Anda di halaman 1dari 5

MODEL KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING

AND COMPOSITION)

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2007:4) cooperative learning mengandung


pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara
sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2008:31) menyatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan. Kelima unsur tersebut yaitu:
1). Saling ketergantungan positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapain tujuan
mereka. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa
bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa
berhasil.
2). Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian
dibuat menurut prosedur Model Pembelajaran kooperatif setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model pembelajaran
kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

3). Tatap muka


Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada
hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Jadi, para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk
saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka
dan interaksi pribadi.
4). Komunikasi antar anggota
Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang.
Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu
sekejap. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5). Evaluasi proses kelompok


Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak
perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang
beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran
kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran
kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian
mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Cara untuk menentukan anggota
kelompoknya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan peringkat siswa
Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau
nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan
akademik tinggi sampai terendah.
b. Menentukan jumlah kelompok
Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan
jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
c. Penyusunan anggota kelompok
Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap
kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam,
sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.
Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :
a. Fase pertama, yaitu orientasi
Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang
akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada
siswa.
b. Fase kedua, yaitu organisasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan keheterogenan
akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain
itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama
proses pembelajaran berlangsung.
c. Fase ketiga yaitu pengenalan konsep
Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan
selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film,
kliping, poster atau media lainnya.
d. Fase keempat, yaitu fase publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan, memperagakan tentang
materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari
melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil
pembelajarannya.

LANGKAH-LANGKAH MEDIA ULAR TANGGA

Sebelum memulai permainan ular tangga siswa terlebih dahulu mengerjakan kartu soal secara
berkelompok sehingga setiap siswa diharapkan dapat berbagi pengetahuan dan berdiskusi
untuk menyelesaikan soal-soal secara tepat dan teliti.
Pengerjaan soal secara berkelompok juga bertujuan untuk mempersingkat waktu dalam
menyelesaikan soal-soal dalam kartu soal karena siswa akan berbagi dalam mengerjakan soal.
Selanjutnya, perwakilan dari tiap kelompok akan maju untuk melempar dadu dan
menjalankan bidak secara bergiliran sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab untuk
memindahkan bidak ke kotak tertinggi.
Media permainan ular tangga juga dilengkapi dengan kartu soal dan kartu latihan. Kartu soal
akan diperoleh siswa jika bidak berhenti pada kotak dengan gambar tanda tanya. Kartu soal
yang diperoleh siswa berisi soal-soal yang telah dikerjakan siswa secara berkelompok,
sehingga diharapkan ketika berdiskusi mengerjakan soal secara berkelompok bukan hanya
siswa dengan kemampuan tinggi yang mengerjakan soal tapi siswa dengan kemampuan yang
kurang juga termotivasi dan merasa bertanggung jawab dalam mengerjakan kartu soal. Kartu
soal yang diperoleh siswa ini diambil secara acak dan dikerjakan secara individu ketika
bermain ular tangga, sehingga siswa tidak tahu dengan pasti soal mana yang akan diperoleh.
Tujuan pengambilan soal secara acak yaitu supaya siswa tidak hanya menghafal jawaban tapi
juga memahami cara mengerjakan soal tersebut sewaktu berdiskusi dalam kelompok.
Bidak yang berhenti pada gambar ular atau tangga akan mendapat kartu latihan.
Kartu latihan juga berisi soal-soal layaknya kartu soal, yang membedakan hanyalah kartu
latihan tidak dikerjakan secara bersama dalam kelompok sewaktu berdiskusi. Hal
ini dilakukan dengan tujuan siswa dapat menerapkan pemahamannya yang telah didapat
sewaktu berdiskusi dalam kelompok melalui soal yang ada di kartu latihan. Selain itu,
pada kotak dengan gambar ular atau tangga juga terdapat informasi-informasi sebagai
petunjuk bagi siswa dalam mengerjakan soal pada kartu latihan. Untuk memahami informasi
tersebut, siswa harus menghubungkan informasi yang ada di awal kotak tangga dengan yang
di ujung kotak tangga atau menghubungkan informasi yang ada di kotak bergambar ekor ular
dan kotak bergambar kepala ular.
Siswa yang dapat menjawab soal pada kartu soal atau kartu latihan dengan benar akan
mendapat 1 kartu poin. Kartu poin adalah kartu yang harus dikumpulkan oleh tiap kelompok
sebanyak-banyaknya untuk menjadi pemenang permainan ular tangga, karena pemenang dari
permainan ular tangga ini bukanlah kelompok yang dapat mencapai “finish” lebih dulu tapi
kelompok yang memiliki kartu poin paling banyak. Selain dengan mengerjakan soal-soal
yang ada pada kartu soal dan kartu latihan, siswa juga dapat menambah koleksi kartu poinnya
dengan berada di kotak tertinggi pada saat permainan berakhir. Kelompok yang dapat
menempatkan bidaknya pada kotak tertinggi di akhir permainan, atau menempatkan bidaknya
di kotak “finish” lebih dulu akan mendapat bonus 3 kartu poin. Hal ini dilakukan supaya tiap
kelompok tetap bersemangat untuk mencapai kotak “finish” ketika bermain.
Permainan ular tangga dalam pembelajaran akan berakhir apabila salah satubidak kelompok
telah mencapai kotak ”finish”, selanjutnya guru bersama-sama dengan siswa akan
menghitung jumlah kartu poin yang dikumpulkan oleh tiap-tiap kelompok dan kelompok
yang memiliki jumlah kartu poin terbanyak akan menjadi pemenang dalam permainan ular
tangga. Dengan adanya pemenang maka diharapkan motivasi siswa menjadi lebih meningkat
dan tetap bersemangat dalam mengerjakan soal-soal yang ada di kartu soal dan kartu latihan.
Guru juga memberikan penghargaan pada kelompok pemenang supaya siswa tidak jenuh dan
bosan ketika bermain.
Setelah permainan selesai, guru meminta siswa untuk membahas soal-soal yang dianggap
sulit secara berdiskusi dalam kelompok masing-masing. Selanjutnya perwakilan dari tiap
kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya lalu guru mengkonfirmasi jawaban dari
siswa. Tujuannya adalah supaya siswa semakin paham dengan materi yang diajarkan dan
tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami konsep materi ajar. Pada akhir pembelajaran,
guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi dan memberikan evaluasi untuk menguji
pemahaman siswa dan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai.

Anda mungkin juga menyukai