PO yang masih open adalah
sebesar Rp1,24 miliar, dan nilai ini masih berada di bawah PM. Dengan
keseluruhan PO yang masih open merupakan pembelian domestik dan waktu
pengiriman yang cukup singkat yaitu sekitar satu atau dua hari saja, tim audit
menilai tidak ada risiko cutoff karena transfer risiko dan manfaat dari barang
tersebut terjadi ketika barang diterima oleh pabrik PT A. Untuk PO yang barangnya
sudah diterima sebagian, tim audit kemudian melakukan pengecekan ke dokumen
pendukung yaitu GR, untuk memastikan tanggal pencatatan penerimaan di SAP
sama dengan tanggal yang tertera di GR.
Tim audit mewawancarai Plant Controller dan menemukan bahwa transaksi impor
produk E dilakukan dengan FOB Shipping Point, sehingga seharusnya dicatat
ketika barang diangkut ke kapal, sesuai dengan tanggal pada Bill of Lading (BL).
Namun, sesuai prosedur untuk seluruh persediaan, PT A mencatat penerimaan
produk E ketika barang sudah sampai di pabrik atau depot. Jangka waktu
pengiriman dari negara asal ke Jakarta adalah empat sampai lima minggu, tidak
termasuk satu sampai dua minggu waktu yang dibutuhkan untuk mengurus dan
Universitas Indonesia
mengirimkan barang dari pelabuhan ke pabrik dan depot. Oleh karena itu, tim audit
menemukan isu cutoff untuk penerimaan produk E yaitu selama dua bulan sebelum
31 Desember 2014. Namun, karena nilai pembeliaannya selama tahun 2014 hanya
Rp400 juta dan nilai tersebut berada di bawah SUM, tim audit tidak melakukan
pengujian lebih lanjut.
4.3.4.5 Menguji Pengukuran Persediaan pada Nilai Realisasi Neto atau NRV
Tim audit perlu memastikan tercapainya asersi valuation atas persediaan PT A.
Persediaan seharusnya dicatat sebesar nilai yang dapat diperoleh perusahaan jika
persediaan tersebut terjual dalam kondisi penjualan yang normal. Oleh karena itu,
nilai persediaan yang tercatat tidak boleh melebihi nilai realisasi neto.
Untuk itu, tim audit PT A melakukan uji nilai realisasi neto atas barang jadi PT A.
Tim audit tidak melakukan pengujian untuk jenis persediaan lain dengan
pertimbangan:
a. Perhitungan biaya standar yang digunakan perusahaan untuk mencatat
persediaan sudah mempertimbangkan proyeksi nilai pasar dari persediaan
tersebut, sehingga seharusnya sudah mendekati atau lebih rendah daripada
NRV
b. Perusahaan tidak memiliki rencana untuk menjual persediaan selain barang
jadi secara komersial, dan hanya berencana menggunakannya untuk proses
produksi saja
Universitas Indonesia
Untuk menguji apakah persediaan sudah tercatat dengan metode LCNRV atau
belum, tim audit meminta rincian biaya per unit untuk barang jadi, rincian harga
jual dan biaya untuk menjual (cost to sell) barang jadi, lalu membandingkan biaya
per unit dengan harga jual dikurangi biaya untuk menjual. Dalam hal ini, biaya
untuk menjual yang dipakai adalah biaya freight-out. Tim audit melakukan
pengujian atas 21 SKU, dan mendapati bahwa tidak ada isu terkait NRV karena
seluruh SKU memiliki biaya per unit yang lebih rendah daripada NRV, sehingga
auditor menilai penyajian nilai persediaan sudah wajar.
2013 2012
Spare Parts Inventory 1.223.110.356 1.080.308.054
Spare parts - Provisions for Obsolescence 386.140.017 329.193.306
Percentage 32% 30%
Average 31%
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)
Universitas Indonesia
Rp42,3juta, yang besarnya berada di bawah SUM, sehingga auditor menilai nilai
provisi yang dicatat PT A masih wajar.
Tim audit PT A melakukan pengujian ini untuk dua pabrik yang sebelumnya telah
diobservasi penghitungan fisik persediaannya. Untuk kedua pabrik ini, dari hasil
kalkulasi auditor, ada perbedaan dengan saldo persediaan menurut PT A, yaitu
sebesar Rp85,8 juta. Auditor kemudian menanyakan tentang perbedaan ini kepada
pihak klien. Menurut hasil diskusi, perbedaan ini dikarenakan adanya persediaan
yang disimpan di penyimpanan eksternal yaitu di pihak co-packer. Auditor
kemudian meminta listing untuk persediaan di co-packer dan menemukan bahwa
persediaan senilai Rp84,9juta memang ada di co-packer. Selisih sebesar Rp930.973
berada jauh di bawah SUM sehingga dianggap tidak material. Auditor juga menguji
dua depot yang sebelumnya diobservasi penghitungan fisiknya, dan tidak
menemukan adanya perbedaan yang material.
Universitas Indonesia
Selain itu, jika selama mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit, auditor
menemukan adanya kecurangan yang dapat merusak kelayakan dan keyakinan atas
bukti audit, auditor perlu mengevaluasi kembali risiko salah saji yang dapat
diakibatkan oleh fraud. Berdasarkan hasil diskusi singkat dengan tim audit PT A,
tidak ada isu fraud yang muncul selama proses audit. Auditor juga melihat
kepatuhan hukum perusahaan klien selama proses audit. Auditor perlu meninjau
kembali hubungan dengan pihak berelasi untuk memeriksa jika ada hubungan
Universitas Indonesia
istimewa yang sebelumnya tidak diketahui auditor. Dalam hal ini, tim audit PT A
tidak menemukan indikasi tersebut.
Auditor juga perlu menganalisis ada atau tidaknya subsequent events atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan, yang memiliki
kemungkinan dampak terhadap laporan keuangan klien yang telah diaudit.
Untuk audit atas PT A khususnya untuk akun persediaan, KAP XYZ melaporkan
adanya kelemahan pengendalian perusahaan dalam mengelola persediaan yang ada
di lokasi pihak ketiga, yaitu co-packer. Seperti yang dijelaskan pada bagian audit
lapangan, auditor sering menemukan perbedaan antara pencatatan perusahaan
dengan pencatatan co-packer dan belum semua perbedaan tersebut diinvestigasi
oleh pihak perusahaan.
Universitas Indonesia
Untuk keperluan local statutory audit, KAP XYZ seharusnya memberikan opini
atas laporan keuangan PT A yang telah diaudit, namun hingga laporan magang ini
ditulis, KAP XYZ belum mengeluarkan opini tersebut, dikarenakan isu angka pajak
PT A yang masih berubah-ubah akibat adanya sengketa pajak yang masih pending.
4.5 Analisis
Meskipun audit atas laporan keuangan PT A merupakan component audit yang
membandingkan kebijakan dan pencatatan akuntansi PT A dengan pedoman
akuntansi dari DEF Group, akan dilakukan analisis perbandingan perlakuan
akuntansi PT A atas persediaan dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK
No. 14 (Revisi 2008), dengan pertimbangan bahwa PT A tidak membuat pencatatan
terpisah untuk group reporting maupun untuk local statutory reporting, sehingga
seharusnya tetap sesuai dengan standar akuntansi nasional. Dari hasil peninjauan,
kebijakan akuntansi PT A terkait persediaan sudah sesuai dengan PSAK No. 14
(Revisi 2008), seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Universitas Indonesia
Secara substansi, tahapan proses perencanaan audit yang diterapkan KAP XYZ
sudah sama dengan yang dijabarkan oleh Arens, Elder, dan Beasley (2014), seperti
yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Universitas Indonesia
Teori Penerapan
Proses perencanaan audit menurut Proses perencanaan audit oleh KAP
Arens, Elder, dan Beasley (2014): XYZ:
a. Menerima klien dan melakukan a. Persiapan Perencanaan
perencanaan awal audit b. Prosedur Awal Perencanaan
b. Memahami bisnis dan industri klien c. Identifikasi Risiko
c. Menilai risiko bisnis klien d. Penyusunan Strategi, Pendekatan,
d. Melakukan prosedur analitis awal dan Rencana Audit
e. Menentukan materialitas dan e. Penyelesaian Rencana Audit
menilai risiko audit dan risiko
bawaan
f. Memahami pengendalian internal
dan menilai risiko kontrol (control
risk)
g. Mengumpulkan informasi untuk
menilai risiko kecurangan (fraud
risk)
h. Mengembangkan proses audit
secara keseluruhan
Sumber: Hasil olahan penulis
Untuk tahapan audit lapangan, praktik KAP XYZ juga sudah sesuai dengan teori
berdasarkan Arens, Elder, dan Beasley (2014). Tabel 4.9 menunjukkan
perbandingan teori dan penerapannya. Tahap prosedur analitis sebenarnya sudah
dijalankan pada tahap pemahaman dan evaluasi proses bisnis perusahaan,
sedangkan untuk uji substantif atas transaksi sudah termasuk dalam uji
pengendalian dan uji detail saldo. Namun, prosedur analitis yang dilakukan atas
persediaan sangat sederhana, yaitu hanya melakukan perbandingan dengan nilai
persediaan tahun sebelumnya. Tim audit tidak melakukan prosedur analitis lain
pada tahap pemahaman seperti membandingkan dengan industri atau kompetitor,
atau menghitung rasio keuangan yang berkaitan dengan persediaan. Selain itu,
masih terdapat kelemahan dokumentasi pada prosedur pemahaman proses bisnis
terkait persediaan perusahaan.
Universitas Indonesia
Teori Penerapan
Prosedur audit lapangan menurut Arens, Prosedur audit lapangan yang
Elder, dan Beasley (2014): diterapkan KAP XYZ:
a. Uji Pengendalian (Tests of Control) a. Pemahaman dan evaluasi atas
b. Uji Substantif atas Transaksi proses bisnis dan kegiatan
(Substantive Tests of Transaction) pengendalian yang relevan
c. Prosedur Analitis (Analytical b. Persiapan lead schedule
Procedures) c. Pengujian pengendalian (Tests of
d. Uji Terinci atas Saldo (Tests of Controls)
Details of Balances) d. Pengujian detail saldo (Tests of
Details)
Sumber: Hasil olahan penulis
Untuk tahap akhir proses audit yaitu tahap penyelesaian audit, prosedur yang
diambil oleh KAP XYZ juga secara substansi sudah sesuai dengan tahap
penyelesaian audit yang dijabarkan Arens, Elder, dan Beasley (2014) seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 4.10
Teori Penerapan
Proses penyelesaian audit menurut Proses penyelesaian audit yang
Arens, Elder, dan Beasley (2014): diterapkan KAP XYZ:
a. Melakukan pengujian tambahan 1. Memperbarui peninjauan awal
untuk memenuhi tujuan audit terkait - Evaluasi going concern
penyajian dan pengungkapan - Evaluasi risiko fraud
b. Memeriksa dan meninjau contingent - Evaluasi kepatuhan hukum
liabilities - Evaluasi pihak berelasi
c. Melakukan peninjauan atas - Evaluasi materialitas
subsequent events - Analisis subsequent events
d. Mengumpulkan bukti-bukti audit 2. Pelaporan Hasil Audit
final, misalnya untuk mengevaluasi - Memberikan opini atau
asumsi going-concern dan untuk menyampaikan hasil temuan
mendapatkan management - Pembuatan management
representation letter representation letter
e. Mengintegrasikan seluruh bukti
audit dan mengevaluasi hasil audit
f. Menerbitkan laporan keuangan yang
telah diaudit serta laporan dari hasil
audit dalam bentuk opini audit
Sumber: Hasil olahan penulis
Universitas Indonesia
Teori Penerapan
g. Menyampaikan hasil dari audit
kepada pihak manajemen klien
untuk menjadi masukan atau
rekomendasi perbaikan bagi klien di
masa depan
Sumber: Hasil olahan penulis
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
KAP XYZ telah menjalankan proses audit atas laporan keuangan PT A, sebuah
perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan air minum dalam kemasan
(AMDK), untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014. KAP XYZ
melakukan dua jenis audit secara bersamaan. Salah satunya adalah local statutory
audit yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh opini atas kewajaran
penyajian laporan keuangan PT A dalam hal-hal yang material sesuai dengan
standar keuangan yang berlaku di Indonesia. KAP XYZ juga sekaligus melakukan
component audit atas PT A sebagai salah satu anak perusahaan atau komponen dari
DEF Group, untuk kemudian melaporkan temuan-temuan yang didapat selama
proses audit atas laporan keuangan PT A kepada afiliasi KAP XYZ di Eropa yang
bertindak sebagai group auditor yang mengaudit DEF Group.
Sesuai dengan tugas yang dikerjakan selama menjalani program magang di KAP
XYZ, laporan ini membahas serta kemudian menganalisis proses audit yang
dilakukan oleh KAP XYZ atas saldo akun persediaan PT A pada akhir tahun 2014,
mulai dari tahap perencanaan audit, prosedur audit lapangan untuk menguji saldo
akun pendapatan, serta tahap penyelesaian dan pelaporan audit. Persediaan
merupakan komponen aset yang cukup penting bagi PT A sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur.
Secara garis besar, proses audit yang dijalankan oleh KAP XYZ sudah sesuai
dengan landasan teori serta standar audit yang berlaku. Hal ini tercapai karena KAP
XYZ melakukan proses audit berdasarkan pedomannya, XYZ Audit Guide, yang
sudah disusun oleh XYZ Global dengan berbasis ISA, sebuah standar internasional
pengauditan. Dalam penugasan audit, KAP XYZ melakukan tahapan-tahapan
perencanaan, audit lapangan, serta penyelesaian dan pelaporan audit.
78
Universitas Indonesia
Untuk audit atas akun persediaan PT A, KAP XYZ telah melakukan tugasnya
dengan cukup baik. Tim audit PT A telah menguji berbagai asersi yang dibuat oleh
pihak manajemen terkait akun persediaan ini. Tim audit PT A telah melakukan
pemahaman terlebih dahulu atas proses bisnis PT A terkait persediaan, menilai
risiko-risiko yang ada terkait pengendalian atas persediaan PT A, lalu kemudian
menguji kegiatan pengendalian yang telah diterapkan PT A atas persediaannya
dengan cara melakukan berbagai pengujian pengendalian (tests of control) dan
pengujian detail saldo (tests of details). Beberapa pengujian dilakukan untuk
memperbarui pengujian yang telah dilakukan selama melakukan audit interim, dan
dilakukan dengan cara menambah sampel untuk merepresentasikan perubahan-
perubahan saldo akun persediaan selama intervening period. Selama menjalankan
prosedur audit atas persediaan PT A, tim audit telah mempertimbangkan dua
komponen penting persediaan, yaitu wujud fisik dari persediaan serta biaya atau
nilai yang terkandung dalam persediaan itu sendiri.
5.2 Saran
Meskipun secara umum kegiatan pengendalian atas persediaan yang diterapkan
oleh PT A sudah cukup baik, PT A dapat melakukan perbaikan dalam beberapa hal.
Untuk persediaan yang berada di tangan pihak ketiga seperti co-packer, masih
sering ditemukan perbedaan antara saldo yang tercatat di sistem SAP kantor pusat
dengan saldo persediaan tersebut menurut co-packer sendiri. Hal ini muncul karena
co-packer membuat pencatatan secara manual. Meskipun perbedaannya hampir
selalu dapat dijelaskan, atau, jika tidak dapat dijelaskan, nilainya tidak material, PT
A sebaiknya memperbaiki kelemahan ini untuk memastikan tidak terjadinya risiko
Universitas Indonesia
salah saji di masa depan apabila suatu saat terjadi perbedaan yang material dan tidak
dapat dijelaskan. Selain itu, sebagian besar persediaan yang berada di pihak co-
packer adalah persediaan yang nilainya cukup tinggi, yaitu resin. PT A mungkin
dapat mempertimbangkan penerapan sistem SAP pada co-packer agar pencatatan
persediaan dapat lebih terintegrasi dan dimonitor dengan baik, atau dengan
meminta co-packer membuat laporan persediaan secara mingguan dan bukan
bulanan seperti yang berlaku saat ini.
PT A telah melakukan hal yang tepat dengan tidak mencatat kemasan galon air
minum sebagai persediaan karena sifatnya yang merupakan returnable goods.
Namun, PT A belum menerapkan konsep ini pada salah satu produk terbarunya,
yaitu air minum dalam kemasan botol kaca. Botol kaca ini merupakan kemasan
yang dapat dikembalikan, sehingga seharusnya dicatat sebagai aset tetap seperti
layaknya galon. PT A sebaiknya mempertimbangkan kembali hal ini, untuk
memastikan akurasi penyajian akun persediaan perusahaan.
KAP XYZ melalui tim audit PT A sebagai auditor juga telah melaksanakan peran
dan tugasnya dengan baik dalam proses pengauditan ini. Namun, tim audit masih
memiliki sedikit kelemahan dalam melakukan dokumentasi atas proses audit,
misalnya masih kurangnya dokumentasi atas pemahaman proses bisnis klien
sehingga ada detail proses yang terlewatkan walaupun mungkin sebenarnya sudah
dipahami oleh auditor. Hal ini penting mengingat audit atas PT A ini merupakan
component audit dan group auditor dapat sewaktu-waktu meminta kertas kerja
yang telah dibuat oleh tim audit PT A jika dirasa perlu. Kekurangan informasi ini
dapat berpotensi membingungkan group auditor. Oleh karena itu, auditor sebaiknya
menelaah kembali dokumentasi prosedur auditnya di kertas kerja pada akhir proses
audit untuk memastikan seluruh informasi yang diperlukan sudah ada di kertas
kerja.
Selain itu, dalam melakukan proses audit, auditor sebaiknya lebih banyak berpikir
secara kritis dan menggunakan professional judgment dan tidak hanya berpaku
pada pedoman dan template yang ada saja. Hal ini terlihat dari prosedur analitis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. (2014). Auditing and assurance services:
An integrated approach. New Jersey: Pearson Education.
Kieso, D.E., Weygandt, J.J., Warfield, T.D. (2011). Intermediate accounting (12th
ed.). New Jersey: John Wiley and Sons.
Universitas Indonesia
83
Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015
Lampiran 2: Kertas Kerja Lead Schedule Persediaan
Lead Schedule
Saldo setelah
Periode
Penyesuaian Penyesuaian Perbandingan Varians Varians
FSLI \ Akun 31/12/2014 Sifat Akun
(Rp) 31/12/2014 31/12/2013 (Rp) (Rp) %
(Rp)
(Rp)
Terdiri dari bahan baku yang
100000 - Raw materials 121.390.624 121.390.624 113.331.854 8.058.770 7,1% sebagian besar adalah resin.
Terdiri dari persediaan, yaitu
bahan bakar, tinta, dan bagian
100400 - Supplies 223.128.813 223.128.813 172.756.844 50.371.969 29,2% lain pendukung mesin.
Terdiri dari suku cadang untuk
mesin produksi. Tidak ada
100420 - Spare Parts fluktuasi signifikan
Inventory 1.312.364.018 1.312.364.018 1.223.110.356 89.253.662 7,3% dibandingkan saldo tahun lalu.
Terdiri dari pembungkus untuk
botol seperti tisu, kardus karton,
100100 - Packaging 1.485.478.596 1.485.478.596 1.341.790.672 143.687.924 10,7% dll.
Sebagian besar adalah botol
100200 - Semi-finished preform dan label untuk tiap
Goods 387.344.141 387.344.141 436.299.397 (48.955.255) -11,2% SKU.
Terdiri dari barang jadi produk
100300 - Finished Goods 735.221.473 735.221.473 653.049.765 82.171.709 12,6% A
Universitas Indonesia
100340 - Miscellaneous
non core products 3.022.288 3.022.288 20.865.043 (17.842.755) -85,5%
Terdiri dari produk-produk lain.
100310 - Trading
products 88.368.986 88.368.986 76.097.027 12.271.959 16,1%
100109 - Packaging value -
Terdiri dari varians yang berasal
adjustmentment (20.856.994) (20.856.994) 177.541.202 (198.398.196) 111,7%
dari saldo persediaan pada 31
100309 - Finished
Desember 2014.
products value adjustment (753.007) (753.007) (753.007) - 0,0%
84
Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015
Lampiran 2: Kertas Kerja Lead Schedule Persediaan (lanjutan)
Saldo setelah
Periode
Penyesuaian Penyesuaian Perbandingan Varians Varians
FSLI \ Akun 31/12/2014 Sifat Akun
(Rp) 31/12/2014 31/12/2013 (Rp) (Rp) %
(Rp)
(Rp)
100409 - Supplies value - - 42.188.355 (42.188.355) -100,0%
adjustment
100009 - Raw materials - - - - 0,0%
value adjustment
100209 - Semi-finished - - - - 0,0%
products value adjustment
100319 - Trading 112.248.816 112.248.816 - 112.248.816 0,0% Terdiri dari persediaan dalam
products value adjustment perjalanan yaitu produk E.
100349 - Miscellaneous - - - - 0,0%
non core products value Terdiri dari varians yang
adjustment berasal dari saldo persediaan
100429 - Spare parts - - - - 0,0% pada 31 Desember 2014.
value adjustment
109420 - Spare parts - (449.390.027) (449.390.027) (386.140.017) (63.250.011) 16,4% Merupakan provisi untuk suku
Provisions for cadang.
Obsolescence
109300 - Finished Goods (1.780.583) (1.780.583) (1.780.583) - 0,0% Merupakan provisi untuk
Universitas Indonesia
85
Sumber: Kertas Kerja KAP XYZ (telah diolah kembali)
86
Audit atas..., Gracia Marshaulina Panjaitan, FEB UI, 2015