Anda di halaman 1dari 21

1

ANATOMI SISTEM ENDOKRIN


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Anatomi

Dosen Pengampu:
Dr. Melyana Nurul W, S. SiT., M. Kes.
Oleh:
Titis Amalinda Dian Prastiwi(NIM : P1337424119002)
Miyatun (NIM : P1337424119011)
Anggun Sugiarti (NIM : P1337424119014)
Ishla Riezki Nuswantara (NIM : P1337424119015)
Chindy Rosdiana (NIM : P1337424119018)
Nabila Damayanti (NIM : P1337424119025)
Putri Ajeng Andriyani (NIM : P1337424119027)
Ika Nur Safitri (NIM : P1337424119030)
Esa Fadhillah Putri (NIM : P1337424119031)
Endah Pratiwi (NIM : P1337424119034)
Almufatul Qiromi (NIM : P1337424119035)
Rahmadiyanti Indar Pratiwi (NIM : P1337424119040)
Dinda Herdiana (NIM : P1337424119045)

Poltekkes Kemenkes Semarang


2

2019/2020

Kata Pengantar

            Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini. Semoga Allah SWT meridhoi-Nya. Aamiin

            Makalah ini membahas tentang  “Anatomi Sistem Endokrin”. Semoga


makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membaca dan mempelajarinya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa adanya kekurangan dan

keterbatasan dikarenakan keterbatasan pemahaman dan pengetahuan yang

dimiliki. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya serta

mengharapkan masukan dan kritik yang membangun.

Dengan hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Akhir kata hanya kepada Allah SWT kami memohon supaya apa yang

telah dikerjakan selama ini menjadi amal yang bernilai ibadah. Aamiin

Yarabalalamin.

Semarang, November 2019


3

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................5

C. Tujuan Penulisan...................................................................................5

D. Manfaat Penulisan.................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

A. Kelenjar Hipofise...................................................................................6

B. Kelenjar Tiroid dan Paratiroid...............................................................7

C. Kelenjar Pankreas..................................................................................9

D. Kelenjar Adrenal atau Suprarenalis.....................................................10

E. Kelenjar gonad (Kelamin)...................................................................11

F. Kelenjar Timus....................................................................................12

G. Endokrinologi Janin.............................................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan..........................................................................................13

Daftar Pustaka......................................................................................................14
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-
zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya
langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan
kelenjar tanpa melewati duktus (saluran). Permukaan sel kelenjar menempel
pada dinding stenoid/kapiler darah. Hasil sekresinya disebut hormon. Hormon
merupakan bahan yang dihasilkan tubuh oleh organ yang memiliki efek
regulator spesifik terhadap aktivitas organ tertentu, yang disekresi oleh kelenjar
endokrin, diangkut oleh darah ke jaringan sasaran untuk memengaruhi atau
mengubah kegiatan alat atau jaringan sasaran. Hormon yang dihasilkan dapat
berupa satu macam hormon (hormon tunggal) maupun lebih dari satu macam
hormon (hormon ganda). Hormon berfungsi untuk mengatur homeostasis,
pertumbuhan, reproduksi, metabolisme dan tingkah laku. Sistem endokrin
terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan sistem saraf,
mempunyai peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ tubuh.
Kelenjar-kelenjar endoktrin tersebut meliputi kelenjar hipofise, kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal, kelenjar gonad
(kelamin), dan kelenjar timus.

B. Rumusan Masalah
5

1. Apa yang dimaksud sistem endokrin?


2. Bagaimana anatomi kelenjar endokrin?
3. Apa saja hormon yang dihasilkan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan memahami sistem endokrin.


2. Untuk mengetahui anatomi kelenjar endokrin.
3. Untuk mengetahui hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin.

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


1. Bagi penulis :
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis berupa adanya
pengetahuan mengenai anatomi struktur endokrin.
2. Bagi masyarakat atau pembaca :
Memberi informasi baru kepada masyarakat tentang kelenjar endokrin
dan hormon-hormon yang dikeluarkan.
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran


(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui
aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak
sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel
dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut
menjadi suatu tindakan. 

Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf,


namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari
sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut.
Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja


melalui transmisi kimia.
2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada
sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna
hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon
baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara
beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya
dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu
yang sangat lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan
hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga
puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.

B. Kelenjar Hipofise

Kelenjar hipofise adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar


tengkorak (sela tursika) fossa pituitaria os sfenoid. Besarnya kira-kira 10 x 13 x
6 mm dan beratnya sekitar 0,5 gram. Kelenjar ini memegang peranan penting
7

dalam menyekresi hormon dari semua organ endokrin (sebagai pengatur),


kegiatan hormon yang lain, dan memengaruhi pekerjaan kelenjar yang lain.

Kelenjar hipofise memiliki tiga lobus, yaitu lobus anterior, lobus


intermedia, dan lobus posterior.

1. Lobus anterior (adenohipofise), mendapat suplai darah dari pembuluh


darah hipofisis portal. Lobus anterior berasal dari kantong rathke (dua
tulang rawan) yang menempel pada jaringan otak lobus posterior,
menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai pengendali produksi
dari semua organ endokrin yang lain. Hormon-hormon yang dihasilkan
meliputi hormon somatotropik (growth hormone), hormon tirotropik;
Thyroid stimulating hormone (TSH), hormon adrenokortikotropik (ACTH),
hormon gonadotropin yang menghasilkan Foliche stimulating hormone
(FSH) dan Luteinizing hormone (LH), Prolaktin (PRL) atau hormon
luteotropik (LTH), dan Melanocytestimulating hormone (MSH).
2. Lobus posterior kelenjar hipofise (neurohipofise), berasal dari evaginasi
atau penonjolan dasar ventrikel otak ketiga, menghasilkan dua macam
hormon yaitu: Vasopresin atau Arginen vasoprevin (APV) dan oksitosin.
3. Lobus intermedia, bagian ini terpisah dari lobus anterior oleh sisa kantong
rathke yang disebut celah rathke. Lobus intermedia pada manusia selnya
tidak bergranula, kadang ditemukan juga koloid yang fungsinya tidak
diketahui.

C. Kelenjar Tiroid dan Paratiroid


8

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian


bawah, melekat pada tulang laring, sebelah kanan trakea, dan melekat pada
dinding laring. Kelenjar ini terdiri dari dua lobus (lobus dekstra dan lobus
sinistra), saling berhubungan, masing-masing lobus tebalnya 2 cm, panjang
4cm , dan lebar 2,5 cm.

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin. Pembentukan hormon


tiroksin bergantung pada jumlah yodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh.
Sumber utama untuk memelihara keseimbangan yodium dalam makanan dan
air minum.

Struktur mikroskopis kelenjar ini terdiri dari folikel seperti kelenjar asiner,
berdinding selapis sel, bila sedang aktif berbentuk kuboid yang tinggi. bila
sedang istirahat sel ini pipih bagian tengah asiner terisi koloid senyawa
tiroglobulin, tirosin, dan hormon tiroksin pada kelenjar tiroid.
9

Kelenjar paratiroid terletak di atas selaput yang membungkus kelenjar


tiroid. Terdapat dua pasang (4 buah) terletak di belakang tiap lobus dari
kelenjar tiroid, dua sebelah kiri dan dua sebelah kanan. Besarnya setiap
kelenjar kira-kira 5 x 5 x 3 mm dengan berat antara 25-30 mg berat
keseluruhan kurang lebih 120 mg.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroksin yaitu suatu peptida


yang terdiri dari 84 asam amino. Suatu kesatuan hormon yang diperlukan untuk
menaikkan kalsium serun sebanyak 1 mg % dalam waktu 16 sampai 18 jam.
Osteoblas dan fibroblas mempunyai reseptor untuk hormon paratiroid, dapat
memengaruhi secara langsung, tetapi tidak mempunyai reseptor-reseptor untuk
hormon paratiroid.
10

D. Kelenjar Pankreas

Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak retroperitonial
dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala
pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien.
Darah pada pankreas dari arteri arteri lienalis dan arteri mesenterika superior.
Duktus pankreatikus bersatu dengan bersatu dengan duktus koledukus dan
masuk ke duodenum, pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar
endokrin dan kelejar eksokrin.

Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel yang


membentuk pulau-pulau langerhans. Pulau –pulau Langerhans berbentuk oval
tersebar di seluruh pankreas. Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-
pulau Langerhans yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan, setengah dari
sel ini menyekresi hormon insulin.
11

Dalam tubuh manusia normal, pulau Langerhans menghasilkan empat


jenis sel:

1. Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukogen menjadi faktor


hiperglikemik, mempunyai anti insulin aktif.
2. Sel-sel B (Beta) 60-80% fungsinya membuat insulin.
3. Sel-sel D 5-15% membuat somatostatin.
4. Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida.

E. Kelenjar Adrenal atau Suprarenalis

Kelenjar Suprarenalis atau adrenal berbentuk ceper terdapat pada bagian


atas ginjal. Beratnya kira-kira 5-9 gram berjumlah dua buah sesuai dengan
jumlah ginjal. Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar
(korteks) yang berasal dari sel-sel mesodermal, bagian dalam disebut medula
yang berasal dari sel-sel ektodermal. Bagian korteks menghasilkan hormon-
hormon yang dikategorikan sebagai hormon steroid, sedangkan bagian medula
menghasilkan katekolamin.

1. Korteks adrenal. Bagian luar berwarna kekuning-kuningan menghasilkan


kortisol, disebut korteks yang terdiri dari sel-sel epitel yang besar berisi
lipoid yang disebut foam cells, terdiri dari zona glomerulosa (lapisan luar),
12

zona fasikulata (lapisan tengah yang paling besar), zona retikularis (lapisan
dalam langsung yang mengelilingi medula). Pemeliharaan struktur tubuh
dan aktivitas sekresi dari korteks suprarenal dipengaruhi oleh hormon
adrenokortikotropin (ACTH) dari lobus anterior hipofise. Korteks adrenal
menghasilkan hormon:
a. Kortikosteroid (kortikoid), mengandung struktur dasar nukleus. Faal dari
kortikosteroid memproduksi sekitar 30 jenis kortikosteroid tetapi hanya
beberapa yang mempunyai aktivitas biologis yang jelas.
b. Mineralokortikoid, meningkatkan retensi ion dan meningkatkan eksresi
ion kalium (K) di ginjal (tubulus distal dan tubulus koligens),
meningkatkan retensi Natrium (Na) di kelenjar keringat dan saluran
pencernaan.
c. Hiperaldosteron: primer karena tumor sel Zona glomerulosa yang
menghasilkan aldosteron secara berlebihan, disebut sindrom Conn,
hipernatremia, hipertensi tanpa edema, hipokalemia, otot rangka lemah
dan aritmia jantung; sekunder apabila peningkatan kadar renin
angiotensin karena dehidrasi akibat perdarahan, kegagalan jantung dan
sirosis hepatis.
2. Medula, terdiri dari sel-sel yang menghasilkan hormon epinefrin dan
hormon nonepinefrin yang mengandung sel-sel ganglion simpatis dan
kelenjar medula adrenal. Kelenjar medula adrenal dapat membentuk dan
melepaskan adrenalin di samping noradrenalin. Dalam medula adrenal,
norepinefrin diubah oleh enzim yang dirangsang oleh kortisol. Pada
dasarnya adrenalin dan noradrenalin terbentuk melalui suatu hidroksilasi
dan dekarboksilasi asam amino fenilanin dan tirosin.

F. Kelenjar gonad (Kelamin)

Gonad atau kelenjar seks atau kelenjar reproduksi adalah kelenjar


endokrin yang menghasilkan gamet (sel germinal) dari suatu organisme.
Dalam betina dari spesies sel-sel reproduksi adalah sel telur, dan pada jantan sel-
sel reproduksi adalah sperma. Gonad laki-laki, testis, menghasilkan sperma dalam
13

bentuk spermatozoa. Gonad wanita, indung telur, menghasilkan sel telur. Kedua


gamet ini, adalah sel-sel germinal haploid.

Kelenjar Gonad Wanita

Kelenjar kelamin atau kelenjar gonad wanita adalah sebagai berikut:

1. Estrogen dihasilkan oleh folikel graaf. Fungsinya merangsang


pertumbuhan ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita.
2. Progesterone dihasilkan oleh korpus luteum, perkembangan, dan
pertumbuhan kelenjar air susu.

Kelenjar gonad wanita dihasilkan dari ovarium. Ovarium berbentuk


memanjang, terletak dibawah atau disamping gelembung gas yang terkadang
berjumlah sepasang. Ovarium bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan
perantaran cheovaria. Ukuran dan perkembangannya dalam tubuh
manusia bervariasi sesuai dengan tingkat kematangannya. Warnanya pun berbeda-
beda.Sebagian besar berwarna keputih-putihan pada waktu lebih muda dan
berubah menjadi kekuning-kuningan pada waktu matang. Seperti halnya testes,
ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi.

Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen


dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan ovum (sel
telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap untuk dibuahi
sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks
sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta
14

mempertahankan proses laktasi. Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan


sel lutein korpus luteum. Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.

Kelenjar Gonad Laki – laki

Kelenjar kelamin pria, menghasilkan hormon testosterone yang dihasilkan


dari testis (gonad jantan) yang berfungsi merangsang pertumbuhan cirri-ciri
kelamin sekunder pada pria dan perilaku seksual.

Laki-laki mempunyai sepasang testis yang terdapat dalam skrotum. Testis


(gonad jantan) berbentuk memanjang dan menggantung pada bagian atas rongga
tubuh dengan perantaraan mesorkium. Pada Chonduricthyes testis yang satu lebih
besar dari testis yang lain. Testis tersusun dari folikel-folikel tempat spermatozoa
berkembang. Ukuran gonad dapat mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya.
Kebanyakan testis berwarna dan halus pada sikuroisea testisnya tegak.

Testis terdiri atas ribuan saluran (tubulus) sperma. Dinding tubuh tubulus
spermater tersebut dilapisi oleh sel gersmital primitif yang mengalami kekhususan
disebut spermatogonium. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4 x3 x 2,5 cm,
dengan volume 15 ± 25 ml berbentuk avoid. Kedua buah testis terbungkus oleh
jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea
terdapat tunika vagainalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis serta
tunika dortos.

Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ
reproduksi. Menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah pengaruh
LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis, sedangkan
FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Estrogen
mempunyai efek menurunkan konsentrasi testosteron melalui umpan balik negatif
15

terhadap FSH sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik


negatif terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ reproduksi berlangsung di
tubulus seminiferus. Efektestosteron pada fetus merangsang diferensiasi dan
perkembangan genital ke arah pria.

Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-


tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan
penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik,
akan merangsang pertumbuhandan penutupan epifise tulang.

G. Kelenjar Timus

Kelenjar timus terletak dalam rongga mediastinum di belakang os sternum,


di dalam rongga toraks, kira-kira setinggi bifurkasi trakhea. Warnanya
kemerah-merahan dan terdiri dari dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil
dan beratnya kira-kira 10 gram,ukurannya bertambah setelah masa remaja
antara 30-40 gram dan setelah dewasa akan mengerut.

H. Endokrinologi Janin

Janin terpajan hormon-hormon ibu 21 ataupun plasenta maupun hormon


yang dihasilkannya sendiri. Cairan amnion mengandung sejumlah hormon
yang berasal dari ibu maupun janin, dan hormon-hormon ini tidak jelas
kepentingannya. Penelitian sistem endokrin janin berkaitan dengan proses
perkembangan itu sendiri. Perilaku sistem endokrin dewasa tidak dapat
16

dialihkan begitu saja pada janin, karena organ sasaran, reseptor, modulator dan
regulator berkembang pada waktu-waktu yang berbeda. Jadi, peranan suatu
hormon tertentu dalam janin pada satu waktu dalam kehamilan hanya sedikit
berkaitan ataupun tidak ada hubungannya sama sekali dengan peranannya pada
kehidupan post-natal. Penentuan waktu dalam perkembangan janin biasanya
dimulai pada saat ovulasi dan fertilisasi. Jadi, usia janin selalu kurang 2
minggu dibandingkan usia kehamilan.

Hormon-hormon Hipofisis Anterior Janin

Tipe-tipe sel hipofisis anterior yang khas telah dapat dibedakan pada usia
janin 8-10 minggu, dan semua hormon hipofisis anterior dewasa telah dapat
diekstraksi dari adenohipofisis janin pada usia 12 minggu. Demikian juga
hormon-hormon hipotalamus seperti thyrotropin-releasing hormone (TRH),
gonadotropin-releasing hormone (GnRH), dan somatostatin telah ditemukan
pada minggu ke-8-10. Hubungan sirkulasi langsung antara hipotalamus dan
hipofisis berkembang lebih lambat di mana invasi kapiler mula-mula terlihat
17

pada sekitar minggu ke-16. Peranan hipofisis janin dalam organogenesis dari
berbagai organ sasaran selama trimester pertama kehamilan tampaknya dapat
diabaikan. Tidak satupun dari hormon hipofisis dilepaskan ke dalam sirkulasi
janin dalam jumlah besar sebelum usia janin 20 minggu. Bahkan growth
hormone (GH) tampaknya tidak berpengaruh, dan bahkan tidak adanya GH
konsisten dengan perkembangan normal pada saat lahir. Perkembangan gonad
dan adrenal pada trimester pertama tampaknya diarahkan oleh hCG dan bukan
oleh hormon-hormon hipofisis janin.

Pada trimester kedua terjadi peningkatan sekresi dari semua hormon


hipofisis anterior yang bersamaan dengan pematangan sistem portal hipofisis.
Produksi gonadotropin juga meningkat, di mana janin wanita mencapai kadar
FSH hipofisis dan serum yang lebih tinggi dibandingkan janin pria.
Gonadotropin janin sangat penting untuk perkembangan normal dari gonad
yang telah berdiferensiasi dan genitalia eksterna. ACTH meningkat bermakna
selama trimester kedua dan mengambil peran yang semakin penting dalam
pematangan adrenal yang berdiferensiasi, seperti dibuktikan pada janin
anensefalik di mana zona adrenal janin mengalami atrofi setelah 20 minggu.
Pada trimester ketiga, pematangan sistem umpan balik yang mengatur
pelepasan sinyal-sinyal hipotalamus menyebabkan kadar serum dari semua
hormon hipofisis kecuali PRL menjadi menurun.

Hormon-hormon Hipofisis Posterior Janin

Vasopresin dan oksitosin dapat terdeteksi pada minggu 12-18 dalam


kelenjar hipofisis posterior janin, dan berhubungan dengan perkembangan
tempat produksinya, yaitu nuklei supraoptikus dan paraventrikular. Kandungan
hormon kelenjar hipofisis makin meningkat menjelang aterm, tanpa bukti-bukti
adanya kontrol umpan balik. Selama persalinan, oksitosin arteria umbilikalis
lebih tinggi daripada oksitosin dalam vena umbilikalis. Terdapat dugaan bahwa
hipofisis posterior janin agaknya berperan dalam perjalanan proses persalinan.
18

Kelenjar Tiroid Janin

Kelenjar tiroid berkembang tanpa TSH yang terdeteksi. Menjelang minggu


ke-12 tiroid telah mampu menjalankan aktivitas pemekatan iodium dan sintesis
hormon tiroid. Pada trimester kedua, TRH, TSH, dan T4 bebas semuanya
meningkat. Pematangan mekanisme umpan balik diisyaratkan oleh plateau
TSH sekitar usia janin 20 minggu. T3 dan reverse T3 janin tidak terdeteksi
sebelum trimester ketiga. Hormon yang produksi dalam jumlah besar semasa
kehidupan janin adalah T4, sementara T3 yang aktif secara metabolik dan
derivat tak aktifnya yaitu reverse T3, 23 juga meningkat paralel dengan T4
selama trimester ketiga. Pada kelahiran, konversi T4 menjadi T3 menjadi
nyata.

Perkembangan hormon-hormon tiroid ini tidak bergantung pada sistem


ibu, dan hanya ada sedikit transfer hormon tiroid melalui plasenta dalam kadar
fisiologis. Ini mencegah gangguan tiroid pada ibu mempengaruhi kompartemen
janin, tetapi juga mencegah terapi efektif hipotiroidisme janin melalui ibu.
Obatobat goitrogenik seperti propiltiourasil dapat menembus plasenta dan
dapat mencetuskan hipotiroidisme dan goiter pada janin. Fungsi hormon-
hormon tiroid janin tampaknya penting sekali untuk pertumbuhan somatik dan
adaptasi neonatus yang berhasil.

Kelenjar Paratiroid Janin

Paratiroid janin mampu mensintesis hormon paratiroid menjelang akhir


trimester pertama. Namun begitu, plasenta secara aktif mengangkut kalsium ke
kompartemen janin, dan janin tetap dalam keadaan hiperkalsemia relatif selama
kehamilan. Kadar kalsitonin serum janin meningkat, menambah massa tulang.
Kadar vitamin D janin mencerminkan kadarnya pada ibu tetapi tampaknya
tidak bermakna dalam metabolisme kalsium janin.
19

Korteks Adrenal Janin

Secara anatomis dan fungsional adrenal janin berbeda dengan adrenal


dewasa. Korteks dapat diidentifikasi sedini usia janin 4 minggu, dan menjelang
minggu ke-7 telah dapat dideteksi aktivitas steroidogenik pada lapisan zona
dalam. Menjelang minggu ke-20, korteks adrenal telah membesar di mana
massanya relatif lebih besar dibandingkan ukuran post-natal. Zona interna janin
bertanggung jawab atas produksi steroid selama kehidupan janin dan
menyusun kira-kira 80% dari massa adrenal. Selama trimester kedua zona
interna janin ini terus bertumbuh, sementara zona eksterna relatif tidak
berdiferensiasi. Pada sekitar minggu ke-25, zona definitif (dewasa)
berkembang lebih cepat, dan akhirnya mengambil peran utama dalam sintesis
steroid selama minggu-minggu 24 pertama setelah kelahiran. Peralihan fungsi
ini disertai involusi dari zona janin yang menjadi lengkap dalam bulan-bulan
pertama masa neonatus.

Gonad Janin

Testis merupakan struktur yang telah terdeteksi pada sekitar usia janin 6
minggu. Pada tahap perkembangan yang sama, sel-sel interstisial atau sel
Leydig yang mensintesis testosteron janin menjadi berfungsi. Produksi
testosteron maksimal bersamaan dengan produksi hCG maksimal oleh
plasenta. Dihidrotestosteron bertanggung jawab atas perkembangan struktur-
struktur genitalia eksterna, sementara substansi penghambat mullerian
menghambat perkembangan struktur-struktur internal wanita. Hanya sedikit
yang diketahui mengenai fungsi ovarium janin. Menjelang usia intrauterin 7-8
minggu, ovarium telah dapat dikenali tetapi kepentingannya dalam fisiologi
janin masih belum dapat dipastikan, dan makna steroid-steroid yang diproduksi
ovarium tetap belum jelas.
20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-
zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
2. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang
mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan cairan
limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran).
3. Kelenjar-kelenjar endoktrin tersebut meliputi kelenjar hipofise, kelenjar
tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pankreas, kelenjar adrenal, kelenjar
gonad (kelamin), dan kelenjar timus.
4. Kelenjar-kelenjar tersebut akan menghasilkan hormon untuk mengatur
homeostasis, pertumbuhan, reproduksi, metabolisme dan tingkah laku.
21

Daftar Pustaka

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: ECG

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/endokrinologi_kehamilan.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Gonad

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_endokrin

https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/

Anda mungkin juga menyukai